INDONESIA
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Militer dan Civil Society pada Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal
Achmad Yani Yang diampu oleh: Anggun Dwi Panorama, S.IP., M.H.I
Disusun Oleh:
Pertanyaan utama yang dibahas dalam artikel ini adalah mengapa Setelah
sepuluh tahun reformasi di Indonesia, hubungan demokratis militer-sipil belum
terwujud? Saya pikir ini Disebabkan oleh dua hal. Pertama, warga sipil tidak bisa
membangun tentara profesional. Misalnya, terlihat dari minimnya anggaran militer
yang disetujui Kementerian Pertahanan Sipil. Batas anggaran Hal ini menyebabkan
kurangnya perlengkapan pertahanan (sistem senjata utama), Tanpa pelatihan,
kesejahteraan prajurit masih sangat rendah Akibatnya tentara Indonesia kurang
profesional. kedua, Tokoh dari kalangan sipil itu masih dianggap lemah.
Apa yang terjadi di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri Karena sejarah
berdirinya TNI didasarkan pada perjuangan Mengusir penyusup alih-alih
mengembangkan karier secara internal Bidang militer. TNI telah memberikan
kontribusi besar untuk operasi negara Di bidang militer, Kemudian secara politis
Selain itu, untuk kesejahteraan nasional pun demikian halnya di bidang ekonomi.
Seperti Amerika Serikat, komposisi militer juga diperlukan Warga sipil mengambil
profesi perwira profesional. Kita Sebagai negara kolonial, tidak ada sejarahnya Tidak
ada pengalaman dalam membangun otoritas sipil melawan militer Dibandingkan
dengan Indonesia, ada kendala besar. Kepatuhan sukarela TNI kepada otoritas sipil
dalam sepuluh tahun terakhir bukanlah hasil dari ruang yang diizinkan Ini sengaja
disediakan oleh badan sipil, tetapi karena Inisiatif reformasi militer oleh lembaga sipil
terhenti. Stagnasi ini disebabkan oleh institusi sipil dan Diversifikasi aliansi
sementara antara aktor internal dan eksternal.
2. Pembahasan
Angkatan bersenjata terkait erat dengan siapa yang menjaga siapa (Siapa yang
menjaga wali) Aturan ini sejalan dengan pikiran Klasik Romawi Juvelai dan Omnia
Romae, menunjukkan bahwa demokrasi adalah aturan tertinggi warga negara,
termasuk aturan perintah Pasukannya. Seberapa akurat kontrol demokratis?
Bagaimana mengkonseptualisasikannya? kita harus Pahami bahwa kontrol demokrasi
didasarkan pada pemerintahan, politik, Sejarah dan budaya suatu negara. Oleh karena
itu kami sadari Dikatakan bahwa tidak ada model demokrasi tunggal di dunia Paling
cocok atau paling cocok untuk digunakan di suatu negara / Kawasan. Ada beberapa
definisi tentang pengendalian demokratis yang perlu dipahami, antara lain:
Pada relasi sipil–militer yang otoritarian, yang terjadi adalah tidak adanya
kontrol sipil atas militer sehingga keberadaan pemerintahan sipil sering kali
dilangkahi oleh militer. Kondisi ini sama seperti yang terjadi di Indonesia pada awal
masa kemerdekaan. Peran tentara saat itu sangatlah besar dan terkadang tidak ada
kontrol sipil atas operasi-operasi yang dilakukan. Seperti yang terjadi pada era 1950-
an, Tentara Rakyat (sekarang TNI) sering kali melakukan perlawanan terhadap agresi
asing ataupun gerakan pemberontakan tanpa komando Presiden (Sutoro 2002). Hal
ini kemudian dilanjutkan pada era Orde Baru, namun dengan model supremasi yang
berbeda. Berlakunya doktrin Dwifungsi ABRI telah menjadikan kekuatan militer
benar-benar mendominasi aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Idealnya, posisi tentara sendiri harus dikuasai oleh warga sipil. Secara teori,
kontrol sipil atas tentara sebenarnya sederhana. Semua keputusan pemerintah
termasuk keputusan Mengenai keamanan nasional, tidak bisa ditentukan secara
sepihak Ditentukan oleh militer, tetapi harus berdasarkan keputusan staf sipil Siapa
orang yang dipilih secara demokratis. Keberadaan warga sipil sebagai pemegang
kekuasaan pemerintahan mencakup seluruh aspek kehidupan patriotik. Semua
tanggung jawab militer Hukum perdata disahkan oleh pemerintah sipil. Lebih rinci,
hubungan militer-sipil yang ideal jatuh ke ranah keputusan perintah perang termasuk
pemilihan. Strategi pertahanan yang digunakan, bahkan determinasi Waktu ofensif
militer. Pada saat yang sama, militer telah melakukan desentralisasi Melakukan
operasi militer di alam liar berdasarkan teori militer yang ada, strategi dan
pengalaman militer yang ada Dan kemampuan profesi militer. namun, Pada dasarnya
semua aturan dibentuk dan digunakan akan Kebijakan disesuaikan dengan
masyarakat sipil.
3. Latar Belakang