Anda di halaman 1dari 6

HISTORIOGRAFI MASA PENDUDUKAN JEPANG (1942 – 1945)

OLEH :

VIVI YOHANA MUNTE (210401061)

WIRA AFNI (210401027)

YOHANA MARISKA (210401041)

ULVA HANUM (210401026)

SRI SUCI PRATIWI (210401023)

Jepang pernah menjadi satu-satunya negara di Asia yang mampu menjadi negara
imperialis dengan usaha-usaha yang dilakukannya yaitu melakukan politik ekspansi ke kawasan
Asia Pasifik termasuk Hindia Belanda. Kekuatan perang Jepang di Asia Pasifik mengintimidasi
eksistensi kolonialis Eropa dan Amerika Serikat. Di dalam negerinya, kekuatan fasisme
militeristik yang didukung oleh kelompok Zeibatsu (kapitalis) mendorong konfrontasi semakin
nyata dan seluruh potensi diarahkan untuk suksenya politik perang.

Kampanye perang pembebasan rakyat Asia dari cengkraman penjajahan berhasil


memperoleh dukungan dari unsur-unsur nasionalis dan mayoritas rakyat Jepang. Di luar Jepang,
Sendenbu (organisasi propaganda) sangat efektif membentuk opini di tengahtengah rakyat Asia
Timur dan Asia Tenggara bahwa perang Jepang adalah perang pembebasan untuk kemakmuran
bersama Asia Timur Raya, maka seluruh rakyat Asia harus berhimpun di bawah pimpinannya
untuk melenyapkan penjajahan. Program yang dilancarkan oleh Jepang, yakni untuk membentuk
persemakmuran bersama Asia Timur Raya, mendapat sambutan positif dari rakyat Asia dan
Pasifik umumnya, khususnya Indonesia.

Di Indonesia, Sendenbu (organisasi propaganda) mengombinasikan kampanyenya dengan


isu lokal yang sejak awal mengarahkan pandangan rakyat untuk menyambut dan menerima
kedatangan Jepang.Selanjutnya Jepang melancarkan imperialismenya dengan doktrin Hakko I
Chiu atau Pan Asia (Persemakmuran bersama Asia Timur Raya).

A. Kedatangan Jepang di Timor dan Daerah Sekitarnya

Sejak 1931, melalui tekanan diplomatik dan agresi militernya, Jepang berusaha
membangun sebuah kemaharajaan Asia Timur Raya di bawah pimpinannya. Tindakan awal
mereka untuk mewujudkan impian tersebut adalah menduduki Manchuria,' yang setahun
kemudian dijadikan sebuah negara satelit mereka dengan nama Manchukuo. Pada tahun 1937,
mereka mulai memperluas kekuasaannya di provinsi-provinsi timur Cina. (Veenstra 1982:1).
Di Indonesia, Jepang menghidupkan harapan bahwa Perang Pasifik dapat membawa
kemerdekaan bagi kepulauan ini. Akan tetapi, pada kenyataannya Jepang berencana
menganeksasi kepulauan Indonesia, termasuk Nusa Tenggara, ke dalam kemaharajaannya.
Sebelum menyerang Pearl Harbour, Jepang telah membagi-bagi Indonesia ke dalam kewenangan
angkatan darat dan angkatan lautnya, Jawa dan Sumatra ditempatkan di bawah komando
angkatan darat. Delegasi ini menjelaskan keinginan mereka namun penguasa Belanda tidak dapat
memenuhi keinginan mereka.

Penataan Nusa Tenggara pada Masa Kolonial 1915-1950 mempunyai markas besar di
Makassar. Bidang tanggung jawab militer Jepang di Asia Tenggara dibagi sebagai berikut:

1). Angkatan Darat menguasai Hongkong, Filipina, Malaya jajahan Inggris, Sumatra, Jawa
Kalimantan jajahan Inggris, dan Birma.

2). Angkatan laut bertanggung jawab atas wilayah Kalimantan jajahan Belanda, Sulawesi,
Maluku Kepulauan Sunda Kecil, Irian, Kepulauan Bismarck, dan Guam.

3). Angkatan Laut mempunyai basis operasi di wilayah berikut di bawah komando angkatan
darat: Hongkong, Manila, Singapura, Penang, Surabaya dan Davao.

Pada 8 Maret 1942, pemerintah Belanda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal A.W.L.
Tjarda van Starkenborgh Stachouwer dan Letnan Jendral ter Poorten menandatangani
penyerahan tentara Hindia Belanda kepada Jepang di Kalijati. (Veentstara 1982:1).

B. Struktur Kekuasaan Jepang di Timor dan Daerah Sekitarnya

Setelah Jepang menaklukkan kawasan Nusa Tenggara, Timor dan daerah sekitarnya
berada di bawah kekuasaan angkatan laut (Kaigum) yang Jermarkas di Makassar. Angkatan
Darat (Rikugun) juga ada di kawasan Indonesia Timur diatur oleh Armada Selatan ke-2
(Minseifu) di Makassar. Minseifu membawahi bagian pemerintahan sipil Minseibu, yang
kewenangannya dibagi dalam empat bagian:

1) bagian umum, di bawah E. Runtuwene, semula seorang pemimpin bagian di kantor


Keresidenan Timor,

2) bagian ekonomi, dipimpin oleh G. Sihombing,

3) bagian sosial, dipimpin C. Frans, semula Commies Redakteur di kantor Resident di Timor

4) bagian keamanan, dibawahi oleh asisten pemerintah S. Abdurrachman (Doko: 1981:99).

C. Pemerintahan Militer Jepang

1. Pemerintahan pendudukan
Setelah penyerahan tanpa syarat pada tanggal 08 Maret 1942 oleh Letnan Jenderal H. Ter
Poorten, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda kepada Balatentara Jepang di bawah
pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, berakhirlah pemerintahan Hindia Belanda di
Indonesia, dan dengan resmi ditegakan kekuatan Kemaharajaan Jepang. Adalah sesuai dengan
Osamu Seirei (Undang-undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Keenambelas) No. 1,
pasal 1, yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Keenambelas pada tanggal 07 Maret 1942.
Undang-undang ini menjadi pokok dari peraturan-peraturan tata negara pada waktu pendudukan
Jepang.

Dapat disimpulkan bahwa pemerintah militer Jepang ingin terus menggunakan aparat
pemerintahan sipil yang lama beserta para pegawainya. Tindakan Jepang itu dimaksudkan agar
pemerintahan dapat berjalan terus dan kekacauan dapat dicegah. Bedanya hanyalah bahwa
pimpinan dipegang oleh tentara Jepang, baik di pusat maupun di daerah. Susunan Pemerintahan
Militer Jepang terdiri atas : Gunshireikan (panglima tentara), kemudian disebut Saiko Shikikan
(panglima tertinggi) merupakan pucuk pimpinannya; di bawah Saiko Shikikan terdapat
Gunseikan(kepala pemerintah militer) yang dirangkap oleh Kepala Staf Tentara.

2.Struktur Pemerintahan Militer

Pada bulan Agustus 1942 usaha pemerintah militer Jepang meningkat dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 27 (tentang aturan pemerintah daerah) dan Undang-undang
No.28 (tentang aturan pemerintahan Syu dan Tokubetsu Syi, yang menunjukkan berakhirnya
masa pemerintahan sementara. Kedua Undang-undang tersebut merupakan pelaksanaan daripada
struktur pemerintahan setelah datangnya tenaga pemerintahan sipil Jepang di pulau Jawa.
Mereka mulai dipekerjakan pada badan-badan pemerintahan guna melaksanakan tujuan
reorganisasi Jepang yang hendak menjadikan pulau Jawa sebagai sumber perbekalan perangnya
di Wilayah Selatan.

Oleh karena itu, aparat-aparat pemerintahan harus berada di bawah kekuasaan bangsa
Jepang, terbukti dengan jumlah pegawainya yang ada di pulau Jawa. Menurut Undang-undang
No.27 (yaitu undang-undang tentang perubahan tata pemerintahan daerah) seluruh pulau Jawa
dan Madura, kecuali kedua Koci Surakarta danYogyakarta, dibagi atas Syu, Syi, Ken, Gun, Son
dan Ku.

D. Cara Memeras Kekayaan Alam dan Tenaga Rakyat

Dalam menegakkan kekuasannya, semua perusahaan swasta danpemerintah Hindia


Belanda dijadiak milik Jepang. Sumber-sumberekonomi yang vital seperti pertambangan
khususnya minyak bumi, listrik,telekomunikasi, dan transportasi juga dijadikan milik Jepang.
Disampingitu, perkebunan-perkebunan langsung diawasi, bahkan penjualannyadimonopoli oleh
jepang. Pengusaha Jepang langsung menangani pabrikpabrik. Dalam upaya untuk memras tenaga
rakyat, pratkik yang terkenalselama penjajahan jepang adalah kerja paksa ( romusha ).
Pengarahan danpemerasan tenaga itu dilakukan untuk mempertahankan wilayah jepangyang
sangat luas. Tugas para romusha tersebut adalah menggali lubanglubang pertahanan,
membangun kubu-kubu pertahanan, membangunlapangan kerja, dan lain-lain. Mengingat
makanan tidak cukup, kerja beratdan tempat yang jauh, maka banyak yang kelaparan, menderita
sakitbahkan mengalami kecelakaan.Setelah kondisi perang semakin meningkatdan kondisi
tenaga dilapangan didengar rakyat, maka pemerasan tenagayang semula berlangsung secara
sukarela, akhirnya diwajibkan(dipaksakan). Kepala desa wajib menyediakan tenaga, sehingga
banyakpetani yang di romushakan, akibatnya ekonomi rakyat semakin parah.

E. Perjuangan Kemerdekaan Melalui Organisasi-Organisasi Jepang

Pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia tidak hanya memeras kekayaan dan tenaga
rakyat, tetapi juga pengerahan tenaga para pemuda untuk mendukung perang. Gerakan 3A dan
Barisan Pemuda Asia Raya yang bertujuan untuk mencapai kemakmuran bersama di asia tidak
mendapat dukungan rakyat. Karena itu Jepang minta bantuan kepada para pemimpinIndonesia
untuk membentuk organisasi-organisasi agar mendapat dukungandari rakyat.

Adapun organisasi yang pertama dibentuk adalah PUTERA (Pusat TenagaRakyat).Pada


tahun 1943 dibentuklah GEMPAR (Gemblengan Pemmuda AsiaRaya) oleh Bung Karno. Ini
hanya sebagi kedok saja supaya tidak mendapat rintangan dari jepang. Sedangkan tujuan
sesungguhnya adalah memelopori perjuangan bangsa dengan melakukan kerja sama dengan
PUTERA.

Ada organisasi-organisasi yang dinilai lebih mementingkan perjuangan kemerdekaan


Indonesia dari pada kepentingan jepang, sehingga dibubarkan. Lalu jepang membentuk
organisasi yang sungguh-sungguh bermanfaat bagi jepang seperti Jawa Hokokai (Pusat
Kebaktian Rakyat Jawa), Seinendan(Barisan Pemuda), Keibodan (pembantu Polisi), PETA
(Pembela Tanah Air),Fujinkai (Perkumpulan Kaum Wanita), dan Heiho (Barisan Pembantu
Militer).

Menghadapi kesombongan, kekejaman, dan pemerasan tentara Jepang, akhirnya bangsa


Indonesia melakukan perlawanan. Perlawanan-perlawanan tersebut terjadi di Tasik Malaya,
Indramayu, dan Blitar. Perlawanan terbesar berlangsung di Blitar oleh Peta dibawah pimpinan
Supriyadi. Semua perlawanan tersebut dapat diatasi oleh Jepang karena tidak adanya kerja sama
antara gerakan dan kekuatan militer Jepang tak mungkin dikalahkan dengan senjata apa adanya.
Meskipun Jepang menjajah Indonesia dengan keras, namun jiwa dan semangat kemerdekaan
terus tumbuh. Karena gerakan yang langsung melawan Jepang terus ditumpas, maka para
pejuang kemerdekaan melakukan kerjasama dengan jepang tanpa merugikan tujuan perjuangan.
Semua itu dilakukan sebagai kedok agar perjuangan kemerdekan terus dapat ditumbuhkan tanpa
harus menjadi antek tau kolabolator Jepang.

G. Janji Kemerdekaan Serta Dokuritsu Junbi Cosakai Dan Badan-Badan Lainnya


Pada tanggal 7 september 1944 dalam sidang istimewa Teikoku Gikai (Parlemen Jepang)
di Tokyo, perdana menteri Koiso mengumumkan tentang pendirian pemerintah Kemaharajaan
Jepang, bahwa daerah Indonesia diperkenankan merdeka kelak kemudian hari.

Menghadapi situasi yang kritis itu pemerintah militer Jepang diJawa dibawah pimpinan
Saiko Syikikan Kumakici Harada tanggal 1 maret 1945 mengumumkan pembentukkan suatu
Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Jumbi Cosakai). Dengan tujuan untuk
mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berhubungan dengan segi politik, ekonomi, tata
pemerintahan dan lain-lain yang dibutuhkan dalam usaha pembentukkan negara Indonesia
merdeka.

Pengangkatannya dilaksanakan pada tanggal 29 April 1945, dimana yang diangkat


sebagai Kaico adalah dr. K. R. T. Radjiman Wediodiningrat. Dan sebagai Fuku Kaico pertama
dijabat oleh orang Jepang yakni Syucokan Cirebon dan R. Surowo (Syucokan Kedu) sebagai
Fuku Kaico kedua. Kemudian R.P. Suroso diangkat sebagai kepala secretariat Dokuritsu Junbi
Cosakai dengan dibantu oleh Toyo Masuda dan Mr. A G Pringgondigdo.

Pada tanggal 28 Mei 1945 dimulailah upacara pembukaan sidang pertama Badan
Penyelidik Usaha Persiaan Kemerdekaan, yang bertempat di gedung Cuo Sangi In. Sidang
berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945 sampai tanggal 1 juni 1945. Muh. Yamin dan Ir. Sukarno
sebagai pembicara yang telah mengucapkan pidato mengusulkan kelima dasar filsafat negara
yang kemudian dikenal dengan nama Pancasila.

Yang pertama merumuskan materi Pancasila ialah Muh. Yamin, yang pada tanggal 29
Mei 1945 didalam pidatonya mengemukakan 5 Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia sebagai berikut:

1) Peri kebangsaan
2) Peri kemanusiaan
3) Peri ketuhanan
4) Peri kerakyatan
5) Kesejakteraan rakyat

Tiga hari kemudian, tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno dalam pidatonya, dimana materi dan nama
Pancasila sekaligus dicetuskan dalam pidato. Materi pancasila yang dikemukakannya adalah sebagai
berikut:

1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan yang maha esa
Sesudah sidang pertama tersebut, pada tanggal 22 juni 1945, 9 orang anggota Dokuritsu Junbi
Cosakai telah membentuk suatu panitia kecil yang menghasilkan suatu dokumen berisikan tujuan dan
maksud pendirian negara Indonesia merdeka yang akhirnya diterima dengan suara bulat dan
ditandatangani. Dokumen tersebut kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta, sesuai dengan penamaan
oleh Muh. Yamin. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa, taat_wulandari@uny.ac.id.

Perumusan terakhir materi Pancasila dilakukan pada sidang tanggal 10 juli 1945 sampai 16 Juli
1945 dimana telah dibahas rencana undang-undang dasar melalui suatu panitia perencanaan undang-
undang dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Kemudian pembukaan serta batang tubuh undang-undang
dasar 1945 pada tanggal 18 agustus 1945 disahkan oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia, yakni
suatu badan yang pada tanggal 7 agustus 1945 oleh pihak jepang dibentuk sebagai ganti Dokuritsu Junbi
Cosakai.

Sebelum Badan Penyelidik persiapan Pemerdekaan melakukan sidang pertamanya dibandung.


Pada tanggal 16 Mei 1945 telah diadakan Kongres Pemuda seluruh Jawa, yang penyelenggaraannya di
sponsori oleh Angkatan Moeda Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh lebih dari 100 pemuda yang
terdiri dari utusan-utusan pemuda, pelajar dan mahasiswa seluruh jawa. Setelah 3 hari lamanya kongres
pemuda berjalan, akhirnya dicapai dua resolusi sebagai berikut: Pertama, semua golongan Indonesia
terutama golongan pemuda dipersatukan dan dibulatkan dibawah satu pimpinan nasional saja dan kedua,
dipercepatnya pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa,
taat_wulandari@uny.ac.id.

Karena hasil kongres tidak memuaskan beberapa tokoh pemuda yang hadir. Sebagai
imbangannya, pada tanggal 3 juli 1945 diadakan pertemuan rahasia di Jakarta diantaranya 100 pemuda
yang membentuk suatu panitia khusus yang diketuai oleh B.M Diah. Mencapai persatuan kompak
diantara seluruh golongan masyarakat Indonesia, menanamkan semangat revolusioner massa atas dasar
kesadaran mereka sebagai rakyat yang berdaulat, membentuk negara kesatuan republik Indonesia,
mempersatukan Indonesia bahu membahu dengan Jepang, tetapi jika perlu gerakan itu bermaksud untuk
“mencapai kemerdekaan dengan kekuatannya sendiri”. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa,
taat_wulandari@uny.ac.id .

Muncul pula suatu gerakan yang dinamakan Gerakan Rakyat Baroe. Gerakkan tersebut
diperkenankan pembentukkannya oleh Saiko Syikikan yang baru, Letnan Jendral Y. Nagano didalam
suatu pertemuan pada 2 juli 1945. Gerakkan ini disusun berdasarkan hasil sidang Cuo Sangi In ke-8 yang
mengusulkan pendirian suatu gerakan untuk mengobar-ngobarkan semangat cinta tanah air dan semangat
perang. Tetapi Somubuco Mayor Jenderal Nisyimura menegaskan bahwa setiap organisasi pemuda yang
tergabung didalamnya harus tunduk sepenuhnya kepada Gunseiu. Dengan demikian berarti kebebasan
bergerak para pemuda dibatasi, hingga timbulah rasa tidak puas.

Pada tanggal 28 Juli 1945 dimana dua organisasi besar yaitu Jawa Hokokai dan Masyumi
digabungkan menjadi satu didalamnya, tidak seorangpun dari tokoh-tokoh pemuda yang mau menduduki
kursi yang telah disediakan untuk mereka. Maka nampaklah bahwa perselisihan paham antara golongan
tua dan golongan muda tentang cara melaksanakan berdirinya negara Indonesia Merdeka semakin tajam.

Anda mungkin juga menyukai