Anda di halaman 1dari 5

Lima sekawan ke pulau penyelundup

I. Identitas Novel

Judul : Lima sekawan ke pulau penyelundup

Penulis : Enid Blyton

Penerbit : PT Gramedia

Tahun Terbit : Oktober 1981

Jumlah Halaman : 215 Halaman

Tema : Petualangan

II. Unsur Intrinsik Novel

Tema: Petualangan

Alur: Maju

Penokohan:

Julian:

Kuat: . Dia yang tertua di antara mereka. Anaknya jangkung, bertubuh kekar. Wajahnya
menunjukkan ketetapan hati.(3)

Dick:

Cerdik:

“Ah — maksud Pak Lenoir suara burung camar itu? Ya, kami sering mendengarnya,” kata Dick
bersungguh-sungguh. “Kadang-kadang kedengarannya seperti kucing mengeong-ngeong, Pak.”
“Bah!” terlontar ucapan jengkel dari mulut Pak Lenoir. “Dan kurasa kau juga hendak mengatakan
bahwa burung camar kadang-kadang bisa menggonggong seperti anjing!” “Yah, mungkin saja,
Pak,” kata Dick mengiakan,101

George:

Pemarah: Julian dan kedua adiknya sering merasa bahwa sifat Georgina yang

cepat marah merupakan warisan ayahnya.(5)

Jujur: “Wah, Ibu! Ayah pasti akan merasa bosan sekali apabila terus-terusan bersama kami. Dan
kami pun akan bosan!” George memang selalu bicara berterus terang. Ia belum pernah bisa
menahan diri kalau ngomong.(7)

Anne:
Cengeng:

“Bagaimana aku harus tidur malam ini?” kata Anne merengek. “Semua barangku ada dalam kamar
George.” “Kau bisa tidur denganku,” kata Marybelle, yang kelihatannya sangat ketakutan.(130)

Timmy:

Peramah:

Tim memang anjing yang besar badannya. Anak-anak menyayanginya, karena ia peramah dan
setia.(5)

Paman quentin:

Pemarah:

Kalau merasa terganggu ketenangannya, atau jika percobaan tidak berjalan persis seperti
dikehendaki olehnya, kadang-kadang ia marahmarah. Bahkan mengamuk!(5)

Si hangus:

Baik hati:

“Wah! Kau mau melakukannya untukku?” ujar George dengan gembira. “Kau memang teman yang
baik hati, Hangus!(142)

Pak lenoir:

Ramah dan pemarah:

“O ya, perlu kukatakan bahwa ayah tiriku selalu bersikap ramah-tamah. Ia gemar berkelakar dan
tersenyum-senyum. Tapi tidak selalu begitu! Kalau ada sesuatu yang tak disukainya, ia gampang
naik darah. Dan kalau sudah marah, langsung mengamuk!” (54)

Pak barling:

Jahat:

“Kau tak boleh ikut! Persoalan ini berbahaya, karena Tuan Barling berbahaya dan jahat orangnya.
Kau dan Marybelle tak boleh ikut. Aku akan pergi bersama Dick.”(164)

Block:

Pendendam:

“Mudah-mudahan anjing jahat tadi sudah kalian usir,” ujar Block dengan suaranya yang datar. Ia
memandang George sambil melotot. Rupanya ia belum melupakan pukulan anak itu.(76)
Latar:

Tempat:

Kereta api: Dalam sebuah kereta api yang sedang berjalan duduk empat orang anak, ditemani
seekor anjing. (3)

Pondok kirrin: “Kita sudah sampai!” kata Julian. Kereta kuda berhenti di depan sebuah rumah tua.
“Pondok Kirrin! Wah, bukan main kencangnya angin di sini, Bibi Fanny!”(7)

Sarang penyelundup: Anak-anak turun dari mobil. Tiba-tiba saja mereka merasa kikuk. Rumah
kuno yang besar itu kelihatan angker, sehingga timbul perasaan segan dan malu. Bangunan itu
terbuat dari batu bata dan kayu. Pintu depan besar dan sangat kokoh, seperti pintu depan sebuah
istana.(37)

Suasana:

Tegang: “Ya Allah!” kata Bibi Fanny dengan takut, sambil menutup mata dengan tangan. “Sudah
kusangka akan terjadi bencana! Quentin, sudah kukatakan sedari dulu bahwa pohon besar itu
harus dipotong dahan-dahannya. Sudah kusangka kalau ada angin ribut sedahsyat sekarang,
pohon itu pasti tumbang kalau dahannya tidak dipotong. Bagaimana keadaan atap rumah kita
sekarang?”(16)

Bahagia:

Ternyata api dalam pediangan masih menyala. Semua berkerumun mengelilinginya. Mereka
bersorak gembira, ketika Bibi Fanny masuk membawa coklat susu hangat-hangat.(18)

Waktu:

Pagi: KEESOKAN paginya angin masih tetap bertiup dengan kencang, tetapi tak sekencang malam
sebelumnya.(22)

Siang: Pukul setengah satu siang mobil berhenti di depan sebuah rumah makan yang bangunannya
kelihatan kuno.(31)

Sore: Anak itu kesepian ketika yang lain-lain pergi minum teh. Saat itu pukul lima sore. Perutnya
terasa lapar. Ia rindu pada Tim. George merasa marah dan sengsara.(131)

Malam: Anak-anak merasa lega, ketika sekitar pukul delapan malam Paman pergi karena ingin
membaca. Bibi Fanny memandang ke jam. “Sudah waktunya bagi Anne masuk ke tempat tidur,”
katanya. “Dan kau juga, George!”(10)

Amanat : tetap waspada dan jangan Mudah percaya dengan orang lain.

Sudut pandang: Orang ketiga: HARI itu matahari bersinar terang. Dalam sebuah kereta api yang
sedang berjalan duduk empat orang anak, ditemani seekor anjing. Mereka bergembira, karena
saat itu permulaan liburan Paskah.(3)
Gaya Bahasa:

Majas perumpamaan: “Hamparan itu bergerak-gerak, seperti ada ular menjalar di bawahnya,”
kata Anne.(8)

Majas personifikasi: ombak besar berdebur-debur memukul pantai (6)

Majas Hiperbola: Secepat kilat mereka melejit ke bawah, sementara pohon ash berderak-derak
semakin nyaring.(16)

Unsur ekstrinsik:
Nilai Moral: novel ini mengajarkan kita untuk memberantas orang orang yang berlaku jahat.

Nilai sosial: Novel ini mengajarkan kita untuk saling membantu dalam kesusahan.

Sinopsis:
Lima Sekawan pergi ke Pondok Kirrin, rumah George. Mereka disambut oleh angin kencang. Bibi
Fanny tampak khawatir akan keadaan itu.

Saat malam tiba, pohon Ash tumbang merusak kamar Anne dan George. Mereka akan dikirimkan
ke Sarang Penyelundup. Namun, Sarang Penyelundup tidak menerima anjing. Anjing tersebut
adalah Timmy. Maka, Timmy disembunyikan di lorong rahasia.

Malamnya, Lima Sekawan melihat sinar isyarat dari menara. Mereka sangat terkejut dan
segera memberitahu si hangus. Si hangus pun tidak menegetahui hal tersebut.

Besoknya, Timmy tidak bisa dikunjungi. Lorong rahasia terkunci, lima sekawan curiga kepada
Block ( pembantu Sarang Penyelundup ) atau Pak Lenoir. Mereka khawatir akan Timmy, terutama
George. George nekat ingin masuk ke Lorong rahasia lewat kamar kerja Pak Lenoir. Akibatnya,
George dihukum di kamarnya. Saat itu, George menerima kabar bahwa ayahnya, Paman Quentin
akan datang membicarakan proyek pengeringan rawa.

Akhirnya, Paman Quentin datang. Si Hangus hendak mencari pintu lorong rahasia di kamar Paman
Quentin. Namun, tiba-tiba George mendengar si Hangus berteriak, “Pak Barling!!” . Pak Barling
adalah penyelundup terkenal di Bukit Buangan. Namun, saat Lima sekawan membuka pintu, Si
Hangus dan Paman Quentin lenyap.

Semua orang bingung setengah mati. Lima Sekawan berusaha mengungkap misteri tersebut.
Mereka akhirnya menemukan jalan rahasia. Mereka menduga Pak Barling menculik Si Hangus dan
Paan Quentin.

Di sisi lain, Paman Quentin baru bangun dari pingsannya. Ia terkejut, ketika Pak Barling berteriak
di depannya “ Hentikan pengeringan rawa! Bisnis penyelundupanku bisa hancur!” Si Hangus pun
terbangun dari pingsannya. Ia meninju Pak Barling. Dan ternyata muncul Block! Block ternyata
pesuruh pak Barling. Saat perkelahian terjadi, datang Timmy membantu.

Timmy membawa Paman Quentin dan si Hangus kembali ke Sarang Penyelundup. Polisi datang
dan menangkap Pak Barling dan Block dan Lima Sekawan menyelesaikan petualangan mereka.

Anda mungkin juga menyukai