Anda di halaman 1dari 4

Proses Kedatangan Jepang ke Indonesia :

Serangan Jepang juga di arahkan ke Indonesia ,serangan terhadap Indonesia muncul dari
utara dan timur .Serangan ke Indonesia tersebut bertujuan untuk mendapatkan cadangan
logistik dan bahan industri perang seperti : minyak tanah,timah dan almunium .Sebab
,persediaan minyak di Indonesia di perkirakan dapat mencukupi kebutuhan jepang selama
Perang Pasifik .

Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang menduduki daerah minyak dengan mendarat di Tarakan
Kalimantan Timur,di lanjutkan ke Balikpapan,Pontianak,Samarinda dan Banjarmasin

Pada tanggal 16 Februari 1942 Jepang menduduki Palembang ,setelah daerah-daerah di luar
di kuasai ,Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah jawa sebagai pusat
pemerintahan Hindia Belanda dan pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang mendarat di Pulau Jawa
(Teluk Banten,Indramayu dan Banjarnegara) di bawah pimpinan Letjen Hitoshi Immamura
Untuk menghadapi tentara Jepang ,Belanda pernah membentuk Komando Gabungan Tentara
Serikat yang di sebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang
bermarkas di Lembang .
Dalam upaya menguasai tanah Jawa ,telah terjadi pertempuran di laut Jawa ,yaitu Tentara
Jepang dengan Angkatan Laut Belanda di bawah pimpinan Laksamana Karel Doorman
.Dalam pertempuran ini Laksamana Karel Doorman dan beberapa kapal Belanda berhasil di
tenggelamkan oleh tentara Jepang

Meskipun Belanda sudah mempersiapkan diri yaitu : berupa gabungan tentara ABDACOM di
tambah satu Kompi Akademi Militer Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira Cadangan di
Jawa Barat ,di Jawa Tengah di siapkan 4 batalion infanteri ,dan di Jawa Timur 3 batalion
pasukan bantuan Indonesia dan 1 batalion marinir serta di bantu oleh Inggris dan Amerika
,walaupun demikian tentara Jepang mendarat di Jawa dengan sangat besar ,sehingga pasukan
Belanda tidak mampu memberikan perlawanan .

Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa .
Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang . Tentara jepang terus bergerak ke
Selatan dan menguasai kota Buitenzorg (Bogor) ,dengan mudah kota-kota lain juga jatuh ke
tangan Jepang

Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan
Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang di wakili
Letjen Hitoshi Immamura. Penandatanganan ini di laksanakan di Kalijati,Subang

1
Dengan demikian berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia ,kemudian Indonesia berada
di bawah pendudukan tentara Jepang

Keinginan Jepang menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang
dapat di manfaatkan untuk pengembangan industri Jepang,di samping itu ,juga terdorong oleh
ajaran yang berkaitan dengan Shintoisme ,khususnya tentang Hakko Ichiu ,yakni ajaran
tentang kesatuan kelurga umat manusia ,ajaran ini di terjemahkan bahwa tentara Jepang
sebagai negara maju bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan keluarga umat manusia
dengan memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia. Ajaran
tersebut menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun.

Jepang membentuk Pemerintahan Militer


Pemerintahan jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan Militer di seluruh
kepulauan wilayah Indonesia bekas Hindia belanda itu wilayahnya di bagi menjadi 3 wilayah
Pemerintahan Militer ;

1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat


Tentara ke 25 (Toni Shudan ) untuk Sumatera ,pusatnya di Bukit Tinggi

2. Pemerintahan Militer Angkatan Darat


Tentara ke 16 (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura ,pusatnya di Jakarta di tmbah
angkatan laut (Dai Ni Nankekantai)

3. Pemerintahan Militer Angkatan Laut


Yaitu Armada Selatan kedua untuk daerah Kalimantan,Sulawesi,dan Maluku,pusatnya di
Makasar .

Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting,waktu itu masih di
berlakukan pemerintahan sementara .Berdasarkan Osamu Seirei (Undang-undang yang di
keluarkan oleh Panglima Tentara ke 16) yang berisi ketentuan :

1. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda di hapuskan dan segala
kekuasaan yang dahulu di pegangnya di ambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa
2. Para penjabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia belanda tetap di
akui kedudukannya ,asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang

2
3. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap di akui secara sah
untuk sementara waktu,asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer
Jepang
Adapun pemerintahan susunan militer Jepang adalah

1. Panglima tentara (GUNSHIREKAN) , kemudian di sebut Panglima Tertinggi (SEIKO


SHIKIKAN) Sebagai pucuk pimpinan . Panglima tentara pertama di jabat oleh Letjen
Hitoshi Immamura.
2. Kepala Pemerintahan Militer (GUNSEIKAN) .Kepala staf pertama adalah Mayor
Jenderal Seizaburo Okasaki .di Kantor Pusat di sebut GUNSEIKANBU ,terdapat 4 BU
(semacam departemen) yaitu :
 Somobu (Departemen Dalam Negeri
 Zaimubu (Departemen Keuangngan)
 Sangvobu (Departemen Perusahaan,Industri dan Kerajinan tangan atau usurusan
Perekonomian
 Kotsubu (Departemen Lalu Lintas)
 Shihobu (Departemen Kehakiman)
3. Koordinator Pemerintah dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan atau
semacam gubernur(GUNSEIBU) ,meliputi :
 Jawa Barat : Pusatnya di Bandung
 Jawa Tengah : Pusatnya di Semarang
 Jawa Timur : Pusatnya di Surabaya
Di tambah dua daerah istimewa (kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta.

Jepang membentuk Pemerintahan Sipil


Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer ,Jepang
juga mengembangkan pemerintahan sipil .Pada bulan Agustus 1942 ,pemerintahan militer
berusaha meningkatkan sistem pemerintahan antara lain :

 Mengeluarkan UU No 27 tentang pemerintahan daerah


 Dimantapkan dengan UU No 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi
Menurut UU No 28 ,pemerintah daerah tertinggi adalah shu (keresidenan) .Seluruh pulau  
Jawa dan Madura kecuali Kochi Jogyakarta dan Kochi Surakarta di bagi menjadi daerha-
daerah shu (keresidenan) ,Shi (kotapraja),Ken (kabupaten),Gun (kawedanan),Son
(kecamatan) dan ku (desa/kelurahan) . Seluruh pulau Jawa dan Madura di bagi menjadi 17
shu .

Pemerintahan shu di pimpin : Shucokan memiliki kekuasaan seperti Gubernur, pada


kekuasaan Hindia Belanda meliputi legislatif dan eksekutif

3
Di bantu oleh : Cokan Kanbo ( Majelis Permusyawaratan Shu) memiliki 3 bagian yaitu
Naisebu (bagian pemerintahan umum,kaisaibu (bagian ekonomi) ,dan keisatsubu (bagian
kepolisian)

Jepang membentuk sebuah kota swatantra (otonomi) disebut tokubetsushi (kota istimewa)
yang posisi kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan
gunseiken ,Contohnya : Kota Batavia di bawah pimpinan Tokubetu Shico.

Anda mungkin juga menyukai