Anda di halaman 1dari 13

1

REVITALISASI NILAI-NILAI KEBANGSAAN MENYONGSONG ABAD XXI

Pendahuluan

Sebagai Negara bangsa yang plural, Indonesia tengah berada di pusaran arus
Globalisasi yang akan mempengaruhi pola pikir anak bangsa dalam memandang
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam era globalisasi di dalamnya melekat
proses transformasi sistem nilai yang tidak akan pernah dapat dibendung dan akan
terus berlanjut sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalahnya
sebagai bangsa saat ini Indonesia tengah mengalami krisis kebangsaan yang cukup
serius bahkan kronis yang ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok eklusifisme
berdasarkan pada sentiment primordial sehingga pada gilirannya berbagai konflik yang
besifat horizontal sering dan cenderung mudah terjadi di seluruh Indonesia. Era
Globalisasi yang senantiasa ditopang oleh kosmopolitanisme melanda dunia dewasa ini
mengakibatkan dunia tanpa batas waktu dan ruang sehingga informasi yang ada di
seluruh dunia dapat dengan mudah diakses dengan cepat oleh setiap manusia tanpa
membedakan anak-anak ataupun orang dewasa. Informasi tersebut dapat
menguntungkan masyarakat Indonesia tetapi juga dapat merugikan yaitu dapat
mengakibatkan menurunnya budaya dalam masyarakat Indonesia yang pada akhirnya
melemahkan ketahanan negara. Dimana budaya dari luar negeri yang masuk bisa
sangat mempengaruhi budaya masyarakat Indonesia yang tercemin dari perilaku, pola
pikir, pola tindak serta gaya dalam masyarakat Indonesia yang mengarah krisis
nasionalisme. Ditengarai salah satu faktor yang menjadi penyebab timbulnya krisis
kebangsaan adalah nilai-nilai yang ada pada Pancasila sudah tidak digunakan lagi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat, Pancasila sekedar
formalitas tanpa makna. Dalam konteks ini Pancasila sebagai perekat kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat seharusnya perlu terus ditingkatkan
pemahaman dan implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta
bermasyarakat serta pembentukan jati diri sebuah bangsa. Pancasila beserta nilai-
nilainya sebagai pandangan ideologi dan hidup bangsa harus terus diamalkan dalam
setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat sehingga kita
dapat membuat konsep kebangsaan yang tepat untuk masa depan.

Beranjak dari latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka perlunya


kiranya untuk dilakukan pembahasan mengenai : “Bagaimana revitalisasi nilai-nilai
kebangsaan dalam menyongsong Abad XXI”. Adapun pokok-pokok persoalan
2

yang ingin di jawab dalam esai ini adalah sebagai berikut adalah : pertama;
Bagaimana nilai–nilai kebangsaan masyarakat kita di era globalisasi saat ini ?; Kedua;
Hal apa saja yang menjadi ancaman aktual bangsa kita saat ini dan kedepan serta hal
apa yang menghambat adanya integrasi nasional bangsa kita ? Ketiga; Upaya apa yang
dapat dilakukan untuk membangun integrasi nasional bangsa Indonesia?; Keempat;
Langkah apa yang dapat dilakukan untuk merajut kembali nilai-nilai persatuan dan
kesatuan bangsa agar NKRI tetap utuh.

Pembahasan mengenai Revitalisasi nilai-nilai kebangsaan dalam menyongsong


Abad XXI dirasakan penting untuk dibahas. mengingat kondisi nilai-nilai kebangsaan
masyarakat Indonesia saat ini dirasakan kian menurun dan akan berdampak pada
keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Penulisan ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana nilai-nilai kebangsaan masyarakat di era globalisasi saat ini serta upaya
untuk revitalisasi nilai kebangsaan sehingga diharapkan didapatkan solusi alternatif
agar nilai kebangsaan masyarakat di era globalisasi dapat meningkat.

Adapun manfaat dan nilai guna dari penulisan esai ini adalah untuk memberikan
gambaran mengenai revitalisasi nilai kebangsaan dalam menyongsong abad XXI.
Maksud dari penulisan esai ini adalah agar dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi pembaca khususnya dalam memahami sejauhmana nilai-nilai kebangsaan dan
integrasi nasional berpengaruh terhadap persatuan dan kesatuan bangsa. Sedangkan
tujuan dari penulisan esai ini adalah untuk memberikan saran dan masukan kepada
pimpinan dalam mencermati perkembangan yang terjadi dikaitkan dengan kondisi
kebangsaan masyarakat Indonesia saat ini.

Pembahasan

Nilai-nilai kebangsaan yang bersumber dari dan mengakar dalam budaya


bangsa Indonesia, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
berwujud atau mewujudkan diri secara statik menjadi dasar negara, ideologi nasional
dan jati diri bangsa, sedangkan secara dinamik menjadi semangat kebangsaan.

Sebagai dasar negara nilai-nilai kebangsaan tersebut melandasi segala kegiatan


pemerintahan negara, baik dalam pengelolaan pemerintahan negara maupun dalam
membangun hubungan dengan negara-negara lain. Nilai-nilai kebangsaan dalam hal ini
juga menjadi etika bagi penyelenggara negara.
3

Sedangkan sebagai ideologi nasional nilai-nilai kebangsaan melandasi


pandangan (cara pandang) atau falsafah hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai
kebangsaan tersebut mewujud dalam realita kehidpan bangsa Indonesia yang majemuk
(pluralistik) yang menjadi kesepakatan dalam membangun kebersamaan. Sebagai
ideologi, nilai-nilai kebangsaan tersebut menjadi etika dalam kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa serta sekaligus menjadi tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa
Indonesia.

Sebagai jati diri bangsa, nilai-nilai kebangsaan tersebut berwujud menjadi sikap
dan peri laku yang nampak pada atau ditunjukkan oleh bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Misalnya, bagaimana seorang
bangsa Indonesia harus bersikap dan berperilaku dalam kebersamaan sebagai anggota
masyarakat, bagaimana ia harus bersikap dan berperilaku dalam kebersamaan sebagai
komponen bangsa, serta bagaimana ia harus bersikap dan berperi laku dalam
kebersamaan sebagai warga negara Indonesia. Nilai-nilai kebangsaan tersebut
sebagai sistem nilai yang bersumber dari dan mengakar dalam budaya bangsa
Indonesia itu telah disepakati dinamakan Pancasila.

Nilai–Nilai Kebangsaan Masyarakat di Era Globalisasi Saat Ini.

Dalam menjawab pokok persoalan pertama yaitu Bagaimana nilai–nilai


kebangsaan masyarakat kita di era globalisasi saat ini ?; Bangsa Indonesia yang
merdeka tujuh puluh dua tahun lalu, saat ini menghadapi krisis kebangsaan yang
sangat serius karena persoalan kenegaraan dan kebangsaan tidak terkelola dengan
baik sebagaimana yang telah diamanatkan oleh UUD 1945 yaitu untuk
mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Alih-alih untuk mensejahterakan
masyarakat Indonesia, elemen anak bangsa agaknya justru sibuk dengan perebutan
kekuasaan dengan mengatasnamakan kepentingan bangsa. Para Elite negeri ini tidak
bosan-bosannya bertikai untuk memperebutkan kekuasaan dengan menghalakan
semua cara demi meraih kekuasaan sehingga persoalan kenegaraan dan kebangsaan
serta kesejahteraan yang seharusnya kita hayati bersama menjadi terdistorsi bahkan
terkesan ada pembiaran terhadap berbagi persoalan yang terus mendera negeri ini.
Sebagai contoh konflik horizontal yang terjadi setelah adanya Reformasi skalanya
makin masif dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Konflik Ambon, Poso, Lampung,
Papua, Bima, Sampit , Sampang hanyalah sebagian kecil konflik horizontal yang tidak
4

diselesesaikan dengan tuntas sehingga bila ada letupan kecil saja eskalasi konflik
dengan cepat akan membesar.

Globalisasi tidak mungkin dihentikan dan akan terus menyebar ke seluruh


penjuru dunia menjangkau semua sendi-sendi kehidupan masyarakat, termasuk
masyarakat Indonesia. Globalisasi bagaikan virus yang terus akan menyebar ke
segenap kehidupan masyarakat, masalahnya akankan kita telah siap dengan
Globalisasi. Siap tidak siap Globalisasi harus kita terima dan sudah seharusnya kita
sikapi sebagai tantangan yang mendorong semangat kebersaman sesama akan
bangsa.

Kondisi nilai kebangsaan bangsa Indonesia khususnya generasi muda saat ini
telah memudar dan hampir pada jurang kehancuran, ikatan nilai-nlai kebangsaan yang
berhasil mempersatukan bangsa sudah mulai pudar, semangat Bela Negara yang
dimiliki oleh Generasi Muda telah mengalami pembelokan yang sangat signifikan
dibandingkan pada era sebelumnya, hal ini disebabkan oleh lunturnya rasa
kebangsaan, paham kebangsaan dan semangat kebangsaan.

Pertama; Rasa Kebangsaan. Rasa Kebangsaan merupakan suatu perasaan


rakyat, masyarakat dan bangsa terhadap kondisi bangsa Indonesia dalam perjalanan
menuju cita-cita bangsa yakni masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, namun bila dicermati rasa kebangsaan
generasi muda mulai luntur yang mengakibatkan : 1. Keterlibatan generasi muda
dalam aksi demonstrasi yang anarkis, tawuran antara mahasiswa, pengedar dan
pengguna Narkoba, mabuk-mabukan, kekerasan dan lain-lain; 2. Lunturnya nilai-nilai
intrinsik kebangsaan pada diri generasi muda, yang meliputi semakin berkurangnya
Budaya gotong royong, Kesediaan untuk saling menghargai dan menghormati
berbagai perbedaan terutama suku dan agama serta kerelaan untuk berkorban untuk
kepentingan masyarakat; 3. Hilangnya sikap ramah-tamah dan sopan santun yang
merupakan budaya bangsa, sehingga sering ditemukan generasi muda kurang
menghargai orang tua, guru dan orang yang ditokohkan; 4. Menonjolnya kepentingan
kelompok dan golongan sehingga kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan
umum semakin dikesampingkan bahkan cendrung diabaikan; 5. Merosotnya rasa
cinta tanah air, hal ini terlihat dengan rasa malu menampilkan budaya sendiri dan
lebih bangga terhadap budaya asing, penyelenggaraan Upacara bendera yang tidak
5

tertip bahkan sudah tidak hafal sila-sila dalam Pancasila serta tidak memahami
tentang sejarah perjuangan bangsa.

Kedua; Paham Kebangsaan. Paham kebangsaan merupakan pemahaman


rakyat dan masyarakat terhadap bangsa dan negara Indonesia yang diproklairkan
pada tanggal 17 Agustus 1945, pemahaman tersebut harus sama terhada setiap
masyarakat, meskipun berbeda dalam latar belakang pendidikan, pengalaman dan
jabatan, tetapi setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama dihadapan
hukum dan pemerintah, namun pada saat ini paham kebangsaan ini mulai luntur
sehingga mengakibatkan : 1. Mudahnya generasi muda terpengaruh oleh
kepentingan asing sehingga tidak bangga dengan negaranya dan cenderung
mengkritik serta menjelek-jelekan negara sendiri; 2. Mudahnya generasi muda
menerima paham asing, sehingga sering terlihat banyak pria yang mengenakan
anting ditelinga dan sering terlihat para wanita menggunakan pakaian yang
memamerkan auratnya, sehingga terlarut kedalam paradigma asing; 3. Lunturnya
nilai-nilai intrinsik kebangsaan pada diri generasi muda, sehingga berpengaruh
terhadap nilai budaya gotong-royong, kerelaan berkorban untuk kepentingan
masyarakat dan bangsa;

Ketiga; Semangat Kebangsaan. Kondisi semangat kebangsaan atau


nasionalisme suatu bangsa akan terpancar dari kualitas dan ketangguhan bangsa
dalam menghadapi berbagai ancaman, karena semangat kebangsaan merupakan
motivasi untuk mempertahankan NKRI dan Pancasila sebagai dasar negara, namun
semangat kebangsaan ini pun mulai pudar, sehingga mengakibatkan : 1. Semangat
kebangsaan telah menjadi dangkal terutama dikalangan generasi muda yaitu
tumbuhnya sifat materialistik dan mengubah idealisme yang merupakan jiwa
kebangsaan; 2. Munculnya orientasi kepentingan diri pribadi dengan erosinya
semangat rela berkorban serta menurunnya semangat kebersamaan dikalangan
generasi muda dalam menghadapi berbagai kondisi di lingkungannya; 3. Timbulnya
keraguan bangsa terhadap kemampuan sendiri untuk dapat menyelesaikan berbagai
persoalan kebangsaan dan tumbuhnya budaya yang senantiasa mengkritik
pemerintah dengan segala kebijakannya.
6

