Anda di halaman 1dari 9

Napak Tilas Perjuangan

Kemerdekaan RI di
Lombok Timur

Waktu zaman orde baru, kegiatan Napak Tilas mengikuti


rute penyerbuan gedung NICA di Selong menjadi kegiatan
rutin. Sempat terhenti beberapa lama, dan kini akan kembali di
galakkan. Kegiatan Napak Tilas tersebut banyak menilai
sekadar acara jalan-jalan saja, sementara sejarah perjuangan
para pahlawan dulu banyak yang tidak tahu. Kami mencoba
menuliskan jejak perjuangan para pahlawan Lotim.

Tidak mudah menuliskan sejarah perjuangan para


pahlawan Lombok Timur (Lotim). Selain referensi yang sangat
terbatas, para saksi sejarah ini pun, penulis tak menemukan
informasi apakah masih ada yang hidup. Cerita banyak penulis
dapatkan dari para saksi mata yang saat peristiwa berlangsung
sempat menyaksikan, saat itu mereka rata-rata masih anak-
anak dan remaja. Cerita lainnya juga dari para generasi kedua
bahkan ketiga

RIWAYAT BALOQ JAWE


Sejarah Singkat Pejuang Lombok
37
dari orang-orang yang pernah menyaksikan peristiwa

perjuangan tersebut.

Dari penelusuran yang dilakukan, baru dua referensi


tertulis yang ada. Pertama sebuah buku berjudul Sejarah
Perjuangan Kemerdekaan RI di Lombok Timur yang disusun
oleh dewan harian Cabang Angkatan 45 Lotim, dan satu
buku disusun oleh keluarga TGH Muhammad, tokoh spiritual
dari Laskar Banteng Hitam maupun BASMI.Dua organisasi
ini merupakan kelompok yang melakukan perlawanan
senjata pada penjajah. Dua buku ini menjadi salah satu
rujukan dalam menuliskan kembali kisah ini, terutama pada
kronologis waktunya. Tapi untuk informasi peristiwa, penulis
mengutip langsung dari beberapa saksi mata yang masih
hidup.

Cerita tentang penyerbuan markas Jepang di Timbanuh


kecamatan Pringgasela didapat dari TGH Jamiludin
Muhammad, anak dari TGH Muhammad. Waktu peristiwa ini
terjadi dia berusia 16 tahun. Dia juga tahu detail tentang
peristiwa 7 Juni 1946, sebuah peristiwa heroik penyerbuan
markas NICA di Selong. Di Pringgaselalah penyerbuan
tersebut dirancang, saat itu TGH Jamiludin ikut dalam
pertemuan tersebut.
Belakangan,rute perjalanan dari Pringgasela hingga ke markas
NICA inilah yang dijadikan rute Napak Tilas.

Peristiwa penyerbuan ke markas tentang Jepang di


Barangpanas desa Kembang Kuning kecamatan Sikur
diperoleh dari Kamiludin. Saat peristiwa penyerbuan
tersebut,Kamiludin baru beranjak remaja dan melihat langsung
peristiwa tersebut. Kondisi selama masa penduduka Jepang di
daerah Kembang Kuning dan Tetabatu didapat dari cerita
Diangin. Nenek-nenek ini merupakan saksi hidup pendudukan
Jepang. Hingga kini, wanita ini pun masih lancar menyanyikan
lagu-lagu doktrin tentara Jepang dan bisa
berbahasaJepang.Cerita lainnya juga dari papuq Sapar, yang
pernah menjadi buruh di beberapa pabrik milik Jepang di
Tetebatu, pria ini, kini tinggal di sebuah perkampungan di desa
Jenggik kecamatan Terara.

Masa pendudukan Jepang di Lotim masih menyisakan


bukti sejarah. Di Tetebatu, kini, masih ditemui bekas pabrik
kecap milik Jepang.Tahun 1990-an pernah dilakukan
penggalian, konon katanya Jepang sebelum meninggalkan
Lotim mengubur harta benda mereka di sana. Penulis pernah
menyaksikan proses

20
penggalian ini,melihat, jika hasil penggalian bukannya
menemukan emas permata, tapi beberapa peluru dan
senjata peninggalan Jepang. Ini makin memperkuat
cerita dalam dua buku yang disusun tersebut, bahwa
daerah Timbanuh dan Barangpanas merupakan gudang
senjata milik Jepang.

Namun penulis belum menemukan titik temu antara


gudang senjata yang berada di daerah Timbanuh, Barangpanas
dengan markas tentara Jepang yang berada di Tanjung Ringgit.
Di daerah ini, hingga kini, masih tersisa bekas meriam tentara
Jepang dan gua-gua peninggalan mereka.

Cerita tentang Tanjung Ringgit di era Jepang,penulis


dapatkan dari penuturan keluarga papuq Asim, warga Gili
Sunut, tak jauh dari Tanjung Ringgit. Papuq Asim sendiri sudah
tidak bisa berbicara denga lancar, namun dia selalu
menceritakan peristiwa di Tanjung Ringgit pada anak cucunya.
Dari penuturan TGH Jamiludin, Tanjung Ringgit merupakan
salah satu bagian markas Jepang untuk menghadang musuh
dari lautan.
Cerita heroik penyerbuan markas Jepang di Timbanuh,
Barangpanas, kemudian ke Wanasaba dan terakhir penyerbuan
ke markas NICA di Selong masih ada dokumentasi, dan
peninggalannya masih bisa ditemui hingga sekarang. Peristiwa ini
terjadi antara tahun 1945-1946. Perlawanan ini sebagai bentuk
reaksi masyarakat atas masih bercokolnya penjajah di bumi
Indonesia, padahal di Jakarta sudah dibacakan proklamasi
kemerdekaan RI.

Namun, jauh sebelum peristiwa ini, pernah juga terjadi

perlawanan heroik melawan penjajah.Perlawanan pertama dikenal

dengan Perang Gandor (masuk kecamatan Selong) yang dipimpin

oleh Raden Wirasasih dan Mamiq

Mustiasih,sekitartahun1898.Pemberontakan Pringgabaya | pada

tahun 1911 dan Pemberontakan Pringgabaya II tahun 1912. Tapi

perisitiwa bersejarah ini seperti hilang ditelan bumi.

Sisa peninggalan penjajahan Belanda hingga kini


masih bisa ditemukan. Beberapa bekas kantor distrik
masih berdiri utuh dan digunakan untuk beberapa kantor
pemerintah. Belanda dikenal dengan politik
pecah belahnya (devide et impera). Pemerintah Belanda
juga mensetting masyarakat agar tetap dalam suasana
kebodohan.Beberapa sekolah yang ada hanya bisa diakses
oleh kaum berada saja.

Menurut pembagian geografis ala Belanda, Lotim


disebut Onder Afdeeling van Oost Lombok dengan
kedudukan Controleur di Selong. Dibawahnya, daerah Lotim
dibagi menjadi lima distrik. Lima distrik tersebut adalah
Distrik Rarang Timur yang berkedudukan di Selong yang
saat itu dijabat oleh Lalu Mesir. Distrik Masbagik dijabat Haji
Moestafa, Distrik Sakra dijabat Mamiq Mustiarep, Distrik
Rarang Barat di Sikur dijabat Haji Kamaloedin dan Distrik
Pringgabaya dijabat Lalu Noersaid. Sementara di bawah
distrik ada kepala desa yang diangkat dari orang kaya dan
berperangaruh. Belanda juga menumbuh suburkan praktif
feodalisme.

Tak banyak informasi tentang keberadaan Belanda


sebelum kemerdekaan. Pasukan Belanda memang tidak
membombardir rakyat dengan senjata-senjata, layaknya di
film-film, tapi rakyat ditindas dengan berbagai peraturan dari
Belanda. Mulai dari pajak yang berat, dan suasana
kebodohan. Banyak hasil panen rakyat yang
disita dan pernah terjadi kelaparan.Inilah yang membuat rakyat
benci pada Belanda. Sangat beralasan,kemudian, ketika
Jepang mulai masuk ke Lotim rakyat menyambut dengan suka
cita. Belanda tak mendapat dukungan apapun dari rakyat.

Suasana pendidikan zaman Belanda juga turut berperan


bagi suasana kehidupan masyarakat. Dengan suasana
kebodohan, rakyat tak memiliki akses untuk melakukan
perlawanan pada penjajah. Bagi rakyat kecil hanya bisa
mengakses dua sekolah saja. Di desa ada sekolah desa
(volkschool), hanya sampai kelas III. Untuk bisa melanjutkan
orang harus ke Selong, Masbagik, Sakra, dan Pringgabaya
yang merupakan tempat Vervolkschool, sampai kelas lima.
Memang ada salah satu sekolah di Selong yang didirikan oleh
dokter Seodjono,dokter pertama yang datang ke Lotim.Di
bawah payung Yayasan Anjah Sasak bersekolah lah beberapa
putra daerah Lotim. Walau masih sangat terbatas, setidaknya,
perannya cukup terasa bagi perjuangan sebelum
kemerdekaan.

Ketika masyarakat dalam suasana kebodohan inilah,


kehadiran Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) tahun
1935 menjadi angin segar.Madrasah yang didirikan
TG KH Zainuddin Abdul Madjid inilah yang membuka
mata orang Lotim untuk bisa mengenyam pendidikan.
Walau saat itu lebih banyak ilmu agama, beberapa ilmu
umum juga dipelajari.

Peran madrasah yang didirikan kakek gubernur NTB


saatini,TGHMZainul Majdiinilahyangmemompasemangat
perlawanan rakyat terhadap penjajahan. Memang saat
itu,tidaklangsung melawan dengan mengangkat senjata,
namun doktrin-doktrin ditanamkan dalam benak para santri
bahwa penjajahan itu harus ditentang. Menurut TGH Jamiludin
Muhammad, Kondisinya saat itu tidak mungkin TGH Zainuddin
menyuruh santrinya melawan dengan senjata, bisa dibakar
madsarahnya. Di sana banyak orang sekolah dan memberikan
pengetahuan. Tahun 1943 mendirikan Nahdlatul Banat Diniah
Islamiyah (NBDI) khusus untuk kaum wanita. Madrasah NWDI
dan NBDI dijadikan pusat pergerakan kemerdekaan. Di sini
terbentuk suata gerakan perlawanan yang diberi nama
Gerakan al-Mujahidin. Salah satu peristiwa heroik dari
Gerakan al Mujahidin ini adalah saat penyerbuan markas NICA
di Selong tahun 1946. Dalam penyerbuan tersebut
gugurlah HM Faisal Abdul Madjid, adik beliau.

Anda mungkin juga menyukai