Latar bel;akang
Para guru pun tidak luput dari penangkapan dan pembunuhan, seperti Ya
'Abdullah yang ditangkap tentara Jepang di ruang kelas saat mengajar.
Tidak dapat dipastikan jumlah kaum intelektual, penguasa, pengusaha, politisi,
dan sebagainya yang menjadi korban kebiadaban Tentara Jepang di Mandor
antara periode 14 April 1943-24 Mei 1944. Jumlahnya bervariasi antara 1.534
orang hingga 1838 orang.
Akan tetapi penduduk Kalimantan Barat yang terbunuh selama masa
pendudukan Jepang dari tahun 1942-1945 diperkirakan berhasil 21.037
jiwa. Deskripsi yang disampaikan oleh Kyotoda Takabashi, salah seorang
mantan tentara pendudukan Jepang yang pernah diterima di Pontianak. Ia
mengadakan kunjungan bersama rombongan bekas tentara Jepang ke
Pontianak pada tanggal 22 Maret 1977.
Saat sidang Mahkamah Militer Tentara Sekutu pada bulan Oktober-November
1945, Yamammoto, Komandang Kempetai di Pontianak menyetujui jumlah target
masyarakat yang akan diluncurkan adalah 50.000 orang.
Peristiwa Mandor adalah sebuah peristiwa masa kelam pada tahun 1943-1944 di daerah Mandor, Kabupaten
Landak. Sewaktu itu, pihak Jepang sudah mencurigai bahwa di Kalimantan Barat dan Selatan ada komplotan-
komplotan yang terdiri atas kaum cerdik pandai, cendikiawan, para raja, sultan, tokoh masyarakat, orang-orang Cina,
dan para pejabat. Sehingga komplotan-komplotan tersebut dihancurkan dengan penangkapan-penangkapan.
Penangkapan-penangkapan tersebut terjadi antara September 1943 dan awal 1944.
Menurut sejarah, dibawah pimpinan Letnan Jenderal Tadashige Daigo membantai 50.000 putra putri terbaik, para
Raja, Cendikiawan, dan Tokoh2 Masyarakat. Mereka dipancung dan dimasukkan ke dalam satu lubang sehingga
menyerupai bukit kematian. Versi lain mencatat hampir terdapat 21.037 jumlah pembantaian yang di bunuh oleh
Jepang, namun Jepang menolaknya dan menganggap hanya 1.000 korban saja.
Kronologi Peristiwa
Masuknya tentara pendudukan Jepang bulan Juni tahun 1942 di
Kalbar, ditandai dengan tindak kekerasan perampasan,
perampokan, pemerkosaan dan penindasan rakyat. Hingga
akhirnya seluruh suku, pemuka masyarakat, raja dan
panembahan di Kalbar berkumpul dan bermusyawarah
bagaimana menangani tentara pendudukan Jepang yang
bertindak semena-mena.
Saksi mata TNR Simorangkir yang pada saat itu pegawai kantor
pendaftaran tanah di kota Mempawah Kabupaten Pontianak
mengisahkan pengalamannya.
Suatu saat cerita Simorangkir, melihat ada dua truk yang berhenti
di depan penjara Mempawah. Sebuah truk diantaranya sudah
tertutup rapat dengan terpal. Dua serdadu Jepang dengan
samurai melintang di badan bersiaga duduk di kursi rotan yang
diletakkan di atas terpal yang menutupi tumpukan manusia.
Konon, ada saja tahanan yang dapat meloncat dari dalam truk
guna menyelamatkan diri. Namun serdadu yang berjaga di truk
tak berusaha mengejarnya. Tapi dengan santai meski bertampang
garang, dia menjemput korban penggantinya, rakyat yang
ditemui di sepanjang perjalanan menuju Mandor. Asal di dalam
truk tetap berisi 45 orang.