Anda di halaman 1dari 7

MILITER DAN POLITIK

Disusun Oleh :

Anna Pratiwi
1801112579

Militer dan Politik Kelas A

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

2020

1
PENDAHULUAN

Relasi sipil dan militer di dalam suatu negata pada dasarnya tidak bisa
dilepaskan dari karakteristik sistem politiknya. Di negara otoriter atau totaliter,
pengaruh militer di dalam kehidupan politik sangat besar. Disini, militer sangar
bedar. Sementara itu di negara-negara demokratis, pengaruh militer cenderung
mengecil karena adaya paradigma supermasi militer. Militer, dengan demikian berada
di bawah kendali politisi sipil. Sebelem mengetahui pengaruh militer perlu adanya
pemahaman yang lebih dalam tentang Konsep militer dan politik itu sendiri. Dalam
artikel kali ini penulis akan menjelaskan bukan hanya Konsep militer dan politik
tetapi juga hubungan militer dengan politik dalam suatu negara yang meliputi
hubungan militer dan politik, fungsi militer daam system politik, dan
profesionalisme militer. Setelah mengetahui Konsep dan juga hubungan militer
dengan politik dalam artikel ini juga akan di jelaskan salah satu studi kasus yang
dimana menjelaskan keterkaitan antara militer dengan politik di suatu negara, dalam
hal ini penulis mengambil negara Indonesia sebagi studi kasusnya.

PEMBAHASAN

 Konsep Militer dan Politik

Militer berasal dari kata Yunani, dalam Bahasa Yunani adalah orang yang
bersenjata siap untuk bertempur, orang-orang ini terlatih dari tantangan untuk
menghadapi musuh, sedangkan ciri-ciri militer sendiri mempunyai organisasi teratur,
pakaiannya seragam, disiplinnya tinggi, mentaati hukum yang berlaku dalam
peperangan. Adapun beberapa pengertian militer melalui beberapa pandangan ahli
adalah :

- Saidimin Surya Hadi Projo : organisasi resmi negara yang diberi tugas
menjaga kedaulatan dan keutuhan negara

1
- Amiroeddin Syarif (1996 : I) Militer adalah orang yang dididik, dilatih dan
dipersiapkan untuk bertempur.

- Hardito : sedangkan menurut Hardito sendiri militer meruakan perwira


profesional

Sedangkan konsep politik sendiri adalah ilmu yang khusus mempelajari sifat dan
tujuan dari negara sehauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat
dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi yang dapat
mempengaruhi negara. Adapun beberapa pandangan para ahli mengenai politik
adalah :

- Aristoteles : Bahwa arti pengertian politik adalah upaya atau cara untuk
memperoleh sesuatu yang dikehendaki.

- Prof. Miriam Budhiarjo: Politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
negara maupun proses pengambilan keputusan ketatanegaraan.

- Roger F. Soltau: Definisi politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan-
tujuan negara, dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu.

 Hubungan Negara dan Militer

Setelah mengetahui konsep dari militer sendiri kita akan masuk kedalam
hubungan Militer dengan Negara. Konsep dari negara sendiri adalah negara
merupakan alat (agency) dari masyarakat yanh mempunyai kekuasaan tertinggi untuk
mengatur hubungan antar manusia didalam masyarakat dan mengendalikan
kekuasaan dalam masyarakat. Negara dapat memaksakaan kekuasaannya terhadap
semua kelompok demi menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama.

Lalu apakah hubungan militer dan negara? Organisasi militer adalah sub negara
yang dimana negara mengendalikan tentara. Semakin kuat kendali negara terhadap
ketentaraan semakin stabil juga sistem politik negara tersebut. Tentara mengabdi

2
kepada kepentingan negara bukan kepentingan kelompok. Militer juga merupakan
unsur kekuatan negara semakin kuat militer sebuah negara maka semakin besar juga
kekuatan negara tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas tetulis yang dimana bahwa semakin kuat kendali
negara terhadap ketentaraan semakin stabil juga sistem politiknya. Disini tertuang
jelas peranan militer terhadap politik. Adapun beberapa prespektif politik mengenai
militer adalah sebagai berikut :

- Militer adalah alat negara bukan alat kekuasaan politik kelompok penguasa

- Organisasi militer bukanlah organisasi politik

- Militer berperan dibidang pertahanan negara (wilayah, rakyat, pemerintah yang


berdaulat

Untuk mencegah adanya penyalahgunnaan militer sebagai alat politik diperlukan


adanya profesionalisme militer. Adapun profesionalisme militer sendiri menurut
Erick A. Nordlinger terkait juga dengan kemampuan seorang prajurit menjalankan
tugasya mempertahankan ketertiban nasional dalam menghadapi ancaman,
menggunakan senjata dlam pertempuran, serta tidak melibatkan diri dari urusan
nonmiliter 1. Mengacu pada Hungtington, profesionalisme militer mengandung tiga
makna yaitu:2 Pertama, Expertise atau keahlian yang di dalamnya mengandung
makana bahwa orang yang professional adalah ahli yang memiliki pengetauan dan
keterampilan khusus dalam bidang tertentu. Kedua, Social responsibility (tanggung
jawab sosial) terlihat dari peran, fungsi dan kerjanya yang melindungi masyarakat
dari ancaman bersenjata. Ketiga, Corporatennes (kesatuan), yang dimensinya
menunjukan pada kesadaran dan loyalitas bahwa militer adalah anggota sebuah
kelompok atau Lembaga khusus dan terhormat yang mempunyai kompetensi

1
Erick A.Nordlinger, Militer Dalam Politik (Jakarta: Rhineka cipta 1990)
2
Abdoel fatah, Demililiterisasi Tentara Pasang Surut Politik Militer 1945-2004, (Yogyakarta:
LKIS.2005), H.45

3
professional berdasarkan standar formal yang ditetapkan. Menurut pandangan
Huntington juga militer profeisonal mempunyai tiga karakter atay ciri. Pertama,
keahlian sebagai karakter untama yang karena keahlian ini profesi militer kian
menjadi spesifik serta perlu pengetahuan dna keterampilan, Kedua, militer
professional mempunyai tanggung jawab sosial uang khusus selain mempunyai nilai-
nilai moral yang harus terpisah sama sekali dari insentif ekonomi, perwira militer
mempunyai tanggung jawab kepada negara. Ketiga, militer professional memiliki
karakter korporasi yang melahirkan rasa esprit de corps yang kuat.

Indonesia juga memiliki undang-undang yang dimana menjelaskan tentang


profesionlaisme militier yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia Pasal 2 butir ke 4 yang
dimana menyatakan bahwa, “Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik,
diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip
demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum
internasional yang telah diratifikasi.” 3.

 Kasus Peran Militer dalam Politik di Indonesia

Hubungan militer dan politik sudah terjalin dalam beberapa di sejarah Indonesia
misalnya adalah hubungan militer dan politik pada orde lama yang dimana terjadi
supermasi sipil atas militer sebagai bentuk dari terlaksananya sebuah demokrasi yang
sehat. Sejak awal terbentuknya pemerintahan Indonesia militer Indonesia telah
memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan garis sejarah perjuanngan
bangsa Indonesia selama pada pasa lima tahun revolusi Indonesia (1945-1949)
tertuang jelas adanya dualism kepimpinan yaitu militer dan politik. Akan tetapi pada
masa orde baru terjadi pergeseran praktik militer di dunia politik yang dimana pada
masa orde baru terlihat keterkaitan antara ABRI dalam politik yang dimana dalam hal

