Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SEJARAH

NAMA : ADINDA NOOR FAIRUZ RASYIDAH


KELAS : X-9
ABSEN : 01

Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah, saya melakukan penelusuran mengenai asal
usul nama Desa Japan dengan melakukan wawancara dengan Kepala Desa Japan yaitu Bapak
H. Salim Udin dan dengan beberapa warga sekitar. Berikut adalah penjelasan dari hasil
wawancara

PROFIL DESA JAPAN

Desa Japan merupakan desa yang terletak di kecamatan Sooko, kabupaten Mojokerto,
Provinsi Jawa Timur. Luas wilayah desa Japan adalah 154Ha dengan jarak tempuh ke pusat
kota kurang lebih 5km. Letak Desa Japan ini sangat strategis, karena sangat dekat akses jalan
menuju luar kota yaitu ke Surabaya dan Jombang. Wilayah Desa Japan dahulu dipenuhi
dengan sawah sehingga mata pencaharian masyarakat sekitar kebanyakan adalah petani.
Seiring dengan berjalannya waktu persawahan digantikan dengan perumahan, toko, kantor
dinas sehingga mata pencaharian masyarakat sekarang berganti menjadi pegawai, pedagang,
pengrajin dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan perkembangan ekonomi masyarakat
sangat cepat.
Desa Japan mempunyai sejarah kepemimpinan sejak tahun 1935 sampai 1955. Pemerintah
Desa Japan dipimpin oleh seorang lurah dengan dibantu oleh beberapa perangkat desa
(pamong desa) yang terdiri dari carik, petinggi, kopetengan, dan bayan. Semenjak tahun 1980
ada perubahan struktur pemerintahan kepala desa dibantu oleh perangkat desa yang terdiri
dari sekretaris desa (sekdes), kepala seksi, dan kepala urusan dan kepala dusun, adapun
sejarah kepemimpinan desa adalah sebagaimana tersebut dibawah ini :
KARTO SAMIADI (1935-1955)
ABDULLOH (1955-1960)
SUKARNO ADISASMITO (1960-1965)
AHMAD SHOLEH SYAM (1965-1967)
ABDUL MU’IN (1967-1981)
ROCHIM (1981-1983)
ZAINAL ARIFIN (1983-1991)
SOEPARDJI (1991-1995)
MUSTAIN KHOIRI (1995-1998)
SHAFIUL FUAD (1998-20000
SOEPARDJI (2000-2007)
SALIM UDIN (2007-Sekarang)

SEJARAH DESA
Mojokerto dahulu disebut sebagai Japan, yang merupakan pintu masuk delta Brantas sebelah
barat yang sangat subur dan berada pada posisi strategis. Sungai Brantas sebagai salah satu
urat nadi lalu lintas antar perekonomian menjadikannya sebagai lahan perebutan pihak
dengan perbedaan kepentingan.
Penyebutan Japan sudah ada sebelum Kabupaten Mojokerto berdiri. Banyak masyarakat yang
meyakini nama Japan berasal dari penyebutan orang-orang Belanda terhadap kaum pribumi
kurang lebih sekitar tahun 1603-1604. Itu berasal dari kata Djapan yang berarti pemalas.
Pada tahun 1709, Panembahan Senopati yang saat itu berkuasa di kerajaan Mataram
memasukkan Kabupaten Japan menjadi wilayah kekuasaannya. Semasa itu, lanjut dia, daerah
Kabupaten Japan sangat luas. Bahkan sudah mencapai daerah Canggu dan Wirosobo,
Kabupaten Jombang. Sewaktu kepemimpinan berada di bawah wedono Bupati Mancanegara
Wetan, tempat peristirahatannya adalah di Balai Desa Japan tersebut, banyak yang percaya
dulu balai desa tersebut juga sempat disinggahi Hayam Wuruk.
Salah satu upaya menjembatani perbedaan kepentingan adalah melalui pembagian daerah
dalam perjanjian Giyanti tahun 1755 yang menyebutkan wilayah Mataram dibagi menjadi
dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Atas dasar pembagian tersebut,
wilayah Japan (Mojokerto) dan Wirosobo yang masuk dalam wilayah Mataram juga terbagi
peruntukannya. Wilayah Japan (Mojokerto) untuk Kasultanan Yogyakarta dan Wirosobo
(Mojoagung) untuk Kasunanan Surakarta. Setelah pemerintah Inggris meninggalkan
Indonesia tahun 1816 masa pemerintahannya beralih ke Belanda. Pada masa ini wilayah
Wirosobo dan Japan disatukan kembali dengan Kabupaten Japan beralih menjadi Mojokerto
dengan Wirosobo didalamnya.
Perubahan nama Japan itu diganti atas permintaan masyarakat setempat bertepatan dengan
era pengerahan tenaga kerja tanam paksa di zaman kolonial Belanda. Itu setelah Inggris
meninggalkan Indonesia dan menyerahkan pemerintahannya kembali ke Belanda pada
tanggal 19 Agustus 1816. Karena dianggap tidak tepat dengan semangat kerja mereka semasa
pengerahan kerja tanam paksa itu, akhirnya berubah menjadi Mojokerto berdasarkan
keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 12 September 1838 No 14 tentang
perubahan Kabupaten Japan menjadi Mojokerto. Adapun, pada masa ini wilayah Wirosobo
dan Japan disatukan kembali dengan Kabupaten Japan.
Hingga saat ini penamaan Desa Japan menjadi salah satu pengingat bagi warga, bahwa
Kabupaten Mojokerto dulunya sempat dinamai Kabupaten Japan. Diyakini, pusat
keberadaannya berada di Desa Japan saat ini.
Desa Japan diyakini dulunya merupakan wilayah ibukota dari Kabupaten Japan yang
bernama Jipang. Mulai dari Dusun Sugihan, Daleman dan Kepindon ini dahulu masuk
wilayah ibukota Kabupaten Japan yang disebut Jipang saat kekuasaan Mataram. Sekarang
tiga dusun ini masuk dalam wilayah Desa Japan.

