Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PEREKONOMIAN

“DINAMIKA EKONOMI MASA PENDUDUKAN JEPANG”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Perekonomian

Dosen : Dr. Rusdi, M. Hum & Yelda Syafrina, S. Pd, M.Hum

Disusun oleh :

Chairunisa Aslamiyarti 17046142

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK EKONOMI MASA JEPANG

Di awal pendudukannya Jepang menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat baik.


Berbagai kebijakan berpihak kepada bangsa Indonesia. Bagi Jepang tindakan tersebut hanya
upaya jangka pendek untuk mendapat dukungan rakyat sebelum mereka menunjukkan tujuan
utama kedatangannya. Pada perkembangan selanjutnya kebijakan Jepang terhadap Indonesia
berubah.

Orientasi yang sebenarnya lebih diarahkan pada upaya eksploitasi sumber daya alam,
mobilisasi sumber daya manusia, serta mengupayakan mobilisasi sumber daya kerja untuk
kepentingan perang Asia Timur Raya. Pada masa ini telah terjadi berbagai perubahan yang
mendasar pada alam sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan
yang terjadi itu merupakan dampak dari pendudukan Jepang yang sangat menekan dan sangat
memeras.

Jepang dipercaya orang Indonesia akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Apalagi tersiar kabar bahwa Jepang akan membawa perubahan ekonomi ke arah yang lebih
baik, kabar ini diikuti dengan menurunnya harga makanan. Di awal pendudukan Jepang
kondisi ekonomi Indonesia tidaklah stabil. Harga makanan, barang dan jasa naik-turun tidak
terprediksi. Jepang di Indonesia adalah usaha untuk menghasilkan lebih banyak lagi hasil
bahan pangan. Dan mulailah dilakukan beberapa pengajaran seputar pertanian.

Kabar gembira ini tak berlangsung lama, rupanya rakyat Indonesia belum mengetahui
bahwa tujuan utama Jepang memajukan sektor ekonomi Indonesia semata hanya untuk
menunjang kepentingan perang Jepang. Pemerintah Jepang akhirnya mengeluarkan
peraturan-peraturan baru guna mengendalikan dan mengatur kembali hasil bumi Indonesia.
Keadaan ini diperburuk dengan putusnya hubungan kerja sama dengan pasar ekspor
tradisional. Kondisi demikian terjadi secara bersamaan dan semakin menabah keruh
perekonomian Indonesia. Untuk menangani masalah demikian pemerintah Jepang memilih
untuk memperbanyak dalam mencetak mata uang. Akibatnya terjadilah Inflansi. Warga
pribumi dipaksa untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang. Mereka harus meningkatkan
produksi pertanian dan semuanya harus diserahkan atau diambil paksa oleh Jepang.1

Karakteristik dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang yaitu,


1). Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber
daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang.
Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak
lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan
industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan
serta kemiskinan meningkat drastis.

2). Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran
yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa
persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang.
Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu, gula, pohon jarak, kapas dan sekaligus
memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung
berkaitan dengan kebutuhan perang.

3). Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah
sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua
kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat
baik fisik maupun material.

4). Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan
akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah
Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran
melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi
pemerintah.

5). Sulitnya pemenuhan kebutuhan pangan semakin terasakan bertambah berat pada saat
rakyat juga merasakan penggunaan sandang yang amat memprihatinkan. Pakaian rakyat
compang camping, ada yang terbuat dari karung goni yang berdampak penyakit gatal-gatal

1
Azzunah. 2011 Jurnal Uinsby. Kondisi Indonesia selama masa pendudukan jepang.
akibat kutu dari karung tersebut. Adapula yang hanya menggunakan lembaran karet sebagai
penutup.2

Dalam bidang sosial-ekonomi, pemerintahan pendudukan Jepang mengadakan


pengaturan terhadap distribusi barang-barang yang dianggap penting untuk kepentingan
perang, seperti besi, tembaga, kuningan dan sebagianya yang diatur dengan Osamu Seirei
nomor 19 tahun 1944 tentang mengatur pembagian tembaga tua dan besi tua.3

Hal tersebut merupakan praktik-praktik eksploitasi ekonomi masa pendudukan Jepang,


yang telah begitu banyak menghancurkan sumber daya alam, menimbulkan krisis ekonomi
yang mengerikan dan berakhir dengan tingginya tingkat kematian seperti yang terjadi juga
pada bidang social.

B. KEBIJAKAN KEBIJAKAN EKONOMI JEPANG


Kebijakan social dan ekonomi adalah segala bentuk aturan yang dibuat jepang
terhadap rakyat Indonesia guna mendukung kepentingan jepang pada perang dunia ke 2,
termasuk disini adalah kerja paksa atau rodi (romusha) dan pengambilan berbagai asset
asset dan sumber daya Indonesia.
Dalam men-jepangkan bangsa Indonesia, Jepang melakukan beberapa peraturan.
Dalam Undang Undang no 4 ditetapkan hanya bendera jepang yang boleh dipasang pada
hari hari besar dan hanya lagu kebangsaan Kimigayo yang boleh diperdengarkan. Bentuk
kerja paksa seperti halnya pada masa Hindia Belanda (kerja rodi) juga terjadi pada masa
pendudukan jepang, disebut dengan romusha. Para tenaga kerja paksa dipaksa sebagai
tenaga pengangkut bahan tambang batu bara, pembuatan rel kereta api serta mengangkut
hasil hasil perkebunan.
Untuk mendukung kekuatan dan kebutuhan perangnya, pemerintah jepang
mengambil beberapa kebijakan ekonomi, antara lain
1. Pengambilan asset asset pemerintah Hindia Belanda
Asset asset yang ditinggalkan oleh colonial belanda disita dan menjadi milik
pemerintahan jepang.
2. Control terhadap perkebunan dan pertanian rakyat
2
Hendri F Isnaeni, dan Apid. 2008. Romusa Sejarah Yang Terlupakan. Yogyakarta : Ombak. Hal.37-38.
3
Aiko Kurasawa. 1993. Mobilisasi dan Kontrol : Studi tentang Perubahan Pedesaan Jawa 1942-1945. Jakarta:
Gramedia. Hal. 453.
Tidak semua tanaman perkebunan dan pertanian sesuai dengan kepentingan
perang hanya beberapa tanaman saja yang mendapat perhatian pendudukan
jepang.
3. Kebijakan moneter dan perdagangan
Pemerintah pendudukan jepang menetapkan bahwa mata uang yang berlaku
tetap menggunakan gulden atau rupiah hindia belanda. Perdagangan pada
umumnya lumpuh karena menipisnya persediaan barang barang di pasaran.
Barang barang yang dibutuhkan oleh rakyat didistribusikan melalui penyalur
yang ditunjuk agar dapat dilakukan pengendalian harga.
4. System ekonomi perang
Dalam situasi perang, setiap daerah harus menetapkan system ekonomi autarki
yaitu system ekonomi yang mengharuskan setiap daerah berupaya memenuhi
kebutuhan pokoknya sendiri tanpa mengandalkan bantuan dari daerah lain.
Setiap daerah autarki mempunyai tugas pokok memenuhi kebutuhan pokok
sendiri untuk tetap bertahan dan mengusahakan mempruduksi barang barang
untuk keperluan perang. 4

Kebijakan atas orang Belanda dan harta milik orang Belanda. Terdiri dari 4
kebijakan yaitu: 1) pemanfaatan orang Belanda, 2) pengamanan orang Belanda, 3)
prosedur harta milik orang Belanda, dan 4) orang Indo-Eropa dan harta benda yang
dimilikinya. Diatur larangan penempatan orang Belanda sebagai pejabat tinggi atau
polisi, persyaratan kembali kerja bagi orang swasta, pengamanan bagi yang dianggap
berbahaya dan tindakan pengecualian. Kebijakan tersebut diterapkan juga atas orang
Indo-Eropa.

kebijakan pembangunan sistem baru ekonomi masyarakat Jawa. Bahwa Jawa


adalah pusat ekonomi Asia Timur Raya (Daitōakyōēken), dan ide utama dalam kebijakan
ini adalah kepentingan umum (hōkō), meliputi (1) tujuan, (2) pedoman, dan (3) persiapan
pelaksanaan. Wacana oleh Gunsei (pemerintah militer) tentang pembangunan sistem baru
ekonomi masyarakat Jawa. Disebut misi perang Asia Timur Raya, hasil perang
sementara, pentingnya pembangunan sistem baru ekonomi masyarakat Jawa. misi utama

4
http:/Indonesian.persons//masa-pendudukan-jepang-di-indonesia.
pembangunan sistem baru ekonomi masyarakat Jawa. Bahwa misi utama Perang Asia
Timur Raya adalah membebaskan wilayah Asia Timur Raya dari penjajahan ekonomi
dan politik oleh Amerika dan Europa, dan supaya tercapai target ini, pembangunan
ekonomi Jawa penting.5

Setelah menduduki Indonesia Jepang mengambil berbagai kerbijakan. Kebijakan


Pemerintah Balatentara Jepang, yaitu

1. Perluasan areal persawahan. Setelah menduduki Indonesia, Jepang melihat bahwa


produksi beras tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perluasan areal persawahan guna meningkatkan produksi beras. Meskipun
demikian produksi pangan antara tahun 1941-1944 terus menurun.
2. Pengawasan pertanian dan perkebunan. Pelaksanaan pertanian diawasi secara ketat
dengan tujuan untuk mengendalikan harga barang, terutama beras. Hasil pertanian
diatur sebagai berikut: 40% untuk petani, 30% harus dijual kepada pemerintah Jepang
dengan harga yang sangat murah, dan 30% harus diserahkan ke ‘lumbung desa’.
Ketentuan itu sangat merugikan petani dan yang berani melakukan pelanggaran akan
dihukum berat. Badan yang menangani masalah pelanggaran disebut Kempetai
(Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat ditakuti rakyat.
Pengawasan terhadap produksi perkebunan dilakukan secara ketat. Jepang hanya
mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina. Kedua jenis
tanaman itu berhubungan langsung dengan kepentingan perang. Sedangkan
tembakau, teh, kopi harus dihentikan penanamannya karena hanya berhubungan
dengan kenikmatan. Padahal, ketiga jenis tanaman itu sangat laku di pasaran dunia.
Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi sangat merugikan
rakyat.
Pengerahan sumber daya ekonomi untuk kepentingan perang. Untuk menguasai
hasil-hasil pertanian dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk
kepentingan perang. Setiap penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada
pemerintah Jepang. Rakyat harus menyerahkan barang-barang berharga (emas dan
berlian), hewan, bahan makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar
5
Direktorat sejarah, kementrian pendidikan dan kebudayaan. 2018. Bibliografi beranotasi sumber sejarah masa
pendudukan jepang di Indonesia. Jakarta
usaha usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan
Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian).
Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi telah mengakibatkan
kehidupan rakyat Indonesia semakin sengsara dan penuh penderitaan. Penderitaan
dan kesengsaraan rakyat Indonesia selama pendudukan Jepang lebih buruk apabila
dibandingkan dengan penderitaan dan kesengsaraan pada masa penjajahan Belanda.
Padahal, Jepang menduduki Indonesia hanya tiga setengah tahun, sedangkan Belanda
menjajah Indonesia selama tiga setengah abad.6

Kebijaksan yang dilakukan Jepang bidang ekonomi di Jawa yaitu,

1). Peningkatan produksi padi

Keadaan beras di Jawa tahun 1942 sangat mengkhawatirkan. Oleh kerena itu produksi
padi perlu ditingkatkan. Dalam rangka itu Jepang merencanakan penambahan areal tanah.
Cara menambah areal tanah ini adalah dengan dengan membuka tanah baru terutama bekas
perkebunan tanah lainya yang belum pernah ditanami. Disamping itu Jepang yang
memeperkenalkan teknik penanamam padi yang baru, yaitu menanam bibit padi tanaman
padi garis lurus dan Jepang mengemukakan bahwa hal ini adalah penyebab rendahnya
produktivitas padi. Petani diharapkan menanam bibit padi lebih dari 2 centimeter dan tidak
membiarkan tanaman terlalu besar di tempat pembibitan sebelum dipindahkan. Cara
penanaman padi yang diperkenalkan oleh Jepang ini akhirnya diterima oleh petani Jawa,
karena cara tersebut lebih efektif dalam rangka meningkatkan produksi padi.

2). Wajib serah padi

Pada masa pendudukan Jepang, Jawa ditetapkan sebagai pemasok beras pulau-pulau
diluar Jawa serta untuk keperluan medan pertempuran di medan pertempuran di pasifik
selatan. Beras didatangkan dari Jawa semakin memiliki arti yang sangat penting karena
semasa perang angkatan jarak jauh dan perkapalan sangat sulit serta keamanan di laut
memburuk. Disamping itu, beras Jawa dikenal bermutu tinggi dan rasanya enak. Oleh karena
itu, Jepang berkeinginan untuk memperolah beras dari Jawa sehingga kebijakan mereka
ditujukan unuk memeksimalkan produksi dan pengumpulan beras.
6
Eko, dadot.. pendudukan jepang di indonesia. Eprints dinus.
C. DAMPAK DAN SITUASI EKONOMI DI TINGKAT LOKAL
( PADANG/SUMATERA)
Tentara jepang memasuki kota padang pada maret 1942. Jepang terlihat serius
membangun kekuatan kerisedenan sumatera barat. Penduduk sumatera barat sebagian
besar mata pencahariannya adalah petani sebelum masuknya pengaruh asing. Hasil
pertanian dan hasil hutan merupakan sumber ekonomi utama.didaerah pegunungan secara
berkala dibuka pasar pasar yang dilakukan secara bergilir dari desa ke desa.7
Di pulau sumatera secara umum dan keresidenan sumatera barat secara khusus,
jepang lebih menekan pasokan karet, minyak bumi, timah batubara dan bauksit. Bahan
bahan mentah ini sangat vital dalam menunjang kegiatan ekonomi dan industry militer
jepang. Pertaninan dan perkebunan khususnya beras kurang mendapat prioritas dan
terkesan terabaikan. Meski swasembada beras tetap dilakukan, tetapi sama halnya seperti
dijawa, beras hanya untuk mencukupi kebutuhan pemerintah jepang dan dianggap tidak
terlalu bisa menjadi penyangga kepentingan jepang dalam menguasai asia.8
Perubahan konsep dikotomi jawa dan sumatera berdampak buruk bagi para
petani. Para petani banyak dipaksa untuk mengerjakan kepentingan jepang seperti
memperbaiki landasan pesawat terbang di bukittinggi, payakumbuh dan bergotongroyong
membuat jalan kereta api di Logas. Akibatnya banyak tanah persawahan dan lading
lading di payakumbuh dan solok penghasil tembakau dan cengkeh menjadi terlantar.
Ada gejala ekonomi baru di masa pendudukan jepang, yaitu munculnya pedagang
pedagang yang sama sekali tidak mempunyai took dan kantor tetapi menguasai
perdagangan pasar. Pedagang ini disebut dengan istilah pedagang keliling. 9 Umumbya
mereka berjualan dan mendatangi masyarakat, system dagang yang mereka lakukan
adalah system barter.

7
Mochtar naim. Merantau (Yogyakarta: gajah mada university, 1979) hlm 16
8
Mestika Zed, Giyugun: cikal bakal tentara nasional di sumatera, (Jakarta:LP3ES, 2005) hlm 14-15
9
M.D Mansoer. Hlm 12

Anda mungkin juga menyukai