0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan9 halaman
Dokumen tersebut membahas latar belakang pendudukan Jepang di Indonesia serta kebijakan-kebijakan Jepang sebelum pendudukan di Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer. Jepang melakukan eksploitasi sumber daya alam Indonesia untuk kepentingan perangnya sendiri, menggunakan tenaga kerja paksa, dan mendirikan berbagai organisasi pemuda untuk mendukung upaya perangnya melawan Sek
Dokumen tersebut membahas latar belakang pendudukan Jepang di Indonesia serta kebijakan-kebijakan Jepang sebelum pendudukan di Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer. Jepang melakukan eksploitasi sumber daya alam Indonesia untuk kepentingan perangnya sendiri, menggunakan tenaga kerja paksa, dan mendirikan berbagai organisasi pemuda untuk mendukung upaya perangnya melawan Sek
Dokumen tersebut membahas latar belakang pendudukan Jepang di Indonesia serta kebijakan-kebijakan Jepang sebelum pendudukan di Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan militer. Jepang melakukan eksploitasi sumber daya alam Indonesia untuk kepentingan perangnya sendiri, menggunakan tenaga kerja paksa, dan mendirikan berbagai organisasi pemuda untuk mendukung upaya perangnya melawan Sek
Jawab : Jepang adalah suatu kerajaan yang dikepalai oleh seorang Tenno (Kaisar). Kondisi geografis Jepang terdiri atas pulau utama Honsyu, dan disekitarnya terdapat tiga buah pulau, yaitu: pulau Kyushu, pulau Shikoku disebelah selatan, dan pulau Hokkaido disebelah utara. Sistem pemerintahan Jepang sebelum tahun 1853 adalah pemerintahan Bakufu, di mana kekuasaan tertinggi terletak pada seorang Shogun yang dapat menentukan segala-galanya. Karena takut akan Imperialisme bangsa Asing Pemerintahan Bakufu ini berpegang teguh pada politik Isolasi. Ketertutupan Jepang terhadap bangsa asing luluh juga ketika pada tahun 1853 kapal perang Commodore Perry memaksa Pemerintahan Shogun untuk diperbolehkan berlabuh untuk menyampaikan amanat dari presiden Amerika. Melihat kekuatan armada Perry lebih unggul dalam segi persenjataan secara otomatis pemerintahan Shogun harus menandatangani sebuah perjanjian. Pada tahun 1854 melalui perjanjian Shimoda Jepang mulai terbuka lebar untuk bangsa asing dan berakhirlah politik isolasi. Dengan dibukanya sebagian pelabuhan Jepang untuk bangsa asing, membuka mata bangsa Jepang bahwa dirinya dapat ditekan oleh kekuatan asing karena kelemahan dari segi militer dan ekonomi. Sebagian dari rakyat Jepang tidak menyetujui kebijakan pemerintahan Bakufu yang membuka pelabuhan untuk bangsa asing. Hal ini menimbulkan kekacauan di dalam pemerintahan Bakufu. Pergolakan-pergolakan menentang pemerintahan Shogun berawal dari ketidaksetujuan sebagian rakyat Jepang dengan dibukanya Jepang terhadap bangsa Asing. Arti penting yang bisa diambil dari pernyataan ini adalah dengan masuknya intervensi bangsa asing, Jepang menjadi sadar bahwa dirinya sangat tertinggal jauh dari bangsa barat sehingga dengan mudah dapat ditekan. Pembukaan pelabuhan Jepang terhadap bangsa asing memperlihatkan kelemahan dari pemerintahan Shogun. Salah satu akibat dari dibukanya Jepang terhadap bangsa asing adalah terjadinya Meizi-Restorasi (Pengembalian kekuasaan Tenno kepada Meizi Tenno) pada tanggal 6 April 1864. Pemerintahan Tenno ini dipimpin oleh Kaisar Mutzuhito yang lebih dikenal dengan nama Kaisar Meizi. Pada masa Meizi Tenno banyak sekali perubahan yang terjadi di mana sistem perekonomian Feodal yang selama ini dipakai tergantikan oleh sistem perekonomian Kapitalis. Jepang timbul menjadi negara yang besar diikuti oleh modernisasi disegala bidang. Setelah terjadi moderenisasi dan industrialisasi Jepang menjadi negara pengekspor menyaingi negara-negara Eropa yang berada di Asia. Perkembangan yang pesat disegala bidang ini tidak terlepas dari sifat-sifat bangsa Jepang yang haus akan Ilmu Pengetahuan serta semangat Bushido yang kuat dan kepandaian bangsa Jepang dalam meniru kelebihan-kelebihan bangsa asing. Dampak negatif dari kemajuan Jepang yang pesat mengakibatkan berlipat- gandanya jumlah penduduk, pada tahun 1868: 32 juta, pada tahun 1900 meningkat menjadi 40 juta, pada tahun 1940 meningkat menjadi 73 juta dan pada tahun 1950 menjadi 84 juta (Soebantardjo, 1961). Bahkan sebagai akibat dari kemajuan yang pesat di Jepang, ditempuhlah strategi ekspansi mencari bahan mentah dan daerah pemasaran baru. Dengan berpegang pada filsafat Hakko-Ichiu (Dunia sebagai satu keluarga) yang terdapat pada agama Shinto, Jepang mulai menjadi negara Imperalis dengan melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah sebelah selatan, yaitu Asia Timur dan Asia Tenggara. Langkah-langkah awal yang ditempuh dalam upaya mem-bentuk kemakmuran bersama dikawasan Asia Timur Raya ini adalah menguasai Korea, Mantsuria, Tiongkok, kemudian seluruh Asia di bawah kepemimpinan Jepang.