TRADISI BUDAYA DESA JAPAN


Hingga saat ini ada tradisi budaya/kebiasaan masyarakat Desa Japan yang masih dilakukan
dan dijaga dengan baik, antara lain
TAHLILAN
Tahlilan adalah ritual/upacara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan di
Indonesia untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya
dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada
hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Ada pula yang
melakukan tahlilan pada hari ke-1000.
YASINAN

Yasinan adalah budaya yang dibentuk oleh sejumlah masyarakat dalam rangka
mengoptimalkan kegiatan kemasyarakatan yang bernuansa keagamaan agar lebih positif dan
sebagai wadah untuk mempererat tali silaturrahmi dan sekaligus sebagai sarana untuk
berkumpul dan mengaji terutama membaca Surah Yasin dengan mengharap ridho Allah
SWT. Biasanya kegiatan Yasinan ini dilaksanakan pada hari Kamis malam Jumat, dirumah
warga secara bergantian
KHATAMAN AL-QUR'AN

Khataman Al-Qur'an adalah menyelesaikan bacaan surat Al-Fatihah (surat pembuka Al-
Quran) sampai surat An-Naas (surat penutup Al-Quran). Al-Quran sebagai kitab suci dan
pedoman umat Muslim memiliki berbagai manfaat jika rutin dibaca. Kegiatan ini biasanya
dilakukan sebulan sekali pada hari Jumat Legi dimulai sejak subuh sampai selesai/khatam,
jumlah yang mengaji biasanya lebih dari 2 orang karena mengaji secara bergantian.
PAWAI IDHUL FITRI, 1 MUHARRAM, MAULID NABI

Pawai atau arak-arakan pada saat jelang hari raya Idhul Fitri, 1 Muharram dan Maulid Nabi
ini bertujuan memeriahkan suasana dan agar semua pemeluk agama Islam lebih mencintai
pada Allah dan Nabinya. Peserta pawai ini biasanya ikuti oleh anak-anak TPQ beserta
pengurus masjid dan asatidz sambil membawa obor diiringi takbir dan sholawat

Beberapa pendapat tentang perubahan nama Japan menjadi Mojokerto. Pendapat tersebut
diantaranya dikemukakan oleh R.A.A Kromodjojo Adi Negoro dan J.F Niermeyer. R.A.A
Kromodjojo Adi Negoro menyebutkan bahwa nama “Mojo” berasal dari nama desa
Mojojejer dan didasarkan pada keserasian nama sesuai dalam Besluit no. 14/ 1838, tanggal
12 September 1838. Lain halnya J.F Niermeyer menyebutkan kata “Japan” kurang tepat
untuk semangat kerja karena berarti “malas” dan akhirnya mengalami perubahan menjadi
Mojokerto. Hal ini dimaksudkan sebagai penyemangat etos kerja di bidang pertanian/
perkebunan dan efisiensi administrasi pemerintahan.

