Anda di halaman 1dari 33

BAB 4

Tirani Matahari Terbit


ANGGOTA KELOMPOK :

1. DANANG EKA SAPUTRA ( 07 )

2. DICKY MAHENDRA ( 09 )

3. HENDRA DWI PURWANTO ( 15 )


Kedatangan Jepang Ke Indonesia
Jepang Menyerang Indonesia
Kedatangan Saudara Tua

 Penguasaan kepulauan di Indonesia oleh jepang


Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan udara Jepang pada 8 Desember 1941,
serangan terus dilancarkan ke angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik dan juga diarahkan ke
Indonesia. Serangan terhadap Indonesia tersebut bertujuan untuk mendapatkan cadangan
logistik dan bahan industri perang, seperti minyak tanah, timah, dan aluminium.

Pada Januari 1942, Jepang mendarat di Indonesia melalui Ambon dan seluruh Maluku.
Jepang berhasil mengusai Tarakan di Kalimantan Timur dan Balikpapan (12 Januari 1942),
kemudian menyerang Sumatera dan Jawa (Februari 1942). Pada tanggal 1 Maret 1942,
kemenangan tentara Jepang dalam Perang Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam
mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu dari Burma sampai Pulau Wake. 
Untuk menghadapi gerak invasi tentara Jepang, Belanda membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat
yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang dan
panglimanya bernama Jenderal Sir Archhibald. Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa pada
tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten, Eretan Wetan-Indramayu,
dan di sekitar Bojonegoro  Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di
Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter
Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada
Jepang yang diwakili Jenderal Imamura. Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang.  Dengan
demikian berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia berada di bawah pendudukan
tentara Jepang.
Namun Belanda segera mendirikan pemerintahan pelarian (exile government) di Australia di bawah
pimpinan H.J. Van Mook. Perlu dipahami bahwa “rentetan kemenangan yang dicapai tentara Jepang sejak
melancarkan Perang Pasifik membuka pintu bagi mereka untuk menduduki tanah Hindia Belanda”. Kedatangan
“saudara tua”, sebagaimana Jepang menyebut dirinya, mula-mula disambut dengan penuh harapan, tetapi
kemudian mengecewakan rakyat. Walaupun demikian, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi
Indonesia”.
Selamat Datang “Saudara Tua”

Kedatangan pasukan Jepang di Indonesia, pada umumnya disambut aoleh masyarakat Indonesia sebagai
pahlawan pembebas daripada sebagai pasukan agresor. Bahkan di beberapa tempat di luar Jawa, tidak sedikit kalang
nasionalis pribumi yang membentuk perlawanan terhadap Belanda menjelang datangnya serangan Jepang. Di Aceh
misalnya, para ulama Islam Aceh yang tergabung dalam “Persatuan Ulamaulama Seluruh Aceh” (PUSA-dibentuk
tahun 1939) di bawah pimpinan Tengku Mohammad Daud Beureu’eh (1899-1987) telah menghubungi Jepang untuk
membantu serangan Jepang terhadap Belanda. Di Minangkabau, para ulama secara tidak langsung juga membantu
pihak Jepang dan berharap dapat menyaksikan terdepaknya para penghulu dari kekuasaannya.

