Anda di halaman 1dari 22

SEKOLAH STAF DAN KOMANDO AD

LT2
DEPARTEMEN MASSTRA

LEMBAR JAWABAN - 2
LT 2 / 01 / IV / 2013

BIDANG STUDI : STRATEGI DAN DOKTRIN


SUB BIDANG STUDI : PENGETAHUAN STRATEGI
MATA PELAJARAN : INTELIJEN STRATEGI

ESSAY DAMPAK PERANG KOREA UTARA DAN KOREA SELATAN


TERHADAP NKRI DIHADAPKAN PADA 9 KOMPONEN INTELIJEN STRATEGIS

Perang Korea adalah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dimulai
pada 25 Juni 1950. Perang ini sempat berhenti sementara dengan gencatan senjata yang
ditandatangi pada 27 Juli 1953. Konflik diakibatkan oleh pembagian Korea dan upaya
kedua Korea untuk menyatukan kembali Korea di bawah pemerintahan mereka masing-
masing. Perang ini menewaskan lebih dari 2 juta penduduk dan prajurit dari kedua belah
pihak. Periode sebelum perang ditandai dengan konflik perbatasan pada paralel utara ke
38 dan upaya negosiasi pemilihan umum bagi keutuhan Korea. Negosiasi berakhir ketika
Tentara Rakyat Korea menyerbu Korea Selatan pada 25 Juni 1950. Di bawah restu PBB,
Amerika Serikat dan sekutunya mendukung Korea Selatan. Setelah serangan balasan
Korea Selatan, tentara Cina mendukung Korea Utara dan pada akhirnya mengarah
kepada gencatan senjata yang hampir memulihkan kembali perbatasan awal antara
Korea Utara dan Korea Selatan. Sejak gencatan senjata tahun 1953, hubungan antara
pemerintah Korea utara dengan Korea Selatan, Uni Eropa, Kanada, Amerika Serikat dan
Jepang tetap tegang. Pertempuran dihentikan dengan gencatan senjata, tetapi kedua
Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang. Baik Korea Utara maupun
Selatan menandatangani Deklarasi Gabungan Utara-Selatan 15 Juni pada tahun 2000,
ketika kedua pihak berjanji untuk mengupayakan penyatuan kembali dengan cara damai.
Selain itu pada 4 Oktober 2007, para pemimpin dari Utara dan Selatan bergandengan
2
tangan untuk mengadakan rapat puncak yang membicarakan pernyataan penghentian
perang secara resmi dan mengukuhkan kembali prinsip non-agresi.
Sebelum Semenanjung Korea dianeksasi oleh Jepang pada tahun 1910, wilayah
tersebut dikuasai oleh serangkaian kerajaan yang didirikan pendatang yang kebanyakan
dari Cina.
Seperti yang terjadi pada banyak negara lainnya, termasuk Indonesia, akhir Perang
Dunia II menggoreskan berbagai perbatasan baru. Di Korea, Uni Soviet dan Amerika
Serikat membelah Korea menjadi dua, yang kemudian secara resmi membentuk Rakyat
Demokratik Republik Korea Utara dan Republik Korea, dua sisi Korea yang kini terbelah
dua di 38 derajat lintang utara dan ini kenapa perbatasan antara kedua negara sering
disebut sebagai 38th parallel.
Dalam dua tahun berikutnya, ketegangan antara kedua Korea ini terus meningkat.
Pada tanggal 25 Juni 1950, militer Korea Utara menyeberangi perbatasan dan melakukan
invasi atas Korea Selatan. Tindakan ini memulai Perang Korea yang berlangsung selama
tiga tahun dan memakan korban sekitar dua juta nyawa. Gencatan senjata terjadi pada
tahun 1953. Yang menarik, karena perjanjian perdamaian tidak pernah ditanda tangani
sampai sekarang kedua negara tersebut secara resmi masih dalam kondisi perang.
Sejak 1948, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan telah didominasi
oleh pertanyaan tentang reunifikasi atau penyatuan kembali. Ketika Presiden Korea
Selatan Kim Dae Jung, mulai berkuasa pada tahun 1998 ia mengumumkan “Sunshine
Policy” sebuah kebijakan yang bertujuan meningkatkan interaksi antara kedua negara.
Pada tahun 1994, kematian Kim Il-Sung membawa Kim Jong-Il menggantikan ayahnya
sebagai pemimpin baru Korea Utara. Pada tahun yang sama, Korea Utara setuju untuk
menghentikan program nuklirnya dan memulai beberapa hubungan kerjasama dengan
Amerika Serikat. Pelunakan hubungan ini juga terlihat pada tanggal 13-15 Juni tahun
2000, ketika pertemuan tingkat tinggi antar Korea diadakan untuk pertama kalinya.
“Sunshine Policy” mendapatkan ujian pertama pada bulan Oktober 2002 ketika AS
mengumumkan Korea Utara telah kembali memulai program rahasia senjata nuklir. Hal ini
menyulut ketegangan antara AS dan Korea Selatan dengan Korea Utara.
Dalam pidato pelantikan Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun tanggal 25
Februari 2003, dia berjanji akan membangun Korea Selatan menjadi “pusat Asia Timur
Laut”, untuk meningkatkan hubungan antar Korea dan memimpin Korea Selatan menuju
“era perdamaian dan kemakmuran”. Pertemuan tingkat tinggi antar Korea kembali
diselengarakan pada tanggal 2-4 Oktober 2007 di Pyongyang. Kim Jong-II memberikan
hadiah kepada Presiden Roh Moo-Hyun berupa 4 ton “songi” (jamur matsutake) senilai
2,6 juta dollar Amerika. Kedua kepala negara mendiskusikan tentang kemajuan hubungan
3
antara Korea Utara dan Korea Selatan, perdamaian di Semenanjung Korea dan
kesejahteraan Rakyat Korea dan penyatuan Korea. Menyusul ketegangan yang terus
terjadi antara dua negara karena Korea Utara terus melakukan uji coba nuklir dan
peluncuran artileri dari Korea Utara yang menyebabkan kematian dua warga sipil dan dua
anggota militer Korea Selatan, pada November 2010. Kementrian Penyatuan Korea
Selatan secara resmi menyatakan bahwa “Sunshine Policy” gagal dan membawa kepada
berakhirnya kebijakan tersebut. Pada tanggal 17 Desember 2011, Kin Jong-II meninggal
setelah menderita serangan jantung dan putranya Kim Jong-Un diumumkan sebagai
pengganti. Tanggal 1 Januari 2013, Kim Jong-Un menyampaikan pesan tahun baru
melalui siaran televisi, menyerukan untuk membina hubungan lebih baik dengan Korea
Selatan. Tapi pada bulan Februari 2013, Korea Utara melakukan uji coba nuklir ke-3,
yang dikatakan dua kali lebih besar di bandingkan uji coba pada tahun 2009.
Dan pada April 2013, Korea Utara mengatakan bahwa mereka akan memulai
fasilitas nuklir utamanya di Yongbyon, yang dikatakan akan meningkatkan kekuatan nuklir
Korea Utara secara kualitas dan kuantitas.
Mencermati rentetan kronologi sejarah perang Korea diatas, telah terjadi hakekat
krisis persengketaan dua pihak atau lebih yang satu sama yang lain ingin memenangkan
atau mempertahankan kepentingan masing-masing. Pada era krisis dua negara tersebut,
krisis ditandai dengan adanya kekuatan lomba persenjataan Strategis yang mengancam
timbulnya perang nuklir, namun hingga kini pada kenyataannya bahwa masing-masing
pihak berupaya agar kehancuran total tidak terjadi yang akhirnya kedua belah pihak
berusaha mengendalikan krisis tersebut. Krisis regional ternyata bersifat lebih berbahaya
mengingat belum tentu negara-negara yang terlibat krisis mampu menahan diri. Bagi
Indonesia walaupun tidak kecil terlibat dalam krisis kedua negara (Korea Utara dan Keora
Selatan) lebih memungkinkan terjadinya krisis dalam negeri sebagai konsekuensi dampak
yang ditimbulkan dari ketegangan kedua negara tersebut, karena posisi Indonesia yang
strategis. Hal ini relevan dengan analisa perkiraan intelijen bahwa subversi dari luar dan
dalam negeri dijadikan alternatif ancaman bagi Indonesia karena konflik terbuka dengan
pihak luar negeri sangat kecil kemungkinannya namun sangat besar dampak yang
ditimbulkannya.
Dilihat dari segi perkembangan Lingkungan Strategis kehidupan masyarakat dunia
dalam mencapai dan melindungi kepentingan negara atas lainnya sangat berpengaruh.
Persengkataan antar Korea Utara dan Selatan tidak lagi diwarnai oleh perbedaan Idiologi,
tetapi lebih diwarnai perbedaan kepentingan nasional terutama dibidang ekonomi.
Amerika Serikat yang saat ini merupakan satu satunya negara Adidaya, cenderung
memainkan peran sebagai polisi dunia ada indikasi AS juga memanfaatkan organisasi
4
PBB sebagai legitimasi untuk memaksakan kehendaknya terhadap negara lain demi
kepentingan politiknya. Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi dan transportasi
membuat dunia semakin transparan serta tidak lagi mengenal batas negara, waktu dan
jarak. Hal tersebut selain berpengaruh positif juga menimbulkan pengaruh negatif
terhadap negara penerima yaitu Indonesia, antara lain ideologi, politik, ekonomi,
masuknya nilai-nilai sosial budaya, dan masalah keamanan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki program intelijen strategis, disebabkan
oleh komunikasi dan pengangkutan yang modern, oleh keinginan rakyat untuk
menambah pengetahuan dan mempertinggi pendidikan dan oleh karena kepentingan
pertahanan dan keamanan dan aspirasi perbaikan sosial dan ekonomis serta pengakuan
internasional, maka tidak ada negara yang akan dapat hidup menyendiri dan setiap
negara mau tidak mau harus mengambil bagian dalam persoalan internasional. Atas
dasar itu kemudian, jika konflik/sengketa Korea Utara dan Selatan berujung perang, ini
merupakan suatu hakekat ancaman bagi bangsa yang harus kita sikapi dengan cepat dan
tidak berlarut-larut dari aspek intelijen strategis. Yang menjadi pertanyaan sekarang
adalah Pertama “bila Korea Utara dan Korea Selatan terjadi perang dengan
menggunakan semua kemampuan pertahanannya. Apa yang akan terjadi dampak
dari serangan tersebut terhadap negara Kesatuan Republik Indonesia dihadapkan
kepada 9 komponen yang ada dalam Intelijen Strategis ?”, Kedua, “apa keuntungan
dan kerugiannya bagi kedua negara tersebut apabila perang itu tetap
dilaksanakan?”
Sebelum mengetengahkan esensi/analisa intelijen strategis dalam tulisan essay ini,
essai ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa dampak yang terjadi bagi Indonesia
bila terjadi perang antara Korea Utara dengan Korea Selatan dilihat dari sudut pandang 9
komponen dalam Intelijen Strategis untuk mengetahui kemampuan, kerawanan dan
kemungkinan cara bertindak bangsa dengan melakukan kegiatan-kegiatan intelijen
strategis. Sedangkan nilai guna yang dapat dipetik dari tulisan essay ini adalah sebagai
bahan sumbang pemikiran kepada Pimpinan TNI AD dalam menentukan kebijaksanaan
selanjutnya tentang penyelenggaraan intelijen strategis sebagai upaya bangsa dalam
menjaga dan mempertahankan NKRI dari berbagai bentuk ancaman yang berkembang
akibat pengaruh lingkungan strategis. Penulis mencoba menjawab dengan kerangka
analisis yang digunakan sebagai pisau analisa. Dengan menganalisa 9 komponen
intelijen strategis meliputi intelijen geografis (geografi militer), intelijen transport dan
telekomunikasi, intelijen sosiologis, intelijen politik, intelijen ekonomi, intelijen ilmiah dan
intelijen angkatan bersenjata (militer). Bahan informasi yang bersangkutan dengan tiap-
tiap komponen tersebut diatas diolah, kemudian dianalisa, sehingga munculah suatu
5
perkiraan (estimate) tentang kemampuan, kelemahan dan kerawanan dan cara bertindak
yang diperkirakan dari pada masing-masing bangsa yang diteliti (Korea Utara dan Korea
Selatan) menggunakan pendekatan berupa studi kepustakaan dan beberapa refferensi
lainnya yang berkaitan dengan permasalahan konflik Korea.
Agar analisa intelijen strategis ini sistematis dan logis, maka penulisan membagi
menjadi 5 (lima) unsur penting yang pertama adalah identifikasi masalah (seperti yang
telah ungkap diatas), kedua yaitu rumusan permasalahan, ketiga yaitu analisa 9
komponen intelijen strategis, selanjutnya yang keempat yaitu keuntungan dan kerugian
bagi kedua negara (Korea Utara dan Korea Selatan) apabila perang tetap dilaksanakan,
Kelima, penutup.
Menoreh dari identifikasi permasalahan diatas, bahwa ketegangan kedua negara
memang sudah lama dan berlarut hingga saat ini sejak sebelum Semenanjung Korea
dianeksasi oleh Jepang pada tahun 1910, wilayah tersebut dikuasai oleh serangkaian
kerajaan yang didirikan pendatang yang kebanyakan dari Cina. Pada Agustus 1945,
Tentara Soviet membentuk Otoritas Sipil Soviet untuk memerintah negara ini hingga
sebuah rezim domestik, yang besahabat dengan Uni Soviet dapat dibentuk. Setelah
mundurnya tentara Soviet pada tahun 1948, agenda utama pada tahun berikutnya adalah
penyatuan Korea dari kedua belah pihak, namun konsolidasi rezim Syngman Rhee di
selatan dengan dukungan militer Amerika dan penekanan pemberontakan pada Oktober
1948 mengakhiri harapan bahwa negara ini dapat disatukan kembali menurut cara
revolusi komunis. Pada tahun 1949, rezim utara mempertimbangkan untuk melakukan
intervensi militer ke Korea Selatan, tetapi gagal mendapat dukungan dari Uni Soviet.
Penarikan kekuatan militer Amerika Serikat dari Selatan pada Juni memperlemah Rezim
Selatan dan membuat Kim Il-Sung mempertimbangkan kembali rencana invasi ke
Selatan. Gagasan itu sendiri awalnya ditolak oleh Joseph Stalin, tetapi dengan
perkembangan persenjataan nuklir Soviet, kemenangan Mao Zedong di Cina dan
pertanda dari bangsa Cina bahwa mereka dapat mengirimkan serdadu dari sokongan
lainnya ke Korea utara, Stallin menyetujui penyerangan yang menjadi cikal bakal Perang
Korea, dimulai pada 25 Juni 1950 hingga saat ini. Perang ini sempat berhenti sementara
dengan gencatan senjata yang ditandatangi pada 27 Juli 1953. Konflik diakibatkan oleh
pembagian Korea dan upaya kedua Korea untuk menyatukan kembali Korea di bawah
pemerintahan mereka masing-masing. Negosiasi berakhir ketika Tentara Rakyat Korea
menyerbu Korea Selatan pada 25 Juni 1950, sejak gencatan senjata tahun 1953,
hubungan antara pemerintah Korea utara dengan Korea Selatan, Uni Eropa, Kanada,
Amerika Serikat dan Jepang tetap tegang. Pertempuran dihentikan dengan gencatan
senjata, tetapi kedua Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang. Baik
6
Korea Utara maupun Selatan menandatangani Deklarasi Gabungan Utara-Selatan 15
Juni pada tahun 2000, ketika kedua pihak berjanji untuk mengupayakan penyatuan
kembali dengan cara damai. Selain itu pada 4 Oktober 2007, para pemimpin dari Utara
dan Selatan bergandengan tangan untuk mengadakan rapat puncak yang membicarakan
pernyataan penghentian perang secara resmi dan mengukuhkan kembali prinsip non-
agresi. Pertemuan tingkat tinggi antar Korea kembali diselengarakan pada tanggal 2-4
Oktober 2007 di Pyongyang. Kedua kepala negara mendiskusikan tentang kemajuan
hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan, perdamaian di Semenanjung Korea
dan kesejahteraan Rakyat Korea dan penyatuan Korea. Menyusul ketegangan yang terus
terjadi antara dua negara karena Korea Utara, hingga kini terus melakukan uji coba nuklir
dan peluncuran artileri dari Korea Utara yang memulai fasilitas nuklir utamanya di
Yongbyon, yang dikatakan akan meningkatkan kekuatan nuklir Korea Utara secara
kualitas dan kuantitas.
Fakta diatas, menunjukan ketegangan yang masih tidak menemui titik temu
penyatuan/perdamaian antara kedua negara. Kecenderungan ini tentulah membawa
dampak negatif dan positif bagi bangsa Indonesia, oleh karena itulah, sebagai perwira
intelijen memandang perlu melakukan kegiatan intelijen mencakup semua usaha,
pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang diwujudkan dalam bentuk penyelidikan,
pengamanan dan penggalangan. Konsepsi dasar penyelenggaraan Intelijen, pada
dasarnya dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok TNI AD.
Penyelenggaraan Intelijen selalu mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis
serta kemungkinan terjadinya ancaman terhadap bangsa dan negara Indonesia, baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Oleh karena itu, persoalan perang
Korea Utara dan Selatan diketegorikan sebagai konflik antar bangsa sekaligus sebagai
bentuk ancaman luar negeri bagi bangsa Indonesia seandainya berujung pada perang
dimasa mendatang.
Agar kita dapat mengetahui kemampuan, kerawanan dan kemungkinan cara
bertindak bangsa Indonesia dihadapkan pada konflik antar bangsa tersebut, dengan
melakukan kegiatan-kegiatan intelijen strategis. Istilah intelijen strategis terdiri dari dua
kata yaitu Intelijen dan Strategis, secara harfiah intelijen diartikan sebagai akal atau
kecerdasan. Strategi berasal dari kata Stragama (Bahasa Latin) stratos yang berarti
meliter dan ago yang berarti memimpin, maka strategi dapat diartikan sebagai militer atau
suatu rencana untuk memperdayakan musuh. Menurut Seskoad, Intelijen strategis
dibutuhkan tidak hanya untuk mencapai kemenangan dalam perang, tetapi juga sangat
diperlukan untuk merumuskan politik dalam dan luar negeri secara tepat (Hanjar Intelijen
Strategis, 2012, hal 46). Mengalir dari pengertian intelijen dan strategi serta pengertian-
7
pengertian intelijen strategi tersebut, maka implementasi penggunaan pengertian intelijen
strategi bukan hanya berlaku untuk negara lain saja tetapi juga berlaku bagi negara
Indonesia. Dengan demikian maka intelijen strategi dapat diartikan sebagai
pengetahuan/produk yang memuat tiga masalah pokok yaitu : 1) Kemampuan
(Capability). Kemampuan suatu negara adalah sesuatu dapat digunakan bangsa itu baik
diwaktu perang maupun diwaktu damai untuk mencapai tujuan nasionalnya. Kemampuan
itu ditentukan dengan mengadakan penggalian terhadap komponen-komponen
intelijen/strategi (pada umumnya mencakup aspek astagatra); 2) Kerawanan
(Vulnerability). Kerawanan suatu bangsa adalah suatu yang peka terhadap tindakan
lawan dan apabila dimanfaatkan lawan dapat mengurangi potensi perang ataupun
menghilangkan kemauan berperang bangsa kita. Penentuan kerawanan tersebut sama
dengan analisa penentuan kemampuan tersebut diatas; 3) Kemungkinan cara bertindak
adalah tindakan yang paling mungkin dilakukan oleh satu bangsa untuk mencapai tujuan
nasionalnya. Penentuan kemungkinan cara bertindak tersebut yaitu dengan mengadakan
penganalisaan terhadap kemampuan dan kerawanan bangsa.
Sengketa yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan yang mungkin akan
menjadi perang adalah sebagai akibat dari pelaksanaan strategi nasional masing-masing
negara dalam mewujudkan tujuan nasionalnya. Oleh karenanya agar para pimpinan
nasional dapat merumuskan kebijaksanaan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang
persoalan-persoalan yang menyangkut negara lain serta negara sendiri. Pengetahuan
tersebut mencakup segi-segi kemampuan, kerawanan dan kemungkinan cara bertindak
suatu negara atau pihak sendiri, pengetahuan ini diperoleh dengan melakukan kegiatan-
kegiatan intelijen strategis. Pengumpulan keterangan strategis oleh suatu negara
terhadap negara lain bukanlah berarti bahwa negara yang bersangkutan merupakan
musuh, tetapi mungkin pula negara tersebut adalah negara sahabat. Pengumpulan
keterangan justru merupakan kebutuhan yang memungkinkan pada setiap hubungan
wajar antara tenaga sahabat, termasuk pengumpulan keterangan didalam negeri bagi
kepentingan strategi nasional (pembangunan nasional). Intelijen strategi sangat
dibutuhkan dibutuhkan dalam perumusan politik luar dan dalam negeri, oleh karena itu
pada zaman modern sekarang ini tidak ada satu negarapun yang tidak melaksanakan
suatu program intelijen strategis, sungguhpun tingkat dan bentuknya berbeda beda.
Disamping intelijen strategis berguna untuk merumuskan politik luar negeri dan dalam
negeri, intelijen strategis memungkinkan pula tiap negara mempersiapkan diri terhadap
bakal-bakal lawannya. Dengan demikian maka intelijen strategis mempunyai kedudukan
yang senantiasa akan selalu digunakan dalam hubungannya dengan kepentingan
8
nasional masing-masing negara, terlebih lagi penggunaannya dalam pelaksanaan operasi
militer di masa perang.
Dari latar belakang pengertian dan peran intelijen strategis diatas, untuk
mengetahui dampak bagi bangsa Indonesia akibat dari perang antar negara Korea Utara
dengan Korea Selatan, untuk mengsistematisasikan seribu macam informasi yang tidak
tersusun yang senantiasa dapat diperoleh dari persoalan diatas maupun dari berbagai
refferensi lain yang berkaitan dengan perang kedua negara tersebut, maka intelijen
strategis dibagi dalam beberapa kategori pokok. Kategori ini dinamakan komponen
intelijen strategis. Komponen ini ialah intelijen geografis (geografi militer), intelijen
transport dan telekomunikasi, intelijen sosiologis, intelijen politik, intelijen ekonomi,
intelijen ilmiah dan intelijen angkatan bersenjata (militer). Bahan informasi yang
bersangkutan dengan tiap-tiap komponen tersebut diatas diolah oleh para spesialis, dari
hasil-hasil pengolahan para spesialis ini, setelah diolah lagi dalam hubungannya satu
sama lain secara keseluruhan oleh analis-analis ahli intelijen strategis, munculah suatu
perkiraan (estimate) tentang kemampuan, kelemahan dan kerawanan dan cara bertindak
yang diperkirakan dari pada masing-masing bangsa yang diteliti. Secara singkat akan
penulis bahas 9 komponen intelijen strategis tersebut; 1) Komponen geografi (geografi
militer), a) Korea Utara (dikutip dari Wikipedia; http://id.wikipedia. org/wiki/Korea_Utara).
Secara resmi disebut Republik Demokratik Rakyat Korea yaitu sebuah negara di Asia
Timur, yang meliputi utara semenanjung Korea. Ibu Kota dan kota tersebesarnya adalah
Pyongyang. Zona Demiliterisasi Korea menjadi batas antara Korea Utara dan Korea
selatan. Sungai Amnok dan Sungai Tumen membentuk perbatasan antara Korea Utara
dan Republik Rakyat Cina. Sebagian dari sungai Tumen di timur laut merupakan
perbatasan dengan Rusia. Penduduk setempat menyebut negara ini Pukchoson “Choson
Utara”. (1) Geografi Ekonomi. Korea Utara memiliki ekonomi komando yang
terindustrialisasi, autarkik, dan sangat terpusat. Gaji rata-rata Korut adalah sekitar $47 per
bulan, meskipun terdapat masalah ekonomi yang substansial, kualitas hidup rakyat terus
membaik dan upah pekerja terus meningkat. Pasar swasta berskala kecil, disebut
janmadang, hadir di seluruh penjuru negara ini dan melayani penduduk dengan makanan
dan komoditas tertentu dari impor yang ditukar dengan uang, dengan demikian membantu
mencegah kelaparan. Makanan, rumah, kesehatan, dan pendidikan diberikan secara
gratis oleh negara, dan pembayaran pajak telah dihapuskan sejak 1 April 1974. Untuk
meningkatkan produktivitas pertanian dan industri, sejak tahun 1960-an, pemerintah
Korea Utara telah memperkenalkan sistem-sistem manajemen seperti sistem kerja Taean.
Pada abad ke-21, pertumbuhan PDB Korea Utara cukup lambat tetapi pasti, meskipun
pada beberapa tahun terakhir, angka pertumbuhan meningkat hingga 3,7% pada 2008
9
karena pertumbuhan sektor pertanian sebesar 8,2%. Menurut perkiraan tahun 2002,
sektor utama dalam ekonomi Korea Utara adalah industri (43,1%), diikuti oleh jasa
(33,6%) dan pertanian (23,3%). Pada 2004, diperkirakan bahwa sektor pertanian
menyerap 37% dari tenaga kerja, sementara industri dan jasa menyerap sisanya, 63%.
Industri utama meliputi produk militer, pembuatan mesin, energi listrik, bahan kimia,
pertambangan, perlogaman, sandang, pengolahan makanan dan pariwisata. (2) Geografi
Politik. Korea Utara termasuk dalam negara satu partai di bawah front penyatuan yang
dipimpin oleh Partai Buruh Korea. Pemerintah negara mengikuti ideologi Juche, yang
digagas oleh Kim Ji Sung, mantan pemimpin negara ini Juche menjadi ideologi resmi
negara ketika negara ini mengadopsi konstitusi baru pada 1972, kendati Kim Il Sung telah
menggunakannya untuk membentuk kebijakan sejak sekurang-kurangnya awal tahun
1955. Sementara resminya sebagai republik sosialis. Korea Utara dipandang oleh
sebagian besar negara sebagai negara kediktatoran totaliter stalinis. Setelah
kemerdekaan Kim Jong Il pada tanggal 19 Desember 2011, diperkirakan pemimpin Korea
Utara berikutnya adalah KimJong-un, anak termuda Kim Jong Il. (3) Geomorphologi.
Korea Utara menguasai sebagian utara Semenanjung Korea, meliputi wilayah seluas
120.540 km² (46,541 mil²). Korea Utara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina dan
Rusia di utara, dan dengan Korea Selatan di sepanjang Zona Demiliterisasi Korea. Batas
barat Korea Utara adalah Sungai Kuning dan Teluk Korea, sementara di timur terdapat
Jepang di seberang Laut Jepang. Titik tertinggi di Korea Utara adalah Gunung Paektu-san
dengan ketinggian 2.744 m (9,003 kaki). Sungai terpanjang di Korea Utara adalah Sungai
Amnok yang mengalir sepanjang 790 kilometer (491 mil). Iklim Korea Utara relatif sedang.
Menurut klasifikasi iklim Köppen, negara ini beriklim Dwa, dengan musim panas yang
hangat dan musim dingin yang kering. Pada musim panas, terdapat musim hujan singkat
yang disebut changma. b) Korea Selatan (dikutip dari Wikipedia; http://id.wikipedia.
org/wiki/Korea_ Selatan). Korea Selatan adalah negara republlik. Sebuah negara di Asia
Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Republik
Korea berbataskan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara
hingga tahun 1948. Laut Kuning di sebelah barat, Jepang berada di seberang Laut
Jepang (disebut "Laut Timur" oleh orang-orang Korea) dan Selat Korea berada di bagian
tenggara. Negara ini dikenal dengan nama Hanguk oleh penduduk Korea Selatan dan
disebut Namchosŏn "Chosŏn Selatan oleh penduduk Korea Utara. Ibu kota Korea Selatan
adalah Seoul. (1) Geografi Ekonomi. Korea Selatan memiliki ekonomi pasar dan
menempat urutan kelima belas dunia berdasarkan PDB. Kesuksesan ekonomi Korea
Selatan dicapai pada akhir 1980-an ketika PDB berkembang dari rata - rata 8% per tahun
(US$2,7 milyar) pada tahun 1962 menjadi US$230 milyar pada 1989. Jumlah ini kira - kira
10
20 kali lipat dari Korea Utara dan sama dengan ekonomi-ekonomi menengah di Uni
Eropa. Kemajuan ekonomi ini dikenal dengan nama Keajaiban di Sungai Han. Jumlah
penduduk dibawah garis kemiskinan sebesar 15% pada tahun 2003. 2) Geografi Politik.
Seperti pada negara-negara demokrasi lainnya, Korea Selatan membagi
pemerintahannya dalam tigas bagian : eksekutif. Yudikatif dan legislatif. Lembaga
eksekutif dipegang Presiden yang dipilih berdasarkan hasil pemilu untuk masa jabatan 5
tahun dan dibantu oleh Perdana Menteri yang ditunjuk oleh Presiden dengan persetujuan
dewan perwakilan. Presiden bertindak sebagai kepala negara dan Perdana Menteri
sebagai Kepala Pemerintahan. Lembaga Legislatif dipegang oleh Dewan Perwakilan yang
menjabat selama 4 tahun. Pelaksanaan sidang paripurna diadakan setiap setahun sekali
atau berdasarkan permintaan Presiden. Sidang ini terbuka untuk umum namun dapat
berlangsung tertutup. Pengadilan kontitusional menjadi lembaga tertinggi pemegang
kekuasaan yudikatif yang terdiri atas 9 hakim yang direkomendasikan oleh Presiden dan
dewan perwakilan. Hakim akan menjabat selama enam tahun dan usianya tidak boleh
melebihi 65 tahun pada saat terpilih. Korea Selatan melakukan hubungan diplomatik lebih
dari 188 negara. Korea Selatan juga tegabung dalam PBB sejak tahun 1991, bersamaan
dengan tegabungnya Korea Utara. Pada 1 Januari 2007, Menteri Luar Negeri Korea
Selatan pada saat itu, Ban Ki-Moon resmi menjadi Sekretaris Jenderal PBB menggantikan
Kofi Annan. Selain itu, Korea Selatan juga menjadi mitra strategis ASEAN sebagai
anggota ASEAN plus 3 dan aktif dan aktif dalam forum ekonomi dunia lainnya seperti G-
20, APEC dan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur. Korea Selatan menjalin hubungan
erat dengan RRC, terutama sejak Korea Selatan memutuskan hubungan dengan
Republik Cina. Uni Eropa menjadi mitra penting perdagangan Korea Selatan dan menjadi
tujuan utama ekspor Korea Selatan. Hubungan diplomatik dengan Jepang tidak pernah
dicatatkan secara formal sejak perang dunia II, namun Traktat Hubungan Dasar antara
Jepang dan Korea Selatan yang ditandatangani tahun 1965 menjadi dasar utama
hubungan kedua negara. Korea selatan dan Jepang mengalami persengketaan mengenai
masalah Batu Uancourt, namun secara administratif, kepulauan ini dimiliki oleh Korea
Selatan karena Pengawal Pantai Korea Selatan bermakas di pulau ini. Invasi serta
ketegangan dengan Korea Utara telah mendorong Korea Selatan mengalokasikan 2,6%
dari PDB dan 15% dari pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan militer serta
mewajibkan seluruh pria untuk mengikuti wajib militer. (3) Geomorphologi. Luas Korea
Selatan adalah 99.274 km2, lebih kecil dibanding Korea Utara. Keadaan topografinya
sebagian besar berbukit dan tidak rata. Pegunungan di wilayah timur umumnya menjadi
hulu sungai-sungai besar, seperti sungai Han dan sungai Naktong. Sementara wilayah
barat merupakan bagian rendah yang terdiri dari daratan pantai yang berlumpur. Di
11
wilayah barat dan selatan yang terdapat banyak teluk terdapat banyak pelabuhan yang
baik seperti Incheon, Yeosu, Gimhae, dan Busan. Korea Selatan memiliki sekitar 3.000
pulau, sebagian besar adalah pulau kecil dan tidak berpenghuni. Pulau-pulau ini tersebar
dari barat hingga selatan Korea Selatan. Pulau Jeju yang terletak sekitar 100 kilometer di
bagian selatan Korea Selatan adalah pulau terbesar dengan luas area 1.845 km2.
Gunung Halla adalah gunung berapi tertinggi sekaligus sebagai titik tertinggi di Korea
Selatan yang terletak di Pulau Jeju. Pulau yang terletak di wilayah paling timur Korea
Selatan adalah Uileungdo dan Batu Liancourt sementara Marado dan Batu Socotra
merupakan pulau yang berada paling selatan di wilayah Korea Selatan. Iklim Korea
selatan dipengaruhi oleh iklim dari daratan Asia dan memiliki 4 musim. Musim panas di
Korea selatan yang dimulai bulan Juni bisa mencapai temperatur 40ºC (di kota Daegu),
yang ditandai dengan datangnya musim hujan yang jatuh pada akhir bulan Juli sampai
Agustus di seluruh bagian semenanjung. Sementara temperatur musim dinginnya rata-
rata pada suhu minus 10ºC di beberapa propinsi. Korea Selatan juga rentan akan
serangan angin taifun yang menerjang selama bulan musim panas dan musim gugur.
2) Komponen transport dan telekomunikasi, a) Korea Utara, Transportasi air pada
sungai-sungai utama dan di sepanjang pesisir memainkan peranan penting bagi lalu lintas
barang dan manusia. Selain Sungai Yalu dan Taedong, sebagian besar jalur air di
daratan, seluruhnya 2.253 kilometer, dilayani hanya oleh perahu-perahu kecil. Lalu lintas
pesisir yang paling ramai berada di pantai timur, yang mampu mengakomodasi muatan
yang lebih besar karena relatif lebih dalam. Pelabuhan-pelabuhan utama adalah Nampho
di pesisir barat dan Rajin, Chongjin, Wonsan, dan Hamhung di pesisir timur. Perhubungan
internasional udara dari dan ke Korea Utara dibatasi. cara untuk memasuki Korea Utara
adalah melalui Jembatan Persahabatan Sino-Korea atau melalui Panmunjeom, bekas
penyeberangan Sungai Amnok, dan kemudian penyeberangan Zona Demiliterisasi Korea.
Kendaraan pribadi di Korea Utara merupakan pemandangan langka, tetapi sejak 2008,
sekira 70% rumah tangga menggunakan sepeda, yang juga memainkan peran yang
semakin penting di dalam perdagangan perseorangan berskala kecil. b) Korea Selatan,
Transportasi di Korea Selatan terdiri dari kereta api, bus, kapal ferry dan penerbangan
udara. Jalur kereta api terdiri dari subway yang berada di enam kota: Seoul, Busan,
Daegu, Gwangju, Daejon dan Incheon. Operator kereta api Korail menyediakan
pelayanan kereta api hampir keseluruh kota besar di Korea Selatan. Korea Selatan
memiliki 103 bandar udara dengan Bandar Udara Internasional Incheon sebagai bandar
terbesar. Bandar udara Incheon pernah dinobatkan sebagai bandar udara terbaik di dunia
oleh Airport Council International. 3) Komponen Sosiologis, a) Korea Utara, Seni dan
sastra di Korea Utara dikendalikan sepenuhnya oleh negara dan Partai Buruh Korea.
12
Kebudayaan Korea mengalami penindasan pada masa penjajahan Jepang dari 1910
hingga 1945. Jepang menerapkan kebijakan asimilasi budaya. Selama masa penjajahan
itu, bangsa Korea dipaksa belajar dan berbahasa Jepang, mengadopsi sistem nama
keluarga Jepang dan agama Shinto, dan dilarang menulis atau berbicara menggunakan
bahasa Korea di dalam sekolah, perdagangan, atau tempat-tempat umum lainnya. Angka
kasar penduduk Korea Utara adalah sekitar 23 juta jiwa, salah satu negara dengan
kelompok etnik dan bahasa paling seragam di dunia, dengan sangat sedikit orang Cina,
Jepang, Vietnam, Korea Selatan, dan minoritas ekspatriat Eropa.Korea Utara berada
pada peringkat ke-73 (tempat teratas laju kematian tertinggi), di antara Guatemala (ke-72)
dan Tuvalu (ke-74). Korea Utara berbagi Bahasa Korea dengan Korea Selatan. Terdapat
perbedaan dialek di kedua-dua Korea, Sementara di Korea Selatan lebih liberal, adopsi
istilah-istilah modern dari bahasa asing lebih dibatasi di Korea Utara. Sebagian besar
penduduk Korea Utara dapat dikelompokkan sebagai "tidak beragama". Tetapi sebagian
besar di antaranya didefinisikan "beragama" dari sudut pandang sosiologi dan pengaruh
budaya agama-agama tradisional itu semisal Buddha dan Konghucu masih berdampak
pada kehidupan kerohanian Korea Utara. Kegiatan keagamaan bebas tidak diperbolehkan
di Korea Utara karena pemerintah mensponsori kelompok-kelompok keagamaan hanya
untuk menciptakan ilusi kebebasan beragama. Korea Utara kini menjadi negara dengan
penzaliman terbanyak terhadap orang Kristen di antara negara-negara lain di dunia.
Pendidikan di Korea Utara dikendalikan oleh pemerintah dan wajib sampai jenjang
menengah pertama. Pendidikan di Korea Utara gratis, dan negara menyediakan bagi para
siswa tidak hanya fasilitas pengajaran dan pendidikan gratis, tetapi juga seragam dan
buku panduan.Pelayanan kesehatan dan perawatan medis di Korea Utara tidak menuntut
pembebanan biaya kepada rakyatKorea Utara telah meletakkan fondasi yang kuat di
sektor kesehatan, dan antara tahun 1955 dan 1986, banyaknya rumah sakit bertambah
dari 285 menjadi 2.401, dan banyaknya puskesmas dari 1.020 menjadi 5.644.Sistem
kesehatan Korea Utara menurun drastis sejak tahun 1990-an karena bencana alam,
masalah ekonomi, dan makanan dan menipisnya cadangan bahan bakar. Banyak rumah
sakit dan puskesmas di Korea Utara kini sangat kekurangan peralatan medis, obat-
obatan, air, dan listrik. Di antara masalah kesehatan lainnya, banyak warga Korea Utara
menderita akibat kekurangan gizi, yang disebabkan oleh musim paceklik yang berkaitan
dengan gagalnya panen, program distribusi makanan, dan kebijakan prioritas bagi militer.
Sebuah laporan PBB tahun 1998, World Food Program melaporkan bahwa 60% anak-
anak menderita kekurangan gizi, dan 16% kurang gizi akut. Hasilnya, mereka yang
menderita selama bencana selalu saja menghadapi masalah kesehatan.Beberapa
organisasi hak asasi manusia internasional, termasuk Amnesty International dan Human
13
Rights Watch, menilai Korea Utara sebagai salah satu negara yang memiliki catatan hak
asasi manusia terburukPemerintah Korea Utara menjalankan kendali yang ketat ke atas
seluruh sendi kebudayaan nasional, dan pengendalian ini digunakan untuk mengabadikan
pemujaan kepribadian yang tidak jauh dari Kim Il-sung, dan, untuk sebuah perpanjangan
yang tidak begitu besar, bagi Kim Jong-il. b) Korea Selatan. Pendidikan di Korea Selatan
dibagi dalam beberapa bagian seperti pada umumnya di negara lain: kelompok bermain,
sekolah dasar, pendidikan menengah, dan sekolah tinggi/universitas. Berdasarkan hasil
penelitian 2006 tentang Program Penilaian Pelajar Internasional dari OECD, Korea
Selatan menempati urutan pertama dalam pemecahan masalah, urutan ketiga dalam
matematika dan urutan kesebelas pada bidang sains. Korea Selatan dan Korea Utara
memiliki kebudayaan yang sama, namun sejak Pembagian Korea pada tahun 1945,
masing-masing negara mengembangkan bentuk kebudayaan kontemporer yang berlainan
bentuk. Secara historis, kebudayaan Korea dipengaruhi oleh RRC, namun Korea mampu
mengembangkan identitas budaya yang unik dan berbeda. Korea Selatan memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi, sekitar 487,7 jiwa/km²Jumlah ini sepuluh kali lebih
banyak daripada rata-rata dunia. Hampir sebagian besar rakyat Korea Selatan memilih
tidak beragama atau atheisme. Buddha adalah agama yang mempunyai penganut
terbesar di Korea Selatan dengan 10.7 juta penduduk. Agama lainnya yang terbesar
adalah Kristen Protestan dan Katolik Roma. 4) Komponen Politik, a) Korea Utara. Korea
Utara adalah negara yang menyatakan secara sepihak sebagai negara Juche (percaya
dan bergantung kepada kekuatan sendiri). Pemujaan kepribadian terhadap Kim Il-sung
dan Kim Jong-il dilakukan secara terorganisir. Setelah mangkatnya Kim Il-sung pada
1994, ia tidak digantikan melainkan memperoleh gelar "Presiden Abadi", dan dikuburkan
di Istana Memorial Kumsusan di Pyongyang pusat. Meskipun kedudukan presiden
dipegang oleh Kim Il-sung yang telah meninggal, kepala negara de facto adalah Kim
Jong-un, yang kini menjabat sebagai Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara.
Badan legislatif Korea Utara adalah Majelis Tertinggi Rakyat, kini diketuai oleh Kim Yong-
nam. Tokoh pemerintahan senior lainnya adalah Kepala Pemerintahan Kim Yong-il. Korea
Utara telah memelihara hubungan yang akrab dengan RRC dan Rusia sejak lama.
Jatuhnya komunisme di Eropa Timur tahun 1989, dan pecahnya Uni Soviet pada 1991,
berdampak pada semakin berkurangnya bantuan kepada Korea Utara dari Rusia,
meskipun Cina tetap saja memberikan bantuan penting. Korea Utara memelihara ikatan
yang kuat dengan sekutu sosialisnya di Asia Tenggara, yaitu Vietnam, Laos, dan
Kamboja. Korea Utara telah memulai pembangunan Pagar Perbatasan Cina-Korea di
perbatasan utara, sebagai tanggapan bagi harapan Cina yang ingin mengekang para
pengungsi yang melarikan diri dari Korea Utara. Sebelumnya, perbatasan antara Cina dan
14
Korea Utara hanya diawasi oleh sedikit petugas patroli. Sebagai akibat dari program
senjata nuklir Korea Utara, pembicaraan enam-pihak diselenggarakan untuk mencari
penyelesaian damai terkait ketegangan di antara dua pemerintah Korea, Federasi Rusia,
Republik Rakyat Cina, Jepang, dan Amerika Serikat. Pada 17 Juli 2007, para inspektur
PBB memverifikasi penutupan lima fasilitas nuklir Korea Utara, sesuai persetujuan
Februari 2007. Pada 4 Oktober 2007, Presiden Korea Selatan (Roh Moo-Hyun) dan
pemimpin Korea Utara sebelumnya (Kim Jong-il) menandatangani sebuah perjanjian
damai berisi delapan pasal, yang mengajukan perdamaian abadi, pembicaraan tingkat
tinggi, kerjasama ekonomi, perbaharuan kereta api, perjalanan udara, jalan bebas
hambatan, dan barisan penyorak olimpiade gabungan. Amerika Serikat dan Korea
Selatan sebelumnya menuduh Korea Utara sebagai negara yang mendukung terorisme.
Pengeboman 1983 yang membunuh anggota pemerintahan Korea Selatan dan
penghancuran pesawat terbang Korea Selatan telah dituduhkan kepada Korea Utara.
Korea Utara juga dianggap bertanggung jawab atas penculikan 13 warga negara Jepang
pada 1970-an dan 1980-an, lima dari mereka dikembalikan ke Jepang pada 2002. Pada
11 Oktober 2008, Amerika Serikat menghapus Korea Utara dari daftar negara pendukung
terorisme ini. Sebagian besar kedutaan asing yang memiliki hubungan diplomatik dengan
Korea Utara berada di Beijing, bukan di Pyongyang. b) Korea Selatan. Korea Selatan
melakukan hubungan diplomatik lebih dari 188 negara. Korea Selatan juga tergabung
dalam PBB sejak tahun 1991, bersamaan dengan bergabungnya Korea Utara. Pada 1
Januari 2007, Menteri Luar Negeri Korea Selatan pada saat itu, Ban Ki-moon resmi
menjadi Sekretaris Jenderal PBB menggantikan Kofi Annan. Selain itu, Korea Selatan
juga menjadi mitra stratergis ASEAN sebagai anggota Asean Plus 3 dan aktif dalam forum
ekonomi dunia lainnya seperti G-20, APEC dan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur.
Korea Selatan menjalin hubungan erat dengan RRC, terutama sejak Korea Selatan
memutuskan hubungan dengan Republik Cina. Uni Eropa menjadi mitra penting
perdagangan Korea Selatan dan menjadi tujuan utama ekspor Korea Selatan. Hubungan
diplomatik dengan Jepang tidak pernah dicatatkan secara formal sejak Perang Dunia II,
namun Traktat Hubungan Dasar antara Jepang dan Korea Selatan yang ditandatangani
tahun 1965 menjadi dasar utama hubungan kedua negara. Korea Selatan dan Jepang
mengalami persengketaan mengenai masalah Batu Liancourt,namun secara administratif,
kepulauan ini dimiliki oleh Korea Selatan karena Pengawal Pantai Korea Selatan
bermarkas di pulau ini. Invasi serta ketegangan dengan Korea Utara telah mendorong
Korea Selatan mengalokasikan 2.6% dari PDB dan 15% dari pengeluaran pemerintah
untuk pembiayaan militer serta mewajibkan seluruh pria untuk mengikuti wajib militer.
Jumlah tentara aktif Korea Selatan menempati urutan keenam terbesar di dunia, urutan
15
kedua dalam jumlah tentara cadangan dan sebelas besar dalam urusan anggaran
pertahanan. 5) Komponen ekonomi, a) Korea Utara. Kemampuan Korea utara untuk
memperlengkapi dan memelihara angkatan bersenjata dan mempertahankan
penghidupan sipil dan esensial, terlihat dari peran Kim Jong Un adalah Komandan
Tertinggi Tentara Rakyat Korea dan ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara.
Tentara Rakyat Korea adalah nama untuk angkatan bersenjata Korea Utara. Tentara ini
memiliki empat cabang: Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan
Departemen Keamanan Negara. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat,
Korea Utara memiliki angkatan darat terbesar kelima di dunia, diperkirakan sebesar 1,21
juta personel, dengan kira – kira 20% pria berusia 17 – 54 tahun didalam angkatan darat.
Korea Utara memiliki persentase personel militer per kapita tertinggi di dunia, dengan
sekitar 1 serdadu terdafdar untuk setiap 25 warga negara. Strategi militer Korea Utara
dirancang untuk menyusupkan agen dan menyabotase di belakang barisan musuh pada
saat perang. Tentara Rakyat Korea memiliki berbagai perlengkapan, meliputi 4.060 tank,
2.500 APC, 17.900 Artileri (termasuk mortir), 11.000 senjata pertahanan udara, 915 kapal
perang dan 1.748 pesawat tempur. Perlengkapan yang ada merupakan sisa – sisa
Perang Dunia II, umumnya teknologi Perang Dingin yang terproliferasi, atau senjata
Soviet. Menurut media resmi Korea Utara, anggaran belanja militer Korut pada tahun
2009 adalah 15,8% dari PDB. Korea utara juga menjual misil balistik dan peralatan
militernya ke berbagai negara. Pada April 2009, PBB menyebut Perusahaan perdagangan
Pembangunan dan Pertambangan Korea (alias KOMID) sebagai agen penjual utama
Korea Utara dan pengekspor terbesar misil balistik dan senjata konvensional. PBB juga
menyebut Korea Ryongbong sebagai penyokong penjualan segala hal yang berhubungan
dengan militer Korea Utara. Korea Utara memiliki program nuklir aktif dan telah menjadi
subyek bagi beberapa resolusi PBB, seperti nomor 1695 pada juli 2006, Nomor 1718
pada Oktober 2006, dan Nomor 1874 pada Juni 2009. b) Korea Selatan. Invasi serta
ketegangan dengan Korea Utara telah mendorong Korea Selatan mengalokasikan 2,6%
dari PDB dan 15% dari pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan militer serta
mewajibkan seluruh pria untuk mengikuti wajib militer. Jumlah tentara aktif Korea Selatan
menempati urutan keenam terbesar di dunia, urutan kedua dalam jumlah tentara
cadangan dan sebelas besar dalam urusan anggaran pertahanan. Pasukan militer Korea
Selatan terdiri atas Angkatan Darat (ROKA), Angkatan Laut (ROKN) dan Korps Marinir
(ROKMC). Angkatan bersenjata ini kebanyakan berkonsentrasi di daerah perbatasan
Zona Demiliterisasi Korea. Seluruh pria Korea Selatan diwajibkan secara konstitusi untuk
mengikuti wajib militer, umumnya untuk masa dua tahun.
16
Mencermati kemampuan Korea Utara diatas, maka kerawanan ekonomis bila
timbul perang terhadap bangsa Indonesia: 1) negara kita mampu melakukan tindakan-
tindakan pengamanan dengan baik, karena perlengkapan perang Korea Utara merupakan
sisa-sisa Perang Dunia II; 2) Dalam hal negara tersebut merupakan musuh. Bangsa
Indonesia yang cinta damai, tapi tidak menuntut kemungkinan jika proese perdamaian tida
ada titik temu penyelesaian, sesuai dengan UUD 45 dan wawasan nusantara, maka salah
satu usaha yang konstruktif adalah mutual accommodation, yang dalam wujudnya adalah
saling memberi. Ini dapat dilakukan melalui perundingan dan merupakan cara aktif dari
segi usaha penyelesaian sengketa dengan cara : a) menghindari bentuk perang yang
akan bersama-sama memusnahkan atau menghancurkan kedua belah pihak; b) kalau
terpaksa berperang, melakukan dengan cara yang akibat kehancuran atau kerugiannya
seminimal mungkin; c) memaksa lawan mengikuti kehendak kita dengan ancaman perang
tanpa melakukan perang itu sendiri; d) melakukan penarikan diri, merupakan cara yang
pasif, karena terkandung didalamnya suatu harapan pihak yang lain mau mengalah. 6)
Komponen ilmiah. a) Korea Utara. Ilmu pengetahuan dan teknologi Korea utara
dipengaruhi Tiongkok yang lebih maju. Kemajuan IPTEK Korea Utara jauh tertinggal
dibelakang Korea Selatan, tidak berkembang. Kim Jong-Un telah membuat seluruh
penduduk menjalani perbudakan mental (Tempo.Co, Jhon Sweeney;Korea Utara dipimpin
seorang dewa; 14 april 2013). Korea Utara memiliki program nuklir aktif dan telah menjadi
subjek bagi beberapa resolusi PBB, seperti Nomor 1695 pada Juli 2006, Nomor 1718
pada Oktober 2006, dan Nomor 1874 pada Juni 2009. b) Korea Selatan. Perkembangan
IPTEK di Korea Selatan awalnya tidak berkembang dengan baik karena masalah
pembagian korea dan Perang Korea yang terjadi setelah masa kemerdekaan. Kemajuan
iptek mulai dirasakan pada tahun 1960-an ketika pemerintahan diktator Park Chung-hee
di mana ekonomi Korea Selatan melaju pesat. Robotika telah menjadi penelitian dan
pengembangan yang utama di Korea Selatan sejak 2003. Pada 2009, pemerintah
mengumumkan rencana untuk membangun taman tematik robot di Incheon dan Masan
dengan dana pemerintah maupun swasta. Pada 2005, Institut Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Korea Selatan mengembangkan robot humanoid kedua di dunia yang mampu
berjalan. Institut Teknologi Industri Korea juga berhasil mengembangkan android Korea
yang pertama, EveR-1 pada Mei 2006. 7) Komponen Angkatan Bersenjata. a) Korea
Utara. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Korea Utara memiliki angkatan
darat terbesar kelima di dunia, diperkirakan sebesar 1,21 juta personel, dengan kira-kira
20% pria berusia 17–54 tahun di dalam angkatan darat. Korea Utara memiliki persentase
personel militer per kapita tertinggi di dunia, dengan sekitar 1 serdadu terdaftar untuk
setiap 25 warga negara. Strategi militer Korea Utara dirancang untuk menyusupkan agen
17
dan menyabotase di belakang barisan musuh pada saat perang. Tentara Rakyat Korea
memiliki berbagai perlengkapan, meliputi 4.060 tank, 2.500 APC, 17.900 artileri (termasuk
mortir), 11.000 senjata pertahanan udara, 915 kapal perang, dan 1.748 pesawat tempur.
