Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Gunawan Wijoseno

LKPD II KELAS : 12 IPA 2


NO :35

A. TOPIK : PENYIMPANGAN HUKUM MENDEL

B. TUJUAN : Menjelaskan penyimpangan semu Hukum mendel

C. PENGANTAR :
Penemuan kembali makalah hasil percobaan Mendel mendorong para ahli untuk
melakukan riset yang lebih mendalam tentang pola pewarisan sifat. Beberapa kali
penelitian memberikan hasil yang kelihatannya tidak sesuai dengan perbandingan
Mendel (3:1 untuk monohibrid dan 9:3:3:1 untuk dihibrid), namun penelusuran lebih
jauh menunjukkan bahwa hasil itu tidaklah menyimpang, sehingga disebut sebagai
penyimpangan semu. Bentuk- bentuk penyimpangan semu yang akan dipelajari adalah
atavisme, epistasis-hipostasis dan interaksi alel.

D. CARA KERJA :
1. Buatlah kelompok dengan satu kelompok beranggotakan 5 orang.
2. Baca literatur (buku/internet) penyimpangan hukum mendel.
3. Kemudian diskusikan bersama teman sekelompokmu.

E. DISKUSI :
1. Interaksi Beberapa Pasang Gen (Atavisme)
Peristiwa interaksi beberapa pasang gen ini dite- mukan oleh R.C. Punnett dan William
Bateson pada pewarisan sifat cengger (pial) ayam. Diketahui ada empat macam pial
ayam, yakni mawar (rose), biji (pea), bilah (single), dan sumpel (walnut).

Gambar 1: Variasi Pial Ayam

Untuk menambah pemahaman tentang peristiwa Atavisme, lengkapilah bagan


persilangan di bawah ini!
Galur murni ayam berpial rose disilangkan dengan galur murni ayam berpial pea
menghasilkan ayam berpial walnut. Persilangan ayam berpial walnut ini dengan sesa-
manya menghasilkan ayam berpial rose, pea, walnut, dan single dengan rasio 9:3:3:1.
Peristiwa ini dapat dijelaskan dengan diagram persilangan sebagai berikut.

P1 : RRpp (rose/gerigi) >< rrPP (pea/biji)

Gamet : R, p dan r, P
F1 : RrPp (walnut)

gamet R p
r Rr rp
P RP Pp

P2 : F1 >< F1

: RrPp >< RrPp

Gamet : RP, Rp, rP, rp >< RP, Rp, rP, rp

F2 :

Gamet RP Rp rP rp
RP RRPP RRPp RrPP RrPp
Rp RRPp RRpp RrPp Rrpp
rP RrPP RrPp rrPP rrPp
rp RrPp Rrpp rrPp rrpp

Rasio Genotip : R_P_(walnut) : R_pp(rose) : rrP_(pea) : rrpp(single) = 9 : 3 : 3 : 1

Rasio Fenotip : walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1

2. Epistasis Dominan
Penyimpangan semu ini ditemukan oleh Nelson Ehle dalam persilangan warna kulit biji
gandum. Pada peristiwa epistasis dominan, terdapatnya alel dominan tertentu akan
menutupi keberadaan alel yang lain. Alel dominan yang menutupi ini disebut epistasis,
sedangkan alel lain yang ditutup disebut hipostasis.
Gandum berkulit biji hitam (homozigot) disilangkan deng- an gandum berkulit biji
kuning, diperoleh keturunan yang seluruhnya berkulit biji hitam. Apabila gandum hasil
persilangan ini disilangkan dengan sesamanya, didapat gandum berkulit biji hitam,
kuning, dan putih dengan ra- sio 12:3:1. Buatlah diagram persilangannya.
P1 : HHkk (hitam) >< hhKK (kuning)

Gamet : H, k dan h, K

F1 : HhKk (hitam)

gamet H k
h Hh kh
K HK Kk

P2 : F1 >< F1

: HhKk >< HhKk


Gamet : HK, Hk, hK, hk >< HK, Hk, hK, hk

F2 :

Gamet HK Hk hK hk
HK HHKK HHKk HhKK HhKk
Hk HHKk HHkk HhKk Hhkk
hK HhKK HhKk hhKK hhKk
hk HhKk Hhkk hhKk hhkk

Rasio Genotip : H_K_(hitam): H_kk(hitam) : hhK_(kuning) : hhkk(putih) = (12 : 3 : 1)

Rasio Fenotip : hitam : kuning : putih = (12 : 3 : 1)