3
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004

4
ini dikenal dengan dwifungsi ABRI yang dimana sebuah konsep politik yang
menempatkan ABRI baik sebagai kekuatan Pertahanan keamanan dan kekuatan sosial
politik dalam sipra maupun infrastruktur politik yang telah diatur dalam undang-
undang. Dalam penerapan Konsep ini mulai lah timbul beberapa dampak yaitu :

1. Terjadinya dominasi ABRI terhadap masyarakat sipil : Pada masa Orde Baru,
pelaksanaan negara banyak didominasi oleh ABRI. Dominasi yang terjadi
pada masa itu dapat dilihat dari: (a). Banyaknya jabatan pemerintahan mulai
dari Bupati, Walikota, Gubernur, Pejabat Eselon, Menteri, bahkan Duta Besar
diisi oleh anggota ABRI yang “dikaryakan”, (b). Selain dilakukannya
pembentukan Fraksi ABRI di parlemen, ABRI bersama-sama Korpri pada
waktu itu juga dijadikan sebagai salah satu tulang punggung yang menyangga
keberadaan Golkar sebagai “partai politik” yang berkuasa pada waktu itu.

2. ABRI menjadi alat politik praktis : sengan penetapan adanya Dwifungsi


ABRI, di MPR dan DPR terdapat anggota dewan dan majelis yang ditunjuk
oleh ABRI, bersamaan juga dengan para kepala daerah yang berasal dari
ABRI mereka kemudian dianggap sebagai kepanjangan tangan dari Presiden
Soeharto.

Kejatuhan rejim yang otoriter telah mendorong perubahan pula di lingkungan TNI.
Langkah awal mewujudkan TNI yang profesional adalah melepaskan TNI dari
keterlibatannya dalam politik. Hal itu tidak mudah dilakukan, serta memerlukan
kesadaran internal dan tekanan eksternal. Dalam perspektif ini sebenarnya runtuhnya
imperium Soeharto merupakan a blessing in disguise bagi lembaga TNI guna
mengembalikan TNI sebagai tentara profesional.

Melihat banyak dampak yang ditimbulkan dnegan adanya dwifungsi ABRI


ditetapkanlah pentingnya Profesional militer dalam militer Adapun pengertian
profesionalisme militer adalah profesionalisme milter

5
Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu Konsep


militer adalah Militer adalah orang yang dididik, dilatih dan dipersiapkan untuk
bertempur. Sedangkan politik sendiri merupakan ilmu yang khusus mempelajari sifat
dan tujuan dari negara sehauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat
dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi yang dapat
mempengaruhi negara. Hubungan militer dan politik terlihat dimana organisasi
militer adalah sub negara yang dimana negara mengendalikan tentara. Semakin kuat
kendali negara terhadap ketentaraan semakin stabil juga sistem politik negara
tersebut. Dalam menguatkan kendali negara terhadap ketentaraan dibutuhkan
profesionalisme militer, profesionalisme militer bahwa militer harus memiliki
keahlian dan keterampilan khusus dalam bidangnya dan memiliki tanggung jawab
terhadap tugas yang dilakukanya. Kaarena jika tidak akan terjadi penyelewengan
militer dalam negara salah satu contohnya adalah Dwifungsi ABRI.

DAFTAR PUSTAKA

Abdoel fatah, Demililiterisasi Tentara Pasang Surut Politik Militer 1945-2004,


(Yogyakarta: LKIS.2005), H.45

Budiardjo, M. (2003). Dasar-dasar ilmu politik. Gramedia pustaka utama.

Erick A.Nordlinger, Militer Dalam Politik (Jakarta: Rhineka cipta 1990)

Kelompok 1, Materi Pengertian Militer dan Politik

Kelompok 2, Materi Kuliah Hubungan Militer Dan Politik Sebuah Tinjauan Sejarah

M. Saeri, M.Hum, Materi Kuliah Militer dan Negara (Sebagai alat politik)

Marijan, K. (2019). Sistem politik Indonesia: konsolidasi demokrasi pasca Orde Baru.
Kencana.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004

Anda mungkin juga menyukai