Anda di halaman 1dari 32

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Jepang dipandang sebagai salah satu negara maju di berbagai
bidang, baik teknologi, ilmu pengetahuan, budaya, alam dan tata perkotaannya,
bahkan etos kerja dan semangatnya. Kemajuan Jepang dalam berbagai bidang
tersebut tentu saja tidak terlepas dari sejarah panjang yang telah dialami Jepang.
Dalam hal etos kerja ataupun semangat, sejak dahulu orang Jepang dikenal
dengan semangat bushido yang dapat mereka terapkan dalam berbagai bidang.
Ajaran bushido berarti menyadari akan kedudukannya masing-masing di dalam
hidup ini, mempertinggi derajat dan kecakapan diri, melatih dirinya lahir dan
batin, menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan tanah air sampai titik darah yang
terakhir.
Semangat bushido yang terkenal di mata dunia mulai terlihat sejak zaman
samurai (zaman Heian tahun 794 sampai restorasi meiji) dimana Jepang masih
terbagi-bagi menjadi banyak daerah kekuasaan di dalam negaranya sendiri. Sejak
pemerintahan Jepang menyatu di bawah kekuasaan kaisar Meiji, semangat
bushido memperlihatkan bahwa mati untuk kaisar adalah bentuk mati yang
sempurna dan mulia. Perkembangan semangat bushido pada diri orang-orang
Jepang tersebut, terutama pada saat Jepang telah mengalami kemajuan
modernisasi dari pengaruh pengaruh Barat, tentu saja membawa orang-orang
Jepang mampu bersaing dengan negara-negara Barat.
Pengaplikasian dari semangat bushido yang terdapat pada diri bangsa
Jepang setelah restorasi Meiji yang membuka diri terhadap dunia luar dapat
terlihat dari peta kekuatan militer dan perindustrian Jepang. Dalam hal ini, Jepang
dapat menyaingi dan juga dapat disejajarkan dengan negara-negara yang termasuk
dengan kekuatan besar dunia. Akibat pengaruh Barat, pemerintahan Jepang
membentuk kesatuan tentara Jepang pada tahun 1873. Angkatan Perang Jepang
dibangun secara modern dengan peralatan yang dibeli dari negara-negara Barat.
Namun tidak lama setelah itu Jepang mampu membuat sendiri peralatan-peralatan
perang yang bahkan mampu menyaingi peralatan perang dari negara-negara Barat.

1
2

Pembentukan angkatan militer Jepang, dan juga penumbuhan kembali semangat


bushido dalam diri setiap anggota militer Jepang, membuat Jepang mampu
melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah negaranya. Politik imperialisme
yang berusaha dijalankan oleh Jepang tersebut dipilih oleh kebijakan pemerintah
karena politik tersebut dirasa sebagai cara yang paling tepat dalam menyelesaikan
permasalahan di dalam negeri Jepang sendiri. Pada saat itu, permasalahan berat
yang sedang dialami Jepang adalah meningkatnya pertumbuhan perindustrian
yang sangat pesat, yang tidak dapat diimbangi oleh ketersediaan bahan mentah
untuk diolah sebagai bahan industri. Masalah tersebut mengantarkan Jepang pada
keputusan untuk melakukan imperialisme kepada negara-negara lain untuk
mencari wilayah baru. Jadi, gerakan imperialisme Jepang ini bukan hanya semata-
mata gerakan militer, tetapi sekaligus merupakan perluasan perdagangan Jepang.
Gerakan imperialisme Jepang diawali melalui ekspansi ke daerah sekitar-sekitar
Jepang, yaitu Cina, Korea, dan Mancuria. Ekspansi Jepang tersebut yang nantinya
akan membawa Jepang sebagai salah satu pelaku dalam Perang Pasifik dan juga
Perang Dunia ke-II.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis perlu untuk melakukan
deskripsi mengenai tujuan-tujuan apa yang menjadi dasar Jepang dalam
melanjutkan ekspansinya ke wilayah Asia Tenggara setelah Cina, dan juga
bagaimana kronologis dari masuknya Jepang ke wilayah Asia Tenggara, terutama
pulau Jawa di Indonesia yang pada waktu itu menjadi pusat pemerintahan Hindia
Belanda di Asia Tenggara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Bagaimana awal kedatangan Jepang di Indonesia?
2. Bagaiaman kebijakan pemerintah Jepang di Indonesia?
3. Bagaiamana organisasi-organisasi bentukan Jepang?
4. Bagaiamana perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan Jepang?
5. Bagaiamana penjajahan Jepang?

2
3

1.3 Tujuan
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini
adalah:
1. Untuk menganalisis awal kedatangan Jepang di Indonesia
2. Untuk menganalisis kebijakan pemerintah Jepang di Indonesia
3. Untuk menganalisis organisasi-organisasi bentukan Jepang
4. Untuk menganalisis perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan
Jepang
5. Untuk menganalisis akhir penjajahan Jepang

3
4

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Awal Kedatangan Jepang


Memasuki era abad ke-20, kemajuan dalam bidang industri dan kepadatan
penduduk di Jepang, akhirnya membawanya menjadi negara penjajah. Penjajahan
pertama Jepang dilakukan terhadap Korea pada tahun 1905. Pada masa
selanjutnya Jepang memulai menaklukan Manchuria pada tahun 1931, Cina pada
tahun 1937, dan Asia Tenggara pada 1938. Minat Jepang terhadap daerah Asia
tenggara adalah karena ajaran Shintoisme tentang Hokka-ichiu yaitu ajaran
tentang kesatuan keluarga manusia. Jepang sebagai bangsa yang telah maju
mempunyai kewajiban untuk mempersatukan bangsa-bangsa di dunia ini dan
memajukannya (Moedjanto, 1988:66)
Besarnya pengaruh ajaran Shintoisme tentang Hokka-ichiu, banyak para
Antropolog Jepang pada tahun 1930 mengatakan bahwa Jepang dan seluruh
negara di Asia Tenggara yang salah satunya Indonesia merupakan saudara
serumpun. Maka dari itu tidaklah heran jika pada proses penaklukan Indonesia,
Jepang menggunakan semboyan “saudara tua”. Karena di Indonesia mayoritas
masyarakatnya beragam Islam, maka Jepang di sisi sebagai saudara tua daerah
Timur Raya juga menekankan pada persamaan antara Shinto dan Islam. Jepang
mengumbar harapan bahwa kaisar akan beralih agama dan memeluk agama Nabi
Muhammad, dan melukiskan suatu gambar gilang-gemilang tentang dunia
kekuasaan Islam yang berpusat di sekitar Kaisar Khalifah Jepang Raya
(Moedjanto, 1988:67)
Alasan lain Jepang untuk menguasai Indonesia adalah karena masalah
ekonomi. Kemajuan Industri di Jepang memaksanya untuk bisa menguasai
sumbersumber alam yang berada di Indonesia terutama minyak tanah, timah,
karet, dan lain-lain. Antara tahun 1929 dan 1930 terjadi krisis ekonomi dunia
(Moedjanto, 1988:68). Jepang nampaknya tidak begitu menderita, terbukti
beberapa tahun kemudian ia sanggup bersaing dengan negara-negara Eropa untuk
merebut pasaran ekonomi, dengan menggunakan politik dumping, yaitu menjual

4
5

barang-barang dengan harga yang lebih murah di luar negeri daripada di Jepang
sendiri. Agar penjualan yang dilakukan perusahaan itu tidak terjadi kerugian,
maka dari pihak pemerintah memberikannya subsidi kepada perusahaan tersebut.
Sebagai awal dari propaganda politik Jepang menaklukan Indonesia.
Jepang menempatkan distributor-distributornya atau agen-agennya ke dalam pasar
daerah yang akan diduduki, politik ini sangat tepat sekali. Banyak pertokoan yang
dibangun di Indonesia oleh pihak Jepang. Hal ini terlihat ketika kedatangan
Jepang di Indonesia, orang-orang pribumi dibuat terkejut ketika melihat bahwa
pemilik-pemilik toko itu memakai seragam militer Jepang dengan pangkat opsir
(perwira). Di Yogyakarta dulu dikenal dengan toko Fuji.
Cara lain untuk menarik simpati masyarakat Indonesia adalah melalui
pendidikan. Pelajar-pelajar Indonesia diberi beasiswa untuk belajar di Jepang.
Dengan syarat berjanji akan setia kepada rencana ATR. Jepang juga menarik
simpati dari kalangan Islam Indonesia. Banyak orang-orang Islam Jepang
diberangkatkan ke Timur Tengah untuk menunaikan tugas haji dan mencari
pengaruh orang Islam di Timur Tengah. Sehingga orang-orang Indonesia percaya
bahwa Jepang merupakan Negara yang peduli dengan Islam. Bahkan sampai
mendirikan masjid di Kobe pada tahun 1935 dan mengadakan konferensi Islam di
Tokyo pada tahun 1938 (Moedjanto, 1988:69).
Pada tanggal 1 April 1938 berkenaan dengan rencana ekspansi wilayah
Jepang mengumumkan adanya undang-undang tentang mobilisasi umum negara.
Dan pada tanggal 18 Desember 1938 dibentuklah organisasi “Nihon-Jin-
Seinenkai” di Surabaya, yang beranggotakan 230 pemuda Jepang. Keberadaan
mereka merupakan suatu gerakan propaganda Jepang yang mempunyai nilai
nasionalis tinggi. Apa yang diperintahkan oleh kekaisaran Jepang, selalu menjadi
semangat terhadap laju untuk menaatinya. Keberadaan mereka hanya sebatas
dalam penyebaran kekuasaan ekonomi di Indonesia. Namun pada waktu itu,
terjadi pengusiran terhadap warga Jepang yang dicurigai oleh Belanda karena
dianggap membahayakan perpolitikan.
Pada tahun 1939 terjadi persaingan ekonomi yang ketat. Gerak-gerik
Jepang di Indonesia dianggap membahayakan, sehingga Belanda memiliki rasa