3. Epistasis Resesif (Kriptomeri)


Peristiwa penyimpangan semu epistasis resesif atau kriptomeri pertama kali diteliti
oleh Correns pada bunga Linaria maroccana. Istilah kriptomeri berasal dari bahasa
Yunani, kryptos yang berarti “tersembunyi”. Pada bunga Linaria maroccana, warna
bunga tidak hanya dipengaruhi oleh alel yang mengatur warna bunga, namun
dipengaruhi juga oleh pasangan gen yang mengatur sifat asam-basa cairan sel
(sitoplasma). Zat pigmen anthocyanin dalam kondisi asam akan berwarna merah,
sementara dalam kondisi basa akan berwarna ungu. Bila tidak ada pigmen anthocyanin,
bunga akan berwarna putih, tidak peduli apakah kondisi air selnya bersifat asam atau
basa. Untuk memahami contoh peris- tiwa Kriptomeri, lengkapilah diagram berikut.
Bunga Linaria maroccana berwarna merah (galur murni) disilangkan dengan bunga
Linaria maroccana berwarna putih (galur murni) menghasilkan 100% bunga berwarna
ungu. Apabila bunga berwarna ungu ini mengadakan penyerbukan sendiri, dihasilkan
bunga ungu, merah, dan putih dengan perbandingan 9:3:4. Buatlah diagram
persilangannya.
P1 : AAbb >< aaBB

Gamet : A, b dan a, B

F1 : AaBb (ungu)

gamet A b
a Aa ab
B AB bB

P2 : F1 >< F1

: AaBb >< AaBb


Gamet : AB, Ab, aB, ab dan AB, Ab, aB, ab

F2 :

gamet AB Ab aB ab
AB AABB AABb AaBB AaBb
Ab AABb AAbb AaBb Aabb
aB AaBB AaBb aaBB aaBb
ab AaBb Aabb aaBb aabb

Rasio Genotip : A_B_(ungu) : A_bb(merah) : aaB_(putih) : aabb(putih) = 9 : 3 : 4

Rasio Fenotip : ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4

4. Epistasis Dominan Rangkap (Polimeri)


Pada peristiwa duplikasi epistasis dominan, alel- alel dominan pada dua lokus yang
berlainan menghasil- kan fenotipe yang sama tanpa efek kumulasi. Agar lebih jelas,
lengkapilah diagram persilangan di bawah ini.
Suatu tumbuhan dari genus Capsula menghasilkan kap- sul biji yang bentuknya diatur
oleh gen A dan B. Seorang peneliti menyilangkan galur murni tumbuhan berkapsul biji
ovoid dengan galur murni berkapsul biji segitiga, dida- pat hasil seluruh keturunan
berkapsul biji ovoid. Bila hasil persilangan ini disilangkan sesamanya, diperoleh
perban- dingan keturunan ovoid dan segitiga sebagai 15 : 1.
P1 : A1A1A2A2 >< B1B1B2B2

Gamet : A1, A2 dan B1, B2

F1 : A1B1A2B2 (ovoid)

gamet A1 A2
B1 A1B1 A2B1
B2 A1B2 A2B2

P2 : F1 >< F1

: A1B1A2B2 >< A1B1A2B2

Gamet : A1A2, A1B2, B1A2, B1B2 dan A1A2, A1B2, B1A2, B1B2

F2 :

Gamet A1A2 A1B2 B1A2 B1B2


A1A2 A1A1A2A2 A1A2A2B2 A1B1A2A2 A1B1A2B2
A1B2 A1A1A2B2 A1A1B2B2 A1B1A2B2 A1B1B2B2
B1A2 A1B1A2A2 A1B1A2B2 B1B1A2A2 B1B1A2B2
B1B2 A1B1A2B2 A1B1B2B2 B1B1A2B2 B1B1B2B2

Rasio Genotip : A1A1A2A2 : A1A1A2B2, A1B1A2A2 : A1A1A2B2 : A1B1B2B2,


B1B1A2B2 : B1B1B2B2 = 15 : 1

Rasio Fenotip : ovial : segitiga = 15 : 1

5. Epistasis resesif ganda (Komplementer)


Penyimpangan ini pertama kali diteliti oleh W. Bateson dan R.C. Punnett. Pada kasus
ini, sifat akan muncul bila terdapat dua buah gen dominan (yang tidak sealel),
sehingga disebut sebagai gen komplementer. Apabila salah satu atau kedua alel
bersifat homozigot resesif, sifat tersebut tidak akan muncul.

