Anda di halaman 1dari 32

Halaman Judul

LAPORAN
KEADAAN SANITASI WILAYAH PESISIR DI KELURAHAN
ANGGOLOMELAI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sanitasi Dasar Masyarakat


Pesisir Kepulauan

OLEH :

KELOMPOK 2
KELAS K3
NURHADISA J1A117102
RAHMA YANI J1A117113
REGITHA PRICILLIA CAHYANI TAMBOSISI J1A117116
SAZKIA MASYHURIANA ANDARAWATI J1A117128
SILVI TRISTYA PRATIWI J1A117131
SITI AZZAHRA J1A117132
TRY SAPUTRA HABIBIE J1A117142
UNI ZULFIANI J1A117146
WINANDELA BREGYSTIEND VIONA L. J1A117161
WIWIN SUJANAH J1A117165
AHMAD ALFAJRI J1A117175

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan
Sanitasi Dasar Masyarakat Pesisir Kepulauan. Tidak lupa sholawat serta salam
kepada junjungan nabi besar Muhammad saw yang telah membawa kita dari
jaman jahiliah menuju zaman islamiah seperti saat ini.

Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih


kepada pihak yang telah membimbing dan memberikan bantuan sehingga laporan
ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis meminta maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan


pada pembuatan laporan ini. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
penyusunan selanjutnya.

Kendari, November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL ................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 6
A. Latar Belakang ............................................................................................. 6
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan .......................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................. 8
A. Sanitasi Dasar ............................................................................................... 8
B. Jamban........................................................................................................ 12
C. Gambaran Umum Saluran Pembuangan Air Limbah ................................ 16
BAB III METODE SURVEI ............................................................................... 18
A. Pengumpulan Data ..................................................................................... 18
B. Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 18
C. Pengolahan Data......................................................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 19
A. Hasil ........................................................................................................... 19
B. Pembahasan ................................................................................................ 24
C. Alternatif Pemecahan Masalah .................................................................. 25
D. POA (Planing Of Action) ........................................................................... 26
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 28
A. Kesimpulan ................................................................................................ 28
B. Saran ........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
LAMPIRAN .......................................................................................................... 31

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Baku Mutu Air Minum No. 492/MENKES/PER/IV/2010 ...................... 11

Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Sumber Air Minum Utama di Kelurahan

Anggolomelai ........................................................................................................ 19

Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Perilaku Memasak Air Minum di

Kelurahan Anggolomeli ........................................................................................ 19

Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Alasan Tidak Memasak Air di Kelurahan

Anggolomelai ........................................................................................................ 20

Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Jamban di Kelurahan

Anggolomelai ........................................................................................................ 20

Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Jenis Jamban di Kelurahan Anggolomelai

............................................................................................................................... 21

Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Kepemilikan SPAL di Kelurahan

Anggolomelai ........................................................................................................ 21

Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Status Rumah Sehat di Kelurahan

Anggolomelai ........................................................................................................ 22

Tabel 9 Distribusi Responden Menurut Status Sarana Air Bersih di Kelurahan

Anggolomelai ........................................................................................................ 22

Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Status Jamban Keluarga di Kelurahan

Anggolomelai ........................................................................................................ 22

4
Tabel 11 Distribusi Responden Menurut Status Saluran Pembuangan Air Kotor di

Kelurahan Anggolomelai ...................................................................................... 23

Tabel 12 Distribusi Responden Menurut Status Kualitas Air di Kelurahan

Anggolomelai ........................................................................................................ 23

Tabel 13 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan di Kelurahan Anggolomelai... 24

Tabel 14 Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan ( Plan Of Action / POA ) di

Kelurahan Anggalomelai ...................................................................................... 26

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, kualitas kehidupan manusia, meningkatkan kesejahteraan manusia
serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat
(Fahmy, 2013).

Wilayah Pesisir merupakan suatu wilayah yang tidak bias dipisahkan dalam
luas wilayah Indonesia, mengingat garis pantai yang dimiliki. Secara umum
wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut.
Supriharyono dalam buku A. Syahrin (2012:75) mendefinisikan, kawasan wilayah
pesisir sebagai wilayah pertemuan antara daratan dan laut kearah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan
air asin. Sedangkan kearah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran
air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran

Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus


dipunyai oleh setiap keluarga untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Ruang
lingkup sanitasi dasar yakni sarana penyediaan air bersih, sarana jamban keluarga,
sarana pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah (Afriani Badu,
2012).

Sanitasi diartikan sebagai alat pengumpulan dan pembuangan tinja serta air
buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi
kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan (Depledge, 1997
dalam WSP 2011).

6
World Bank Water Sanitation Program (WSP) itu terungkap, bahwa
Indonesia berada di urutan kedua di dunia sebagai Negara dengan sanitasi buruk.
Menurut data yang dipublikasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 63 juta
penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB)
sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah (Diela, 2013).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana keadaan sanitasi wilayah pesisir di Kelurahan Anggolomelai?

C. Tujuan
Untuk mengetahui keadaan sanitasi wilayah pesisir di Kelurahan
Anggolomelai.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia (Azwar,1995). Sanitasi dasar yang dimaksud tersebut meliputi
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pembuangan air
limbah, dan pengelolaan sampah rumah tangga (Depkes RI, 2002).

1. Air

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.


Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air.
Air merupakan kebutuhan utama proses kehidupan di bumi, sehingga tidak
ada kehidupan seandainya jika tidak ada air di bumi. Namun demikian, air
dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi benar, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh
manusia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk industri, untuk kebersihan
sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya (Warlina,
2004:1).

2. Sumber Air

Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, terdiri
dari hidrogen dan oksigen dengan rumus H2O. Air adalah semua air yang
terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di
darat (UU No 7 Tahun 2004 pasal 1 ayat 2).

Menurut Sutrisno (2010: 14-17) sumber-sumber air dapat dibagi


menjadi empat yaitu:

8
a. Air laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCI.
Kadargaram NaCI dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini maka air laut
takmemenuhi syarat untuk air minum.
b. Air hujan
Air hujan merupakan menyubliman awan/ uap air air murni yang
ketika turundan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang
terdapat di udara, gas(O2,CO3,N2 dan lain-lain), jasad renik dan debu. Air
hujan terbentuk daributiran-butiran proses penguapan dari air, vegetasi,
hewan maupun dari tubuhmanusia yang berada di permukaan bumi yang
melayang sebagai awan,terdiri dari udara lembab yang mengalami
pengembunan, sehinggamengalami tingkat kejenuhan dan jatuh ke
permukaan bumi sebagai air hujan.Air hujan merupakan air yang
memiliki sifat agresif, turutama terhadap pipa- pipa penyalur maupun
bak-bak reservoir, sehingga hal teresebut dapatmempercepat korosi
(karatan). Selain itu air inipun bersifat lunak sehinggaakan boros terhadap
penggunaan sabun.
c. Air permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Air ini
berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi, kemudian mengalir
dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah melalui celah-celah
sesuai topografi wilayah yang di lewatinya. Pada umumnya air
permukaan mudahterkontaminasi oleh bahan-bahan percemaran, sehingga
air ini banyak mengandung bakteri, zat-zat kimia dan zat lainnya yang
bersifat merusak. Airini dapat berupa air parit, air sungai, air danau, air
bendungan, air waduk, airrawa dan air laut.
d. Air tanah
Lebih dari 98% dari semua air (diduga sedikit lebih 7x103) di atas
bumitersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan bahan-
bahanbutiran. 2% sisanya adalah apa yang kita lihat di danau, sungai dan

9
serervoirSeparuh dari 2% di simpan di reservoir buatan. 98% dari air di
bawah disebutair tanah dan digambarkan sebagi air yang terdapat pada
bahan yang jenuh dibawah muka air tanah. Pada dasarnya air tanah dapat
berasal dari air hujan,baik melalui proses infiltasi secara langsung
ataupun secara tidak langsungdari air sungai, danau dan genangan air
lainnya. Air yang berada di rawa-rawa seringkali dikategorikan sebagai
peralihan antara air permukaan dan airtanah.
3. Pengertian Sumur Gali

Sumur gali merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi


penduduk yang tinggal didaerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia.
Sumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil/memanfaatkan air tanah
dengan cara menggali lubang di tanah dengan menggunakan tangan sampai
mendapatkan air (Depkes RI 1990a). Sumur gali biasanya memanfaatkan
sumber air tanah dangkal. Air tanah dangkal juga disebut air tanah bebas
karena lapisan air tersebut tidak berada dalam tekanan. Profil permukaan air
tanah dangkal tergantung dari profil muka tanah dan bahan/jenis tanah itu
sendiri (Gunawan 2009).

Keberadaan sumber air ini harus dilindungi dari aktivitas manusia


ataupun hal lainyang dapat mencemari air. Sumber air ini harus memiliki
tempat (lokasi) dankonstruksi yang terlindungi dari drainase permukaan dan
banjir. Bila sarana airbersih ini dibuat dengan memenuhi persyaratan
kesehatan, maka diharapkanpencemaran dapat dikurangi, sehingga kualitas
air yang diperoleh menjadi lebihbaik (Waluyo, 2009: 137).

4. Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Keseharan RI No.492/Menkes/Per/1V/2010 dalam


pasal 1 ayat1 menyatakan bahwa air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atautanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum.Air yang baik untuk dikonsumsi tidak dapat hanya dinilai
lewat kasat matamanusia saja namun ada beberapa parameter air yang harus

10
memenuhi standarbaku mutu air minum yang meliputi parameter fisik,
kimiawi dan biologi,sehingga Menteri Kesehatan mengeluarga Undang-
Undang No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang baku mutu air minum yang
baik untuk dikonsumsi. Jadikualitas air yang digunakan oleh masyarakat
untuk kebutuhan air minum harusmemenuhi persyaratan air minum sesuai
dengan peraturan undang-undangan yangberlaku dan layak diminum apabila
dimasak. Adapun persyaratan yang harusdimiliki air agar dapat dikonsumsi
dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1Baku Mutu Air Minum No. 492/MENKES/PER/IV/2010

“Bau dan rasa pada air minum akan mengurangi penerimaan


masyarakat terhadap air tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama
dan disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-

11
tipeter tentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan
kimiaseperti phenol. Bahan-bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini
berasal dariberbagai sumber Sutrisno (2010: 30). Air yang normal sebenarnya
tidakmempunyai rasa. Timbulnya rasa yang menyimpang biasanya
disebabkanoleh adanya polusi, dan rasa yang menyimpang tersebut
biasanyadihubungkan dengan bau karena pengujian terhadap rasa air jarang
dilakukan.Air yang mempunyai bau tidak normal juga dianggap mempunyai
rasa yangtidak normal juga: Suripin (2002: 149).

Warna yang timbul pada air dihasilkan dari kontak air dengan
reruntuhanorganismre seperti daun, pohon atau kayu, yang semuanya dalam
berbagaitingkat-tingkat pembusukan Sutrisno, (2010: 28)

Derajat keasaman atau pHadalah istilah yang digunakan untuk


menyatakanintensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. PHjuga
merupakan satu carauntuk menyatakan konsentrasi ion H+(Sutrisno, 2010:
32).

B. Jamban
1. Pengertian Jamban

Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang


dibutuhkandalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya
sebagai fasilitaspembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat
jongkok atau tempatduduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang
dilengkapi dengan unitpenampungan kotoran dan air untuk membersihkanya
(Proverawati,2012).

Jamban sangat berguna bagi manusia karena dapat


mencegahberkembangbiaknya berbagai penyakit yang disebabkan oleh tinja,
karenapembuangan tinja yang sembarangan dapat mengakibatkan
kontaminasi pada air,tanah atau menjadi sumber infeksi dan akan
mendatangkan bahaya bagikesehatan karena penyakit yang tergolong water

12
born disease seperti diare,kolera dan kulit akan mudah berjangkit (Chandra,
2007).

2. Jenis – Jenis Jamban Keluarga


Menurut Mubarak (2009), beberapa macam tempat pembuangan
kotoran(jamban) dan cara pembuatannya, yaitu:
a. Jamban Cemplung
Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana yang dapat
dianjurkankepada masyarakat. Nama ini digunakan karena bila
orangmempergunakan jamban macam ini. Maka kotorannya langsung
masukjatuh ke dalam tempat penampungan. Kotoran yang dalam bahasa
jawa“nyemplung”. Jamban cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian
yangdiatasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai kakus ini dapat
dibuat daribambu atau kayu, tapi dapat juga dari pasangan batu bata atau
beton. Agartidak menjadi sarang dan makanan serangga penyebar
penyakit. Jambansemacam ini masih menimbulkan gangguan karena
baunya.
b. Jamban Plengsengan

Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa “melengseng” yang


berarti miring. Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke
tempat penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang
miring. Jadi, tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat persis diatas
tempat penampungan, tetapi agak jauh. Jamban semacam ini sedikit lebih
baik dan menguntungkan dari pada kakus cemplung, karena baunya agar
berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin. Seperti halnya
jamban cemplung, maka cemplung dari tempat jongkok harus dibuatkan
tutup.

c. Jamban Bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya
dibuat dengan mempergunakan bor. Bor yang dipergunakan adalah bor
tangan yang disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm, sudah

13
tentu lubang yang dibuat harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan
lubang yang digali seperti pada jamban cemplung dan jamban
plengsengan, karena diameter jamban bor jauh lebih kecil. Jamban bor
mempunyai keuntungan bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan
tetapi, kerugian jamban bor adalah perembesan kotoran akan lebih jauh
dan mengotori air tanah. Jamban bor tidak dapat dibuat di daerah atau
tempat yang tanahnya banyak mengandung batu. Jamban Angsatrine
(Water Seal Latrine ) Jamban ini dibawah tempat jongkoknya
ditempatkan atau dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa
yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran
yang berada ditempat penampungan tidak tercium baunya. Karena
terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung.
Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran.
Karena dapat mencegah gangguan lalat dan bau, maka memberikan
kemungkinan untuk dibuat didalam rumah. Agar dapat terjaga
kebersihannya, maka pada jamban semacam ini harus cukup tersedia air.
d. Jamban di Atas Balong (Empang)

Membuat jamban diatas balong (yang kotorannya dialirkan ke


balong) adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi
sulit untuk menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak
balong. Sebelum kita berhasil mengalihkan kebiasaan tersebut kepada
kebiasaan yang di harapkan, dapatlah cara tersebut diteruskan dengan
memberikan persyaratan tertentu.

e. Jamban Septic Tank

Septic Tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobic. Kita pergunakan nama septik tank karena dalam pembuangan
kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang
sifatnya anaerob. Septictank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta
dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa

14
(misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang),
sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut.
Di dalam bak bagian pertama akan terdapat proses penghancuran,
pembusukan, dan pengendapan. Di dalam bak terdapat tiga macam
lapisan :Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat,
Lapisan cair, Lapisan endap (lumpur).

3. Syarat Jamban Sehat


Menurut Proverawati (2012), syarat jamban sehat, yaitu:
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum
dengan lubang penampungan minimal 10 meter).
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah sekitarnya
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi yang cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

4. Fungsi dan Manfaat Jamban

Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan merupakan wujud


dari persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi dalam pembuangan tinja dengan
menggunakan sistem saluran air (water carriage system) dan pengolahan
limbah (sewage treatment), karena jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja
dari lingkungan (Chandra, 2009). Persyaratan dalam sanitasi jamban tersebut,
yaitu:

a. Tinja tidak mengotori permukaan tanah.


b. Tinja tidak mencemari air tanah
c. Tinja tidak mengotori air permukaan

15
d. Kotoran tidak boleh terbuka agar tidak dapat dicapai lalat atau
binatang
e. Tinja tidak menyebarkan bau busuk dan mengganggu estetika
f. Penerapan teknologi tepat guna
g. Penggunaan mudah
h. Konstruksi murah
i. Pemeliharaan mudah

C. Gambaran Umum Saluran Pembuangan Air Limbah


Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air
tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Kusnoputranto, 1985).

Limbah padat adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga
untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak
atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak
atau buangan (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). Limbah rumah tangga adalah
limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri
rumah tangga dan kotoran manusia.Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang
tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat.Dalam air limbah terdapat bahan
kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya.Bahan kimia tersebut dapat
memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera
dan penyakit lainnya.Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan
tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.

Menurut Anwar Daud (1999), sarana pembuangan air limbah yang sehat
harus memenuhi syarat-syarat tidak mencemari sumber air bersih, tidak
menimbulkan bau, tidak menimbulkan genangan, dan tidak menimbulkan tempat

16
berlindung serta tempat berkembangbiaknya nyamuk atau serangga lainnya yang
memungkinkan dapat menularkan bibit penyakit.

17
BAB III
METODE SURVEI

A. Pengumpulan Data
Dalam metode survei ini, teknik yang akan digunakan dalam melakukan
pengumpulan data adalah Kuesioner tentang Sanitasi dan Sumber air. Responden
penelitian adalah warga RT 05 RW 03 dan RT 08 RW 04 di Kecamatan Abeli
Kelurahan Anggalomelai. Dengan menggunakan Kuesioner, kita dapat
mengetahui informasi tentang Sanitasi dan Sumber air di Kecamatan Abeli
Kelurahan Anggalomelai.

B. Lokasi dan Waktu


Kegiatan ini dilakukan di Kecamatan Abeli Kelurahan Anggalomelai RT 05
RW 03 dan RT 08 RW 04. Waktu kegiatan ini dilakukan pada tanggal 13
November 2019.

C. Pengolahan Data
Dalam memperoleh data-data dan informasi yang telah kita dapatkan dari
kuesioner tersebut kita akan mengklasifikasi jawaban-jawaban para responden
yang sesuai.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Sumber Air Minum Utama di
Kelurahan Anggolomelai

Jumlah
No Sumber Air Minum Utama
N %
1. Air ledeng/PDAM 0 0

2. Sumur bor (pompa tangan, mesin air) 0 0

3. Sumur gali 48 96

4. Mata air 0 0

6. Air isi ulang/refill 2 4

7. Air botol kemasan 0 0

8. Air permukaan 0 0

9. Lainnya 0 0

Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019
Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa dari 50 responden, yang paling
banyak adalah responden menggunakan air sumur gali sebanyak 48 responden
atau 96%, sedangkan yang paling sedikit adalah Air isi ulang/refill sebanyak 2
responden atau 4%.
Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Perilaku Memasak Air Minum di
Kelurahan Anggolomeli

Perilaku Memasak Air Jumlah


No
Minum N %

1. Ya 48 96

19
2. Tidak 2 4

Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa dari 50 responden terdapat 48
responden atau 96% memasak air sebelum diminum dan 2 atau 4% responden
tidak memasak air sebelum diminum.
Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Alasan Tidak Memasak Air di
Kelurahan Anggolomelai

Jumlah
No Alasan
N %
1. Tidak tahu cara melakukannya 0 0
2. Makan waktu/tidak ada waktu 0 0
3. Air sudah bersih tidak perlu diolah lagi 0 0
4. Air sudah aman 2 4
5. Rasanya menjadi tidak enak 0 0
Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019
Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa dari 50 responden yang tidak
memasak air sebelum diminum, alasannya adalah air sudah aman yaitu 2
responden atau 4%.

Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Jamban di Kelurahan


Anggolomelai

Jumlah
No. Kepemilikan Jamban
N %
1 Ya 48 96
2 Tidak 2 4
Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019

20
Berdasarkan tabel 5, dari 50 responden terdapat 48responden memiliki
jamban atau 96%, dan sebanyak 2 responden atau 4% yang tidak memiliki
jamban.

Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Jenis Jamban di Kelurahan


Anggolomelai

Jumlah
No Jenis Jamban
N %
1. Sendiri dengan septink tank 48 96

2. Sendiri tanpa septink tank 1 2

3. Bersama 0 0

4. Umum (mck) 1 2

5. Laut/danau 0 2

Lainnya 0 0

Total 50 100
Sumber: Data PrimerNovember 2019

Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa dari 50 responden yang paling


banyak adalah memiliki jenis jamban sendiri dengan septic tanksebanyak 48
responden atau % sedangkan yang menggunakan jenis jamban umum(MCK) yaitu
1 responden atau 2%, dan sendiri tanpa septink tank yaitu 1atau 2%.

Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Kepemilikan SPAL di Kelurahan


Anggolomelai

Jumlah
No Kepemilikan SPAL
N %
1. Ya 40 80
2. Tidak 10 20
Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019
Berdasarkan tabel 7, dari 50 responden terdapat 40 responden atau 80%
memiliki SPAL dan10responden atau 20% tidak memiliki SPAL.

21
Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Status Rumah Sehat di Kelurahan
Anggolomelai

Jumlah
No Status Rumah Sehat
N %
1 Memenuhi Syarat 48 96
2 Tidak Memenuhi Syarat 2 4
Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019
Berdasarkan tabel 8, dari 50 responden distribusi responden menurut status
rumah sehat yang memenuhi syarat adalah 48responden atau 96%, sedangkan
distribusi responden menurut status rumah sehat yang tidak memenuhi syarat
adalah 2 responden atau 4%.
Tabel 9 Distribusi Responden Menurut Status Sarana Air Bersih di
Kelurahan Anggolomelai

Jumlah
No Status Sumur Gali
N %
1 Memenuhi Syarat 49 98
2 Tidak Memenuhi Syarat 1 2
Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019
Berdasarkan tabel 9, dari 50 responden menurut status saranaair bersih
(hanya untuk sumur gali) yang mempunyai dan menggunakan sumur gali
berjumlah 48 responden. Dari 50 responden tersebut, 49 responden atau 98%
sumur galinya memenuhi syarat, sedangkan 1responden atau 2% sumur galinya
tidak memenuhi syarat.

Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Status Jamban Keluarga di


Kelurahan Anggolomelai

22
Jumlah
No Status Jamban Keluarga
N %
1 Memenuhi Syarat 49 98
2 Tidak Memenuhi Syarat 1 2
Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019
Berdasarkan tabel 10, dari 50 responden menurut jamban keluaga yang
memenuhi syarat berjumlah 49 responden atau 98% jambannya memenuhi syarat
sedangkan 1 responden atau 2% tidak memenuhi syarat.
Tabel 11 Distribusi Responden Menurut Status Saluran Pembuangan Air
Kotor di Kelurahan Anggolomelai

Status Saluran Pembuangan Jumlah


No
Air Kotor N %
1 Memenuhi Syarat 45 90
2 Tidak Memenuhi Syarat 5 10
Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019
Berdasarkan tabel 11, menunjukkan dari 50 responden, dengan status
saluran pembuangan air kotor yang memenuhi syarat adalah 45 responden atau
90%, sedangkan status saluran pembuangan air kotor yang tidak memenuhi syarat
adalah 5 responden atau 10%.
Tabel 12 Distribusi Responden Menurut Status Kualitas Air di Kelurahan
Anggolomelai

Jumlah
No Status Kualitas Air
N %
1 Memenuhi Syarat 48 96
2 Tidak Memenuhi Syarat 2 4
Total 50 100
Sumber: Data Primer November 2019
Berdasarkan tabel 12, dari 50 responden distribusi responden menurut status
kualitas air yang memenuhi syarat berjumlah 48 responden atau 96%, sedangkan

23
distribusi responden menurut status kualitas air yang tidak memenuhi syarat
berjumlah 2 responden atau 4%.

B. Pembahasan
Dari hasil data primer diatas di Kelurahan Anggolomelai dapat dilihat bahwa
rata-rata sanitasi di Kelurahan tersebut telah memenuhi syarat. Dari 50 responden
sumber air minum utama yaitu sumur gali 48 responden, yang memiliki jamban
dengan septink tank sendiri 48 responden, kepemilikan SPAL 40 responden, dan
yang tergolong status rumah sehat 48 responden.
Tabel 13 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan di Kelurahan
Anggolomelai

USG
No. Masalah sanitasi Total Ranking
U S G
1. Sumber air minum 3 2 2 12 IV
2. Kepemilikan 3 2 3 18 III
jamban
3. Status rumah sehat 3 3 4 36 II
4. Kepemilikan SPAL 4 4 5 80 I

Sehingga prioritas masalah yang diambil dari data primer tersebut yaitu
masalah SPAL yang dimana terdapat 10 responden tidak memiliki SPAL (saluran
pembuangan air limbah) dari 50 responden dan yang memiliki SPAL tetapi tidak
memenuhi syarat yaitu 5 responden dari 40 responden yang memenuhi syarat.
Berdasarkan observasi SPAL yang kami lakukan di Kelurahan Anggolomelai
salah satu penyebab masyarakat tidak memiliki SPAL karena pekarangannya yang
tidak memadai untuk membuat SPAL, kebiasaan masyarakat membuat SPAL
tidak menggunakan pipa sehingga air kotor dibuang di pekarangan belakang
rumah dan membiarkan airnya tergenang begitu saja. Adapun kepemilikan SPAL
yang tidak memenuhi syarat yaitu 5 responden (10%) disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dari dampak yang ditimbulkan apabila SPAL tidak

24
memenuhi syarat seperti tidak tertutup akan menjadi sarang nyamuk untuk
berkembang biak dan dekat dengan sumber air bersih.
Ekonomi yang kurang disebakan pekerjaan masyarakat setempat yaitu buruh
dan nelayan yang pendapatannya hanya untuk kebutuhan sehari-hari sehingga
tidak mampu untuk membuat SPAL yang memenuhi syarat. Selain itu faktor
lingkungan juga mempengaruhi kepemilikan SPAL yang tidak memenuhi syarat
yaitu memperhatikan lingkungan sekitar seperti tetangga yang tidak memenuhi
syarat sehingga responden tersebut mengikuti serta belum adanya dampak yang
timbul dan dirasakan lagsung oleh masyarakat sekitar akibat ketidak pemilikan
SPAL yang tidak memenuhi syarat sehingga masyarakat tetap acuh dengan
kepemilikan SPAL.

C. Alternatif Pemecahan Masalah


Dari hasil diskusi tersebut, maka kami menentukan beberapa alternatif
penyelesaian masalah berdasarkan prioritas masalah yang ada, maka alternatif
pemecahan masalah tersebut terbagi menjadi:
1. Penyuluhan kepada masyarakat setempat mengenai pentingnya
kepemilikan SPAL yang memenuhi syarat.
2. Membuat SPAL percontohan yang memenuhi syarat.

25
D. POA (Planing Of Action)
Tabel 14 Penyusunan Rencana Operasional Kegiatan ( Plan Of Action / POA ) di Kelurahan Anggalomelai

Tujuan Nama Penanggung Waktu Tempat Pelaksana Sasaran Target Anggaran Indikator Evaluasi
Program Jawab Kebersihan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Peningkatan Penyuluhan Mahasiswa b Kantor Mahasiswa Masyarakat 60% Swadaya Masyarakat Evaluasi
pengetahuan kelompok 2 Bulan Keluraha Kelurahan masyarakat masyarakat Menggunaka dilakukan
mengenai nove n Anggalome paham dan n SPAL 2 kali
pentingnya mber Anggalo lai mampu yang setahun.
memiliki melai membuat memenuhi
SPAL yang SPAL yang syarat
memenuhi memenuhi
syarat syarat

26
Tujuan Nama Penanggung Waktu Tempat Pelaksana Sasaran Target Anggaran Indikator Evaluasi
Program Jawab Kebersihan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Dapat menjadi SPAL Mahasiswa b Kantor Mahasiswa Masyarakat 65% Swadaya Masyarakat Evaluasi
contoh dan percontohan kelompok 2 Bulan Keluraha Kelurahan masyarakat masyarakat Menggunaka dilakukan
diterapkan nove n Anggalome mampu n SPAL 1 kali
dalam setiap mber Anggalo lai membuat yang setahun.
rumah tangga melai SPAL yang memenuhi
memenuhi syarat
syarat

27
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas yakni:
1. Masalah sanitasi yang terdapat di kelurahan anggolomelae yaitu masih
ada masyarakat yang tidak mempunyai SPAL dan sebagian memiliki
SPAL tetapi tidak memenuhi syarat.
2. Alternatif penyelesain masalah yang kami lakukan yaitu penyuluhan
tentang pentingnya kepemilikan SPAL yang memenuhi syarat dan
pembuatan SPAL percontahan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah masyarakat bisa menerapkan
pembuatan SPAL yang memenuhi syarat agar sanitasi lingkungan tetap terjaga
dan meminimalisir terjadinya hah-hal yang merugikan masyarakat seperti
timbulnya penyakit malaria (DBD) akibat SPAL yang terbuka.

28
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, 1995, Dasar- Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan, PT. Raja Grafinda
Persada, Jakarta.
Chandra, B., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.
Chandra, B., 2009, Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas, EGC, Jakarta
Daud, Anwar. 1999.“Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan”. Jurusan Kesehatan
LingkunganFKM Unhas.
Depkes RI, 2002, Profil Kesehatan Indonesia 2002, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Badu, A. (2012) Gambaran Sanitasi Dasar Pada Masyarakat Nelayan Di
Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo Tahun 2012.
Universitas Negeri Gorontalo.
Imroatus, S., Mulyadi and Maryam, L. (2015) ‘Gambaran Sarana Sanitasi
Masyarakat Kawasan Pesisir Pantai Dusun Talaga Desa Kairatu Kecamatan
Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2014’, Higiene, 1(1), pp. 75–
83.
Mubarak, I.,Chayatin, Nurul., 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan
Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.
Permenkes No. 492/Menkes/Per/1V/2010. Tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum.jakarta.
Proverawati, A., 2012, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Nuha Medika,
Yogyakarta.
Suripin. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Tanah Dan Air. Yogyakarta. Andi.

Sutrisno Totok dan Suciantur Emi i . 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Jakarta. PT Rineka Cip
Trinanda, T. C. (2017) ‘Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia Dalam Rangka
Pembangunan Berbasis Pelestarian Lingkungan’, Matra Pembaruan, 1(2),
pp. 75–84.

29
Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Waluyo l .2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang. UMM Press.
Warlina,Lina. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak danPenanggulangannya.
Makalah Pribadi.Bogor. IPB.

30
LAMPIRAN

31
32

Anda mungkin juga menyukai