5
6

anti Jepang. Untuk menghilangkan dugaan Belanda, maka masyarakat Jepang di


Indonesia memberikan jawaban dalam harian Taindon Nippo, bahwa tugasnya di
Indonesia hanya untuk memperluas kekuasaan ekonominya. Tak ada maksud
untuk melakukan penjajahan.
Kedekatan orang-orang Jepang dengan orang Indonesia sebagai saudara
tuanya, dibangun dengan baik. Orang-orang Jepang mengetahui bahwa orang
Indonesia waktu itu masih perlu banyak bimbingan. Maka dari itu banyak dari
kalangan orang-orang Jepang yang mendidik dan mengajar bahasa Jepang kepada
orang-orang Indonesia. Kedekatan orang-orang Indonesia dengan orang-orang
Jepang dianggap oleh Belanda sebagai upaya untuk berbalik melawan Belanda.
Pada tanggal 1 September 1939, Hitler menyerbu Polandia dan mulai
berkobarlah Perang Dunia II di Eropa. Di Indonesia, GAPI menekan Belanda
untuk memberikan otonomi sehingga bisa bekerja sama dengan Belanda untuk
melawan fasisme, namun usulan GAPI tidak ditanggapi. Pada tahun 1940,
pemerintah Belanda menegaskan tidak akan memberikan otonomi sedikit pun
untuk Indonesia dan kekuasaan akan tetap pada tanggung jawab Belanda.
Pada tanggal 10 Mei 1940, Hitler menyerbu negeri Belanda. Pemerintah
Belanda lari ke pengasingan di London. Namun demikian, Belanda tidak mau
mengubah status Indonesia dari negara jajahannya. Bahkan memberlakukan
undang-undang darurat perang, dan segala aktivitas politik dilarang. Pemimpin-
pemimpin Indonesia dalam Volksrad masih berharap Belanda memberikan
kesempatan Tetapi jawaban dari gubernur jendral Tjada van Starkenborgh
Stachouwer bahwa akan dilakukan beberapa perubahan setelah perang berakhir
(Ricklef, 2008:415). Di sisi lain, pada bulan Juli 1939 Amerika membatalkan
perjanjian perdagangannya dengan Jepang dan mulai meletakkan embargo
terhadap pengiriman ekspor ke Jepang serta membekukan aktivitas Jepang di
Amerika Serikat.
Pada bulan September 1940, tiga pihak yaitu Jepang-Jerman-Italia
mengesahkan persekutuan mereka. Prancis dikalahkan oleh Jerman pada bulan
Juni 1940. Pada September 1940, pemerintah Prancis di Vichy yang bekerja sama
dengan Jerman memperbolehkan Jepang membangun pangkalan-pangkalan

6
7

militer di Indo-Cina jajahan Prancis. Pada saat itu, pemimpin-pemimpin Jepang


mulai membicarakan secara terang-terangan untuk kebebasan Indonesia. Pihak
Jepang meminta izin kepada Belanda untuk diperbolehkan memasuki Indonesia,
namun Belanda menolak. Sampai pada tahun 1941, ekspor Indonesia ke Jepang
diperhentikan dan Belanda membekukan aset Jepang di Indonesia. Mengetahui
hal itu, Jepang memperkuat pangkalan militernya di daerah Indo-Cina.
Pada tanggal 8 Desember 1941, pasukan Jepang menyerang Pearl
Harbour, pusat pertahanan Amerika Serikat di Pasifik. Selama enam bulan sejak
jatuhnya Pearl Harbour, Jepang terus melakukan gerakan ofensif. Hingga ke Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Lima Jam setelah penyerangan Pearl Harbour,
Gubernur jendral Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer
menyatakan perang terhadap Jepang. Ketika itu pemerintah Hindia Belanda
mempertahankan diri terhadap serangan Jepang dari pada bulan Desember sampai
awal tahun 1942. Belanda meminta bantuan raja Yogyakarta dan Surakarta. Kerja
sama antara kedua kerajaan dengan pemerintah Hindia Belanda memang terlihat
erat, namun serangan Jepang yang begitu besar tidak dapat lagi dibendung
(Poesponegoro dan Notosusanto, 2008:1).
Pada bulan Januari 1942 terjadi pertempuran seru di laut Jawa yang
membawa keunggulan armada Jepang. Ambon dan seluruh daerah Maluku,
meskipun di daerah tersebut masih dipertahankan oleh 2.400 pasukan militer
Belanda dan 1.000 pasukan Australia tetapi kekuatan dan kecerdikan Jepang
dalam bertempur tak bisa lagi dibendung. Pada waktu yang bersamaan Manado
dan Kendari berhasil dilumpuhkan juga. Pada bulan Januari juga, daerah-daerah
kekuasaan Belanda di Kalimantan jatuh ke tangan Jepang. Dimulai dari Tarakan
pada tanggal 11-12 Januari, disusul pada tanggal 24 Januari yaitu Balikpapan
yang merupakan sumber minyak. Pontianak jatuh pada tanggal 29 Januari,
Samarinda juga direbut Jepang pada 3 Februari, dan terakhir Banjarmasin juga
takluk pada tanggal 10 Februari tahun 1942. Pada 5 Februari ekspansi Jepang
terus ditingkatkan dengan jatuhnya lapangan terbang Samarinda II, yang waktu itu
masih dikuasai oleh tentara Hidia Belanda (KNIL). Dengan dikuasainya pusat
kekuatan Hindia Belanda di lapangan terbang tersebut, maka dengan mudah pada

7
8

tanggal 10 Februari Banjarmasin secara keseluruhan dikuasai (Poesponegoro dan


Notosusanto, 2008:1).
Jepang mendarat di Sumatera untuk pertama kalinya di Palembang pada
tanggal 14 Februari 1942.65 Dua hari kemudian pada tanggal 16 Februari 1942
Palembang dan sekitarnya berhasil dikuasai oleh Jepang. Pada waktu itu Jawa
hanya dipertahankan oleh 25.000 tentara KNIL, 15.000 tentara Sekutu, 5500
personil administrasi dan 6.000 Angkatan Udara Kerajaan Inggris, dan masih
dibantu 3.000 tentara Australia dan 500 tentara Amerika Serikat. Namun pada
akhirnya, kekuatan Sekutu berhasil dibekukan oleh Jepang. Awal kedatangan
Jepang di daerah Sumatera. Dipermudah oleh kelompokkelompok Islam
penentang anti Belanda yang kelihatannya diorganisir cukup rapi. Beberapa di
antaranya terlihat telah didirikan dengan bantuan Jepang. Dalam bukunya, B.J.
Benda menjelaskan bahwa kedatangan Jepang memang sudah di tunggu. Terbukti
dalam pernyataan salah satu masyarakat Muslim
; ...meskipun adanya larangan-larangan (Belanda) dan rintangan-
rintangan kami senantiasa secara sembunyi-sembunyi
mendengarkan siaran dari Jepang, sehingga kami bisa tahu
bilamana mereka (orang-orang Jepang) akan datang ke sini...(dan
ketika mereka benar-benar datang), ribuan orang kami yang
berkumpul di depan masjid Agung (di Medan) dan menerima
mereka dengan pekikan “Banzai”
Di Jawa, saat itu terjadi kevakuman pemerintahan karena jatuhnya
pemerintahan Kolonial. Tak lama kemudian tiga Minggu setelah pendaratan
Jepang di Sumatera, Jepang mendarat di Jawa. Banyak masyarakat di daerah Jawa
dengan penuh semangat menyambut pasukan-pasukan pendudukan dengan
bendera Jepang yang berjatuhan dari atas “pesawat-pesawat Jepang”. Berlainan
dengan politik netral yang dikembangkan penguasa Belanda terhadap Islam,
penguasa Jepang berusaha membujuk pemimpin-pemimpin umat, khususnya
Islam untuk bisa bekerja sama dengan Jepang. Jepang menyebut dirinya sebagai
“Saudara Tua” rakyat Indonesia. Ditempuhnya politik ini guna untuk
memobilisasi seluruh masyarakat Indonesia guna menyokong tujuan-tujuan
perang Asia Timur Raya melawan Sekutu yang sangat mendesak.