2. Kebijakan-kebijakan Jepang sebelum pendudukan di Indonesia dalam bidang:
a. Politik b. Ekonomi c. Sosial d. Budaya e. Militer Jawab : a. Kebijakan Jepang dibidang politik Pada masa pendudukan Jepang,semua partai politik rakyat pribumi dibubarkan dan dihapuskan,surat kabar dihentikan keberadaannya serta dilarang untuk menerbitkannya dan harus digantikan dengan koran Jepang- Indonesia.Pemerintah Jepang melarang rakyat pribumi untuk menghentikan semua bentuk perkumpulan,dan Jepang akan mengendalikan seluruh organisasi nasional,dan dalam bidang politik pemerintahan, Jepang juga membentuk 8 bagian pada pemerintah pusat dan bertanggung jawab pengelolaan ekonomi pada syu (karesidenan). Dalam susunan pemerintah daerah di Jawa terdiri atas Syu (Karesidenan yang dipimpin oleh Syucho, Si (Kotamadya) dipimpin oleh Sicho, Ken (Kabupaten) sipimpin oleh Kencho, Gun (Kewedanan) dipimpin oleh Guncho, Son (Kecamatan) dipimpin oleh Soncho, dan Ku (Desa/Kelurahan) dipimpin oleh Kuncho.Pada masa pendudukan Jepang terjadilah perubahan di bidang politik pemerintahan yakni adanya perubahan yang mendasar dalam sistem hukum. Dengan diberlakukannya pemerintahan militer sementara waktu dan jabatan Gubernur Jenderal dihapuskan diganti oleh tentara Jepang. b. Kebijakan Jepang dibidang ekonomi Jepang menggunakan cara untuk dapat memenuhi kebutuhan perang dan industrinya,dengan eksploitasi terhadap sumber daya alam Indonesia.Hal ini berupa ekploitasi bidang hasil pertanian,perkebunan,hutan,bahan tambang dll.Hasil kurasan nya ini hanya untuk keuntungan dan kepentingan Jepang sendiri tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat.Dampaknya dari ekpokitasi besar- besaran ini merugikan bangsa Indonesia dan kesengsaraan berupa kekurangan sandang,pangan.Rakyat harus terus menjalani hidupnya dalam serba kekurangan,dan parah lagi bahan makanan dibawa Jepang untuk para prajuritnya,sementara rakyat Indonesia mati kelaparan. Pemerintah Jepang pun mengawasi kegiatan perekonomian pada sisa- sisa barang perdagangan,sekaligus memonopoli. Mengawasi perkebunan,dan setiap hasilnya harus diserahkan kepada Jepang.Jadi konsekuensinya SDA dan masyarakatnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perang.Sehingga rakyat Indonesia mengalami kelemahan fisik,dan kekurangan material. Selain memeras hasil bumi Jepang juga mengerahkan tenaga rakyat,yang dilatarbelakangi oleh terdesaknya Jepang dalam perang dunia ke II melawan tentara sekutu,dan Jepang sudah pasti memerlukan banyak sarana dan prasarana untuk itu.Maka dipergunakanlah tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa(tanpa dibayar)yang kita kenal dengan sebutan Romusha.Romusha merupakan kerja paksa yang dikerahkan Jepang dengan tujuan untuk membangun sarana dan prasarana kepentingan Jepang,serta objek-objek vitalnya,seperti: Membangun jalan, lapangan terbang ,goa-goa untuk tempat persembunyian,benteng-benteng,kubu pertahanan dan rel kereta api.Selain itu rakyat Indonesia juga diperintahkan untuk membangun jalan raya,sejauh 70 Km bahkan