Anda di halaman 1dari 67

Kronologis Perang Dunia II

Perang Dunia II, secara resmi mulai berkecamuk pada tanggal 1 September 1939
sampai tanggal 14 Agustus 1945. Meskipun demikian ada yang berpendapat bahwa
perang sebenarnya sudah dimulai lebih awal, yaitu pada tanggal 1 Maret 1937 ketika
Jepang menduduki Manchuria.
Sampai saat ini, perang ini adalah perang yang paling dahsyat pernah terjadi di muka
bumi. Kurang lebih 50.000.000 (lima puluh juta) orang tewas dalam konflik ini.

Umumnya dapat dikatakan bahwa peperangan dimulai pada saat pendudukan Jerman di
Polandia pada tanggal 1 September 1939, dan berakhir pada tanggal 14 atau 15 Agustus
1945 pada saat Jepang menyerah kepada tentara Amerika Serikat.
Perang Dunia II berkecamuk di tiga benua: yaitu Afrika, Asia dan Eropa.

Latar Belakang Perang Dunia II

Latar Belakang PD II:


o Benito Mussolini di Italia mempelopori gerakan fasvio de
combatimento, dengan cita-cita membentuk Italia Raya
o Adolf Hitler, Jerman. Membentuk NAZI
o Tenno Meiji, Jepang. Fasis Militer.

Jalannya perang:
o 1937, Italia menduduki Abessynia dan Jerman menyerang Polandia, 1
Sept 1939.
o Desember 1941, Jepang membom Pearl Harbour.
o UK & Perancis membantu Polandia menghadapi Jerman.
o AS terlibat menghadapi aliansi Jerman, Italia, Jepang, setelah Pearl
Harbour di bom

Akhir Perang:
o Sekutu mendaratkan pasukan di PAntai Normandia, 6 Juni 1944
o April 1945, ibukota Jerman yaitu Berlin sudah dikepung oleh Uni Soviet
o Jerman menyerah pada Sekutu, Mei 1955
o Tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Hiroshima dan Nagasaki di bom atom
oleh AS.
o 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu

17 Juli-2 Agustus 1945 --> Konfrensi Postdam


Keputusannya
1. Jerman dibagi jadi Jerman Barat dan Jerman Timur
2. Jerman harus membayar pampasan perang
3. Angkatan perang Jerman dikurangi
4. Partai NAZI dihapus
5. Penjahat perang akan dihukum
8 September 1951--> Perjanjian San Francisco
Keputusannya:
1. Jepang diperintah oleh tentara pendudukan AS
2. Jepang membayar pampasan perang
3. Daerah yang dikuasai Jepang dikembalikan ke pemiliknya
4. Penjahat perang akan dihukum

Peta Perang Dunia II

Coklat = Tentara Axis


Warna Lainnya = Tentara Sekutu & Negara Netral
Perubahan warna = pergerakan tentara

Pihak yang terlibat dalam Perang Dunia II


Tanggal :1 September 1939 2 September 1945
Lokasi : Eropa, Pasifik, Asia Tenggara, Timur Tengah, Mediterania dan Afrika.
Hasil : Kemenangan sekutu, munculnya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai
negara adidaya, terbentuknya blok-blok yang menjurus ke Perang Dingin, mulai
lepasnya negara-negara jajahan Eropa.

Pihak Yang terlibat:

Blok Poros (AXIS)

1. Nazi Jerman : Adolf Hitler


2. Italia : Benito Mussolini
3. Jepang : Hideki Tojo

Militer tewas: 8.000.000


Sipil tewas: 4.000.000
Total tewas: 12.000.000

Negara-negara Poros (AXIS) adalah negara-negara yang menentang pihak Sekutu


selama Perang Dunia II.
Ada 3 negara utama dalam kekuatan poros yaitu; Nazi Jerman, Italia dan Kekaisaran
Jepang. Pada puncak kejayaan mereka, Kekuatan Poros menguasai dominasi daerah
yang sangat luas di Eropa, Asia, Afrika dan Oseania/Pasifik. Tetapi Perang Dunia II
berakhir dengan kekalahan mereka. Seperti pihak Sekutu, keanggotaan Negara-negara
Poros tidak tetap, dan beberapa negara bergabung dan kemudian meninggalkan
Negara-negara Poros selama perang berlangsung.
Anggota Negara-negara Poros minoritas:

1. Bulgaria, Hongaria, Yugoslavia, Finlandia, Thailand, Rumania


2. Negara Boneka Jepang:
Manchukuo, Mengjiang (bagian wilayah di Mongolia], Nanking (bagian
wilayah di Tiongkok), Burma, Filipina, dan India
3. Negara boneka Italia:
Albania dan Ethiopia
4. Negara boneka Jerman
Serbia
5. Negara lainnya yang berkoalisi
Spanyol dan Denmark
6. Bekas anggota
Uni Soviet, Berdiri sendiri/memihak Sekutu pada 1941.

Negara Sekutu:

1. Britania Raya : Winston Churchill


2. Uni Soviet : Joseph Stalin
3. Amerika Serikat : Franklin Roosevelt
4. Republik China : Chiang Kai-Shek

Militer tewas: 17.000.000


Sipil tewas: 33.000.000
Total tewas: 50.000.000

Blok Sekutu pada Perang Dunia II adalah negara-negara yang berperang bersama
melawan Blok Poros (Jerman, Italia, dan Jepang) dari 1939 sampai 1945.

Anggota Sekutu

1. Setelah penyerangan Jerman ke Polandia (1939)


Polandia, Britania Raya (termasuk Kerajaan India & Negara Koloni), Perancis,
Australia, Selandia Baru, Nepal, Afrika Selatan, Kanada
2. Setelah berakhirnya perang Poni (1940)
Norwegia, Belgia, Luksemburg, Belanda, Yunani, Kerajaan Yugoslavia, Uni
Soviet, Tannu Tuva
3. Setelah pengeboman Pearl Harbor (1941)
Panama, Kosta Rika, Republik Dominika, El Salvador, Haiti, Honduras,
Nikaragua, Amerika Serikat, China, Guatemala, Kuba, Cekoslowakia
4. Setelah pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (1942)
Meksiko, Brasil, Ethiopia, Irak, Bolivia, Iran, Italia, Kolombia, Liberia
5. Setelah D-Day (1944)
Romania, Bulgaria, San Marino, Albania, Hungaria, Bahawalpur, Ekuador,
Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela, Turki, Arab Saudi, Argentina, Chile
6. Setelah pengeboman Hiroshima (1945)
Mongolia

Perkiraan jumlah korban tewas Perang Dunia II


*Indonesia di urutan No. 5 dengan korban 4 Juta tewas

1. Uni Soviet = 23,200,000


2. Cina = 10,000,000
3. Jerman = 7,500,000
4. Polandia = 5,600,000
5. Indonesia = 4,000,000
6. Jepang = 2,600,000
7. India = 1,587,000
8. Yugoslavia = 1,027,000
9. Perancis Indochina = 1,000,000
10. Rumania = 841,000
11. Hungaria = 580,000
12. Perancis = 562,000
13. Italia = 459,500
14. U.K = 450,400
15. Amerika Serikat = 418,500
16. Cekoslowakia = 365,000
17. Lithuania = 353,000
18. Yunani = 300,000
19. Latvia = 227,000
20. Belanda = 205,900
21. Ethiopia = 205,000
22. Dll

Indonesia merupakan negara dengan korban terbanyak nomor 5 di dunia

Perang Dunia II, secara resmi mulai berkecamuk pada tanggal 1 September 1939
sampai tanggal 14 Agustus 1945. Meskipun demikian ada yang berpendapat bahwa
perang sebenarnya sudah dimulai lebih awal, yaitu pada tanggal 1 Maret 1937 ketika
Jepang menduduki Manchuria.

Berikut inilah data pertempuran dan peristiwa penting di setiap benua.

Perang Dunia II di Benua Asia


Hideki Toji

1937: Perang Sino-Jepang (1937-1945)


Konflik perang mulai di Asia beberapa tahun sebelum pertikaian di Eropa. Jepang telah
menginvasi China pada tahun 1931, jauh sebelum Perang Dunia II dimulai di Eropa.
Pada 1 Maret, Jepang menunjuk Henry Pu Yi menjadi kaisar di Manchukuo, negara
boneka bentukan Jepang di Manchuria. Pada 1937, perang telah dimulai ketika Jepang
mengambil alih Manchuria.

1940: Jajahan Perancis Vichy


Pada 1940, Jepang menduduki Indochina Perancis (kini Vietnam) sesuai persetujuan
dengan Pemerintahan Vichy meskipun secara lokal terdapat kekuatan Perancis Bebas
(Free French), dan bergabung dengan kekuatan Poros Jerman dan Italia. Aksi ini
menguatkan konflik Jepang dengan Amerika Serikat dan Britania Raya yang bereaksi
dengan boikot minyak.

1941: Serangan udara terhadap USS West Virginia dan USS Tennessee di Pearl
Harbor.

Pada 7 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi
Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan
angkatan laut AS terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan
menghancurkan pelabuhan tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap
Jepang.
Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan
udara AS di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi Filipina, dan juga
koloni-koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma, dengan maksud
selanjutnya menguasai ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah
yang lebih luas lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja. Markas
Britania Raya di Singapura juga dikuasai, yang dianggap oleh Churchill sebagai salah
satu kekalahan dalam sejarah yang paling memalukan bagi Britania.

1942: Invasi Hindia-Belanda


Penyerbuan ke Hindia Belanda diawali dengan serangan Jepang ke Labuan, Brunei,
Singapura, Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan dan Balikpapan yang
merupakan daerah-daerah sumber minyak. Jepang sengaja mengambil taktik tersebut
sebagai taktik gurita yang bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia Belanda dan
Sekutunya yang tergabung dalam front ABDA (America), British (Inggris), Dutch
(Belanda), (Australia) yang berkedudukan di Bandung. Serangan-serangan itu
mengakibatkan kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda.
Jepang mengadakan serangan laut besar-besaran ke Pulau Jawa pada bulan Februari-
Maret 1942 dimana terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan
armada gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Armada Gabungan
sekutu kalah dan Karel Doorman gugur.
Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai kota terbuka,
kemudian terus menembus Subang dan berhasil menembus garis pertahanan Lembang-
Ciater, kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan Sekutu-Hindia Belanda.
Sementara di front Jawa Timur, tentara Jepang berhasil menyerang Surabaya sehingga
kekuatan Belanda ditarik sampai garis pertahanan Porong.

Terancamnya kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan dan pengungsian membuat
panglima Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Poorten mengambil inisiatif mengadakan
perdamaian. Kemudian diadakannya perundingan antara Tentara Jepang yang dipimpin
oleh Jendral Hitoshi Imamura dengan pihak Belanda yang diwakili Letnan Jendral Ter
Poorten dan Gubernur Jendral jhr A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada
Awalnya Belanda bermaksud menyerahkan kota Bandung namun tidak mengadakan
kapitulasi atau penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Pihak Jepang. Namun
setelah Jepang mengancam akan mengebom kota Bandung akhirnya Jendral Ter
Poorten setuju untuk menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

1942: Laut Coral, Port Moresby, Midway, Guadalcanal


Pada Mei 1942, serangan laut terhadap Port Moresby, Papua Nugini digagalkan oleh
pasukan Sekutu dalam Perang Laut Coral. Kalau saja penguasaan Port Moresby
berhasil, Angkatan Laut Jepang dapat juga menyerang Australia. Ini merupakan
perlawanan pertama yang berhasil terhadap rencana Jepang dan pertarungan laut
pertama yang hanya menggunakan kapal induk. Sebulan kemudian invasi Atol Midway
dapat dicegah dengan terpecahnya pesan rahasia Jepang, menyebabkan pemimpin
Angkatan Laut AS mengetahui target berikut Jepang yaitu Atol Midway. Pertempuran
ini menyebabkan Jepang kehilangan empat kapal induk yang industri Jepang tidak
dapat menggantikannya, sementara Angkatan Laut AS kehilangan satu kapal induk.
Kemenangan besar buat AS ini menyebabkan Angkatan Laut Jepang kini dalam posisi
bertahan.

Pendaratan AS di Pasifik, Agustus 1942-Agustus 1945


Para pemimpin Sekutu telah setuju mengalahkan Nazi Jerman adalah prioritas utama
masuknya Amerika ke dalam perang. Namun pasukan AS dan Australia mulai
menyerang wilayah yang telah jatuh, Pada 7 Agustus 1942 Pulau Guadalcanal diserang
oleh Amerika Serikat. dan awal September, selagi perang berkecamuk di Guadalcanal,
sebuah serangan amfibi Jepang di timur New Guinea dihadapi oleh pasukan Australia
dalam Teluk Milne, dan pasukan darat Jepang menderita kekalahan meyakinkan yang
pertama. Di Guadalcanal, pertahanan Jepang runtuh pada Februari 1943.

194345: Serangan Sekutu di Asia dan Pasifik


Pasukan Australia and AS melancarkan kampanye yang panjang untuk merebut
kembali bagian yang diduduki oleh Pasukan Jepang di Kepulauan Solomon, New
Guinea dan Hindia Belanda, dan mengalami beberapa perlawanan paling sengit selama
perang. Seluruh Kepulauan Solomon direbut kembali pada tahun 1943, New Britain
dan New Ireland pada tahun 1944. Pada saat Filipina sedang direbut kembali pada akhir
tahun 1944, Pertempuran Teluk Leyte berkecamuk, yang disebut sebagai perang laut
terbesar sepanjang sejarah. Serangan besar terakhir di area Pasifik barat daya adalah
kampanye Borneo pertengahan tahun 1945, yang ditujukan untuk mengucilkan sisa-sisa
pasukan Jepang di Asia Tenggara, dan menyelamatkan tawanan perang Sekutu.
Kapal selam dan pesawat-pesawat Sekutu juga menyerang kapal dagang Jepang, yang
menyebabkan industri di Jepang kekurangan bahan baku. Bahan baku industri sendiri
merupakan salah satu alasan Jepang memulai perang di Asia. Keadaan ini semakin
efektif setelah Marinir AS merebut pulau-pulau yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.

Tentara Nasionalis China (Kuomintang) dibawah pimpinan Chiang Kai-shek dan


Tentara Komunis China dibawah Mao Zedong, keduanya sama-sama menentang
pendudukan Jepang terhadap China, tetapi tidak pernah benar-benar bersekutu untuk
melawan Jepang. Konflik kedua kekuatan ini telah lama terjadi jauh sebelum Perang
Dunia II dimulai, yang terus berlanjut, sampai batasan tertentu selama perang,
walaupun lebih tidak kelihatan.

1945: Iwo Jima, Okinawa, bom atom, penyerahan Jepang

Bom atom berjulukan Fat Man, menimbulkan cendawan asap di atas kota Nagasaki, Jepang.
Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan
Kepulauan Jepang berada dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Diantara
kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana dalam penyerangan awal
sendiri ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di seluruh kota. Jumlah korban
yang tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk yang padat di sekitar sentra produksi
dan konstruksi kayu serta kertas pada rumah penduduk yang banyak terdapat di masa
itu. Tanggal 6 Agustus 1945, bomber B-29 "Enola Gay" yang dipiloti oleh Kolonel
Paul Tibbets, Jr. melepaskan satu bom atom Little Boy di Hiroshima, yang secara
efektif menghancurkan kota tersebut.

Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang,
seperti yang telah disetujui pada Konferensi Yalta, dan melancarkan serangan besar
terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi Badai Agustus). Tanggal 9
Agustus 1945, bomber B-29 "Bock's Car" yang dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney
melepaskan satu bom atom Fat Man di Nagasaki.

Surat penyerahan diri Jepang kepada Sekutu


Kombinasi antara penggunaan bom atom dan keterlibatan baru Uni Soviet dalam
perang merupakan faktor besar penyebab menyerahnya Jepang, walaupun sebenarnya
Uni Soviet belum mengeluarkan deklarasi perang sampai tanggal 8 Agustus 1945,
setelah bom atom pertama dilepaskan. Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14
Agustus 1945, menanda tangani surat penyerahan pada tanggal 2 September 1945
diatas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.

Peta ASIA 1941


Peta ASIA 1941
Perang Dunia II di Benua Afrika dan Timur Tengah
"Kami akan menaklukkan. Orang-orang dari Italia, untuk senjata! Tunjukkan
kegigihan, keberanian Anda, Anda layak." Diktator fasis Italia, Benito Mussolini,
Ketika Italia menyatakan perang terhadap Britania dan Perancis pada Juni 1940 yang
secara langsung membawa konflik ke Afrika
Berikut inilah data pertempuran dan peristiwa penting di benua Afrika

Perang Dunia II di Benua Afrika dan Timur Tengah

1940: Mesir dan Somaliland

Pertempuran di Afrika Utara bermula pada 1940, ketika sejumlah kecil pasukan Inggris
di Mesir memukul balik serangan pasukan Italia dari Libya yang bertujuan untuk
merebut Mesir terutama Terusan Suez yang vital. Tentara Inggris, India, dan Australia
melancarkan serangan balik dengan sandi Operasi Kompas (Operation Compass), yang
terhenti pada 1941 ketika sebagian besar pasukan Persemakmuran (Commonwealth)
dipindahkan ke Yunani untuk mempertahankannya dari serangan Jerman. Tetapi
pasukan Jerman yang belakangan dikenal sebagai Korps Afrika di bawah pimpinan
Erwin Rommel mendarat di Libya, melanjutkan serangan terhadap Mesir.

1941: Suriah, Lebanon, Korps Afrika merebut Tobruk

Pada Juni 1941 Angkatan Darat Australia dan pasukan Sekutu menginvasi Suriah dan
Lebanon, merebut Damaskus pada 17 Juni. Di Irak, terjadi penggulingan kekuasaan
atas pemerintah yang pro-Inggris oleh kelompok Rashid Ali yang pro-Nazi.
Pemberontakan didukung oleh Mufti Besar Yerusalem, Haji Amin al-Husseini. Oleh
karena merasa garis belakangnya terancam, Inggris mendatangkan bala bantuan dari
India dan menduduki Irak. Pemerintahan pro-Inggris kembali berkuasa, sementara
Rashid Ali dan Mufti Besar Yerusalem melarikan diri ke Iran. Namun kemudian
Inggris dan Uni Soviet menduduki Iran serta menggulingkan shah Iran yang pro-
Jerman. Kedua tokoh Arab yang pro-Nazi di atas kemudian melarikan diri ke Eropa
melalui Turki, di mana mereka kemudian bekerja sama dengan Hitler untuk
menyingkirkan orang Inggris dan orang Yahudi. Korps Afrika dibawah Rommel
melangkah maju dengan cepat ke arah timur, merebut kota pelabuhan Tobruk. Pasukan
Australia dan Inggris di kota tersebut berhasil bertahan hingga serangan Axis berhasil
merebut kota tersebut dan memaksa Divisi Ke-8 (Eighth Army) mundur ke garis di El
Alamein.

1942: Pertempuran El Alamein Pertama dan Kedua

Crusader tank Britania melewati Panzer IV Jerman yang terbakar di tengah gurun

Pertempuran El Alamein Pertama terjadi di antara 1 Juli dan 27 Juli 1942. Pasukan
Jerman sudah maju ke yang titik pertahanan terakhir sebelum Alexandria dan Terusan
Suez. Namun mereka telah kehabisan suplai, dan pertahanan Inggris dan
Persemakmuran menghentikan arah mereka.

Pertempuran El Alamein Kedua terjadi di antara 23 Oktober dan 3 November 1942


sesudah Bernard Montgomery menggantikan Claude Auchinleck sebagai komandan
Eighth Army. Rommel, panglima cemerlang Korps Afrika Tentara Jerman, yang
dikenal sebagai "Rubah Gurun", absen pada pertempuran luar biasa ini, karena sedang
berada dalam tahap penyembuhan dari sakit kuning di Eropa. Montgomery tahu
Rommel absen. Pasukan Persemakmuran melancarkan serangan, dan meskipun mereka
kehilangan lebih banyak tank daripada Jerman ketika memulai pertempuran,
Montgomery memenangkan pertempuran ini.

Sekutu mempunyai keuntungan dengan dekatnya mereka ke suplai mereka selama


pertempuran. Lagipula, Rommel hanya mendapat sedikit atau bahkan tak ada
pertolongan kali ini dari Luftwaffe, yang sekarang lebih ditugaskan dengan membela
angkasa udara Eropa Barat dan melawan Uni Soviet daripada menyediakan bantuan di
Afrika Utara untuk Rommel. Setelah kekalahan Jerman di El Alamein, Rommel
membuat penarikan strategis yang cemerlang ke Tunisia. Banyak sejarawan
berpendapat bahwa berhasilnya Rommel pada penarikan strategis Korps Afrika dari
Mesir lebih mengesankan daripada kemenangannya yang lebih awal, termasuk Tobruk,
karena dia berhasil membuat seluruh pasukannya kembali utuh, melawan keunggulan
udara Sekutu dan pasukan Persemakmuran yang sekarang diperkuat oleh pasukan AS.

1942. Pertempuran Madagaskar

Tentara Britania mendarat di Tamatave pada Mei 1942.


Pertempuran Madagaskar adalah kampanye sekut untuk merebut Madagaskar yang
dikuasai Perancis Vichy selama Perang Dunia II. Pertempuran ini dimulai pada 5 Mei
hingga 6 November 1942 dengan hasil kemenangan sekutu.

1942: Operasi Obor (Operation Torch), Afrika Utara Perancis

Pasukan Sekutu mendarat, dalam serangan bernama sandi Operasi Obor.


Untuk melengkapi kemenangan ini, pada 8 November 1942 dilancarkanlah Operasi
Obor (Operation Torch) dibawah pimpinan Jendral Dwight Eisenhower. Tujuan utama
operasi ini adalah merebut kontrol terhadap Maroko dan Aljazair melalui pendaratan
simultan di Casablanca, Oran, dan Aljazair, yang dilanjutkan beberapa hari kemudian
dengan pendaratan di Bne, gerbang menuju Tunisia.

Pasukan lokal di bawah Perancis Vichy sempat melakukan perlawanan terbatas,


sebelum akhirnya bersedia bernegosiasi dan mengakhiri perlawanan mereka.

1943: Kalahnya Korps Afrika

Korps Afrika tidak mendapat suplai secara memadai akibat dari hilangnya pengapalan
suplai oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara Sekutu, terutama Inggris, di Laut
Tengah. Kekurangan persediaan ini dan tak adanya dukungan udara, memusnahkan
kesempatan untuk melancarkan serangan besar bagi Jerman di Afrika. Pasukan Jerman
dan Italia terjepit diantara pergerakan maju pasukan Sekutu di Aljazair dan Libia.
Pasukan Jerman yang sedang mundur terus melakukan perlawanan sengit, dan Rommel
mengalahkan pasukan AS pada Pertempuran Kasserine Pass sebelum menyelesaikan
pergerakan mundur strategisnya menuju garis suplai Jerman. Dengan pasti, bergerak
maju baik dari arah timur dan barat, pasukan Sekutu akhirnya mengalahkan Korps
Afrika Jerman pada 13 Mei 1943 dan menawan 250.000 tentara Axis.

Setelah jatuh ke tangan Sekutu, Afrika Utara dijadikan batu loncatan untuk menyerang
Sisilia pada 10 Juli 1943. Setelah merebut Sisilia, pasukan Sekutu melancarkan
serangan ke Italia pada 3 September 1943. Italia menyerah pada 8 September 1943,
tetapi pasukan Jerman terus bertahan melakukan perlawanan. Roma akhirnya dapat
direbut pada 5 Juni 1944.

Operasi militer Perang Dunia II Di Benua Afrika

Kampanye Afrika Timur (Perang Dunia II) (1941) Bendera Britania Raya
British Raj Red Ensign.svg Serangan Angkatan Laut Inggris terhadap Italia

yang menguasai Daratan Somalia-Inggris.


Operasi Camilla (1941) Bendera Britania Raya Operasi disinformasi Inggris

untuk menutupi tindakan terhadap Eritrea


Operasi Canned (1940) Bendera Britania Raya Pemboman di Banda Alula,

daratan Somalia-Italia, oleh Angkatan Laut Inggris.


Kampanye Afrika Timur (Perang Dunia II) Akhir keberadaan Italia (1941)
Bendera Britania Raya British Raj Red Ensign.svg Pendaratan pasukan

Inggris di Assab, Pelabuhan terakhir Italia di Laut Merah


Pertempuran Madagaskar "Ironclad" (1942) Bendera Britania Raya Bendera

Afrika Selatan Pertempuran Madagaskar


Operasi Ancaman (1940) Bendera Britania Raya Flag of Free France 1940-
1944.svg Pertempuran laut, Pasukan Perancis dan Serangan Inggris di

Dakar, Perancis-Afrika Barat (Senegal)


Operasi Pendukung (1941) Bendera Britania Raya Patroli laut lepas anti-

kapal selam Sekutu di Laut Madagaskar

Perang Dunia II di Benua Eropa

Salah satu foto bewarna Perang Dunia II yang selamat dari 40 juta foto hitam putih lainnya. Tampak di tengah-tengah Adolf Hitler.

1939: Invasi Polandia, Invasi Finlandia


Perang Dunia II mulai berkecamuk di Eropa dengan dimulainya serangan ke Polandia
pada 1 September 1939 yang dilakukan oleh Hitler dengan gerak cepat yang dikenal
dengan taktik Blitzkrieg, dengan memanfaatkan musim panas yang menyebabkan
perbatasan sungai dan rawa-rawa di wilayah Polandia kering yang memudahkan gerak
laju pasukan lapis baja Jerman serta mengerahkan ratusan pembom tukik yang terkenal
Ju-87 Stuka. Polandia yang sebelumnya pernah menahan Uni Soviet di tahun 1920-an
saat itu tidak memiliki kekuatan militer yang berarti. Kekurangan pasukan lapis baja,
kekurang siapan pasukan garis belakang dan koordinasinya dan lemahnya Angkatan
Udara Polandia menyebabkan Polandia sukar memberi perlawanan meskipun masih
memiliki 100 pesawat tempur namun jumlah itu tidak berarti melawan Angkatan Udara
Jerman "Luftwaffe". Perancis dan kerajaan Inggris menyatakan perang terhadap Jerman
pada 3 September sebagai komitment mereka terhadap Polandia pada pakta pertahanan
Maret 1939.

Setelah mengalami kehancuran disana sini oleh pasukan Nazi, tiba tiba Polandia
dikejutkan oleh serangan Uni Soviet pada 17 September dari timur yang akhirnya
bertemu dengan Pasukan Jerman dan mengadakan garis demarkasi sesuai persetujuan
antara Menteri Luar Negeri keduanya, Ribentrop-Molotov. Akhirnya Polandia
menyerah kepada Nazi Jerman setelah kota Warsawa dihancurkan, sementara sisa sisa
pemimpin Polandia melarikan diri diantaranya ke Rumania. Sementara yang lain
ditahan baik oleh Uni Soviet maupun Nazi. Tentara Polandia terakhir dikalahkan pada
6 Oktober.

Jatuhnya Polandia dan terlambatnya pasukan sekutu yang saat itu dimotori oleh Inggris
dan Perancis yang saat itu dibawah komando Jenderal Gamelin dari Perancis membuat
Sekutu akhirnya menyatakan perang terhadap Jerman. Namun juga menyebabkan
jatuhnya kabinet Neville Chamberlain di Inggris yang digantikan oleh Winston
Churchill. Ketika Hitler menyatakan perang terhadap Uni Soviet, Uni Soviet akhirnya
membebaskan tawanan perang Polandia dan mempersenjatainya untuk melawan
Jerman. Invasi ke Polandia ini juga mengawali praktek-praktek kejam Pasukan SS
dibawah Heinrich Himmler terhadap orang orang Yahudi.

Perang Musim Dingin dimulai dengan invasi Finlandia oleh Uni Soviet, 30 November
1939. Pada awalnya Finlandia mampu menahan pasukan Uni Soviet meskipun pasukan
Soviet memiliki jumlah besar serta dukungan dari armada udara dan lapis baja, karena
Soviet banyak kehilangan jendral-jendral yang cakap akibat pembersihan yang
dilakukan oleh Stalin pada saat memegang tampuk kekuasaan menggantikan Lenin.
Finlandia memberikan perlawanan yang gigih yang dipimpin oleh Baron Carl Gustav
von Mannerheim serta rakyat Finlandia yang tidak ingin dijajah. Bantuan senjata
mengalir dari negara Barat terutama dari tetangganya Swedia yang memilih netral
dalam peperangan itu. Pasukan Finlandia memanfaatkan musim dingin yang beku
namun dapat bergerak lincah meskipun kekuatannya sedikit (kurang lebih 300.000
pasukan). Akhirnya Soviet mengerahkan serangan besar besaran dengan 3.000.000
tentara menyerbu Finlandia dan berhasil merebut kota-kota dan beberapa wilayah
Finlandia. Sehingga memaksa Carl Gustav untuk mengadakan perjanjian perdamaian.

Ketika Hitler menyerang Rusia (Uni Soviet), Hitler juga memanfaatkan pejuang-
pejuang Finlandia untuk melakukan serangan ke kota St. Petersburg.

1940: Invasi Eropa Barat, Republik-republik Baltik, Yunani, Balkan

Dengan tiba-tiba Jerman menyerang Denmark dan Norwegia pada 9 April 1940 melalui
Operasi Weserbung, yang terlihat untuk mencegah serangan Sekutu melalui wilayah
tersebut. Pasukan Inggris, Perancis, dan Polandia mendarat di Namsos, Andalsnes, dan
Narvik untuk membantu Norwegia. Pada awal Juni, semua tentara Sekutu dievakuasi
dan Norwegia-pun menyerah.

Operasi Fall Gelb, invasi Benelux dan Perancis, dilakukan oleh Jerman pada 10 Mei
1940, mengakhiri apa yang disebut dengan "Perang Pura-Pura" (Phony War) dan
memulai Pertempuran Perancis. Pada tahap awal invasi, tentara Jerman menyerang
Belgia, Belanda, dan Luxemburg untuk menghindari Garis Maginot dan berhasil
memecah pasukan Sekutu dengan melaju sampai ke Selat Inggris. Negara-negara
Benelux dengan cepat jatuh ke tangan Jerman, yang kemudian melanjutkan tahap
berikutnya dengan menyerang Perancis. Pasukan Ekspedisi Inggris (British
Expeditionary Force) yang terperangkap di utara kemudian dievakuasi melalui Dunkirk
dengan Operasi Dinamo. Tentara Jerman tidak terbendung, melaju melewati Garis
Maginot sampai ke arah pantai Atlantik, menyebabkan Perancis mendeklarasikan
gencatan senjata pada 22 Juni dan terbentuklah pemerintahan boneka Vichy.

Pada Juni 1940, Uni Soviet memasuki Latvia, Lituania, dan Estonia serta menganeksasi
Bessarabia dan Bukovina Utara dari Rumania.

Jerman bersiap untuk melancarkan serangan ke Inggris dan dimulailah apa yang
disebut dengan Pertempuran Inggris atau Battle of Britain, perang udara antara AU
Jerman Luftwaffe melawan AU Inggris Royal Air Force pada tahun 1940
memperebutkan kontrol atas angkasa Inggris. Jerman berhasil dikalahkan dan
membatalkan Operasi Singa Laut atau Seelowe untuk menginvasi daratan Inggris. Hal
itu dikarenakan perubahan strategi Luftwaffe dari menyerang landasan udara dan
industri perang berubah menjadi serangan besar-besaran pesawat pembom ke London.
Sebelumnya terjadi pemboman kota Berlin yang ddasarkan pembalasan atas
ketidaksengajaan pesawat pembom Jerman yang menyerang London. Alhasil pilot
peswat tempur Spitfire dan Huricane dapt berisirahat. Perang juga berkecamuk di laut,
pada Pertempuran Atlantik kapal-kapal selam Jerman (U-Boat) berusaha untuk
menenggelamkan kapal dagang yang membawa suplai kebutuhan ke Inggris dari
Amerika Serikat.

Pada 27 September 1940, ditanda tanganilah pakta tripartit oleh Jerman, Italia, dan
Jepang yang secara formal membentuk persekutuan dengan nama (Kekuatan Poros).

Benito Mussolini (kiri) dan Adolf Hitler


Italia menyerbu Yunani pada 28 Oktober 1940 melalui Albania, tetapi dapat ditahan
oleh pasukan Yunani yang bahkan menyerang balik ke Albania. Hitler kemudian
mengirim tentara untuk membantu Mussolini berperang melawan Yunani. Pertempuran
juga meluas hingga wilayah yang dikenal sebagai wilayah bekas Yugoslavia. Pasukan
NAZI mendapat dukungan dari sebagian Kroasia dan Bosnia, yang merupakan konflik
laten di daerah itu sepeninggal Kerajaan Ottoman. Namun Pasukan Nazi mendapat
perlawanan hebat dari kaum Nasionalis yang didominasi oleh Serbia dan beberapa etnis
lainnya yang dipimpin oleh Josip Broz Tito. Pertempuran dengan kaum Nazi
merupakan salah satu bibit pertempuran antar etnis di wilayah bekas Yugoslavia pada
dekade 1990-an.

1941: Invasi Uni Soviet


Operasi Barbarossa, invasi Uni Soviet dilakukan oleh Jerman
Pertempuran Stalingrad

1944: Serangan Balik

Invasi Normandia (D-Day), invasi di Perancis oleh pasukan Amerika Serikat dan
Inggris, 1944

1945: Runtuhnya Kerajaan Nazi Jerman

Berkibarnya bendera Soviet diatas gedung pemerintahan Nazi, Reinchstag, merupakan tanda berakhirnya Perang Dunia II di Eropa.
Pada akhir bulan april 1945, ibukota Jerman yaitu Berlin sudah dikepung oleh Uni
Soviet dan pada tanggal 1 Mei 1945, Adolf Hitler bunuh diri bersama dengan istrinya
Eva Braun didalam bunkernya, sehari sebelumnya Adolf Hitler menikahi Eva Braun,
dan setelah mati memerintah pengawalnya untuk membakar mayatnya. Setelah
menyalami setiap anggotanya yang masih setia. Pada tanggal 2 Mei, Karl Dnitz
diangkat menjadi pemimpin menggantikan Adolf Hitler dan menyatakan Berlin
menyerah pada tanggal itu juga. Disusul Pasukan Jerman di Italia yang menyerah pada
tanggal 2 juga. Pasukan Jerman di wilayah Jerman Utara, Denmark dan Belanda
menyerah tanggal 4. Sisa pasukan Jerman dibawah pimpinan Alfred Jodl menyerah
tanggal 7 mei di Rheims, Perancis. Tanggal 8 Mei, penduduk di negara-negara sekutu
merayakan hari kemenangan, tetapi Uni Soviet merayakan hari kemenangan pada
tanggal 9 Mei dengan tujuan politik.

Hitler adalah salah satu penyebab terbesar dalam Perang Dunia II


Adolf Hitler lahir tahun 1889 di Braunau, Austria. Sebagai remaja dia merupakan
seorang seniman gagal. Di masa Perang Dunia ke-I, dia masuk Angkatan Bersenjata
Jerman, terluka dan peroleh dua medali untuk keberaniannya. Kekalahan Jerman
membuatnya terpukul dan geram. Di tahun 1919 tatkala umurnya menginjak tiga puluh
tahun, dia bergabung dengan partai kecil berhaluan kanan di Munich, dan segera partai
ini mengubah nama menjadi Partai Buruh Nasionalis Jerman/National Sozialismus
(diringkas Nazi). Dalam tempo dua tahun dia menanjak jadi pemimpin yang tanpa
saingan yang dalam julukan Jerman disebut "Fuehrer.

Di bawah kepemimpinan Hitler, partai Nazi dengan kecepatan luar biasa menjadi suatu
kekuatan dan di bulan Nopember 1923 percobaan kupnya gagal. Kup itu terkenal
dengan sebutan "The Munich Beer Hall Putsch." Hitler ditangkap, dituduh
pengkhianat, dan terbukti bersalah. Tetapi, dia dikeluarkan dari penjara sesudah
mendekam di sana kurang dari setahun.

Di tahun 1928 partai Nazi masih merupakan partai kecil. Tetapi, depressi besar-besaran
membikin rakyat tidak puas dengan partai-partai politik yang besar dan sudah mapan.
Dalam keadaan seperti ini partai Nazi menjadi semakin kuat, dan di bulan Januari
1933, tatkala umurnya empat puluh empat tahun, Hitler menjadi Kanselir Jerman.

Dengan jabatan itu, Hitler dengan cepat dan cekatan membentuk kediktatoran dengan
menggunakan aparat pemerintah melabrak semua golongan oposisi. Perlu dicamkan,
proses ini bukanlah lewat erosi kebebasan sipil dan hak-hak pertahankan diri terhadap
tuduhan-tuduhan kriminal, tetapi digarap dengan sabetan kilat dan sering sekali partai
Nazi tidak ambil pusing dengan prosedur pengajuan di pengadilan samasekali. Banyak
lawan-lawan politik digebuki, bahkan dibunuh langsung di tempat. Meski begitu,
sebelum pecah Perang Dunia ke-2, Hitler meraih dukungan sebagian terbesar penduduk
Jerman karena dia berhasil menekan jumlah pengangguran dan melakukan perbaikan-
perbaikan ekonomi.

Hitler dalam bukunya, "Mein Kampf" (Perjuanganku), menekankan pentingnya


lebensraum, yakni mendapatkan wilayah baru untuk rakyat Jerman di Eropa Timur. Dia
membayangkan menempatkan rakyat Jerman sebagai ras utama di Rusia barat.
Sebaliknya, sebagian besar rakyat Rusia dipindahkan ke Siberia dan sisanya dijadikan
budak. Setelah pembersihan (purge?) besar-besaran pada tahun 1930-an, Hitler
menganggap Soviet secara militer lemah dan mudah diduduki. Ia menyatakan, "Kami
hanya harus menendang pintu dan seluruh struktur yang rapuh akan runtuh." Akibat
Pertempuran Kursk dan kondisi militer Jerman yang melemah, Hitler dan propaganda
Nazi menyatakan perang tersebut sebagai pertahanan peradaban oleh Jerman dari
penghancuran oleh "gerombolan kaum Bolshevik" yang menyebar ke Eropa.
Kebijakan-kebijakan dan sikap ideologi Stalin pun sama agresifnya. Saat perhatian
dunia teralih ke Front Barat, ia menduduki tiga negara Baltik pada tahun 1940.
Partisipasi aktif Stalin dalam pembagian Polandia pada tahun 1939 pun tidak dapat
diremehkan.

Hitler kemudian merancang jalan menuju penaklukan-penaklukan yang ujung-


ujungnya membawa dunia ke kancah Perang Dunia ke-2. Dia merebut daerah
pertamanya praktis tanpa lewat peperangan samasekali. Inggris dan Perancis terkepung
oleh berbagai macam kesulitan ekonomi, karena itu begitu menginginkan perdamaian
sehingga mereka tidak ambil pusing tatkala Hitler mengkhianati Persetujuan Versailles
dengan cara membangun Angkatan Bersenjata Jerman. Begitu pula mereka tidak ambil
peduli tatkala Hitler menduduki dan memperkokoh benteng di Rhineland (1936), dan
demikian juga ketika Hitler mencaplok Austria (Maret 1938). Bahkan mereka terima
sambil manggut-manggut ketika Hitler mencaplok Sudetenland, benteng pertahanan
perbatasan Cekoslowakia. Persetujuan internasional yang dikenal dengan sebutan
"Pakta Munich" yang oleh Inggris dan Perancis diharapkan sebagai hasil pembelian
"Perdamaian sepanjang masa" dibiarkan terinjak-injak dan mereka bengong ketika
Hitler merampas sebagian Cekoslowakia beberapa bulan kemudian karena
Cekoslowakia samasekali tak berdaya. Pada tiap tahap, Hitler dengan cerdik
menggabung argumen membenarkan tindakannya dengan ancaman bahwa dia akan
perang apabila hasratnya dianggap sepi, dan pada tiap tahap negara-negara demokrasi
merasa gentar dan mundur melemah.

Tetapi, Inggris dan Perancis berketetapan hati mempertahankan Polandia, sasaran


Hitler berikutnya. Pertama Hitler melindungi dirinya dengan jalan penandatangan pakta
"Tidak saling menyerang" bulan Agustus 1939 dengan Stalin (hakekatnya perjanjian itu
perjanjian agresi karena keduanya bersepakat bagaimana membagi dua Polandia buat
kepentingan masing-masing). Sembilan hari kemudian, Jerman menyerang Polandia
dan enam belas hari sesudah itu Uni Soviet berbuat serupa. Meskipun Inggris dan
Perancis mengumumkan perang terhadap Jerman, Polandia segera dapat ditaklukkan.
Tahun puncak kehebatan Hitler adalah tahun 1940. Bulan April, Angkatan
Bersenjatanya melabrak Denmark dan Norwegia. Bulan Mei, dia menerjang Negeri
Belanda, Belgia, dan Luxemburg. Bulan Juni, Perancis tekuk lutut. Tetapi pada tahun
itu pula Inggris bertahan mati-matian terhadap serangan udara Jerman-terkenal dengan
julukan "Battle of Britain" dan Hitler tak pernah sanggup menginjakkan kaki di bumi
Inggris.

Pasukan Jerman menaklukkan Yunani dan Yugoslavia di bulan April 1941. Dan di
bulan Juni tahun itu pula Hitler merobek-robek "Perjanjian tidak saling menyerang"
dengan Uni Soviet dan membuka penyerbuan. Angkatan Bersenjata Jerman dapat
menduduki bagian yang amat luas wilayah Rusia tetapi tak mampu melumpuhkannya
secara total sebelum musim dingin. Meski bertempur lawan Inggris dan Rusia, tak
tanggung-tanggung Hitler memaklumkan perang dengan Amerika Serikat bulan
Desember 1941 dan beberapa hari kemudian Jepang melabrak Amerika Serikat,
mengobrak-abrik pangkalan Angkatan Lautnya di Pearl Harbor.

Di pertengahan tahun 1942 Jerman sudah menguasai bagian terbesar wilayah Eropa
yang tak pernah sanggup dilakukan oleh siapa pun dalam sejarah. Tambahan pula, dia
menguasai Afrika Utara. Titik balik peperangan terjadi pada parohan kedua tahun 1942
tatkala Jerman dikalahkan dalam pertempuran rumit di El-Alamein di Mesir dan
Stalingrad di Rusia. Sesudah kemunduran ini, nasib baik yang tadinya memayungi
tentara Jerman angsur-berangsur secara tetap meninggalkannya. Tetapi, kendati
kekalahan Jerman tampaknya tak terelakkan lagi, Hitler menolak menyerah. Bukannya
dia semakin takut, malahan meneruskan penggasakan selama lebih dari dua tahun
sesudah Stalingrad. Ujung cerita yang pahit terjadi pada musim semi tahun 1945. Hitler
bunuh diri di Berlin tanggal 30 April dan tujuh hari sesudah itu Jerman menyerah
kalah.

Operasi Barbarossa -Operasi militer besar-besaran untuk menginvansi Moskow,


Rusia.
Dibandingkan dengan medan perang lainnya dalam Perang Dunia II, Front Timur jauh
lebih besar dan berdarah serta mengakibatkan 25-30 juta orang tewas. Di Front Timur
terjadi lebih banyak pertempuran darat daripada semua front pada PD II. Karena premis
ideologi dalam perang, pertempuran di Front Timur mengakibatkan kehancuran besar.
Bagi anggota Nazi garis keras di Berlin, perang melawan Uni Soviet merupakan
perjuangan melawan komunisme dan ras Arya melawan ras Slavia yang lebih rendah.
Dari awal konflik, Hitler menganggapnya sebagai "perang pembinasaan". Di samping
konflik ideologi, pola pikir Hitler dan Stalin mengakibatkan peningkatan teror dan
pembunuhan. Hitler bertujuan memperbudak ras Slavia dan membinasakan populasi
Yahudi di Eropa Timur. Stalin pun setali tiga uang dengan Hitler dalam hal
memandang rendah nyawa manusia untuk meraih kemenangan. Ini termasuk meneror
rakyat mereka sendiri dan juga deportasi massal seluruh penduduk. Faktor-faktor ini
mengakibatkan kebrutalan kepada tentara dan rakyat sipil, yang tidak dapat disamakan
dengan Front Barat.

Perang ini mengakibatkan kerugian besar dan penderitaan di antara warga sipil dari
negara yang terlibat. Di belakang garis depan, kekejaman terhadap warga sipil di
wilayah-wilayah yang diduduki Jerman sudah biasa terjadi, termasuk Holocaust orang-
orang Yahudi.

Tentara Jerman melemparkan granat tangan Potato-Smasher dalam fase-fase awal Operasi Barbarossa
Master Blitzkrieg (serangan kilat) Jerman terkenal, Generaloberst Heinz Wilhelm
Guderian bersama pasukannya. Di belakang terlihat jenderal tank terkenal lainnya,
Generalleutnant Graf Hyazinth Strachwitz von Gross-Zauche, der Panzergraf.

Panzerkampfwagen III yang berasal dari Divisi Panzer ke-8 sedang menyeberangi
sungai Bug di Rusia. Terlihat log-log kayu di belakangnya untuk memudahkan mereka
melewati jalan berlumpur yang mulai banyak didapati selama musim gugur Rusia yang
menyesakkan.
Pasukan SS dengan tawanannya, tentara Asia Rusia. Selama Operasi Barbarossa
sendiri, jutaan (!) tentara Rusia tertawan, yang sebagian besar di antaranya tewas di
kamp-kamp tawanan Jerman

Tipikal tentara Wehrmacht Jerman, seorang Sersan dengan dekorasi Eiserne Kreuz 1
klasse dan General Assault Badge di dadanya
Makam tentara Jerman di dekat Moskow. Kebanyakan makam sederhana semacam ini
pada akhirnya diratakan oleh Rusia sehingga tak terhitung berapa banyak pasukan
Jerman yang terbunuh di front Timur yang tak diketahui kuburnya!

Latar Belakang
Pakta Molotov-Ribbentrop pada Agustus 1939 membentuk perjanjian non-agresi antara
Jerman Nazi dan Uni Soviet, dan sebuah protokol rahasia menggambarkan bagaimana
Finlandia, Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia dan Rumania akan dibagi-bagi di antara
mereka. Dalam Perang September di Polandia pada 1939 kedua negara itu menyerang
dan membagi Polandia, dan pada Juni 1940 Uni Soviet, yang mengancam untuk
menggunakan kekerasan apabila tuntutan-tuntutannya tidak dipenuhi, memenangkan
perang diplomatik melawan Rumania dan tiga negara Baltik yang de jure
mengizinkannya untuk secara damai menduduki Estonia, Latvia dan Lithuania de facto,
dan mengembalikan wilayah-wilayah Ukraina, Belorusia, dan Moldovia di wilayah
Utara dan Timur Laut dari Rumania ( Bucovina Utara dan Basarabia).

Pembagian Polandia untuk pertama kalinya memberikan Jerman dan Uni Soviet sebuah
perbatasan bersama. Selama hampir dua tahun perbatasan ini tenang sementara Jerman
menaklukkan Denmark, Norwegia, Prancis, dan daerah-daerah Balkan.

Adolf Hitler telah lama ingin melanggar pakta dengan Uni Soviet itu dan melakukan
invasi. Dalam Mein Kampf ia mengajukan argumennya tentang perlunya mendapatkan
wilayah baru untuk pemukiman Jerman di Eropa Timur. Ia membayangkan
penempatan orang-orang Jerman sebagai ras yang unggul di Rusia barat, sementara
mengusir sebagian besar orang Rusia ke Siberia dan menggunakan sisanya sebagai
tenaga budak. Setelah pembersihan pada tahun 1930-an ia melihat Uni Soviet lemah
secara militer dan sudah matang untuk diserang: "Kita hanya perlu menendang pintu
dan seluruh struktur yang busuk itu akan runtuh.

Joseph Stalin kuatir akan perang dengan Jerman, dan karenanya enggan melakukan
apapun yang dapat memprovokasi Hitler. Meskipun Jerman telah mengerahkan
sejumlah besar pasukan di Polandia timur dan membuat penerbangan-penerbangan
pengintai gelap di perbatasan, Stalin mengabaikan peringatan-peringatan dari
intelijennya sendiri maupun dari pihak asing. Selain itu, pada malam penyerbuan itu
sendiri, pasukan-pasukan Soviet mendapatkan pengarahan yang ditandatangani oleh
Marsekal Semyon Timoshenko dan Jenderal Georgy Zhukov yang memerintahkan
(sesuai dengan perintah Stalin): "jangan membalas provokasi apapun" dan "jangan
mengambil tindakan apapun tanpa perintah yang spesifik ". Karena itu, invasi Jerman
pada umumnya mengejutkan militer dan pimpinan Soviet.

Similar Post: Sejarah Perang Dunia II, Versi Lengkap


Thread Thread Starter Home Replies Last Post
Inilah Senjata Perang Paling 26th January
Ekstrim & Aneh Dalam Perang ters Aneh Tapi Nyata 1 2011 04:34
Dunia PM
21st January
JUAL: sejarah perang dunia 2
Buku Online Jual Beli Buku 0 2011 11:46
dalam gambar karya pierre dupuis
AM
31st August
Senjata Perang Paling Ekstreme
curly Lounge 1 2010 11:07
Pada Saat Perang Dunia
AM
Awal Perang Dunia ke 3. Perang 24th June
akan dimulai pada bulan dwilya Lounge 3 2010 11:46
November. 2010 AM

23rd November 2009,


#2 (permalink)
03:25 PM
comel Penyerangan: Musim panas 1941

Pada pk. 04:45 22 Juni 1941, empat juta pasukan Jerman, Italia,
Rumania dan Poros lainnya menyerbu ke perbatasan dan masuk ke
Uni Soviet. Selama sebulan peneyrangan tiga arah ini sama sekali
tidak dapat dihentikan sementara tentara-tentara Panzer mengepung
ratusan ribu pasukan Soviet dalam kantung-kantung besar yang
kemudian dikurangi sementara divisi-divisi infantri yang lebih lambat
bergerak menggantikan sementara pasukan-pasukan panzer terus
maju menyerang.
Tujuan Gugus Pasukan Utara adalah Leningrad melalui Negara-
negara Baltik. Gugus yang terdiri atas Pasukan ke-16 dan ke-18 serta
Kelompok Panzer ke-4 formasi ini menerobos masuk ke Lithuania,
Latvia, Estonia dan kota-kota milik Rusia: Pskov dan Novgorod.

Gugus Pasukan Tengah terdiri atas dua kelompok Panzer (ke-2 dan
ke3), yang bergulir ke timur dari kedua sisi dari Brest-Litovsk dan
bertemu di depan Minsk, diikuti oleh Pasukan ke-2, ke-4 dan ke-9.
Gabungan kekuatan Panzer mencapai Sungai Berezina dalam enam
hari saja, 650 km dari garis awal mereka. Tujuan berikutnya adalah
menyeberangi Sungai Dnieper, yang dicapai pada 11 Juli. Setelah itu,
target berikut mereka adalah Smolensk, yang jatuh pada 16 Juli, tetapi
pertempuran di wilayah Smolensk menghalangi kemajuan Jerman
hingga pertengahan September, dan secara efektif mengganggu
blitzkrieg.

Gugus Pasukan Selatan, dengan Kelompok Panzer ke-1, ke-6, dan ke-
11, serta Tentara ke-17, ditugasi maju melalui Galicia dan masuk ke
Ukraina. Namun kemajuan mereka agak lambat, karena hanya astu
koridor menuju Kiev yang berhasil diamankan pada pertengahan Juli.
Tentara ke-11, dibantu dengan dua satuan tentara Rumania, berperang
masuk melalui Bessarabia menuju Odessa. Kelompok Panzer ke-1
berbalik dari Kiev untuk sementara waktu, maju masuk ke
lengkungan Dnieper. Ketika bergabung dengan unsur-unsur selatan
dari Gugus Pasukan Selatan di Uman, kelompok itu menangkap
100,000 tawanan perang Soviet di sebuah kantong yang besar.

Sementara Tentara Merah mengundurkan diri ke belakang Sungai


Dnieper dan Dvina, hierarkhi Soviet mengalihkan perhatiannya pada
upaya memindahkan sebanyak mungkin industri berat wilayah itu,
membongkar dan mengepaknya ke dalam kereta-kereta barang, jauh
dari garis front, membangunnya kembali di daerah-daerah yang jauh
di pedalaman di belakang Ural dan di Asia Tengah. Kebanyakan
warga sipil tidak dapat dievakuasi bersama-sama dengan
perlengkapan itu dan ditinggalkan dalam belas-kasihan pasukan-
pasukan yang menyerbu.

Dengan direbutnya Smolensk dan majunya Gugus Pasukan Tengah


dan Utara ke Sungai Luga, kedua gugus pasukan itu telah mencapai
tujuan besar pertama mereka: menyeberang dan mempertahankan
"jembatan darat" antara Dvina dan Dnieper. Jalur Ke Moskwa, yang
kini hanya 400 km jauhnya, kini terbuka lebar.

Jenderal-jenderal Jerman generals berdebat tentang gerakan maju


segera menuju Moskwa, namun Hitler membantahnya, sambil
menyebutkan pentingnya gandum Ukraina dan industri berat bila
berada di tangan Jerman, belum lagi berkumpulnya pasukan-pasukan
cadangan Soviet di wilayah Gomel antara barisan selatan Gugus
Pasukan Tengah dan Gugus Pasukan Selatan yang terjebak di selatan.
Perintah dikeluarkan kepada Kelompok Panzer ke-2 untuk berbelok
ke selatan dan maju menuju Kiev. Hal ini berlangsung sepanjang
bulan Agustus dan masuk ke bulan September, namun ketika
Kelompok Panzer ke-2 bergabung dengan Kelompok Panzer Pertama
di Lokhvitsa pada 5 September, 665.000 tawanan Soviet ditangkap
dan Kiev jatuh pada 19 September.

Moskwa dan Rostov: Musim Gugur 1941


Kini Hitler memutuskan untuk melanjutkan penyerbuan ke Moskwa,
mengganti nama Kelompok Panzer menjadi Pasukan Panzer dalam
penyerbuan ini. Untuk Operasi Taifun, yang direncanakan akan
dimulai pada 30 September, Tentara Panzer ke-2 segera dikirim
melintasi jalan-jalan beraspal dari Orel (direbut 7 Oktober) ke Sungai
Oka di Plavskoye, sementara Tentara Panzer ke-4 (yang dipindahkan
dari Gugus Pasukan Utara ke Tengah) dan Pasukan Panzer ke-3
mengepung pasukan-pasukan Soviet dalam dua kantong yang besar di
Vyazma dan Bryansk. Gugus Pasukan Utara memposisikan dirinya di
front Leningrad dan berusaha memotong jalur kereta api di Tikhvin
ke sebelah timur. Dengan demikian dimulailah Pengepungan
Leningrad selama 900 hari. Di sebelah utara lingkaran Arktik, suatu
pasukan Jerman-Finlandia diberangkatkan menuju Murmansk namun
tidak dapat maju lebih jauh daripada Sungai Litsa, dan di sana mereka
tinggal.

Gugus Pasukan Selatan mendorong ke bawah dari Sungai Dnieper ke


pantai Laut Azov, juga bergerak maju melalui Kharkov, Kursk dan
Stalino. Tentara ke-11 bergerak masuk ke Krimea dan menguasai
seluruh jazirah itu pada musim gugur (kecuali Sevastopol, yang
bertahan hingga 3 Juli 1942). Pada 21 November tentara-tentara
Jerman merebut Rostov, pintu gerbang masuk ke Kaukasus. Namun,
garis depan Jerman terlalu jauh masuk dan pasukan-pasukan
pertahanan Soviet menyerang balik ujung tombak Tentara Panzer ke-
1 dari utara, memaksa mereka menarik mundur dari kota dan dari
belakang Sungai Mius; penarikan mundur pertama Jerman signifikan
dalam perang ini.

Persis ketika Operasi Taifun berlangsung, cuaca Rusia menyerang.


Selama paruhan kedua Oktober hujan turun dengan deras, mengubah
jalan-jalan yang hanya sedikit di sana menjadi lumpur yang tidak
habis-habisnya yang memerangkap kendaraan-kendaraan Jerman,
kuda-kuda dan manusianya juga. Dengan jarak 160 km lagi yang
masih harus ditempuh ke Moskwa, keadaan yang lebih buruk masih
akan terjadi ketika temperatur anjlok dan salju mulai turun.
Kendaraan-kendaraan dapat bergerak lagi, tetapi manusianya tidak,
karena membeku tanpa pakaian musim dingin. Para pemimpin
Jerman yang mengharapkan perang akan selesai dalam beberapa
bulan saja, tidak melengkapi tentara mereka untuk pertempuran di
musim dingin.

Pada sebuah serangan terakhir pada 15 November pasukan-pasukan


Jerman mencoba mengepung Moskwa. Pada 27 November Pasukan
Panzer ke-4 telah tiba dalam jarak 30 km ke Kremlin ketika pasukan
itu mencapai pemberhentian trem terakhir dari jalur Moskwa di
Khimki, sementara Pasukan Panzer ke-2, meskipun berusaha keras,
tidak dapat merebut Tula, kota teakhir Rusia yang berdiri di jalan
menuju ibu kota. Pertentangan hebat menandai perbedaan pendapat
antara Hitler, yang memaksa bahwa penyerbuan ke Moskwa tidak
dapat dihentikan, dan jenderal-jenderalnya, yang pasukanp-
pasukannya sudah sama sekali kepayahan di dalam cuaca dingin yang
mematikan. Sementara Hitler mulai memecati komandan-komandan
yang menentangnya, pada saat itulah pasukan-pasukan Soviet untuk
pertama kalinya memukul balik.

Serangan balik Soviet: Musim Dingin 1941

Serangan balik Soviet di musim dingin , 5 Desember 1941 hingga 7 Mei 1942
Pada musim gugur, Zhukov memindahkan pasukan-pasukan Soviet
yang masih segar dan berperlengkapan cukup dari Siberia dan timur
jauh ke Moskwa (pasukan-pasukan ini telah ditempatkan di sana
untuk menantikan serangan Jepang, tetapi intelijen menunjukkan
bahwa pasukan-pasukan Jepang telah memutuskan untuk sebaliknya
menyerang Asia Tenggara dan Pasifik). Pada 5 Desember 1941,
pasukan-pasukan tambahan ini menyerang garis-garis Jerman di
sekitar Moskwa, yang didukung oleh tank-tank T-34 yang baru dan
peluncur roket Katyusha. Pasukan-pasukan Soviet yang baru telah
siap untuk perang musim dingin, dan mereka termasuk juga sejumlah
batalyon ski. Pasukan-pasukan Jerman yang kepayahan dan
kedinginan dikalahkan dan dipukul mundur hingga 100 dan 250 km
pada 7 Januari 1942.

Serangan lebih lanjut Soviet dilancarkan pada akhir Januari, dengan


memusatkan perhatian pada persimpangan antara Gugus Pasukan
Utara dan Tengah antara Danau Seliger dan Rzhev, dan menciptakan
sebuah celah antara dua kelompok pasukan Jerman. Bersamaan
dengan gerakan maju dari Kaluga ke barat daya Moskwa, hal ini
dimaksudkan bahwa kedua serangan itu bertemu di Smolensk, tetapi
pasukan-pasukan Jerman berkumpul dan berhasil memisahkan
keduanya, dan mempertahankan suatu keunggulan di Rzhev. Suatu
penerjunan pasukan payung Soviet di Dorogobuzh yang dikuasai oleh
Jerman khususnya gagal total, dan para pasukan paying yang berhasil
bertahan harus melarikan diri ke daerah-daerah yang dikuasai oleh
para partisan yang mulai membengkak di belakang garis Jerman. Di
utara, pasukan-pasukan Soviet mengepung sebuah pos pasukan
Jerman di Demyansk, yang bertahan dengan pasokan udara selama
empat bulan, dan menempatkan diri di depan Kholm, Velizh dan
Velikie Luki.

Di selatan Tentara Merah menyerang ke seberang Sungai Donets di


Izyum dan mendorong masuk 100-km. Tujuannya adalah menjepit
Gugus Pasukan Selatan ke Laut Azov, tetapi ketika musim dingin
mulai menyurut, pasukan-pasukan Jerman sanggup melakukan
serangan balasan dan memotong pasukan-pasukan Soviet yang terlalu
menyebar di Pertempuran Kharkov Kedua.
epang di Asia Tenggara
16 03 2010

by :Igor Dirgantara

Dibandingkan dengan bangsa-bangsa Barat (Belanda, Perancsi, Spayol, Portugis, dan


Amerika), Jepang belum terlalu lama menjalin hubungan dengan negara-negara di Asia
Tenggara yang merupakan kawasan di mana negara-negara inti ASEAN berada.
Sekalipun demikian, Jepang adalah satu-satunya negara yang pernah menjajah negara-
negara Asia Tenggara walaupun hanya bertahan kurang dari empat tahun. Oleh karena
itu, sekalipun dalam ingatan bangsa-bangsa Asia Tenggara Jepang adalah mantan
negara penjajah tetapi Jepang gagal menanamkan pengaruh budayanya di kawasan
Asia Tenggara.1

Sangat sulit melepaskan ingatan Jepang sebagai penjajah dalam pikiran orang-orang
Asia Tenggara hingga saat ini. Bahkan era penjajahan Jepang masih meninggalkan
sisanya dalam bentuk tuntutan wanita-wanita Asia Tenggara yang dijadikan sebagai
penghibur (jugun ianfu) di masa pendudukan Jepang. Disamping itu, orang-orang Asia
Tenggara yang sempat mengalami masa penjajahan Jepang nyaris tidak mungkin
melupakan penderitaan mereka saat berada dalam penjajahan Jepang yang dianggap
kejam dan brutal.

Politik Luar Negeri Jepang Terhadap ASEAN

Secara umum politik luar negeri Jepang terhadap Asia Tenggara dapat dilihat
berdasarkan pemikiran-pemikiran dasar Perdana Menteri Jepang. Pemikiran-pemikiran
dasar tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga doktrin utama,yaitu Doktrin
Yoshida, Doktrin Fukuda, dan Doktrin Miyazawa. Ketiga doktrin inilah yang
menentukan dan membentuk hubungan Jepang dan Asia Tenggara. Perbedaan
ketiganya mengalami perubahan sejalan dengan perubahan konteks regional dan
internasional yang melingkupi dinamika politik luar negeri Jepang. Politik luar negeri
Jepang paska PD II terhadap Asia pada umumnya dan Asia Tenggara khususnya lebih
banyak ditentukan oleh kepentingan ekonomi Jepang. Konstitusi Jepang pasal 9
melarang Jepang menjadikan perang sebagai politik luar negerinya.
Di Era Cold War Jepang mulai mengalirkan bantuan ekonomi ke Asia Tenggara.
Disamping upaya Jepang memberikan kompensasi bagi negara bekas jajahannya,
Jepang juga menyiapkan Asia Tenggara sebagai salah satu pasar bagi ekspor barang-
barang yang diproduksinya. Bantuan yang diberikan kepada negara-negara Asia
Tenggara dengan sendirinya disesuaikan dengan kebutuhan strategi ekspornya. Sebagai
misal, Jepang membantu pembangunan transportasi yang diarahkan untuk membantu
Asia Tenggara sekaligus memperlancar aliran masuk barang-barang eskpornya.

Sementara itu Indonesia sebagai negara kaya minyak sudah tentu menjadi incaran
utama Jepang yang membutuhkan energi dalam jumlah besar bagi industri-
industrinya.2 Meningkatnya kebutuhan Jepang akan energi, baik minyak maupun gas
alam, membuat hubungan Jepang dan Indonesia semakin kuat. Indonesia menjamin
kebutuhan energi Jepang dan otomatis mendapatkan lebih banyak bantuan luar negeri
di banding negara lain di Asia Tenggara.

Pasca Perang Vietnam, negara-negara ASEAN memutuskan untuk belajar lebih banyak
dari Jepang mengingat kemunduran Amerika dari Asia Tenggara membuat ASEAN
memerlukan pelindung yang baru, terutama dalam bidang ekonomi. Singapura adalah
negara yang paling berambisi untuk belajar banyak dari Jepang. Tidak kurang Perdana
Menteri Singapura Lee Kuan Yew pernah menyatakan kepada rakyat Singapura bahwa
Jepang adalah salah satu guru mereka. Dekade 80-an adalah dekade bulan madu dalam
hubungan Jepang-ASEAN.

Disamping menekankan aspek ekonomi, politik luar negeri Jepang terhadap negara
ASEAN juga menekankan pentingnya memelihara hubungan baik dengan rezim-rezim
yang sedang berkuasa sebagai jaminan bagi eskpor Jepang ke kawasan tersebut.
Jepang, misalnya, menghindarkan diri dari keterlibatan dengan urusan politik dalam
negeri negara-negara ASEAN. Tidak seperti Amerika Serikat yang dengan lantang
meneriakkan isu-isu pelanggaran HAM di ASEAN, Jepang memilih tutup mulut dan tidak
mengusik urusan dalam negeri dikawasan tersebut. Tentu saja sikap diam Jepang ini
membuat pemerintah-pemerintah di ASEAN lebih suka dengan orientasi politik luar
negeri Jepang, ketimbang AS.

Sepanjang dekade 80-an Jepang berhasil menampilkan citra yang lebih diterima
ASEAN dibanding waktu-waktu sebelumnya. Pertama, pada dekade ini Jepang
merupakan salah satu sumber investasi asing langsung (FDI) dan pengalihan teknologi
ke ASEAN. Kedua, Jepang memainkan peran penengah yang penting dalam proses
penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja. Ketiga, Jepang juga berperan dalam proses
perdamaian kubu Rannarridh dan Hun Sen tahun 1998. Keempat, Jepang banyak
membantu upaya rekontruksi negara-negara Indo China.
Berakhirnya Perang Dingin memicu pertumbuhan pemikiran baru tentang hubungan
Jepang-Asia. Paska perang Teluk I, para pejabat Jepang merasa terhina oleh kritik yang
dilancarkan Amerika Serikat bahwa Jepang seharusnya tidak sekedar membantu
Amerika dengan check book diplomacy. Jepang merasa bantuan yang berjumlah jutaan
dolar sama sekali kurang dihargai oleh pihak Amerika. Perubahan ini menyebabkan
popularitas aliansi militer Jepang-Amerika mengalami penurunan yang cukup serius.
Perubahan ini merupakan isyarat bahwa publik Jepang mulai mempertanyakan
manfaat dari aliansi militer tersebut persis setelah berakhirnya Perang Dingin.
Pertikaian perdagangan antara Jepang dan Amerika Serikat pada masa Clinton
memperkuat rasa tidak puas di kalangan pemerintahan Jepang.3 Perbedaan persepsi
antara Jepang dan Amerika Serikat ini diekspolitasi pemikir-pemikir di Jepang dengan
menyuarakan pandangan pro-Asia mereka. Gelombang pro-Asia dari kalangan
intelektual Jepang ini secara tidak langsung mendorong pemerintah Jepang untuk
mulai memperhatikan nasib dan masa depan Asia. Dukungan pemerintah Jepang
terhadap masa depan hubungan Jepang-Asia mulai terlihat lewat pernyataan Menteri
Luar Negeri Taro Nakayama dalam pertemuan ASEAN PMC di Kula Lumpur tahun
1991, bahwa isu-isu keamaan perlu dijadikan bahan pembicaraan dalam pertemuan
PMC. Pada tahun 1994 dalam pertemuan pertama ASEAN Regional Forum isu-isu
keamanan benar-benar menjadi bahasan penting oleh anggota ASEAN dan mitra
dialog.4

Walaupun kecenderungan untuk mendekati Asia mulai terlihat, Jepang tetap


menunjukkan rasa takut terhadap sekutu utamanya, Amerika, sehingga tetap menjaga
kehati-hatian dalam setiap langkah mendekati Asia. Jepang, misalnya, menolak usulan
Mahathir Muhammad tentang East Asia Economic Caucus yang karena meniadakan
Amerika di dalamnya. Jepang juga tetap berkeras agar APEC melibatkan Amerika
didalamnya, walaupun Australia, pemrakarsa APEC, berusaha untuk tidak melibatkan
Amerika.5

Sekalipun demikian, perjalanan menuju Asia bukan persoalan sederhana bagi Jepang.
Serangkaian peristiwa di Asia Timur mendorong Jepang untuk tidak tergesa-gesa
merangkul Asia karena realitas yang tidak sebagaimana diharapkan. Bulan Mei 1993
Pyongyang melakukan uji peluru kendali Balistik yang dapat menghancurkan kota-
kota utama di seluruh Jepang. Tahun 1996 Cina melakukan uji peluru kendali di Teluk
Taiwan kembali membali mengingatkan Jepang tentang kompleksitas Asia yang
sedemikian nyata.6 Oposisi Cina terhadap peningkatan pengaruh Jepang memuncak
saat Jepang mengusulkan pembentukan Asian Monetery Fund yang didalamnya
Jepang menyediakan dana sebesar 100 juta Dolar Amerika. Bukan Amerika yang
menentang pembentukan, Cina pun menolak usulan tersebut sebagai reaksi
ketidaksukaan Cina terhadap langkah Jepang meningkatkan pengaruhnya di Asia.7
Perkembangan ini membuat Jepang lebih berhati-hati dalam mendukung
perkembangan regional dan multilateral yang sedang dikembangkan ASEAN lewat
ARF maupun ASEAN + 3. Jepang dituntut untuk memperhatikan kepentingan Cina
yang tidak mungkin di abaikan sebagai kekuatan penyeimbang di Asia.

JEPANG ASEAN8

Hubungan ASEAN-Jepang secara informal dijalin sejak tahun 1973 dan meningkat
menjadi hubungan formal pada tahun 1977 dengan diselenggarakannya ASEAN-Japan
Forum pertama, yang merupakan pertemuan antar para pejabat tinggi ASEAN dan
Jepang. Hingga saat ini, kerja sama ASEAN-Jepang terfokus pada pengembangan
sumber daya manusia dan integrasi ASEAN.

Sejak dilembagakan pada 23 Maret 1977, kerja sama ASEAN-Jepang terus berkembang
dengan menggunakan beberapa forum antara lain :

1. ASEAN-Japan Forum yang merupakan pertemuan tingkat Pejabat Tinggi


2. Post Ministerial Conference (PMC)
3. ASEAN Economic Ministers-Ministry of International Trade and Industry (MITI)
4. KTT ASEAN-Jepang, dan
5. Pertemuan-pertemuan antar swasta

Penguatan kerja sama ASEAN-Jepang ditandai dengan pelaksanaan ASEAN-Japan


Commemorative Summit, 11-12 Desember 2003 di Tokyo dan ditandatanganinya Tokyo
Declaration for the Dynamic and Enduring ASEAN-Japan Partnership in the New Millennium
serta disahkannya ASEAN-Japan Plan of Action yang merupakan cetak biru kerja sama
ASEAN-Japan yang secara komprehensif mengidentifikasi bidang-bidang kerja sama
yang penting dan memberikan arah bagi kerja sama di masa mendatang.

Salah satu bidang kerjasama yang dikembangkan dalam kerjasama ASEAN-Jepan


adalah dalam bidang perdagangan, investasi dan turisme. ASEAN-Japan Promotion
Centre on Trade, Investment and Tourism yang didirikan pada tanggal 25 Mei 1981, saat
ini dirujuk sebagai ASEAN-Japan Centre (AJC). AJC sedang dalam proses reformasi
untuk memperluas fungsi dan aktivitasnya sesuaid arahan ASEAN-Japan
Commemorative Summit pada tahun 2003. berdasarkan rekomendasi Eminent Persons
Committee, perjanjian AJC kemudian mengalami proses amandemen dan disahkan oleh
Council Director AJC pada tanggal 20 November 2007. Ratifikasi amandemen AJC oleh
Indonesia masih dalam proses legalisasi internal.

Di bidang politik dan keamanan, Jepang juga telah mengaksesi Treaty of Amity and
Cooperation in Southeast Asia (TAC) yang ditandatangani pada tanggal 2 Juli 2004 di
Jakarta. ASEAN dan Jepang juga telah menandatangani Joint Declaration for Cooperation
on the Fight Against International Terrorism pada KTT ke-8 ASEAN-Jepang pada tanggal
30 November 2004 di Vientiane, Laos.
Di bidang maritime security,9 usulan Indonesia mengenai pembentukan ASEAN
Maritime Forum telah ditanggapi secara positif oleh Jepang. Sementara itu, terkait isu
counter-terrorism, Indonesia telah menjadi nara sumber dalam pertemuan pertama
ASEAN-Japan Counter Terrorism Dialogue pada tanggal 28-29 Juni 2006 di Tokyo,
Jepang.

Di bidang transnational crimes, Indonesia telah menyelenggarakan 3rd Seniuor Officials


Meeting on Transnational Crime (SOMTC) Plus Japan Consultation pada tanggal 9 Juni
2006 di Bali. Pada pertemuan tersebut disepakati untuk meningkatkan kerja sama
ASEAN dan Jepang dalam memberantas transnational crimes, terutama dalam upaya
capacity building, pelatihan, dan pertukaran informasi mengenai tindak kejahatan lintas
negara yang pernah terjadi atau berpotensi terjadi.

Pada bidang capacity building, Indonesia telah berpartisipasi pada Seminar People
Building Peace ; human Resources Development in Asia dan mendukung
diselenggarakannya pelatihan jangka pendek serta jangka panjang dibidang
peacekeeping, peacebuilding, dan conflict prevention bagi warga sipil. Untuk itu, telah
didirikan lembaga pendidikan Terakoya pada tahun 2007 di Jepang.

KTT ke-10 ASEAN-Jepang tahun 2007 mencatat komitmen Jepang untuk membantu
Program Narrowing Development Gap negara-negara ASEAN yang akan disampaikan
melalui skema ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP). Para
pemimpin ASEAN juga menghargai upaya Jepang mendukung terwujudnya ASEAN
Community pada tahun 2015 serta implementasi Vientiane Action Plan (VAP) dan
Initiative for ASEAN Integration (IAI). Dibidang kesehatan, Jepang juga akan
memberikan kontribusi sebesar US$ 67 juta untuk penanganan avian influenza dan
penyakit penular.

KTT Ke-10 tesebut juga menyepakati usulan Jepang membentuk Eminent Persons
Group (EPG). Tugas EPG adalah mengelaborasi Joint Statement ASEAN-Jepang
mengenai Deepening and Broadening of the Strategic Partnership yang ditandatangani pada
KTT ke-9 ASEAN-Jepang di Kuala Lumpur, Malaysia untuk diwujudkan kegiatan
nyata. Rekomendasi EPG direncanakan akan dilaporkan kepada para pemimpin kedua
belah pihak pada KTT ke-12 ASEAN-Jepang di Thailand.

Pada KTT ke-11 ASEAN-Jepang tanggal 21 November 2007 di Singapura telah


dikeluarkan Joint Statement on the Conclusion of the Negotiations for the ASEAN-Japan
Economic in services, Investment and economic cooperation. Negosiasi AJCEP Agreement
telah selesai dan ditandatanani pada awal tahun 2008. Sebagai bagian dari AJCEP,
Jepang dan ASEAN harus mulai melakukan negosiasi untuk bidang jasa dan investasi
satu tahun setelah AJCEP Entry into force.10
Dalam kerangka kerjasama East Asia Summit (EAS) ASEAN-Jepang juga melihat
pentingnya people-to-people exchange. Pada KTT ke-10 ASEAN-Jepang, Jepang
berkomitmen untuk melaksanakan program mengundang 6000 pemuda dari negara-
negara EAS per tahun selama lima tahun untuk berkunjung ke Jepang melalui program
Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENESYS) yang telah
dimulai pada bulan November 2007.

Pada KTT ASEAN-Jepang ke -11 di Singapura tahun 2007 Jepang telah mengusulkan
pembentukan ASEAN-Japan Dialogue on Environmental Cooperation yang pertemuan
pertamanya telah diselenggarakan pada bulan Maret 2008 di Ha Noi, Vietnam back-to-
back dengan 1st Officials Meeting for EAS Environment Minister Meeting.

Dalam pertemuan ASEAN PMC Session With Japan ke-41 pada tanggal 23 Juli 2008 di
Singapura, ditekankan peningkatan kerjasama dalam pemajuan energy efficiency, energi
terbarukan, serta ketahanan pangan. Jepang juga menyampaikan komitmennya untuk
menyediakan stockpiling 500ribu anti viral di setiap negara ASEAN dalam membantu
penanganan penyakit menular khususnya Avian Influenza. Disamping itu pada
kesempatan tersebut, Jepang juga menekankan isu-isu natural disaster, lingkungan dan
perubahan iklim sebagai beberapa sektor yang akan diperkuat kerjasamanya.

Jepang berkomitmen dalam mendukung terbentuknya komunitas ASEAN 2015 dengan


ASEAN sebagai driving force. ASEAN juga menyambut baik doktrin Fukuda di mana
PM Yasuo Fukuda menyebutkan ASEAN is a partner that shares the vision of Japan,
khususnya dalam konteks evolving regional architecture.11

Pada mulanya, kerjasama ASEAN-Jepan dibiayai melalui berbagai Trust Funds


ASEAN-Jepang yaitu Japan ASEAN General Exchange Fund (JAGEF), Japan ASEAN
Exchange Project (JAEP) Fund, dan Japan ASEAN Integration Fund (JAIF). Dalam rangka
intensifikasi kerjasama ASEAN-Jepang, disepakati untuk mengkonsolidasi semua trust
funds tersebut menjadi Japan ASEAN Integration Fund (JAIF). Posisi terakhir dana JAIF
terhitung 20 Agustus 2008 adalah US$ 32,323,494,95.

Menyikapi krisis finansial global dewasa ini, para pemimpin negara-negara ASEAN
Plus Three telah bertemu pada tanggal 24 Oktober 2008 di Beijing, China dan
menghasilkan kesepakatan untuk memperkuat kerjasama di bidang finansial dan
mendukung percepatan multilateralisasi Chiang Mai Initiative guna meningkatkan
ketahanan ekonomi reguonal. Pada tanggal 27-28 November 2008, para pejabat senior
institusi keuangan dan perbankan ASEAN Plus Three telah bertemu di Hakone, Jepang,
untuk menindaklanjuti kesepakatan Beijing yang hasilnya akan dilaporkan pada KTT
ke-12 ASEAN Plus Three di Thailand.KTT ke-12 ASEAN Plus Three yang
diselenggarakan pada kwartal awal tahun 2009 akan fokus membahas kerjasama untuk
mengatasi krisis finansial global dan kerjasama dalam bidang ketahanan energi dan
pangan.
KTT ke-2 EAS telah dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2007 di Cebu dan membahas
energy security sebagai fokus utama yag menghasilkan Cebu Declaration on East Asian
Energy Security yang ditandatangani oleh para Kepala Negara EAS. KTT Ke-2 EAS juga
menyambut baik berbagai proposal kerjasama di bidang energy security, termasuk
inisiatif empat pilar Jepang Fueling Asia- Japans Cooperation Initiative for Clean
Energy and Sustainable Growth, dan kesediaan Jepang untuk memberikan bantuan
dana energy-related ODA sebesar US$ 2 Milyar untuk tiga tahun ke depan. Para
pemimpin juga sepakat untuk membentuk suatu EAS Energy Cooperation Task Force,
berdasarkan mekanisme sektoral di bidang energi yang telah ada di ASEAN untuk
menindaklanjuti kesepakatan yang telah diambil para pemimpin EAS mengenai energy
security dan melaporkan rekomendasinya pada KTT ke-3 EAS.12

Pada KTT ke-3 EAS pada tanggal 21 November 2007 di Singapura, para pemimpin
secara khusus membicarakan masalah energy, environtment, climate change and sustainable
development, dan telah menandatangani Singapore Declaration on Climate Change, Energy,
and the Environment yang menugaskan para menteri terkaitnya untuk melakukan tindak
lanjut atas diskusi tersebut.

Kerjasama EAS dalam bidang energi cukup maju dengan pembentukan EAS Energy
Cooperation (EAS ECTF) pada tanggal 1 Maret 2007 di Singapura, yang juga
menyepakati Kerangka Acuan (TOR) EAS ECF. Pada pertemuan pertama ECTF
tersebut, Jepang dipilih untuk mengkoordinasikan kerjasma di bidang efisiensi dan
konservasi energi, Singapura menyangkut integrasi pasar energi, dan Filipina berkaitan
dengan penggunaan bio-fuel untuk transportasi dan tujuan lainya.13

Pertemuan Kedua EAS Energy Cooperation Task Force yang berlangsung pada tanggal 26
Maret 2007 di Auckland, Selandia Baru, telah mengesahkan kerangka acuan (TOR) dari
EAS Energy Cooperation Task Force. TOR dimaksud menjadi dokumen rujukan bagi
operasionalisasi EAS Energy Cooperation Task Force.

Environment Ministerial Meeting (EMM) dilangsungkan pada tanggal 9-10 September


2008 di HA Noi, Viet Nam. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk
mengokuskan kerjasama di masa depan pada bidang-bidang climate change,
particularly on emissions from agriculture, research on agriculture, particularly
emissions from rice paddy fields, coastal and marine environment, urban
environmental management and education for sustainable development, monitoring
network on climate change, network for early warning system in terms of disaster risk
management, waste management, environmentally sustainable cities.

Sebagai tindak lanjut KTT ke-3 EAS, para pemimpin telah menyepakati gagasan Jepang
untuk pembentukan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA)
yang berlokasi di Sekretariat ASEAN, Jakarta. Pada tanggal 18 September 2008, telah
diresmikan ERIA Annex Office dengan proyek awal Developing a Roadmap toward East
Asian Economic Integration, dan Energy Security in East Asia. Pelaksanaan oleh para ahli
ERIA berada di bawah payung kerjasma EAS dan memiliki fokus pada kajian-kajian
strategis guna mendorong integrasi regional dan memperkuat kemitraan di Asia
Timur.14

Comprehensive Economic Partnership in East Asia (CEPEA) yang digagas oleh Jepang
bertujuan untuk menjajaki kemungkinan kerangka kerja sama bagi integrasi ekonomi di
Asia Timur, me-review status integrasi ekonomi di antara negara anggota EAS dan
melakukan analisa terhadap dampak ekonomi CEPEA terhadap negara-negara EAS.
Kelompok pengkaji telah melaksanakan empat kali pertemuan dan sedang dalam
proses penyelesaian laporan akhir rekomendasinya guna diserahkan melalui para
Menteri Ekonomi pada KTT ke-4 EAS.15

Melalui inisiatif Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENEYS),
Jepang telah menyumbang US$ 195.572.072 untuk Japan-ASEAN Integration Fund
(JAIF) guna mendanai program JENEYS dari Agustus 2007-Juli 2012 dan melibatkan
sebanyak 6000 pemuda atau pelajar dari seluruh negara Asia Timur. Tujuan program
adalah untuk memberi landasan yang kuat bagi terciptanya hubungan kerjasama yang
erat diantara para remaja yang merupakan generasi penerus yang akan berperan
penting di negara-negara Asia Timur apda masa yang akan datang. Di Indonesia,
program ini diselenggarakan dibawah koordinasi Japan Foundation, AFS dan Japan
International Cooperation Center (JICE).

Tantangan Keamanan Jepang

Perubahan sistem internasional dan meningkatnya potensi ancaman Pasca Perang


Dingin menyebabkan Jepang merasa perlu mengantisipasi dengan mengubah kebijakan
pertahanan. Perubahanj kebijakan pertahanan Jepang tertera dalam NDPO (National
Defence Program Outline) 199616 sebagai dasar kebijakan pertahanan Jepang pasca
Perang Dingin. NDPO 1996 memasukan peran pertahanan Jepang di kawasan selepas
Perang Dingin yang mengendapkan rencana kerjasama Jepang-AS untuk menghadapi
ancaman seperti bila terjadi agresi militer, baik terhadap Jepang atau wilayah lain di
luar Jepang yang dapat menggangu stabilitas kawasan. Hal ini menunjukan adanya
perubahan kebijakan pertahanan Jepang pada NDPO 1996 dari NDPO 1976 hanya
berfokus pada kerjasama Jepang-AS dalam menghadapi serangan terhadap Jepang
semata. Dalam upaya menghadapi perubahan situasi keamanan di kawasan, Jepang
pun memperluas kerjasama pertahanan dengan AS pada 17 April 1996 melalui
Jepang-US Joint Declaration on Security, Aliance For The 21st Century.17

Pada tahun 2006 dibentuk Defense Posture Review Board di dalam Japan Defense
Agency (JDA),18 yang melakukan rangkaian diskusi untuk mengulas kapabilitas
pertahanan Jepang. Jepang pun mempelajari dengan seksama potensi ancaman di
kawasan. Pada Defense White Paper Jepang tahun 2001 dilaporkan adanya peningkatan
pesat dari kesiapan militer Cina dalam kualitas dan kuantitas kekuatan angkatan laut
dan udara. Inilah titik dimana Jepang menitik perhatian resmi terhadap upaya
pengembangan militer Cina. Pada Desember 2003, PM. Junichiro Koizumi
memerintahkan JDA untuk mulai merevisi NDPO 1996 dengan melihat peningkatan
potensi ancaman yang ada.

Pada Desember 2004 Kabinet Jepang meluluskan National Defense Program


Guidelines (NDPG) sebagai kebijakan baru pertahanan Jepang yang mulai diterapkan
pada tahun 2005. Perhatian mengenai peningkatan potensi ancaman di kawasan
tercantum dalam NDPG 2005. NDPG 2005 meletakan Teori Ancaman Militer Cina
kedalam dokumen resmi kebijakank pemerintah yang belum tercantum dalam NDPO
Jepang sebelumnya. Rencana pertahanan Jepang 2005-2006 untuk pertama kalinya
menyebut Cina sebagai ancaman.19

Sebagai tambahan, ketidakjelasan dan ketidakpastian tetap ada pada situasi di


Semenanjung Korea dan isu Taiwan. Disebutkan bahwa Korea Utara mengembangkan,
menempatkan dan memproliferasi senjata pemusnah massal dan rudal balistik.20
Kegiatan militer Korea Utara seperti itu menjadi faktor ketidakstabilan utama terhadap
keamanan kawasan. Cina yang memiliki pengaruh kuat atas keamanan kawasan telah
memodernisasi kemampuan nuklir dan rudalnya seperti pasukan laut dan udara dan
memperluas wilayah operasi di laut. Jepang menyatakan sikapnya untuk tertap
waspada terhadap arah perkembangan militer Cina ini dimasa depan. Perlu
diperhatikan pada pernyataan dalam NDPG 2005 ini adalah bahwa Jepang menyebut
dengan jelas ancaman serius yang ditimbulkan Korea Utara dan terhadap
perkembangan militer Cina.

Terlihat bahwa Jepang saat ini menghadapi ancaman baru dan berbagai situasi sebagai
masalah keamanan di kawasan. Selain itu, Jepang juga memiliki kerawanan dalam
negeri seperti daratan yang sempit, garis pantai panjang dengan sejumlah pulau kecil,
kepadatan penduduk tinggi dan di mana secara geografis dan geologi Jepang juga
rawan terhadap bencana alam (disaster relief) dan bahwa keamanan komunikasi garis
pantai sangat penting untuk kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi Jepang.

Penyesuaian besar dalam NDPG 2005 selanjutnya adalah dalam hal penentuan tujuan
dari kebijakan keamanan Jepang yang memiliki dua tujuan. Tujuan pertama adalah
untuk mencegah ancaman apapun dari secara langsung mencapai Jepang dan jika hal
itu terjadi, untuk mengusir ancaman sekaligus meminimalisir kerusakan. Tujuan kedua
adalah untuk mengurangi kesempatan munculnya ancaman apapun di berbagai bagian
dunia sebagai upaya untuk mencegah mencapai Jepang.21 Tujuan pertama upaya yang
diraih Jepang adalah melalui peningkatan kemampuan pertahanan dan peningkatan
kerjasama pertahanan dengan AS. Tujuan kedua dilakukan melalui peran serta aktif
Jepang sendiri dalam kerjasama dengan komunitas internasional. Tujuan pertama
merupakan satu bentuk strategi kemanan nasional, sementara tujuan kedua merupakan
bentuk dari strategi keamanan internasional.

Penyesuaian yang paling penting terlihat dari kekuatan militer Jepang dalam NDPG
2005 adalah penambahan baru sistem kekuatan pertahanan rudal balistik.22 Ini adalah
bagian baru dari kekuatan pertahanan Jepang yang belum ada dalam NDPO 1996.
Sistem pertahanan rudal balistik ini merupakan sistem pertahanan untuk menangkal
setiap serangan nuklir dan rudal yang diarahkan ke Jepang. Sistem pertahanan rudal
balistik ini sendiri dapat dikatakan memiliki kekuatan yang cukup besar, terdiri dari
perlengkapan utama penghancur sebanyak 4 buah dan unit utama yang terdiri dari
unit pesawat pemberi peringatan dan kontrol sebanyak 7 kelompok dan 4 squardon,
serta unit rudal darat ke udara sebanyak 3 kelompok. Dari hal ini terlihat bahwa Jepang
memang sangat berupaya mempersiapkan diri melawan potensi ancaman yang
muncul, termasuk senjata pemusnah massal berupa nuklir dan rudal.

Sudah jelas bahwa sejak uji coba peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara pada tahun
1993, 1998 dan 2003 Jepang merasakana ancaman yang nyata atas serangan rudal
ataupun nuklir karena jangkauan rudal balistik Korea Utara tersebut dapat mencapai
dan bahkan melampaui wilayah Jepang. Bahkan beberapa waktu lalu, Korea Utara juga
baru melaksanakan uji coba senjata nuklirnya dan secara sepihak memutuskan
perjanjian kerjasamanya dengan Korea Selatan.23 Bukan hanya Korea Utara, Cina pun
turut mengembangkan rudal balistik yang dimilikinya. Dari ancaman tersebut terlihat
bahwa langkah yang paling tepat dilakukan Jepang adalah untuk mengembangkan
sistem pertahanan rudal balistik dengan AS agar tidak menyimpang dari Konstitusi
Jepang serta meneguhkan prinsip non nuklir, sekali lagi ditegaskan bahwa
pengembangan rudal balistik tersebut dilakukan untuk tujuan deterence sebagaimana
telah dicantumkan dalam NDPO 1996. Jadi jelas terlihat bahwa sistem pertahanan rudal
balistik merupakan suatu sistem yang dimanfaatkan Jepang untuk mengatasi potensi
ancaman militer yang datang dari kawasan.24

Cina Sebagai Sumber Ancaman Jepang

Persamaan Cina dan Jepang adalah sama-sama mempunyai national images sebagai
negara dengan beradaban yang besar. Cina sangat mengagungkan masa lalunya
sebagai salah satu negara besr yang memiliki kebudayaan dan peradaban tertua di
dunia. Dimulai pada masa pemerintahan Dinasti Tang pengaruh kekuasaan Cina
meluas ke seluruh wilayah Asia Timur dan melahirkan apa yang kemudian disebut Pax
Sinica atau The Asia Middle Kingdom. Seperti juga Cina, Jepang merupakan negara yang
memiliki tradisi yang kuat untuk mempertahankan kejayaan masa lalunya. Jepang
sendiri masih membanggakan kejayaan masa lalunya dan pengaruh kekuatannya yang
besar pada masa Perang Dunia II sebagai The Greater East Asian War atau menyebut
dirinya sebagai saudara tua (old brother) bagi negara-negara di Asia Tenggara. Hubungan
bilateral Cina-Jepang yang memburuk tidak dapat dilepaskan dari pengaruh images
yang diberikan masing-masing negara terhadap pihak lawannya. Cina menganggap
Jepang sebagai negara sombong yang tidak pernah mau mengakui kesalahan yang
diperbuatanya di masa lalu. Dengan fakta tersebut Cina menilai Jepang cenderung
bertindak sepihak demi kepentingan nasionalnya tanpa mempertimbangkan
kepentingan negara lain. Sedangkan Jepang menganggap Cina sebagai negara yang
ingin melakukan intervensi dalam kebijakan politik dalam negarinya. Kenyataan
bahwa Cina adalah negara komunis memperkuat keyakinan mereka bahwa Cina
adalah ancaman bagi kepentingan nasionalnya di masa depan.25

Cina dan Jepang mempunyai kepentingan nasional yang berbenturan (berbeda). Pemerintah
masing-masing negara mempunyai agenda yang berbeda dalam mempertahankan
kepentingan negaranya dalam beberapa masalah seperti nampak pada masalah
sengketa teritorial di Kepulauan Diaoyu. Sejak berakhirnya PD II, kedua negara terlibat
sengketa perbatasan di kepulauan Diaoyo (versi Cina) atau Senkaku (versi Jepang)
wilayah laut Cina Selatan. Kepulauan ini semula merupakan bagian dari wilayah Cina.
Namun akibat kekalahan Cina dalam perang terhadap Jepang di tahun 1895,
kepemilikan kepulauan ini kemudian beralih kepada Jepang. Cina tidak pernah
mengakui kepemilikan Jepang atas Kepulauan tersebut.26 Kepulauan ini dinilai
memiliki potensi minyak dan gas cukup besar, diperkirakan hingga sekitar 100 juta
barrel minyak. Kedua negara saling mengklaim sumber energi tersebut seagai miliknya
berdasarkan konvensi hukum laut PBB yang menyatakan negara pantai mempunyai
hak ZEE sejauh 370 km atau 230 mil dari pantai mereka. Perebutan pulau ini menjadi
sangat penting karena kedua negara tersebut merupakan pengimpor energi terbesar di
dunia. Cina dan Jepang adalah negara kedua dan ketiga pengkonsumsi energi minyak
terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Cina sangat membutuhkan energi dalam
jumlah besar untuk melaksanakan pembangunan ekonominya. Begitu pula Jepang,
yang saat ini tengah berupaya mengurangi ketergantungan energinya dari Timur
Tengah.27

Selain masalah klaim tumpang tindih atas kepulauan Diaoyo, intervensi Jepang dan AS
dalam masalah keamanan di Semenanjung Taiwan juga menjadi sumber potensi konflik
antara Jepang dengan Cina. Dalam pertemuan Komite Konsultasi Keamanan AS-Jepang
bulan Februari 2005, kedua negara tersebut menyatakan secara tegas masalah Taiwan
adalah isu keamanan bersama di Asia Timur yang menjadi tanggung jawab mereka
pula (common Strategic Objectives) sehingga merka berhak untuk terlibat mencari
solusi damai untuk masalah ini. Ketegangan yang terjadi antara Cina dengan Taiwan
diyakini akan mengganggu stabilitas keamanan Asia Timur, lebih dari pada itu
dikhawatirkan juga dapat mengganggu stabilitas perekonomian Asia.28 Jepang dan AS
merasa berkepentingan untuk melakukan berbagai langkah persiapan menghadapi hal
ini, termasuk dengan cara meningkatkan kerjasama keamanan kedua negara karena
efek dari konflik Taiwan tersebut pasti akan mengganggu perekonomian Jepang.
Pemerintah Jepang telah memperluas kerjasama militernya dengan AS, dengan
memasukan isu Selat Taiwan. Serangan militer kepada Taiwan akan dianggap sebagai
ancaman perdamaian dan keamanan kawasan, sehingga AS dan Jepang akan
bergabung membela Taiwan dari setiap serangan Cina agar tercipta keseimbangan
kekuatan di Asia Timur. Bagi Jepang keterlibatannya mendukung Taiwan merupakan
strategi keamanan untuk melindungi wilayah yang selama ini berperan sebagai buffer
zone bagi agresifitas militer Cina.29 Sekaligus sebagai sarana memperkuat ikatan
kerjasama militernya dengan AS.

Perbedaan lainnya antara Jepang dan Cina juga terlihat dari upaya Cina yang berusaha
menahan eksistensi Jepang agar tidak meluas secara internasional. Salah satu caranya
adalah dengan menghalangi upaya Jepang menjadi anggota DK PBB. Jepang dan Cina
merupakan dua negara yang berpengaruh dan bersaing di Asia Timur. Meski memiliki
kerjasama ekonom yang paling menguntungkan, kedua negara yang bertentangan ini
mempunyai hubungan politik yang kurang harmonis. Sindrome economically warm but
politically cold ini terjadi karena keduanya bersaing untuk menjadi negara dominan di
Asia. Cina yang menganggap negaranya sebagai continental power di Asia berhadapan
dengan Jepang yang mengklaim negaranya sebagai Island Power. Jepang ingin
mempertahankan posisinya sebagai pemilik kekuasaan dominan di Asia, sementara
Cina dengan kekuatan ekonominya saat ini mempertahankan posisinya sebagai satu-
satunya negara Asia yang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB.30 Cina dengan tegas
menyatakan akan menghalangi Jepang duduk di DK PBB. Selain berjanji untuk
menggunakan kekuatan vetonya, Cina juga berupaya menggalang sentimen anti Jepang
secara internasional, terutama di kalangan negara-negara Asia, dengan terus
membuktikan bahwa Jepang tidak mau mengakui sejarah kekejaman imperialismenya
di masa PD II. Perbedaan lainnya juga terlihat dari kenyataan bahwa Cina adalah
sekutu terdekat Korea Utara yang sampai sekarang tetap melakukan upaya
pembangunan dan uji coba nuklir sebagai faktor pemicu lainnya perselisihan Cina dan
Jepang.

Pemerintah PM Koizumi melakukan perubahan kebijakan pertahanan dan politik luar


negerinya terhadap Cina sebagai mana yang dinyatakan secara terbuka oleh Menteri
Luar Negri Jepang, Taro Aso, di akhir bulan Desember 2005, Cina merupakan ancaman
bagi Jepang. Cina merupakan negara tetangga yang memiliki penduduk lebih dari satu
milyar jiwa, memiliki senjata nuklir, serta belanja militernya yang meningkat diatas 10
persen setiap tahun dalam 17 tahun terakhir dan tidak pernah bersikap terbuka mengenai
anggaran militernya. Alasan tersebut bagi pemerintah Jepang merupakan bukti bahwa
Cina merupakan sebuah ancaman nyata. Menganggap Cina sebagai musuh dari pada
regional patner akan sangat membahayakan hubungan bilateral kedua negara, dan
sekaligus stabilitas keamanan di asia pasifik31

Pasukan beladiri Jepang (ground self-defence force`s) telah memiliki strategi militer
menghadapi Cina berdasarkan hipotesa serangan Cina terhadap Jepang. Garis besar
kemungkinan serangan Cina itu adalah bagian dari rahasia strategi pertahanan Jepang.
Para perencana pertahanan Jepang membuat berbagai perkiraan arah datangnya
serangan Cina. Skenario satu, Cina akan menyerang Jepang dengan alasan untuk
mengamankan sumber energi di pulau Diaoyo Cina akan mengerahkan militernya
untuk mengamankan pulau tersebut. Hal ini akan menimbulkan konflik militer lokal
karena tindakan Cina tersebut akan dibalas Jepang dengan mengirimkan tentaranya
dan merebut kembali pulau Diaoyo. Skenario dua, Cina akan menyerang Jepang dengan
alasan terkait masalah Taiwan. Setelah Taiwan menyatakan merdeka Cina akan
melakukan invasi miter untuk mengembalikan Taiwan kedalam wilayahnya, Cina
kemudian akan menyerang Jepang untuk mengusir dan menguasai pangkalan militer
AS di Okinawa, agar kekuatan AS lumpuh dan tidak melakukan intervensi ke Taiwan.
Jepang akan mengirimkan pasukan militer demi mengamankan Jepang dan pangkalan
militer AS di Okinawa. Skenario ketiga, Jepang meyakini Cina dapat mengambil
tindakan militer untuk menjaga kepentingannya dilaut Cina Timur. Untuk itu
pemerintah Jepang dalam laporan rahasia mengenai strategi pertahanannya, telah
mempersiapkan skenario pertahanan dari serangan Cina, yang bisa dipicu oleh isu
Taiwan ataupun sumber daya energi.

Konfrontasi Cina-Taiwan diperkirakan dapat menjadi faktor ketidakstabilan di Asia


Pasifik. Cina perntah menyatakan bahwa ada lima kondisi yang dapat memancing Cina
untuk menyerang Taiwan, yaitu : (1) entente Rusia-Taiwan; (2) kapabilitas nuklir
Taiwan; (3) munculnya kekacauan yang extrem di Taiwan; (4) deklarasi kemerdekaan
Taiwan ; dan (5) penolakan pembicaraan unifikasi.32

Sementara itu, sejalan dengan perkembangan di bidang ekonomi, perkiraan mengenai


perhitungan akan keperluan bahan energi cepat atau lambat akan mengakibatkan
ketegangan-ketegangan milier antar negara-negara yang menuntut kedaulatan atas
wilayah laut yang mengandung kekayaan mineral strategis, misalnya Laut Cina
Selatan, Selat Ambalat dan Kepulauan Natuna. Energi dipandang sebagai salah satu
faktor pendukung pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu perkiraan tentang
kemungkinan terjadinya perebutan dan tuntutan wilayah yang kaya akan bahan-bahan
energi didasar laut maupun di lepas pantai akan masuk dalam perhitungan-
perhitungan strategis negara-negara besar di kawasan. Lebih dari itu, banyak yang
percaya bahwa kekuatan industri dan teknologi Jepang, dalam keadaan tertentu, dapat
diubah untuk keperluan militer. Jepang adalah negara yang sangat tergantung dalam segi
sumber daya alam, rute internasional, dan pasokan energi.33 Dikabarkan Jepang
memiliki cadangan plutonium yang cukup besar, dimana cadangan plutonium ini bisa
dikembangkan menjadi arsenal nuklir. Bisa dikatakan bahwa salah satu tantangan
keamanan yang harus dihadapi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada masa
yang akan datang adalah peran Militer Cina dan Jepang. Dengan kata lain, kawasan
Asia Pasifik akan menyaksikan perang strategis antara Cina dan Jepang yang lebih
besar dibandingkan dengan AS atau Rusia

Kunjungan Dephankam RI ke National Defence Academy di Jepang34


Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) mutlak menggandeng Jepang
dan China sebagai mitra keamanan yang sejajar dalam memelihara keamanan regional
sekaligus menjadi kontributor bagi keamanan di Asia, dan tidak boleh berkiblat pada
satu kekuatan yang dominan di benua ini.

Pembicaraan keamanan tersebut merupakan pertemuan informal pertama kalinya


digelar Jepang dengan ASEAN sejak Negeri Sakura itu resmi memiliki departemen
pertahanannya sendiri. Ada pandangan kuat dari kalangan Militer di Indonesia bahwa
ASEAN tidak boleh menjadikan salah satu negara, Jepang atau China saja sebagai
motor keamanan di kawasan, tetapi harus bisa menggandeng kedua-duanya dalam
memberikan kontribusi bagi stabilitas kawasan. Hal semacam ini, misalnya
diungkapkan oleh Sekjen Departemen Pertahanan (Dephan) Letjen TNI Sjafrie
Sjamsoeddin.

Trend keamanan saat ini sudah berubah sesuai dengan perubahan global yang
berlangsung dengan cepat, sehingga mutlak memerlukan kerjasama sejajar mengingat
masalah keamanan tidak lagi dalam bentuk perang fisik semata, tetapi sudah
mencakup persoalan keamanan yang lainnya. Berbagai isu keamanan regional kini jauh
lebih rumit dan lebih luas. Selama ini agenda isu keamanan kawasan didominasi
berbagai isu keamanan konvensional, namun kini juga semakin disibukkan dengan
persoalan keamanan non-tradisional.

Isu keamanan konvensional di antaranya konflik teritorial ataupun perlombaan senjata


seperti yang kini tengah berlangsung di Laut Cina Selatan dan semenanjung Korea.
Sedangkan keamanan non tradisional berupa ancaman-ancaman terhadap stabilitas
sebuah negara yang dilakukan oleh aktor non-negara. Ancaman oleh aktor non-negara
ini dapat berkarakteristik kekerasan dan non-kekerasan. Ancaman kekerasan dilakukan
sindikat Narkotika internasional, kelompok pemberontakan atau teroris. Sedangkan
non-kekerasan berupa penyelundupan manusia atau juga ephoria demokratisasi yang
berlebihan.

Sementara itu, menurut Atase Pertahanan KBRI Tokyo Kolonel Art. Neno Hamriono,
pembicaraan keamanan itu mutlak diperlukan guna membangun saling pengertian dan
kerjasama yang kuat di tengah tantangan globalisasi seperti sekarang. Apalagi ketika
tingkat ketergantungan dan saling mempengaruhi antar negara juga semakin tinggi.
Jepang sendiri sangat serius dengan persoalan keamanan di Selat Malaka, mengingat
jalur pasokan energinya (sebesar 60 persen) bergantung pada selat tersebut.

Berbagai masalah kerjasama akan dibahas mulai dari upaya mengatasi perompakan di
laut, terorisme serta kerjasama dalam penanggulangan bencana alam. Sejak memiliki
departemen yang permanen, Jepang ingin membangun hubungan yang lebih intens
setingkat menteri pertahanan dengan ASEAN. Pembicaraan keamanan itu rencananya
akan digelar secara rutin setiap tahun.
Presiden Akademi Pertahanan Nasional Jepang atau President National Defence
Academy (NDA) Jepang Makoto Iokibe memuji kemampuan akademis para taruna dan
perwira Indonesia selama mengikuti pendidikan di lembaga militer Negeri Sakura itu,
yang menurutnya cukup rajin dan aktif memberikan masukan dalam berbagai diskusi
yang diselenggarakan. Hal itu disampaikan Mokoto Iokibe kepada Sekjen Departemen
Pertahanan (Dephan) Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin saat berkunjung ke markas besar
NDA di kawasan Yokosuka, Provinsi Kanagawa. Sebanyak 10 taruna dan tiga perwira
militer Indonesia mengikuti pendidikan militer yang mendidik calon-calon pemimpin
militer Jepang tersebut. Kerja sama pengiriman taruna dan perwira TNI ke NDA sudah
dilakukan sejak 1998. Sementara itu, Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan terima
kasihnya, karena telah memberikan perhatian yang besar kepada taruna Indonesia serta
memuji kurikulum NDA yang banyak mengkombinasikan kemajuan teknologi dan
kemampuan militer yang berwawasan Internasional. Menurut mantan Pangdam Jaya
tersebut, hal ini merupakan modal dasar bagi para calon perwira dan perwira militer
Indonesia untuk lebih siap dalam menghadapi tantangan abad ke-21 dengan
mempelajari tren dan perkembangan keamanan regional dan internasional.

Sjafrie Sjamsoeddin yang didampingi Atase Pertahanan KBRI Tokyo Kolonel (Art.)
Neno Hamriono juga terlibat pembicaraan mengenai kurikulum pendidikan dan
peranan NDA dalam struktur kelembagaan pertahanan Jepang. Sjafrie Sjamsoeddin
berada di Jepang untuk menghadiri Pembahasan Keamanan ASEAN Jepang atau
ASEAN Japan Security talks yang membahas isu keamanan Jepang dan ASEAN.
Pertemuan tersebut merupakan pertemuan informal pertama kali sejak Jepang resmi
memiliki departemen pertahanannya sendiri.

Menurut Neno Hamriono, pembicaraan keamanan mutlak diperlukan guna


membangun saling pengertian dan kerjasama yang kuat di tengah tantangan globalisasi
seperti sekarang. Apalagi ketika tingkat ketergantungan dan saling mempengaruhi
antar negara semakin tinggi. Pertemuan diikuti dengan seminar yang membahas isu-
isu regional dan global mulai dari terorisme, perompakan di laut, hingga kerjasama
penanggulangan bencana alam.

Jepang Pandang Indonesia Lebih Positif Daripada China35

Jika warga Jepang diminta menilai hubungan bilateralnya dengan Indonesia dan China,
maka sebagian besar akan menjatuhkan pilihannya kepada Indonesia, ketimbang
memilih Negeri Tirai Bambu itu.

Demikian pandangan yang disampaikan pakar hubungan internasional Jepang Profesor


Takashi Shiraishi di Tokyo, mengenai hubungan Jepang dan kedua negara tersebut,
terutama yang berkaitan dengan survei yang digelar bersama oleh media Jepang dan
China. Fondasi yang mendasari hubungan bilateral Indonesia Jepang lebih kokoh
ketimbang dengan China. Meski belakangan persepsi mengenai China di Jepang juga
semakin positif.

Dalam pandangan rakyat Jepang, Indonesia masih merupakan negara sahabat,


sedangkan dengan China masih tersimpan sejumlah sentimen yang cukup mendalam,
khususnya yang menyangkut kekejaman bala tentara Dai Nippon dalam era
kolonialisasi Jepang dahulu. Begitu juga dengan sentimen anti Jepang yang ada di
benak warga Korea, saat penaklukan Semenanjung Korea oleh Jepang. Di sinilah
sebenarnya letak salah satu persamaan Jepang dengan Amerika Serikat yang sampai
sekarang masih terdapat sentiment anti AS di kalangan Dunia Islam akibat cowboy
Diplomacy yang dilakukan semasa Pemerintahan Bush dengan slogan War on
Terrorism nya.

Shiraishi bahkan menilai prospek kerja sama Jepang Indonesia di masa depan lebih
terbuka lebar dan luas, sementara dengan China masih harus disikapi hati-hati,
meskipun rezim di Jepang dan China sama-sama menginginkan perubahan yang lebih
jelas. Hubungan Jepang China memang meningkat beberapa tahun ini. Namun
kemajuan hubungannya keduanya masih terbangun di atas fondasi yang `fragile`
(rapuh).

Fondasi jauh berbeda dalam mendasari hubungan Jepang-Indonesia. Apalagi Indonesia


dan Jepang sudah memberlakukan Kerja Sama Ekonomi Strategis jangka panjang
melalui EPA (Ecnomic Partnership Agreement). EPA, merupakan kerja sama yang
membuka kesempatan luas bagi hubungan 50 tahun kedua, sesudah tahun 2008, ketika
kedua negara menandatangani hubungan bilateral tahun 1958.

Saat ini memang banyak generasi tua Jepang lebih mengenal Indonesia ketimbang
generasi mudanya. Namun banyak kalangan muda Jepang yang menjadikan Bali
sebagai rumah keduanya. Dalam sebuah survei yang digelar harian utama Jepang
Yomiuri Shimbun dan majalah mingguan terbitan kantor berita China, Xinhua,
disebutkan, sebagian besar warga China (70 persen) menganggap hubungan dengan
Jepang positif, sementara bangsa Nippon sebaliknya (hanya 36 persen).

Survei itu juga menunjukkan warga Jepang amat khawatir dengan meningkatnya
kekuatan militer China. Menurut Shiraishi, bangsa Jepang kini menilai China jauh lebih
positif dalam dua tahun belakangan ini, ketimbang di era 1990-an. Hubungan ekonomi
memang lebih mendasari upaya normalisasi relasi kedua negara, begitu juga
hubungannya dengan Korea Selatan.

Komitmen Jepang36

Pertemuan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Sekretaris Parlemen Bidang
Keuangan Jepang, Mr. Shinsuke Suematsu yang mewakili Menteri Keuangan Jepang
menegaskan kembali pentingnya kerja sama ekonomi dan keuangan regional dan
melanjutkan kerja sama yang lebih erat selama periode yang penuh tantangan dalam
perekonomian global.

Sebagai upaya untuk menjamin stabilitas ekonomi dan fiskal di Indonesia, kedua pihak
setuju untuk memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Jepang yang meliputi
beberapa upaya konstruktif sebagai berikut: (1) Bantuan keuangan sampai dengan
setara Yen Jepang sebesar 1,5 miliar dolar Amerika Serikat yang akan disediakan untuk
Indonesia dalam bentuk garansi oleh Japanese Bank for International Cooperation (JBIC)
kepada Pemerintah Indonesia atas penerbitan obligasi bermata uang Yen pada pasar
modal Jepang (Samurai Bonds). Jepang juga bersedia untuk mengambil bagian dalam
fasilitas pinjaman kontinjensi bersama melalui JBIC untuk Indonesia yang akan
dielaborasi oleh Indonesia dan para mitra dalam pembangunan yang meliputi Bank
Dunia, Bank Pembangunan Asia dan negara-negara sahabat utama, (2)Jumlah bilateral
swap arrangement saat ini antara Indonesia dan Jepang di bawah Chiang Mai Initiative
akan dinaikkan dari 6 milyar dolar Amerika Serikat menjadi 12 milyar dolar Amerika
Serikat.

Bantuan Jepang tersebut akan memberikan kontribusi bagi stabilitas perekonomian


Indonesia dan memperkuat posisi cadangan devisa saat ini, khususnya dalam upaya
pertumbuhan APBN yang berkelanjutan. Menteri Sri Mulyani juga menegaskan
komitmen Pemerintah Indonesia untuk mempertahankan kebijakan fiskal dan ekonomi
yang berhati-hati, dan melanjutkan agenda reformasi yang tegas dan berkelanjutan
dalam rangka meningkatkan kepercayaan investor dan memperkuat ketahanan
perekonomian Indonesia. Sekretaris Parlemen Suematsu menyambut baik penegasan
kembali komitmen Pemerintah Indonesia.

Peningkatan Hubungan Bilateral dengan Negara-negara Mitra Utama37

Indonesia mengajak ke dua negara mitra utama Jepang dan China untuk mengambil
peran lebih besar dalam menangani krisis keuangan global dan meningkatkan
kerjasama keuangan dan perdagangan bilateral untuk kepentingan bersama., Indonesia
dan Jepang menyetujui kerjasama keuangan sebesar US$ 15,3 miliar yang terdiri dari
Bilateral Swap dalam kerangka Chiang Mai Initiative (CMI) sebesar US$ 12 miliar,
pembiayaan APBN sebesar US$ 2,8 miliar, dan trade financing sebesar USD 500 juta.

Indonesia menjalin pula hubungan yang akrab dengan China, dan menghasilkan
kesepakatan kerjasama keuangan sebesar US$ 23,2 miliar yang terdiri dari Bilateral
Swap dalam kerangka Chiang Mai Initiative (CMI) sebesar USD 4 miliar; Bilateral swap
di luar CMI (Renmimbi) untuk kelancaran arus perdagangan kedua negara sebesar US$
15 miliar, dan bantuan pembiayaan infrastruktur termasuk listrik sebesar US$ 4,2
miliar. Di samping itu, dihasilkan pula kesepakatan penyelesaian pembelian pesawat
MA-60 oleh Merpati dan akses bagi pembukaan kantor cabang Bank Mandiri di
Shanghai untuk memudahkan transaksi keuangan para pelaku usaha di antara kedua
negara.

Forum Internasional memberikan berbagai manfaat bagi Indonesia tidak semata dari
tersedianya likuiditas bagi penanganan krisis ekonomi global, namun juga mendukung
ketersediaan dana untuk mendukung budget, pembiayaan infrastruktur, dan investasi
oleh pihak swasta. Secara spesifik, manfaat dari Forum G20 di antaranya adalah: (1)
Dengan diterimanya komitmen bantuan keuangan G-20 ke IMF sebesar US$ 750 miliar
diharapkan dapat meningkatkan peran IMF dalam mengantisipasi krisis dan
membantu negara anggota yang memiliki permasalahan dengan cadangan devisa; (2)
Disepakatinya trade financing sebesar US$ 250 miliar dapat memperlancar arus
perdagangan dunia; (3) Tersedianya Global expenditure support fund diharapkan
dapat digunakan untuk kebutuhan pendanaan pembangunan di negara yang memiliki
track record baik, namun terkena dampak krisis keuangan global, seperti halnya
Indonesia: (4) Sebagai anggota FSB, Indonesia mempunyai kesempatan untuk ikut andil
secara aktif dalam menentukan arah pembentukan arsitektur keuangan internasional di
masa depan.

Pada Forum Asean+3, Indonesia mendapatkan manfaat di antaranya dari: (1)


tersedianya dana likuiditas jangka pendek yang dapat ditarik segera untuk mendukung
cadangan devisa dalam hal krisis keuangan berlanjut; dan (2) peluang bagi pihak
swasta dalam negeri dalam mendapatkan pendanaan bagi investasi perusahaan dengan
biaya rendah. Pada AFMM+3 yang dilaksanakan bersamaan dengan Sidang Tahunan
Asian Development Bank (ADB) diharapkan akan diputuskan implementasi dari
CMIM dan pengumuman dari pembentukan CIGM.

Melalui peningkatan hubungan kerjasama bilateral, Indonesia dan negara-negara mitra


utama memiliki ketahanan ekonomi yang lebih kuat dalam menangani krisis,
peningkatan arus perdagangan, dan diperolehnya alternatif sumber pendanaan
berbiaya rendah. Dengan disepakatinya kenaikan GCI ADB sebesar 200% secara formal
pada Sidang Tahunan ADB ke 42 di Bali, Indonesia memiliki alternatif jenis dan
tambahan sumber pendanaan yang dapat digunakan bagi pencapaian target
pembangunan.

Kontribusi ASEAN+338

Pemerintah Indonesia memandang bahwa ASEAN Plus Three dan East Asia Summit
(APT/EAS) adalah dua buah proses yang saling melengkapi. Menurut Dirjen Kerja
Sama ASEAN, Departemen Luar Negeri, Djauhari Oratmangun, kerja sama tersebut
memperkuat kerja sama di kawasan ASEAN.

ASEAN+3 selama ini telah memberi kontribusi penting bagi integrasi ekonomi di
kawasan secara menyeluruh. Kerja sama ASEAN+3 merupakan kerja sama yang telah
berlangsung sejak 1997, yang bertujuan memperkuat proses konsultasi politik dan
ekonomi tingkat tinggi di Asia Timur.

Mencakup kerja sama di bidang ekonomi, keuangan, pembangunan sosial, sumber


daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dan informasi,
pembangunan, keamanan, dan kerja sama transnasional lainnya. Dengan
meningkatkan perdagangan intra-ASEAN dan memperkuat kerja sama ekonomi
ASEAN+3 secara paralel, harapan bagi diciptakannya iklim pertumbuhan ekonomi
yang sehat dapat segera terpenuhi.

Bagi ASEAN, China merupakan negara yang sangat penting, terutama China menjadi
tempat pelarian modal (capital flight) FDI (foreign direct investment) dari Asia
Tenggara. ASEAN menganggap bahwa China merupakan investor yang tangguh
karena investasi China ke negara ASEAN terus mengalir. Di samping itu, posisi China
akan menjadi semakin penting karena berdasarkan berbagai kajian, Asia akan menjadi
motor pertumbuhan ekonomi global.

Dengan demikian, Asia diprediksi akan mengambil alih posisi AS yang saat ini sedang
mengalami krisis dan keterpurukan ekonomi. Hubungan ASEAN-Jepang menekankan
perlunya kerja sama di bidang liberalisasi perdagangan dan investasi, prosedur
kepabeanan, standar dan penyesuaian, langkah-langkah nontarif, dan kerja sama sektor
keuangan serta sejumlah bidang lain.

Karena hubungan ASEAN-Jepang telah mengalami beberapa kemajuan, peran ASEAN


dan Jepang haruslah mendukung pembentukan suatu komunitas regional di kawasan
dengan menempatkan kembali isu-isu dasar seperti membangun saling percaya,
kebiasaan melakukan dialog, dan mekanisme kerja sama yang positif. Dengan
mendekatkan hubungan ASEAN-Jepang, diharapkan ASEAN dapat meraih peran
regionalnya di kawasan Asia Timur.

Peran ASEAN di sini tetap sebagai pemegang kemudi (driving seat) dalam pengelolaan
ASEAN+3. Dengan demikian, ASEAN dan Jepang harus mengambil inisiatif untuk
memulihkan kepercayaan terhadap dunia luar dengan membantu pemulihan ekonomi
kawasan agar integrasi ekonomi Asia Timur terwujud. Sementara itu, hubungan
ASEAN Korea Selatan lebih banyak menitikberatkan bidang perluasan kerja sama
mengenai globalisasi, liberalisasi perdagangan, pembangunan informasi dan teknologi
komunikasi. Korea Selatan juga siap membantu ASEAN guna mengatasi kesenjangan
ekonomi di antara anggotanya.

Adanya kesenjangan ekonomi di antara anggota ASEAN harus diakui dan itu dapat
menjadi kendala bagi integrasi ekonomi secara regional, terutama dengan keempat
negara ASEAN, yaitu Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar.
Namun, kesungguhan ASEAN untuk membuka akses pasar dan kemauan politik dari
setiap anggotanya, guna mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan dan
diarahkan pada kemitraan strategis, dapat mendorong perekonomian yang kuat. Upaya
ini paling tidak dapat mengatasi kesenjangan itu sehingga dapat menciptakan stabilitas
jangka panjang di kawasan.

Kenyataan bahwa ASEAN tidak dapat bergerak sendiri dalam mewujudkan integrasi
ekonomi, berarti bahwa ASEAN membutuhkan bantuan melalui mitra strategis
ASEAN+3 agar diperoleh kebijakan-kebijakan yang lebih konkret di masa mendatang.
Adanya usulan untuk memacu ASEAN lebih meningkatkan konsolidasi, integrasi, dan
efisiensi bagi peningkatan daya saing di kawasan menghadapi tantangan 2015
diharapkan dapat terwujud dengan pemberlakuan Piagam ASEAN.

Hubungan Indonesia-Jepang Dalam Kerangka IJEPA (Indonesia Japan Economic


Partnership Agreement)

Sebagai sebuah perjanjian bilateral, EPA (Economic Partnership Agreement) antara


Indonesia-Jepang tidak dapat dilepaskan dari fakta hubungan ekonomi kedua negara
selama ini, apakah bersifat saling melengkapi (komplementer) ataukah saling bersaing
(kompetitor). Dilihat dari produk yang diperdagangkan, hubungan tersebut bisa
dikatakan saling melengkapi (komplementer). Indonesia menjual produk kekayaan
alam yang umumnya merupakan bahan mentah di Jepang. Sebaliknya, Jepang menjual
produk-produk barang jadi dan alat berat yang memiliki nilai tambah teknologi yang
jauh lebih besar. Disini, proses implementasi dari IJ-EPA dianggap mampu membawa
berbagai keuntungan, produktivitas dan efisiensi yang lebih tinggi pada aktivitas
perekonomian di Indonesia.39 Antara tahun 1985 hingga 1990 tidak kurang dari 241
perusahaan elektronik dibangun di ASEAN.40 Sekalipun demikian, perlu digarisbawahi
bahwa investasi besar-besaran yang dilakukan Jepang di ASEAN pada periode ini
sesungguhnya merupakan pembangunan jaringan produksi offshore. Sehingga
sekalipun Jepang menerapkan model industri Jepang, yang didalamnya perusahaan inti
disuplai oleh banyak perusahaan kecil pendukung, namun perusahaan pendukung di
ASEAN sebenarnya juga dimiliki oleh orang-orang Jepang bekerjasama dengan
pengusaha lokal. Oleh karena itu, sekalipun ASEAN beruntung menjadi tujuan
investasi asing langsung Jepang, dalam kenyataannya seluruh jaringan bisnis Jepang di
ASEAN masih berada dalam genggaman orang-orang Jepang. Sekarang ini jumlah
perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia adalah sebesar 1.100 perusahaan,
dengan jumlah pekerja Indonesia yang bekerja di perusahaan Jepang sebesar 315.000
orang.41

Balance of trade Indonesia Jepang, 2002 2008 (million US$)42

Year Export Import Balance Total


2002 12,045 4,409 +7,635 16,454,428

2003 13.603 4,228 +9,375 17,832

2004 15,962 6,082 +9,881 22,044

2005 18,049 6,906 +11,143 24,955

2006 21,732 5,516 +16,216 27,248

2007 23,632 6,527 +17,106 30,159

2008 10,423 10,659 -235 20,081

Top 15 Export Commodities from Indonesia to Japan, 2005-200743

No SITC Commodity

1 034 Fruit, fresh, chilled or frozen

2 036 Crustacean, Moluscs and aquatic invertebrates

3 037 Fish, crustaceans, moluscs, and other aquatic intertebrats


prepared/preserved

4 071 Coffee and coffee substitutes

5 231 Natural rubber latex, natural rubber and similar natural gums

6 248 Woods simply worked / railway sleeper of wood

7 283 Copper ares and concentares


8 248 Nickel ores and concentrates

9 321 Coal pulverised or not;

10 334 Petroleum products, refined

11 574 Polycetals, polycarbon, primary

12 634 Veneers, plywood, improved or reconstituted wood worked ;

13 682 Copper;

14 752 Automatic data processing machines/units thereof

15 763 Sound recorders or reproducers

Top 15 Import Commodities from Japan, 2005-200744

No SITC Commodity

1 232 Synthetic rubber latex, synthetic rubber and reclaimed rubber

2 251 Pulp and waste paper

3 266 Synthetic rubber suitable for spinning

4 282 Waste and scrap metal of iron or steel

5 334 Petroleum products, refined

6 511 Hydrocarbon, nes and their halogeneted nitrated, nitrated


derivatives
7 515 Organo-inorganic and heterocyclic compounds

8 533 Pigments, paints, varnishes and related materials

9 554 Soap, cleansing and polishing preparations

10 598 Miscellaneous chemical products

11 625 Rubber tyre cases, tyre threads, inner tubes and tyre threads

12 663 Mineral manufactures

13 673 Flat rolled products, no clad

14 676 Iron and steel bar, rods, angels, shaped and sections

15 713 Internal combustion piston engines and parts

Japanese Direct Investment to Indonesia 1995 2007 (Million US $)45

Year Number of Projects Amount of Investment

1995 135 3,792

1996 145 7,655

1997 94 5418

1998 78 1331

1999 71 640
2000 93 1,955

2001 100 818

2002 82 519

2003 75 1,254

2004 76 1,689

2005 76 1,176

2006 55 444

2007 113 618

Namun demikian sifat hubungan Indonesia-Jepang itu juga bisa dilihat dari perspektif
lain, dengan mempertanyakan apakah hubungan ekonomi Indonesia-Jepang
menempatkan kedua pihak dalam posisi yang equal atau unequal berikut adalah skema
yang menggambarkan posisi hubungan kedua negara berdasarkan karakter
ekonominya masing-masing :

Perbandingan Karakter Ekonomi Indonesia dan Jepang46

Jepang Indonesia

Teknologi Tinggi Kemampuan teknologi rendah

Basis Manufaktur kuat Belum mempunyai basis manufaktur


yang memadai, kecuali investasi
asing kaya sumber daya alam

Market saturation (pasar dalam negeri Pasar yang bertumbuh


sudah jenuh)

Masyarakat menua, sumber daya Sumber daya manusia muda yang


manusia yang muda makin terbatas besar

Terkait soal unequality hubungan Indonesia-Jepang, Dr. Sudung Manurung, Direktur


Pasca Sarjana kajian wilayah Jepang UI, melihat bahwa meskipun penandatangan EPA
dengan Jepang telah menjadi fakta, tidak dengan serta merta Indonesia diuntungkan
dengan adanya EPA tersebut. Jaminan keuntungan sudah pasti lebih banyak pada
pihak Jepang.47 Apabila produk Jepang masuk ke Indonesia, hampir bisa dipastikan
bahwa produk tersebut telah memenuhi standar. Sebaliknya, produk Indonesia yang
masuk ke Jepang sering kali di tolak karena dianggap tidak memenuhi standar Jepang.
Indonesia seharusnya berhati-hati dalam menyepakati perjanjian-perjanjian yang
bersifat bilateral, karena kerjasama seperti itu bisa mengakibatkan apa yang dikenal
sebagai spaghetti-bowl effect, yaitu munculnya aturan-aturan yang tidak pasti yang
bisa bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Dan jika itu terjadi, maka bukan
perdagangan yang terjadi, tetapi pembelokan perdagangan (Trade diversion).
Sebenarnya EPA sendiri dinilai tidak menyentuh masalah utama yang menghambat
ekspor Indonesia ke Jepang, yaitu mengenai hambatan nontarif. Jepang, seperti negara
maju lainnya, masih menggunakan hambatan nontarif yang dibungkus dengan isu-isu
seperti standar kesehatan, standar keamanan, standar kelestarian lingkungan, standar
Hak Asasi Manusia, dan standar perburuan yang ditujukan untuk menghambat
masuknya produk negara lain, sekalipun melalui program capacity building yang
menjadi pilar ketiga EPA, Jepang berjanji membantu Indonesia memperbaiki kapasitas
agar mampu memenuhi standar-standar atau sertifikasi tersebut, tetapi kembali yang
menjadi pertanyaan apakah capacity building yang dijanjikan oleh Jepang memang
benar-benar dapat terealisasi.

Menurut Anggota Komisi XI DPR, Drajat H Wibowo48 ada tiga parameter yang harus
dipenuhi agar EPA memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak (win-win), yaitu :
(1) peningkatan eksport, misalnya eksport non migas Indonesia ke Jepang naik 700 juta
dollar AS-1 Miliar dolar AS per tahun, dalam 3 tahun kedepan terutama untuk produk
industri primer, manufaktur, dan pertanian dalam arti tidak luas, tidak termasuk
produk tambang mineral seperti batu bara dan nikel ; (2) pemulihan investasi Jepang di
Indonesia kelevel 7-8 miliar dollar AS per tahun seperti sebelum masa krisis ; (3)
kemampuan Indonesia untuk menggeser komposisi ekspor dari produk-produk
mineral dan industri primer (seperti kayu dan olahan) menjadi produk industri
manufaktur yang lebih maju seperti industri komponen, listrik, elektronik, tekstil dan
produk tekstil yang bernilai tinggi dalam jangka 5-10 tahun. Jika tidak,
penandatanganan EPA antara Indonesia-Jepang membuktikan bahwa Indonesia tidak
pernah belajar terhadap kebijakan ekonomi Jepang terhadap Indonesia yang selama ini
dinilai sangat manipulatif dan eksploitatif. Bukti sikap eksploitatif Jepang di Indonesia
antara lain tercermin dalam proyek pembangunan PT Inalum dan PLTA Asahan. Kedua
proyek tersebut mengalami mark up investasi. Selain itu, sebagaimana kasus Jakarta
Monorail dan perancangan proyek Subway, Jepang memberikan hutang luar negeri
kepada Indonesia dengan syarat technical design engineering yang dibuat di Tokyo. Hal
ini dapat diartikan bahwa sejak perancangan, tender konsultan hingga pelaksanaan
proyek, pihak penentu adalah Jepang. Dalam kerangka semacam ini, Indonesia hanya
menjadi pemakai tanpa hak memiliki dan ini membuktikan kerjasama ekonomi dengan
Jepang identik dengan keberlanjutan Indonesia sebagai pemberi sumber daya,
kekuatan produksi, dan pasar yang berlimpah kepada Jepang. Sementara itu
masyarakat Indonesia tetap hanya menjadi sekedar kuli dan konsumen. Konfirmasi,
dari sumber yang penulis dapat dari Kementrian Sumber Daya Energi, sekarang ini
Jepang sering tidak transparan dalam melakukan perjanjian dengan Indonesia, bila
dibandingkan dengan Cina, terkait dengan persoalan energi yang merupakan
kepentingan utamanya. Apalagi hal ini ditambah dengan adanya pembebasan semua
produk Jepang yang masuk ke Indonesia yang akan semakin memperkokoh posisi
Jepang di dalam negeri. Jepang yang sudah menguasai pasar otomotif di dalam negeri
akan semakin mengcengkeram. Bagi Jepang EPA merupakan pesan yang dikirim
kepada pesaing mereka (Cina) bahwa Indonesia berada di bawah penguasaan mereka.
Oleh karena itu EPA juga bisa dilihat sebagai bentuk pelestarian penjajahan ekonomi
Jepang di Indonesia, apalagi Indonesia tidak memiliki, baik dari segi educational, skill,
social capital dan cultural capital, sedangkan Jepang memiliki itu semuanya, sehingga
secara kompetitif advantage Jepang lebih unggul dibandingkan Indonesia. Memang
dalam persepsi publik Asia Tenggara yang kritis, terutama di kalangan mahasiswa,
Jepang dianggap sebagai negara penjajah yang hanya mengeksploitasi kekayaan alam
negara-negara ASEAN namun gagal memberikan ganti yang seimbang. Mereka bahkan
menuduh para pengusaha Jepang melakukan KKN dengan para pejabat lokal sehingga
dapat memperoleh proyek apapun yang mereka inginkan.49 Melihat beberapa kerugian
yang harus dialami dalam kesepakatan EPA ini, sebenarnya Indonesia harus dapat
meminta konsensi kepada Jepang sebanyak mungkin, mengingat Indonesia banyak
memberikan keuntungan bagi Jepang. Kekayaan alam yang cukup tinggi seharusnya
dapat memberikan Indonesia posisi tawar yang tinggi juga.

Reference :

1 Charles E. Morrison, Southeast Asia and US-Jepang Relations, dalam Gerald E. Curtis
(ed) The United States, Japan, and Asia : Challenges for US Policy, New York : W.W Norton
dan Company, 1994, hal 145

2 Ezra F. Vogel, Japan as Number One In Asia, dalam Gerld E Curtis (ed), Ibid, hal 160

3 Christopher B. Johnstone, Pardigms Lost : Japangs Asia Policy in a Time of Growing


Chinese Power, Contemporary Southeast Asia,, Vol. 21, No. 3, December 2000, hal 371

4 Ibid, hal 374


5 Ibid, hal 375

6 Takashi Inoguchi, Japan Goes Regional, Japans Asian Policy : Revival and Response,
Takashi Inoguchi 9 (Ed), New York : Palgrave Macmillan, 2002, hal 16.

7 Johnston, Op.cit, hal. 377

8 Sumber : Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Kerjasama


ASEAN, Mei 2009

9 Ibid

10 Ibid

11 Ibid

12 Ibid

13 Ibid

14 Ibid

15 Ibid

16 http://www.mofa.go.jpg/regional/n-america/us/q&a/ref/6a.html

17 http://www.mofa.go.jpg/region/n-america/security/security/html

18 http://ftp.fas.org/irp/workd/japan/jda.htm

19 http://fpc.state.gov/doc/organization/46431.pdf

20 Bantarto Bandoro, Op. Cit, hal. 185

21 http://www. mod. go. jp/e/policy/f_work/taikou05/fy200501. pdf

22 http://www. mod. go. jp/e/policy/f_work/taikou05/fy200501. pdf

23 Kompas, 10 Mei 2009

24 Ibid

25 Lihat misalnya http://www.chinadaily.com.cn/english/doc-/content 510492.ht,hal.


1-4
26 Shatiah Fifi Muhibat, Peran Jepang di Kawasan Asia Timur, Makalah CSIS-Deplu, 27
Juli 2006

27 I Wibowo, Peran Cina Dalam Kawasan Asia Tenggara, Makalah CSIS-Deplu, 27 Juli
2006

28 Riri Dwianto, Kerjasama Keamanan di Asia Timur, Dalam Bantarto Bandoro (ed).
Agenda dan Penataan Keamanan di Asia Pasifik, Jakarta, CSIS, 1996, hal. 185

29 Ibid, hal. 187

30 Adirini Pujayanti, Persaingan Cina-Jepang Satu Potensi Konflik di Asia, Penelitian LIPI,
Jakarta, 2006

31 Rizal Sukma, Pemikiran Strategi Cina, Jakarta, CSIS, 1995, hal.109-112.

32 Lihat Misalnya George T. Crane, China and Taiwan : Not Yet Greater China,
International Affairs 69, No. 4 (1993), hal 720

33 Edi Prasetyono, Perang Institusi-institusi Keamanan di Asia Pasifik, dalam Bantarto


Bandoro & Ananta Gondomono (ed). ASEAN dan Tantangan Satu Asia Tenggara.
Jakarta, CSIS, 1997, hal. 173

34 Sumber : Dephankam RI, Mei 2009

35 Sumber Gedung Wapres 2 Lt. 5

36 Ibid

37 Ibid

38 Ibid

39 Pandangan ini diungkapkan oleh Bob Widyahartono, IJEPA : The Implementation Road
Ahead, The Indonesian Quarterly, Vol. 37 No. 1, 2009, hal. 95

40 Bruce Stokes and Michael Aho, Asian Regionalism and US Interst, dalam Gerald E
Curtis (ed), hal 126

41 Ibid, hal. 82

42 Business Indonesia from CBS Indonesia, sebagaimana dikutip oleh Bob


Widyahartono, Op. cit, hal 88
43 Business Indonesia from CBS Indonesia, sebagaimana dikutip oleh Bob
Widyahartono, Op. cit, hal. 89

44 Business Indonesia from CBS Indonesia, sebagaimana dikutip oleh Bob


Widyahartono, Op. cit, hal. 90

45 Business Indonesia from CBS Indonesia, sebagaimana dikutip oleh Bob


Widyahartono, Op. cit, hal. 92

46 Dr. Sudung Manurung, Workshop Implementasi IJ-EPA, Pusat Studi Jepang UI, 11 Agustus 2008

47 Wawancara dengan Dr. Sudung M. Manurung, di Gedung Pusat Studi Jepang UI, 8
Juni 2009

48 Wawancara dengan Drajat H Wibowo, di Gedung MPR DPR RI, 5 Juni 2009

49 Lihat misalnya Ezra F. Vogel, Japan as Number One In Asia, dalam Gerald E Curtis (ed),
Op. cit, hal. 165
Perang Dunia II Di Asia dan Pasifik Serta Pendudukan Militer Jepang Di
Indonesia 9.1

Untuk materi ini mempunyai 1 Kompetensi Dasar yaitu:

Kompetensi Dasar :

1. Mendeskrepsikan Perang Dunia II (termasuk pendudukan Jepang) serta pengaruhnya terhadap


keadaan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Perang Dunia II Di Asia dan Pasifik


o 1.1 Akibat Perang Pasifik
o 1.2 B. Latar Belakang dan Proses Pendudukan Jepang (1942 - 1945)
o 1.3 C. Pemerintahan pada Zaman Pendudukan Jepang
1.3.1 1. Bidang Politik
1.3.2 2. Bidang Ekonomi
1.3.3 3. Bidang Sosial
1.3.4 4 . Bidang Militer
1.3.5 5. Bidang Budaya
o 1.4 D. Strategi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
o 1.5 E. Perlawanan terhadap Jepang
o 1.6 F. Berbagai Perubahan Akibat Pendudukan Jepang
1.6.1 1 . Aspek Politik Pemerintahan
1.6.2 2. Aspek Sosial Ekonomi
1.6.3 3. Aspek Mentalitas Masyarakat

Perang Dunia II Di Asia dan Pasifik

Perang Pasifik, yang dikenal di Jepang dengan nama Perang Asia Timur Raya dan di Tiongkok sebagai
Perang Perlawanan Terhadap Agresi Jepang) (kang-Ri zhanzheng), terjadi di Samudra Pasifik, pulau-
pulaunya, dan di Asia. Konflik ini terjadi antara tahun 1937 dan 1945, namun peristiwa-peristiwa yang
lebih penting terjadi setelah 7 Desember 1941, ketika Jepang menyerang Amerika Serikat serta wilayah-
wilayah yang dikuasai Britania Raya dan banyak negara lainnya.

Perang ini dimulai lebih awal dari Perang Dunia II yaitu pada tanggal 8 Juli 1937 oleh sebuah
insiden yang disebut Insiden Jembatan Marco Polo Peristiwa tersebut menyulut peperangan
antara Tiongkok dengan Jepang.Konflik antara Jepang dan Tiongkok dan beberapa dari peristiwa
dan serangannya yang penting juga merupakan bagian dari perang tersebut. Perang ini terjadi
antara Jepang dan pihak Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Britania Raya,
Filipina, Australia, Belanda dan Selandia Baru). Uni Soviet berhasil memukul mundur Jepang
pada 1939, dan tetap netral hingga 1945, saat ia memainkan pernanan penting di pihak Sekutu
pada masa-masa akhir perang.

Thailand, setelah dijajah pada 1941, dipaksa bergabung dengan pihak Jepang. Jerman Nazi dan
Italia juga adalah sekutu Jepang, dan angkatan laut mereka beroperasi di Samudra Pasifik dan
Hindia antara tahun 1940 dan 1945. Antara tahun 1942 dan 1945, terdapat empat wilayah otorita
Sekutu yang berperang melawan Jepang: Tiongkok, wilayah Samudra Pasifik, Asia Tenggara
dan wilayah Pasifik Barat Daya. Perang Pasifik berakhir pada 15 Agustus 1945 dan perjanjian
menyerahnya Jepang ditandatangani oleh wakil dari sekutu yaitu Jendral Douglas McArthur dan
Jepang diwakili oleh Mamoru Shigemitsu diatas kapal USS Missouri

Akibat Perang Pasifik

Berikut ini adalah beberapa akibat dari Perang yang terjadi antara tahun 1937 sampai 1945 ini:

Kekalahan Jepang membuatnya kehilangan wilayah jajahannya seperti Manchuria, Korea, Asia
Tenggara dan daerah mandat di kepulauan Pasifik yang diberikan pada akhir Perang Dunia I.
Beberapa negara yang sebelumnya dijajah oleh negara-negara Eropa berhasil memperoleh
kemerdekaan seperti Indonesia.
Kaisar Jepang kehilangan statusnya sebagai dewa. Amerika Serikat sebagai pemenang perang di
Pasifik tidak ingin mengadili Hirohito, kaisar Jepang saat itu. Amerika Serikat membutuhkan
daerah penyangga (buffer) untuk menahan arus pengaruh komunisme karena Rusia sudah
mencapai kawasan timur Asia.
Jepang tidak diperbolehkan mempunyai angkatan perang, kecuali pasukan pembela diri.

B. Latar Belakang dan Proses Pendudukan Jepang (1942 - 1945)

Masa pendudukan Jepang merupakan periode yang penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pendudukan Jepang di Indonesia ditujukan untuk mewujudkan Persemakmuran Bersama Asia
Timur Raya. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di
Pearl Harbour, Hawai. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Desember 1941. Gerakan invasi
militer Jepang cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Pada bulan Januari-Februari 1942,
Jepang menduduki Filipina, Tarakan (Kalimantan Timur), Balikpapan, Pontianak, dan
Samarinda. Pada bulan Februari 1942 Jepang berhasil menguasai Palembang. Untuk menghadapi
Jepang, Sekutu membentuk Komando gabungan. Komando itu bernama ABDACOM (American
British Dutch Australian Command). ABDACOM dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wavell
dan berpusat di Bandung. Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di Jawa yaitu
Teluk Banten, di Eretan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5 Maret 1942
kota Batavia jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi
menyerah kepada Jepang.

Upacara penyerahan kekuasaan dilakukan pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat.
Dalam upacara tersebut Sekutu diwakili oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh dan Jenderal
Ter Poorten, sedang Jepang diwakili oleh Jenderal Hitoshi Imamura. Dengan penyerahan itu secara
otomatis Indonesia mulai dijajah oleh Jepang.

Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua hal, yaitu:
1. menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2. memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Politik imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam dan
manusia. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Dengan berbagai cara, Jepang
menguras kekayaan alam dan tenaga rakyat melalui janji-janji maupun kekerasan.

C. Pemerintahan pada Zaman Pendudukan Jepang

Masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa penjajahan Belanda. Pada penjajahan Belanda
pemerintahan dipegang oleh pemerintahan sipil. Sedangkan masa Jepang dipimpin oleh militer.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia dibagi dalam tiga
wilayah kekuasaan militer.

1. Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara keenambelas dengan
pusatnya di Batavia (Jakarta).
2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima dengan
pusatnya di Bukittinggi.
3. Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku diperintah
oleh Armada Selatan Kedua dan berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).
Berikut ini berbagai kebijakan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia.

1. Bidang Politik

Pada masa awal pendudukan, Jepang menyebarkan propaganda yang menarik. Sikap Jepang
pada awalnya menunjukkan kelunakan, misalnya:
a. mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Jepang,
b. melarang penggunaan bahasa Belanda,
c. mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dan
d. mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak berjalan lama. Jenderal Imamura mengubah semua
kebijakannya. Kegiatan politik dilarang dan semua organisasi politik yang ada dibubarkan.
Sebagai gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru. Tentunya untuk kepentingan
Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain Gerakan Tiga A,
Putera, dan Jawa Hokokai.

a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Gerakan
Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia.
Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran bersama.
Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga
dibubarkan, sebagai gantinya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).

b . Pusat Tenaga Rakyat (Putera)


Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini dipimpin oleh tokoh empat
serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Bagi para pemimpin Indonesia, Putera bertujuan untuk membangun dan menghidupkan segala apa yang
dirobohkan oleh imperialis Belanda. Sedangkan bagi Jepang, Putera bertujuan untuk memusatkan segala
potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu
usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia daripada bagi Jepang. Putera lebih
mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh
karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).

c . Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)


Pada bulan Maret 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai. Jawa Hokokai dinyatakan
sebagai organisasi resmi pemerintah sehingga pucuk kepemimpinan langsung dipegang oleh
Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal
persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara
lain mengerahkan rakyat
untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku pelumas
untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan)
atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno.
Tugas badan ini adalah mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan
pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.

2. Bidang Ekonomi

Pada awal pendudukan Jepang, ekonomi Indonesia mengalami kelumpuhan obyek-obyek vital
seperti pertambangan dan industri dibumihanguskan oleh Sekutu. Untuk menormalisasi keadaan,
Jepang banyak melakukan kegiatan produksi. Semua kegiatan ekonomi diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan perang. Misalnya dengan membangun pabrik senjata dan mewajibkan
rakyat menanam pohon jarak. Oleh karena itu Jepang menerapkan sistem autarki. Sistem autarki
adalah tiap-tiap daerah diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk membangun
fasilitas perang, Jepang memerlukan banyak tenaga kasar. Tenaga kasar yang digunakan untuk
kerja paksa dinamakan romusha. Kehidupan romusha sangat mengenaskan. Mereka hidup
menderita, miskin, kelaparan, dan tidak jarang terjadi kematian. Selain dengan romusha, Jepang
juga mengeksploitasi sumber daya alam terutama batu bara dan minyak bumi.

3. Bidang Sosial

Pada masa Jepang banyak rakyat Indonesia yang dipaksa menjadi romusha. Mereka dipaksa
bekerja keras tanpa diberi upah dan makanan. Akibatnya banyak romusha yang meninggal dan
terjangkit wabah penyakit. Karena kemelaratan yang dialami para romusha tersebut, muncul
golongan baru yang disebut golongan kere atau gembel.

Jepang juga mengatur sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat. Stratifikasi sosial pada masa
pendudukan Jepang terdiri dari:
a. Golongan teratas yaitu golongan Jepang.
b. Golongan kedua yaitu golongan pribumi.
c. Golongan ketiga yaitu golongan Timur Asing.

4 . Bidang Militer

Dalam rangka memperkuat kedudukan dalam Perang Pasifik, Jepang melakukan mobilisasi para
pemuda untuk dibina dalam latihan militer. Oleh karena itu Jepang membentuk
organisasiorganisasi semimiliter dan organisasi militer. Lihat tabel 2.4

Tabel 2.4 Organisasi-Organisasi Semimiliter dan Organisasi Militer Bentukan Jepang

5. Bidang Budaya

Pada masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia diizinkan digunakan dalam komunikasi.
Sebaliknya, bahasa Belanda tidak boleh digunakan. Papan nama dalam toko, rumah makan, atau
perusahaan yang berbahasa Belanda diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Surat
kabar dan film yang berbahasa Belanda dilarang beredar.
D. Strategi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang

Dalam menghadapi penjajahan Jepang, para pejuang memiliki strategi yang tidak sama. Ada dua
macam golongan yaitu golongan kooperatif dan nonkooperatif. Golongan kooperatif bersedia
kerja sama dengan Jepang. Mereka duduk dalam organisasi bentukan Jepang. Sedang golongan
nonkooperatif adalah golongan yang tidak mau bekerja sama dengan Jepang, mereka membentuk
organisasi bawah tanah. Berikut ini kelompok bawah tanah pada masa Jepang, lihat tabel 2.5

Tabel 2.5 Kelompok Bawah Tanah pada Masa Pendudukan Jepang

Perjuangan yang bersifat kooperatif dilakukan oleh para pemimpin bangsa. Mereka bersedia bekerja
sama dengan Jepang. Perjuangan yang kooperatif dilakukan dengan bergabung dalam organisasi-
organisasi bentukan Jepang misalnya dalam Putera, Jawa Hokokai, Gerakan Tiga A, dan Cuo Sangi In. Di
samping itu juga duduk dalam badan-badan pemerintahan Jepang.

E. Perlawanan terhadap Jepang

Pada masa pendudukan Jepang, kehidupan rakyat sangat menderita. Hal ini disebabkan rakyat
dipaksa menjadi romusha dan dibebani kewajiban menyerahkan hasil panennya. Penderitaan
yang dialami rakyat menyebabkan munculnya rasa benci terhadap Jepang. Kebencian itu
diperparah dengan kewajiban untuk melakukan Seikerei ke arah Tokyo yang tidak dapat
diterima. Akibatnya terjadi perlawanan rakyat Indonesia terhadap kekejaman tentara Jepang.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.6 berikut.
Tabel 2.6 Perlawanan-Perlawanan yang Muncul terhadap Jepang

Perlawanan rakyat yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa kemerdekaan
bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari pemerintah Jepang. Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan, dan
kemudian dipertahankan oleh bangsa Indonesia sendiri.

F. Berbagai Perubahan Akibat Pendudukan Jepang

Pendudukan Jepang telah mengakibatkan berbagai perubahan pada masyarakat pedesaan


Indonesia, khususnya Jawa. kebijakan-kebijakan Jepang mengakibatkan terjadinya berbagai
perubahan dalam kehidupan masyarakat. Berikut ini beberapa perubahan yang
terjadi akibat pendudukan Jepang di Indonesia.

1 . Aspek Politik Pemerintahan


Dalam bidang pemerintah terjadi perubahan dari pemerintahan sipil ke pemerintahan militer,
jabatan Gubernur Jenderal diganti dengan Panglima Tentara Jepang. Untuk memperlancar proses
eksploitasi di pedesaan dan mengontrol rakyat, Jepang membentuk tonarigumi (Rukun
Tetangga). Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengawasan terhadap penduduk.

Akibat dibentuknya tonarigumi, peran dan fungsi lembaga politik tradisional memudar.

2. Aspek Sosial Ekonomi

Pada masa Jepang, juga diberlakukan politik penyerahan padi secara paksa. Hal ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi para tentara. Akibat penyerahan padi itu antara lain
angka kematian meningkat, tingkat kesehatan masyarakat menurun, kelangkaan bahan pangan,
dan kesejahteraan sosial sangat buruk. Mobilitas sosial masyarakat cukup tinggi. Golongan
pemuda, pelajar, dan tokoh masyarakat mengalami peningkatan status sosial. Hal ini disebabkan
mereka bergabung dalam organisasi bentukan Jepang. Selain itu juga duduk dalam
pemerintahan.

3. Aspek Mentalitas Masyarakat

Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak. Melihat hal tersebut, Jepang
memanfaatkannya sebagai tenaga kerja. Masyarakat pedesaan dipaksa menjadi romusha. Para
romusha harus membuat pabrik senjata, benteng pertahanan, dan jalan. Mereka
tidak hanya bekerja di Indonesia tetapi juga dikirim ke luar negeri. Para romusha sangat
menderita dan tidak dapat upah dan makanan. Mereka masih menerima perlakuan yang kejam
dari Jepang. Hal ini menimbulkan ketakutan pada masyarakat yang harus menyerahkan
warganya untuk menjadi romusha.

Sumber: Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia

Beri Penilaian

Currently 4.43/5
1
2
3
4
5

Rating : 4.4/5 (311 votes cast)

Kategori: Kondisi Perkembangan Negara Di Dunia 9.1


Artikel
Pembicaraan
Lihat sumber
Versi terdahulu
Print sebagai PDF
chat

Masuk log / buat akun

Navigasi

Halaman Utama
Portal komunitas
Peristiwa terkini
Perubahan terbaru
Halaman sembarang
Bantuan
Org. Pendukung
Donasi

Pencarian

Kotak peralatan

Pranala balik
Perubahan terkait
Pemuatan
Halaman istimewa
Versi cetak
Pranala permanen
Print sebagai PDF

Share This!

BlogMarks
del.icio.us
digg
Facebook
Slashdot
smarking
Spurl
Twitter
Wists
Halaman ini terakhir diubah pada 11:12, 13 April 2009.
Halaman ini telah diakses sebanyak 50.998 kali.
Kebijakan privasi
Perihal Crayonpedia
Penyangkalan

Anda mungkin juga menyukai