8
9

Dengan jatuhnya daerah kekuasaan Hindia Belanda di daerah Sumatera,


Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, memudahkan Jepang untuk menundukkan
pusat kekuasaan Hindia Belanda yang berada di Batavia. Devisi ke-2 adalah
tentara Jepang yang mendarat untuk pertama kalinya di Jawa Barat dan Devisi ke-
48 di Jawa Tengah. Tentara Jepang itu dipimpin oleh letnan jendral Hitoshi
Imamura yang nantinya bertugas melawan sekutu dalam memperebutkan Jawa.
Pada akhirnya kekuatan Jepang ditambah dengan Devisi ke-38 di bawah Kolonel
Shoji. Nantinya Pasukan Jepang yang baru menaklukan daerah Indonesia utara
juga akan bergabung. Ditambah angkatan udara Jepang sangat kuat, sedangkan
angkatan udara Belanda sudah dihancurkan pada pangkalan-pangkalan
sebelumnya.
Menyebarnya militer Jepang di seluruh daerah Jawa yang sekaligus
menunjukkan jumlah yang lebih besar daripada kekuatan sekutu. Membuat
kekalahan di pihak Belanda. Pada tanggal 1 Maret 1942 tentara keenam belas
Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus, yakni di Teluk Banten, Eretan
Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah). Setelah pendaratan itu, ibukota
Batavia (Jakarta) pada tanggal 5 Maret 1942 diumumkan oleh Jepang sebagai
“kota terbuka” dan tidak lagi berada dalam genggaman Belanda. Setelah itu
tentara Jepang langsung menguasai daerah sekitar, yaitu Bogor.
Di tempat lain pada tanggal 1 Maret Jepang mendarat dan menyerbu kota
Bandung dengan dipimpin oleh Kolonel Toshinori dengan pasukan 5.000 orang
yang sudah siap berada di Eretan, sebelah Barat Cirebon. Pada hari itu juga
berhasil membekukan daerah Subang. Momentum itu mereka gunakan untuk terus
berusaha menekan Belanda dan sekutunya dengan merebut lapangan terbang
Kalijati yang berjarak sekitar 40 km dari Bandung. Perebutan kembali daerah
tersebut oleh Belanda terus dilakukan sampai tanggal 4 Maret 1942, namun
Jepang berhasil memukul mundur.
Operasi kilat Detasemen Shoji telah mengakibatkan tentara KNIL kritis.
Pada tahun 6 Maret keluarlah perintah dari panglima KNIL, letnan jendral Ter
Poorten kepada panglima di Jawa Barat, Mayor Jendral J.J. Pesman tentang tidak
diperbolehkannya melakukan pertempuran. Hal itu dikarenakan Bandung menjadi

9
10

kota mati yang penuh sesak dan banyak penduduk sipil, wanita, dan anak-anak.
Tak lama sesudah keberhasilannya Jepang mendudukan KNIL di Lembang, maka
pada tanggal 7 Maret 1942 tepat petang hari pasukan-pasukan Belanda di sekitar
Bandung menyerahkan diri.
Keberhasilan pihak Jepang menduduki Indonesia sebenarnya juga tidak
lepas dari bantuan orang-orang pribumi itu sendiri. Di beberapa daerah, banyak
rakyat Indonesia yang ikut menyerang serdadu-serdadu dan sipil Belanda. Maka
salah satu upaya untuk menyelamatkan orang-orang Belanda dan sekutu lainnya
adalah dengan menyerah kepada Jepang, supaya tidak terjadi banyak korban.
Kolonel Shoji menyampaikan usul kepada Jendral Imamura, bahwa daerah
Belanda di daerah Bandung sudah menyerahkan diri. Tetapi permintaan dari
jendral Imamura adalah penyerahan total daerah kekuasaan Jawa. Jika tidak
disetujui, pihak Jepang akan mengebom Bandung dari udara. Perundingan pun
akhirnya dilakukan oleh pihak Belanda dengan mengirim Gubernur Jendral Tjarda
van Starkenborgh Stachouwer beserta pejabat Belanda lainnya untuk bertemu
Jendral Imamura di Kalijati. Hasil pertemuan antara keduanya adalah pengakuan
kalah perang tanpa syarat Angkatan Perang Hindia Belanda kepada Jepang. Tepat
pada tanggal 8 Maret 1942 dalam pertemuan tersebut berlangsung di tanda
tanganinya penyerahan kekuasaan Belanda yang diwakili oleh Jendral Ter Pooten
kepada Jepang oleh jendral Imamura. Sejak itulah kekuasaan Jepang secara resmi
berada di Indonesia.
Masa Jepang merupakan masa kebangkitan nasional. Pendudukan selama
tiga setengah tahun merupakan periode yang menentukan bagi sejarah Indonesia.
Jepang banyak melakukan perubahan baru terhadap masyarakat pribumi yang
akhirnya memungkinkan terjadinya revolusi Indonesia. Terutama di Jawa, mereka
(golongan Jepang) mengindoktrinasi, melatih, dan mempersenjatai banyak
generasi muda serta memberi kesempatan kepada para pemimpin yang lebih tua
untuk menjalin hubungan dengan rakyat. Di seluruh Nusantara sampai pada
pelosok desa telah diguncang oleh tekanan politik yang keras dan menindas.
Namun hal inilah yang akhirnya membangkitkan semangat nasionalisme
Indonesia untuk menuju kemerdekaan dari kolonialisme.

10
11

2.2 Kebijakan Awal Pemerintah Jepang Terhadap Indonesia; Mencari


Pengaruh Masyarakat Indonesia.
Dengan menyerahnya Hindia Belanda tanpa syarat kepada Jepang pada 8
Maret 1942, maka berakhirlah pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia, dan
secara resmi kekuasaan baru yang dipegang oleh Jepang dimulai. Pada tanggal 9
Maret 1942 pemerintah Jepang menetapkan sebagai hari pembangunan Jawa Baru
yang memasuki Jawa sebagai anggota dari Persemakmuran bersama Asia Timur
Raya. Tugas utama Jepang adalah menghentikan revolusi-revolusi masyarakat
pribumi yang ditakutkan akan mengancam usaha penaklukan Jepang. Seperti yang
terjadi di Sumatera dan Aceh. PUSA merupakan salah satu gerakan revolusi untuk
mempertahankan Islam dan mendorong modernisasi sekolah-sekolah Islam.
Organisasi tersebut melakukan perlawanan terhadap pejabat-pejabat yang
mendukung Belanda. Memang di sini mereka lebih pro kepada Jepang karena
dianggap sebagai penolong untuk mengusir Belanda.
Adapun di Sumatera Timur, orang-orang Batak Karo bersama pimpinan
Gerindo yaitu Husni Thamrin yang beraliran nasionalis juga melakukan
perlawanan terhadap Belanda. Tujuannya adalah untuk memperlancar masuknya
Jepang ke Sumatera. Meskipun golongan-golongan ini membantu mempermudah
Jepang, namun Jepang khawatir jika nantinya mereka melakukan perlawanan
yang sama terhadap Jepang. Maka dibekukan setelah Jepang mendarat. Di sisi
lain, penguasaan Jepang di Indonesia kala itu belum memiliki pusat pemerintahan
sipil seperti hanya pemerintahan Hindia Belanda. Tetapi dengan cepatnya
penguasaan Jepang terhadap Indonesia, pemerintahan yang dijalankan masih
bersifat pemerintahan militer.
Terdapat tiga pemerintahan militer yang telah dibangun Jepang sebagai
pangkalan terbesar militer. Di antaranya adalah:
1. Pemerintahan militer Angkatan Darat sebagai Tentara Kedua puluh Lima.
Berkuasa di wilayah Sumatera dengan pusat kontrolnya berada di
Bukittinggi,

11
12

2. Pemerintahan militer Angkatan Darat Keenam belas. Berkuasa untuk


daerah Jawa-Madura dengan pusat kontrolnya berada di Batavia,
3. Pemerintahan militer Angkatan Laut Armada Selatan Kedua. Berkuasa
meliputi daerah Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku yang pusat kontrolnya
berada di Makasar.
Dengan adanya kevakuman dalam jabatan pemerintahan di Indonesia,
maka pemerintahan meliter Jepang yang ada di Jawa dianggap sebagai
pemerintahan sementara. Hal ini sesuai dengan Osamu Seirei No. 1, Pasal 1, yang
dikeluarkan oleh Panglima Tentara Keenam belas pada tanggal 7 Maret 1942.
Undang itu merupakan dasar dari berdirinya pemerintahan sementara Jepang di
Indonesia. Adapun isinya adalah:
a) Pasal I : Balatentara Nippon melangsungkan pemerintahan militer
sementara waktu di daerah-daerah yang telah ditempati agar
supaya mendatangkan keamanan yang sentosa dengan segera
b) Pasal II : Pembesar balatentara memegang kekuasaan pemerintah
militer tertinggi dan memegang seluruh kekuasaan yang pernah
dipegang oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda;
c) Pasal III : Semua badan-badan pemerintah dan kekuasaan hukum
dan undangundang dari pemerintah yang dahulu tetap diakui sah
untuk sementara waktu, asal saja tidak bertentangan dengan aturan
pemerintah militer;
d) Pasal IV : Bahwa balatentara Jepang akan menghormati kedudukan
dan kekuasaan pegawai-pegawai yang dianggap setia oleh Jepang.
Dari adanya undang-undang di atas, maka jelaslah bahwa Jepang telah
menghapus semua kedudukan Belanda dan menggantinya dengan orang-orang
Jepang. Namun, supaya pemerintahan tetap berjalan stabil, masyarakat sipil yang
dulunya menduduki jabatan dalam pemerintahan Hindia Belanda tetap
dipertahankan. Adapun susunan atau struktur pemerintahan militer Jepang
sementara adalah:

12
13

1. Gunshireikan (Panglima Tentara) kemudian disebut Saik_ Shikikan


(Panglima Tertinggi). Sebagai sentral pimpinan, dipegang oleh Letnan
Jendral Hitoshi Imamura
2. Gunseikan (Kepala Pemerintah Militer), yang dirangkap oleh staf tentara
yang dipegang oleh Mayor Jendral Seizaburo Okasaki.
Tugas Gunshireikan adalah menetapkan peraturan yang dikeluarkan oleh
Gunseikan, namanya Osamu Kanrei. Peraturan-peraturan itu akan diumumkan
dalam Kan P_sebuah penerbit resmi yang dikeluarkan oleh Gunseikanbu8 dalam
Gunseikanbu terdiri dari 5 macam bu85, yaitu:
1. S_mubu (Departemen Urusan Umum),
2. Zaimubu (Departemen Keuangan),
3. Sangyobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan),
4. Kotsubu (Departemen Lalu Lintas), dan
5. Shih_bu (Departemen Kehakiman).
Departemen-departemen di atas diberikan kepada setiap daerah yang
dikuasai oleh koordinator pemerintah militer, di antaranya adalah berada di Jawa
Barat berpusat di Bandung, di Jawa Tengah berpusat di Semarang, dan di Jawa
Timur berpusat di Surabaya. Di samping itu dibentuklah dua daerah istimewa atau
yang biasanya disebut K_ci dalam bahasa Jepangnya, yaitu Surakarta dan
Yogyakarta.
Dalam setiap tugas pemerintahan yang diberikan kepada masyarakat sipil,
mereka tidaklah sebebas yang dibayangkan. Karena terlihat adanya organisasi
politik yang dianggap Jepang akan bergerak untuk melawan. Maka pada tanggal
20 Maret 1942, Imamura memberikan maklumat dengan keras kepada setiap
masyarakat Indonesia untuk tidak membicarakan hal yang menyangkut
perpolitikan. Selain itu juga melarang mengibarkan bendera Merah Putih dan
menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Pada pendudukan Jepang di awal pemerintahannya, setelah Belanda
menyerah tanpa syarat kepada Jepang, terlihat beberapa politik untuk menguasai
umat Islam dilaksanakan. Pada satu Minggu setelah kejatuhan Ibukota Batavia,
kaum Muslim yang berada di masjid-masjid Batavia dikejutkan oleh munculnya

13
14

beberapa Muslim Jepang dengan memakai seragam tentara yang mengikuti acara
keagamaan Islam. Beberapa hari kemudian kolonel Horie dengan didampingi
beberapa orang Muslim Jepang yaitu, Muhammad Adbul Muniam Inada
memberikan sebuah pidato di Masjid Kwitang. Beberapa hari kemudian di bulan
Maret Jepang membentuk sebuah badan untuk mengurusi masalah keagamaan
dalam Islam. Badan tersebut adalah Shumubu dan kolonel Horie diangkat sebagai
ketuanya. Di akhir bulan Maret Shumubu sudah memulai aktivitasnya dengan
mengurusi masalah agama Islam
Semua gerakan organisasi politik dibekukan oleh Jepang, kecuali MIAI,
yang tetap diberikan kelonggaran untuk tetap beraktivitas, karena hal ini bertujuan
untuk mencari pengaruh tokoh-tokoh Islam yang mengandung kekuatan besar
untuk bisa membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya. Maka pada bulan
April, sebagai propaganda menyambung antara Jepang dan masyarakat Indonesia,
Jepang membentuk “Gerakan 3 A” yang di dalamnya terdapat semboyan “Nippon
Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, dan Nippon Pemimpin Asia”. Organisasi
ini sebenarnya dimaksudkan untuk mengkonsolidasikan kekuatan guna melawan
Belanda dan memberikan pengaruh doktrinasi terhadap daerah Asia Timur. Untuk
memimpin organisasi itu diangkatlah Mr. Samsudin menjadi ketua, seorang tokoh
politik yang terkemuka pada waktu itu yang sangat dekat dengan pemerintah
Jepang. Ia adalah bekas pemimpin Perindra yang sejak lama sudah menaruh
simpati terhadap fasisme Jepang.
Kebijakan Imamura di atas membawa kekecewaan terhadap masyarakat
Indonesia. Namun untuk mereda kekecewaan masyarakat Indonesia, pada tanggal
29 Maret 1942 Jepang mengeluarkan maklumat yang berisi: pembukaan kembali
sekolah-sekolah, bahasa Melayu dan bahasa daerah dijadikan sebagai pengantar,
penggantian nama Java menjadi Djawa, Batavia menjadi Jakarta, Preanger
menjadi Periangan, dan sebagainya. Selain itu pelajaran-pelajaran yang diberikan
di antaranya meliputi Sejarah Ilmu Bumi, Bahasa Indonesia (Melayu), Adat
istiadat, Bahasa Jepang, Ideologi Jepang, dan kebudayaan Jepang
Pada tanggal 20 Mei tahun 1942 Partai Islam Indonesia yang “reformis”

14
15

mengumumkan untuk menghentikan aktivitasnya dan membubarkan diri sekaligus


cabang-cabangnya. Sebelumnya Partai Serikat Islam Indonesia sudah menutup
kantornya di Jakarta pada tanggal 9 Mei dan memerintahkan cabang-cabangnya
untuk menyusul. Pada bulan yang sama, karena Jepang sangat membutuhkan
bantuan dari kalangan umat Islam, maka Jepang menarik kiai dan ulama untuk
bisa masuk ke dalam pemerintahan. Maka dibentuklah Shumubu94 dan
Shumuka95. Pemimpin dalam Shumubu adalah Kolonel Horie. Namun untuk
tugas pembentukannya dibebankan kepada tiga orang haji Jepang yang bernah
belajar di Timur Tengah, yaitu H. Abdul Munia Inada, H. Abdul Hamid Ono, dan
H. Muhammad Saleh Suzuki.
Guna menyapu bersih pengaruh Belanda dan Sekutu, pihak Jepang
melarang pemakaian bahasa Belanda dan bahasa Inggris serta memajukan
bahasa Jepang dan pelarangan penggunaan buku-buku dari Barat. Kalender
Jepang mulai diterapkan, patung-patung yang berbau Barat dirobohkan.
Usaha lain yang dikampanyekan oleh Jepang untuk memberikan meyakinkan
rakyat Indonesia adalah bahwa mereka dan bangsa Jepang merupakan saudara
seperjuangan dalam perang yang luhur untuk membentuk tatanan baru di Asia
Pada masa Jepang, kebijakan Model pendidikan yang diterapkan
berbeda dengan model pendidikan masa Belanda. Status sosial yang
sebelumnya dijadikan sebagai alat pemisah dalam pendidikan, sekarang
tidak lagi berlaku. Antara golongan priyai dan golongan masyarakat biasa
disamakan. Nama sekolah-sekolah yang sudah ada dari masa Belanda kemudian
di rubah, seperti:
1. Jenjang sekolah dasar menggunakan istilah “Sekolah Rakyat” atau
Kokumin Gakko yang diperuntukkan untuk semua masyarakat Indonesia
tanpa harus membedakan status sosialnya. Masa pendidikan pada jenjang
ini selama 6 tahun. Bisa dikatakan model SD (Sekolah Dasar) untuk saat
ini.
2. Setelah lulus dari “Sekolah Rakyat”, jenjang pendidikan selanjutnya
adalah “Sekolah Lanjutan Pertama” atau sejenis SMP (Sekolah Menengah
Pertama) atau dalam bahasa Jepangnya disebut Shoto Chu Gakko. Semua

