diajukan guna melengkapi tugas Sejarah Sejarah Indonesia dan Dunia
Oleh Dwi Atika Fitriningtiyas 160220303002
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPS
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2017 A. Sinopsis Film The Patriot Film yang mengambil tema dari kemerderkaan Amerika (1779) yang dijajah kala itu oleh Inggris Raya. Film ini menceritakan tentang Benyamin Martin (Mel Gibson) yang merupakan veteran Carolina Selatan Perang Perancis dan India. Dia adalah duda yang membesarkan tujuh anak, dan memiliki tanah pertanian. Yang dia miliki hanyalah keluarga, tanah, beberapa pembantu yang sudah mengabdi kepadanya bertahun-tahun dan seorang wanita yang tak lain adalah adik iparnya, Aunty Charlotte. Tahun 1776, Martin dipanggil ke Charleston untuk memilih di South Carolina Majelis apakah dia akan mendukung Angkatan Darat Kontinental atau tidak. Takut konsekuensi dari perang dengan Inggris Raya, Martin menolak untuk memilih mendukung. Malu krn sikap ayahnya yg dirasa pengecut, putra sulung Martin, Gabriel (Heath Ledger), mendaftar sebagai prajurit di Continental Army melawan keinginan ayahnya. Beberapa tahun berlalu dan Charleston jatuh ke Inggris. Dalam suatu pertempuran, Gabriel kembali ke rumah, karena terluka, dan saat itu Gabriel sedang mengemban sebuah surat untuk Komandan Peletonnya. Dan keesokannya banyak prajurit Inggris Amerika yang terluka yang minta tolong bantuan keluarga itu untuk dirawat. Sebuah detasemen dari Dragoons Inggris tiba, dipimpin oleh Kolonel William Tavington yang amat kejam (diperankan oleh Jason Isaacs). Mereka lalu menangkap Gabriel yang dianggap sebagai mata-mata dan berniat untuk mengeksekusi dia kembali ke perkemahan mereka. Ketika selanjutnya anak kedua Martin yang bernama Jonathan berupaya membebaskan Gabriel, kakaknya tercinta, Kolonel itu menembak Jonathan. Jonathan tewas. Lalu kolonel itu memerintahkan rumah Martin dibakar, dan menembak semua tentara Amerika yang ada disitu. Martin marah, teramat sangat marah. Betapa dia sangat mencintai putranya. Lalu dengan segenap amarah yang terkumpul Martin mengomandoi Pembantu dan seorang putra dan kedua putrinya untuk bersembunyi di lumbung padi dan jika keadaan sudah aman mereka harus segera berlari kerumah Tante mereka, Aunty Charlotte. Lalu Martin membawa kedua putranya yang agak lumayan besar, Samuel dan William berlari ke arah hutan untuk membebaskan kakak mereka, Gabriel. Dalam perjalanan mereka kembali ke perkemahan, di tengah hutan konvoi Inggris disergap oleh Martin dan dua putranya, untuk membebaskan Gabriel. Dia tidak bisa berbuar apa-apa saat melihat keluarganya tercerai berai oleh serangan Tentara Inggris. Dia tidak berdiam diri melihat kejadian itu, kemudian membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari para sukarelawan termasuk anak lelakinya yang patriotis Gabriel, untuk bersatu melawan Inggris. Dalam perjuangan menyelamatkan keluarga dan memerdekakan negerinya ini, Martin dapat merasakan sakitnya sebuah pengkhianatan, kejamnya suatu pembalasan dan panasnya gairah cinta. Lalu akhirnya Gabriel berhasil lolos, dan mereka berempat lari kembali ke arah rumah Aunty Charlotte. Hanya satu prajurit Inggris bertahan dan memberitahu ke kolonel Tavington bahwa ada satu hantu yg mampu membunuh semua. Kejadian tragis yang menimpa sanak saudara dan orang-orang dekatnya itulah yang kemudian memicu naluri berperang seorang Benjamin Martin. Setelah membunuh sepasukan tentara Inggris dengan cara yang keji benjamin berhasil membebaskan Gabriel. Melihat penderitaan yang dialami keluarga dan orang- orang disekitarnya, maka kemudian Benjamin membentuk sebuah kelompok milisi yang terdiri dari para sukarelawan termasuk anak lelakinya yang patriotis Gabriel, untuk bersatu melawan Inggris. Orang-orang milisi yang rekruit oleh Benyamin merupakan orang-orang yang kesehariannya kriminal, peminum dibar, orang buangan, dan juga petani yang tidak begitu jelas arah hidupnya. Walaupun demikian kepimpinan Benyamin dalam mengatur pasukannya menjadikan senjata ampuh yang dapat mengusik pasukan inggris ditanah air mereka. Milisi yang dia bentuk itu kemudian bertempur bersama-sama di bawah pengawasan seorang prajurit Perancis, Jean Villeneuve. Dikarenakan patah hati teramat sangat karena kematian Jonathan, Martin memutuskan untuk bergabung kembali dengan tentara Amerika dan melawan Inggris, bersama Gabriel, meninggalkan kelima anaknya ke Aunty Charlotte. Karena pengalaman medannya, Martin adalah seorang kolonel dan diangkat mengepalai milisi lokal. Martin merekrut dan melatih pasukannya dengan bantuan Jean Villeneuve Mayor (Tchéky Karyo), seorang perwira infanteri Perancis, yang ditugaskan bersama Martin pada kesatuan milisi Carolina Selatan, yang mana dia juga mengalami penderitaan yang sama dengan Martin, putranya juga tewas ditangan kolonel Tavington. Orang-orang milisi yang direkruit oleh Martin merupakan orang-orang yang kesehariannya kriminal, peminum dibar, orang buangan, dan juga petani yang tidak begitu jelas arah hidupnya. Walaupun demikian kepimpinan Martin dalam mengatur pasukannya menjadikan senjata ampuh yang dapat mengusik pasukan inggris ditanah air mereka. Para milisi yang dipimpin oleh Martin ini telah cukup sukses membuat repot para tentara inggris, namun tetap saja mereka kehilangan banyak prajurit yang gugur dalam beberapa penyergapan, selain juga ditinggal beberapa anggota yang berbeda pendapat. Dalam perjalanan ini, Gabriel bertemu dengan gadis pujaannya, Anne. Anne adalah putri dari orang penting di sebuah desa tempat Martin merekrut beberapa pria untuk menjadi prajurit. Gabriel menikah dengan Anne. Dan ketika akhirnya Martin menempatkan semua putra dan putrinya bersama Aunty Charlotte dan beberapa pembantunya di tempat penampungan, Martin baru menyadari bahwa beberapa tahun terakhir ini dia telah jatuh cinta kepada aunty Charlotte. dan begitu juga yang dirasakan oleh aunty Charlotte kepada kakak iparnya ini. Diceritakan disini Martin memiliki putri yg terakhir bernama Susan dia berumur 4 atau 5 tahun. Selama dia hidup dia tidak pernah mendengarkan Susan berbicara kepadanya. Dikarenakan Susan merasa bersalah ketika dia mengetahui bahwa Ibunya meninggal pada saat melahirkan dirinya. Padahal Martin amat sangat mencintai putri kecilnya itu, sampai pernah Martin memohon kepada Susan agar mau berbicara walaupun hanya satu kalimat saja. Dan suatu waktu ketika Martin akan kembali berangkat dari tempat pengungsian ke medan perang, tiba-tiba Susan berlari mengejar kuda yang dinaiki oleh Martin, sambil menangis dan berteriak, Pappaaaa....don't gooooo.... Martin turun dari kuda dan berlari kembali ke arah Susan, lalu mereka berpelukan. Martin tidak kuasa menahan tangisnya. Di dalam film tersebut juga dikisahkan tentang kekejian tentara Inggris yang membunuh anak-anak dan wanita di daerah-daerah yang telah berhasil ditakhlukkan. Dikisahkan pula tentang pertarungan antara tentara jubah merah (pasukan Inggris) dengan tentara jubah biru (tentara Amerika) yang berlangsung secara terbuka dan fair. Namun ada kalanya pertempuran tidak berlangsung secara terbuka tetapi secara gerilya dan penuh strategi dan tipu daya. Milisi bentukan benjamin Martin tampak beberapa kali berhasil melakukan penyergapan terhadap rombongan pasukan jubah merah yang sedang menjalankan misi-misi tertentu. Pada saat hampir memasuki akhir cerita, Gabriel mati ditangan kolonel Tavington, dikarenakan Gabriel marah kepada kolonel itu yang telah membunuh semua penduduk desa, termasuk Anne istri Gabriel. Lalu Martin akhirnya membunuh kolonel Tavington, karena Martin merasa amat sangat marah kedua putranya telah tewas ditangan kolonel itu. Kejadian ini membuat Martin menjadi sangat terpukul dan hampir putus asa, tapi keputusasaan itu tidak berlangsung lama, ia kembali pada kesatuan Tentara Amerika dan semakin berambisi untuk mengalahkan Inggris, dengan sumbangsihnya Amerika berhasil mengalahkan Inggris dalam perang dibeberapa tempat, hingga pada akhirnya Inggris pun menyerah.
B. Analisis Film The Patriot
1. Perlindungan terhadap orang yang terluka : Dalam film yang berjudul The Patriot dikisahkan bahwa Benjamin Martin pada mulanya dia bersikap netral dalam menyikapi perang revolusi Amerika. Dia bersama beberapa tetangga dekatnya mau merawat setiap orang yang terluka di dalam pertempuran tanpa memperdulikan apakah dia dari pihak Inggris atau pihak Amerika. Sikap Benjamin Martin ini sangat benar karena pada dasarnya Konvensi Jenewa memberikan perlindungan bagi orang-orang yang terluka dalam sengketa bersenjata baik bersifat internasional maupun tidak. Adapun tentang perlindungan bagi orang yang terluka dalam sengketa bersenjata diatur dalam ketentuan dibawah ini: a) Pasal 3 ketentuan bersama (common article) Konvensi Jenewa disebutkan bahwa dalam sengketa bersenjata yang tidak bersifat internasional, tiap pihak dalam sengketa harus memperlakukan dengan perikemanusiaan bagi yang sakit dan luka, tanpa pembedaan merugikan apapun yang didasarkan atas ras, warna kulit, agama atau kepercayaan, kelamin, keturunan, atau kekayaan atau setiap kriteria lain yang serupa. Karena itu, dilarang tindakan kekerasan atas jiwa dan raga, termasuk pengudungan. Yang luka dan sakit, sebagaimana disebutkan dalam ayat (2), harus dikumpulkan dan dirawat. b) Pasal 7 Konvensi I menyebutkan bahwa yang luka dan sakit, begitu pula petugas dinas kesehatan serta rohaniawan sekali-kali tidak boleh menolak sebagian atau seluruhnya hak-hak yang diberikan kepada mereka oleh Konvensi ini, serta oleh persetujuan-persetujuan khusus seperti tersebut dalam pasal terdahulu apabila ada. Adapun mereka-mereka yang berhak untuk mendapatkan perlindungan diatur dalam pasal 13 Konvensi I sebagai berikut: Pasal 13 Konvensi I memberikan definisi orang-orang terluka dan sakit yang mendapatkan perlindungan, yaitu: 1) Anggota-anggota angkatan perang dari suatu pihak dalam sengketa termasuk anggota milisi dan sukarelawan, 2) Anggota-anggota gerakan perlawanan yang terorganisir yang tergolong pada suatu Pihak dalam sengketa, 3) Anggota-anggota angkatan perang reguler tunduk pada suatu pemerintahan atau kekuasaan yang tidak diakui Negara Penahan, 4) Orang-orang yang menyertai angkatan perang tanpa dengan sebenarnya menjadi anggota angkatan perang itu namun mendapat pengesahan dari angkatan perang yang mereka sertai, 5) Anggota awak kapal pelayaran niaga dari pihak dalam sengketa, 6) Penduduk wilayah yang diduduki yang atas kemauan sendiri mengangkat senjata untuk melawan pasukan-pasukan yang menyerbu. Untuk mempermudah dalam memberikan perlindungan bagi mereka yng menjadi korban pertikaian bersenjata, Konvensi Jenewa I mengatur sebagai berikut: a) Pasal 15 Konvensi I menyebutkan setiap waktu dan terutama sesudah pertempuran, pihak-pihak dalam sengketa, tanpa suatu penundaan, harus mengambil semua tindakan untuk mencari dan mengumpulkan yang luka dan sakit, untuk melindungi mereka terhadap perampokan dan perlakuan buruk, untuk menjamin perawatan yang cukup dan untuk mencari yang mati serta mencegah perampasan atas diri mereka. Bilamana keadaan mengijinkan, gencatan senjata diusahakan untuk memungkinkan pengambilan, penukaran dan pengangkutan yang luka dan sakit di medan pertempuran. b) Pasal 10 Protokol I menyebutkan bahwa semua yang luka, sakit dan korban karam harus diperlakukan secara manusiawi dan harus memperoleh perawatan kesehatan dengan sesedikit mungkin penundaan. Tidak boleh ada pembedaan berdasarkan alasan apapun selain daripada keadaan kesehatan mereka.
2. Perlindungan terhadap tawanan perang
Tindakan pasukan Inggris yang menyiksa dan membunuh para tawanan perang seperti dikisahkan dalam Film The Patriot bukanlah tindakan kesatria. Perbuatan yang dilakukan sekawanan pasukan Inggris yang menyiksa dan membunuh tawanan perang yang tidak berdaya lagi tersebut bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dibawah ini : a) Pasal 3 ketentuan bersama Konvensi Jenewa. b) Pasal 4 Konvensi III tentang definisi tawanan perang yang dilindungi yaitu orang-orang yang telah jatuh ke tangan musuh sebagaimana penggolongan terdahulu. c) Pasal 7 Konvensi III bahwa mereka yang dilindungi tidak boleh menolak sebagian atau seluruhnya hak-hak yang diberikan dalam konvensi ini. d) Pasal 13 Konvensi III menyebutkan bahwa tawanan perang harus diperlakukan dengan perikemanusiaan. Setiap perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau kelalaian Negara Penahan yang mengakibatkan kematian atau yang benar-benar membahayakan kesehatan tawanan perang adalah dilarang dan harus dianggap sebagai pelanggaran berat. Tawanan perang tidak boleh dijadikan obyek pengudungan jasmani, percobaan-percobaan kedokteran atau ilmiah dalam bentuk apapun juga yang tidak dibenarkan oleh pengobatan kedokteran, kedokteran gigi atau kesehatan dari tawanan bersangkutan dan dilakukan demi kepentingannya. e) Pasal 14 Konvensi III menyebutkan bahwa tawanan perang dalam segala bentuk berhak akan penghormatan terhadap pribadi dan martabatnya. Wanita harus diperlakukan dengan segala kehormatan yang patut diberikan mengingat jenis kelamin mereka, dan dalam segala hal harus mendapat perlakuan sebaik dengan yang diberikan kepada pria. f) Pasal 15 Konvensi III menyebutkan bahwa negara yang menahan wajib menjamin pemeliharaan mereka dan perawatan kesehatan yang dibutuhkan mereka dengan cuma-cuma. g) Pasal 16 Konvensi III disebutkan bahwa perlakuan terhadap keadaan kesehatan, yang diberikan oleh Negara Penahan, harus tanpa perbedaan yang merugikan yang didasarkan atas suku, kebangsaan, kepercayaan, agama atau pandangan-pandangan politik, atau perbedaan lainnya. h) Pasal 18 Konvensi III menyebutkan bahwa barang-barang untuk keperluan pribadi harus tetap dimiliki tawanan termasuk pakaian dan makanan. i) Pasal 20 Konvensi III menyebutkan tentang evakuasi tawanan harus diselenggarakan dengan perikemanusiaan. Negara penahan harus memberi makanan dan air yang dapat diminum cukup, serta pakaian dan pemeliharaan kesehatan yang diperlukan serta segala tindakan pencegahan yang wajar untuk menjamin kesehatan selama evakuasi. j) Pasal 11 ayat (1) Protokol I menyebutkan bahwa kesehatan dan keutuhan jasmani atau rokhani dari orang-orang yang berada di bawah kekuasaan Pihak-pihak lawan atau yang diinternir, ditahan tidak boleh dibahayakan. Karena itu adalah dilarang menempatkan orang-orang dibawah suatu prosedur perawatan kesehatan yang tidak didasarkan pada kesehatan orang yang bersangkutan dan yang tidak sesuai dengan ukuran-ukuran perawatan kesehatan yang diakui secara umum. Terutama dilarang melaksanakan terhadap orang-orang tersebut diatas, sekalipun dengan persetujuan mereka:(a) pengudungan anggota tubuh, (b) percobaan-percobaan kesehatan ataupun ilmiah, dan (c) memindahkan jaringan syarat tubuh atau organ-organ tubuh untuk pencangkokan, kecuali apabila tindakan-tindakan itu dapat dibenarkan sesuai dengan keadaan sebagaimana diatur dalam ayat 1. k) Pasal 11 ayat (3) Protokol I menyebutkan bahwa pengecualian- pengecualian hanya dalam hal pemberian sumbangan darah untuk transfusi atau sumbangan kulit untuk mengenten, asalkan saja diberikan secara sukarela dan tanpa suatu paksaan apapun atau tipu muslihat, dan hanya untuk tujuan pengobatan penyakit, sesuai dengan ukuran-ukuran pengobatan dan pengawasan kesehatan yang diakui secara umum, yang bertujuan bagi kemanfaatan pemberi sumbangan maupun penerima sumbangan.
3. Perlindungan terhadap penduduk sipil
Tindakan pasukan Inggris yang membunuh dan memusnahkan penduduk sipil yang berada di daerah taklukan sangat bertentangan dengan ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam Konvensi Jenewa terurama Konvensi IV. Disamping itu, Hukum Humaniter Internasional melindungi mereka yang tidak terlibat dalam peperangan (non-kombatan) seperti orang-orang sipil dan petugas medis serta agama, juga melindungi mereka yang tidak lagi terlibat dalam peperangan seperti orang-orang terluka atau korban kapal karam atau orang sakit, atau orang-orang yang ditawan. Orang-orang yang dilindungi tersebut tidak boleh diserang. Mereka harus dihindarkan dari tindakan penyiksaan fisik atau tindakan yang tidak manusiawi lainnya. Orang terluka dan sakit harus dikumpulkan serta dirawat sebagaimana tertuang dalam ketentuan-ketentuan di bawah ini: a) Pasal 3 ketentuan bersama Konvensi Jenewa. b) Pasal 4 Konvensi IV tentang definisi orang-orang yang dilindungi, yaitu mereka yang dalam suatu sengketa bersenjata ada dalam tangan suatu pihak dalam sengketa atau kekuasaan pendudukan, yang bukan negara mereka; warga negara suatu negara yang tidak terikat konvensi ini tidak dilindungi. c) Pasal 8 Konvensi IV bahwa mereka yang dilindungi tidak boleh menolak sebagian atau seluruhnya hak-hak yang diberikan dalam konvensi ini. d) Pasal 125 ayat (2) Konvensi IV menyebutkan bahwa penduduk sipil harus diperkenankan, atas permintaan sendiri, untuk hadir dalam pemeriksaan kesehatan harian. Mereka harus mendapatkan pemeriksaan kesehatan yang diperlukan atas keadaan kesehatan mereka dan harus dipindahkan ke balai pengobatan atau rumah sakit tempat interniran.