lebih dari 150 Km.Untuk memperoleh tenaga kasar dalam romusha ini dikumpulkan lah kaum-kaum pria di desa-desa tanpa diketahui darimana mereka harus dipekerjakannya.Banyak juga rakyat dipulau Jawa dikirim keluar Jawa yaitu ke Aceh,Maluku,Sulawesi bahkan ke luar negeri seperti ke Malaysia,Myanmar,dan Muang Thai Semua pekerjaan ini menelan korban jiwa yang tidak sedikit,korban yang gugur pun lebih banyak karena selain diserang wabah busung lapar dan terjangkit penyakit malaria. c. Kebijakan Jepang dibidang Sosial-Budaya Kebijakan disini dapat kita lihat melalui penyerahan hasil panen berupa padi rakyat secara paksa,penyerahan ini tentulah menyengsarakan rakyat.Disebabkan keinginan Jepang bukan sekedar permintaan tapi merupakan tuntutan yang harus dipenuhi masyarakat.Begitulah kekajaman Jepang.Akibatnya banyak yang menderita kelaparan,rakyat menderita kemiskinan,menurunnya kesehatan masyarakat,keadaan sosial semakin memburuk,dalam hal pakaian,rakyat terpaksa memakai baju dari goni,sehingga banyak berjangkit penyakit kulit,serta angka kematian semakin meningkat. d. Kebijakan Jepang dibidang Militer Pengerahan pemuda Jepang menyadari perlunya bantuan penduduk setempat dalam rangka mempertahankan kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan April 1943, pemerintah militer Jepang secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer maupun militer. Tujuan Jepang adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar mampu mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu. Berbagai barisan pemuda yang berbentuk semi militer, antara lain Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan. Berikut ini wajib militer yang dibentuk untuk membantu Jepang menghadapi Sekutu. a) Seinendan (Barisan pemuda) sejarah mencatat pembentukannya ada yg bulan maret dan ada juga yang mengatakan bulan April 1943,dengan anggota para pemuda yang berusia 14-25 tahun. b) Keibodan (Barisan pembantu polisi/ pejuang kewaspadaan),dibentuk pada 29 April 1943.Dengan anggotanya yang berumur 25-30 tahun. c) Fujingkai (Barisan wanita) dibentuk pada bulan Agustus 1943.yang berusia 15 tahun keatas d) Gakotai (barisan pelajar) e) Heiho (Pasukan pembantu) sebagai bagian dari AD dan AL Jepang,dibentuk bulan April 1943,yang berusia 18-25 tahun f) Peta (Pembela tanah air) g) Jawa Hokokai (Kebaktian rakyat Jawa).Harus berbakti kepada Jepang.Jepang menancapkan kebijakannya dan bermaksud memanfaatkan rakyat Indonesia untuk kepentingannya, Barisan Pelopor Pada tahun 1944,Jepang semakin terdesaknya dalam perang Pasifik.Satu demi satu daerah pendudukannya jatuh ke tangan pihak sekutu.Untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat Indonesia, pada tanggal 14 September 1944 dibentuklah Barisan Pelopor, sebagai bagian dari Jawa Hokokai.Barisan pelopor ini merupakan organisasi pemuda pertama di masa penjajahan Jepang yang dibimbing langsung oleh kaum nasionalis Indonesia. Pimpinan organisasi dipegang oleh Ir. Soekrno dibantu oleh R.P. Suroso, Oto Iskandardinata dan Buntaran Martoatmojo.
3. Cara perjuangan/perlawanan bangsa Indonesia terhadap Jepang
Jawab: A. Perlawanan dengan Strategi Kooperasi Perlawanan dengan strategi kooperasi (bekerja sama) muncul karena Jepang melarang berdirinya semua organisasi pergerakan nasional. Pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan kebijakan yang hanya mengakui organisasi organisasi bentuknya yang ditujukan bagi kemenangan Perang Asia Pasifik. Tokoh tokoh pejuang nasionalis kemudian memanfaatkan semua organisasi bentukan Jepang itu dengan cara menggembleng kaum muda agar terus berusaha mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, mereka berhasil merumuskan rancangan UUD dan dasar negara yang akan diperlukan apabila Negara telah merdeka. Adapun bentuk perjuangan bangsa Indonesia dengan strategi kooperasi dilakukan melalui organisasi organisasi sebagai berikut. 1. Putera (Pusat Tenaga Rakyat). 2. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). 3. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Masyumi. 4. Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat). 5. BPUPKI dan PPKI. B. Perlawanan dengan Strategi Gerakan di Bawah Tanah (Ilegal) Perlawanan gerakan dibawah tanah atau illegal muncul akibat terlalu kuatnya pemerintah Jepang menekan dan melarang golongan oposisi. Gerakan nasionalisme yang ada ternyata tidak mampu menandingi kekuatan pemerintah Jepang. Oleh karena itu, beberapa perjuang nasionalis mengambil jalan melakukan gerakan dibawah tanah (illegal). Strategi perjuangan tersebut ternyata dapat terorganisir secara rapid an dilakukan secara rahasia. Mereka diam dan bersembunyi untuk menghimpun kekuatan rakyat. Mereka pun berusaha menanankan semangat persatuan dan kesatuan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Jaringan hubungan khusus terus dilakukan dengan tokoh pergerakan nasional yang kooperasi terhadap Jepang. Selain itu, mereka membentuk jaringan kekuatan dengan melakukan sabotase dan tindakan destruktif (perusakan) terhadap sarana/prasarana vital milik Jepang. Beberapa kelompok pergerakan nasional yang dijalankan strategi gerakan dibawah tanah, antara lain berikut ini. a) Kelompok Sutan Syahrir, meerupakan kelompok pemuda dibawah pimpinan Sutan Syahrir. Mereka antara lain menyebar di Jakarta, Cirebon, Garut, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Malang. Kelompok ini sangat antifasisme Jepang. b) Kelompok Kaigun, merupakan perhimpunan para pemua Indonesia yang mempunyai hubungan erat dengan kepala perwakilan Angkatan Laut (Kaigun) Jepang di Jakarta, yaitu Laksamana Maeda. c) Kelompok sukarni, merupakan kumpulan para pemuda anti Jepang dibawah pimpinan Sukarni. Mereka tinggal di Asmara Angkatan Baru di Jalan Menteng 31 Jakarta. d) Kelompok Persatuan Mahasiswa yang terdiri atas mahasiswa kedokteran (Ikadaigaku), bermarkas di Jalan Prapatan No. 10 Jakarta. e) Kelompok Amir Syarifuddin merupakan kumpulan pemuda berpaham sosialis yang selalu menentang kebijakan pemerintah Jepang. C. Perlawanan Bersenjata Perlawanan bersenjata rakyat Indonesia yang dilakukan di berbagai daerah meliputi perlawanan rakyat (misalnya di Singapura, Jawa Barat) dan perlawanan tentara Peta.
4. Perlawanan di berbagai daerah:
a. Perlawanan rakyat Tasikmalaya b. Perlawanan rakyat Aceh c. Perlawanan rakyat Kalimantan d. Perlawanan rakyat Indramayu e. Perlawanan rakyat Blitar Jawab : a. Perlawanan rakyat Tasikmalaya Perlawanan rakyat di Tasikmalaya ini diawalai oleh adanya penolakan santri-santri Pondok Pesantren Sukamanah Singaparna pimpinan K.H Zaenal Mustafa untuk melakukan seikerei--memberikan penghormatan kepada Kaisar jepang dengan cara membungkukkan badan dalam-dalam ke arah bendera Jepang memiliki kepercayaan bahwa kaisar mereka adalah putera dewa matahari yang mereka sebut dengan Amaterasu Omikami. Bendera Hinomaru mempunyai lambang matahari, yang harus dihormati. Siapa saja yang menolak melakukannya dianggap sebagai bentuk