Pada siput air Physa heterostroha, persilangan dua siput albino menghasilkan 100%
siput normal. Apabila siput normal ini dikawinkan sesamanya, dihasilkan siput normal
dan siput albino dengan rasio 9:7.
Gambar 8: Alur sintesis pigmen pada siput
P1 : DDee >< ddEE

Gamet : D, e dan d, E

F1 : DdEe (normal)

gamet D e
d Dd ed
E DE Ee
P2 : F1 >< F1

: DdEe >< DdEe

Gamet : DE, De,dE, de dan DE, De,dE, de

F2 :

gamet DE De dE de
DE DDEE DDEe DdEE DdEe
De DDEe DDee DdEe Ddee
dE DdEE DdEe ddEE ddEe
de DdEe Ddee ddEe ddee

Rasio Genotip : D_E_ : D_ee : ddE_ : ddee = 9 : 7

Rasio Fenotip : normal : albino = 9 : 7

6. Epistasis dominan resesif (Inhibiting gen) Pada peristiwa epistasis dominan resesif,
eks- presi fenotip suatu gen dihambat oleh gen mutan yang bukan alelnya. Dalam
keadaan resesif, gen mutan terse- but bersifat menghambat, sehingga disebut gen
inhibitor atau gen suspensor. Agar lebih memahami peristiwa epistasis dominan
resesif, lengkapilah diagram persilang- an di bawah ini!
Disilangkan ayam berbulu putih dengan ayam berbulu putih (beda genotip)
menghasilkan ayam berbulu putih. Jika ayam bulu putih ini disilangkan dengan
sesamanya, dihasilkan keturunan berupa ayam berbulu putih dan ayam berbulu coklat
dengan perbandingan 13 : 3.
P1 : IICC >< iicc
Gamet : I, C dan i, c
F1 : IiCc

gamet I C
i Ii iC
c Ic cC
P2 : F1 >< F1

: IiCc >< IiCc

Gamet : IC, Ic, iC, ic >< IC, Ic, iC, ic

F2 :

gamet IC Ic iC ic
IC IICC IICc IiCC IiCc
Ic IICc IIcc IiCc Iicc
iC IiCC IiCc iiCC iiCc
ic IiCc Iicc iiCc iicc
Rasio Genotip : I_C_(putih) : I_cc(putih) : iiC_(coklat) : iicc(putih) = 13 : 3

Rasio Fenotip : putih : coklat = 13 : 3

7. Interaksi alel ganda


Alel ganda pada bulu kelinci adalah adanya 4 alel yang sama – sama mempengaruhi
warna bulu, dan berada pada lokus yang sama. Warna bulu kelinci dengan gen W
memiliki beberapa alel yang berturut – turut dari yang dominan. Seekor kelinci
chinchilla heterozigot yang disilangkan dengan kelinci Himalaya heterozigot akan
memperoleh keturunan albino, lihat persilangan berikut:
P1 : WWch >< WchWh

Gamet : W,Wch >< Wch, Wh

F1 :

gamet W Wch
Wch WWch WchWch
Wh WWh WchWh

F. KESIMPULAN :
Penyimpangan hukum mendel merupakan bentuk persilangan yang menghasilkan rasio
fenotype yang berbeda dengan dasar dihibrid menurut hukum Mendel. Meskipun
tampak berbeda sebenanya rasio fenotipe yang diperoleh merupakan modifikasi
daripenjumlahan rasio fenotipe hukum Mendel. Penyimpangan semu hukum Mendel
terjadi karena adanya pasang gen atau lebih saling mempengaruhi. Macam-macam
pemnyimpangan semu ialah Avatisme (9 : 3 : 3 : 1), Epistasis Dominan (12 : 3 : 1),
Epistasis Resesif (9 : 3 : 4), Polimeri (15 : 1), Komplementer (9 : 7), Inhibiting Gen (13
: 3), Interaksi Alel Ganda (2 : 2)

G. MASALAH BARU :
1. Sebutkan kasus/masalah dari penyimpangan hukum mendel yang lain!
2. Apakah yang mendasari anda bahwa kasus/masalah tersebut masuk ke dalam
penyimpangan hukum mendel?

Jawab:
1.Kriptomeri,Epitasis-hipostasis
2.Kriptomeri merupakan peristiwa tersembunyi gen dominan jika tidak
berpasangan dengan gen dominan lainnya sedangkan epistasis hipostasis
merupakan peristiwa ketika gen yang bersifat dominan akan menutupi pengaruh
gen dominan lainnya bukan alelnya, sehingga kedua kasus tersebut termasuk ke
dalam penyimpangan hukum mandel

Anda mungkin juga menyukai