dan kawasan Indonesia timur karena untuk sebagai pusat pemerintahannya , untuk
memperkuat wilayah pemerintahannya.
Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai (Polisi Militer).
Di samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan lagu kebangsaan yang
boleh diperdengarkan hanyalah Kimigayo. Padahal sebelum tentara Jepang datang di
Indonesia, Lagu Indonesia Raya sering diperdengarkan di radio Tokyo.
Pada awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukan
perubahan-perubahan. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan
tarikh Sumera (tarikh Jepang), menggantikan tarikh Masehi. Waktu itu tarikh
Masehi 1942 sama dengan tahun 2602 Sumera. Setiap tahun (mulai tahun 1942) rakyat
Indonesia harus merayakan Hari Raya Tencosetsu (hari raya lahirnya Kaisar Hirohito).
Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan denganmelarang penggunaan bahasa
Belanda dan mengharuskan penggunaan bahasa Jepang.
4.Pemerintahan Sipil
Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang
bersifat militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada
bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem
pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan
pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang pemerintahan shu
serta tokubetsushi. Dengan UU tersebut, pemerintahan akan dilengkapi dengan
pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah
shu (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura, kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi
Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu (karesidenan), shi (kotapraja), ken
(kabupaten), Gun (kawedanan), Son (kecamatan), dan Ku (desa/kelurahan). Seluruh
Pulau
Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu
Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki kekuasaan
seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif dan eksekutif.
Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis
Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanboini memiliki tiga bu (bagian), yakni
Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian ekonomi), dan Keisatsubu
(bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang juga dapat membentuk sebuah
kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam
daerah swatantra (otonomi). Daerah ini ini disebut tokubetsushi (kota istimewa), yang
posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan
gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah
pimpinan Tokubetu shico