pembangkangan dan karenaitu tentara Jepang tidak segan-segan memberi hukuman yang berat. Kewajiban seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesai karena termasuk perbuatan syirik, yaitu menyekutukan Tuhan. Selain karena alasan itu, K.H. Zaenal Mustafa sendiri tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat kerja paksa (romusha). Pada tanggal 25 Februari 1944, K.H. Zaenal Mustafa mempin para santrinya untuk melakukan perlawanan. Namun, karena kekuatannya tidak seimbang, perlawanan ini dapat ditumpas Jepang. Banyaknya Pengikut K.H Zaenal Mustafa ditangkap dan pada tanggal 25 Oktober 1944 ia bersama para pengikutnya yang tertangkap dijatuhi hukuman mati. b. Perlawanan rakyat Aceh Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942 kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh. Awalnya Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh. Perlawanan rakyat Aceh terhadap pemerintah pendudukan militer Jepang di pimpin oleh Tengku Abdul Djalil. Ia seorang guru mengaji di Cot Pileng, yang tidak mau tunduk dan patuh pada Jepang. Pihak Jepang berusaha membujuknya agar berdamai tetapi usaha Jepang ditolak. Akhirnya, pada 10 November 1942, tentara Jepang menyerbu Cot Pileng. Saat serbuan Jepang ketika itu, rakyat sedang melaksanakan ibadah shalat subuh. Dengan berbebakal persenjataan: Pedang, Kelewang, dan Rencong. Rakyat dapat memukul mundur pasukan Jepang Lhokseumawe. Serangan kedua Jepang juga berhasil dipukul mundur. Barulah pada serangan ketiga Jepang berhasil menguasai Cot Pileng. Tengku Abdul Djalil dapat meloloskan diri, namun akhirnya gugur tertembak saat melakukan shalat. c. Perlawanan rakyat Kalimantan Jepang menyerang Kalimantan Barat, dari utara. Tepatnya, dari Sarawak. Penyerangan dari utara ini dimaksudkan agar perhatian Belanda terpecah belah. Selanjutnya, Belanda malah meninggalkan Kalimantan Barat bukan melindungi jajahannya tersebut. Pada tanggal 22 Januari 1942, Armada Angkatan Laut Dai Nippon mendarat di Pemangkat lewat Tanjung Kodok. Lalu, barulah pada 2 Februari 1942 Pontianak dikuasai tanpa perlawanan. Di berbagai tempat di Kalimantan terjadi perlawanan rakyat menetang kekuasaan tentara Jepang yang bertindak kejam dan sewenang-wenang. Di Kalimantan Barat kurang lebih 21.000 orang dibunuh dan dibantai secara kejam oleh tentara Jepang, sultan Hamid adalah salah satu tokoh yang selamat dari kekejaman Jepang. Selain rakyat yang tidak berdosa, banyak di antara mereka adalah raja-raja, tokoh-tokoh masyarakat terkemuka, dan tokoh-tokoh pergerak-an nasional turut terbunuh dalam aksi perlawanan tersebut. Untuk mengenang peristiwa tersebut maka didirikanlah sebuah Monumen Mandor, di desa Mandor. d. Perlawanan rakyat Indramayu Sewaktu Belanda, Jepang, dan Sekutu melalukan pendudukan di Indonesia, beberapa daerah di Jawa Barat melakukan gerakan perlawanan yang dilakukan rakyat untuk melawan penjajah. Gerakan perlawanan rakyat di Indramayu terjadi sekitar tahun 1942-1947. Antara tahun 1942-1945 rakyat Indramayu melakukan perlawanan melawan Jepang yaitu di Desa Kaplongan. Gerakan perlawanan tersebut dipicu oleh Camat Karangampel yang bernama Misnasastra mengumpulkan padi milik Haji Aksan, namun Haji Aksan menolak. Dengan minta bantuan kepada polisi, Haji Aksan ditangkap untuk dibawa ke Balai Desa. Dengan ditangkapnya Haji Aksan maka rakyat Desa Kaplongan berbondong-bondong menyerbu Balai Desa dan menyerang polisi. Selain itu Desa Kaplongan banyak sekali tokoh-tokoh agama yang memimpin gerakan perlawanan rakyat, sehingga Jepang encatat bahwa tokoh-tokoh tersebut teah masuk daftar hitam dan termasuk orang yang dicari Jepang. Untuk menangkap tokoh-tokoh tersebut Jepang melakukan siasat yang sangat licik, sehingga secara satu persatu tokoh-tokoh tersebut dapat tertangkap. Selain di Desa Kaplongan, gerakan perlawanan juga terjadi di Desa Cidempet. Gerakan tersebut dipicu adanya bala tentara Jepang melakukan perampasan pagi hasil panenan rakyat. Dengan cara hasil panenan rakyat harus diserahkan ke Balaidesa dan rakyat mengambil sebagian dari hasil panenan tersebut. Namun tawaran Jepang tersebut ditentang oleh rakyat, sehingga timbullah gerakan perlawanan melawan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, gerakan perlawanan rakyat Indramayu masih juga terjadi yaitu gerakan perlawanan dalam melawan Sekutu. Gerakan tersebut terjadi antara tahun 1946-1947. Sekutu yang diboncengi Belanda berkeinginan untuk kembali menjajah Indonesia. Namun kedatangan Belanda yang memboncengi NICA tersebut dihadang rakyat dalam bentuk perlawanan. Kejadian tersebut terjadi di Kecamatan Kertasemaya. Kontak senjata melawan Belanda juga terjadi di Desa Larangan. Namun diantara gerakan perlawanan rakyat di Indramayu dalam melawan Belanda yang paling dahsyat terjadi di Kampung Siwatu, yaitu pembumihangusan Kampung Siwatu karena kempung tersebut dijadikan tempat pengungsian para pejuang Indramayu. Ayib Maknun, warga Indramayu yang menjadi mata-mata Belanda memberitahukan kepada tentara Belanda, kalau Kampung Siwatu dijadikan tempat persembunyian, sehingga oleh Belanda kampung tersebut dibumihanguskan. e. Perlawanan rakyat Blitar Perlawanan PETA di Blitar merupakan salah satu perlawanan terhadap Jepang pada saat itu. Jika kita tarik garis ke belakang, PETA atau dikenal juga sebagai Pembela Tanah Air merupakan organisasi militer yang dibentuk oleh kekaisaran Jepang untuk melindungi Indonesia dari sekutu. Tentara PETA mendapatkan pelatihan dari Jepang, tetapi berbeda dengan Heiho, PETA belum pernah mengalami pengalaman tempur. Pemberontakkan di Blitar dilatarbelakangi oleh oleh semakin sulitnya kehidupan rakyat saat itu dan juga keinginan merdeka atas kepercayaan bahwa tentara Jepang akan segera kalah dalam perang asia timur raya sesuai berita yang didapat dari radio Internasional dimana satu persatu daerah kekuasaannya di asia jatuh ketangan sekutu. Sehingga sebelum tentara sekutu mendarat di Indonesia dan mengembalikan Indonesia sebagai wilayah pendudukan Belanda. Indonesia harus merdeka dan mendapat pengakuan internasional sehingga mencegah hal itu terjadi. Akhirnya mereka memutuskan tanggal 14 merupakan tanggal penyerangan karena adanya pertemuan besar antara komandan dan anggota PETA di Blitar sehingga diharapkan akan membangkitkan semangat anggota lain, menguasai Blitar, dan menyulut semangat warga di daerah lain untuk melakukan pemberontakan. Gerakan yang dipimpin oleh Supriadi tersebut ternyata mengalami kesulitan karena pertemuan tersebut harus batal. Bila mereka tidak menyerang akan ada kemungkinan besar diketahui oleh kekhaisaran Jepang sehingga dapat diprediksikan mereka akan mendapat hukuman mati bagi yang terlibat perlawanan tersebut. Supriyadi dan anggota lain tetap akan melaksanakan pemberontakan tersebut. Tepat dinihari 14 Februari 1945 meletuslah tembakan mortir dan peluru dari asrama Tentara PETA di Blitar dan pengibaran bendera Merah putih tepat diseberang asrama PETA.seperti telah diduga sebelumnya Tentara Kekaisaran Jepang akhirnya bisa mengatasi pemberontakan ini.harapan pemberontakan PETA di Blitar akan mendorong Pemberontakan PETA di daerah lain tidak terjadi karena tentara Jepang segera menarik seluruh senjata yang dipegang tentara PETA Semenjak peristiwa tersebut, jejak Supriadi menghilang sedangkan anggotadan komandan lain di penggal di daerah Ancol, ada juga yang di penjara. Untuk mengenang perlawanan PETA tepat di lokasi perlawanan didirikan monumen PETA yang terdiri dari 7 patung dalam sikap menyerang tepat ditengah-tengah adalah Supriyadi sebagai pemimpin perlawanan. Sedangkan asrama PETA kini menjadi SMP dan SMU Negeri namun bila dihat dari bentuk banguanan tersebut ada kesan itu merupakan bangunan asrama militer. Tugu tempat pengibaran bendera merah putih saat pemberontakan kini menjadi taman makam pahlawan.