15
16

yang masuk dalam jenjang ini bebas, selama mereka mempunyai ijazah
Sekolah Rakyat. Lama pendidikan dalam jenjang sekolah ini adalah 3
tahun.
3. Jenjang sekolah atasnya yang sejajar dengan tingkat SMA (Sekolah
Menengah Atas) untuk sekarang ini di antaranya adalah:
1) Sekolah Menengah Tinggi atau Koto Chu Gakko,
2) Sekolah Teknik atau Kagyo Semmon Gakko, dan
3) Sekolah Pelayaran Tinggi.
4. Adapun perguruan tinggi yang ada waktu itu adalah Sekolah Tinggi
Kedokteran atau Ika Dai Gakko di Jakarta, Sekolah Teknik Tinggi atau
Kagyo Dai Gakko di Bandung, Sekolah Tinggi Pangreh Praja98 atau
Kenkoku Gakuin, dan Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan di Bogor
Khusus tentang pendidikan guru terdapat tiga jenis sekolah yaitu:
1. Sekolah guru, 2 tahun sesudah SR yang disebut dengan Syoto Sihan
Gakko,
2. Sekolah guru, 4 tahun sesudah SR yang disebut dengan Guto Sihan
Gakko, dan
3. Sekolah guru, 6 tahun sesudah SR yang disebut dengan Koto Sihan
Gakko.
Pada bulan Juli 1942, sebagai realisasi pengaruh terhadap masyarakat
Muslim.
Dibentuklah Persiapan Persatuan Umat Islam yang merupakan cabang
dari “Gerakan 3 A” di bawah pimpinan Abikoesno Tjokrosoejoso, saudara
Tjokroaminoto. Abikoesno dianggap oleh Jepang sebagai pemimpin Islam yang
wajar. Akan tetapi, Jepang meragukan para tokoh Islam modernis, karena
minimnya dukungan mereka terhadap gerakan bentukan Jepang di sisi lain para
Nasionalis.
Pada bulan Juni, militer Jepang melakukan penangkapan besar-besaran
terhadap orang-orang Belanda dan Eropa, kecuali orang-orang Jerman yang waktu
itu menjadi satu sekutu dengan Jepang. Sejak itu Jawa dan Sumatera diletakkan di
bawah koordinasi Tentara VII yang berpusat di Singapura. Karena penangkapan

16
17

itu maka banyak terjadi kekosongan pada jabatan-jabatan di setiap daerah


kekuasaan, khususnya di Indonesia. Akhirnya hal ini banyak menguntungkan
masyarakat Indonesia dan banyak dari kalangan masyarakat Indonesia yang
akhirnya menjadi pengganti jabatan ini.
Pada Agustus 1942, usaha pemerintah militer Jepang meningkat dengan
dikeluarkannya Undang-Undang No. 27 (tentang aturan pemerintah daerah) dan
Undang-Undang No. 28 (tentang aturan pemerintah syu dan Tokubetsu Syi, yang
menunjukkan berakhirnya masa pemerintahan sementara). Menurut Undang-
Undang No. 27 (tentang perubahan pemerintah daerah) seluruh Pulau Jawa dan
Madura, akan dibagi dalam beberapa pemerintahan daerah, kecuali kedua Koci
Surakarta dan Yogyakarta, dibagi atas Syu, Syi, Ken, Gun, Son, dan Ku.
1. Syu = Karisedenan yang terdiri atas Syi dan Ken.
2. Syi = Stadsgemeente (Kotapraja), Kepala Syi: Syico
3. Ken = Kabupaten, Kepala Ken : Kenco
4. Gun = District (Kawedanan), Kepala Gun : Gunco
5. Son = Onderdistrict (Kecamatan), Kepala Son : Sonco
6. Ku = Kelurahan, Kepala Ku : Kuco.103
Selain memberikan jabatan kepada masyarakat Indonesia, Jepang
menyadari bahwa apabila hendak memobilisasi rakyat Jawa, mereka harus
memanfaatkan tokoh-tokoh terkemukanya. Pada tanggal 9 Juli 1942, Sukarno,
sebagai tokoh yang berpengaruh telah dikirim ke Jakarta oleh pihak Jepang di
Sumatera atas permintaan Angkatan Darat ke enam belas. Karena Sukarno tidak
begitu mengerti perbedaan antara fasisme dan demokrasi, maka klaimnya adalah
antara Barat dan Jepang merupakan perlawanan antar Imperialisme. Sukarno
akhirnya bergabung dengan Hatta untuk mendesak kepada Jepang supaya
dibentuk sebuah organisasi politik yang dinaunginya. Sedangkan Sjahrir
menjauhkan diri dan membentuk suatu jaringan “Gerakan Bawah tanah”.
Pada awal Maret 1943, “Gerakan 3 A” dibubarkan karena tidak dapat
dijalankan dengan baik dan disusul dengan pengumuman dari bala tentara
pendudukan untuk dibuatnya sebuah badan baru yang dipimpin oleh kalangan
Indonesia sendiri yaitu “PUTRA” atau biasa disebut Pusat Tenaga Rakyat, yang

17
18

dipimpin oleh empat serangkai yaitu Sukarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan
K.H. Mas Mansur. Sukarno dipilih sebagai ketua karena dianggap pidatonya bisa
dengan mudah membangkitkan semangat masyarakat untuk nantinya bisa
mempermudah maksud Jepang untuk kepentingan Persemakmuran Asia Timur
Raya.
Dari sinilah baru terlihat bahwa kalangan masyarakat dan tokoh
Indonesia sadar akan tujuan akhir dari adanya pendudukan Jepang. Posisi
Jepang yang semakin terdesak karena banyaknya kekalahan perang di Pasifik
melawan sekutu, mengakibatkan Jepang harus memberikan usaha keras negara
jajahannya. Indonesia diberikan banyak kelonggaran dan peran dalam
pemerintahan untuk menggerakkan masyarakatnya menuju perang Asia Timur
Raya. Mulai tahun 1943 ini kesadaran masyarakat Indonesia semakin terlihat.
Mereka lebih bersifat lunak dan bersikap diplomatis terhadap Jepang, sehingga
keberadaan Jepang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia
dan mengusir imperialis dari Indonesia. Di sisi lain juga untuk membantu Jepang
dalam mencapai kemenangan akhir di Asia Timur Raya.

2.3 Organisasi Bentukan Jepang


Dalam sejarah pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) ada beberapa
organisasi yang dibentuk oleh Jepang. Berikut ini beberapa organisasi bentukan
Jepang (kecuali BPUPKI dan PPKI) penjelasannya sebagai berikut:
Seinendan adalah sebuah organisasi barisan pemuda yang dibentuk
tanggal 9 Maret 1943 oleh tentara Jepang di Indonesia. Tujuan dari organisasi
seinendan ini adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat
mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi, maksud yang
sebenarnya ialah untuk mempersiapkan pemuda Indonesia untuk membantu
militer Jepang untuk menghadapi pasukan Sekutu.
Keibōdan, sering ditulis Keibodan, secara literal berarti Barisan Pembantu
Polisi dibentuk pada 29 April 1943. Tujuan pembentukan Keibodan adalah untuk
membantu polisi Jepang pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Keibodan di
Sumatra dikenal dengan nama Bogodan, sedangkan di Kalimantan lebih dikenal

18
19

dengan nama Sameo Konen Hokokudan. Di kalangan penduduk Cina dibentuk


semacam Keibodan dengan nama Kayo Keibotai. Pembina Keibodan disebut
dengan Keimumbu.
Gakukotai ( Laskar Pelajar ) Menjelang Jepang terpuruk kalah tanpa
syarat dalam Perang Dunia II, untuk memperkuat posisinya di Indonesia, Jepang
melatih rakyat dengan latihan kemiliteran. Tidak ketinggalan pemuda, pelajar dan
mahasiswa.
Shushintai. Jepang membentuk suishintai (barisan pelopor) saat mereka
mulai banyak menderita kekalahan dalam front-front pertempuran. Suishintai
dipimpin pergerakan nasionalis Indonesia seperti Sukarno, Oto Iskandar Dinata,
dan Buntaran Martoatmojo. Tugas utama suishintai memperdalam kesadaran
rakyat terhadap kewajibannya dan membangun persaudaraan seluruh rakyat
Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakjat Djawa) merupakan
perkumpulan yang dibentuk oleh Jepang pada 1 Maret 1944 sebagai pengganti
Putera. Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah dan berada
langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang. Pemimpin tertinggi perkumpulan
ini adalah Gunseikan dan Soekarno menjadi penasihat utamanya. Perkumpulan ini
adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi (penggerakan) barang yang berguna
untuk kepentingan perang. Keanggotaan Jawa Hokokai adalah para pemuda yang
berusia minimal 14 tahun.
Pusat Tenaga Rakyat atau Putera adalah organisasi yang dibentuk
pemerintah Jepang di Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat
Serangkai, yaitu Ir.Soekarno M.Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan K.H Mas
Mansyur. Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis dan intelektual
untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk kepentingan perang melawan
Sekutu dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang Indonesia, maka rakyat
akan mendukung penuh kegiatan ini. Para pemimpin bangsa Indonesia merasa
bahwa satu-satunya cara menghadapi kekejaman militer Jepang adalah dengan
bersikap kooperatif. Hal ini semata untuk tetap berusaha mempertahankan
kemerdekaan secara tidak langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka

19
20

mereka sepakat bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang dengan


pertimbangan lebih menguntungkan dari pada melawan.
Badan Pertimbangan Pusat (Chuo Sangi In). badan ini dibentuk pada 5
September 1943. Ketuanya adalah Ir. Soekarno dan wakilnya adalah R.M.A.A.
Koesoemo Oetejo dan dr. Boentaran Martoatmojo. Tujuan organisai ini adalah
memberi masukan dan pertimbangan kepada pamerintah Jepang dalam
mengambil keputusan.
Gerakan Tiga A. Gerakan Tiga mempunyai semboyan Nippon Cahaya
Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin Asia. Gerakan Tiga A
dibentuk pada 29 April 1942 yang diketuai oleh Mr. Syamsudin. Tujuan Gerakan
Tiga A adalah membantu Jepang dalam menghadapi sekutu. Pada akhirnya
orgnisasi ini dibubarkan akibat kurang efektif dalam menggaer massa.
Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA adalah kesatuan
militer yang dibentuk Jepang di Indonesia dalam masa pendudukan Jepang.
Tentara Pembela Tanah Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan
maklumat Osamu Seirei No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16,
Letnan Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela. Pelatihan pasukan
Peta dipusatkan di kompleks militer Bogor yang diberi nama Jawa Bo-ei Giyûgun
Kanbu Resentai.
Heiho (tentara pembantu) adalah pasukan yang terdiri dari bangsa
Indonesia yang dibentuk oleh tentara pendudukan Jepang di Indonesia pada masa
Perang Dunia II. Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan
Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang pada tanggal 2 September 1942
dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943. Heiho pada awalnya
dimaksudkan untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti membangun kubu
dan parit pertahanan, menjaga tahanan, dll. Dalam perkembangannya, seiring
semakin sengitnya pertempuran, Heiho dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan
di medan perang, bahkan hingga ke Morotai dan Burma.
Fujinkai. Untuk organisasi perempuan yang dibentuk oleh para isteri
pegawai di daerah-daerah, dan diketuai oleh isteri masing-masing kepala daerah,
dan disebut Fujinkai. Pengerahan tenaga untuk berperang tidak hanya berlaku

20
21

bagi kaum laki-laki, tetapi berlaku juga untuk kaum wanita Indonesia. Fujinkai
dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas para wanita berusia 15
tahun ke atas. Mereka juga diberikan latihanlatihan dasar militer dengan tugas
untuk membantu Jepang dalam perang. Menghadapi Sekutu. Tugas Fujinkai
adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib
berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan peran
Tonarigumi adalah Rukun Tetangga (RT) satuan pemerintahan terbawah
yang di bentuk pada masa pendudukan Jepang untuk mengawasi aktifivtas warga,
serta mendukung kebijakan Politik dan Ekonomi Jepang.
Kesatuan Kempeitai (Satuan Polisi Militer) merupakan satuan polisi
militer Jepang yang ditempatkan di seluruh wilayah Jepang termasuk daerah
jajahan. Kempetai dapat disandingkan dengan unit Gestapo milik Nazi Jerman,
memiliki kesamaan dalam tugas sebagai polisi rahasia militer. Kempetai sangat
terkenal karena kedisiplinan dan kekejamannya.
Beberapa organisasi yang dibentuk Jepang tersebut, pada akhirnya sebagian
bermanfaat bagi perjuangan bangsa Indoensia. Tokoh-tokoh yang berjuang secara
kooperatif tersebut pada akhirnya nanti memiliki bekal dalam membangun negara
Indonesia pada masa awal berdirinya negeri ini.

2.4 Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang


Pada masa pendudukan Jepang, para pemimpin perjuangan bangsa
Indonesia bersikap hati-hati. Hal ini dikarenakan pemerintah pendudukan Jepang
sangat kejam, menyiksa bahkan membunuh terhadap siapa saja yang terang-
terangan menentang Jepang. Semua organisasi kebangsaan yang telah ada sejak
penjajahan Belanda dibubarkan. Para pemimpin pergerakan kebangsaan selalu
dicurigai dan diawasi dengan ketat. Hal tersebut disebabkan karena sebelum
Jepang masuk ke Indonesia telah mengirimkan mata-mata sehingga memiliki data
yang lengkap keadaan politik di Indonesia.
Menghadapi keadaan yang serba sulit maka para pemimpin bangsa
Indonesia berjuang dengan menyesuaikan situasi dan kondisi. Dengan taktik
kooperasi para pemimpin dapat membela nasib rakyat dan memanfaatkan

21
22

kebijaksanaan pemerintah Jepang untuk kepentingan nasional. Namun ada pula


yang mengadakan gerakan bawah tanah atau ilegal maupun dengan perlawanan
bersenjata. Semua itu adalah mempunyai cita-cita yang sama yakni mewujudkan
Indonesia merdeka.
Adapun bentuk perlawanan terhadap Jepang adalah sebagai berikut.
1. Perjuangan Melalui Organisasi Bikinan Jepang
1. Memanfaatkan Gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) Pada zaman
pendudukan Jepang semua partai politik dibubarkan. Untuk
mempropagandakan politik Hakko Ichiu, Jepang membentuk Gerakan 3A
(Gerakan Tiga A) yang dipimpin Mr. Syamsudin. Organisasi ini
dibubarkan karena tidak mendapat simpati rakyat dan kemudian
dibentuklah PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) pada tanggal 1 Maret 1943.
Pemimpin PUTERA yang dikenal dengan Empat Serangkaiadalah Ir.
Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansyur.
Tujuan Jepang membentuk PUTERA adalah agar kaum nasionalis dan
intelektual menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kepentingan
Jepang. Namun oleh para pemimpin Indonesia, PUTERA justru
dimanfaatkan untuk membela rakyat dari kekejaman Jepang serta untuk
menggembleng mental dan semangat nasionalisme, cinta tanah air , anti
kolonialisme dan imperialisme. Dengan demikian PUTERA ini ibarat
tombak bermata dua. Organisasi PUTERA mendapat sambutan di
kalangan rakyat dan melalui organisasi ini mental bangsa Indonesia
disiapkan untuk menuju bangsa yang merdeka. Jepang memandang bahwa
PUTERA lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia maka pada bulan April
1944, PUTERA oleh Jepang dibubarkan.
2. Memanfaatkan Barisan Pelopor (Syuisyintai) Setelah PUTERA
dibubarkan maka dibentuklah Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian
Rakyat Jawa).Salah satu bagian Jawa Hokokai adalah Syuisyintai (Barisan
Pelopor) yang dipimpin Ir. Soekarno dengan pemimpin Harian atau
Kepala Sekretariatnya adalah Sudiro. Beberapa tokoh nasionalis lainnya
sebagai anggota pengurus antara lain Chaerul Saleh, Asmara Hadi,

22
23

Sukardjo Wiryopranoto, Oto Iskandardinata dan lain-lain. Organisasi ini


dimanfaatkan oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme
dan memperkuat pertahanan pemuda melalui pidato-pidatonya.
3. Memanfaatkan Chuo Sangi In (Badan Penasihat Pusat) Badan ini dibentuk
pada tanggal 5 September 1943 atas anjuran Jenderal Hideki Tojo
(Perdana Menteri Jepang). Ketuanya Ir. Soekarno, anggotanya berjumlah
23 orang Jepang dan 20 orang Indonesia. Tugas badan ini adalah memberi
nasihat atau pertimbangan kepada Seiko Shikikan (penguasa tertinggi
militer Jepang di Indonesia). Oleh para pemimpin Indonesia melalui Chuo
Sangi In dimanfaatkan untuk menggembleng kedisiplinan. Salah satu
saran Chuo Sangi In kepada Seiko Shikikan adalah agar dibentuknya
Barisan Peloporuntuk mempersatukan seluruh penduduk agar secara
bersama menggiatkan usaha mencapai kemenangan.
2. Perjuangan Melalui Organisasi Islam Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) merupakan perkumpulan dari
organisasi- organisasi Islam yang didirikan pada tanggal 21 September 1937 di
Surabaya pada masa pemerintah Hindia Belanda. Pemrakarsa berdirinya
organisasi ini adalah K.H. Mas Mansur, K.H. Wahab Hasbullah, Wondoamiseno,
dan lain- lain. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia organisasi ini tetap
diperbolehkan berdiri. Hal ini merupakan pendekatan Jepang terhadap golongan
nasionalis Islam agar umat Islam tidak melakukan kegiatan-kegiatan politik.
Pada masa penyerbuan balatentara Jepang ke Indonesia, organisasi MIAI
melakukan kegiatan-kegiatan terutama dalam bidang agama, meskipun pada
tahun-tahun terakhir menjelang jatuhnya Hindia Belanda ke tangan Jepang,
perhatiannya ke bidang politik cukup besar. Hal ini dapt dilihat dari programnya
yang berupaya mempersatukan organisasi-organisasi Islam untuk bekerja sama
serta memperkokoh persaudaraan umat Islam di Indonesia dan di luar negeri.
Untuk memperkuat kerja sama umat Islam tersebut maka MIAI mengadakan
kongres yang berlangsung sampai tiga kali. Kegiatan MIAI yang sangat menonjol
adalah membentuk baitul mal(Lembaga Perbendaharaan Negara) pusat.

23
24

Setelah penyerbuannya pada tahun 1942, Jepang merasa membutuhkan


hidupnya organisasi MIAI. Oleh karena itu Jepang masih memberi hak hidup
terhadap MIAI dalam melakukan kegiatannya. Walaupun Jepang masih memberi
hak hidup akan tetapi MIAI tidak dapat diharapkan bahkan dianggap sebagai
kendala terhadap keinginan Jepang. Hal ini dikarenakan MIAI dibentuk atas
inisiatif kaum muslimin dan perhatiannya banyak tertuju pada masalah politik dan
akan menolak segala bentuk kolonisasi. Karena organisasi ini dianggap kurang
memuaskan Jepang maka pada bulan Oktober 1943 dibubarkan oleh Jepang
diganti organisasi baru yakni Majelis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI)
yang disahkan oleh Gunseikan pada tanggal 22 November 1943.
3. Perjuangan Melalui Gerakan Bawah Tanah
Selain melalui taktik kerja sama dengan Jepang, para pejuang melakukan
perjuangan secara rahasia (gerakan bawah tanah) atau ilegal. Beberapa contoh
perjuangan bawah tanah antara lain sebagai berikut
1. Gerakan Kelompok Sutan Syahrir Kelompok ini merupakan pendukung
demokrasi parlementer model Eropa barat dan menentang Jepang karena
merupakan negara fasis. Pengikut dari kelompok ini terutama para pelajar
dari kota Jakarta, Surabaya, Cirebon, Garut, Semarang dan lain-lain.
Mereka berjuang dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan strategi
gerakan ”bawah tanah”.
2. Gerakan Kelompok Amir Syarifuddin Menjelang kedatangan Jepang di
Indonesia, Amir Syarifuddin berhubungan erat dengan P.J.A. Idenburg
(pimpinan departemen pendidikan Hindia Belanda). Melalui Dr. Charles
Van der Plas, P.J.A. Idenburg membantu uang sebesar 25.000 gulden
kepada Amir Syarifuddin guna mengorganisir gerakan bawah tanah
melawan Jepang. Oleh karena itu kelompok ini anti fasis dan menolak
kerja sama dengan Jepang. Karena sangat keras dalam mengkritik Jepang
maka Amir Syarifuddin ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Jepang
pada tahun 1944. Atas bantuan Ir. Soekarno, hukumannya diubah menjadi
hukuman seumur hidup akan tetapi setelah Jepang menyerah dan
Indonesia merdeka, ia terbebas dari hukuman.

24
25

3. Golongan Persatuan Mahasiswa Golongan ini sebagian besar berasal dari


mahasiswa Ika Daigaku (Sekolah Kedokteran) di Jalan Prapatan 10 dan
yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan Pelajar-Pelajar Indonesia
(BAPERPI) di Cikini Raya 71.
Di antara tokoh BAPERPI yang terkenal adalah Supeno (Ketua),
Burhanuddin Harahap, dan Kusnandar. Sejumlah tokoh-tokoh mahasiswa/
pelajar yang terkenal antara lain Djohar Noer, Sayoko, Syarif Thayeb,
Darwis, Eri Sadewo, Chairul Saleh, Kusnandar, Subadio Sastrosatomo,
Wahidin Nasution, dan Tadjuludin. Kelompok Persatuan Mahasiswa ini
anti Jepang dan sangat dekat dengan jalan pikiran Sutan Syahrir.
4. Kelompok Sukarni Kelompok ini sangat berperan di sekitar proklamasi
kemerdekaan. Tokoh-tokoh yang tergabung dalam kelompok Sukarni
antara lain Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Chaerul Saleh, dan Maruto
Nitimihardjo
5. Kelompok Pemuda Menteng 31 Kelompok ini dibentuk oleh sejumlah
pemuda yang bekerja pada bagian propaganda Jepang (Sendenbu).
Tokohtokoh terkenal dari kelompok ini antara lain Sukarni, Chaerul Saleh,
A.M. Hanafi, Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Maruto Nitimihardjo,
Khalid Rasjidi dan Djamhari. Kelompok ini bermarkas di gedung Menteng
31 Jakarta. Secara resmi pendirian asrama ini dibiayai Jepang dengan
maksud menggembleng para pemuda untuk menjadi alat mereka. Akan
tetapi tempat ini oleh pemuda dimanfaatkan secara diam-diam untuk
menggerakkan semangat nasionalisme.
6. Golongan Kaigun Kelompok ini anggotanya bekerja pada Angkatan Laut
Jepang. Mereka selalu menggalang dan membina kemerdekaan dengan
berhubungan kepada tokoh-tokoh Angkatan Laut Jepang yang simpati
terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Kelompok ini mendirikan asrama
Indonesia Merdeka di jalan Bungur Besar No. 56 Jakarta. Asrama ini
didirikan atas inisiatif dan bantuan kepala perwakilan Kaigun di Jakarta,
Laksamana Muda Maeda pada bulan Oktober 1944. Dengan demikian
kelompok ini merupakan kelompok yang paling akhir terbentuk. Sebagai

25
26

pengurus asrama oleh Maeda ditunjuklah Mr. Ahmad Subardjo


Djoyohadisuryo sebagai ketua dibantu tokoh-tokoh muda Wikana.
Di dalam asrama ini mendapat pendidikan politik dari tokoh-tokoh
nasionalis seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Iwa
Kusuma Sumantri, Latuharhary, R.P. Singgih, Ratu Langie, Maramis, dan
Buntaran. Kelompok ini menjalin kerja sama dengan kelompok bawah
tanah yang lain tetapi dengan hati-hati agar tidak dicurigai Jepang.
Walaupun para pejuang terbagi dalam kelompok-kelompok di atas dan
menggunakan strategi perjuangan yang berbeda, akan tetapi mereka
memiliki kesamaan tujuan yakni mencapai kemerdekaan Indonesia.
Gerakan-gerakan di atas dalam mencapai tujuannya melakukan kegiatan-
kegiatan antara lain sebagai berikut.
1. Menjalin komunikasi dan memelihara semangat nasionalisme.
2. Menyiapkan kekuatan untuk menyambut kemerdekaan.
3. Mempropagandakan kesiapan untuk merdeka.
4. Memantau perkembangan Perang Pasifik.
4. Perjuangan Melalui Perlawanan Bersenjata
Selain perjuangan secara sembunyi-sembunyi (ilegal), para pemimpin
berjuang secara terbuka dengan melakukan perlawanan bersenjata. Perlawanan
bersenjata itu dilakukan oleh rakyat maupun pasukan PETA.
1. Perlawanan Bersenjata yang Dilakukan Rakyat Perlawanan bersenjata
yang dilakukan oleh rakyat diberbagai daerah, antara lain sebagai berikut.
1. Perlawanan Rakyat di Cot Pleing (10 November 1942) Perlawanan
ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, seorang guru mengaji.
Perlawanan di Cot Pleing, Lhoseumawe, Aceh ini diawali dari
serbuan Jepang terhadap masjid di Cot Pleing. Masjid terbakar dan
pasukan Tengku Abdul Jalil banyak yang gugur. Akhirnya Tengku
Abdul Jalil tewas ditembak oleh Jepang.
2. Perlawanan Rakyat di Pontianak (16 Oktober 1943) Perlawanan ini
dilakukan oleh suku Dayak di pedalaman serta kaum feodal di
hutan-hutan. Latar belakang perlawanan ini karena mereka

26
27

menderita akibat tindakan Jepang yang kejam. Tokoh perlawanan


dari kaum ningrat yakni Utin Patimah.
3. Perlawanan Rakyat di Sukamanah, Singaparna, Jawa Barat (25
Februari 1944) Perlawanan ini dipimpin oleh KH. Zainal Mustafa,
seorang pendiri pesantren Sukamanah. Perlawanan ini lebih
bersifat keagamaan. KH. Zainal Mustafa tidak tahan lagi
membiarkan penindasan dan pemerasan terhadap rakyat, serta
pemaksaan terhadap agama yakni adanya upacara “Seikeirei”
(menyembah terhadap Tenno Heika Kaisar Jepang). KH. Zainal
Mustafa beserta 27 orang pengikutnya dihukum mati oleh Jepang
tanggal 25 Oktober 1944.
4. Perlawanan Rakyat di Cidempet, Kecamatan Lohbener, Indramayu
(30 Juli 1944) Perlawanan ini dipimpin oleh H. Madriyas, Darini,
Surat, Tasiah dan H. Kartiwa. Perlawanan ini disebabkan oleh cara
pengambilan padi milik rakyat yang dilakukan Jepang dengan
kejam. Sehabis panen, padi langsung diangkut ke balai desa.
Perlawanan rakyat dapat dipadamkan secara kejam dan para
pemimpin perlawanan ditangkap oleh Jepang.
5. Perlawanan Rakyat di Irian Jaya Perlawanan terjadi di beberapa
daerah di Irian Jaya, antara lain sebagai berikut.
1. Perlawanan rakyat di Biak (1944) Perlawanan ini dipimpin
oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan “Koreri” yang
berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh
penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai budak belian,
dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat
banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih.
Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.
2. Perlawanan rakyat di Pulau Yapen Selatan Perlawanan ini
dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat
maka memberi bantuan senjata kepada pejuang sehingga
perlawanan semakin seru. Nimrod dihukum pancung oleh

27
28

Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak


takut dan muncullah seorang pemimpin gerilya yakni S.
Papare.
3. Perlawanan rakyat di Tanah Besar, daratan Irian (Papua)
Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan
rakyat di Irian Jaya, terjadi hubungan kerja sama antara
gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga
rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.
2. Perlawanan Bersenjata yang Dilakukan PETA Perlawanan bersenjata
dilakukan oleh pasukan PETA di berbagai daerah, antara lain sebagai
berikut.
1. Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945) Perlawanan ini
dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr.
Ismail.Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan
padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di
luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para pejuang
tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para
pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-
prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan
perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat
Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang),
pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding.
Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa
sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan
diri.
2. Perlawanan PETA di Meureudu, Aceh (November 1944)
Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun T. Hamid. Latar
belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan
kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit Indonesia pada
khususnya.

28
29

3. Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945) Perlawanan ini


dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco) Kusaeri bersama rekan-
rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April
1945 diketahui Jepang sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25
April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati tetapi tidak terlaksana
karena Jepang terdesak oleh Sekutu

2.5 Akhir Pendudukan Jepang


Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II, pada awal perang,
memperoleh berbagai kemenangan pada berbagai front pertempuran. Serangan
Jepang secara mendadak kemudian mampu meluluhlantakan Pearl Harbour yang
merupakan pangkalan perang Amerika Serikat. Tujuan Jepang melakukan
serangan terhadap Pearl Harbour adalah melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat
yang dianggap berbahaya untuk menuju Asia Timur Raya. Akan tetapi
kemenangan-kemengangan Jepang itu tidak berlangsung lama.
Pada akhir tahun 1944, Jepang semakin terdesak, beberapa pusat
pertahanan di Jepang termasuk kepulauan saipan jatuh ke tangan Amerika Serikat.
Terdesaknya pasukan Jepang diberbagai front menjadi berita menggembirakan
bagi bangsa Indonesia. Harapan bangsa Indonesia agar terjadi perubahan sikap
terhadap penguasa Jepang ternyata terwujud. Jepang semakin terpuruk, semangat
tempur tentara Jepang makin merosot dan persediaan senjata dan amunisi terus
berkurang dan banyak kapal perang yang hilang, keadaan semakin diperburuk
dengan perlawanan rakyat yang semakin menyala.
Salah satu pertempuran yang membawa dampak negative bagi Jepang
adalah Pertempuran Laut Karang atau Laut Koral(1942). Pertempuran ini tercatat
sebagai pertempuran laut pertama yang melibatkan kapal-kapal perang kedua
belah pihak. Serangan Jepang dapat ditahan oleh Amerika Serikat. Pada
pertempuran ini Jepang mengalami kerugian dengan rusaknya berbagai kapal
induk. Kekalahan Jepang pada pertempuran selanjutnya dikarenakan Amerika
Serikat mampu mengetahu strategi yang akan dipakai oleh Jepang melalui
penyadapan.

29
30

Kekalahan Jepang dalam berbagai front pertempuran juga dipersulit


dengan adanya berbagai perlawanan yang berlangsung dibeberapa daerah di
Indonesia. Perlawanan terhadap Jepang antara lain di Aceh yang dipimpin oleh
Tengku Abdul Jalil, Perlawanan rakyat Tasikmalaya dipimpin oleh KH. Zainal
Mustofa, dan Perlawanan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi.
Kekalahan Jepang di berbagai front pertempuran berdampak bagi
pemerintahan yang ada di Jepang. Pada tanggal 17 Jui 1944, Jenderal Nideki Tojo
diganti oleh Jenderal Koniaki Koiso. Pada tanggal 7 september 1994 jenderal
koiso memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia dikemudian hari. Pada 1
Maret 1945, panglima Jepang letnan jenderal kumakici harada mengumumkan
pembentukan badan penyelidikan usaha-usaha persiapan kemerdekan Indonesia
(BPUPKI). Seiring berjalannya BPUPKI pada tanggal 6 Agustus 1945 kota
Hirosima dibom atom oleh sekutu dan pada tanggal 7 Agustus 1945
dibubarkannya BPUPKI dan dibentuklah PPKI (Panitia persiapan kemerdekana
Indonesia). PPKI yang dipimpin oleh ir. Soekarno beserta Moh. Hatta dan Dr.
Rajiman Widyadiningrat berangkat ke dalat, vietnam pada 2 Agustus 1945
bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kemerdekaan Indonesia.
Amerika Serikat kemudian membom atom kedua kota yang ada di Jepang,
yakni Hirosmia dan Nagasaki pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945.
Pemilihan kedua kota itu dikarenakan kedua kota tersebut merupakan pusat
industry di Jepang. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah
kepada Sekutu dan berakhirnya juga masa pendudukan Jepang di Indonesia. Akan
tetapi Jepang harus tetap menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Bangsa
Indonesia memanfaatkan kondisi yang demikian itu dengan memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia sebelum Sekutu datang, yakni pada tanggal 17 Agustus
1945, Bung Karno di damping oleh Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Dengan demikian maka berakhirlah kekuasaan Jepang di Indonesia,
dan Indonesia muncul menjadi satu negara yang merdeka.

30
31

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jepang semula merupakan negara yang menerapkan politik isolasi
kemudian setelah Restorasi Meiji Jepang mengalami perubahan dan kemajuan
dibidang teknologi. Adanya Hakko i chio menjadi salah satu alasan Jepang
menjadi negara yang imprealis. Jepanng ketika awal kependudukannya berusaha
menarik simpati rakyat dengan berbagai propagandanya. Jepang menyebar
luaskan bahwa Jepang merupakan “saudara tua” Indonesia. Jepang banyak
mengeluarkan berbagai kebijakan baik yang bersifat militeristik hingga pada
pendidikan. Salah satu kebijakan Jepang di bidang politik adalah dihapusnya
semua organisasi yang dibentuk pada masa Belanda dan diganti dengan organisasi
yang dapat membantu Jepang dalam Perang Asia Pasifik Timur Raya. Bangsa
Indonesia melakukan banyak perlawanan kepada Jepang dengan menggunakan
organisasi bentukan Jepang hingga gerakan bawah tanah, Eksistensi Jepang mulai
berkurang ketika Jepang sering mengalami kekalahan perang. Puncaknya dua kota
penting Hirosima dan Nagasaki dibom oleh Amerika Serikat. Kependudukan
Jepang berakhir di Indonesia ketika Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

31
32

DAFTAR PUSTAKA

M.C. Ricklef,. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 . Jakarta: Serambi

Moedjanto, G. 1988. Indonesia abad Ke-20 1: Dari Kebangkitan nasional


Sampai Linggarjati. Yogyakarta: Penebit Kanisius

Poesponegoro, M. D dan Notosusanto, N. 2008. Sejarah National Indonesia VI


Zaman Jepang dan zaman republik Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

32

Anda mungkin juga menyukai