Ancaman aktual bangsa Indonesia saat ini dan kedepan serta hal yang
menghambat adanya integrasi nasional

Dalam menjawab pokok persoalan kedua yaitu Hal apa saja yang menjadi
ancaman aktual bangsa kita saat ini dan kedepan serta hal apa yang menghambat
adanya integrasi nasional bangsa kita ? Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku
bangsa dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.Keanekaragarnan itu
seharusnya dapat menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat untuk menangkal semua
gangguan atau ancaman yang ingin memecah belah persatuan bangsa.Namun
adakalanya perbedaan suku bangsa ini justru menjadi sumber konflik yang dapat
menyebabkan perpecahan, sehingga menjadi ancaman bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Menurut penulis ancaman aktual bangsa Indonesia saat ini dan
kedepan salah satunya adalah Disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis
berdasarkan kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap
kebijakan pemerintah pusat. Gerakan sparatis ini terjadi di beberapa daerah antara lain
di Papua, Aceh dan Poso. Kelompok Separatis berkeinginan untuk memisahkan diri
dari Negara kesatuan Republik Indonesia. Jika hal ini tidak diketahui akar
permasalahannya dan ditanggani secepatnya maka akan membuat keutuhan Negara
kesatuan Republik Indonesia dapat terancam.

Kenyataan telah memperlihatkan bahwa berbagai gejolak yang terjadi di daerah


apabila tidak di tangani secara cerdas akhirnya akan bermuara pada satu titik yaitu
pemisahan diri dari NKRI. Contoh kasus telah terjadi dengan pemisahan diri Timor-
Timur dengan Fretelin-nya yang perilakunya kemudian coba dikuti oleh Papua dengan
OPM-nya, Maluku dengan RMS-nya dan Aceh dengan GAM-nya. Tantangan ini apabila
tidak ditangani dengan tegas dan cerdas bukan tidak mungkin akan menjalar
keberbagai daerah lain di Indonesia. Untuk dapat menjawab tantangan tersebut dan
dapat memberi penanganan yang tepat dan menyeluruh (komprehensif), tentunya
dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang tepat dan komprehansif pula tentang
akar dari semua permasalahan yang terjadi sehingga mengapa kemudian daerah-
daerah bergejolak tersebut terdorong melakukan gerakan kearah dis-integrasi bangsa.

Konflik itu akan cepat menjadi jelas bila pihak-pihak yang terlibat konflik
merupakan perwakilan  dari komunitas-komunitas besar yang mendominasi wilayah-
wilayah tertentu. Bila ini terjadi, maka proses disintegrasi wilayah yang dimulai oleh
disintegrasi sosial akan secara simultan membawa bangsa itu ke jurang disintegrasi
7

nasional. Integrasi nasional adalah suatu konsep dalam ikatan  dengan wawasan
kebangsaan dalam Negara Kesatuan Indonesia yang berlandaskan pada aliran
pemikiran atau paham integralistik atau dengan kata lain Integrasi Nasional adalah
penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu
keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang
banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.

Adapun yang menjadi faktor pengahambat dalam integrasi nasional di Indonesia


terbagi atas dua yaitu faktor internal dan eksternal. Yang menjadi faktor internal yang
menghambat terwujudnya integrasi nasional di Indonesia adalah : 1. Masyarakat
Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan
dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut,
ras dan sebagainya; 2. Wilayah negara yang begitu luas; 3. Kurangnya kesadaran di
dalam diri masing-masing rakyat Indonesia terhadap segala ancaman dan gangguan
yang mucul dari luar; 4. Lemahnya nila-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Adapun yang menjadi
faktor eksternal penghambat terwujudnya integrasi nasional di Indonesia adalah 1.
Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang memiliki sifat heterogen;
2. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan; 3. Pembauran Bangsa; 4. Kerukunan Antar Umat Beragama; 5.
Perubahan Nilai-nilai kebangsaan.

Upaya membangun integrasi nasional bangsa Indonesia.

Dalam menjawab pokok persoalan ketiga yaitu upaya apa yang dapat dilakukan
untuk membangun integrasi nasional bangsa Indonesia?; Bangsa Indonesia telah
merdeka lebih dari enam dekade silam. Namun bukan berarti ujian atas kebangsaannya
sudah selesai. Justru saat ini tantangan tersebut semakin besar terutama akibat
ketertinggalan kita sebagai bangsa diantara bangsa-bangsa lainnya. Untuk itu
kesadaran akan kebangsaan harus direvitalisasi demi pembangunan bangsa ini
kedepan. Sebab jika kita terlena maka semangat kebangsaan itu akan luntur tergilas
oleh roda zaman, dan bangsa Indonesia pun akan semakin tertinggal jauh dibelakang.
Berkaitan dengan hal itu setidaknya ada beberapa aspek yang patut mendapat
perhatian dalam upaya kita membangun integrasi nasional bangsa Indonesia meliputi :
8

Pertama, kesadaran dan wawasan kebangsaan. Kesadaran akan adanya rasa


kebangsaan yang satu merupakan hal penting. Ia adalah alasan berdirinya sebuah
bangsa dimana tanpa hadirnya kesadaran tersebut maka tidak akan lahir bangsa
Indonesia di dunia ini. Tidak berhenti disitu, kesadaran itu juga harus diperkaya dengan
wawasan kebangsaan agar melahirkan patriotisme dan rasa memiliki oleh warganya.
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa merupakan rujukan utama untuk memperkaya
wawasan kita dalam memahami sifat kebangsaan Indonesia. Keutamaan Pancasila
tersebut terutama terletak pada sila pertamanya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
menjadi ruh dari seluruh isi Pancasila serta jantung yang menghidupkan sila-sila
dibawahnya. Sila pertama itu merupakan potret batin bagi perjuangan kebangsaan
Indonesia dalam meraih kemerdekaannya.

Kedua, aspek karakter dan identitas bangsa. Karakter adalah aset penting
yang menjadi kekuatan bangsa. Sebagai wilayah maritim dan agraris, Indonesia dikenal
dengan identitasnya sebagai bangsa yang ulet dan tekun. Namun seiring waktu dan
hilangnya keteladanan, nilai-nilai tersebut kian memudar dari kehidupan bangsa ini.
Ketekunan dan kerja keras berganti dengan perilaku koruptif untuk mencapai tujuan
secara cepat. Jika dibiarkan maka kepribadian bangsa ini akan makin keropos.
Karenanya kita harus memuliakan kembali karakter-karakter tersebut untuk memiliki
identitas bangsa yang besar. Dikarenakan identitas adalah aspek yang menyertai
karakter. Banyak bangsa yang dahulunya tertinggal kini dapat menyamai barisan
bangsa-bangsa maju. Jepang, Korea, China dan India adalah bangsa-bangsa yang
dahulunya tidak diperhitungkan namun kini mampu mengejar ketertinggalan. Melalui
pembangunan nilai-nilai karakter seperti disiplin, menghargai waktu, cinta ilmu
pengetahuan dan riset kini mereka berhasil menempatkan identitas baru pada dirinya
sebagai bangsa negara-negara industri baru.

Ketiga, aspek kedaulatan dan kekuatan bangsa. Berdaulat adalah memiliki


kekuatan untuk berdiri di atas kaki sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
tanpa tunduk kepada kepentingan asing. Berdikari dalam aspek politik, ekonomi dan
sosial adalah tujuan didirikannya suatu negara agar mampu menyejahterakan
rakyatnya. Namun bicara tentang kedaulatan tidak lepas dari segala potensi yang
dimiliki oleh suatu bangsa, baik potensi sumber daya manusia, budaya maupun
alamnya. Kita tidak akan mampu menjadi bangsa yang berdaulat jika segala potensi
dan kekayaan yang ada justru tidak dikelola dengan baik untuk menjadi kekuatan.
9

Untuk itu menjaga segala potensi kekayaan bangsa adalah mutlak sebagai upaya
menjaga kedaulatan dan kekuatan bangsa ini.