Perlengkapan yang ada merupakan sisa-sisa Perang Dunia II, umumnya teknologi Perang
Dingin yang terproliferasi, atau senjata Soviet. Menurut media resmi Korea Utara,
anggaran belanja militer Korut pada tahun 2009 adalah 15,8% dari PDB. Dengan
kemampuanya tersebut, Korea Utara juga menjual misil balistik dan peralatan militernya
ke berbagai negara; b) Korea Selatan. Invasi serta ketegangan dengan Korea Utara telah
mendorong Korea Selatan mengalokasikan 2.6% dari PDB dan 15% dari pengeluaran
pemerintah untuk pembiayaan militer serta mewajibkan seluruh pria untuk mengikuti wajib
militer. Jumlah tentara aktif Korea Selatan menempati urutan keenam terbesar di dunia,
urutan kedua dalam jumlah tentara cadangan dan sebelas besar dalam urusan anggaran
pertahanan. Pasukan militer Korea Selatan terdiri atas Angkatan Darat (ROKA), Angkatan
Laut (ROKN) dan Korps marinir (ROKMC). Angkatan bersenjata ini kebanyakan
berkonsentrasi di daerah perbatasan Zona Demiliterisasi Korea. Seluruh pria Korea
Selatan diwajibkan secara konstitusi untuk mengikuti wajib militer, umumnya untuk masa
dua tahun. 8) Komponen Biografi. a) Korea Utara. Kim Jong Un adalah Komandan
Tertinggi Tentara Rakyat Korea dan ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara. Kim
Jong-Un dikenal juga sebagai Kim Jong-Eun/Kim Jung-Eun, awalnya Kim Jong-Woon
atau Kim Jung-Woon (lahir 1983 atau awal 1984) adalah anak ketiga dan termuda Kim
Jong-il dengan Ko Young-hee. Sepeninggal kematian ayahnya pada 17 Desember 2011,
ia ditetapkan untuk menggantikannya sebagai pemimpin baru Korea Utara memegang
pangkat militer jenderal bintang empat, meskipun memiliki sedikit pengalaman militer dan
berada di akhir 20-an. Hingga saat ini tidak ada biografi yang komprehensif resmi tentang
Kim Jong-un. Selama bertahun-tahun, hanya satu dikonfirmasi foto dirinya dikenal di luar
Korea Utara. Sesekali gambar seharusnya lain dari dirinya muncul tapi sering
diperdebatkan. (dikutip dari http://en.wikipedia.org/wiki/Kim_Jong-un). Dalam sebuah
berita 2012, Business Insider melaporkan, Tanda-tanda kenaikan barang-barang mewah
telah merayap keluar dari Korea Utara sejak Kim Jong-un mengambil alih seperti tahun
lalu. Baru-baru ini, Kim istri Ri Sol-Ju difoto memegang apa yang tampaknya menjadi
mahal Dior tas, senilai hampir $ 1.594 - gaji satu tahun rata-rata di Korea Utara. Menurut
sumber-sumber diplomatik, "Kim Jong-un suka minum dan pesta sepanjang malam
seperti ayahnya dan memerintahkan mengimpor peralatan sauna untuk mabuk dan
kelelahan. Pada 2013, ada rumor bahwa Kim Jong-un menerima operasi plastik untuk
mengubah penampilan wajah nya. b) Korea Selatan. Park Geun-hye adalah Presiden
Korea Selatan menjabat sejak 25 Februari 2013 (dikutip dari
18
http://id.wikipedia.org/wiki/Park_Geun-hye). Ia pernah menjabat sebagai ketua dari Grand
National Party atau disingkat GNP antara tahun 2004 dan 2006 dan dari tahun 2011 dan
2012. Pada bulan Februari 2012, partai GNP berubah nama menjadi Saenuri Party. Pada
19 Desember 2012, Park Geun-hye memenangkan pemilihan umum dan menjadi wanita
pertama yang menjabat Presiden Korea Selatan. Park Geun-hye lahir pada tanggal 2
Februari 1952, di Samdeok-dong Jung-gu, Daegu, sebagai anak pertama dari pasangan
Presiden Park Chung-hee dan Young-soo Yuk. Dia memiliki saudara laki-laki, Park Ji-
man, dan seorang saudari, Park Seoyeong. Walaupun umurnya lebih dari 60 tahun, Park
Geun-hye belum pernah menikah. Semasa dewasa, ia menamatkan pendidikan dari
Sekolah Tinggi Seongsim Seoul pada tahun 1970, dan kemudian menerima gelar sarjana
di bidang teknik listrik dari Sogang University pada tahun 1974. Dia juga belajar di
Universitas Grenoble di Perancis, tetapi tidak sampai selesai. Hal ini terjadi lantaran
kematian ibunya, hingga ia harus kembali ke Korea Selatan. Nona Park juga pernah
menerima beberapa gelar doktor kehormatan, diantaranya dari Chinese Culture University
di Taiwan pada tahun 1987, Pukyong National University dan KAIST pada tahun 2008,
serta dari Sogang University pada tahun 2010. Ibunya meninggal karena terbunuh di
Teater Nasional Korea pada tanggal 15 Agustus 1974. Pembunuhnya adalah Mun Se-
gwang, merupakan seorang keturunan Jepang Korea, yang diperintahkan oleh
pemerintah Korea Utara. Sejak kematian ibunya, Park Geun-hye menjadi Ibu Negara
mengambil alih peran ibunya, sampai selama ayahnya masih berkuasa sampai tahun
1979. Ayahnya kemudian tewas karena pembunuhan yang dilakukan oleh kepala intelijen
sendiri, Gim Jaegyu, pada tanggal 26 Oktober 1979. Beberapa kritik pedas lainnya adalah
"Notebook Princess", sebuah julukan diberikan pada seseorang yang tumbuh sebagai
anak istimewa dalam keluarga presiden dan terlalu pendiam, yang biasanya hanya bisa
berpidato secara terbuka dari naskah yang telah disiapkan. Beberapa surat kabar juga
memberinya julukan sebagai "Putri Es" karna sikap dan tindakannya yang dianggap
dingin. 9) Faktor Sejarah. a) Sejarah Korea Utara. Dampak dari penjajahan Jepang
yang berakhir dengan kekalahan Jpeang pada Perang Dunia II tahun 1945 adalah Korea
dibagi pada pararel utara ke – 38 mengikuti persetujuan dengan PBB. Wilayah utara
diatur oleh uni Soviet dan bagian selatan oleh Amerika Serikat. Sejarah Korea Utara
secara resmi dimulai dengan pembentukan Republik Rakyat demokratik pada 1948.
Sejarah Korea Utara secara resmi dimulai dengan pembentukan Republik Rakyat
demokratik pada 1948. Pada Agustus 1945, Tentara Soviet membentuk Otoritas Sipil
Soviet untuk memerintah negara ini hingga sebuah rezim domestik, yang bersahabat
dengan Uni Soviet, dapat dibentuk. Setelah mundurnya tentara Soviet pada 1948, agenda
utama pada tahun berikutnya adalah penyatuan Korea dari kedua belah pihak, namun
19
konsolidasi rezim Syngman Rhee di Selatan dengan dukungan militer Amerika dan
penekanan pemberontakan pada Oktober 1948 mengakhiri harapan bahwa negara ini
dapat disatukan kembali menurut cara revolusi Komunis. Pada 1949, rezim Utara
mempertimbangkan untuk melakukan intervensi militer ke Korea Selatan, tetapi gagal
mendapat dukungan dari Uni Soviet. Penarikan kekuatan militer Amerika Serikat dari
Selatan pada Juni memperlemah Rezim Selatan dan membuat Kim Il-sung
mempertimbangkan kembali rencana invasi ke Selatan. Gagasan itu sendiri awalnya
ditolak oleh Joseph Stalin, tetapi dengan perkembangan persenjataan nuklir Soviet,
kemenangan Mao Zedong di Cina, dan pertanda dari bangsa Cina bahwa mereka dapat
mengirimkan serdadu dan sokongan lainnya ke Korea Utara, Stalin menyetujui
penyerangan yang menjadi cikal bakal Perang Korea. b) Sejarah Korea Selatan. Korea
dimulai dengan pembentukan Joseon (atau lebih sering disebut dengan Gojoseon untuk
menhindari persamaan nama dengan Dinasti Joseon pada abad ke 14 pada 2333 SM
oleh Dangun. Gojoseon berkembang hingga bagian utara Korea dan Manchuria. Setelah
beberapa kali berperang dengan Dinasti Han Gojoseon mulai berdisintegrasi. Dinasti
Buyeo, Okjeo, Dongye dan konfederasi Samhan menduduki Semenanjung Korea dan
Manchuria Selatan. Goguryeo, Baekje, and Silla berkembang mengatur Tanjung Korea
yang dikenal dengan Tiga Kerajaan Korea. Untuk pertama kalinya Semenanjung Korea
berhasil disatukan oleh Silla pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian
Goguryeo yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung
Korea, yakni Balhae. Hubungan antara Korea dan China berjalan dengan baik pada masa
Dinasti Silla. Kerajaan ini runtuh akibat adanya kerusuhan dan konflik yang terjadi di
dalam negeri pada abad ke 10, Kerajaan Silla jatuh dan menyerah kepada dinasti Goryeo
pada tahun 935.Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri
masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Goryeo, mulai mendominasi
Semenanjung Korea. Kerajaan Balhae runtuh tahun 926 karena serangan bangsa Khitan
dan sebagian besar penduduk serta pemimpinnya, Dae Gwang hyun, mengungsi ke
Dinasti Goryeo. Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo,
tapi berhasil dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali diserbu
pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua pihak akhirnya
melakukan perjanjian damai. Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti
Joseon setelah menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan
penciptaan abjad Hangeul. Antara 1592-1598, dalam Perang Imjin, Jepang menginvasi
Semenanjung Korea, tapi dapat dipatahkan oleh prajurit pimpinan Admiral Yi Sun-shin.
Lalu pada tahun 1620-an sampai 1630-an Dinasti Joseon kembali menderita serangan
dari (Dinasti Qing).
20
Pada awal tahun 1870-an, Jepang kembali berusaha merebut Korea yang berada
dalam pengaruh Cina. Pada tahun 1895, Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-
mata Jepang. Pada tahun 1905, Jepang memaksa Korea untuk menandatangani
Perjanjian Eulsa yang menjadikan Korea sebagai protektorat Jepang dan pada 1910
Jepang mulai menjajah Korea. Perjuangan rakyat Korea terhadap penjajahan Jepang
dimanifestasikan dalam Pergerakan 1 Maret dengan tanpa kekerasan. Pergerakan
kemerdekaan Korea yang dilakukan Pemerintahan Provisional Republik Korea lebih
banyak aktif di luar Korea seperti di Manchuria, Cina dan Siberia. Dengan menyerahnya
Jepang pada tahun 1945, PBB membuat rencana administrasi bersama Uni Soviet dan
Amerika Serikat, namun rencana tersebut tidak terlaksana. Pada tahun 1948,
pemerintahan baru terbentuk yang diberi nama Korea demokratik (Korea Selatan) dan
komunis (Korea Utara) yang dibagi oleh garis lintang 38 derajat. Pada 1950, Korea Utara
menginvasi Korea Selatan yang dikenal dengan nama Perang Korea.
Mencermati 9 komponen intelstrategis diatas, maka Pasis beranggapan bahwa
yang mungkin terjadi akibat dampak dari serangan kedua negara tersebut terhadap
Republik Indonesia antara lain: 1) Bidang Politik. Amerika Serikat sebagai sekutu Korea
Selatan berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi negara
demokrasi agar hak asasi manusia dapat dijamin. Sedangkan Uni Soviet (sekutu Korea
Utara) yang mambangun faham kapitalisme selain demokrasi. Uni Soviet dengan paham
sosialis-kominunis mendengungkan pembangunan negara dengan ditaktor bukan liberal.
Bagi negara yang berada dibawah pengaruh Uni Soviet yang melakukan penyimpangan
akan ditindak keras. Demi kepentingan politik negara adidaya tersebut, berpengaruh
negatif terhadap kebijakan politik Indonesia secara tidak lanngsung berimbas pada
kebijakan ekonomi makro. 2) Bidang Ekonomi. Korea merupakan salah satu mitra
dagang yang penting bagi pasar di Indonesia sehingga akan memiliki pengaruh signifikan
jika keduanya terlibat konflik. Baik pada perdagangan ekspor-impor Indonesia ke Korea
Selatan maupun pada investor yang potensial bagi pertumbuhan ekonomi negara kita.
Walaupun dampak ekonomi akibat perang ini memang tidak akan berpengaruh langsung
kepada Indonesia karena yang akan terpengaruh langsung adalah negara-negara
tetangganya seperti China dan Jepang. Namun yang dikhawatirkan, terjadinya contagious
effect (efek penularan) mengingat Indonesia memiliki dana jangka pendek yang cukup
besar (hot money) dari negera-negara tetangga yang melewati kedua negara tersebut,
dengan tidak mau mengambil resiko. 3) Militer (Persaingan Alutsista dan ruang angkasa).
Teknologi Persenjataan dan Ruang Angkasa antara dua negara ditandai oleh
perimbangan persenjataan nuklir dan personil militer. Sehingga kegiatan ini disebut
sebagai politik Balance of Power. Jika muncul isu sensitif dapat saja membawa kedua
21
belah pihak pada isu global yang menyebabkan munculnya perang secara terbuka.
Dikhawatirkan akan menyebabkan meletusnya perang nuklir yang dasyat yang dapat
membahayakan kelangsungan hidup umat manusia dan makhluk hidup lainnya di dunia
sebab jangkauan senjata nuklir sangatlah luas bisa menjangkau antarnegara dan antar
benua.
Dari 9 komponen intelijen strategis dan dampak yang ditimbulkan akibat perang
kedua negara bagi Indonesia, didapat beberapa pemahaman bahwa kedua negara “tidak
akan memperoleh keuntungan” yang signifikan terhadap kesejahteraan rakyat di
masing-masing negara baik Korea Utara maupun Korea Selatan, yang diuntungkan justru
negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan kebijakan politiknya dalam
menjalankan faham/kebijakan ideologi terhadap negara-negara berkembang. Yang pasti,
seandainya perang Korea Utara dan Korea Selatan terjadi akan berakibat menimbulkan
kerugian pada kedua negara, seperti hancurnya pemerintahan kedua negara, timbul
korban baik korban jiwa maupun harta, banyaknya pengungsian ke negara-negara
tetangga yang berdekatan dengan kedua negara tersebut, timbul kekacauan ekonomi
sehingga menambah rentetan kemiskinan di dunia, timbulnya pelanggaran HAM berat,
genosida (pemusnah masal), Kesengsaraan, kekacauan dimana-mana dan lain
sebagainya.
Sebagai penutup dari tulisan essay ini, selanjutnya Pasis menyimpulkan bahwa
Perang Korea adalah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dimulai pada 25
Juni 1950. Perang ini sempat berhenti sementara dengan gencatan senjata yang
ditandatangi pada 27 Juli 1953. Konflik diakibatkan oleh pembagian Korea dan upaya
kedua Korea untuk menyatukan kembali Korea di bawah pemerintahan mereka masing-
masing. Perang ini menewaskan lebih dari 2 juta penduduk dan prajurit dari kedua belah
pihak. Hingga saat ini, konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan masih berlangsung
di Semenanjung Korea. Dari identifikasi masalah didapat rumusan masalah yaitu Pertama
“bila Korea Utara dan Korea Selatan terjadi perang dengan menggunakan semua
kemampuan pertahanannya. Apa yang akan terjadi dampak dari serangan tersebut
terhadap negara Kesatuan Republik Indonesia dihadapkan kepada 9 komponen yang ada
dalam Intelijen Strategis ?”, Kedua, “apa keuntungan dan kerugiannya bagi kedua negara
tersebut apabila perang itu tetap dilaksanakan?” untuk menjawab kedua pertanyaan
tersebut sebagai seorang perwira intelijen, perlu melakukan kegiatan program intelijen
strategis menganalisa 9 komponen intelijen strategis guna mengetahui kemampuan,
kerawanan dan kemungkinan cara bertindak bangsa Indonesia terhadap kemungkinan
perang antara Korea Utara dengan Korea Selatan. 9 komponen strategis tersebut antara
lain komponen geografis (geografi militer), komponen transport dan telekomunikasi,
22
komponen sosiologis, komponen politik, komponen ekonomi, komponen ilmiah,
komponen angkatan bersenjata (militer), komponen biografi dan komponen sejarah. Dari
analisa 9 komponen intelijen strategis tersebut didapat kemungkinan dampak akibat
perang terhadap bangsa Indonesia. Selanjutnya penulis memperoleh keuntungan dan
kerugian akibat perang pada kedua negara yang berperang. Bahwa perang tidak akan
memperoleh keuntungan, malah sebaliknya kerugian dapat melanda pemerintahan,
politik, ekonomi, kesejateraan hingga bentuk kekacauan dan kekerasan dimana-mana.
Demikian essay ini dibuat, guna memperoleh kesamaan persepsi tentang pentingnya
intelijen strategis bagi bangsa Indonesia, sedangkan nilai guna yang dapat dipetik adalah
sebagai bahan sumbang pemikiran kepada Pimpinan TNI AD dalam menentukan
kebijaksanaan selanjutnya tentang penyelenggaraan intelijen strategis sebagai upaya
bangsa dalam menjaga dan mempertahankan NKRI dari berbagai bentuk ancaman yang
berkembang akibat pengaruh lingkungan strategis.

Bandung, 21 April 2013


Perwira Siswa

Gunawan Wibisono
Pasis Nosis 51054

Refferensi :
1. Naskah Sekolah Nomor : 52-04-B1-A 0201 Keputusan Danseskoad Nomor
Kep/97/XI/2011 tanggal Desember 2012 tentang Intelijen Strategis .
2. Tempo.Co. Jhon Sweeny; Korea Utara dipimpin oleh dewa; http://infopromosi.com
/iptek/index.php/john-sweeney-korea-utara-dipimpin-zombie.html; 14 maret 2013.
3. Biografi Kim-Jong-un; http://en.wikipedia.org/wiki/Kim_Jong-un.
4. Biografi Park Geun-hye http://id.wikipedia.org/wiki/Park_Geun-hye

Anda mungkin juga menyukai