Sebagai balasannya, pada awal kekuasaannya, pemerintah Jepang banyak memberikan keleluasaan kepada kaum
pribumi, seperti mengibarkan bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengambil alih tanah-
tanah perkebunan milik pengusaha Belanda. Sedangkan untuk memusnahkan pengaruh Barat, Jepang melarang
pemakaian bahasa Belanda dan bahasa Inggris, serta berupaya memajukan pengajaran bahasa Jepang. Selain itu,
kalender Jepang juga diberlakukan menggantikan kalender Masehi.
Akan tetapi dalam situasi peperangan, Jepang harus memilih prioritasprioritas tertentu. Mereka cepat
melakukan reorganisasi pemerintahan setempat dan memadamkan benih-benih revolusi yang mucul di beberapa
daerah seiring dengan runtuhnya Hindia Belanda. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Jepang terpaksa
harus bersandar kepada para ambtenar dari masa kolonial Belanda seperti; uleebalang, di Aceh, penghulu di
Sumatera Barat, para raja di Sumatera Timur, dan kaum priyayi di pulau Jawa.
Sebagai catatan, Jepang telah membentuk tiga tentara wilayah, satu untuk Birma (Myanmar), dua untuk
Indonesia dan Malaya. Tentara ke-14 di Filipina dan Tentara Garnisun di Muangthai langsung di bawah
Panglima Tentara Selatan. Tentara-tentara di wilayah Indonesia disusun sebagai berikut:
 Pulau Sumatera di bawah Tentara Angkatan Darat (Rikugun) ke-25 yang bermarkas di Bukittinggi, Sumatera
Barat
 Pulau Jawa dan Madura di bawah Tentara Angkatan Darat ke-16, yang bermarkas di Jakarta. Kedua wilayah
ini berada di bawah komando Angkatan Darat Wilayah ke-7 dengan markas besarnya di Singapura.
 Kalimantan dan Indonesia bagian Timur lainnya berada di bawah kekuasaan Angkatan Laut (Kaigun)
Armada Selatan ke-2 yang bermarkas besar di Makasar. Dengan adanya pembagian ini tidak berarti bahwa
di bagian Indonesia Timur tidak ada pasukan Rikugun. Di Maluku misalnya ditempatkan Tentara ke-19 dan
di Irian Utara ditempatkan Tentara ke-2. Namun berbeda dengan Tentara ke-16 atau ke-25, Tentara angkatan
darat di daerah ini tidak mempunyai tugas administratif, karena tugas itu dipegang oleh angkatan laut.
• Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia
Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama
Angkatan Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang di bawah pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal
8 Maret 1942 di Kalijati menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dan digantikan oleh
kekuasaan Kemaharajaan Jepang.
Pemerintahan militer Jepang di Indonesia terbagi atas tiga wilayah kekuasaan berikut :
• Tentara XVI (Rikugun/Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta.
• Tentara XXV (Rikugun /Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Sumatra yang berpusat di Bukittinggi.
• Armada Selatan II (kaigun/Angkatan Laut) memerintah atas wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua berpusat di Makassar.
Pemerintahan pada wilayah masing-masing tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan gelar
gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan staf pemerintahan militer disebut gunseikanbu.
Susunan pemerintahan militer Jepang sebagai berikut.
• Gunshireikan (panglima tentara), kemudian disebut Saiko Shikikan (panglima tertinggi), merupakan pucuk
pimpinan.
• Gunseikan (kepala pemerintahan militer), dirangkap oleh kepala staf tentara.
• Pulau Jawa dan Madura (kecuali kedua koci, Surakarta dan Yogyakarta) dibagi atas enam wilayah
pemerintahan.
• Syu (karesidenan), dipimpin oleh seorang syuco.
• Syi (kotapraja), dipimpin oleh seorang syico.
• Ken (kabupaten), dipimpin oleh seorang kenco.
• Gun (kawedanan atau distrik), dipimpin oleh seorang gunco.
• Son (kecamatan), dipimpin oleh seorang sonco.
• Ku (kelurahan atau desa), dipimpin oleh seorang kuco.
• Pemerintahan Sipil Jepang di Indonesia
Pulau Jawa dan Madura (kecuali kedua koci, Surakarta dan Yogyakarta) dibagi atas enam wilayah
pemerintahan.
• Syu (karesidenan), dipimpin oleh seorang syuco.
• Syi (kotapraja), dipimpin oleh seorang syico.
• Ken (kabupaten), dipimpin oleh seorang kenco.
• Gun (kawedanan atau distrik), dipimpin oleh seorang gunco.
• Son (kecamatan), dipimpin oleh seorang sonco.
• Ku (kelurahan atau desa), dipimpin oleh seorang kuco.
Organisasi Pergerakkan Massa

 Organisasi Bersifat Sosial Kemasyarakatan Masa Jepang


 Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga
A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan
gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran bersama. Ternyata
Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga
dibubarkan, sebagai gantinya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
 Putera
Para pemimpin bangsa Indonesia merasa bahwa satu-satunya cara menghadapi kekejaman militer
Jepang adalah dengan bersikap kooperatif. Hal ini semata untuk tetap berusaha mempertahankan
kemerdekaan secara tidak langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mereka sepakat
bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang dengan pertimbangan lebih menguntungkan dari
pada melawan. Hal ini didukung oleh propaganda Jepang untuk tidak menghalangi kemerdekan
Indonesia. Maka setelah terjadi kesepakatan, dibentuklah organisasi baru bernama Putera (Pusat
Tenaga Rakyat).
• Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Agar rakyat Indonesia dapat dihimpun tenaganya lahir dan batin untuk digalang kebaktiannya pada Jepang.
Dalam tradisi Jepang ada tiga dasar utama yang harus dimiliki tiap orang Jepang yaitu sikap rela mengorbankan
diri, mempertebal persahabatan dan melaksanakan sesuatu harus menghasilkan bukti. Melalui Jawa Hokokai ini,
tiga aspek tradisi Jepang tersebut dituntut pula dari rakyat Indonesia. Para pemimpin organisasi ini berada di
bawah Gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan di tiap daerah dipimpin oleh Syucokan
(Gubernur/Residen). Dengan terbentuknya Jawa Hokokai, maka kaum Nasionalis bangsa Indonesia mulai
disisihkan dan kegiatan mereka dilarang. Keberadaan Jawa Hokokai adalah sebagai organisasi sentral yang
terkendali dan merupakn kumpulan dari Hokokai/profesi, antara lain Izi Hokokai (Himpunan Kebaktian
Dokter), Kyoiku Hokokai (Himpunan Kebaktian Pendidik), Fujinkai (Organisasi wanita) dan Keimin Bunko
Syidosyo (pusat budaya). Kegiatan Hokokai adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi (penggerakan) barang
yang berguna untuk kepentingan perang seperti: emas, permata, besi dan lain-lain.
• Pembentukan Chuo Sang In
Chuo Sang In adalah sebuah badan yang bertugas sebagai Dewan pertimbangan pusat yang berada
langsung di bawah Panglima Tertinggi, tugasnya menyampaikan usul dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh pemerintah militer Jepang mengenai pemerintahan dan politik
Dalam pelaksanaannya badan ini tidak dapat mencapai aspirasi rakyat, sebaliknya anggota badan memiliki
kekuatan yang terbatas bahkan dapat dikatakan hanya sebagai robot Jepang.
• Organisasi Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang
• Seinendan (Barisan pemuda)

Seinendan merupakan organisasi pemuda yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun Kaisar
Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang bersifat semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di
bawah pimpinan gunseikan. Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih pemuda agar dapat
menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Namun, sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan
organisasi tersebut adalah untuk mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan
perang Jepang.
Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia antara 15-25 tahun. Namun, usia anggotanya
kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada awalnya anggota Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh
Jawa. Jumlah tersebut berkembang menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
• Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Keibodan juga merupakan organisasi pemuda yang dibentuk bersamaan dengan pembentukan Seinendan. Berbeda
dengan Seinendan, dalam pembentukan Keibodan tersebut tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang berusaha agar
tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis. Bahkan kaum nasionalis pada tingkat bawah pun tidak mempunyai hubungan
dengan Keibodan, karena badan ini langsung ditempatkan di bawah pengawasan polisi. Selain Jawa, kedua badan tersebut
juga dibentuk di Sumatra dan daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal
dengan nama Bogodan. Di Kalimantan terdapat badan serupa yang disebut Borneo Konan Hokokudan. Selain golongan
pemuda, juga dilakukan pengorganisasian kaum wanita. Pada bulan Agustus 1943 dibentuk Fujinkai (himpunan wanita).
Usia minimum dari anggota Fujinkai adalah 15 tahun. Wanita-wanita tersebut juga diberikan latihan-latihan militer.
 Syuisyintai (Barisan Pelopor)
Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semimiliter ini dibentuk sebagai hasil
keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir.
Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu R.P. Suroso, Otto Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh
nasionalis yang duduk dalam Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk
menanamkan semangat nasionalisme di kalangan para pemuda. Para pemuda dikerahkan untuk mendengarkan
pidato para tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-kata untuk
membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para pemuda.
Fujinkai (Barisan Wanita)
Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas wanita yang berumur 15 tahun ke atas. Tugas
Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan
ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.
Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah (tentara
Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai. Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu
sebagai berikut :
Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain : melatih diri, jasmani maupun rohani dengan
segiat-giatnya.; membantu tentara Dai Nippon; menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh;
menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang.
Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara lain : menyiarkan agama Islam, memimpin umat Islam
agar taat menjalankan agama Islam, dan membela agama dan umat Islam Indonesia.
• Organisasi Militer Bentukan Jepang
• Heiho

Heiho merupakan pasukan bentukan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Pasukan ini dibentuk
berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kemaharajaan Jepang pada tanggal 2
September 1942 dan mulai merekrut anggotanya pada tanggal 22 April 1943.
Heiho merupakan organisasi militer resmi yang dibentuk pada bulan April 1945. Anggotanya adalah para
pemuda yang berusia 18 – 25 tahun. Heiho  merupakan barisan pembantu kesatuan angkatan perang dan
dimasukkan sebagai bagian dari ketentaraan Jepang. Heiho dijadikan sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan
dalam peperangan misalnya memindahkan senjata dan peluru dari gudang ke atas truk, serta pemeliharaan
senjata lain-lain. Sampai berakhirnya masa pendudukan Jepang jumlah anggota Heiho mencapai 42.000 orang.
Prajurit Heiho juga dikirim ke luar negeri untuk menghadapi pasukan Sekutu antara lain ke Malaya (Malaysia),
Birma (Myanmar), dan Kepulauan Salomon. Heiho dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) setelah Jepang menyerah kepada Sekutu.
Peta
PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1944 atas usul Gotot Mangkupraja kepada Letjend. Kumakici Harada
(Panglima Tentara ke-16). PETA di Sumatera dikenal dengan Gyugun. Pembentukan PETA ini berbeda dengan
organisasi lain bentukan Jepang. Anggota PETA terdiri atas orang Indonesia yang mendapat pendidikan militer
Jepang. PETA bertugas mempertahankan tanah air Indonesia. PETA merupakan tentara garis kedua. Di Jawa
dibentuk 50 batalion PETA. Jabatan komando batalion dipegang oleh orang Indonesia tetapi setiap komandan ada
pelatih dan penasihat Jepang. Tokoh-tokoh PETA yang terkenal antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal
Gatot Subroto, dan Jenderal Ahmad Yani. Pergerakan massa rakyat dalam organisasi-organisasi di atas telah
mendorong rakyat memiliki keberanian, sikap mental untuk menentang penjajah, pemahaman terhadap
kemerdekaan maupun sikap mental yang mengarah pada terbentuknya nasionalisme. 
Perbedaan Peta dengan Heiho
Peta
PETA langsung di bawah organisasi Jepang
PETA bertugas sebagai mata mata Jepang
PETA dibentuk bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan sekutu
Heiho
Prajurit Heiho bagian dari tentara Jepang
Heiho bertugas mengumpulkan pajak dari rakyat
Heiho dibentuk bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan sekutu.
Pengerahan dan penindasan Versus
Perlawanan
 Ekonomi Perang Masa Pendudukan Jepang
Seluruh kekayaan alam Indonesia dimanfaatkan Jepang untuk biaya perang. Bahan makanan dihimpun dari rakyat untuk
persediaan prajurit Jepang seharihari, bahkan juga untuk keperluan perang jangka panjang. Beberapa tindakan Jepang dalam
memeras sumber daya alam dengan cara-cara berikut ini :
 Petani wajib menyetorkan hasil panen berupa padi dan jagung untuk keperluan konsumsi militer Jepang. Hal ini
mengakibatkan rakyat menderita kelaparan.
 Penebangan hutan secara besar-besaran untuk keperluan industri alat-alat perang, misalnya kayu jati untuk membuat tangkai
senjata. Pemusnahan hutan ini mengakibatkan banjir dan erosi yang sangat merugikan para petani. Di samping itu erosi dapat
mengurangi kesuburan tanah.
 Perkebunan-perkebunan yang tidak ada kaitannya dengan keperluan perang dimusnahkan, misalnya perkebunan tembakau di
Sumatera. Selanjutnya petani diwajibkan menanam pohon jarak karena biji jarak dijadikan minyak pelumas mesin pesawat
terbang. Akibatnya petani kehilangan lahan pertanian dan kehilangan waktu mengerjakan sawah. Sedangkan untuk
perkebunan-perkebunan kina, tebu, dan karet tidak dimusnahkan karena tanaman ini bermanfaat untuk kepentingan perang.
 Penyerahan ternak sapi, kerbau dan lain-lain bagi pemilik ternak. Kemudian ternak dipotong secara besar-besaran untuk
keperluan konsumsi tentara Jepang. Hal ini mengakibatkan hewan-hewan berkurang padahal diperlukan untuk pertanian,
yakni untuk membajak. Dengan dua tugas inilah maka serta kekayaan pulau Jawa menjadi korban dari sistem ekonomi perang
pemerintah pendudukan Jepang.
• Pengendalian di bidang pendidikan dan Kebudayaan Zaman Jepang
Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan militer. Sistem
pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar
kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk
menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu
para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan. Dengan melihat kondisi tersebut, ada dua sisi, yaitu
kelebihan dan keku rangan dari sistem pendidikan yang diterapkan pada masa Belanda yang lebih liberal namun
terbatas. Sementara pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan kualitas secara drastis
baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru.
Contoh-Contoh Sekolahan yang Ada pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia Sekolah rakyat yang ada pada
masa pendudukan Jepang di Indonesia contohnya H.I.S Djagamonjet, H.I.S Oastenweg, H.I.S Baloelweg-
Djatinegara. Sekolah menengah pertama seperti Sekolah Menengah Pertama I di prapatan 10, Sekolah Menengah
Pewrtama II di Gambir Wetan 2, Sekolah Menengah Pertama III di Jalan Reynstaa (Manggarai). Selain itu ada pula
Sekolah Menengah Tinggi di Menteng 10. Ada pula sekolah Tabib Jakarta dan sekolah Tinggi Hukum Jakarta dan
bagi kaum wanita didirikan Sekolah Kepandaian Poetri Wakaba. Mungkin hampir 90% sekolah menengah yang
didirikan Belanda dihapuskan oleh Jepang. Karena Jepang ingin menghapuskan rakyat Indonesia dari pengaruh
Barat. Jepang ingin mengenalkan Asia Raya di bawah pimpinan Jepang.
• Pengerahan Romusha
• Romusha adalah panggilan bagi orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan
Jepang di indonesia dari tahun 1942 hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak Oktober
1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi romusha. Jumlah orang-orang yang menjadi romusha
tidak diketahui pasti - perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10 juta. Dalam sidangnya yang pertama,
Chuo Sangi In mengusulkan beberapa syarat antara lain  supaya dibentuk badan-badan yang memotivasi
rakyat menjadi tenaga sukarela, melalui kerja sama dengan bupati, wedana, camat dan kepala desa untuk
pengerahan tenaga kerja (buruh) sekarela di perusahaan-perusahaan bala tentara Jepang. Namun dalam
pelaksanaannya persyaratan yang disampaikan oleh Chuo Sangi In itu diabaikan. Pada hakikatnya mereka
tidak lebih dari pekerja paksa. Seperti halnya di Yogyakarta, tepatnya di desa Timbul Harjo, Bantul,
pengerahan romusha dilakukan oleh perangkat desa dengan cara medatangi keluarga-keluarga yang memiliki
tenaga potensial untuk dijadikan romusha. Keluarga yang menolak, mereka takut-takuti akan dikucilkan. Jika
anak yang diminta itu tidak berada dirumah, mereka biasanya mencari ke sawah dan kalau sudah ketemu
dibawa secara paksa ketempat pengerahan.
• Perang Melawan Tirani Jepang
Aceh Angkat Senjata
Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh
mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi
dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942
kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh
tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara
permanen dari tanah Aceh. Awalnya Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh
Aceh, dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak segan
untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan Jepang. Namun ketika keadaan sudah
membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel
tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah
matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu
pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh.
Perlawanan di Singaparna
Dengan adanya kependudukan militer Jepang di Indonesia ternyata telah menimbulkan perlawanan dari
rakyat Indonesia. Perlawanan kepada militer Jepang telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Adanya
perlawanan rakyat terhadap pihak Jepang disebabkan pemerintahan Jepang telah belaku sewenang- wenang.
Adapun salah satu perlawanan rakyat Indonesia kepada pihak Jepang yaitu berasal dari Jawa Barat. Perlawanan
rakyat Jawa Barat khususnya rakyat Singaparna telah dipimpin oleh K. H. Zainal Mustafa. K. H. Zainal Mustafa
merupakan seorang pemimpin pesantren Sukamnah di Singaparna, Tasikmalaya (Jawa Barat). Perihal yang
melatarbelakangi perlawanan rakyat di daerah Singaparna adalah karena pihak militer Jepang telah memaksa
masyarakat Singaparna untuk melakukan Seikeirei. Apakah Anda tahu apa itu Seikeirei ? Yah, Seikeirei
merupakan suatu upacara penghormatan kepada kaisar Jepang yang telah dianggap dewa yaitu dengan cara
membungkukan badan ke arah timur laut atau Tokyo.  Pemaksaan Jepang kepada rakyat Singaparna untuk
melakukan upacara Seikeirei telah membuat masyarakat geram, hal tersebut ditambah lagi dengan adanya
larangan dari K. H. Zainal Mustafa (pemimpin pondok pensantren) untuk masyarakat agar tidak melakukan
Seikeirei karena perbuatan tersebut sama saja perbuatan yang mempersekutukan Tuhan. Oleh karena tersebut,
K. H. Zainal Mustafa telah melakukan upaya agar hal- hal yang tidak diinginkan tersebut dapat dihindari.
 Adapun upaya yang dilakukan oleh K. H. Zainal Mustafa untuk menghindari masyarakatnya dari tindakan
menyekutukan Tuhan tersebut yaitu dengan cara menyuruh santri- santrinya untuk mempertebal keyakinannya
atau keimannanya dan bahkan ia pun mengajarkan bela diri silat.
Dengan melihat upaya masyarakat untuk tetap menolak kebijakan Jepang tesebut, militer Jepang pun mengambil
tindakan tegas. Tindakan tegas yang dimakud adalah militer Jepang telah mengirimkan pasukannya pada tanggal
25 Februari 1944 untuk menyerang daerah Sukamnah dan untuk menangkap K. H. Zainal Mustafa. Karena
serangan yang mendadak yang telah dilakukan oleh militer Jepang , maka perang antara dua pihak tersebut tidak
dapat dihindarkan lagi. Namun, peperangan tersebut dimenangkan oleh pihak Jepang. Hingga pada akhirnya, pihak
Jepang berhasil menangkap rakyat Singaparna dan mereka pun dimasukkan ke dalam tahanan di daerah
Tasikmalaya dan dipindahkan lagi ke Jakarta. Kemudian untuk, pemimpin pesantren, K. H. Zainal Mustafa telah
dijatuhi hukan mati dan ia pun dimakamkan di Ancol , tetapi sekarang makamnya telah dipindahkan ke daerah
Singaparna.
Perlawanan di Indramayu
Perlawanan terjadi pada bulan mei 1944, segera sesudah pengumuman peraturan padi yang baru diberitahukan
kepada para petani. Perintah itu berbunyi bahwa para petani harus menyerahkan semua persediaan padi mereka,
kecuali 25 kg. Ketika penduduk cidempet diberitahu mengenai hal itu, mereka marah, dan beberapa penduduk
menculik kucho usman, membawanya ke pekuburan dan mengancam akan membunuhnya. Karena takut dibunuh,
Usman terpaksa berjanji akan menghentikan pemungutan padi. Namun, segera sesudah bebas, ia lari ke cirebon dan
tidak kembali sampai pemberontakan berahir. Ketika penduduk desa mengetahui bahwa ia melarikan diri, meraka
menjadi marah sekali dan menolak pemungutan padi secara paksa. Di bawah pimpinan haji madrias, dengan anggota
tetap mereka melakukan beberapa pertemuan. Dan dari hasli pertemuan tidak ada yang di hasilkan, yang ada Cuma
rakyat yang menolak untuk menyerahkan padi mereka. Kira-kira seminggu kemudian, muncul berita bahwa soncho
lohbener akan datang ke desa cidempet untuk melaksanakan pemungutan padi.haji madrias dan para pengikutnya
berkumpul di balai desa menantikan kedatangan mereka. Lama mereka menunggu dengan gekisah, namun
rombongan koncho tidak kunjung datang.kemudian, menjelang siang muncul berita tidak terduga bahwa bahwa
bukan soncho mereka, tetapi soncho sindang yang datang ke desa tetangga, yaitu desa paningkiran kidul (sindang
son)  untuk melakukan pemungutan padi. Para petani yang sudah bosan menunggu soncho mereka, memutuskan
untuk pergi ke desa paningkiran kidul. Dengan banyak orang, ahirnya mereka tiba di desa paningkaran kidul
rombongan mereka sudah berjumlah sekitar 300 orang.
Disana mereka menemui soncho dan dua upas (pesuruh dari kantor son), kucho dulgani dan sekretaris desa
Darwia, sedang melakukan pemungutan padi.  Para pejabat desa ini kaget melihat rombongan yang datang
dalam suasana panas. Kucho mencoba bangkit dan mencoba berdiri diantara suncho dan petani. Tetapi karena ia
sudah tua dan lemah, ia dengan mudah di dorong oleh para petani, dan dibunuh dengan bambu runcing.
Raksabumi yang datang juga dilukai oleh  petani. Kemudian soncho dan dua upas di bunuh. Hanya sekretaris
desa, Darwia yang berhasil lolos dan berhasil melarikan diri dari desa itu. Sementara itu para petani pergi ke
desa Pranggong, Lohbener Son. Mereka pergi kerumah kucho, tapi kucho kebetulan sedang menghadiri
pertemuan di lohbener. Karena kecewa maka para petani pergi ke desa cantigi Kulon, sindang son. Di situ,
kucho kalipa kebetulan sedang berada di balai desa, memungut pajak dari penduduk. Para petani langsung
menyerang kucho di tempat itu juga. Kucho berusaha melarikan diri, ia ahirnya tertangkap dan dubunuh
bersama denga anak laki-lakinya. Di desa yang berdekatan lainnya, perlawanan yang serupa meletus pula, dan
para kucho terbunuh. Berbagai usaha dilakukan pemerintah jepang untuk menyelesaikan masalah ini. Seorang
pemimpin agama yang terkenal, Khalifah Haji Abdullah Fakih, dikirim ke daerah-daerah yang sedang
bergejolak itu untuk mendamaikan rakyatdengan pemeritah.pemerintah menyebarkan selebaran dari helikopter
meminta agar rakyat tetap tenang dan menjanjika pemerintah tidak akan melakukan pembalasan. Tetapi
kemudian, pemerintah sekali lagi memasang perangkap: Haji Madrias dan tokoh perlawanan lainnya dengan
hormat di undang untuk menghadiri suatu pertemuan di Cirebon, dan mereka di tangkap begitu sampai disana.
Perlawanan Peta Blitar
PETA (singkatan dari "Pembela Tanah Air") adalah bentukan junta militer pendudukan Kekaisaran Jepang di
Indonesia yang didirikan pada bulan Oktober 1943. Jepang merekrut para pemuda Indonesia untuk dijadikan
sebagai tentara teritorial guna mempertahankan Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera jika pasukan Sekutu (Amerika
Serikat, Inggris, Australia, Belanda, dkk.) tiba. Tentara-tentara PETA mendapatkan pelatihan militer dari tentara
Kekaisaran Jepang, tetapi berbeda dengan tentara-tentara HEIHO yang ikut bertempur bersama tentara-tentara
Jepang di berbagai medan tempur Asia seperti Myanmar, Thailand, dan Filipina. Tentara PETA belum pernah
mengalami pengalaman tempur. Shodancho Supriyadi, Shodancho Muradi, dan rekan-rekannya adalah lulusan
angkatan pertama pendidikan komandan peleton PETA di Bogor. Mereka lantas dikembalikan ke daerah asalnya
untuk bertugas di bawah Daidan (Batalyon) Blitar.
Nurani para komandan muda itu tersentuh dan tersentak melihat penderitaan rakyat Indonesia yang
diperlakukan bagaikan budak oleh tentara Jepang. Kondisi Romusha, yakni orang-orang yang dikerahkan untuk
bekerja paksa membangun benteng-benteng di pantai sangat menyedihkan. Banyak yang tewas akibat kelaparan
dan terkena berbagai macam penyakit tanpa diobati sama sekali. Para prajurit PETA juga geram melihat
kelakuan tentara-tentara Jepang yang suka melecehkan harkat dan martabat wanita-wanita Indonesia. Para
wanita ini pada awalnya dijanjikan akan mendapatkan pendidikan di Jakarta, namun ternyata malah menjadi
pemuas nafsu seksual para tentara Jepang. Selain itu, ada aturan yang mewajibkan tentara PETA memberi
hormat kepada serdadu Jepang, walaupun pangkat prajurit Jepang itu lebih rendah daripada anggota PETA.
Harga diri para perwira PETA pun terusik dan terhina.
Dampak Kedatangan Saudara Tua di
berbagai Kehidupan

