Anda di halaman 1dari 2

PULANG

Pengarang : Toha Mohtar (17 September 1926) Pembangunan 1958

Penerbit. : Pembangunan

Tahun : 1958

Tujuh tahun lamanya Tamin meninggalkan desanya. Ia bergabung dengan pemuda- pemuda
lain menjadi Heiho dan dikirim Jepang ke luar negeri. Kini, ia pulang menemui orang tua,
adik, dan desa yang selalu dirindukan selama dalam pengembaraannya.
Orang tuanya bercerita tentang sapi dan sawah pusaka yang terpaksa dijual demi kebutuhan
hidup selama zaman Jepang dan revolusi. Tamin memahami kesulitan yang dialami orang
tuanya. Kemudian ia menebus sawah dan membeli sapi dengan uang simpanan dan uang
hasil penjualan perhiasannya. Ia berniat kembali menjadi petani.
Penduduk desa menerima Tamin dengan penuh keramahan. Mereka senang melihat
pemuda itu bekerja keras mengolah tanah. Mereka juga senang mendengarkan tem- bang
yang disusun Tamin selama dalam pengembaraannya dulu. Selain itu, penduduk desa
menganggapnya sebagai pahlawan yang telah bergerilya mempertahankan kehormatan
bangsa dan negerinya.
Sebaliknya bagi Tamin, anggapan penduduk desanya itu lebih memberikan rasa malu dan
takut daripada rasa bangga. Ia takut warga desa, lebih-lebih kedua orang tua dan adiknya,
mengetahui hal yang sebenarnya selama ia dalam pengembaraan. Maka, tatkala orang-
orang sekelilingnya meminta agar ia menceritakan pengalamannya, ia terpaksa berbohong.
Dikatakannya bahwa ia bersama pemuda-pemuda lain, bergerilya di gunung-gunung di Jawa
Barat, berjuang melawan Belanda yang berniat menjajah kembali negeri ini.
Tamin tidak merasa tenteram dan damai tinggal di desanya. Hati nuraninya tak kuat terus-
menerus berbohong kepada orang tua dan adiknya, juga penduduk desa. Pujian sebagai
pejuang terhadap dirinya makin menambah kegusarannya. Ia tak punya ke- beranian untuk
menceritakan hal yang sebenarnya. Ia takut melihat kekecewaan pen- duduk desanya
apabila mereka tahu hal yang sesungguhnya. Lebih jauh, ia takut menghadapi kemarahan
penduduk desa yang akan mengecapnya sebagai pengkhianat. Tamin sendiri merasa bahwa
dirinya bukan patriot yang rela mengorbankan nyawa-nya demi membela tanah air dan
bangsanya. Selama menjadi heiho, ia dan pasukannya dikirim oleh Jepang ke Burma untuk
mempertahankan kekuasaan Jepang. Kemudian, setelah Jepang menyerah, ia tidak
bergabung dengan bangsanya untuk mempertahan kan kemerdekaan. Disebabkan
ketidaktahuannya dan termakan oleh propaganda yan! dilancarkan sekutu, ia bergabung
dengan tentara sekutu. Tamin justru bertempur melawan bangsanya sendiri. Namun, ketika
ia mengetahui keadaan yang sebenarnya, ia merasa berdosa
Penduduk desa tidak menggugat karena mereka toh tidak mengetahui bahwa se- benarnya
Tamin telah bertempur melawan bangsanya. Rasa berdosa semakin mencekamnya karena ia
khawatir kalau-kalau kebohongannya selama ini, terbongkar. Maka, ia memutuskan untuk
meninggalkan kampung halamannya.
Hari-hari dalam pengembaraannya yang kedua kali ini, hati Tamin tidak juga merasa damai.
la selalu dibayangi rasa berdosa dan takut bertemu dengan orang sekampungnya. Ia takut
kalau-kalau ada orang yang mengenalnya datang ke desanya dan menceritakan siapa Tamin
sebenarnya. Rasa bersalah itu terus memburu dalam setiap langkahnya.
Tamin mengembara dan berpindah-pindah tempat tanpa tujuan yang pasti. Setelah
menggelandang berbulan-bulan, akhirnya ia bertemu dengan Pak Banji, tetangga
sekampungnya, di Surabaya. Pak Banji menyampaikan kabar bahwa ayah Tamin telah
meninggal dunia. Ibu dan adik Tamin sangat mengharapkan agar ia kembali ke desanya.
Selain itu, penduduk kampung juga mengharapkan agar ia pulang. Mereka merindukan
Tamin, merindukan tembang-tembang yang selalu didendangkannya.
Melalui cerita Pak Banji, Tamin berkesimpulan bahwa penduduk desanya tidak mengetahui
siapa ia sebenarnya. Mereka begitu tulus mencintai Tamin. Akhirnya, ia sadar bahwa selama
ini ia hanya dikejar-kejar rasa ketakutannya. Tamin memutuskan untuk pulang ke desanya.
Kali ini ia datang dengan perasaan

lega. Perasaan bahwa ia tetap dibutuhkan oleh penduduk desanya. Ia juga sadar,
kepulangannya kali ini sekaligus untuk membuktikan bahwa sesungguhnya sejak dulu Tamin
ingin berjuang untuk bangsanya. Pembelaannya pada Jepang, dan kemudian pada sekutu,
semata-mata karena ketidaktahuannya akibat propaganda dan bujuk rayu Jepang dan
Sekutu. Kini, perjuangannya adalah: ... "Sebagai desa yang telah berjasa dalam perjuangan
gerilya, pemerintah akan mendirikan dam yang akan mengatur pengairan sawah seluruh
desanya dengan baik." (hlm. 139). Begitulah, Tamin kemudian membuktikan perjuangannya;
membangun desanya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai