Kekuatan, Profesionalism dan Idelologi Dala Hubungan Sipil-Militer
Variasi Kontrol Sipil
Dalam hal control sipil terhadap militer terdapat beberapa variasi cara bagaimana cara sipil untuk mengurangi kekuatan militer. ada beberapa cara bagai mana sipil dapat megurangi kekuatan militer diantaranya : 1. Kontrol Sipil Secara Subjetif : Memaksimalkan kekuatan sipil Jumlah yang besar, ragam karakter, dan konflik kepentingan yang terjadi dalam masyarakat sipil membuatnya mustahil untuk memaksimalkan kekuatan untuk menyaingi militer. namun dalam hal ini memaksimalkan kekuatatan sipil berarti memaksimalkan kekuatan dari kelompok-kelompok sipil. Ini yang dimaksud sebagai Sipil Secara Subjektif. Konsep dari control sipil ini adalah adanya kepentingan yang spesifik antar kelompok. Control sipil disertai dengan adannya reasi kuasa antar kelompok sipil. Saat terjadi persatuan dalam kelompok sipil itu akan menciptakan slogan baru seperti “hak negara”. 2. Kontrol Sipil menggnakan Institusi Pemerintah Dalam abad 17 dan 18 di inggris dan amerika dikontros dibawah “mahkota”, dan ada slogan “control masyarakat sipil” yang di adopsi oleh parlemen yang meningkatkan kekuatan mereka hinga setara dengan “mahkota”. Di masa sekarang di amerika Chief Executifw mengidentifikasikan control sipil dengan control presiden. Dan presiden akan mendaptkan check and balance dari kongres. 3. Kontrol Sipil Menggunakan Kelas Sosial Di abad ke 18 dan 19 kaum aristocrat eropa dan barjui berusaha dalam mengontrol kekuatan militer. setiap kelas ini mencoba untuk mengidentifikasi kontrol sipil untuk kepentingan mereka. Sejak kaum aristocrat secara umum mengusai kekuatan militer, kaum borjuis membri slogan kepada kontrol aristocrat sama dengan kontrol militer. 4. Kontrol Sipil dengan Bentuk Knstitusional Dalam hal ini hubungan antara sipil dan militer di atur dalam kontitusi yang memungkinkan adnya pembatasan kekuatan militer. dalam prakteknya ada 2 kasus yang seringterjadi. Pertama adalah di negara demokratis dimana adanya check and balance namun juga militer dapat menigkatkan kekuatan poltiknya dengancara yang terlegitimasi, semisal amerika saat perang dunia 2. Selain itu ada juga kasus dinegara yang otoritarian, dinama kekuatan militer digunakan dengan cara kekerasan dan kontrol yang dilakukan adalah dengan menghilangkan korps perwira atau membentuk militer partai seperti yang dilakukan jerman pada era NAZI. 5. Kontrol Sipil Secara Objektif : Memaksimalkan Profesionalisme Militer Cara ini lebihtepatnya adalah dengan mendistribusikan kekuatan poltik antara militer dan sipil yang membutuhkan atitut dan prilaku profesionalisme di dalam aggota korps perwira.kontro sipil ini menghasilkan akhir memiliterisasi militer, membuat mereka menjadi alat negara. Dua Level Hubungan Sipil-Militer Tergantung dari hubungan dua level sipil-militer akan mempengaruhi maksimal tidanya profesionalisme militer. di level kekuasaan isu utama adalah kekuatan dari korps perwira relative kepada kelompok sipil. Di level ideologi isu utama adalah perbandinagn antara etic militer dan ideologi yang ada di masyarakat sipil. Disatu sisi kriteria ini dibutuhkan untuk mengukur kekuatan militer dan sipil. Di satu sisi lain profesionalisme militer harus sesuai dengan spektrum dari opini politik.
Korps Perwira dan Kekuatan Poltik
Kekuatan yang dimaksud disisi adalah kapasitas untuk mengontrol prilaku orang lain. Relasi kuasa setidaknya terdiri dari dua dimensi : Gelar atau jumlah kekutan, ini adalah tipe perilaku dari seseorang yang mengontrol orang lain, kedua adalah cakupan tipe perilaku ini mempengaruhi orang lain atau kelompok lain. Dalam bentuknya kekuata juga terbagi menjadi dua bentuk otoritas formal dan pengruh informal. Otoritas formal termasuk kedalam kontrol seseorang terhadap prilaku orang lain dengan basis posisi yang dihomati di dalam struktur social. Otoritas disini tida mempengaruhi namun atribut dari status dan polsisi yang melakukanya. Hubungan informal juga mempengaruhi prilaku seseorang, atau kelompok, pengentadilan prilaku terjadi bukan karena okupasi dari posisi tertentu dalam struktur formal melainkan karena mereka mengontrol sangsi atau hadiah lain. Pengaruh ini bisa didapat melalui kekayaan, pengetahuan, prestige, pertemanan, sanak saudara, atau sumberlain. Etic Profesional dan Ideologi Poltik I deologi poltik mengatur mengenai orientasi nilai dan atitut mengenai maslah negara.idiologi jika dibandingakn dengan etik militer telah ada dalam budaya barat yang paling signifikan seperti : liberlisme, fasisme, marxisme, dan konservativisme. Masing masing ideology secara umum dan abstrak, berdiri sendiri di dalam manifestasi sejarah. Dalam liberalime cendering menganggap militer adalah ancama terhadap perdamaian dan konstitusi pemerintahan. Jika organisasi militer dibituhkan, itu harus merupakan organisasi militer yang merefleksikan prinsip liberal. Profesianlisme militer dibuat agar mereka tidak kompenten dan megabaikan kepentinga ekonomi, moral dan ideologi. Institusi pertahanan nasional akan bertanggung jawab terhadap semua hall tersebut, dan jika terjadi perang negara harus berperang sebagai “tantara negara” yang merupakan gabunagn militer popular dan militer sipil. Fasisme tidak seperti liberlisme, mereka memilih untuk memelihara militer dengan kekuatan yang besar. Jika liberlisme akan bertarung untuk idealism dan militer untuk penjaga negara, fasis bertarung untuk perang. Perang merupakan instrument terakhir dalam poltik. dalam kebijakan luar negri untuk militer dan advokat fasis bergerak dinamis, aggresif, dan revolusioner, kebijakan ini digunakan untuk membidik konflik dan perluasan dari kekuasaan negara samapai batas limitnya. Fasisme percaya dalam subordinasi internal dari semua institusi social dan partai. Militer sendiri harus mendapatkan warna ideologi yang jelas. Dalam marxisme baik militer dan etik militer mengakui pentingnya kekuatan dan kelompok. Para marxis bagaimanaun menekankan kepada pentingnya kekuatan ekonomi, sedangkan militer memegang Machiavelli untuk menjadi pedang yang superior. Marsisme menyangkal realitas mengenai negrasa sebagai refleksi persatuan kelompok, sedangkan militer mengakui negara akan perang dengan banyak alasan. Konservatisme tida seperti ideologi yang lain, koservatifisme tidak monisitik dan universalistic. Ideologi ini tidak berusaha untuk menerapkan idela yang sama kepada semua masalah dan semua institusi manusai. Conservativisme sendiri tidak didari kepada logika konflik yang tak terelakan dengan nilai militer yang memnginginkan bentuk dari fungsi militer. ini sendiri tidak memmiliki pola ideologi poltik untuk di terpkan dalam institusi militer.
Keseimbangan dari Kontro Sipil objektif
Distribusi kekuatan antara militer dan sipil akan memaksimalkan variasi profesionalisme militer dan kontro sipil objektif dengan kesesuaian antara ideologi yang ada di masyarakat dan etk professional militer. jika ideologi cenderung anti militer, satu-satunya car abagi militer untuk mendaptkan kekuatan poltik adalah dengan cara menghilangkan profesionalismenya dan mengikuti nilai dan atitut yang dominan dalam komunitas. Dalam sebuah masyarakat yang anti militer, profesionalisme militer dan kontrol sipil di maksimalkan kepada peninggalan otoritas dan pengaruh militer yang akan menuju kehidupan umum masyarakat yang lemah, terisolasi, dan perpecahan. Dalam komunitas yang memiliki ideologi yang baik ekpada pandangan militer, kekuatan militer akan bertambah tanpa harus menjadi tidak kompeten dengan profesionalisme yang tinggi. Realisasis dari kontrol sipil objektif ini tergantung dari prestasi dari hasil keseimbangan antara kekuatan militer dan ideologi dari masyarakat. Pola Dari Hubungan Sipil-Militer Hubungan antara kekuatan, profesionalisme, dan ideologi umumnya dibagi menajdi lima tipe idela yang berbeda, diantaranya: 1. Ideologi anti-militer, kekutan poltik militer yang tinggi, dan rendahnya profesionalisme militer. tipe hubungan ini biasanya terdapat pada negara yang lebih primitive dimana profesionalisme militer cenderung terbelekang atau di negara maju saat keamanan negara terancam dan militer meningkatkan kekuatan poltiknya. Contohnya jerman saat perang dunia 1 dan amerika saat perang dunia 2 2. Ideomogi Anti-militer, diaman kekuatan politik militer lemah dan lemah juga profesionalisme mliternya. Kombinasi ini hanya muncul pada masyarakat yang secara intensif menekan hinga mustahil militer lepas dari pengaruh sejauh apapun mereka mengurangi kukatan poltik. pola ini biasanya ata pada negara totalitarian modern. Contohnya dalah jermasn saat perang dunia 2 3. Ideologi Anti-militer, dengan kekuatan polilik militer yang rendah dan profesionalisme yang tinggi. Sebuah masyarakat yang sedang menagalami beberapa ancaman terhadap keamananya biasanya memili tipe hubungan ini. Contohnya amerika saat awal perang dunia 2 4. Ideologi pro-militer, dengan kekuatan poltik yang tinggi dan profesionalisme militer yang tinggi. Ini terdapat pada masyarakat yang belanjutkan pengamanan ancaman dan ideologi yang bersimpati pada pandangan militer. contohnya adlah jeman pada masa Bismarckian-Molt-kean cpoc (1860-1890) 5. Ideologi pro-militer, dengan kekuatan militer yang lemah dan profesionalisme yang tinggi. Tipe ini mungkin di espektasikan ada pada masyarakat yang relative aman dari ancaman keamanan dan didominasi oleh conservative atau ideologi lain yang berimpati terhadap pandangan militer. contahnya hubungan sipil-militer di britania di abad 20.