Bidang Politik
Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (pemerintah militer Jepang) adalah melarang semua
rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal20 Maret 1942, dikeluarkan peraturan yang membubarkan
semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8 September 1942 dikeluarkan
UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional. Selain itu, Jepangpun melakukan
propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan cara: Menganggap Jepang sebagai
saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu); Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya
dan Jepang pelindung Asia); Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar;
Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji; Menarik simpati organisasi Islam MIAI; Melancarkan
politik dumping.
Birokrasi dan Militer
Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai terdesak, maka Jepang memberi
kesempatan kepada bangsa Indonsia untuk turut mengambil bagian dalam pemerintahan negara. Untuk itu pada
tanggal 5 September 1943, Jepang membentuk Badan Pertimbangan Karesidenan (Syu Sangi Kai) dan Badan
Pertimbangan Kota Praja Istimewa (Syi Sangi In). Banyak orang Indonesia yang menduduki jabatan-jabatan tinggi
dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama (1 Oktober
1943) dan pada tanggal 10 November 1943 Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A. Surio masing-masing diangkat
menjadi Kepala Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara. Di samping itu, ada enam departemen (bu)
dengan gelar sanyo, seperti berikut. a. Ir. Soekarno, Departemen Urusan Umum (Somubu); b. Mr. Suwandi dan dr.
Abdul Rasyid, Biro Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Dalam Negeri (Naimubu-Bunkyoku); c. Dr. Mr.
Supomo, Departemen Kehakiman (Shihobu); d. Mochtar bin Prabu Mangkunegoro, Departemen Lalu Lintas
(Kotsubu); e. Mr. Muh. Yamin, Departemen Propaganda (Sendenbu); f. Prawoto Sumodilogo, Departemen Ekonomi
(Sangyobu).
Dengan demikian masa pendudukan Jepang di Indonesia membawa dampak yang sangat besar dalam birokrasi
pemerintahan. Situasi Perang Asia Pasifik pada awal tahun 1943 mulai berubah. Sikap ofensif Jepang beralih ke
defensif. Jepang menyadari bahwa untuk kepentingan perang perlu dukungan dari penduduk masing-masing daerah
yang didudukinya. Itulah sebabnya, Jepang mulai membentuk kesatuan-kesatuan semimiliter dan militer untuk
dididik dan dilatih secara intensif di bidang militer. Di Indonesia ada beberapa kesatuan pertahanan yang dibentuk
oleh pemerintah Jepang.
• Janji Kemerdekaan jepang Sidang tanggal 1 Juni 1945 Penyampai gagasan negara Indonesia yang
terakhir adalah Ir. Soekarno yang menyampaikan gagasannya pada tanggal 1
Sidang tanggal 29 Mei 1945 Pada sidang tanggal 29 Mei 1945, Juni 1945. Ir. Soekarno menyatakan bahwa negara Indonesia harus didirikan
Mr. Mohammad Yamin mendapat kesempatan pertama untuk di atas lima dasar, dengan rincian sebagai berikut.
mengajukan rancangan gagasan negara Indonesia merdeka yang • Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme, 
diberi judul Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik • Perikemanusiaan atau internasionalisme, 
Indonesia. Mr. Mohammad Yamin berpendapat bahwa negara
• Mufakat atau demokrasi, 
Indonesia harus berpijak pada lima dasar berikut. 
• Kesejahteraan sosial, 
• Peri kebangsaan 
• Ketuhanan yang Maha esa. 
• Peri kemanusiaan  Lima gagasan negara Indonesia merdeka itu oleh Ir. Soekarno diberi nama
• Peri ketuhanan  Pancasila. Usulan-usulan tersebut kemudian diterima dan ditampung oleh
BPUPKI untuk dimusyawarahkan bersama. Selanjutnya dibentuk sebuah tim
• Peri kerakyatan  khusus yang dinamakan panitia kecil yang bertugas membahas lebih lanjut
usulan-usulan dasar negara tersebut. Adapun tokoh-tokoh yang termasuk ke
• Kesejahteraan rakyat. 
dalam Panitia Sembilan adalah sebagai berikut. 
Sidang tanggal 31 Mei 1945 Dr.Soepomo menyampaikan • Ir. Soekarno,                                               
gagasannya pada tanggal 31 Mei 1945. Menurut Dr. Soepomo,
• Abdul Kahar Muzakir, 
negara Indonesia harus didirikan dengan asas-asas sebagai berikut.
• Drs. Mohammad Hatta,                                
• Persatuan, • K.H.Wahid Hasyim
• Kekeluargaan,  • Mr. Mohammad Yamin,                             
• Keseimbangan lahir dan batin,  • H. Agus Salim, 
• Musyawarah,  • Ahmad Soebardjo,                                       
• Abikoesno Tjokrosoejoso. 
• Keadilan rakyat. 
• A.A. Maramis, 
•PPKI
• Otto Iskandardinata (Anggota)
• Abdoel Kadir (Anggota)
Sebelumnya sudah ada BPUPKI namun karena dianggap terlalu cepat • Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan, maka Jepang • Pangeran Poerbojo (Anggota)
membubarkannya. Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang :
• Dr. Mohammad Amir (Anggota)
• 12 orang dari Jawa,
• Mr. Abdul Maghfar (Anggota)
• 3 orang dari Sumatra,
• Mr. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)
• 2 orang dari Sulawesi,
• Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)
• 1 orang dari Kalimantan,
• Andi Pangerang (Anggota)
• 1 orang dari Nusa Tenggara,
• A.H. Hamidan (Anggota)
• 1 orang dari Maluku, • I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
• 1 orang dari golongan Tionghoa. • Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)
Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut • Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)
• Ir. Soekarno (Ketua) Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu :
• Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua) • Achmad Soebardjo (Penasehat)
• Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota) • Sajoeti Melik (Anggota)
• KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota) • Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
• R. P. Soeroso (Anggota) • R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)
• Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota) • Kasman Singodimedjo (Anggota)
• Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota) • Iwa Koesoemasoemantri (Anggota).
• Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)

Anda mungkin juga menyukai