Keempat, aspek persatuan dan kesatuan. Kedaulatan dan kekuatan bangsa


tidak akan tercapai jika tidak ditopang oleh persatuan nasional. Untuk membangun
Indonesia yang kuat dan berdaulat maka tentu terlebih dahulu harus ada persatuan
yang kuat sebagai penopangnya. Persatuan itu akan terwujud manakala setiap warga
negara memiliki kesamaan di depan hukum tanpa ada perbedaan dan diskriminasi yang
dapat melahirkan rasa ketidakadilan. Setiap warga negara juga dijamin kebebasannya
untuk berserikat dan berorganisasi dalam rangka melahirkan rasa tanggung jawab
sehingga memperkuat ikatan persatuan nasional. Adanya persamaan yang dijamin oleh
hukum itu akan melahirkan rasa dan kesadaran bahwa setiap warga negara, apa pun
latar belakangnya, adalah bagian dari bangsa yang satu.

Kelima, harkat dan martabat. Jika persatuan nasional telah terbangun maka
akan memunculkan harkat atau mutu sebuah bangsa. Adanya harkat atau mutu bangsa
itu sendiri ditandai oleh beberapa hal seperti tingkat pembangunan manusia, tingkat
penegakan hukum, tingkat penghargaan atas hak asasi manusia, dan lain sebagainya.
Pentingnya harkat ini karena mempengaruhi martabat sebuah bangsa. Setinggi apa
nilai harkat sebuah bangsa maka setinggi itu pula nilai martabat bangsa tersebut akan
terangkat.

Keenam, nasionalisme dan internasionalisme. Kebangsaan kita menjunjung


tinggi kepada nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Atas dasar itu bangsa Indonesia
menolak segala bentuk penjajahan sebab ia bertentangan dengan kodrat kemerdekaan
yang telah Tuhan anugerahkan dalam diri manusia. Karenanya penjajahan harus
dihilangkan dari atas muka bumi sebab ia sama halnya dengan penuhanan manusia
atas manusia lainnya serta menghilangkan persamaan derajat antar sesama manusia
dan bangsa. Dengan demikian nasionalisme kita tidak bersifat chauvinistik. Sebaliknya
nasionalisme kita bertalian erat dengan nilai-nilai internasionalisme dimana tidak ada
kontradiksi diantara nilai kebangsaan dan nilai-nilai kemanusiaan bagi bangsa
Indonesia yang menjunjung tinggi nilai- nilai Ketuhanan tersebut.

Mewujudkan semangat kebangsaan yang bersatu, berdaulat dan bermartabat


adalah tantangan yang tidak kecil. Banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan.
Secara internal kita masih harus membenahi carut-marutnya persoalan terutama
masalah good governance yang buruk dan konflik sosial yang tak kunjung usai.
10

Sedangkan secara eksternal kita masih harus berjuang menjadi bangsa yang dihargai
di dunia. Sebagai bagian dari anak bangsa, penulis mengajak agar kita tetap
bersemangat dan memupuk kepemimpinan diri agar tergerak membangun nilai-nilai
kebangsaan yang bersatu dan berdaulat sehingga mampu meninggikan martabat
bangsa ini seperti yang menjadi cita-cita konstitusi demi masa depan Indonesia yang
lebih baik.

Langkah yang dilakukan untuk merajut kembali nilai-nilai persatuan dan kesatuan
bangsa agar NKRI tetap utuh.

Dalam menjawab pokok persoalan keempat yaitu Langkah apa yang dapat
dilakukan untuk merajut kembali nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa agar NKRI
tetap utuh. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sejalan dengan berkembangnya pengaruh
negatif globalisasi dan juga semakin menguatnya nilai-nilai adat istiadat yang secara
langsung maupun tidak langsung telah menimbulkan ekses terjadinya sikap dan
perilaku masyarakat yang menyimpang dari nilai-nilai Sila dalam Pancasila pada tiap
sila-nya, apabila tidak segera diatasi berpotensi untuk dapat menggerus kesadaran bela
negara masyarakat dan meruntuhkan bangunan persatuan dan kesatuan bangsa,
sehingga potensi kehancuran Negara Kesatuan Republik Indonesia akan sangat besar
ditengah derasnya persaingan dalam percaturan bangsa dan negara didunia. Untuk itu
diperlukan upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila
melalui berbagai upaya sebagai berikut :

Pertama; Peningkatan perhatian masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila.


Dalam menghalau dampak negatif berkembangnya berbagai ideologi negara lain
termasuk kuatnya pengaruh ideologi leluhur ditengah-tengah generasi muda bangsa
Indonesia, maka perhatian generasi muda terhadap nilai-nilai Pancasila harus kembali
dapat ditingkatkan melalui serangkaian upaya dan kegiatan sebagai berikut : 1.
Menggugah dan mensosialisasikan secara terus menerus eksistensi dan keberadaan
ideologi Pancasila sebagai pemersatu untuk membangkitkan kembali rasa nasionalisme
dikalangan pemimpin politik, pengusaha, pemuda dan tokoh-tokoh agama. Dalam hal
ini perlu dicarikan bentuk-bentuk kegiatan lain dalam penyampaian materi Pancasila
dan wawasan kebangsaan pengganti penataran P4. Misalnya seminar atau lokakarya
mengenai Pancasila dengan mengikutsertakan seluruh elemen bangsa Indonesia dari
11

mulai pemerintah daerah, elit Parpol, kalangan akademisi serta para pengusaha dan
tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama serta tokoh pemuda; 2.
Meningkatkan filter/saringan generasi muda terhadap eksistensi ideologi kapitalis dan
liberalis yang mencoba untuk memecah belah Indonesia disemua aspek politik,
ekonomi dan sosial budaya. Filter dan saringan tersebut perlu diwujudkan dengan
menciptakan suatu kekuatan kebangsaan, ekonomi dan militer oleh seluruh
penyelenggara negara, sehingga bangsa Indonesia memiliki bargaining power dalam
menghadapi tekanan negara maju; 3. Meningkatkan intensitas pemberian materi
pelajaran pendidikan Pancasila seperti Pendidikan Moral Pancasila pada tataran teori
maupun praktek kepada para siswa/mahasiswa pada semua jenjang pendidikan.
Pengemasan materi pelajaran tersebut harus ditampilkan semenarik mungkin dan
menghindari kesan adanya doktrinasi sebagaimana pernah terjadi pada masa lalu.

Kedua; Penyamaan interpretasi pemahaman nilai-nilai Pancasila. Kenyataan


saat ini, dimana interpretasi generasi muda terhadap nilai-nilai Pancasila seringkali
terdapat perbedaan kerap menimbulkan adanya kesalahan dalam penafsiran
penjabaran dari suatu sila, sehingga timbul benturan antar masyarakat yang dapat
merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, guna menghindari hal
tersebut, maka diperlukan adanya penyamaan interpretasi pemahaman nilai-nilai
Pancasila yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sebagai berikut :  1. Sosialisasi
nilai-nilai Pancasila dengan memanfaatkan tokoh masyarakat. Upaya sosialisasi ini
dapat dilakukan oleh jajaran pemerintah setempat, anggota DPRD, serta aparat TNI
atau Polri. Sosialisasi dapat dilakukan dalam suatu pertemuan dengan tokoh maupun
warga masyarakat atau juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan momentum
tertentu misalnya kunjungan kerja, peresmian gedung atau fasilitas umum lain; 2.
Pengkajian terhadap kondisi penghayatan nilai-nilai Pancasila. Upaya ini dapat
dilakukan oleh jajaran pemerintahan setempat dengan melibatkan kalangan akademisi
dan tokoh-tokoh masyarakat. Pengkajian dilakukan terhadap nilai-nilai Pancasila
beserta relevansinya terhadap berbagai perkembangan yang terjadi. Tujuan dari upaya
ini agar didapati pemahaman yang baik terhadap nilai-nilai Pancasila untuk selanjutnya
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari; 3. Pemerintah melalui Kemendagri
dan Kemendiknas merumuskan kebijaksanaan dan program penyusunan buku
pedoman/arahan umum implementasi nilai-nilai Pancasila dan menjadikan buku
tersebut sebagai bahan bacaan wajib bagi seluruh aparatur penyelenggara negara di
12

berbagai instansi pemerintah, kalangan swasta maupun dunia pendidikan; 4.


Pemerintah melalui Kemendiknas menyusun seperangkat kebijakan dan program
penataan kurikulum pendidikan materi Pancasila dengan mengacu pada buku
pedoman/arahan umum implementasi nilai-nilai Pancasila, sehingga ada kesamaan dan
kesinambungan dalam interpretasi nila-nilai Pancasila dari Pusat sampai ke daerah; 5.
Pemerintah mengeluarkan instruksi Presiden yang ditindaklanjuti dengan
Instruksi seluruh Kementerian dan Peraturan Pemerintah Daerah yang memberikan
penekanan kepada seluruh Kementerian termasuk dinas-dinasnya di daerah agar dapat
menyusun Program Khusus Pelestarian Nilai-nilai Pancasila di lingkungan kerja
masing-masing.

Penutup

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu Bangsa
Indonesia yang merdeka tujuh puluh dua tahun lalu, saat ini menghadapi krisis
kebangsaan yang sangat serius karena persoalan kenegaraan dan kebangsaan tidak
terkelola dengan baik sebagaimana yang telah diamanatkan oleh UUD 1945 yaitu untuk
mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Alih-alih untuk mensejahterakan
masyarakat Indonesia, elemen anak bangsa agaknya justru sibuk dengan perebutan
kekuasaan dengan mengatasnamakan kepentingan bangsa. Kondisi nilai kebangsaan
bangsa Indonesia saat ini telah memudar dan hampir pada jurang kehancuran, ikatan
nilai-nlai kebangsaan yang berhasil mempersatukan bangsa sudah mulai pudar,
semangat Bela Negara yang dimiliki oleh masyarakat telah mengalami pembelokan
yang sangat signifikan dibandingkan pada era sebelumnya, hal ini disebabkan oleh
lunturnya rasa kebangsaan, paham kebangsaan dan semangat kebangsaan.
Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Adapun yang menjadi
faktor pengahambat dalam integrasi nasional di Indonesia terbagi atas dua yaitu faktor
internal dan eksternal. Yang menjadi faktor internal yang menghambat terwujudnya
integrasi nasional di Indonesia adalah : 1. Masyarakat Indonesia yang heterogen
(beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing
kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya; 2.
Wilayah negara yang begitu luas; 3. Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing
rakyat Indonesia terhadap segala ancaman dan gangguan yang mucul dari luar; 4.
13

Lemahnya nila-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa. Adapun yang menjadi faktor eksternal
penghambat terwujudnya integrasi nasional di Indonesia adalah 1. Kurangnya
penghargaan terhadap kemajemukan yang memiliki sifat heterogen; 2. Masih besarnya
ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan;
3. Pembauran Bangsa; 4. Kerukunan Antar Umat Beragama; 5. Perubahan Nilai-nilai
kebangsaan.

Langkah yang dapat dilakukan untuk merajut kembali nilai-nilai persatuan dan
kesatuan bangsa agar NKRI tetap utuh adalah dengan meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila sejalan dengan berkembangnya pengaruh
negatif globalisasi dan juga semakin menguatnya nilai-nilai adat istiadat yang secara
langsung maupun tidak langsung telah menimbulkan ekses terjadinya sikap dan
perilaku masyarakat yang menyimpang dari nilai-nilai Sila dalam Pancasila pada tiap
sila-nya, apabila tidak segera diatasi berpotensi untuk dapat menggerus kesadaran bela
negara masyarakat dan meruntuhkan bangunan persatuan dan kesatuan bangsa,
sehingga potensi kehancuran Negara Kesatuan Republik Indonesia akan sangat besar
ditengah derasnya persaingan dalam percaturan bangsa dan negara didunia.

Melalui penulisan esai ini, saran yang ingin disampaikan dalam revitalisasi nilai-
nilai kebangsaan masyarakat antara lain : 1. Perlunya pengenalan sejak dini tentang
bela negara, melalui lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan dan
dilaksanakan secara lebih optimal; 2. Perlunya dukungan dana dan program yang
terencana dan jelas dari pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan PPBN mulai
dari tingkat pusat sampai dengan daerah; 3. Perlu dihidupkankan kembali Pendidikan
kewiraan di tingkat perguruan tinggi, yang juga merupakan salah satu bentuk dari
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, karena masih relevan dan diperlukan meskipun
materinya tentu saja perlu disesuaikan seiring dengan perubahan situasi politik yang
sedang terjadi dewasa ini

Anda mungkin juga menyukai