Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Pengendalian Vektor dan Tikus

Dosen : Hamsir Ahmad,SKM.,M.Kes

LAPORAN PERENCANAAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD


YANG DILAKUKAN DENGAN TUJUH LANGKAH
PEMBERANTASAN DBD DI KOTA PALOPO

Oleh :

Mamiek Oktrina Manguju

PO713221181073

Tingkat II B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI D.III

2020

i
A. Latar Belakang

Permasalahan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh


virus Dengue,  ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes. Demam berdarah dengue banyak dijumpai terutama di daerah
tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Pada awal
tahun 2019 data yang masuk pada Kementerian Kesehatan RI sampai
tanggal 29 Januari 2019 tercatat jumlah penderita DBD sebesar 13.683
penderita, dilaporkan dari 34 Provinsi dengan 132 kasus diantaranya
meninggal dunia. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan
bulan Januari tahun sebelumnya (2018) dengan jumlah penderita sebanyak
6.167 penderita dan jumlah kasus meninggal sebanyak 43 kasus.  Pada
awal tahun 2019 ini tercatat beberapa daerah melaporkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) DBD diantaranya Kota Manado (Sulawesi Utara) dan 7
kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu Sumba Timur,
Sumba Barat, Manggarai Barat, Ngada, Timor Tengah Selatan, Ende dan
Manggarai Timur. Sedangkan beberapa wilayah lain mengalami
peningkatan kasus namun belum melaporkan status kejadian luar biasa.
Kota Palopo yang merupakan salah satu daerah endemis DBD di
Provinsi Sulawesi Selatan. Tahun 2019 yaitu sebanyak 695 kasus , Kota
Palopo menempati urutan ke-7 tertinggi kasus DBD dari total 24
kabupaten/ Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak
12 kasus. Jumlah kasus DBD di Kota Palopo terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Kota Palopo termasuk salah satu dari 24
daerah di Provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami kejadian luar biasa
(KLB) DBD.Terjadinya penyakit DBD tidak terlepas dari adanya
interaksi antara vektor penular penyakit DBD yang mengandung virus
Dengue dengan manusia melalui peranan lingkungan rumah sebagai
sebagai media interaksi.
Masalah penyakit DBD terjadi umumnya di Kota Palopo karena
Masyarakat kota Palopo pada umumnya memiliki kebiasaan menampung
air di tempayan, drum, atau bak mandi besar, terutama bila memasuki
musim hujan dan saat musim kemarau, karena pada saat musim hujan
biasanya air dari PAM keruh atau justru tidak mengalir. Selain itu,
dispenser dan bak penampungan air freezer kulkas masih kurang
diperhatikan oleh masyarakat.Risiko kejadian DBD sebesar 6 kali lipat
terhadap subyek yang tidak memiliki kebiasaan 3M, sehingga kegiatan
PSN merupakan salah satu faktor resiko terjadinya DBD di kota Palopo
Kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD menunjukkan
hubungan bermakna. Kebiasaan menggantung pakaian secara statistik dan
praktis bermakna, sehingga kebiasaan menggantung pakaian merupakan
faktor resiko kejadian DBD di Kota Palopo.

Berdasarkan uraian di atas, penyakit DBD setiap tahunnya


mengalami peningkatan serta lingkungan rumah sebagai faktor penting
dalam proses penularan penyakit DBD, maka perlu dilakukan perencanan
pengendalian vector DBD dengan 7 langkah yang dilakukan dalam
mengentaskan masalah DBD di Kota Palopo

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kepadatan penyebaran Vector DBD di Kota Palopo
2. Untuk Mengetahui beberbagai Upaya cara pengendalian Vector DBD
di Kota Palopo
3. Untuk mengetahui cara pengendalian yang tepat digunakan untuk
Vector DBD di Kota Palopo
4. Untuk Mengetahui perlunya tindak lanjut untuk melakukan
pengendalian tersebut secara menetap dengan memberikan penilaian di
Kota Palopo
C. Pembahasan
1. Pola Penyebaran Kepadatan Vektor DBD di Kota Palopo

Sebagian Penduduk di Kota Palopo yang berasal dari semua


kecamatan,dilakukan pengambilan sampel Sampel terdiri atas
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kasus adalah penduduk Kota
Palopo yang pernah dirawat di rumah sakit atau klinik kesehatan di
Kota Palopo pada periode Januari hingga Desember 2019 dan
didiagnosis menderita DBD. Kontrol adalah tetangga kasus yang
tidak pernah mengalami demam tinggi 2-7 hari yang disertai dengan
dua atau lebih dari tanda/ gejala lainnya berupa: nyeri ulu hati/mual,
sakit kepala, nyeri otot dan tulang, ruam pada kulit serta adanya
manifestasi pendarahan/ uji torniquet positif.
Pola penyebaran kasus DBD di Kota Palopo adalah pola
berdekatan yang terbatas pada jarak 1 km dari cluster awal, yang
kemudian menyebar dengan cepat melalui siklus penularan dari
manusia-nyamuk di beberapa tempat. Pendapat ini dilandasi oleh
banyak kasus yang ditemukan berkelompok pada satu perumahan dan
juga rumah kos. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Thailand, kasus DBD ditemukan secara berkelompok karena
dipengaruhi oleh jarak, mekanisme penyebaran penyakit, dan
lingkungan yang mendukung Kepadatan penduduk mempunyai
hubungan linear positif dengan kejadian DBD di kota Palopo.Kejadian
lebih banyak terdistribusi di wilayah perkotaan yang padat penduduk,
karena pada daerah perkotaan lebih banyak dijumpai tata letak
bangunan perumahan yang saling berdekatan dan berhimpitan,
sehingga memudahkan penularan. Hal ini dapat memudahkan nyamuk
Aedes aegypti untuk menularkan virus dengue mengingat jarak
terbang nyamuk yang relatif pendek.Angka bebas jentik berkorelasi
negatif dengan kejadian DBD di kota Palopo. Hal ini dimungkinkan
karena ketidakakuratan data laporan angka bebas jentik di puskesmas.
Pada umumnya peningkatan kasus DBD di kota Palopo terjadi pada
intensitas CH sedang-tinggi. Adanya intensitas CH sedang-tinggi
dengan durasi waktu yang lama, akan menambah tempat perindukan
nyamuk yang dapat meningkatkan Populasi nyamuk Sebaran Kasus
DBD cenderung terdistribusi pada daerah dengan kepadatan vegetasi
rendah dibandingkan dengan kerapatan sedang dan tinggi. Hal ini
terjadi karena daerah dengan kerapatan rendah dan sedang merupakan
wilayah pemukiman penduduk yang padat. Sedangkan pada kerapatan
vegetasi tinggi merupakan wilayah pedesaan yang masih dijumpai
perkebunan, persawahan dan hutan belantara.

2. Berbagai Upaya cara Pengendalian Vektor DBD


Adapun berbagai upaya cara pengendalian yang dapat dilakukan
yaitu :
a. Pengendalian alamiah (naturalistic control) yaitu : (manipulasi
lingkungan dan modipikasi lingkungan)
b. Pengendalian Terapan (applied control) yaitu :
1. Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (Environmental
Sanitation Improvement)
2. Pengendalian secara fisik-mekanis (Physical-Mechanical
Control)
3. Pengendalian secara biologi (Biological Control)
4. Pengendalian dengan pendekatan per uu (Legal Control)
5. Pengendalian dengan bahan kimia (Chemical Control)
6. Pengendalian terpadu (Integrated Control)

3. Pengendalian Vektor DBD secara Pengendalian Terpadu (PVT)


di Kota Palopo
Perencanaan Pengendalian Vector DBD yang tepat dilakukan di
Kota Palopo yang dipilih dari berbagai cara pengendalian yang ada
yaitu Pengendalian Terpadu (Intergrated Control) yaitu pengendalian
yang dilakukan secara terkombinasi antara Pengendalian biologis,
kimia, fisis atau mekanis.pengendalian terpadu digunakan karena
menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian vector yang
efektif dan efisien yang berbasis bukti (evidence based) dan
dilaksanakan secara terpadu,lintas program.lintas sector,serta bersama
masyarakat.
1. Pengendalian fisik atau Mekanis dilakukan :
a. Modifikasi dan manipulasi lingkungan dengan
(3M,Pembersihan lumut,pengaliran/drainase,dll)
b. Pemasangan Kelambu
c. Pemasangan Kawat Kasa
2. Pengendaalian Secara Biologis dilakukan : Memanfaatkan Mahluk
hidup biologi yang telah lama dikenal dan masih sangat efektif
sampai saat ini yaitu Ikan( Predator) Pemakan Jentik contohnya
Ikan guppi dan ikan kepala timah termasuk ikan nila dan ikan
gambusia.
3. Pengendalian Secara Kimia dilakukan :
a. Space spray (Pengkabutan panas/Fogging dan dingin/ULV)
b. Dusting (Pendebuan)
c. Residual Spraying
D. Kesimpulan
Perencanaan Pengendalian Vektor DBD di Kota Palopo dengan
Menggunakan Upaya Pengendalian Vetor Terpadu (PVT) yang
dikombinasi dengan Pengendalian secara Fisis/Mekanis,Biologis sangat
aman digunakan, karena tidak mencemari lingkungan, juga dapat
menurunkan populasi nyamuk dewasa/Jentik di lingkungan rumah
pengendalian secara fisis/mekanis dan biologis ini perlu ditindak lanjuti
digunakan/dilakukan secara menetap,sedangkan untuk melakukan
pengendalian secara kimia dapat mencemari lingkungan dan kesehatan
masyarakat karena terdapat kandungan bahan kima yang berbahaya seperti
pestisida,pengendalian ini hanya dapat ditindak lanjuti
digunakan/dilakukan sesuai Prosedur (SOP) atau secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374 Tahun 2010


Tentang Pengendalian Vektor
Kota Palopo dalam Angka.2018. https:// palopokota. go.id/ content/ uploads/ data/
palopo-dalam-angka/kota_palopo_dalam_angka_2018.pdf
Kementerian Kesehatan RI..Kesiapsiagaan peningkatan kejadian demam
berdarah dengue tahun 2019.http://p2p.kemkes.go.id/kesiapsiagaan-
menghadapi-peningkatan-kejadian-demam-berdarah-dengue-tahun-2019/.
(diakses 9 April 2020)

Tribun-Timur.com. https://makassar.tribunnews.com/2019/02/05/wapada-
sebulan-ada-695-kasus-dbd-di-sulsel-tertinggi-di-pangkep-dengan-157-
kasus. (diakses 9April 2020)

Anda mungkin juga menyukai