Mojokerto dikenal sebagai nama sebuah Kabupaten sejak beberapa tahun lalu tepatnya
berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 12 September 1838
No. 14 tentang perubahan Kabupaten Japan menjadi Mojokerto. Adanya pergeseran nama
Japan menjadi Mojokerto tentunya terjadi pergeseran pusat pemerintahan. Japan merupakan
sebuah desa yang berada sekitar ± 3 km sebelah selatan Mojokerto (kini) dan termasuk dalam
wilayah kecamatan Sooko, namun berdasarkan data sejarah nama Japan sudah disebutkan
dalam bukunya Raffles tahun 1817 “History of Java”. Selain Raffles, beberapa pakar sejarah
seperti Schrieke, de Graaf dan Soekanto mengidentikkan Japan sebagai toponim Mojokerto.
Salah satu sumber sejarah yaitu Kitab Negarakrtagama pupuh XVII/ 10 baris 1 menyebutkan
bahwa Japan merupakan tempat pertama yang disinggahi raja Majapahit Hayam Wuruk
dalam perjalanannya ke Lamajang, menyinggahi beberapa tempat di Jawa Timur dan tercatat
ditemukannya banyak asrama dan candi. Ini berarti Japan pernah dijadikan sebagai tempat
para pendeta dan menunjukkan kedudukannya sebagai kota lama dan pernah menjadi pusat
administrasi kabupaten Japan. Dihubungkan dengan berdirinya kerajaan Majapahit oleh
Raden Wijaya melalui pembukaan kawasan hutan “Tarik/ Trik”, kemungkinan sudah adanya
Japan sebagai wilayah pedukuhan kecil yang akhirnya berkembang menjadi perkotaan dan
sebuah kerajaan besar Majapahit.

Bahkan pada masa sebelum Majapahit diperkirakan telah ada pemukiman seperti yang
tertuliskan pada beberapa prasasti yang menyebutkan adanya pemukiman di sebuah desa
tidak jauh di sebelah barat Desa Tarik. Disebutkan pula Calon Arang mengerjakan
kegiatannya di kubur Lemah Abang yang terletak dekat Trowulan. Pada masa berikutnya
yaitu pada masa perjuangan kemerdekaan, Mojokerto dan Mojoagung masih berperan
penting sebagai basis pertahanan terhadap agresi militer Belanda. Terlepas dari perubahan
nama Japan atau Mojokerto, terbukti bahwa Kota Mojokerto sekarang merupakan bagian dari
Japan di masa silam berkembang sebagai pusat administrasi pemerintahan. Demikian peran
penting Japan (Mojokerto) sepanjang sejarahnya di masa lampau.

Lain halnya dengan proses terbentuknya Kabupaten Mojokerto, pemerintah Kota Mojokerto
diawali dengan status Staadsgemeente berdasarkan SK. Gubernur Jenderal Hindia Belanda J.
Van Limburgstirum dengan staatblad No. 324 tahun 1918 (tanggal 20 Juni 1918), dengan
wilayah meliputi distrik kota yang dulunya termasuk dalam wilayah Regentschap Mojokerto.
Pada masa pendudukan Jepang berstatus Sidan dan diperintah oleh Si Ku Cho dari tanggal 8
Mei 1942 – 15 Agustus 1945. Pada masa revolusi tahun 1945 – 1950 pemerintah kota
Mojokerto dalam pelaksanaan pemerintah menjadi bagian dari pemerintah Kabupaten
Mojokerto dan diperintah oleh wakil walikota disampin Komite Nasional Daerah. Daerah
otonom kota kecil Mojokerto berdiri tahun 1950 berubah status sebagai “Kota” menurut UU
No. 1 Tahun 1957. Dikeluarkannya UU No. 18 Tahun 1965 statusnya berubah menjadi
“Kotamadya Mojokerto”. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974 statusnya berubah menjadi
“Kodya Daerah Tingkat II Mojokerto”. Terjadi perubahan kembali berdasarkan UU No. 22
Tahun 1999 tentang pemerintah daerah Kodya Daerah Tingkat II Mojokerto seperti daerah
lain berubah nomenklatur menjadi “Pemerintah Kota Mojokerto”.
Berdasar data sejarah diketahui bahwa daerah ini telah mewarnai panggung sejarah Jawa
Timur sejak masa Prasejarah hingga masa-masa sesudahnya. Penemuan manusia purba di
daerah Perning, mempunyai nilai penting bagi wilayah Mojokerto sebagai hunian masa lalu
(prasejarah). Pada masa Klasik, Mojokerto memegang peranan penting dengan adanya
Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di Indonesia, yang tinggalannya
tersebar di daerah Trowulan dan sekitarnya. Pada masa Kolonial, Mojokerto yang merupakan
perubahan dari nama Kabupaten Japan yang wilayahnya meliputi Japan dan Wirosobo,
memegang peranan yang cukup penting sehingga daerah tersebut disahkan sebagai
karesidenan pada tanggal 19 Mei 1928. Sebagai daerah otonomi yang mandiri, tentunya
banyak dibangun bangunan infrastruktur sebagai penunjang kegiatan pemerintahan maupun
perekonomian, yang hingga sekarang masih bisa dilihat seperti bangunan perkantoran,
stasiun, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai