Anda di halaman 1dari 13

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Militer di Amerika Latin menduduki strtifikasi sosila paling atas dan memiliki
status yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada umunya golongan militer di
Amerika Latin direkrut dari golongan menengah. Oleh sebab itu, golongan ini tidak
bisa terlepas dari kepentingan golongan menengah. Melalui beberapa kesulitan yang
banyak, akhirnya fungsi militer dapat berangsur berubah menjadi fungsi meliter
profesional sampai sekarang.
Dalam keadaan tertentu, seringkali militer di ikut campurakn dalam kekuasaan
sipil yang dilembagakan. Fenomena ini hempir di alami oleh semua negara di seluruh
dunia, tidak terkecuali Amerika Latin. Namun seiring berjalannya waktu, sedikit
demi sedikit negara-negara tersebut mengalami demokratisasi, seperti Peru (1980),
Bolivia (1982), Argentina (1983), Brazil (1985). Walaupun ada beberapa negara
seperti Kuba, yang hingga saat ini masih di bawah kekuasaan militer. Argentina
termasuk negara yang fluktuatif(tidak stabil/selalu berubah-ubah) akan adanya
intervensi militer. Militer mengintervensi kekuasaan sipil negara ini sejak tahun
1945-1983.
Sejarah pemerintahan Argentina sendiri dipenugi dengan catatan berbagai
pemrintahan militer, baik ketika baru merdeka dari spayong maupun ketika
memasuki abad ke 20. Bahkan dalam paruh terakhir abad 20 tidak kurang dari 10
razim militer perkuasa di Argentina. Pemerintahan militer yang terkadang di selingi
oleh rezim sipil ini dalamm beberapa kesempatan juga mampu membawa kondid
ekonmi dan sosial Argentina kearah yang lebih baik. Meskipun kegagalan dalam
bidang ekonomi juga yang biasanya akan mengakhiri razim tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran militer bagi pemerintahan di Argentina?
2. Apa yang membuat sering terjadinya kudeta di Argentina?
3. Apa dampak dari praktik militer dalam pemerintahan Argentina?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan peranaan militer di Argentina
2. Mendeskripsikan perannan militer dalam pemerintahan di Argentina
3. Menjelaskan praktik militer dalam pemerintahan Argentina

1.4 Metode Penelitian


Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka yaitu metode
yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi dari internet, seperti
website, jurnal, dan sumber-sumber lainnya sebagai pembantu.

2
BAB II
Hasil Kajian
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pola Hubungan Sipil-Milliter
Pola hubungan sipil-militer diberbagai negara berbeda-beda
tergantung dari sistem rezim pemerintahan yang dianut oleh suatu
negara. Menurut Bagus A. Hardito, pola hubungan sipil-militer dapat
berupa dominasi sipil atas militer atau sebaliknya maupun kesejajaran
antar keduanya dalam mecapat tujuan politik suatu negara1. Hampira
sama dengan pendapat Bagus, Ikrar Nusa Bhakti mengartikan hubungan
sipil-militer dalam dua model: pertama, model negara-negara barat,
yaitu hubungan sipil-militer yang menekankan “suprimasi sipil atas
militer” atau militer adalah sub-ordinat dari pemerintahan sipil yang
dipilih secara demokrasi melalui pemilihan umum.2
Samuel P. Humtington menyatakan hubunga sipil-militer
ditunjukan melalui dua cara yaitu:3
1. Subjective civilian control (mengontol militer dengan cara
mempolitisasi mereka)
2. Obbjective civilian conrol (memperbesar profesionalisme militer tetap
memberikan batasan terhadap militer)

Dalam razim militer tidak ada kontrol sipil dan pemimpin serta
organisasi militer sering memalakukan fungsi yang luas dan bervariasi
yang jauh dari misi militer normal. Dalam kediktatoran personal, penguasa
melakukan apa saja untuk memastikan bahwa militer disusupin dan
dikonterol oleh kaiktangan dan krono-kroninya, yang memecah belah dan
bekerja untuk menjaga cengkraman kekuasaan diktator. Dalam pemerintah

1
Bagus A. Hardito, “Faktor Militer dalam Trasisi Demokrasi di Indonesia”, CSSI, Jakarta, 1999, hal.
144
2
Ikrar Nusa Bhakti, “ Hubungan Baru Sipil-Militer”, Kompas, 28 Juni 2000.
3
Samuel P. Hungtington, “Hubungan Sipil-Militer dan Konsolidasi Demokrasi” terj dalam bahasa
indonesia. PT Raja Grafindo, Jakarta, 2000, hal. 12

3
satu partia, hubungan sipil-militer tidak begitu berantaka, tetapi milietr
dipandang sebagai instrumen darp partai, pejebat militer harsu merupakan
orang partai, komosari politik dan unsur-unsur partai pararel dengan
rangkaian komando militer yang loyalitas tertinggi lebih diutamakan pada
partai dari pada negara.

2.1.2 Bentuk Pemerintahan Militer Dan Hubungannya


Dengan Sipil
Rezim pemerintahan militer cenderung bersifat otoritarian.
Tindakan awal pemerintahan militer setelah kudeta adalah
memusatkan kesuasaan degan semi ekskusif dalam genggaman
mereka. Hak dan kebebasan politik apabila ada pada masa
pemerintahan sebelumnya dibataskan, lembaga otoritar legislatif
dibatasi, batas-batas yang melumpuhkan dikenakan terhadap kegiatan
partai politiik dan persatuan yang terlibat dalam oraganisasi politik
dibekukan; surat kabar ditutup; pemeilihan umum diadakan hanya
sekedar sebagai tameng politik, sedangkan kebanyak organisasi
eksekutuf dan legislatif dibawah kekuasaan militer.
Pemerintahan militer adalah razim yang tertutup kerena sikap
politik mereka yang tersendiri. Namun demikian ada juag razim
pemerintahan militer tidak tertutup atau membuuarkan partsipasi dan
persaingan politik terjadi dalam suatu memerintahannya, yang oleh
Eric Nordilner disebut The Gerdians Pretorian. Pemerintahan militer
juga cendrung untuk mengubah sistem politik dan ekonomi dari
pemerintahan sipil terdahulu yang gagal. Dengan demikian mereka
harsu menghancurkan penentang guna memungkinkan perubahan
sistem politik tersebut dan kemudian mempertahankannya.
Pemerintahan militer juag memiliki kecendrungan gaya pemerintahan
yang berbeda sekali dengan pemerintahan sipil. Pemerintahan militer
dalam menetapkan kebijaknnya tanpa menhiraukan masukan dari
lembaga bidang politik maupun warga negaranya.

4
2.1.3 Jenis-Jenis Oreantasi Militer
Menurut Amos Perlmutter ada tiga jenis orientasi militer yang
timbul di negara bangsa modern, masing-masing bertindak sebagai
raksi terhadap jenis kekusaan sipil yang dilambangkan yaitu: 1)
Prajurit Profesional, 2) Prajurit Pretorian dan 3) Prajurit Revolusioner.4
1. Tentara Profesional
Perwira profesional dijaman modern merupakan suatu kelas sosial
yang baru dan mempunyai ciri-ciri daras sebagai berikut: 1) keahlian
(“menejemen kekerasan”); 2) pertautan (tanggung jawab terhadap
klien, masyarakat atau negara); 3) korporatisme (kesadaran kelompok
dan oraginisasi birokrasi); 4) ideologi (“semangat militer”)
Menurut Amos Perlmutter, lingkungan yang sesuai untuk oraganisasi
militer profesional dan struktur birokrasi modern adalah lingkungan
masyarakat yang sekuler dan rasional terhadap hukum kapitalisme
pasar dimana norma-norma tata tertib sifat memaksa, sah dan rasional.
2. Tentara Pretorian
Kaum pretorian sebenarnya juga prajurid profesional namun karena
kurang diperhatikan dan selalu dikendalikan oleh pemerintah sipil,
maka terbuka kemungkinan besar mereke melakukan intervensi.
Dalam kasus-kasus pretorian, ia memberontak karena negara atau
rezim menetang integritas korporasi militer. Dalam teori hubungan
sipil-militer, Hungtington menyatakan bahwa pengendalian sipil
terhadap militer dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) pengandelian sipil
objektif(profesional militer diperbesar prosinya) dan 2) pengendalian
sipil subjekfit(memperbesar kekuatan sipil dibandingak keuatan
militer/militer diabaikan)
3. Tentara Revolusioner Profesional
Tentara pretorian dan profesional klasik terikat kepada asas
eksklusivitas baik dalam rekrutmen maupun promosi kepangkatan

4
Amos Perlmutter, “Militer dan Politik”, terjemahan bahasa indonesia, CV Rajawali, 1984,
Jakarta, hal 14

5
perwira. Tetapi tentara revolusioner tidak terikat dan tidak membela
bentuk-bentuk eksklusivisme tersebut sekilipun ia profesional. Tentara
revolusioner lahir selama revolusi sebagai hasil proses persenjaaan
seluruh bangsa. Dari pertama masuk tentara, jenis tentara revolusioner
ini ternyata sudah mengalami politisasi dan memiliki hubungan yang
simbolik sifatnya dengan revolusi itu sendiri. Jadi tentara revolusioner
sangat bertentangan dengan para pendahulu dalam sejarah, tentara
pretorian dan tentara profesional klasik.
Tentara revolusioner seperti halnya tentara pretorian juga
mempunyai pola intervensi illegal, namun tidak seperti tentara
pretorian yang memulai kudeta militer atau memulai kerja sama
dengan kelompok-kelompok lain sebelum dan selama proses
intervensi. Intervensi tentara revolusioner merupakan suatu aktifitas
kelompok militer yang illegal yang beroprasi secara tersembunyi.

2.2 Pembahasan
2.2.1 Masa Pemerintahan Di Argentina
Pada tahun 1946-1955 Juan Peron sebagai presiden yang dipilih
untuk duakalinya, pada saat kepemimpinannya Argentina berkembang
pesat atas kebijakan yang ia berikan namun sistem pemerinntahan yang
ia pakai masih bersifat otoriter. Saat kematian istrinya ai sering membuat
keputusan yang salah dan yang paling fatal iyalah memberikan hak
kepada Standar Oil sebuah perusahaan dari Amerika Serikat untuk
mengekspeloitasikan minyak Argentina, pada hari ditahun 1955 Peron
diberhentikan dan diasingkan setelah militer melakukan kudeta
pemerintahannya. Tahun 1958-1962 jabatan presiden di miliki oleh
Arturo Frondizi. Kekuasaannya di bawah bayang-bayang militer, hal ini
bisa di lihat ketika miliiter memaksanya untuk memecat beberapa pejabat
yang anti pada militer dan menggantikannya dengan orang-orang yang
berada dibawah komando militer. Tahun 1962 militer memaksa Arturo
Frondizi mundur dan pada tahun 1963 terpilihlah presiden Artoru Lllian.

6
Namun tahun 1966 Artoru Lllian dikudeta tak berdarah oleh militer.
Tahun 1973 Peron kembali Argentina dari pengusngsiannya di Spanyol,
dia menggerakkan mahasiswwa dan buruh untuk mengadakan pemilihan
secara demokratis. Ditahun itu juga Juan Peron kembali berkuasa lewat
pemilihan umum, tahun 1973, namun ia meninggal juli 1974 dan di
gantikan oleh istrinya Isabel Peron. Tahun 1976 Isabel Peron dikudeta
oleh militer dan militer kembali berkuasa hingga tahun 1982. Setelah
pemerintahan Isabel Peron di gulingkan oleh militer kemudian
diangkatlah Jorge Rafael Videla sebagai presiden Argentina yang
membuat negara tersebut dikonterol oleh militer.
Kekuasaan militer di Argentina yang paling sadis dan membunuh
partisipasi rakyat secara penuh adalah periode tahun 1976 hingga tahun
1982, dimulai ketika kudeta terhadap presiden Isabel Peron. Setelah itu
Argentina mengalami teror politik yang berkepanjangan yang disebut
dengan perang kotor (The Dirty War). Hal ini dilakukan dengan dalih
untuk keamanaan nasional yaitu menghapus gerakan sosial/komunis yang
berkembang saat itu. Namun itu juga merupakan klimaks kekuasaan
militer. Yang juga merupakan transisi dari kekuasaan militer ke
kekuasaan sipil.
Kekuasaan kediktatoran militer ini berakhir setelah negara ini
kalah oleh inggris pada perang Malvinas (perebutan kepulauan Falkland)
yang terjadi selama 2 bulan yang didasarkan pada kedekatan daratan
Argentina dan apa yang disebut sebagai warisan kedaulatan dari
pemerintahan Spanyol yang gagal pada tahun 1810. Klaim ini
mempunyai makna emosional penting bagi rakyat Argentina, dan telah
selama beberapa generasi menjadikan bagian dari kurikulum sejarah di
sekolah negeri. Motivasi sesungguhnya sebagai invasi Argentina pada
april 1982 itu lebih disebabkan oleh ancaman yang dirasakan oleh Junta
iliter jenderal Leopoldo Galtieri yang berkuasa. Ketidak stabilan internal
di Argentina yang mengancam pemerintahan diktatornya. Galttieri

7
membutuhkan pengalihan perhatian yang mempersatukan, konflik luar
untuk mengalihkan publik dan mempertahankan kontrol dalam negeri.
Kondisis militer Argentina memburuk akibat dari biaya
membungkam para pembangkang, kegagalan ekonomi di Argentina, dan
kekalahan Argentina dari inggris pada perang di kepulauan Malvinas
memperburuk keadaan militer Argentina dan membuat runtuhnya
pemerintahan militer Jorge Rafael Vidal. Inggris membekuk militer
Argentina yang Korupsi, ini menjadi titik baliknya kembalinya kekuatan
sipil.
Kemudian dilakukan pemilihan dan terpilihlah Raul Alfonsin
sebagai presiden Argentina. Raul Alfonsin adalah seorang pengacara
Argentina dan negarawan yang menjabat sebagai presiden dari 10
Desember 1983 hingga 8 Juli 1989. Alfonsin adalah presiden yang dipilih
secra demokrtis setelah lebih dari tujuh tahun kediktatotan militer dan
dianggap sebagi bapak demokrasi modren di Argentina. Ketika ia
menjadi presiden, dia mengirim tagihan ke Kongrs untuk mencabut
undang-undang amnesti diri yang didirikan oleh militer.
Dia membentukk Komisi Nasional tentang orang hilangnya orang
untuk menyelidiki kejahatan yang dilakukan oleh militer yang
menyebabkan pengadilan Junta dan mengakibatkan hukuman dari kepala
rezim sebelumnya(Videla). Presiden memintah agar para oknum militer
tersebut diadili oleh pengadilan militer dan membuat Videla menjalani
hukuman seumur hidup karena idenya tentang perang kotor(memusnakan
orang yang berideologi kiri dan profokator bagi negara) dan ai
meninggal saat menjalani hukuman tarsebut pada tanggal 17 Mei 2013.
2.2.2 Faktor Masuknya Militer Dalam Pemerintahan
Mereka ingin mempertahankan politiknya disektor-sektor
sosial politik tanpa melepaskan kedudukan dan fungsinya sebagi
seorang militer. Seperti militer melakukan intervensi dalam
persoalan kenegaraan dan akses-akses timbulnya sistem
kediktatoran militer dan junta militer berdasarkan jiwa militer.

8
Selai itu dalam bidang pemerintahan militer juga sering melakukan
intervensi. Adapun motiv militer untuk melakukan intervensi
antara lain karena:
 Motif Militer
Adanya rasa tanggung jawab untuk mengatasi suatu
kemacetan politik yang disebabkan oleh pergolakan dari
partai-partai politik, sehingga angkatan perang bertindak
sebagai juru selamat dari kekuatan-kekuatan yang saling
bertentangan
 Motif Ekonomi
Golongan militer ingin menyelamatkan bangsa dari
kehancuran ekonomi dengan alasan ekonomis. Tidak jarang
kalau angkatan perang mencampuri urusan pemerintahan
karena keuntungan-keuntungan ekonomi material untuk
urusan mereka sendiri, karena suatu rezim yang ada
dipandang merugikan pemenuhan hidup mereka secara
layak. Sedangkan yang dianggap dapat melanggengkan
pemenuhan kepentingan adalah rezim militer dan
kediktatoran.
 Motif Dukungan Dari Mayarakat
Golongan militer mempunyai akar yang kuat dalam
masyarakat. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat, suatu
coup militer tidak akan berhasil. Masyarakt luas
memandang bahwa golongan militer adalah pengemban
cita-cita nasional yang murni, pengemban nasionalisme dan
patriotisme. Selain itu rakyat juga suka dengan
nasionalsisme dan patriotisme.

9
2.2.3 Pemerintahan Argentina Pasca Rezim Militer
Argentina mungkin berhasil menarik milite mereka ke barak
pada tahun 1983. Namun, peran militer tentunya tidak berhenti sampai
disitu saja. Banyak cara untuk memaksakan kepentingan dan mencapai
tujuan dalam politik. Itulah sebab mengapa seharusnya peranan militer
kembali ke barak dilakukan dengan cara yang terbaik. Hilangnya jabatan
politik bukan berarti militer kehilangan kekuatannya. Belajar jadi
pengalaman di berbagai negara, (termasuk negara-negara di Amerika
Latin) Road Hague mengemukakan syarat-syarat berhasilnya penarikan
militer dari pemerintahan. Syarat-syarat itu adalah: (Hague, 1998:243)
1. Penariakan harus dilakukan secara teratur. Semua bagian dari militer
harus setuju, atau kemudian dibentuk suatu faksi militer dalam
politik.
2. Adanya pengaturan untuk melindungi keselamatan para jendral yang
akan mundur. Semua petinggi yang khawatir akan diadili tentu tidak
mau lepas dari kekuasaan.
3. Para jendral harsu dapat merasakan bahwa kepentingan lembaga
militer tidak akan terancam dengan kembalinya berkuasaanya
golongan sipil
4. Ada otoritas sipil yang sudah teroraganisasikan secara baik, sperti
misalnya partai politik, yang siap menerima dan menjalankan
kekuasaan.

Dalam kasus Argentina pada awalnya hampi semua syarat-syarat itu


terpenuhi, tetapi kemudian terjadi perkembangan dimana satu persatu
militer dibawa ke pengadilan. Etika Carlos Manes berkuasa
menggantikan Raul Alfonsin, perbaikan hubungan antara sipil dan militer
terus dilakukan. Menes meneruskan langkah-langkah trasisi kekuasaan.
Langkah-langkah Menes nampaknya sesuai dengan pemikiran transisi
kekuasaan. Transisi dari militer ke sipil juga harsu dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: (Hague, 1998:244)

1. Persatuan para elit politik sangat penting dalam melindungi


keterbukaan terhadap perkembangan militer.

10
2. Supremasi sipil terhadap militer harus dilakukan secara perlahan-
lahan.
3. Konsoslidasi rezim yang baru tetap membutuhkan militer untuk
memberikan dukungan yang positif pada tatanan yang akan
dibangaun. Hal ini bidsa dicapai dengan baik bila militer diberikan
sumber-sumber dan otonomi penuh untuk mencapai tujuannya( yang
betul-betul bersifat militer) secara efektif

Hanya saja langkah-langkah Menem terlihat juga memperkuat


posisinya sendiri. Perpanjangan masa jabatan dengan mengamandemen
konstitusi memperlihatkan besarnya kekuatan Menes. Bila hal ini terjadi
pada masa-masa sebelumnya, tentu akan kembali muncul kudeta militer.
Tatapi dengan dukungan yang juga didapat dari golongan militer. Menes
berhasil memperkuat kekuasaannyanyang kemudian cendrung bersifat
otoriter dan penuh dengan korupsi.

Bila hanya dilihat dari sisi dukungan politik, dapat dikatakan bahwa
lemahnya pemerintahan sesuadah Menes, yang menyebabkan munculnya
Lima Presiden dalam masa tiga tahun, karena tidak adanya dukungan
militer yang biasanya muncul dengan konsep oteriter sebagi penyelamat.

11
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Hal yang perlu dicatat menggunakan titah merah adalah kekuasaan sipil di
Argentina tidak berarti militer hilang posisinya.pada masa keuasaan Arturo Frondizi
militer mempunyai hak veto dalam kekuasaan. Keputusan presiden bisa dibaralkan
dengan veto tersebut dari militer. Pada masa pemerintahan Juan Peron yang pertama,
militer berperan sebagi pemerintah pendamping. Hanya saja pada saat pemerintahan
Juan Peron yang kedua, pemerintah isabel Peron dan pemerintah Arturo Illian,
militer berperan sebagai kelompok kepentingan yang hanya mempuyai tujuan
khusus. Inilah peran paling lemah militer dalam politik di Argentina maka terjadilah
Kudeta.
Bagi masayarakta Argentina kudeta hal yang wajar karena sebagai aksi
pemberontakan terhadap pemerintah yang dianggap tidak mensejatraakan meraka
dan mendukung kasi militer karena ingin adanya perubahan. Tetapi saat rezim
militer yan berkuasa masyarakat tetap saja dilanda krisis ekonomi dan saat mereka
ingin melakukan pemberontakan atau aksi protes rezim militer menggunakan
kekerasan untuk melerai masalah tersebuat dan membuat takut rakyat. Fakto utama
yang membuat pemerintahan di kudeta oleh militer adalah karena kebijakan yang
salah dalam mengambil keputusan mengenai perekonomian.
3.2 Rekomendasi
1. Dengan mengkaji Hubungan Sipil-Militer di Amerika Latin kiat dapat
mengetahui bagaimana keadaan militer atau peran militer di suatu negara
khususnya Argentina sebagai contoh untuk negara yang mengalami masalah
yang sama.
2. Militer mengkudeta karena beranggapan mereka bisa memperbaiki kondisi yang
buruk karena sistem pemerintahan sipi terdahulu.

12
Daftar Pustaka

Rod Hague et al., 1998, Conparative Government and Politics(MacMillan Press) terj
Indonesia. London

Hikmatul Akbar., 2006, Argentina: Antara Pemerintahan Militer, Krisis Ekonomi dan
Demokrasi, Jurnal Hubungan Internasional, Universitas Gajah Mada.

Caridisisniaja99.blogsport.co.id, 2016, Makalah Amerika Latin-Peran Militer,


http://caridisiniaja99.blogspot.co.id/2016/03/makalah-amerika-latin-peran-
militer_70.html, akses tanggal 3 Mei 2018

Rais Muhammad, 2010, Militer dan Politik Argentina 1955-1982,


http://raismuhammad.blogspot.co.id/2010/12/blog-post.html, akses tanggal 3 Mei 2018

BBC News Indonesia, 2013, Videl,bekas diktator Argentina wafat, harian BBC tanggal
18 Mei 2013 (Opini/Artikel)

Wikipedia, 2018, Perang Falkland, https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Falkland, akses


pada tanggal 5 Mei 2018

Perlmutter. Amos, 1984, Militer dan Politik, Jakarta, CV Rajawali

Hardito A. Bagus, 1999, Faktor Militer dalam Trasisi Demokrasi di Indonesia, Jakarta,
CSSI

Huntington P. Samuel, 2000, Hubungan Sipil-Militer dan Konsolidasi Demokrasi terj


indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo

13

Anda mungkin juga menyukai