Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adrian Bayu Nur Fattah

Kelas : XI MIPA 2

SMA Negeri 1 Cikarang Selatan

Pemenuhan Tugas Sejarah Indonesia

Ringkasan Novel “Perburuan” Karya Pramoedya Ananta Toer

ISI :

Novel dibuka dengan cerita seorang anak yang baru saja melakukan khitanan ditemani oleh
ibunya di dusun Kaliwangan, di antara para tamu yang sudah berhamburan pergi dari acara
khitanan tersebut tersisa sekumpulan pengemis yang berdiam diri sembari menadah tangan
mengharapkan belas kasih seseorang agar memberi sedekahnya kepada mereka. Di antara
pengemis-pengemis itu berdirilah seorang pengemis yang dari raut wajahnya tampak masih
muda belia, ia memusatkan pandangannya pada anak sunatan yang tengah duduk bersandar
pada kursi panjang model kuno.

Ternyata pengemis itu adalah Den Hardo yang menyamar menjadi seorang pengemis, hal itu
ia lakukan karena dirinya menjadi buruan Jepang, hal itu terjadi padanya karena saat sedang
melakukan pemberontakan mewakili perasaan rakyat terhadap Nippon ia dikhianati oleh
temannya sendiri bernama Karmin. Entah mengapa temannya itu mengkhianatinya, sehingga
Hardo diburu oleh Jepang.

Dalam perburuannya itu, Hardo bersembunyi dalam gua Sampur yang gelap pekat sebelum
dirinya memutuskan untuk keluar dan menapaki kakinya lagi di Blora. Di mana ia melihat
keponakannya sepertinya sadar akan keberadaannya yang sedang menyamar sebagai seorang
pengemis, Ningsih adiknya tak sedikit pun menyadari dibalik penyamarannya itu, bahkan ia
mengusirnya. Setelah setengah tahun ternyata perlakuan orang-orang bahkan keluarganya
terhadapnya masih sama seperti dahulu kala.

Mereka tampaknya masih takut ketika mendengar nama Den Hardo karena Jepang bisa saja
membahayakan mereka. Memang semenjak kejadian pengkhianatan itu, kemudian ia diburu
membuat orang-orang bahkan keluarganya terancam jika harus berurusan dengannya. Ramli,
keponakannya meminta Ningsih untuk mencari Hardo dan akhirnya ayahnya yang bergerak
untuk mencari untuk membujuk Hardo pulang. Lurah Kaliwangan yang pertama berjumpa
dengan Hardo dan mengajaknya pulang, namun Den Hardo menolak karena ia baru akan
pulang jika Jepang kalah.

Lalu ayahnya secara tidak sengaja menemuinya di sebuah pondok yang berada di pinggiran
sawah, ia awalnya tidak menyadari itu anaknya sendiri. Namun kemudian ia sadar ketika
melihat luka cacat bekas bayonet Nippon di tangan kanan Den Hardo, ia mengobrol
semalaman dan memberi tahu segalanya yang Hardo tak tahu selama ia bersembunyi. Selama
mengobrol, anaknya itu tidak banyak bicara seperti dulu. Namun sepertinya ia masih segan
dan takut untuk pulang, karena tahu bahwa ayahnya juga salah satu yang ikut memburunya
saat di pegunungan cadas, Plantungan.

Hingga akhirnya Hardo menyadari bahwa keberadaanya sudah diketahui oleh Jepang dan
harus kabur dari pondok tersebut untuk menghindari perburuan itu. Tentara Jepang tak henti
memburunya, dibantu oleh Karmin, teman hardo yang berkhianat dengan membocorkan
rencana pemberontakan pada Jepang. Mereka melakukan berbagai macam upaya untuk
memburu Hardo.

Hingga akhirnya Jepang berhasil menangkapnya. Hardo, Dipo, dan Kartiman. Ketiga kere itu
tertangkap di dekat kolong jembatan kali Lusi digiring oleh regu Keibodian. Di tengah
interogasi jepang terhadap Hardo, terdengar derum truk yang berjalan pelan-pelan dan orang
berseru dengan pengeras suara “Indonesia sudah merdeka!”... “Indonesia sudah
merdeka!”... “Jepang menyerah kepada sekutu!”.

Spontan Opsir Jepang tersebut buru-buru membuka kunci senjata dan segera ditembakkannya
ke arah orang-orang. Sementara tembakan senjata itu otomatis berhenti. Shodanco Karmin
melompat dari belakang dan ditangkapnya lengan Jepang itu. “Ampun, Indonesia! Ampun”
serunya minta hidup.

Cerita diakhiri dengan Karmin yang mengaku kepada khalayak tentang pengkhianatan yang
ia lakukan kepada Hardo dan isak tangis lurah meratapi Ningsih yang tubuhnya terus saja
mengeluarkan darah karena Jepang menembusi dadanya. Disini Hardo memegangi kedua
bahunya dan berseru “Dik Sih, Dik Sih!” yang nampaknya gadis itu tidak mengingat lagi
dirinya dan berkata “Biar aku aman mati, dengan kenangan yang indah”.

MAKNA :

Dari cerita novel ini, kita jadi tahu bahwa saat dalam keadaan mendesak seperti terjajah,
seseorang akan kehilangan akal sehatnya dan tumbuh keegoisan dalam diri mereka hanya
untuk melindungi diri sendiri, tanpa memikirkan keadaan orang lain yang bisa menderita
akibat keegoisan kita tersebut.

Contohnya Den Hardo, pada awalnya niatnya baik melakukan pemberontakan terhadap
Jepang agar dirinya dan rakyat dapat terlepas dari penjara Jepang yang menguasai wilayah
mereka. Namun karena sebuah pengkhianatan. hidup Hardo harus berubah total, dari awalnya
rakyat bersorak untuknya menjadi berkhianat padanya. Ya, itu semua karena mereka tidak
menerima kenyataan bahwasanya mereka takut untuk melawan tirani Jepang.

Sedangkan mereka yang berani, kuat, pantang menyerah, dan setia tidak akan melakukan
pengkhianatan dan berbuat egois hanya karena satu alasan yaitu “Rasa Takut”. Semestinya
untuk terlepas dari penjajahan mereka harus menghilangkan rasa takut itu dan mengubahnya
menjadi sebuah harapan untuk menang melawan penjajah.

KETERKAITAN DENGAN MATERI :

Menurut saya cerita dalam novel ini, berkaitan dengan kependudukan Jepang yang menguasai
Indonesia dimana kondisi rakyat takut dan ikut memburu sesama pribumi yaitu Den Hardo,
merupakan sebuah bentuk Imperialisme Jepang yang menguasai bentuk pemerintahan
Indonesia. Disini Tentara Jepang menjajah rakyat pribumi, dan mereka menganggap telah
berhasil sepenuhnya menduduki wilayah yang saat itu ia duduki.

Demikian,

Mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam penyampaian

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai