Anda di halaman 1dari 240

1

PENGANTAR

Pendidikan Tenaga Kesehatan Lingkungan merupakan bagian penting dalam

pembangunan kesehatan, sebagaimana yang digariskan dalam sistem Kesehatan Nasional,

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan lingkungan, baik dari segi jumlah

maupun mutunya.

Untuk memperoleh lulusan tenaga kesehatan lingkungan yang mampu, dan terampil

dalam pelaksanaan dan tugas-tugasnya, diperlukan kurikulum yang memadai dan selalu

dikembangkan sesuai kemajuan ilmu dan teknologi serta tuntutan kebutuhan masyarakat.

Kurikulum dapat memberi arah/pedoman pada proses belajara-mengajar, sedangkan sarana

dan prasarana adalah sebagai sumber belajar untuk mendukung pencapaian kompetensi yang

diharapkan oleh institusi pendidikan.

Buku, sebagai salah satu sarana belajar mengajar mutlak tersedia dalam jumlah dan

kualitas yang memadai, karena buku adalah sumber ilmu, sehingga semakin banyak jumlah

buku yang berkualitas semakin besar peluang peserta didik untuk menambah luas wawasan

didalam bidangnya.

Diketahui bahwa sistem pengelolaan sampah adalah salah satu mata kuliah wajib, dan

merupakan mata kuliah keahlian pada jurusan kesehatan lingkungan, oleh karena itu tuntutan

akan adanya buku yang wajib adalah wajar, lebih-lebih yang berbahasa Indonesia.

Sebagai realisasi dari penugasan dan kewajiban bagi para dosen untuk menyusun

buku, maka tim pengampu mata kuliah penyehatan tanah dan pengelolaan sampah, mencoba

untuk menyusun buku wajib, sesungguhnya buku ini merupakan pengembangan, dan atau

penyempurnaan dari buku yang telah disusun terdahulu.

Dengan segalah kerendahan hati disampaikan terima kasih kepada, Bapak kepala

PPSDM , Kementerian Kesehatan R.I. yang telah memberi kepercayaan kepada tim
2

pengampu, dan juga kepada Direktur Politekkes Makassar, serta sejawad Dosen yang telah

memberikan dukungan dan masukan-masukan berharga demi kesempurnaan buku ini.

Walaupun demikian, buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu tetap

diharapkan masukan dari semua pihak untuk lebih sempurnanya lagi.

Semoga buku yang sederhana ini dapat memberikan harapan, dan bermanfaat bagi

pendidikan tenaga kesehatan lingkungan, khususnya bermanfaat bagi bidang studi

Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah.

Makassar, April 2011

Hormat kami,

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Pengantar Halaman

Daftat Tabel

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

BAB I SAMPAH DAN KARESTERISTIKNYA

1.1. Pengertian Sampah 1

1.2. Sumber Sampah 3

1.3. Ragam jenis Sampah dan karesteristiknya 5

1.4. komposisi sampah 8

BAB II PENGARUH SAMPAH TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN

2.1. Pengaruh Sampah terhadap lingkungan.. 17

2.1. Pengaruh sampah terhadap kesehatan. 18


3

BAB III DASAR-DASAR REKAYASA (ENGENEERING) DALAM BIDANG

PERSAMPAHAN

3.1. Timbulan Sampah (Waste Generation) 22

3.2. Pewadahan (storage) . 40

3.3. Pengumpulan sampah (Collection of solid waste). 61

3.4. Pemindahan dan pengangkutan 94

3.5. Prosesing (teknik dan peralatanya). 109

3.6. Pembuangan Akhir (disposal) 133

BAB IV PENGELOLAAN SAMPAH BERBAHAYA

4.1. Identifikasi Sampah Berbahaya. 170

4.2. Klafikasi sampah Berbahaya 173

4.3. Pemindahan dan pengangkutan. 177

4.4. Prosesing Sampah Berbahaya. 177

4.5. Pembuangan Sampah berbahaya 180

DAFTAR PUSTAKA
4
5

DAFTAR TABEL

1.4.a. persentase komponen-komponen Sampah kota di Indonesia 9

1.4.b. komposisi Sampah Kota 10

1.4.c. kelembaban Khas Sampah Kota menurut komponenya. 12

1.4.d. Penentuan kelembaban sampah table 1.4.c. 12

1.4.e. Desintas Sampah Kota menurut sumbernya 12

1.4.2.a.Analisa Perkiraan terdekat Untu kSampah kota . 13

1.4.2.b.Persentase unsure-unsur yang terdapat dalam sampah kota yang dapat 14

terbakar menurut komponen komponenya 15

1.4.2.c.Hasil perhitungan kandungan energy sampah kota 16

3.1. Estimasi unit laju timbulan sampah 27

3.1.a sampah yang dikumpulkan di USA perkapita 1968.. 36

3.1.b. Timbulan sampah di California,1968.. 37

3.1.c. Laju timbulan sampah perkapita. 37

3.2.4. Pengoperadian dan fasilitas yang khas untuk prosesing setempat

menurut sumbernya.. 48

3.2.4.a Tipe dan ukuran koneter yang digunakan dalam pewadahan 56

3.3. perbandingan pelayanan pengumpulan pada daerah kumuh. 63

3.3.3. Rata-rata kecepatan pengangkutan(untuk soal). 80

3.3.3a. Kebutuhan tenaga untuk pelayanan Curb. 88

3.5.3. Tipe dan ukuran berbagai Gas dan partikel.. 114

3.5.3a. Rentang operasi berbagai alat pengendali gas 115

3.5.4. Tipe, cara kerja dan asplikasi peralatan yang digunakan reduksi
6

ukuran secara mekanik.. 118

3.6. keuntungan dan kerugian lahan urug saniter. 134

3.6.3a. proporsi distribusi gas-gas dan lahan dalam lahan urug selama

periode dua tahun pertama 146

3.6.3b. komposi lindi dari lahan urug. 147

3.6.3c. koefisien absorpsi untuk gas-gas dalam lahan urug.. 150

3.6.3d. pelapis atau segel lahan urug untuk pengendalian gerkan gas dan lindi 152

3.6.3e. Koefisien permeabilitas berbagai jenis tanah (aliran laminar) . 155

3.6.5. faktor-faktor penting yang harus di lertimbangkan dalam desain dan

operasi lain lahan urug saniter (LUS) . 158

3.6.5a. Perhitungan desitas sampah yang telah di padatkan pada lahan urug. 161

3.6.5b. Perhitungan desitas sampah yang telah di padatkan pada lahan urug,

setelah pemamfaatan bahan (untuk contoh tersebut diatas ) 163

3.6.5c. Karasteristik kinerja peralatan yang di gunakan pada lahan urug. 167

3.6.5d. Kebutuhan (rata-rata) untuk pemgertian sampah yang berbahaya 168

4.1 Tabel penapisan untuk pengertian sampoah berbahaya .. 170

4.2. Contoh daftar bahan buangan yang berbahaya yang bukan bahan radioaktif 175

.
7

DAFTAR GAMBAR

1.1. Aktifitas manusia untuk kesejahteraan. 1

1.2.1. Sumber sampah pemukiman (recedential) 4

1.2.2. Aktifitas Industri 5

1.3.1. Sampah Kering.. 6

3.1. Diagram (sederhana) saling hubungan antara elemen fungsional dalam

system pengelolaan sampah 19

3.2.S Sketsa keseimbangan Bahan 29

3.2.4. Pengaruh larangan pembakaran sampah. 29

3.3.3a. Skema tahapan operasi system kontener angkut (komvensional). 71

3.3.3b. Skema tahapan operasi system kontener angkut (yang dikembangkan) 72

3.3.3c. Skema tahapan operasi system kontener tetap.. 73

3.3.3d. Korelasi antara kecepatan rata-rata pengangkutan dengan jarak yang ditempuh

seluruh rute. 77

3.3.3e.Biaya mingguan VS jarak pengangkutan pergi pulang (untuk contoh soal) 86

3.3.3f. Hubungan antara kebutuhan waktu pengambilan dan prosentasi pelayanan

bagian belakang rumah dengan dua orang tenaga.. 88

3.6.3. Penurunan permukaan lahan urug 148

3.6.3a. Bagan unuk penentuan rembesan dari lahan urug dan dar iaquifer atas

keaqiter bawah. 156

4.2 Bagian Alir Penapisam sampah Berbahaya 174


8

BAB I

SAMPAH DAN KARAKTERISTIKNYA

1.1. Pengertian Sampah

Diketahui bahwa limbah merupakan konsekuensi langsung dari

kehidupan. Sehingga dapat dikatakan limbah yang timbul sejak adanya

kehidupan manusia.

Timbulnya bersamaan dengan aktivitas manusia, mulai dari usaha

penambangan/pengambilan sumber daya alam sebagai bahan baku, berlanjut

menjadi bahan yang siap untuk energi, bahan setengah jadi untuk suatu

barang dan aktivitas jasa dalam mengkonsumsi barang-barang tersebut untuk

mencapai kesejahteraan hidupnya.

Limbah-limbah tersebut berwujud padat (solid waste), cair (liquid waste)

dan gas (gas/atmospheric waste).

SUMBER DAYA ALAM

PRODUKSI INDUSTRI/ KONSUMSI


ENERGI PABRIKASI BARANG-BARANG

DAUR LIMBAH KESEJAHTERAAN


ULANG
CAIR GAS
PADAT

LINGKUNGAN
9

Gambar 1.1. Aktivitas manusia untuk kesejahteraan dikembangkan dari: waste

and Pollution Within the manufacturing-Consumer System (H. M.

DIX, 1981)
Gambar 1.1. menunjukkan bahwa setiap aktivitas manusia menimbulkan

limbah, yaitu padat, cair atau gas.


Yang manakah diantara ketiga limbah tersebut yang dapat dikatakan sampah ?

Limbah cair lazim disebut air limbah (air buangan, air kotor), dan

kemunculannya dilingkungan lazim disebut effluen, sedangkan limbah gas

lazim disebut gas buang. dan kemunculannya dilingkungan lazim disebut emisi,

sehingga tidak lazim jika disebut emisi air limbah atau effluen gas buang.

Uraian tentang limbah tersebut diatas, telah menunjukkan arah mana

limbah yang dapat digolongkan sebagai sampah. Mudah dipahami, tentu bukan

limbah cair karena tidak benar disebut sampah cair, dan juga bukan limbah gas

(tidak ada sampah gas) sehingga yang dapat digolongkan dalam sampah

adalah limbah padat. Tetapi tidak semua limbah padat ototmatis disebut

sampah.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, pengertian sampah adalah

sebagai berikut dibawah ini :

Sampah adalah limbah padat yang dibuang dari aktivitas manusia

Batas ruang lingkup pengertian dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas manusia yang dimaksud; tidak termasuk aktivitas biologis.


2. Dibuang; yang dimaksud adalah dibuang oleh pemilik (owner) aktivitas.
3. Waktu dan tempat
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, dapat disimak kutipan

dibawah ini.
A apt definition of solid wastes matter in the wrong place, inplying that a

material becomes waste only when specific owner ceases to have a use for
10

it. Yesterdays newspaper is waste to the man who bought it, but it could be

the raw material for a paper mill (Frank Flintoff, 1976).


4. Padat; semua benda/zat yang bukan bersifat cair dan gas, sehingga tidak

benar jika ada istilah sampah cair atau sampah gas. Sebaliknya juga

kurang tepat penggunaan istilah sampah padat, karena menjadi berlebihan.

Jadi yang tepat adalah sampah


Benda/zat yang masih dalam batas-batas ruang lingkup definisi sampah

adalah benda yang bersifat padat kondisi semi-padat, misalnya sludge

yang berasal dari waste water treatment plant.

Pengertian tentang sumber dan tipe-tipe sampah, komposisi dan laju

timbulan merupakan suatu dasar/landasan untuk rekayasa dan operasi dari

elemen fungsional pengelolaan sampah.

1.2. Sumber Sampah

Pada umumnya sumber sampah dihubungkan dengan penggunaan (tata

guna) lahan dan zoning, atau dapat dikatakan sumber sampah berhubungan

dengan aktivitas manusia sehingga wajar jika terdapat berbagai macam

klasifikasi yang dapat dikembangkan. Dan salah satu klasifikasi yang biasa

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Permukiman
b. Pusat-pusat perdagangan
c. Perkotaan (Municipal)
d. Industri (Industrical)
e. Lahan terbuka (Open Areas)
f. Pengolahan limbah (Treatment Plants)
g. Pertanian
Salvato mengklasifikasikan sumber sampah sebagai berikut ini :
a. Permukiman
b. Tempat-tempat umum dan tempat-tempat perdagangan
c. Sarana pelayanan masyarakat (pemerintah)
d. Industri : ringan-berat
e. Pertanian
1.2.1. Permukiman (tempat tinggal/rumah tangga)
11

Timbulnya sampah permukiman biasanya sebagian besar berasal dari

aktivitas suatu keluarga (rumah tangga).

Dalam suatu bangunan tempat tinggal, dari segi jumlah keluarga

penghuninya dibedakan antara keluarga tunggal (satu bangunan rumah

dihuni oleh satu keluarga/single family) dan suatu bangunan yang dihuni oleh

banyak keluarga (multy family) misalnya, asrama, rumah

susun/flat/kondominium yang biasanya hanya dikota atau pinggiran kota (sub

urban). Perbedaan ini memberi pengaruh terhadap pelayanan persampahan,

misal tentang pewadahannya, fasilitas pengumpulannya, dsb.

Sebaran lokasi keluarga-keluarga tersebut dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

KOTA
PEDESAAN PINGGIR KOTA

KELUARGA TUNGGAL

PERMUKIMAN

KOTA PINGGIR KOTA


Gambar 1.2.1. Sumber Sampah Permukiman (Residential)
1.2.2. Tempat-tempat umum dan perdagangan
Aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : hotel, sekolah,

kantor, bengkel, rumah makan, dan toko-toko (grosir dan eceran).


1.2.3. Sarana pelayanan masyarakat, meliputi :
Tempat hiburan, tempat pelayanan kesehatan, komp. Militer, gedung

pertemuan, tempat rekreasi, dan lain-lain.


1.2.4. Industri (Industrial)

Pabrik Sumber Daya Alam

Industri

Distribusi Proses Bahan


12

Gambar diatas tersebut menunjukkan aktivitas industri mulai dari

penambangan sumber daya alam untuk memperoleh bahan baku, prosesing

sampai distribusi bahan/barang hasil industri.


Pengelolaan limbah (treatment plants) kota dan limbah industri dapat

digolongkan aktivitas industri.


1.2.5. Pertanian (Agricultur)
Aktivitas budidaya tanaman dan hewan dan aktivitas pengolahannya.

1.2.6. Ragam Jenis (Type) Sampah dan Karakteristiknya


Terminologi ragam jenis sampah sangat bervariasi menurut literaturnya. Oleh

karena itu dalam penggunaannya membutuhkan perhatian yang sungguh-

sungguh, pertimbangan (judgment) dan akal sehat (commansence).

Pengertian berikut ini diberikan sebagai arahan dan bahan untuk suatu

batasan yang pasti/baku atau ketepatan ilmiahnya.

1.3.1. Food wastes (sampah yang berasal dari makanan)

Adalah sampah yang berasal dari penanganan bahan baku(nabati dan

hewani). Persipan, pengolahan makanan dan sisa makanan. Ragam jenis sampah

ini biasa disebut garbage. Karakteristik penting dari jenis sampah ini adalah :

sangat mudah membusuk dan terurai (decompose rapidly), lebih-lebih pada musim

panas atau pada daerah tropis. Dalam kondisi busuk menimbul;kan bu yang

menyengat. Karakteristik ini harus diperhatikan dalam hubungannya dengan

rekayasa dan operasi pengumpulannya. Dalam jumlah besar sampah jenis ini timbul

dari : rumah tangga, rumah sakit lembaga pemasyarakatan, restoran dan caf taria

serta fasilitas yang terkait dengan pemasaran makanan, termasuk pusat grosir dan

toko eceran dan pasar.

1.3.2. Rubbish (sampah kering)


13

Terdapat dua golongan, yaitu sampah kering yang dapat dibakar dan yang

tidak bisa dibakar (combustible and non combustible).

Sampah kering yang mudah terbakar terdiri dari : kertas, karton, plastic, kain, kulit,

kayu, membel, dan ranting/daun.

Sampahkering yang tidak mudah terbakar terdiri dari gelas/kaca, barang-barang

tembikar, kaleng-kaleng terbuat dari timah, aluminium, besi dan logam non besi.

Kertas dan
karton

Kaca Plastic

Karet
Logam besi dan
non besi
Sampah kering
(rubbish) Kulit

Tembikar dan
keramik
Kain

Kaleng bekas
(timah/aluminium) Kayu dan mebel

Ranting dan daun

Gambar : 2.3.1. sampah kering


14

1.3.3. Abu dan residu (ashes dan residues)

Yang termasuk ragam jenis sampah ini adalah : buangan sisa pembakaran

kayu, batubara, arang dan sisa pembakaran sampah yang mudah terbakar dirumah

tangga, perkotaan institusi industri dan prasarana/sarana perkotan, untuk tujuan

pemanasan, masak dan pembakaran sampah. Residu dari pembangkit tenaga tidak

termasuk dalam ragam jenis ini. Abu dan residu biasanya terususun dari benda-

benda yang halus/lembut, serbuk, abu arang, kerah besi, benda-benda kecil sisa

pembakaran dan potongan-potongan benda terbakar. Gelas/kaca,tembikar dan

berbagai logam juga ditemukan dalam residu dari incenerator kota (central

incenerator).

1.3.4. Reruntuhan gedung dan buangan jasa konstruksi (demolition and

construction waste)

Sampah dari kegiatan meratakan gedung dan bangunan lain dengan tanah

tergolong demolition. Sedangkan sampah yang berasal dari kegiatan konstruksi,

pemugaran rumah, gedung perkantoran/perdagangan dan gedung-gedung lain,

digolongkan dalam construction waste.

Sering kali digolongkan sebgai sampah kering, jumlah timbulannya sulit

diestemasi dan komposisinya sangat bervariasi, terdiri dari : tanah, Lumpur, batu,

batu merah, pipa, alat pemanas, barang-barang elektrik, kayu atap sirap, dll.

1.3.5. Sampah khusus(special waste)

Yang tergolong ragam sampah jenis ini adalah hasil penyapuan jalan,

ceceran dari contener,bangkai binatang, kendaraan bekas, suku cadang kendaraan

bekas, dll. Karena tidak mungkin memprediksi dimana didapatkan/ditemukan


15

bangkai binatang dan rongsokan mobil, maka keduanya didentifikasikan sebagai

non spesidik dan sangat tersebar sumbernya.

1.3.6. sampah dari instalasi pengolahan air, dan air limbah (treatment plant waste

water)

Padatandan semi padatan dari instalasi pengolahan air, air limbah kota, dan

air limbah industri tergolong ragam jenis sampah ini.

Karakteristik bahannya, bervariasi tergantung dari macam prosesnya. Saat ini

pengumpulannya tidak atau belum dikelola oleh pengelolah sampah, tetapi dimasa

datang, sebaiknya diantisipasi pembuangannya di TPA. Bersamaan/disatukan

dengan sampah.

1.3.7 Sampah pertanian (agricultural waste)

Buangan dan sisa-sisa bahandari berbagai macam aktivasi pertanian antara

lain : mulai dari penanaman benih, panen, perawatan/pemeliharaan kebun,

peternakan pemerahan susu,digolongkan dalam ragam jenis sampah ini.

Saat ini pembuangannya belum atau tidak dalam tanggung jawab istansi

pengelola sampah. Walaupun dibeberapa tempat pembuangan kotoran hewan

(animal manure) menimbulkan masalah yang serius, utamanya yang bersumber dari

peternakan dan pemerahan susu.

1.3.8. Sampah berbahaya

Bahan-bahan kimia, biologis, mudah terbakar, mudah meledak,dan

radioactive adalah bahan-bahan yang berbahaya dalam waktu cepat atau lambat

bagi manusia, tumbuhan dan hewan.

Sampah ini harus ditangani dengan kecermatan, kewaspadaan, kehati-hatian

yang tinggi (great care and caution).


16

Karena sifat-sifat khusus tersebut, sampah ragam ini dibahas tersendiri pada

bab lain.

Menggaris bawahi pengertian dari terminology ragam jenis sampah yang

yang bervariasi sesuai dengan literaturnya, uraian dibawah ini dapat dijadikan

sebagai contoh.

Salvato (19.) menempatkan sampah sapuan jalanan, bangkai binatang, dan

rongsokan kendaraan, pada ragam jenis tersendiri. Dan sampah khusunya ragam

jenis sampah berbahaya, begitu juga ragam jenis sampah industri, sehingga hal ini

tidak perlu diperdebatkan.

1.4. Komposisi sampah kota (municipal solid waste)

Informasi tentang komposisi sampah adalah penting/bermanfaat untuk

evaluasi kebutuhan perlatan, system dan manajemen program dan perencanaan.

Misalnya : jika timbulan sampah pada daerah perdagangan terdiri hanya

kertas/produk kertas, peralatan prosesing yang digunakan adalah shardders dan

balers. Pemisahan juga diperlukan bila, dilakukan daur ulang produk kertas.

Evaluasi kelayakan incinerator, tergantung dari infomasi komposisi kimia dari

sampah.

1.4.1. Komposisi fisik

Informasi dan data komposisi fisik sampah penting untuk pemilihan dan

operasi peralatan dan fasilitas dalam penaksiran/penilaian kelayakan sumber dan

energi, serta dalam analasis dan rekayasa fasilitas pembuangan. Wujud fisik.

(individual component) yang menyusun sampah kota, kelembaban dan densitas

sampah kota diuraikan sebagai tersebut dibawah ini.


17

a. Wujud fisik (individual component)

Wujud fisik menyusun sebagian besar sampah kota dan distribusi relatifnya

dapat dilihat pada table 1.4.a. walaupun beberapa komponen dapat diseleksi,

mewakili, sebab cepat/mudah dikenali dan konsisten dengan kategori deng

banyak literature dan cepat dikembangkan dalam pengelolaan sampah.

Table 1.4.a. Prosentasi komponen-komponen sampah kota di Indonesia x)

Komponen %
Kertas 2

Sisa sayur-sayuran, buah-buahan dan daun-daunan 94

Gelas dan benda-benda padat lainnya 1

Plastic 2

Lain-lain 1
Jumlah 100

x) laporan frank flintof dalam Indonesia preappraisal mission, march 1978.

Table 1.4.b. komposisi fisik sampah kota x)

Komponen Prosentasi dalam berat


Berkisar Khas Bahan peti Davis

antara kemas californiaxx


Sisa makanan 6-26 15 - 9,5

Kertas 25-45 40 55,8 43,1

Karton 3-15 4 - 6,5

Plastic 2-8 3 3,6 1,8


18

Tekstil 0-4 2 0,4 0,2

Karet 0-2 0,5 - 0,8

Kulit 0-2 0,5 - 0,7

Sampah pekarangan 0-20 12 - 14,3

Kayu 1-4 2 7,8 3,5

Kaca 4-6 8 18,1 7,5

Kaleng 2-8 6 14,3 5,2

Logam non besi 0-1 1 - 1,5

Besi 1-4 2 - 4,3

Debu, abu, batu merah 0-10 4 - 1,1

dsb.
X tohobanoglaus, george solid waste engineering principles and

management issues, M. Graw Hili Book Company, New York 1977.

XX didasarkan atas hasil penelitian selama 5 tahun.

Komponen disik sampah kota bervariasi menurut lokasi, musim, tingkat

ekonomi, dan factor-faktor lain. Berdasarkan hal ini, jika didistribusi komponen

merupakan factor kritis dalam proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan

sampah, studi khusus perlu dilakukan (jika mungkin) untuk memperoleh distribusi

yang actual/nyata.

Kegagalan pada umumnya tentang kelayakan tekhnis adalah sangat besar

biaya yang dikeluarkan, dan data tersebut akhirnya tidak bisa digunakan. Hal ini

khususnya benar berkenaan dengna distribusi data tentang komponen fisik sampah.

Misalnya : jika gelas/kaca tidak didaur ulang, tidak terlalu penting diketahui

proporsinya, kecuali dengan alasan khusus, yaitu untuk mengetahui secara detail

komponen fisik sampah.

Penentuan komponen di lapangan


19

Mengingat begitu heterogennya sampah, penentuan komposisi ini tidaklah

mudah. Menggunakan metoda statistik secara ketat adalah sulit ( tidak mungkin ) di

lakukan. Dengan alasan tersebut, kebanyakan prosedur lapangan berdasarkan

common sense dan teknik random sampling dikembangkan untuk penentuan

komposisi fisik

Prosedur ini melibatkan kuantitas kapasitas bongkar pada pembuangan akhir.

Sampel dapat diambil dari lokasi pembuangan akhir ( disposal site ) yang bebas dari

hembusan angin, tidak ada kegiatan lain yang berhubungan dengan terganggunya

komposisi sampah, misalnya Recovery & Recycling. Untuk sampah yang berasal

dari rumah tangga dapat diambil dari kendaraan pengumpul yang mengangkut

setiap hari.

Pengambilan dalam jumlah besar juga sangat dianjurkan, karena dengan contoh

yang kecil hasilnya kurang/ tidak bermakna. Beberapa pengalaman menunjukkan

bahwa pengumpulan sampel sebesar 200 Ib tidak terdapat perbedaan yang

bermakna dengan pengukuran terhadap sampel sebesar 1700 Ib ( diambil dari

tempat pengambilan sampel yang sama )

Kandungan kelembaban ( Moisture Content )

Kelembaban sampah kota L yang berkomposisi sebagaimana table 1.4.b. ,

biasanya berkisar antara 15 - 40 %. Variasi ini tergantung pada komposisi sampah,

musim, kelembaban udara dan keadaan cuaca, khususnya sewaktu hujan

Kelembaban sampah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dibawah ini :

-Kelembaban ( % ) = ( a b ) x 100

a = berat sampel sebelum dikeringkan

b = berat sampel setelah dikeringkan


20

Kelembaban sampah kota menurut komposisi komponennya dapat dilihat pada tabel

1.4.c.

Tabel 1.4.c. Kelembaban khas sampah kota menurut komponennya

Kelembaban ( % )
Komponen
Rentang Khas
- Sampah sisa makan 50 - 80 70
- Kertas 4 - 10 6
- Karton 48 5
- Plastic 1-4 2
- Kain 6 - 15 10
- Karet 1-4 2
- Kulit 8 - 12 10
- potongan-potongan ranting 30 8 60
- kayu 15 - 40 20
- kaca / gelas 1-4 2
- kaleng bekas ( bahan 2-4 3

timah)
- logam non besi 2-4 2
- besi 2-6 3
- tanah, abu, batu bata, dll 6 - 12 8
- sampah kota 15 - 40 20

Contoh : Estimasi kelembaban sampah kota dengan komposisi sesuai table 2.4.b.

dengan perhitungan rumus kelembaban, hasilnya dapat dilihat pada table berikut

Tabel 1.4.d. Penentuan kelembaban sampah sesuai table 1.4 c


21

(%) Kelembaban Berat


Komponen
Berat (%) Kering
- Sampah sisa makan 15 70 4.5
- Kertas 40 6 37.6
- Karton 4 5 3.8
- Plastik 3 2 2.9
- Kain 2 10 1.8
- Karet 0.5 2 0.5
- Kulit 0.5 10 0.4
- Potongan ranting/daun 12 60 4.8

dari tanaman
- Kayu 2 20 1.6
- kaca / gelas 8 2 7.8
- kaleng bekas ( dari timah) 6 3 5.8
- logam non besi 1 2 1.0
- Besi 2 3 1.9
- Tanah, abu, batu bata, dll 4 8 3.7
T O TAL 100 78.1

Kelembaban (%) = ( 100 78.1 ) x 100 = 21.9 %

100

Tabel 1.4 e. Densitas Sampah Kota Menurut Sumbernya

Densitas Ib / yd3
Sumber
Rentang Khas

Permukiman( tidak dipadatkan )

- Rubbish 150 300 220


- Garden Trimmings
- Ashes 100 250 175

1.100 1.400 1.250

Pemukiman ( dipadatkan )

- Pada truk kompaktor 300 750 500


- Pada landfill
- Pada landfill ( dengan p;adatan 600 850 750

baik ) 1.000 1.250 1.000


Pemukiman ( setelah prosesing)
22

- Baled 1.000 1. 800 1.200


- Shredded, tidak dipadatkan
- Shredded, dipadatkan 200 450 360

1.100 1.800 1.300

Perdagangan industry ( tidak

dipadatkan ) 800 1.600 900

- Sisa makanan ( basah ) 80 300 200


- Sampah kering, mudah terbakar
- Sampah kering, yang tidak 300 - 600 500

terbakar

Densitas sampah bervariasi, tergantung dari letak geografis, musim, lamanya

tersimpan pada wadah ( container ) dan proses pemadatannya sendiri ( kemampuan

alat pemadatnya )

1.4.2. Komposisi Kimia

Informasi tentang komposisi kimia sampat amat penting untuk evaluasi

alternative prosesing dan pemanfaatan kembali. Misalnya sebagai

pertimbangan dalam prosess incinerator atau pemanfaatan sampah sebagai

energy.

Jika sampah akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar, empat hal penting

dibawah ini perlu diketahui

a. Analisa perkiraan terdekat ( Proximate analysis )


1) Kelembaban ( hilang pada 1050 C dalam 1 jam )
2) Bahan volatile ( mudah menguap ) hilang pada pemanasan 950 0 C
3) Abu ( residu setelah pembakaran )
4) Senyawa Carbon ( yang tersisa )
b. Titik bakar ( Fusing Point ) Abu
c. Analisa Proporsi Carbon ( C ), Hydrogen ( H ), Oksigen ( O ), Nitrogen

(N) , belerang ( S ) dan Abu


d. Nilai Panas ( heating value )
23

Analisa perkiraan terdekat dari komponen yang mudah terbakar pada sampah

dapat dilihat pada table 1.4 f..

Table 1.4 f Analisa perkiraan terdekat untuk sampah kota

Nilai
Komponen
Rentang Khas
- Kelembaban 15 40 20
- Bahan mudah 40 60 53
5 12 7
menguap 15 - 30 20
- Senyawa carbon
- Kaca , logam, abu

Data representative dari analisis pada komponen sampah kota disajikan

pada table 1.4 b. jika nilai BTU tidak ada, analisa perkiraan terdekat niai BTU

dapat ditentukan dengan rumus yang dimodifikasi.

BTU / Ib = 145.4 C + 620 ( H 1/8 0 ) + 41 S


Dimana :
C = Proporsi Carbon
H = Proporsi Hidrogen
O = Proporsi Oksigen
S = Proporsi Belerang
Catatan :
BTU / Ib x 2.326 = kalor jenis / kg

Rumus untuk kalor ( dasar kering / dry basis ) :


BTU / Ib ( dry- basis ) =
BTU / Ib ( as discharded ) ( 100 )
100 - % kelembaban
Rumus BTU per pound dalam abu-bebas-dasar kering ( an ash-free dry

basis ) adalah :
BTU / Ib ( as free dry basis ) =
BTU / Ib ( as discharded ) ( 100 )
100 - % kelembaban
24

Table 1.4 g Persentase unsur-unsur yang terdapat dalam sampah kota yang

dapat terbakar menurut komponen komponennya

Persen berat ( dry basis )


Komponen
Carb Hidrog Oxig Nitrogen Sulf Ash
Garbage 48.0 6.4 37.6 2.6 0.4 5.0
Kertas 43.5 6.0 44.0 0.3 0.2 6.0
Cardboard 14.0 5.9 44.6 0.3 0.2 5.0
Plastik 60.0 7.2 22.8 - - 10.0
Tekstil 55.0 6.6 31.2 4.6 0.15 2.5
Karet 78.0 10.0 - 2.0 - 10.0
Kulit 60.0 8.0 11.6 10.0 0.4 10.0
Sampah kebun 47.8 6.0 38.0 3.4 0.3 4.5
Kayu 49.5 6.0 42.7 0.2 0.1 1.5
Debu, abu, dsb 26.3 3.0 2,0 0.5 0.2 68.0

Sumber : Solid Wastes, George Tchobanoglous et al, Mo Graw Hill Book

Company, N.Y 1977.

Tabel 1.4 h Hasil Perhitungan Kandungan Energi Sampah Kota.


25

Komponen Solid Waste Energi Total Energi

(1b) (BTU/1b) (BTU)


Food waste 15 2.000 30.000

Kertas 40 7.200 288.000

Card Board 4 14.000 28.000

Plastik 3 7.500 42.000

Tekstil 2 10.000 15.000

Karet 0,5 7.500 5.000

Kulit 0,5 2.800 3.750

Sampah kebun 12 8.000 33.600

Kayu 2 60 6.000

Kaca 8 300 480

Kaleng-kaleng 6 - 1.800

Logam non besi 1 300 -

Logam besi 2 3.000 600

Debu, abu, dsb. 4 12.000


Total 100 476.230

Uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa beberapa perhitungan mengenai

karakteristik sampah, baik untuk pemanfaatan kembali, seleksi alternatif sarana dan

prasarana pengelolaan maupun untuk mengantisipasi dampak negatif sampah

terhadap lingkungan dan kesehatan.

Secara garis besar karakteristik sampah dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Sampah yang mudah membusuk (putriceable)

2. Sampah yang mudah terurai (decomposeable) dan sebaliknya.

3. Sampah yang mudah terbakar (combustable) dan yang tidak mudah terbakar

(non combustable)
26

4. Sampah beracun dan berbahaya


27

BAB II

PENGARUH SAMPAH TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN

Sebagaimana telah diuraikan dalam akhir timbulnya sampah, maka diketahui

bahwa sampah merupakan limbah padat atau semi padat yang timbul bersamaan

dengan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraannya.

Semua limbah, potensial sebagai polutan, tergantung penerimanya. Jumlah

timbulan (laju timbulan) sampah merupakan fungsi dari jumlah penduduk,

sedangkan ragam jenisnya sangat dipengaruhi oleh macam dan tingkat aktivitas

manusia dalam bidang teknologi, sosial, ekonomi dan budaya, letak geografis, tipe

pemukiman, dan lain-lain. Dan diketahui bahwa karakteristik sampah tergantung dari

sumber dan jenisnya (mudah membusuk, mudah terurai dan sebaliknya, beracun

dan berbahaya).

Derajat kesehatan paling besar dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku

manusia sendiri. Sehingga jika perilaku manusia misalnya dalam persampahan ini

tidak terkendali, lingkungan akan tercemar dan giliran berikutnya akan mengganggu

kesehatan.

Pengaruh sampah terhadap lingkungan dan kesehatan tidak berbeda dengan

polutan yang lain (air limbah, gas buang).

1. Nuisance and Aesthetic insult (turunnya kondisi kenyamanan dan keindahan).

2. Property damage (merusak harta benda).

3. Damage to plant and animal life (merusak kehidupan flora dan fauna).

4. Damage to human health (merusak atau mengganggu kesehatan manusia).

5. Human genetik and reproductive damage (merusak genetika dan reproduksi).

6. Major ecosystem disruption (kerusakan ekosistem lebih luas).


28

2.1. Pengaruh sampah terhadap lingkungan

Tergantung jumlah dan karakteristik serta daya dukung lingkungannya, dan

pengaruh ini sangat bervariasi.

2.1.1. Sampah yang sulit/tidak dapat terurai bila dibuang pada suatu lahan akan

mengganggu/merusak struktur/komposisi tanah dan fungsi tanah sebagai

bidang resapan air. Struktur tanah yang terganggu seperti itu, tidak dapat

digunakan untuk budidaya tanaman. Sampah yang tergolong ragam jenis ini

misalnya plastik, kaca, logam besi dan non besi, tembikar/keramik dan lain-

lain.

2.1.2. Sampah yang terbuang diselokan/kanal dan badan air sungai akan dapat

menyebabkan banjir, menghalangi penetrasi sinar matahari kebadan air

mengganggu kehidupan flora dan fauna air, bahkan sampai mengurangi

kepadatan populasi atau pemunahan flora dan fauna tertentu. Sehingga

dapat menurunkan daya dukung badan air tersebut dan tidak sesuai

peruntukan semula.

2.1.3. Sampah yang mudah membusuk dan mudah terurai karena kandungan

komposisi bahan organik alami yang tinggi, jika terbuang pada suatu lahan

atau badan air, akan terurai menjadi unsur-unsur hara, asam-asaman,

alkohol, dan gas. Proses penguraian ini bisa terjadi pada kondisi aerobik

maupun anaerobik.

Pada tanah terbentuk lindi (leacheat) yang banyak mengandung senyawa

organik nitrogen, meresap dalam air tanah, mengganggu peruntuhan air

bersih, dan berbahaya bagi kesehatan, terutama ibu hamil dan bayi. Pada

badan air (air permukaan) akan menurunkan oksigen terlarut (D.O)


29

meningkatkan BOD dan senyawa nitrogen organik (NH 3, NO2 dan NO3). Bila

berlangsung terus menerus dapat terjadi autrofikasi, migrasi fauna air,

mengurangi kepadatan populasi, mengurangi keragaman jenis, pendangkalan

dan banjir.

Proses dekomposisi juga memaksimalkan gas yang mudah terbakar

(CH4/gas methan) sehingga pada lokasi tersebut rawan kebakaran.

2.1.4. Sampah beracun/berbahaya prosesnya hampir serupa diatas, utamanya

timbulnya kematian flora atau fauna dan kalau terus menerus terjadi akan

menyebabkan kepunahan populasi.

2.1.5. Sampah yang terbakar (dilokasi pembuangan akhir), dan dibakar bukan pada

incinerator, akan menimbulkan pencemaran udara.

2.1.6. Sampah yang teronggok dipinggir jalan atau sudut-sudut persimpangan jalan

dapat menimbulkan kemacetan lalu lintas dan bahkan mungkin terjadinya

kecelakaan.

2.2. Pengaruh sampah terhadap kesehatan

Sampah bukanlah penyebab (agent) penyakit, tetapi sebagai suatu kondisi

atau media terjadinya sakit.

2.2.1. Sampah sebagai benda/mater in the wrong place, mampu menimbulkan

kondisi yang kurang/tidak nyaman, dan mengurangi keindahan. Karena wujud

fisiknya yang berserakan tidak pada tempatnya, dan timbulnya bau pada proses

pembusukan.

Kondisi demikian mampu menimbulkan stress, dan bila berlarut-larut dan

berlanjut dapat menimbulkan penyakit yang lebih berat (maag, gangguan

psikologis dan bahkan gangguan jantung).


30

2.2.2. Sampah merupakan media tumbuh dan berkembangnya bakteri/parasit

penyakit dan ventor keberapa penyakit misalnya, lalat, kecoa, nyamuk dan

tikus.

Sebagai media tumbuh dan berkembangnya bakteri, parasit dan jamur bisa

terjadi karena sampah itu sendiri misalnya sampah medis dari pelayanan

kesehatan, sampah dari usaha-usaha peternakan, juga bisa terjadi karena

vektor membawanya dari suatu tempat/bukan dari sampah.

Diketahui bahwa lalat dan kecoa adalah vektor penularan penyakit infeksi

saluran pencernaan. Tikus adalah vektor penularan penyakit pes. Dan

nyamuk merupakan vektor beberapa penyakit. Dalam persampahan nyamuk

yang tumbuh dan berkembang biak adalah Aedes Aegypti, yang biasa hidup

dan berkembang biak pada sampah berbentuk container (kaleng-kaleng

bekas, ban bekas, vas bunga dan lain-lain).

Aedes Aegypti adalah vektor penularan penyakit demam berdarah (DHF) dan

penyakit kaki gajah.

Epidemi penyakit pes terjadi pada abad ke 14 di Eropa dan dikenal sebagai

The Black Death. Penyebabnya adalah pengelolaan sampah yang tidak

saniter. Us Public Health Service (USPHS) melaporkan hasil studi pelacakan

hubungan antara 22 macam penyakit dengan pengelolaan sampah yang tidak

saniter. Data juga menunjukkan bahwa illness-accident rate petugas pada

pengumpulan dan pembuangan sampah beberapa kali lipat lebih tinggi

dibanding industri.

2.2.3. Proses dekomposisi sampah menguraikan senyawa organik kompleks

menjadi unsur-unsur, yang antara lain unsur dari senyawa organik nitrogen

(NH3, NO2 dan NO3).


31

Dalam air (air tanah dan air permukaan) unsur-unsur tersebut sebagai ion

(anion). Pada kadar yang melebihi baku mutu untuk air minum berbahaya

bagi kesehatan terutama jika dikonsumsi ibu hamil dan anak balita. Sebab

afinitas ion tersebut (NO3) jauh lebih besar dari oksigen. Sehingga jika ion

tersebut masuk dalam peredaran darah akan menggantikan ikatan oksigen

dengan hemoglobin. Akhirnya darah kekurangan/tanpa oksigen.

Penyakit yang khas, timbul dari kondisi ini adalah cyanosis atau lebih dikenal

dengan Blue Babys (Bayi lebam biru).

2.2.4. Sampah radioactive dapat mengganggu genetika dan gangguan reproduksi,

potensi bahayanya tergantung kadar dan waktu parahnya.


32

BAB III

DASAR-DASAR REKAYASA (ENGINEERING)

DALAM BIDANG PERSAMPAHAN

Masalah yang berkaitan dengan pengelolaan sampah pada masyarakat saat

ini sangat rumit/komplek, karena kuantitas yang makin meningkat ragam jenis-

komposisi yang makin bervariasi, keterbatasan sumber dana bagi pelayanan umum

di kota-kota besar, dampak perkembangan teknologi dan keterbatasan yang timbul

dalam hal energi dan bahan baku.

Sebagai konsekuensinya jika pengelolaan sampah diharapkan dengan

efisiensi yang tinggi dan tertib, aspek-aspek mendasar dan saling berhubungan

antar aspek harus dikenali dan dipahami dengan baik.

Aktivitas yang terkait dengan pengelolaan sampah, dimulai dari timbulan

(generation) sampah dengan pembuangan akhir (final disposal).

Terhadap enam aktivitas yang terorganisir dalam tahapan yang logis dimulai

dari timbulan sampai kepembuangan akhir. Keenam aktivitas tersebut diatas dikenali

sebagai elemen fungsional pengelolaan sampah yang digambarkan sebagai berikut :


33

WASTE GENERATION
TIMBULAN SAMPAH

STORAGE
PEWADAHAN

COLLECTION
PENGUMPULAN

TRANSFER & TRANSPORT PROCESSING & RECOVERY


PEMINDAHAN/PENGANGKUTAN PEMANFAATAN KEMBALI

DISPOSAL
PEMBUANGAN AKHIR

Gambar 3.1. : Diagram (sederhana) saling hubungan antar elemen fungsional

dalam system pengelolaan sampah.

Pemahaman masing-masing elemen fungsional memungkinkan untuk :

1. Mengenal aspek/segi-segi mendasar dan saling hubungan antar

elemen.

2. Mengembangkan keterukuran saling hubungan antar elemen, untuk

tujuan-tujuan perbandingan rekayasa (engineering comparasion), analisis, dan

evaluasi.

Pemisahan elemen ini penting, sebab dapat memberikan pengembangan

kerangka kerja, termasuk didalamnya untuk evaluasi pengaruh perubahan yang

diusulkan dan kemajuan teknologi dimasa mendatang. Untuk pemecahan masalah

yang khas beberapa elemen fungsional dikombinasikan sedemikian rupa dan

dikenal dengan sistem pengelolaan sampah.


34

Disebagian besar kota, sistem pengelolaan sampah hanya terdiri dari empat

elemen fungsional yaitu : timbulan-pewadahan-pengfumpulan dan pembuangan

akhir. Tetapi satu tujuan dari pengelolaan sampah adalah memecahkan kendala

untuk memperoleh efisiensi terbesar dan memecahkan kendala ekonomi,

menentukan kendala-kendala yang setaraf/sepadan oleh pengguna sistem dan

pengawasan pelaksanaannya.

Uraian singkat masing-masing elemen dibawah ini diberikan untuk pengantar

aspek fisik pengelolaan sampah dan memberikan kerangka kerja beberapa aktivitas

yang terkait dengan pengelolaan sampah, sedangkan uraian detailnya akan dibahas

lebih lanjut, setelah uraian singkat ini.

Weste Generation (Timbulan Sampah)

Timbulan sampah meliputi aktivitas-aktivitas mengenal barang-barang yang

tidak bernilai (berharga) dan barang-barang tersebut dibuang atau dikumpulkan

untuk dibuang.

Misalnya : Kotak kemasan gula-gula bagi pemiliknya masih bernilai sedikit

sehingga pada umumnya tidak langsung dibuang, lebih-lebih keluar rumah.

Yang penting diketahui pada timbulan ini adalah pengenalan tahap, dan tahap

tersebut bervariasi antara individu (tidak sama untuk setiap orang). Oleh karena itu

pengendaliannya sulit. Dimasa mendatang, pengendalian justru lebih banyak

kearah dilakukan pada elemen ini.

Misalnya : Bertitik tolak dari segi ekonomi, tempat yang paling baik untuk pemilahan

(sortir) bahan-bahan untuk pemanfaatan kembali adalah pada sumber timbulan

sampah. Pemilik rumah akan lebih sadar pentingnya pemilahan surat kabar, kaleng

bekas, karton dan botol-botol.


35

Osnide Storage (Pewadahan)

Walaupun sampah kota hanya sekitar 5% dari keseluruhan, pengelolaannya

memerlukan sumber daya yang besar dan harus berkesinambungan. Timbulan

sampah sangat heterogen dan keterbatasan lahan untuk pewadahan. Sampah ini

tidak dapat dibiarkan dalam waktu lama, lebih-lebih di daerah tropis. Karena sifatnya

mudah membusuk dan oleh karenanya harus dipindahkan sebelum membusuk.

Biaya pengadaan wadah biasanya ditanggung pemilik rumah, pemilik

apartemen atau pengusaha tempat-tempat perdagangan atau industri. Pewadahan

sangat penting sebab atas pertimbangan estetika,kesehatan masyarakat dan

ekonomi harus memenuhi syarat.

Pengumpulan (Collection)

Elemen fungsional pengumpulan yang dimaksud tidak hanya aktivitas

pengumpulan (gathering) sampah, tetapi juga termasuk pengangkutan setelah

pengumpulan menuju lokasi dimana sampah yang ada pada kendaraan pengumpul

dikosongkan. Mungkin ke transfer station, stasiun prosesing atau kelokasi akhir

dekat, pengangkutan sampah tidak menjadi masalah yang serius. Pada kota kecil,

dimana lokasi pembuangan akhir dekat, pengangkutan sampah tidak menjadi

masalah yang serius. Pada kota besar, pengangkutan ke lokasi pembuangan akhir

biasanya lebih dari 10 mil, pengangkutan mungkin memiliki implikasi ekonomi yang

serius.

Pemecahan masalah jauhnya jarak pengangkutan ini rumit, karena

kenyataannya kendaraan yang sesuai untuk jarak jauh, tidak ekonomis jika

digunakan untuk pengumpulan dari rumah ke rumah dan sebagainya.

Konsekuensinya, dalam banyak kasus menambah fasilitas pemindah (transfer) dan

pengangkutan, juga peralatan yang terkait.


36

Biaya pengumpulan mendekati 80% dari total biaya pengelolaan sampah

kota. Biaya pengumpulan yang dibebankan pada pemilik sampai bervariasi,

tergantung jumlah wadah dan frekuensi pengumpulan.

Beberapa tipe/model pengumpulan dikembangkan bervariasi menurut

rancangan pengelolaannya, bergerak dari yang dikelola oleh instansi pelayanan

umum perkotaan milik pemerintah sampai model pemegang hak monopoli

(franchice) dengan berbagai bentuk kontrak. Dibeberapa negara/kota dan usaha

besar dalam pembuangan sampah, dengan kontrak dibeberapa kota, memiliki

kendaraan pengumpul dan lokasi lahan pembuangan.

Pengumpulan sampah industri juga sangat bervariasi. Beberapa sampah

industri dikelola seperti sampah rumah tangga, beberapa badan usaha memiliki

lokasi lahan pembuangan milik sendiri dengan menggunakan ban berjalan (conveyor

belts) atau dengan water slurry transport. Yang terakhir ini biasa digunakan untuk

sampah pertambangan dan pertanian biasa digunakan untuk sampah pertambangan

dan pertanian dibeberapa tempat. Sebagian industri memerlukan pemecahan

masalah tersendiri untuk pengelolaan sampahnya.

Pemindahan dan pengangkutan (Transfer and Transport)

Aktivitas pada elemen fungsional ini terdiri dua langkah :

1. Pemindahan sampah dari kendaraan pengumpul kecil ke kendaraan

pengangkut yang lebih besar.

( 2 ). Pengangkutan lanjutan, yang pada umumnya dengan jarak yang jauh ke lokasi

pembuangan akhir.

Pemindahan dilakukan pada transfer station ( stasiun pemindahan ). Walaupun pada

umumya digunakan kendaraan bermotor ( truk ), tetapi juga digunakan kereta api

atau barges ( kapal bargas ).


37

Pemanfaatan kembali ( Procesing & Recovery )

Pada elemen ini digunakan banyak berbagai teknik, peralatan, dan fasilitas,

secara bersamaan untuk memperbaiki efisiensi elemen fungsional yang lain, dan

mengambil bahan-bahan yang masih bisa digunakan, konversi produk atau energi

dari sampah. Aktifitas recovery bahan-bahan misalnya dengan pemisahan bahan-

bahan yang masih bermanfaat dari sampah yang masih tercampur, untuk dikirim

kepusat/stasiun processing. Aktifitas ini termasuk reduksi ukuran dan pemisahan

densitas dengan air classifiers selanjutnya menggunakan peralataan mekanik,

untuk mengambil logam besi, eddy-curent untuk mengambil aluminium ayakan

untuk kaca, flotasi, pemisahan benda lembut, dan unit fasilatas yang digunakan

pada industry logam, mungkin juga digunakan pada elemen ini. Seleksi proses

recovery merupakan fungsi dari biaya kelayakan ekonomi dari pemisahan dengan

nilai jual bahan yang terpilih dari proses. Mengingat harga berfluktuasi sangat tajam

estimasi harga rendah dan tinggi harus diterapkan pada tiap analisis ekonomi.

Sekarang ini beberapa unit operasi dan procesing sampah mengalami

perluasan pengembangan oleh pemillik perusahaan industri peralatan dan oleh

environmental protectional agency ( EPA ), untuk penelitian, pengembangan dan

program bantuan demonstrasi. Beberapa metoda lama diketahui tidak layak dari

segi kesehatan masyarakat, ekonomoi, dan masalah lingkungan.

Pembuangan Akhir ( Disposal )

Lokasi pembuangan akhir adalah yang sesungguhnya tempat terakhir bagi

seluruh sampah. Baik sampah pemukiman/rumah tangga yang dikumpulkan,

diangkut langsung kelokasi, semi padatan ( sludge ) dari pengelolaan air limbah kota

dan pengelolaan air limbah industri, residu insenerator, residu komposting dan

sampah dari stasiun processing, dan lain-lain.


38

Jadi tata guna lahan adalah penentu utama dalam pemilihan lokasi, rekayasa

dan pengoperasian landfill. Dibeberapa kota melibatkan komisi perencana kota,

Negara bagian atau otoritas perencana regional. Analisa dampak terhadap

lingkungan diperlukan untuk lokasi landfill baru, untuk menghindari dampak negative

terhadap kesehatan masyarakat estetika, tata guna lahan dimasa mendatang.

Sanitary landfill ( lahan untuk saniter ) modern bikanlah suatu timbunan. Metoda ini

adalah pembuangan sampah pada lahan tanpa terciptanya gangguan atau bahaya

terhadap kesehatan masyarakat, seperti tempat bersarangnya tikus, serangga dan

kontaminasi air tanah atau keamanan umum.

Dasar-dasar rekayasa harus diikuti untuk mengurung/membatasi sampah

pada lahan yang sesempit mungkin, untuk mengurangi volume sampah sebesar

mungkin dengan memadatkan sampah pada lokasi tersebut dan menutup ( dengan

tanah ) setiap hari setelah operasi, untuk mengurangi pemaparan serangga

pengganggu, setelah seluruh area tanah penuh, diberikan lapisan tanah penutup

sedikitnya setebal 60 cm dan diuruj kembali bbila terjadi penurunan sebagai akibat

proses dekomposisi bahan organik ( sampah ) dibawahnya. Dekomposisi ini banyak

berlangsung dalam kondisi anaerobik, sehingga reaksinya lambat. Salah satu

bahaya dari proses dekomposisi tersebut timbulnya gas metan. Walaupun terbentuk

amat lambat, gas tersebut dapat menumpuk dan olek karenanya harus diberi

ventilasi. Pada lokasi lahan untuk saniter yang luas dapat dicoba menangkap gas

tersebut sebagai energi.

Salah satu konsep penting adalah merencanakan penggunaan lahan

tersebut. Jangan direncanakan untuk membangun gedung, tetapi gunakan untuk

lapangan olah raga, tempat parkIr, taman atau untuk gedung terbuka ( lapangan peti

kemas).
39

3.1 Timbulan Sampah ( waste generation )

Diketahui bahwa timbulan sampah adalah elemen fungsional pertama dalam

system pengelolaan sampah. Informasi yang akurat tentang timbulan sampah

sangat diperlukan, sebagai landasan system secara keseluruhan, tiga informasi

penting dari timbulan sampah adalah :

(1) Pengenalan sumber dan ragam jenis sampah.

(2) Uji komposisi, fisik dan kimia.

(3) Laju timbulan sampah dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

Pengenalan sumber dan ragam jenis serta uji komposisi telah dibahas dalam

bab 2 ( sampah dan karakteristiknya ). Sehingga uraian selanjutnya lebih dititik

beratkan pada laju timbulan sampah.

Laju timbulan sampah ( waste generation rate ) merupakan suatu hal yang dapat

membingungkan sebab metode pengukuran yang berbeda dan perbedaan

klasifikasi yang digunakan. Pengukuran laju timbulan sampah ditujukan untuk

memperoleh dapat memperoleh data yang dapat digunakan dalam penentuan

jumlah seluruh sampah yang akan dikelola. Mengingat pentinganya informasi

tentang sampah, dibawah ini akan diuraikan hal terkait sebagai berikut :

(1) Pengukuran kuantitas.

(2) Analisa statistik laju timbulan.

(3) Unit tambang laju timbulan.

(4) Metode yang digunakan dalam penentuan laju timbulan.

(5) Typikal generation rate


40

(6) Factor yang mempengaruhi laju timbulan.

3.1.2. Pengukuran Kualitas

Satuan berat dan volume keduanya digunakan dalam pengukuran kuantitas

timbulan sampah. Sayang sekali, penyusunan satuan volume untuk mengukur

kunantitas hasilnya bisa sangat menyimpang.

Contoh :

Satu meter kubik sampah yang longgar berbeda dengan satu meter kubik

sampah pada truk dengan kompaktor/pemadat dan keduanya juga berbeda

dengan satu meter kubik sampah yang telah dipadatkan pada lahan uruk

saniter ( sanitary landfill ). Oleh karena itu jika satuan volume digunakan untuk

pengukuran kuantitas, hasil pengukuran harus dihubungkan dengan derajat

pemadatan sampah.

Untuk menghindarkan kebingungan, sebaiknya pengukuran kuantitas sampah

menggunakan satuan berat. Satuan berat akurat sebagai dasar pencatatan,

sebab tonase dapat diukur langsung, tanpa memperhatikan derajat

pemadatan. penggunaan satuan berat juga penting dalam pengangkutan

sampah, sebab kuantitas yang akan diangkut biasanya dibatasi oleh peraturan

berat/daya angkut pada suatu jalan ( kelas-kelas jalan raya merupakan batas

maximal berat muatan kendaraan yang melewatinya ).

3.1.3 Analisa Statistik Laju Timbulan

Dalam perkembangan system pengelolaan sampah, sering kali penting untuk

menentukan karakteristik statistic timbulan sampah. Misal : untuk aktifitas


41

industry besar akan tidak praktis menggunakan kapasitas container untuk

menangani sejumlah besar kuantitas timbulan sampah setiap harinya.

Kapasitas container yang harus disediakan atas dasar analisis statistik laju

timbulan dan karakteristik sistem pengumpulan.

Ukuran-ukuran statistik yang biasa digunakan adalah : mean, mode, median,

standar deviasi dan kofisien variasi.

3.1.4 Unit Lambang Laju Timbulan Sampah

Disamping mengetahui sumber dan komposisi sampah yang dikelola, adalah

sama pentingnya mengembangkan pengertian tenteng unit lambang laju

timbulan. Karena berbeda unit lambang menurut sumbernya, maka akan

diuraikan secara terpisah. Untuk dicatat bahwa data timbulan yang sesuai

untuk daerah perdagangan dan industri adalah kurang. Konsekuensinya perlu

dicari kebijakan dalam beberapa kasus untuk unit yang sama aktivitasnya

sebagaimana yang digunakan untuk sampah rumah tangga. Pencatatan yang

komprehensive sekarang dapat digunakan pada lahan uruk lokal, stasiun

pemindah, stasiun processing, dan biasanya tidak mungkin dipisahkan sumber

dari mana sampah diambil.

Sampah Pemukiman ( Residential Waste )

Karena ketidak stabilan sumber sampah permukiman, menurut lokasinya yang

amat lazim unit lambang yang digunakan adalah poud per kapita per hari.

Tetapi bila komposisi sampah sangat bervariasi sesuai kotanya, penggunaan

pound per kapita per hari mungkin tidak tepat, khususnya bila kuantitasnya

diperbandingkan. Di Indonesia masih menggunakan unit satuan volume : liter

per orang per hari ( 1/orang/hari ).

Sampah Perdagangan ( Commercial Waste )


42

Akhir-akhir ini laju timbulan sampah daerah perdagangan juga digunakan unit

pound/orang/hari. Walaupun dalam prakteknya dilanjutkan dengan bijaksana,

menambah sedikit manfaat informasi tentang laju timbulan sampah pada daerah

perdagangan. Banyak pendekatan berarti untuk menghubungkan kuantitas timbulan

dengan pelanggan, nilai dollar penjualan atau sejenis.

Sampah Industri ( Industrial Waste )

Idealnya timbulan sampah dari aktifitas industry unit satuannya

berdasarkan/didasarkan atas satuan produksinya. Misalnya industry mobil :

pound/mobil/hari. Begitu juga terhadap industri-industri yang lain. Dan jika data

dikembangkan akan dapat diperbandingkan untuk industry sejenis ditempat yang

berbeda.

Sampah Pertanian ( Agriculture Waste )

Dimana pencatatan yang sesuai telah dikembangkan, timbulan sampah dari aktifitas

pertanian saat ini sering diekspresikan dalam bentuk kelipatan tertentu satuan

produksinya. Contoh laju timbulan untuk peternakan sapi : pound/1400 pound

sapi/hari atau pound/ton bahan baku/hari.

Menyajikan data kuantifikasi timbulan sampah dari aktifitas pertanian dihubungkan

dengan luas lahan dan hasil panen, adalah sulit sebab sedikit informasi yang dapat

digunakan ( hasilnya kurang akurat, sebab banyak factor yang mungkin berbeda

misalnya pola tanam/pola budidaya ). Untuk contoh-contoh lebih luas lihat J. Salvato

( 19..)hal

3.1.5 Metode-Metode Yang Digunakan Untuk Menentukan Laju Timbulan

Sampah

(1) Metode yang lazim digunakan untuk menaksir laju timbulan sampah

perkapita adalah :
43

(2) Analisis Perhitungan muatan

(3) Analisis Berat-volume

(4) Analisis Keseimbangan bahan

Dalam uraian informasi yang disajikan selanjutnya diharapkan akan dapat

membantu untuk mengingat bahwa sebagai besar pengukuran laju timbulan

sampah tidak menggambarkan apa yang dilaporkan atau seolah-olah

menggambarkan.dalam hal memprediksikan laju timbul sampah permukiman,

yang diukur jarang sekali member refleksi laju timbunan yang benar, sebab

banyak sekali factor yang mempengaruhi : seperti pewadahan dan alternative

lokasi pembuangan sehingga laju timbulan yang sesungguhnya ulit

ditaksir/dinilai.

(1) Analisis Perhitungan Muatan (Load-Count Analisis)

Dalam analisis ini jumlah tiap muatan dan karaktteristik kendaraan dicatat

selam priode waktu tertentu. Bila penimbangan dapat dilakukan. Data berat

juga dicatat. Unit laju timbulan ditentukan dengan menggunakan data

lapangan dan bila diperlukan dapat digunakan data yang telah

dipublikasikan.

Contoh

Dari data berikut ini, estimasikan laju timbulan sampah untuk pemukiman

dengan 1000 unit rumah. Obserpasi dilakukan pada stasiun pemindahan

dalam waktu satu minggu.

1. Jumlah muatan truk kompaktor = 10

2. Rata-rata ukuran truk kompaktor = 10 yd 3

3. Jumlah muatan flatbed = 10


44

4. Jumlah muatan dari rumah flatbed = 1,5 yd 3

5. Jumlah muatan dari rumah tinggal kendaraan khusus dan truk = 20

Penyelesaian :

1. Buat table perhitungan

2. Tentukan unit laju timbulan dengan dasar asumsi setiap rumah tangga

terdiri dari 3,5 jiwa.

Tabel 4.1. Estimasi unit laju timbulan sampah

Jumlah Rata-rata U. Berat Total


I t e m
Muatan Vol yd3 Lb/yd3 Berat (Lb)
Truk Kompaktor 10 20 350 70.000

Truk Flatbed 10 1,5 150 2.250

Kendaraan Khusus 20 0,3 100 600

Total lb/Minggu 72.850

Catatan : yd3` = 0, 7646 m3

Lb/yd3 = 0,5923 kg/m3

Lb = 0,4536 kg

Jadi : unit laju timbulan = 72.850 lb/minggu

(1000 x 3,5) (7 hr/mg)

= 3,0 lb/capita/hari

= 1,36 kg/orang/hari

Komentar :

Kesulitan dalam manggunakan data seperti itu adalah apakah

kepastiannya benar-benar mewakili (representative) aesuai dengan

kebutuhan yang diukur.


45

Misalnya : berapa banyak muatan yang diangkut ketempat lain ? berapa

banyak bahan yang disimpan oleh pemiliknya ? (bahan yang masih bisa

di recovery). Dan masih banyak pertanyaan serupa yang cenderung

mempengaruhi/berpengaruh terhadap data yang diamati dalam cita rasa

(sense) statistik.

(2) Analisis Berat Volume (Weight Volume Analysis)

Walaupun penggunaan data rinci berat-volume dapat diperoleh dengan

peninbangan dan pengukuran volume muatan, akan pasti lebih baik

melengkapinya dengan informasi tentang densitas berbagai bentuk

sampah menurut sumbernya. Masih perlu dipertanyakan ; apakah hasil

yang dibutuhkan dalam survey?

(3) Analisis Keseimbangan Bahan (Materials Balance Analysis)

Hanya salah satu jalan untuk menentukan timbulan dalam pergerakan

(movement) sampah dengan suatu derajat rehabilitas yaitu dengan

melakukan analisis keseimbangan bahan yang dirinci menurut sumbernya ;

seperti dari rumah tunggal, perdagangan atau industry. Mengingat

tingginya biaya dan banyak tenaga yang terlibat, sebaiknya metode ini

hanya digunakan untuk suatu situasi/kepentingan khusus.

Pendekatan-pendekatan dalam persiapan analisis keseimbangan bahan

adalah sebagai berikut :

Pertama

Gambarkan batas-batas sistem unit yang akan diteliti (lihat gambar 4.1.)

Kedua
46

Identifikasi semua aktivitas yang terjadi pada/ dalam batas-batas tersebut

diatas dn digunakan/ dituliskan pada batas-batas tersebut laju timbulan

sampahnya.

Ketiga

Jika mungkin identifikasi ratio/laju timbulan yang berkaitan dengan setiap

aktifitas.

Keempat

Gunakan keseimbangan bahan, tentukan kuantitas timbulan sampahnya.

Sampah yang dikumpulkan, bahan yang disimpan.

Analisis keseimbangan bahan yang disederhanakan digambarkan dengan

contoh sebagai berikut :

Contoh Soal :

Sebagai perusahaan pengalengan stiap hari menggunakan 12 ton bahan

baku, 5 ton kaleng, 0,5 ton karton dan 0,3 ton lain-lain bahan.

Outputnya 10 ton, sisanya dalam bentuk air limbah.

4 ton kaleng disimpan untuk digunakan selanjutnya dan sisanya digunakan

untuk kemasan produknya. Sekitar 3% kaleng yang digunakan rusak dan

didaur ulang. Karton juga untk kemasan, kecuali 3% rusak dan dibakar

bersama sampah kertas yang lain. 7,5% bahan lain juga dibakar sisanya

dibuang oleh instansi pengumpul sampah.


47

Jawaban :

Outflow (gas dan abu incinerator)

Inflow Storage Outflow


(Bahan baku, produk dan
(Bahan2) sampah) (Bahan2)

Outflow

(Produk)

Outflow (sampah)

Keterangan : = Batas batas sistem

Gambar 4.2. : Sketsa keseimbangan bahan

Penyelesaian :

Pertama :

Bahan yang digunakan setiap hari

- 12 ton baha baku

- 5 ton kaleng

- 0,5 ton karton

- 0,3 ton bahan-bahan lain

Kedua

Hasil aktivitas internal :

- 10 ton produk, dan sisanya dibuang kesaluran air limbah

- 4 ton kaleng disimpan, sisanya digunakan

- 3% kaleng yang digunakan rusak dan didaur ulang


48

- 3 % karto rusak dan dibakar sedangkan sisanya digunakan

- 7,5% bahan lain rusak dan dibakar sisanya dibuang.

Ketiga

- Penentuan kuantitas

- Timbunan sampah = (12 10) ton = 2 ton

- Kaleng rusak dan didaur ulang =

(0,03)(5 4) ton = 0,03 ton

- Kaleng yang digunakan

(1 0,03) ton = 0,97 ton

- Karton yang dibakar =

(0,03)(0,5) ton = 0,015 ton

- Karton yang digunakan =

(0,5 0,15) ton = 0,485 ton

- Bahan lain yang dibakar =

(0,75) (0,3) ton = 0,225 ton

- Bahan lain yang dibuan =

(0,3 0,225 ) ton = 0,075 ton

- Total yang dibakar =

(0,015 + 0,225 ) ton = 0,240 ton

- Total produksi =

(10 + 0,97 + 0,485 ) ton = 11,455 ton


49

Keempat :

Jumlah bahan yang dikeluarkan cerobong asap incenerator diabaikan.

Uraian lebih rinci tentang metode pengukuran laju timbulan sampah berdasarkan

sampah yang dikumpulkan dan sampah yang dibuang adalah sebagai berikut.

1) Rata-rata muatan yang dikumpulkan / hari, dikalikan dengan rata-rata volume

muata, dengan jalan mengukur kapasitas kendaraan dan dikonversikan berat,

yangdiperoleh dari sampling dentitas.


2) Sampel dari penimbangan kendaraan rata-rata dikalikan dengan jumlah

seluruh pengangkutan /hari.


3) Penimbangan setiap penganngkutan pada jembatan timbang dilokasi

pembuangan akhir.

Metode ke (3) yangpaling akurat diantara ketiganya. Pengukuran berat seluruh

sampah yang dibuang dilokasi pembuangan akhir, bagaimana pun juga adalah

kurang akurat untuk laju timbulan, sebagaimana berbeda dengan yang dikumpulkan,

sebab banyak hilang pada beberapa tahap pola hilangnya / berkurangnya sampah

tsb adalah sbb :

Tingkat Tahap penanganan Kehilangan

(stage) (handling phace) (losses)


1. Seluruh timbulan - Yang diamankan pemilik

(dikurangi) minus - pembantu


- pemulung
2. .. - Sampah yang dibuang tidak

3. .. ada tempatnya
- Yang di amankan oleh
4. Seluruh sampah yang
petugas pengumpul
dikumpulkan

5. Dikurangi dengan
- Yang diamankan petugas

lokasi pembuangan
50

Yang dikirim ke lokasi


- Yang diamankan pemulung
6. pembuangan

Dikurangi

dengan.

Seluruh sampah yang

dibuang

Untuk suatu tujuan tertentu, misalnya untuk menentukan volume pada

pewadahan atau untuk mencari bahan yang bisa didaur ulang, diperlukan

pengukuran lansung kenyataan timbulan pada sumbernya. Hal ini dapat dilakukan

pada tingkat 1 atau 2. Pernyataan untuk estimasi timbulan sampah rumah tangga

kota dan daerah perdagangan.

Mengingat siklus aktivitas rumah tangga bervariasi selama satu minggu,

adalah penting untuk memperoleh / mendapatkan sampel setiap hari selama satu

minggu. Dengan asumsi beberapa laju timbulan / orang / hari dan beberapa jumlah

jiwa pada tiap keluarga.

Perlu di ingat bahwa, laju timbulan juga bervariasi menurut tingkat sosial-

ekonomi dan tipe tempat tinggal. Oleh karena itu diperlukan sampel dari setiap

kelompok-kelompok tersebut. Biasanya kelompok / klasifikasi dimaksud adalah

sebagai berikut :

kode Tipe tempat tinggal Tingkat sosial ekonomi


A.1. Unit tunggal Rendah

A.2. Menengah

A.3. Tinggi

B.1. Unit ganda, rendah Rendah


51

B.2. Menengah

B.3. Tinggi

C.1. Unit ganda, tinggi Rendah

C.2. Menengah

C.3. tinggi

D Tokoh dan kantor

Klasifikasi ini merupakan refleksi karakter dari suatu kota dan untuk hal-hal

tertentu diperlukan juga sampel dari daerah slum bustees dan daerah semi kota.

Sampel minimal setiap kelompok : 200 kg. untuk satu kota diperlukan 12 sampel

( minimal ).

Persiapan Pengumpuilan Sampel

Bila suatu kota menggunakan wadah kumunal ( communal containers), akan lebih

baik jika setiap rumah diberikan wadah khusus selama masa sampling ( misak

dengan kantong plastic yangmurah).

Setelah terseleksi area / lokasi sampling , beberapa kepala keluarga diwawancarai,

untuk menjelaskan tujuan sampling.sebaiknya dilakukan oleh petugas ynag terlatih

khususnya dalam hal komunikasi. Dan sebaiknya juga ditinggalkan kaplet untuk

setiap keluarga yang menjadi sampel. Program sampling ini sebaiknya dilakukan

selama del;apan hari kerja (tidak putus-putus) sampah yang terkumpul pada hari

pertama yang diharapkan dibuang pada periode tersebut mungkin meragukan /

diragukan. Sampah yang terkumpul pada hari kedua sampai hari kedelapan akan

menggambarkan timbulan selama satu minggu.


52

Tenaga pengumpul sampel sebaiknya dilengkapi dengan tas plastik untuk

mengumpulkan sampel dari setiap k.k yang terpilih. Setelah terisi sampel, ditutup,

kemudian diberikan label sesuai dengan kelompok sampelnya. Selanjutnya dibawah

kedepo, ditimbang dan ukur volumenya.

Untuk menghitung seluruh berat dan volume timbulan sampah dikota

tersebut, digunakan perkalian setiap kelompok dengan proporsi dari populasinya.

Missal.

Sampel dengan kode A.1. ( 100 kantong plastic )

1 kantong plastik untuk satu keluarga terpilih.

Bila rata-rata 21 keluarga = 6 jw, maka seluruhnya = 6 x 100 = 600 jika A.1 adalah

bagian dari 40.000 jiwa kelompok yang bersangkutan. Maka proporsinya = 40.000

=66,7 600

Dari sampel yang telah terkumpul tersebut dapat juga dilakukan analisis komponen

fisik. Pengambilan sampel dari wadah komunal (TPS).

Untuk tujuan tertentu, misalnya untuk rekayasa kendaraan pengumpul dan

metode pembuangan pengambilan sampel langsung dari sumbernya kurang tepat.

Sampel sebaiknya diambil dari wadah komunal atau dari stasiun pemindahan

prosedurnya lebih sederhana dan hanya diperlukan 12 sampel dan seluruh

pengumpulan setiap hari, dimana setiap sampel sedikitnya 200 Kg atau 500 Liter,

dari daerah yang mewakili kelompok sosial ekonomi dan daerah perdagangan.
53

Densitas sampel dengan metode ini, biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan

densitas sampel yang diambil langsung darui sumbernya sebab densitas sampel

tersebut meningkat pada setiap tingkat penanganan, sebagian berkurang. Seperti

sampah yang ringan (misalnya kertas) dan juga oleh karena pemadatan sampah

dibagian bawah oleh tekanan berat sampah di atasnya, dan yang terakhir oleh debu

yang mengisi sela-sela waktu penumpukan / pengisian pada wadah atau kendaraan

pengumpul, (dibandingkan antara densitas pada sumbernya, densitas pada wadah

komunal berkurang setidaknya 1/3).

Analis Komponen Fisik

Analisis Komponen Fisik sampah, dengan menggunakan metode sampling yang

akurat, memungkinkan, diperolehnya informasi sebagai berikut :

1) Densitas sampah
2) Proporsi bahan yang dapat dimanfaatkan
3) Proporsi bahan-bahan lain
4) Proporsi bahan yang terkait dengan composting
5) Proporsi bahan yang bisa dibakar
6) Tingkat /besarnya ukuran partikel

Diperlukan tiga atau emnpat kali selama satu tahun, agar dapat mewakili variasi

musim dan siklus produksi bahan pangan.

Pengumpulan sampel (untuk analisis fisik)

Sedikitnya 12 sampel dan tidak lebih dari 20 setiap sampel sedikitnya 500 liter dan

tidak lebih dari 1000 liter. Sampel hendaknya dapat mewakili daerah perdagangan

dan pasar (sampah rumah tangga dibahas sebelumnya). Jumlah sampel seharusnya

mewakili kelompoknya. Jika tujuannya untuk memperoleh informasi yang terkait


54

dengan pengumpulan, sampel dapat diambil dari kendaraan yang datang dilokasi

pembuangan, asal diketahui pasti kendaraan tersebut mengambil sampah dari

sumber dari sumber yang mana atau dari wadah komunal yang mana.

Metoda analisis komponen fisik

(1) Sampel harus dianalisis, selambatnya dua jam sejak pengambilan. Untuk

mengurangi kesalahan sekecil mungkin terhadap berkurangnya kelembaban.


(2) Box pengukur 500 liter diisi dengan sovel, tidak boleh didapatkan tetapi

digoyang-goyangkan tiga kali selama pengisihan.


(3) Selanjutnya box ditimbang, untuk mengetahui identitasnya.
(4) Lakukan pemilihan (sortir) dengan tangan, dan letakkan pada meja sortir,

(permukaan meja sortir dibuat dari kawat rang dengan diameter 50 mm).

Sehingga bahan yang lebih kecil akan turun.


(5) Bahan-bahan yang mudah membusuk (vegletable-putrecible) dibiarkan diatas

meja, tetapi bahan-bahan lain diambil dan ditempatkan pada wadah sesuai

komponennya. (sediakan sekop kecil untuk membalik-balik sampah selama

proses sortir).
(6) Bila sortir telah selesai, meja digoyangkan agar bahan-bahan yang lebih kecil 50

mm, seluruhnya turun. Sehingga bahan yang tinggal hanya yang mudah

membusuk.
(7) Bahan-bahan yang lebih kecil dari 50 mm, diambil dengan sekop dan diayak

(diameter ayakan 10 mm-mesh). Bahan-bahan yang tertinggal diayakan disortir

kembali sehingga tinggal yang mudah membusuk (yang tinggal berukuran 10-50

mm).
(8) Bahan-bahan yang berukuran kurang dari 10 mm adalah campuran inert dan

bahan organik seperti : pasir dan butir-butir makanan. Proporsinya dapat

diketahui hanya dengan uji laboratorium, yaitu dengan moisture on ignation

test.
(9) Bahan-bahan yang telah disortis, ditimbang dan diukur volumenya, dan dicatat

pada tabel analisis


55

Contoh tabel

No Sampel & % berat

Komponen
1 2 3 4 Dst Max Min Rata-Rata

1. Yang mudah membusuk

>50mm 10-50 mm < 10mm


2. Kertas
3. Kain dst

Total
Densitas : kg/m3
Asal Sampel

Peralatan yang dibutuhkan

1) 1 buah box ukuran = 1 x 1 x 0,5 mm


(gunakan bahan yang ringan tapi kuat)
2) 1 buah meja sortir = 1,5 x 3 m
(permukaan terbuat dari kawat kasa dengan diameter lubang 50 mm mesh)
3) 1 buah ayakan tangan dengan diameter = 10 mm mesh
4) 10 buahwadah dengan volume + 60 liter
(untuk bahan yang telah disortir)
5) 3 buah sekop besar
6) 6 buah sekop kecil
7) 6 pasang sarung tangan (plastik/karet)
8) 1 buah timbangan (platform-Dueshing Machine) dengan daya > 500 kg.
3.1. 5. Laju Timbangan Sampah Menurut Sumbernya (Typical Generalation

Rates)

Informasi yang lengkap (Comprehensive)tentang kuantitas timbulan sampah

di Amerika Serikat telah didapatkan oleh Departemen Kesehatan, pendidikan dari

Kesejahteraan, pada tahun 1968. Dari hasil survei nasional tentang persampahan,
56

yang mencakup 92,5 juta penduduk sekalipun kuantitas laju timbulan sampah lokal

mungkin bervariasi (berbeda nyata),data yang terkumpul dalam survei tersebut

dapat dijadikan sebagai acuan.


Data yang terkumpul dari survei di California pada tahun 1968, walaupun

sekilas tampak perbedaan dengan data Nasional, keduanya sangat sesuai bila

faktor yang mempengaruhi telah dianalisia. Lihat perbandingan samapah pertanian

dan sampah industri antara California dengan Nasional.


Sampah pertanian di California 9,8 Ib/Capita/hari jika ditambahkan dengan

hal yang sama pada data Nasional (US) diperoleh : 18 Ib/capita/hari juga untuk

sampah industri di California kira-kira dua kali lipat dari Nasional, jadi secara

keseluruhan dapat dikatakan sebanding.


Jika informasi tentang kuantitas laju timbulan tidak layak, data pada tabel 4.1.

mungkin dapat digunakan. Dari tabel tersebut (4. 1. c.) data sampah pertanian dari

sampah khusus tidak tersajikan, sebab dipengaruhi oleh letak geografis daerah yang

bersangkutan. Laju timbulan sampah industri dan pertanian tertentu dapat dilihat

tabel 4. 1. c.

Tabel 3. 1.a. sampah yang dikumpulkan di USA perkapital, 1968

Jumlah penduduk
Laju timbulan sampah
No Sumber
Ib/orang/hari
(1000)
1. Campuran rumah tangga
46,970 4,05
dan perdagangan
2. Industri 29,330 1,86
3. Reruntuhan gedung dan jasa
23,697 0,66
konstruksi
4. Penyapuan jalan da lorong 35,340 0,25
5. Pepohonan dan pertamanan 25,890 0,18
6. Taman umum dan pantai 17,230 0,16
7. Catoh basin 22,010 0,04
8. Pengolahan air limbah 20,504 0,47
9. Institusi 20,533 0,24
57

total 7,92

Tabel. 3. 1.b. Timbbulan Sampah di California, 1968

Laju Timbulan
No sumber
Ton/Tahun Orang/Hari
1. Kota (municipal) 22,9 x 104 6,5
2. Industri 13,7 X 104 3,9
3. Pertanian 34,9 x 104 9,8
Total 71,5 x 104 20,2

Tabel . 4. 1 .c. Laju Timbulan Sampah Percapital

Ib/orang/hari
No sumber
Rentang Khas
1. Kota (municipal) 2,0 5,0 3,5
2. Industri 1,0 3,5 1,9
3. Peruntuhan gedung 0,1 0,8 0,6
4. Kota (yang lain) 0,1 0,6 0,4
Total 6,4
5. Pertanian - -
6. Sampah - -
Ket :

*) Municibal = Residential + Comersial

Lihat juga J.A Salvato (1972) halaman : 390

3.1.6. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Laju Timbulan Sampah


(Factors ThatAffect Generation Rates )

Faktor yang mempengaruhi kuantitas timbulan sampah termasuk : letak

geografis, musim dalam satu tahun, frekuensi pengumpulan, penggunaan grinder,

status ekonomi, tingkat pemanfaatan kembali, hukum dan perilaku masyarakat.


Semua faktor penting dalam perencanaan pengolahan sampah. Generalisasi

secara luas dari keseluruhan adalah kecil atau tidak bernilai, tetapi dampak dari

beberapa faktor harus dievaluasi terpisah satu dengan yang lain, dalam situasi

tertentu.
58

Letak Geografis

Pengaruh letak geografis pertama-tama dihubungkan dengan perbedaan

iklim, yang dapat mempengaruhi sejumlah ragam jenis sampah tertentu dan

pelayanan pengumpulan. Variasi subtantif dalam sejumlah kebundan taman

dibeberapa negara, yang akhirnya mempengaruhui llaju timbulan sampah yang

terkait dengan aktivitas keduanya (kebun dan taman).

Sebagai contoh : pada daerah bagian utara Amerika dimana pergantian

musim yang lebih panjang (lama) dibandingkan dengan daerah Amerika Selatan,

timbulan sampah kebun (yard) dikumpulkan tidak nya dalam jumlah besar, tetapi

juga sepangjang waktu. Bandingkan dengan Indonesia yang tropis, dimana hanya

dikenal dua musim.

Terkait dengan letak geografis adalah topografis berbeda antara dataran

rendah dengan dataran tinggi. Mempengaruhi vegetasi baik kerapatan dan atau

keragaman jenisnya. Selanjutnya mempengaruhi pola budi daya tanaman (flora) dan

akhirnya timbl sampahnya.

Karena adanya perbedaan/variasi dalam kuantitas timbulan sampahj tertentu

menurut variasi iklim, dan variasi ini memberikan dampak pada sistem pengolahan

sampah, maka sebaiknya dilakukan studi khusus tentang hal tersebut. Dengan

demikian akan diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk

memperbaiki/mengembangkan sistem. Sering kali, informasi penting tersebut (studi

khusus) dapat diperoleh melalui/dengan metode laod-count-analysia.

Musin (Season of The Year)

Sama halnya dengan letak geografis. Karena musim adalah kondisi alam dari

suatu iklim dan iklim merupakan kondisi alami dari letak geografis suatu daerah.

Contoh yang menonjol adalah pola tanam, khusunya bahan pangan sehingga dari
59

suatu musim ke musim berikutnya dapat dilihat adanya siklus produksi bahan

pangan. Hal ini tentu berpengaru terhadap laju timbulan sampah mulai dari budi

dayanya sampai dengan produksi dan konsumsinya.

Frekuensi Pengumpulan

Seraca umum dapat dilihat bahwa pelayanan pengumpulan yang ditetapkan

terbatas, banyak sekali sampah yang dapat dikumpulkan. Pandangan ini tidak bisa

digunakan untuk menyimpulkan bahwa banyak sekali laju timbula sampah sebagai

contoh. Jika pemilik rumah dibatsi satu atau dua wadah sampah (kontainer)

perminggu, mungkin saja sebab dengan dibatasi kapasit wadah, meraka

menyimpulkan koran bekas atau bahan-bahan lain digarasi atau ditempat tertentu :

dengan tidak dibatasinya palayanan, pemilik rumah tersebut cenderung untuk

membuangnya. Dalam situasi demikian kuantitas timbulan sampah mungkin saja

sama, tetapi kuantitas yang dikumpulkan sangat berbeda. Jadi, pertanyaan

mendasar tentang pengaruh pelayanan pengumpulan terhadap laju timbulan

sampah belum terjawab.

Penggunaan Grinder Rumah Tangga

Walaupun penggunaan grinder dapat menguranngi kuantitas sampah sisa makanan

yang dikumpulkan, hal ini tidak jelas apakah hal tersebut mempenngaruhi kuantitas

timbulan sampah sebab penggunaan grinder sangat bervariasi luas disetiap

negara/kota. Sehingga pengaruh penggunaannya harus dievaluasi/diteliti tersendiri

pada situasi tertentu, jika informasinya memang diperlukan.

Karakteristik Penduduk

Dapat dipahami bahwa karakteristik penduduk memepengaruhi laju timbulan

sampah. Sebagai contoh, kuantitas timbulan sampah halaman/pekarangan perkapita


60

nyata lebih besar pada rumah tangga orang-orang kaya dibandingkan dengan

rumah tangga lain disuatu kota.

Luasnya Pengambilan Bahan-Bahan (Salvage ) dan Program Daur Ulang

( Recycling )

Adanya aktivitas pengambilan bahan-bahan yang masih bermanfaat dan program

daur ulang disuatu masyarakat, secara nyata memepengaruhi kuantitas sampah

yang dikumpulkan. Apakah hal tersebut mempenngaruhi kuantitas laju timbulan

sampah adalah soal lain. Sampai saat ini dari banyak informasi yang ada, tidak ada

suatu pernyataan pasti yang dapat diberikan untuk pokok masalah.

Per undang-Undang ( Legislation )

Mungkin, faktor yang sangat penting pengaruhnya terhadap laju timbulan sampah

tertentu pada suatu kota, daerah, wilayah dan negara, adalah karena adanya hukum

dan per undanng- undangan : kota, daerah, wilayah dan negara tersebut tentang

penggunaan dan pembuangan bahan-bahan khusus ( misalnya yang berbahaya ).

Diketahui bahwa hukum dan per undang-undangan adalah landasan pihak untuk

melakukan suatu aktivitas. Didalamnya tertuang dengan jelas hak dan kewajiban

setiap orang dan suatu lembaga tentang apa, mengapa dan bagaimana harus

melakukan suatu aktivitas dengan tertib dan baik. Jika pelaksanaannya tegas dan

adil akan memberikan suatu kondisi yang diinginkan dan sebaliknya mengurangi

semaksimal mungkin suatu kondisi yang tidak diinginkan.

Perilaku Masyarakat ( Public Attitude )

Reduksi/ pengurangan secara nyata dalam kuantitas laju timbulan sampah akan

terjadi kapan dan jika ( when and if ) masyarakat mau merubah atas kemauannya

sendiri kebiasaan dan biaya hidup untuk mengutangi beban ekonomi yang terkait

dengan pengelolaan sampah.


61

Contoh : yang sederhana untuk hal ini. tentang fotocopy

- Mengapa harus minta dua halaman, sedangkan bisa digunakan satu

halaman ( bolak-balik ).
- Kalau semua orang mau dengan kesadarannya sendiri, untuk hal tersebut

diatas sudah mengurangi 50% laju timbulan sampah kertas tersebut.

Jadi gaya hidup sederhana dengan hemat sangat membantu meringankan beban

pengelolaan sampah.

3.2 PEWADAHAN (STORAGE)

Pewadahan adalah elemen kedua dari enam elemen fungsional sistem pengolahan

sampah. Karena elemen ini secara nyata dapat berpengaruh terhadap kesehatan

masyarakat, elemen fungsional berikutnya dan perilaku masyarakat sehubungan

dengan pelaksanaan pengelolaan sampah, adalah sangat penting untuk dipahami

apa saja kandungan isinya.

Aktivitas pada elemen ini meliputi (1) diskripsi tentang aspek kesehatan masyarakat

dan estetika (2) diskusi tentang penanganan setempat ( onsite hanling ),

pewadahan, metode posesing dan peralatan yang digunakan, dengan penekanan

khusus pada sumber timbulan sampah kota dan lebih khusus adalah sampah

pemukiman ( Residential ).

Walaupun ragam jenis ( types ) rumah tempat tinggal ( kediaman ) dan gedung

dapat diklasifikasikan / penggolongan ragam jenis dalam buku ini didasarkan pada

jumlah tingkat, ( number of stories ) sesuai dengan tujuan pengelolaan sampah.

Tiga klasifikasi yang selalu digunakan dan diadopsi untuk buku ini adalah : bertingkat

rendah (lowrise) untuk rumah itnggal dibawah empat lantai, menengah empat
62

sampai tujuh lantai dan tinggi (high rise) untuk rumah tingagl yang lebih dari tujuh

lantai.

Dalam dislensi tentang pewadahan (onsite-storage) rumah tinggal bertingkat rendah.

Selanjutnya dibagi dalam ketegori sebagai berikut : keluarga tinggal-terpisah (single

family attached), keluarga tunggal kopel (single family attached), dan keluarga

banyak/jamak (emulitir family) misalnya apartemen, plat dsb.

Perlu dicatat bahwa prosessing setempat (onsite-processing) bisa setiap saat

sebelum pengumpulan (sebelum, selama atau setelah pewadahan) dan oleh

karenanya, didiskusikan dengan tempat pada pokok bahasan ini. Diskusi utama

tentang processing diberikan pada akhir pokok halaman ini dan tentang sampah

yang berbahaya dibahas tersendiri.

3.2.1. aspek kesehatan masyarakat dan estetika dalam elemen pewadahan

Walaupun laju timbulan sampah permukiman terhitung sangat sedikit

dibandingkan dengan seluruh timbulan sampah yang ada, tetapi sangat penting,

sebab samaph-sampah tersebut timbul pada area dengan suatu ruang

pewadahanyang sangat terbatas, akibatnya, samapah-sampah tersebut dapat

menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan masyrakat dan estetika.

Keprihatinan

Pusat perhatian kesehatan masyarakat terutama dihubungkan dengan tubuh

dan berkembangnya serangga dan binatang pengganggu yang potensial sebagai

vektor/reservoir berbagai penyakit, pada area yang digunakan untuk pewadahan

sampah. Jelas sekali pagnadilan yang sangat efektif terhadap tikus dan lalat adalah

dengan upaya sanitasi yang tepat (proper sanitation). Upaya sanitasi khusus untuk
63

wadah sampah, dan secara berkala. Bahan-bahan yag mudah membusuk dibuang

(biaya kurang 8 hari untuk daerah sub tropis dan kurang 3 hari untuk daerah tropis).

Maximum lamanya sampah tersebut diatas didasari kecepatan membusuk dari

bahan-bahan yang mudah membusuk (vegetable-putricible) dan siklus hidup lalat.

Estetika berhubungan dengan timbulnya bau dan kondisi tidak sedap

dipandang yang dapat terjadi apabila tidak diperhatikan dan tidak diperliharanya

konidisi sanitasi. Bau dapat dikendalikan dengan menggunkan wadah yang

berpenutup rapat dan terjaganya/terkendalinya frekuensi pengumpulan. Bila timbul

bau untuk sementara isi wadah dapat disemprot (sementara untuk menunggu

petugas pengumpul). Untuk menjaga estetika, wadah harus selalu dicuci dan

digosok secara berkala.

3.2.2. penaganan setempat (onsite-handling)

Penanganan setempat adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan

penanganan sampah hingga (sampai) ditempatkan pada wadah yang digunkan

sebelum pengumpulan.

Tergantung dari tipe pelayanan pengumpulan, penanganan mungkin juga termasuk

aktivitas membawa wadah sampai ke tempat dimana sampah diambil oleh petugas

pengumpul dan membawanya kembali ke wadah kosong ketempat semula. Orang

yang bertanggung jawab, alat bambu dan fasilitas yang biasa digunakan dapat

dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.


64

Sumber Orang yag bertanggung Alat/bantu dan fasilitas


jawab
1 2 3
Rumah kediaman low Penghuni, penyewa Kompaktor rumah
rise tangga, kertas tangan
Penyewa, pelayanan Graviy chutes, service
Medium rise bagian pemeliharaan elevators, collection
gedung, penjagaan carts, pneumatic
gedung unit manager conveyors
Penyewa, pelayan
Highe rise bagian pemeliharaan Graviy chutes, service
gedung, penjagaan elevators, collection
gedung carts, pneumatic
Perdagangan Karyawan karyawan conveyors
penjaga-penjaga gedung Kereta pengumpul
beroda, pengangkut
kontainer, kantong-
kantong goni, sevice
Industri Karyawan-karyawan elevators, conveyors,
penajaga-penjaga pneumatic conveyors
gedung Kereta pengumpul
beroda, pengangkut
Open areas container (container train,
Pemilik, juru teman service elevators,
Treatment palant sites conveyors)
Pemilik, pekerja Container yang tidak
mudah rusak
(vandolproof)
Bermacam-macam
sesuai dengan
aktivitasnya
65

Penanganan setempat pada rumah tinggal (kediaman) dan daerah perdagangan,

dibahas sebagai berikut dibawah ini :

Rumah kediaman (residental)

Mengingat terdapat peberdaan nyata dalam penanganan setempat, sesuai

klasifikasi dan kategorinya, maka pembahasannya dilakukan terpisah untuk masing-

masing klasifikasi kategori rumah kediaman.

Rumah kediaman bertingkat rendah (< 4 lantai)

Sebagaimana dapat dilahat pada tabel 4.2 pemilik atau penyewa bertanggung

jawab dalam hal penempata timbulan sampahnya, danmeletakkan wadahnya pada

strorage caontainer yang telah ditetapkan dalam atau sekitar kediamannya. House

hold compactor, disediakan untuk mereduksi volume sampah yang akan

dikumpulkan. Dibeberapa lokasi kereta dorong digunakan untuk engangkut wadah

yag berisi sampah tempat pengambilan (pickup koint) kendaraan pengumpul.

Apartemen bertingkat menengah dan bertingkat tinggi

Metode penanganan sampah pada dua macam hunian tersebut (hampir)

sama dengan pada rumah hunian bertingkat rendah atau berbagai variasi dari

keduanya. Metode yang digunakan tergantung dari usia dan lokasi gedungnya. Pada

apartemen tua, masih biasa dilakukan oleh penyewa dengan cara menempatkan

wadah sampah yang terisi didepan pintunya dan petugas pengumpul mengambilnya

pada lantai demi lantai.

Pada apartemen bertingkat tinggi biasanya menggunkan satu atau lebih metode-

metode berikut ini :


66

1. sampah diambil oleh petugas pemeliharaan gedung, mulai dari lantai teratas

sampai kebawah, kemudian menempatkannya pada basement (lantai bawah

tanah) atau pada service area

2. wadah sampah terisi, dibawah oleh penyewa kebasement atau sevice area.

3. sampah biasanya dibagasikan (bagged) oleh penyewa, kemudian dihancurkan

dengan melalui pipa luncur (verticah chutes) yang tersedia pada setiaplantai.

(pada setiap lantai ada pintu pipa luncur).

Bila grinder dapur digunakan, sampah sisa makanan dan bahan-bahan yang bisa

dimasukkan pada grinder, turun melalui sistim saluran air limbah. Koran bekas

mungkin dibundel dan dikeluarkan untuk dimabil oleh petugas pamulung (salvage

handlers) atau petugas pelayanan sampha kota, atau bawah oleh penyewa (dalam

keadaan dibundel atau lepas-lepas) ke service area diambil, dimanfaatkan atau

dibuang. Barang-barang besar (bulky items) biasanya dibawah oleh penyewa ke

service area. Petugas pemeliharaan gedung bertanggung jawab untuk menangani

atau memproses yang telah dikupulkan diservice area. Bila peraltan dan fasilitas

prosesing masilanya insenerator dan kompaktor (pamadat) digunakan dan

tersambung dengan pipa luncur (chutes), petugas residu dan insenerator atau

memadatkan sampah biasanya digunakan bardiameter antara 12-36 inchi (pada

umumnya 24 inchi). Setiap pipa lucur sampah dilengkapi dengan pintu intake (intake

door) dan engsel samping atau engsel dasar yag ditempatkan pada setiap lantai.

Alat pengatur aliran udara (draff balffes) pintu otomatis (door locks), sprinkler (alat

pentiram air yang berfungsi otomatis bila ada kebakaran), sistem desinfeksi,

konstruksi kedapo udara, ventilasi atap adalah sejumlah perlengkapan yang harus

tersedia pada sevice area. Penggunaan sistem desinfeksi da sistem saitasi

diharuskan (direkomendasikan) sebab diketahui bahwa kebersihan dan tidak


67

hadirnya bau sangat tergantung dari ketepatan operasional pada kedua sisten

tersebut. Dalamperancangan pipa luncur pada apartement bertingkat tinggi, harus

sipertimbangkan variasi laju pembuangan sampahnya. Asumsi untuk menentukan

besarnya ukuran pipa luncur adalah sebagai berikut :

1) densitas setara 150 lb/yd 3.

2) Semua sampah yang akan dibuang denga periode setiap 4 jam

3) Laju timbulan sampah antara 1 2 lb/penghuni/hari

Penanganan setempat pada daerah perdagangan

Pada sebagian besar kantor dan gedung-gedung pusat perdagangan sampah

terkumpul masing-masing kantor atau lokasi kerja pada umumnya dikumpulkan

penuh wadah tersebut dipendahkan melelui service elevator, jika hanya ada satu

dikosongkan (1) kewadahan yang lebih besar, (2) kompaktor yang dihubungkan

dengan temapt wadah, (3) kopaktor tetap ang mampu memadatkan samaph dalam

bentuk bal atau kedalam wadah anng dirancang khusus, (4) pada peralatan

processing yang lain oleh karena perkantoran besar dan gedung-gedung

perdagangan yang dirancang tanpa pewadahan setempat yang memadai. Tempat

pewadahan dan peraltan yang memadai dan cenderung terciptanya masalah

penanganannya. Metode handling yang pada umumnya digunakan adalah

mengosongkan wadah pada setiap kantor (individual offices) kedalam kantong-

kantong goni, jika karung goni telah terisi ujung-ujungnya dikitakan dan dibawa

kebasement ditumpuk, menunggu kedndaraan pengumpul. Walaupuntidak menarik

pandangan metode ini tetap berjalan dan digunakan secara luas.

3.2.3 pewadahan setempat (onsite storage)

Faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh pewadahan sampah termasuk :

1) Tipe (ragam) wadah yang digunakan


68

2) Letak wadah

3) Kesehatan masyarakat dengan estetika

4) Metode pengumpulan

1) Wadah sampah (container)

Kapasitas dan tipe wadah sampah yang digunakan tergantung dari

karaterisrik sampah yang digunakan, frekuensi pengumpulan, dan ruang

untuk peletakan wadah tersebut. Banyak tipe dan kapasitas wadah sampah

pada umumnya digunakan untuk pewadahan setempat (lihat pada tabel 4.2).

aplikasi yang khas dan pembatasan wadah sampah dapat dilihat pada tabel

4.2.

Pewadahan setempat pada rumah bertingkat rendah

Karena sampah an g dikumpulkan dari sebagian rumah yang bertingkat

rendah-tunggal, secara manual wadah harus ringan, dapat diangkat dengan mudah

oleh seorang petugas pengumpul, sebab wadah sampah yang berisi penuh terlalu

berat. Pada umumnya, batas maksimum berat antara 40 65 lb. Logam valkanis

atau plastik sebesar 30 galon ternyata cukup murah untuk wadah sampah pada

rumah kategori ini.

Pemilihan jenis bahan wadah sampah tergantung dari selera pemilik rumah. Golam

galvanis cenderung cendrung bising bila dikosongkan, pada saatnya akan rusak,

karena rakitannya terlepas (petrinya lepas), wadah plastik tidak bising, tetapi rumah

retak jika terkena sinar matahari dan pada suhu yang amat dingin. Ada wadah

plastik yang tahan lama tetapi harganya amat mahal. Wadah darurat dan sekali

pakai (temporary and disposable) umumnya jika digunakan, jika pelayanan model

cru dilakukan.
69

Pada lokasi dimana kendaraan pengumpul datang untuk mengambilnya. Tas kertas,

kotak kardus, tas plastik, kotak kayu biasa digunakan wadah sampah yang darurat

dan wadah sekali pakai.

Masalah mendasar yang ditemui kalau digunakan wadah darurat adalah

ruwet dalam pemuatannya. Kertas dan kardus mudah hancur/rusak bila terkena air,

jika cuaca amat panas, wadah plastik mudah robek pada saat petugas pengumpul

mengangkatnya pada waktu pemuatan. Hal demikian potensial berbahaya dan

mungkin menyebabkan luka pada petugas pengumpul, karena terkena pecahan

gelas, benda-benda tajam dan lain-lain benda yang berbahaya.

Dengan meluaskan produk kertas dan plastik, penggunaan containers liners

sudah biasa. Semua tipe yang tebal dan berbagai tingkat kualitas sudah tersedia.

Lagipula, disebagian besar wilayah telah diserahkan kepada pemilik rumah untuk

memilih liners sesuai seleranya.

Kerugian penggunaan liners adalah, jika dilakukan pengambilan bahan yang

bermanfaat, misalnya gelas, logam atau jika sampah tersebut dibakar pada

incenerator, liner harus dirobek dulu pada tahap prosesing. Jadi walaupun

penggunaannya menguntungka bagi pemilik rumah, liner mungkin tidak ideal dari

segi pemanfaatan kembali (recovery & recyccling).

Pada komlek apartemen bertingkat rendah digunakan sejumlah storage container

yang berbeda. Dua tipe yang pada umumnya digunakan adalah :

1) Plastik atau logam galvanis

2) Wadah besar ang dapat diangkat atau yang tidak bisa diangkat (fixed)

Kalau komplek apartement tersebut berdekatan satu dengan yang lain, wadah

sampah diletakkan pada lokasi yang dijangkau oleh tiap-tiap apartement. Walaupun

wadah individual digunakan pada beberapa apartement bertingkat rendah,


70

parakteknya sangat umum digunakan satu atau lebih wadah besar untuk beberapa

apartemen.

Biasanya wadah diletakkan pada area tertutup, yang mudah terjangkau, dekat

jalan raya. Dibanyak lokasi wadahnya dilengkapi dengan pengail atau roda agar

mudah digerakkan pada waktu pengosongan pada kendaraan pengumpul atau pada

fasilitas prosesingn setempat.

Pewadahan pada apartemen menengah dan tinggi jika pipa luncur sampah

digunakan pewadahan terpisah tidak perlu dilakukan. Pada apartemen-apartemen

tua biasanya tidak tersedia pipa luncur, sampah disimpan diwadah yang disimpan

pada suatu tempat antara pengumpulan. Yang sangat umum digunakan adalah :

1) Open-top container besar

2) Enclosed storage container atau kantong sekali pakai yang dihubungkan dengan

kompaktor tetap.

3) Container yang dilengkapi dengan kompaktor otomatis (self-contained-

compaction mechanism).

4) Container khusus yanng dihubungkan dengan fasilitas prosesing.

Pewadahan pada area perdagangan

Panggunaan wadah tergantung besarnya, metoda pengumpulan internal,

fasilitas dan ruang yang tersedia. Biasanya open-top cntainer besar yang

digunakan. Penggunaan container yang dilengkapi dengan compaction mechanism

atau compaktor tetap harus meningkat.

Peralatan/fasilitas prosesing yang perlu dipertimbagnkan jika timbulan sampahnya

banyak bahan yang masih bisa di manfaatkan kembali.

Pelatakan wadah sampah (Kontainer)

Pada rumah tunggal- terpisah, biasanya diletakkan :


71

1. disamping atau dibelakang rumah

2. dilorong pelayanan pengumpulan lorong

3. digarasi atau pada tempat dimana sudah di rancang untuk itu

penggunaan Ground levelbin tidak dianjurkan bikal satu rumah dengan yang lain

berdekatan, dapat dibuat bantalan/landasan beton yang letaknya mudsh terjangkau

dan nyaman (convement) oleh mereka. Bisa juga dilengkapi dengan pagar kayu, tapi

bila hal ini dilakukan harus diawasi dengan tepat agar tidak menimbulkan kondisi

yang tidak saniter.

Peletakan wadah sampah untuk daerah perdagangan dan industri, tergantung

ketersediaan ruang dan kondisi jangkauan pelayanan. Pada beberapa gedung

dengan rancangan baru, telah dilengkapi dengan service area khusus untuk tujuan

ini. Karena pada umumnya container bukan milik aktivitas dan perdagangan atau

industri yang bersangkutan, peletakan dan tipe container harus dibuat kerjasama

antara pemilik gedung dengan pelaksana pengumpulan sampah pemerintah atau

swasta.

3.2.4. Prosesing setempat (Ousite Prosesing)

Grinding, penyortiran, pemadatan, pemotongan (stredding), composting dan

pembuburan (hydro pulpasing) adalah metode prosesing yang pada umumnya

digunakan. Tujuan prosesing setempat adalah untuk :

1. Reduksi Volume

2. Merubah bentuk Fisik

3. Mengambil bahan-bahan yang masih bisa dimanfaatkan (recovery-recicling)

Tabel 4.2.4 pengoperasian dan fasilits yang khas intuk prosesing setempat,

menurut sumbernya

Sumber Penanggung Jawab Operasi Fasilitas


- Pemukiman low Pemilik, penyewa Grending, sorting,
72

oise pemdatan, insenerasi.


- Medium dan thigf Penyewa, petugas Grending, sorting,
rise pemelihara gedung (kertas), pemadatan.
- Perdagangan Cleaning Service Pemadatan, incenarasi,
pemotongan,
- Industri Cleaning Service pembuburan.
Sorting, pemadatan,
pemotongan, incenarasi,
- Area Terbuka Pemilik, operator pembuburan.
- Pengolaha Operator Pemadatan, incenerasi.
Limbah Pemilik, pekerja Dewatering
- Pertanian Bervariasi menurut
komoditinya.

Permukiman bertingkat rendah (low-rise)

Prosesing yang pada umumnya dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.2.4.

Grinding

Selama dua puluh tahun terakhir, penggunaan grinder banyak

menguntungkan, dibanyak tempat, rumah baru disekitarnya juga menggunkannya.

Girnder pada khususnya digunkan untuk sampah sisa makanan (persiapan-masak-

penyajian) tidak bisa digunakan untuk sisa tulang atau bahan yang besar.

Grinding berfungsi untuk membuat bahan-bahan yang dimasukkan padanya menjadi

cocok untuk diangkut melalui sistim jaringan air limbah. Karena bertambah banyak

bahan organik pada saluran air limbah, maka beban kerja beberapa fasilitas menjadi

berlebihan, sehingga perlu penambahan kemampuan fasilitas. Sebainya rumah-

rumah daru tersebut dilorong menggunakan grinder selama kapasitas pengolahan

air limbah tidak memungkinkan.


73

Memberikan dampak nyata dalam pengurangan volume sampah yang akan

dikumpulkan. Begitu juga terhadap perbedaan dalam satuan berat. Dalam hal

tertentu, jika grinder digunakan dapat memungkinkan meningkatkan periode waktu

pengambilan, sebab bahan-bahan yang mudah membusuk tidak ada lagi pada

wadah sampah.

Sorting

Sorting atau pemilahan dengan tangan dari kertas, kaleng oli dan minuman

adalah satu hal yang sangat positif untuk memperoleh bahan-bahan yang masih

bisa dimanfaatkan.

Bahan-bahan yang telah disortir disimpan dalam wadah terpisah. Masalah besar ang

dihadapi oleh pemilik rumah adalah apa yang harus diperbuat selama bahan-bahan

tersebut dikumpulkan atau membawanya kelokasi recycling.

Pengaruh adanya operasi recovery dirumah.

Contoh : gunakan tabel distribusi prosentasi bahan (2.4.b). Estimasikan

Btu/pound dari sisa sampah, jika 90% kardus dan 60% kertas, direcovery dirumah.

Jawaban :

1. dari tabel 2.4.2c, kandungan energi total dari 100 pound sampah

dengan komposisi sebagaimana tabel 2.4.b, setara dengan

476.230 Btu.

2. Penentuan kandungan energi dan berat dari 90% kardus

Kandungan energi 90% kardus

= 0,90 (28.000 Btu) lihat pada tabel 2.4.2c

= 25.200 Btu

Berat 90% kardus

= 0,90 (4 lb) lihat pada tabel 2.4.2c


74

= 3,6 lb

3. penentuan kandungan energi dan berat 60% kertas

kandungan energi kertas (60%)

= 0,60 (228.000 Btu) lihat pada tabel 2.4.2c

= 172.800 Btu

Berat 60% kertas

= 0,60 (40 lb)

= 24 lb

4. penentuan kandungan energi total, berat dan kandungan energi

perpound setelah kardus dan kertas diambil dari sampah.

Total energi setelah recovery

= (476.230 25.200 172.900) Btu

= 278.230 Btu

Total berat setelah recovery

= (100 3,6 - 24) lb

= 72,4 lb

Kandungan energi per pound setelah recovery

278. 230 Btu

72, 4 lb

= 3.843 Btu/lb (8.939 kalor jenis/kg) US 4.726 Btu/lb

= (11.076 kalor jenis/kg) dalam sampah asli

Komentar :
75

Dalam sampel ini, pengurangan berat diperkirakan 28% sampah,

direduksi per pound energi dari sampah aslinya diperkirakan 20% jika sampah

dibakar untuk konversi tenaga kelayakan ekonomi operasi recovery harus dievaluasi

untuk menentukan apakah efektif.

Pemadatan (Comapction)

Beberapa tahun terakhir, sejumlah kompaktor kecil dirancang untuk rumah

tangga, muncul dipasar. Pabrikan mengatakan bahwa ratio pemadatan biasanya

berdasar pada pemadatan kertas-kertas lepas dan kardus. Walaupun

memungkinkan pengurangan volume sampah lebih dari 70% hanya bisa digunakan

untuk sejumlah kecil timbulan sampah.

Pengaruh penggunaan kompaktor terhadap volume sampah digambarkan pada

contoh berikut :

Contoh

Asumsikan, kompaktor ini akan dipakai didavis california. Estimasikan kemapuan

pemadatan denstitasnya setara lb/ff3.

Data lihat tabel 24.C dan tabel.......

Jawaban

1. buat tabel perhitungan atas data tabel 23.C dan tabel .......

No Komponen Berat Dentitas Volume


lb lb/ff 3 ff 3
01 Sisa makanan 9,5 18 0,63
02 Kertas 42,1 5,1 8,45
03 Karton 6,5 6,2 1,05
04 Plastik 1,8 4,0 0,45
05 Kain 0,2 4,0 0,06
76

06 Kulit 1,5 10,0 0,15


07 Karet - 8,0 -
08 Ranting dan daun 14,3 V 6,5 (2,20)
09 Kayu 3,5 V 15 (0,23)
10 Kaca 7,5 12,1 0,62
11 Kaleng timah 5,2 5,5 0,95
12 Logam non besi 1,5 10,0 0,15
13 Logam besi 4,3 20,0 (0,22)
14 Tanah, abu, dll 1,1 30,0 10,04
15,09
Total 100 *) 12,40

Keterangan

V : komponen tersebut biasanya tidak dimasukkan pada kompaktor

* ) : jumlah tidak termasuk yang dalam kurung

1 lb 0,4536 = kg

1 lb/ff 3 16,019 = kg/m3

Ff 3 0,02833 = m 3

2. Penentuan sampah yang dipadatkan, tidak termasuk, ranting/daun, kayu,

logam besi, dan tanah, abu dsb.

Volume yang didapatkan

(100 14,3 3,5 4,3 1,1) lb

20 lb/ff 3

3. penentuan pengurangan volume

( 12,4 3,8 ) ff3

= x 100

12,4 ff3
77

= 69 persen

4. penentuan pengurangan volume yang dapat dicapai oleh kompaktor

perngurangan seluruh volume

( 65,09 ) ff3 ( 2,2 + 0.23 + 0,22 + 0,4 + 3,8 ) ff3

j= x 100

15,09 ff3

Komentar

Bila pengurangan volume keseluruhan dinilai, nyatanya cocok dengan

efektifitas kompaktor, dikurangi.

Hal ini khusunya benar bahwa persentase komponen yang tidak

dipadatkan, seperti ranting atau daun meningkat.

Penggunaan kompaktor ruma mungkin juga berlawanan (counter productive) dari

segi operator prosesing.

Contoh

Jika sampah pada operator prosesing dipisahkan dengan mesin, sampah

yang telah dipadatkan dirumah harus dihancurkan lagi sebelum sorting, juga

dengan pemadatan menjadi sampah menjadi jenuh air dan sisa-sisa

makanan, sehingga pengambilan bahan kertas atau bahan lain jadi kurang

layak.

Komposting

Pada tahun tujuh puluhan, komposting dirumah-rumah sebagai upaya recycling

bahan organik meningkat populasinya. Komposting langkah efektif untuk


78

mengurangi volume dan perubahan komposisi fisik sampah, sementara pada saat

yang sama sangat berguna sebagai hasil samping. Variasi pelaksanaan metode

komposting, tergantung pada ketersediaan ruang dan sampah yang dapat dijadikan

sampah. Dalamskala luas masalah terhadap system pengolahan sampah dari segi

pandang banyak kota, pengaruh komposting dirumah terhadap volume sampah

yang harus ditanganni, tidak berarti. Uraian lengkap tentang komposting dibahas

tersendiri pada Bab pemanfaatan sampah.

Pembakaran (Incineration)

Sampai sekarang tungku bakar dirumah-pembakaran bahan-bahan yang mudah

dibakar dalam tempat pembakaran (biasanya pada alat pemanas ruangan) dan

tempat pembakaran dihalaman belakang masih digunakan.

Pengaruh larangan tersebut terhadap kuantitas sampah yang dikumpulkan dapat

dilihat pada gambar 4.2.4. Rancangan vicinerator kecil baik outdoor maupun indoor

telah ditingkatkan.

Incinerator sederhana (outdoor) terdiri dari drum (logam) dengan lubang-lubang

dekat pada dasarnya yang lebih besar dan rumit dibuat dari batu merah yang keras

(refractory-brick) dan dilengkapi dengan panggangan besi baja dan cerobong asap

kecil.

Beberapa incinerator dalam rumah (indoor) dilengkapi dengan alat bantu sebagai

sumber bahan bakar. Penempilan indoor incinerator yang lebih baik lagi sama

dengan alat rumah tangga yang lain, misalnya pemanas air (water heater) pengaruh

penggunaan incinerator rumah tangga terhadap variasi pembuangan akhir,

tergantung pada metode yang digunakan dalam pembuangan akhir sampah kota.
79

Jika diumpamakan sebagai sentral incinerator (incinerator kota) penggunaan indoor

incinerator mungkin mengharuskan dilengkapi dengan alat bantu bahan bakar,

rancangan khusus, atau prosedur operasinya harus diatur. Jika seandainya metode

pembuangan sampah kota adalah lahan, uruk, penggunaan indoor incinerator

mungkin mengurangi banyak komponen sampah yang mudah membusuk dan

mengurangi jumlah seluruh sampah yang dibuang.

Sampah yang dikumpulkan 1b/penimbangan/minggu

70

60

50

40

30
1968 1970 1972 1974 1976 1978
Gambar 4.2.4. pengaruh larangan pembakaran sampah dibelakang rumah dengan

kuantitas sampah yang dikumpulkan

Onsite handling (penanganan setempat) pada apartmen bertingkat sedang dan

tinggi

Pada prinsipnya sama dengan prosesing pada apartemen yang bertingkat rendh dan

rumah tunggal terpisah atau kopel. Yang biasa dilakukan termasuk, pemadatan,

pembakaran, shredding, pembuburan dan juga grinding dan sorting.

Pemadatan

Unit pemadatan biasanya dipasang pada dasar pipa luncur (chutes). Sampah yang

jatuh dari chutes mengaktifkan alat pemadat (kompaktor) melalui cell photo elektrik
80

atau skaklar pembatas (limit switches) pada saat skaklar diaktifkan/dihidupkan,

sampah langsung dipadatkan.tergantung dari rancangan padatan sampah tersebut

dapat berbentuk kubus, atau dalam bentuk lain, dan secara otomatis ditempatkan

pada kontener atau kantong kertas. Fasilitas ini ada yang semi otomatis dan ada

juga yang otomatis penuh. Dalam penentuan dimensi besaran/kemampuan biasanya

digunakan asumsi seperti menentukan besaran cuhute.

Walaupun penggunan kompaktor mampu mengurangi volume sampah, tetapi

patut diingat bahwa beratnya tetap sama. Biasanya kemampuan pemadatannya

berkisar antara 20-60% atau lebih kecil dari volume asalnya. Pemadatan akan tepat

guna jika metode pembuangan sampahnya dengan metode lahan uruk (lanfill). Jika

digunakan incinerator sampah harus dihancurkan lagi dan itu menyebabkan

terlambatnya pembakaran dan kehilangan besar, bahan-nahan yang tidak terbakar

kecuali kalau sampah yang dihancurkan tersebut memang tidak mingkin

diambil/dimanfaatkan.

Berdasrkan hal-hal tersebut diatas, maka perlu diperytimbangkan pada saat kapan

harus digunakan onsite compactor.

Pembakaran (Incinerator)

Berapa kemampuan mengurangi volume besar 10 % atau kurang dan mengurangi

berat sebesar25 % atau kurang, incinerator secara nyata dapat mengurangi beban

dalam handling, pewadahan pada sumber juga pengumpulan dan fasilitas

pembuangan. Dua macam/tipe incinerator yang biasa digunakan berdasrkan metode

charging (pengisisan) nya, yaitu flue fed dan chute fed.

Pada tipe flue fed sampah dimasukkan dalam incinerator melalui pintu yang

ada pada setiap lantai kedalam corong (flue) yang erbuat dari beton sampai di

dasar, terbuka langsung diatas tungku bakar (lihat gambar 4.2.4b). Pada chute fed
81

sampah diisikan melalui kooper door yang ada pada setiap lantai dikumpulkan

basement kooper kemudian secara manual atau dengan mesin dipindahkan

ketungku bakar.

Shredding dan pulping (perajangan dan pembuburan)

Perajangan dan pembuburan adalah salah satu alternative yang dapat digunakan

dalam prosesing. Dapat dilakukan bersama dengan metode sebelumnya atau

tersendiri, untuk mereduksi volume sampah jika perajangan digunakan tersendiri

tanpa penambhan air volume sampah terlihat seolah-olah meningkat. Salah satu

macam system pembuburan dapat dilihat pada gambar 4.2.4c. sampah dari setiap

lantai dibuang kedalam chute yang selanjutnya dibuang dalam tangki pembuburan.

Dalam tangkipembuburan ditambahkan air dan dijaga sedemikian rupa pada batas

yang sesuai sampah dirajang gigi-gigi pada impeller yang terletak pada dasar tangki

sampah yang tidak dapat dirajang, misalnya kaca dan logam, dibuang pada ruang

pengumpul setelah terjadi reduksi ukurannya. Bubur pulp (pulp slury) melewati

sizing ring (cincin ukuran), jika ukurannya lebih besar dari cincin akan dikeluarkan

dari pulper. Bubur pulp selanjutnya dialirkan ke dewatering press dan diambil oleh

helical screw diperas airnya dan pulp setengah kering dialirkan kedalam kontener.

Air perasan dikembalikan ke tangki pembuburan. Kelebihan air yang mengandung

residu pulp biasnya dialirkan kesistem saluran air limbah.

Walaupun system ini bekerja dengan baik dan volume sampah dapat dikurangi,

tapi biasanya mahal. Biasanya digunakan dalam skala kecil, yaitu untuk

menghancurkan dokumen-dokumen yang sudah kadaluarsa. Karena aliran pulp ini

meningkatkan kandungan bahan organik, berarti akan menambah beban fasilitas

pengolahan air limbah. Oleh karena itu penggunaannya mungkin dilarang jika

kapasitas system pengolahan air limbah terbatas.


82

Outside headling pada daerah/ fasilitas perdagangan dan industri

Dalam banyak hal, outside prosesing pada fasilitas perdagangan dan industri, sama

dengan yang diterapkan pada daerah permukiman. Perbedaan terdapat pada

fasilitas industri. Karena sebagian prosesnya cenderung untuk suatu industri

tertentu, sehingga prosesnya dirahasiakan (merupakan rahasia produksi).

Table : tipe dan ukuran kontaner yang digunakan dalam pewadahan

Kapasitas Dimensi
Tipe
Unit Range Khas Unit spesifikasi
KECIL
200 x 26
Kontainer, plastik/logam GOL 20-40 30 in H
200 x 26
Barnel ; plastik, abu minimum, fiber GOL 20-65 30 in H
15W x
Tas Kertas pakai standar GOL 20-55 30 in 12d x 43H
Tahan bocor GOL 20-55 30 in SDA
Anti bocor GOL 20-55 30 in SDA
18w x 15d
Tas plasti sekali pakai x 4OH

SEDANG
17W x
kontener yd 4 42d x 65H
(4 yd)
BESAR
Kontener
ft. 8W x
Open Top, roll-off yd v 6H x 20L
ft.8W x 6H
Dengan kompaktor tetap yd 20-40 v x 18L
ft.8W x 6H
Dilengkapi dengan kompaktor otomatis yd 20-40 v x 22L
ft.8W x
kontaner, trailer mounted yd 20-50 v 12H x 20L
Open Top yd v
83

ft.8W x
Enclosed dilengkapi dng kompaktor otomatis yd 20-40 v 12H x 24L

H= L =
Ket : D = diameter, tinggi Panjang
d=
W = Lebar Dalam
-v = ukuran bervariasi menurut karakter istik sampah dan kondisi lokal.
Tipe kontener, penggunaan khasnya, dan kelemahannya dalam pewadahan

Tipe Kecil

<-- - container plastic, logam galvanis

Penggunaan khasnya :

Sumber yang kapasitasnya sangat rendah, misalnya raumah tunggal (individual

homes), jalanan pad ataman, taman (park), fasilitas perdagangan kecil dan terisoler,

apartemen bertingkat rendah dengan pelayanan pengumpul set-out.

Kelemahannya

Container rusak sewaktu lembur, menurnnya penampilan dan kapasitas, cukup berat

waktu diangkat sewaktu pengumpulan, tidak cukup besar untuk menampung

sampah yang berukuran besar (bulky).

Kantong kertas, sekali pakai (disposable paper bag)

Penggunaan khasnya

Rumah tunggal dengan pelayanan pengumpulan packont dapat digunakan

tersendiri atau sebagai pelapis dalam container, untuk apartemen bertingkat rendah

dan sedang.

Kelemahannya

Penyimpan kantongnya mahal, mudah dicabi-cabik oleh anjing atau hewan lain,

akhirnya sampah terhambur diluar, kantongnya tersendir menambah jumlah

sampah.

Kantong plasti sekali pakai (disposable plastic bag)


84

penggunannya

Rumah tunggal dengan pelayanan pengumpulan packont dapat digunakan

tersendiri atau sebagai pelapis dalam container,sewaktu musim dingin sesuaiuntuk

menampung sisa-sisa makanan basah, dalam container dirumah-rumah atau pada

daerah dperdagangan, pada apartemen (bertingkat rendah, sedang dan tinggi) dan

daerah industri.

Kelemahannya

Penyimpan kantongnya sangat mahal, mudah tercabik, sehingga menimbulkan

kotoran dan ceceran, menimbulkan masalah pada pembuangan akhir.

Tipe sedang

Container

Penggunaannya

Sumber denga volume sedang, juga yang bukly (besar). Peletakkannya agar

diseleksi untuk pengumpulan dengankepadatan untuk penduduk tinggi, deaerah

perdagangan dan daerah industri.

Kelamahannya

Salju dapat masuk kedalam container, membentuk es dan akhirnya dapat

mengurangi kapasitasnya, juga menambah beratnya, kontainersulit diangkat pada

kondisi lebat salju.

Tipe besar

Contener, open top.

Penggunaannya

Daerah perdagangan dengan volume tinggi, sampah bulky pada daerah industri,

pemukiman daerah pedesaan, peletakkannya lurus mudah dijangkau truk

pengumpul, tapi estetikanya terjaga.


85

Kelemahannya

Modal awalnya mahal, terhadap salju sama dengan diatas (open - top)

Kontener dengan kompaktor tetap

Penggunaannya

Daerah perdagangan dengan volume yang sangat tinggi, peletakkannya diluar

gedung, tapi mudah terjangkau truk pengumpul.

Kelemahannya

Modal awal mahal, jika terlalu banyak sampah yang dipadatkan maka sulit

mengeluarkannya pada lokasi pembuangan akhir.

Factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam

Evaluasi fasilitas prosesing (setempat)

FAKTOR EVALUASI

1. Kapabilatas : Apa kehendaknya (fasilitas) atau mekanisme

kerjanya ? penggunaannya apakah lebih baik

dari yang konvensional

2. Rehabilitas : Apakah penyelenggaranya menunjukkan atau

membutuhkan sedikit perhatian, diluar

pemeliharaan pencegahan? Apakah

efektifitasnya telah teruji / terbukti mampu

dipakai dalam periode waktu yang lebih dari

biasanya atau sama sekali tidak dapat

diprediksi.

3. Pelayanan : Apakah kapasitas pelayanannya terlalu sulit

bagi petugas pemeliharaan gedung yang


86

tersedia? Pelatihan tenaga yang sesuai apakah

dilakukan oleh pabriknya, atau oleh distributor

setempat.

4. Keamanan pengoperasiannya : apakah peralatan yang ditawarkan layak

dalam hal , sehingga/ oleh karena itu

mungkin dapat dioperasikan oleh penyewa

atau petugas pemeliharaan gedung yang

pengetahuan mekaniknya atau kecakapannya

terbatas? Apakah memiliki alat pengaman yang

cukup untuk mengantisipasi kejadian yang

tidak diinginkan?

5. Kemudahan : Apakah fasilitas mudah dioperasikan oleh

penyewa atau petugas pemeliharaan gedung?

Kecuali fungsi dan pengoperasiaanya mudah

dilaksanakan, mungkin bias diabaikan oleh

petugas pemeliharaan gedung atau penyewa

(tidak menjadi beban yang berat bagi petugas

pemeliharaan gedung/ penyewa).

6. Efisiensi : Apakah fasilitas tersebut efisien dalam

penyelenggaraannya dan dengan sedikit

perhatian? Dibawah kondisi pada umumnya,

kesempurnaan siklus operasi setiap periode

waktu, harus diseleksi.

7. Pengaruhnya thd lingkungan : Apakah penggunaannya akan mencemari

lingkungan? Jika mungkin fasilitas harus


87

mampu mengurangi pencemaran lingkungan

dibandingkan dengan yang konvensional.

8. Bahayannya Thd Kesehatan : Apakah perkakas, mekanisme kerja atau

peralatan, akan menciptakan atau

memperbesar bahaya terhadap kesehatan?

9. Estetika : Apakah peralatan dan tata susunannya

mengganngu cita rasa (sense)? Setiap udara

harus mampu untuk mengurangi atau

mengeliminasigangguan pemandangan, baud

an bising.

10. Ekonomi : Apa saja hal-hal yang terlibat (hubungannya

dengan biaya)? Harus dipertimbangkan modal

awal dan biaya tahunannya, usia pakai dan

biaya pemeliharaan. Fasilitas tersebut apakah

diproduksi oleh pabrik yang sudah mapan, dan

memiliki riwayat operasi yang baik.

3.3. PENGUMPULAN SAMPAH (Collection of Solid Waster)

Pengumpulan sampah didaerah perkotaan merupakan suatu hal yang

sulit dan kompleks, sebab timbulan sampah dari daerah permuikiman, industri

perdagangan, proses yang terjadi amat panjang,dalam berbagai rumah,

berbagai gedung, berbagai apartemen dan berbagai fasilitas perdagangan


88

perdagangan industri juga jalan jalan raya, taman - taman dan lahan

lahan kosong berbagai masyarakat.

Selaras timbulan sampah yang semakin menyebar da kuantitas

timbulan juga meningkat, masalah masalah logistik yang terkait dengan

pengumpulan juga semakin kompleks walaupun masalah masalah tersebut

selalu timbul. Saat ini menjadi lebih serius / kritis mengingat biaya tinggi dari

bahan baker dan tenaga kerja.

Biaya yang dikeluarkan untuk pengumpulan, pengangkutan, dan

pembuatan sampah pada 1975, diperkirakan 60 80 % adalah biaya untuk

pengumpulan. Kenyataan ini penting, sebab sedikit saja peningkatan biaya

operasi pelayanan pengumpulan memberikan pengaruh nyata terhadap

penghematan biaya secara keseluruhan.

Terdapat lima hal penting dalam operasi pelayanan pengumpulan,

yaitu :

1. Tipe tipe pelayanan pengumpulan

2. Tipe tipe sistem dan peralatan yang saat ini digunakan, juga yang terkait

dengan kebutuhan tenaga kerjanya.

3. Analisis sistem pengumpulan termasuk hubungan antar komponen yang

dapat digunakan untuk kuantifikasi operasi pelayanan pengumpulan.

4. Garis besar metodologi yang dibutuhkan dalam penyusunan rute

pengumpulan.

5. Beberapa teknik analisis yang digunakan untuk evaluasi operasi

pelayanan pengumpulan.

3.3.1. Pelayanan Pengumpulan Sampah


89

Istilah pengumpulan sampah telah dijelaskan terdahulu yaitu kegiatan

kegiata yang tidak hanya pengumpulan atau pengambilan sampah dari

berbagai sumbernya, tetapi termasuk pengangkutannya sampai ketempat

tempat untuk mengosonkannya dilokasi tertentu (lihat skema elemen

fungsional sistem pengolahan sampah). Walaupun aktifitas yang terkait

dengan pengangkutan dan bongkar muatan adalah serupa pada sebagian

besar sistem pengumpulan, pengumpulan atau pengambilan sampah

bervariasi menurut karakteristik, aktifitas, atau lokasi dimana timbulan

sampah berada, kontainer yang digunakan sebagai tempat sampah sebelum

diangkut.

Pelayanan pengumpulan di daerah pemukiman.

Pelayanan pengumpulan sampah di daerah permukiman bervariasi

tergantung pada tipe unit tempat tinggal. Pelayanan di permukiman dengan

tipe rumah tunggal terpisah (low rise detached devellings).

Tipe pelayanan yang biasa digunakan pada daerah ini adalah :

1. Curb, pelayanan pada daerah pinggi jalan.

2. Alley, pelayanan pada gang atau lorong.

3. Setout Setback.

4. Setout.

5. Bacyard carry.
90

Tabel 3.3. Perbandingan Pelayanan Pengumpulan Pada Daerah Kumuh

Type pelayanan
No Pertimbangan Setout-
Curb Alley Setout Backyard
Setback
Membutuhkan kerja sama
dengaan pemilik rumah
1 - Membawa kontainer isi Ya Fakultatif Tidak Tidak Tidak
- Membawa kontainer Ya Fakultatif Tidak Ya Tidak
kosong
Membutuhkan kerjasama Ya Tidak Tidak Ya Tidak
2 dengan pemilik rumah
dalam hal jadwal
Rendahnya estetika
3 - Ceceran dan masalahnya Tinggi Tinggi
- Container viabel Ya Tidak Tidak ya Tidak
4 Menarik untuk pemulung Ya Besar sekali Tidak Tidak
5 Cenderung terganggu Ya Ya Tidak Ya Tidak
Rata rata jumlah tenaga 1-3 13 3-7 1 -5 35
6 kerja yang dibutuhkan untuk
efisiensi
7 Waktu tenaga Rendah Rendah besar sedang sedang
Ratio terjadinya luka pada Rendah Rendah tinggi sedang tinggi
8 saat mengangkat dan
membawa
9 Pengaduan kesalahan Rendah Rendah tinggi sedang tinggi
- membutuhkan Membutuhka
lorong dimana n kernet
kendaraan untuk
dapat berputar, menggelin-
cenderung dingkan
10 Pertimbangan khusus
kurang menuju barel /
blok traffic. karung goni
Penurunan nilai atau tong,
kendaraan dan lebih dengan
kontainer tinggi mobil
91

Kebutuhan biaya untuk Biaya Biaya rendah Biaya Biaya Biaya


11
crew / waktu rendah tinggi sedang sedang
Bila digunakan pelayanan tepi jalan besar (curb service) pemilik rumah

bertanggung jawab meletakkan ditepi jalan kontainer isi yang akan

dikosongkan, dan mengembalikan kontainer kosong ketempatnya (storage

kontener) sampai hari pengumpulan berikutnya.

Bila suatu kota dalam penataannya terdapat gang / lorong atau yang

ada pada kawasan permukiman, lokasi pengumpulan kontainer (storage

kontainer) sampah biasanya terdapat pada mulut gang / lorong.

Dalam pelayanan setout setback kontainer diletakkan diluar rumah

oleh pemiliknya dan setelah dikosongkan dikembalikan oleh tenaga pembantu

yang berhubungan kerja dengan tenaga yang bertanggung jawab pada

kendaraan pengumpul.

Pelayanan setout pada dasarnya sama dengan pelayanan setout

setback, kecuali tentang tanggung jawab pemilik rumah untuk

mengembalikan kontainer kosong.

Dalam pelayanan backyard, petugas pengumpul bertanggung jawab

masuk ke halaman rumah dan mengambil kontainer dari tempatnya dan

dikosongkan ke kendaraan pengumpul. Perbandingan pelayanan pengumpul

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.

Metoda muat kendaraan pengumpul dapat diklasifikasikan menurut

tenaga yang digunakan, yaitu manual atau mekanik. Metoda metoda yang

biasa / lazim digunakan untuk pengumpulan samp-ah permukiman adalah :

1. mengangkat dan membawa kontainer secara langsung

2. mendorong kontainer (kontainer dilengkapi roda)


92

3. menggunakan forklift kecil untuk membawa kontainer ke kendaraan

pengumpul

4. menggunakan kontainer besar (biasanya disebut kontainer gendong/pikul)

atau kontainer karung goni (terpal) untuk menampung isi kontainer kecil,

selanjutnya dibawa ke kendaraan pengumpul.

Jika digunakan kendaraan pengumpul dengan lantai muat rendah,

kontainer sampah dapat langsung dipindahkan oleh petugas ke kendaraan

pengumpul. Sering kali digunakan truk terbuka (biasanya lantai muatnya

tinggi), satu petugas mengangkat kontainer, petugas yang lain siap diatas truk

untuk membantu mengosongkan kontainer ke dalam truk, selanjutnya

kontainer kosong dikembalikan ketempat semula oleh petugas yang ada

dibawah.

Ada juga kendaraan pengumpul yang telah dilengkapi dengan alat

bantu untuk mengosongkan kontainer. Untuk hal yang terakhir ini tentu tidak

lagi manual tetapi masinal/mekanikal.

Inovasi baru yang sudah mulai populer, yaitu dengan digunakannya

kendaraan kecil (sabelit) yang dilengkapi dengan kontainer besar. Pada saat

pemuatan kendaraan kecil ini menuju truk pengumpul, pengosongan

kontainer dari kendaraan kecil tersebut juga secara mekanik.

Pelayanan pada apartemen bertingkat sedang dan tinggi

Metoda yang lazim digunakan pada apartemen golongan ini pada

dasarnya sama dengan metoda yang digunakan pada daerah industri

perdagangan. Dibeberapa kota yang masih ada aprtemen tua, pengumpulan


93

dilakukan oleh petugas dengan kontainer gendong (tote container) dari lantai

ke lantai.

Pelayanan pada daerah industri perdagangan

Pelayanan pengumpulan yang dikembangkan didaerah ini, biasanya

digunakan kontainer besar baik yang tetap / permanen maupun yang dapat

dipindahkan, dan juga digunakan kompaktor tetap dengan kapasitas besar.

Tipe kompaktor yang digunakan dapat langsung memadatkan sampah

langsung ke kontainer atau dipadatkan dulu dalam bentuk kubus (bales),

kemudian bari dimasukkan kedalam kontainer.

Oleh karena pengumpulan sampah pada daerah industri sangat

tergantung lokasinya, maka sulit ditetapkan tipepelayanan tertentuyang dapat

mewakili untuk semua. Pada umumnya, pelayanan pengumpulan disesuaikan

dengan masing masing aktivitas dan atas dasar besarnyakontainer yang

digunakan dan atau kompaktor tetap.

Pada daerah industri perdagangan dimana digunakan kontainer

dorong (roller or castor), pengosongan kontainer dilakukan denganmanual

dan pemuatannya ke kendaraan pengumpul secara mekanik. Sebaliknya

karena beratnya (kontainer dengan kapasitas besar) dapat digunakan metoda

ambil langsung (direct pickup). Jika digunakan kontainer drop-box besar

operasi / aktivitas pemuatan harus mekanik.

3.3.2. sistem pengumpulan, peralatan dan kebutuhan tenaganya

Dalam 10 tahun terakhir, telah banyak variasi sistem pengumpulan dan

peralatan yang digunakan. Beberapa / tipe yang sangat umum sekarang

(saat) ini digunakan, dibahas sebagai berikut :

Tipe Sistem Pngumpulan


94

Tipe sistem pengumpulan dapat diklasifikasikan menurut beberapa

sudut pandang, antara lain : metoda operasinya, peralatan yang digunakan

dan tipe pengumpulan sampahnya.

Dalam pokok bahasan ini, tipe sistem pengumpulan diklasifikasikan

menurut metoda operasinya, dan dibagi dalam dua kategori, yaitu :

1. Haled Container System (sistem kontainer angkut)

2. Stationary Container System (sistem kontainer tetap)

Tiap tiap kategori sistem diuraikan tentang rekayasanya dan analisis

ekonominya.

Sistem Kontener Angkut

Adalah suatu sistem pengumpulan dimana kontener yang digunakan

sebagai wadah sampah diangkut kelokasi pembuangan akhir,

dikosongkan dan dikembalikan ketempat smula atau ketempat lain.

Sistem ini cocok/sesuai untuk diterapkan pada daerahdimana laju

timbulan sampah besar, sebab kontener yang digunakan relatif besar.

Penggunaan kontener besar akan menghemat waktu dan dapt

dihindari kondisi tidak saniter jika digunakan kontener kecil. Kontener

besar mampu menampung berbagai ukuran dan jenis sampah.

Kalau pelaksanaannya dengan cara manual, seharusnya / sebaiknya

dilengkapi dengan fasilitas Ramp Plat Form yaitu suatu landasan

kontener yang tingginya disesuaikan dengan kendaraan pengumpul

untuk memudahkan bongkar sampah dari kontener. Untuk

memudahkan membawa kontener ke landasan tersebut, dibuat

kemiringan (Ramp) sedemikian rupa, sesuai dengan kapasitas

kontener sehingga mudah mendorongnya (lihat gambar 4.3). ukuran


95

kontener dan penggunaannya mempunyai implikasi besar secara

ekonomi. Selanjutnya apabila sampah ang dikumpulkan adalah

sampah ang telah dipadatkan dan diangkut dalam jarak melebihi batas

yang dipertimbangkan secara nyata diperoleh banyak keuntungan

ekonomi.

Terdapat tiga tipe utama dalam sistem kontener angkut yaitu : (1) Hoist

truck, (2) Tilt frame container, dan (3) Trash trailer. Data spesifikasi

kendaraan pengumpul dapat dilihat pada tabel 4.3................

Hoist Truck System

Sebelumnya Hoist Truck digunakan secara luas, digunakan

pada instalasi militer. Kendaraan pengumpul dengan kelebihan dalam

hal self loadingnya, namun sistem ini hanya cocok untuk hal hal

yang terbatas, yang sangat penting adalah sbb:

1. Untuk pengumpulan sampah dengan kolektor lingkup pelayanan

kecil dan pengumpulan dari beberapa (sedikit) lokasi pengambilan

(pickup point) dengan laju timbulan sampah yang sesuai

pertimbangan. Pada umumnya operasian baru dan peralatan

pengumpulan yang lebih efesien, tidak akan memberikan

keuntungan ekonomi.

2. Untuk pengumpulan barang besar (bulky items) dan sampah

kering industri tidak cocok digunakan kendaraan kompaktor

Tilt Frame Container Systen

Sistem dimana digunakan kendaraan tilt frame loaded, dan

kontener besar (biasanya disebut drop box) ideal untuk pengumpulan

semua jenis sampah dan sampah kering (rubbsh) dari lokasi dimana
96

laju timbulan sampahnya memerlukan kontener besar. Berbagai jenis

kontener besar cocok digunakan untuk tilt frame. Kontener open - top

digunakan secara rutin pada pergudangan dan lokasi lokasi

pembuangan kontener besar ang penggunaannya disambung dengan

kompaktor tetap, biasanya digunakan pada apartemen, pusat pusat

pelayanan perdagangan dan pada stasiun pemindahan (transfer

station).

Trash Traller System

Aplikasi trash traller sama dengan sistem pengumpulan tilt

frame. Trash traller lebih baik untuk pelayanan pengumpulan sampah

khususnya sampah kering berat (heavy rubbish), misalnya pasir, kayu,

dan potongan potongan logam. Dan biasanya juga digunakan untuk

pengumpulan sampah reruntuhan gedung dan sampah dari jasa

konstruksi pada kawasan proyek pembangunan (demolition and

contruction wastes).

Sistem Kontener Tetap

Sistem kontener tetap dapat digunakan pengumpulan untuk semua

jenis sampah. Sistem ini bervariasi menurut ragam jenis dan kuantitas

sampah yang akan ditangani juga jumlah lokasi timbulan sampah. Dua

tipe utama dari sistem ini adalah :

1. sistem dimana kompaktor muat secara otomatis (self loading

compactor) digunakan.

2. Sistem dimana digunakan kendaraan dengan cara muat manual.

Sistem dengan kompaktor mekanik


97

Ukuran kontener dan penggunaannya tidak merupakan suatu

hal yang kritis/cemas dalam sistem kontener tetap,

menggunakan kendaraan pengumpul yang dilengkapi dengan

kompaktor sebagaimana pada hoist truck system. Perjalanan

ke lokasi pembuangan akhir stasiun pemindahan dan stasiun

prosesing dibuat setelah isi kontener yang telah dikumpulkan,

dipadatkan dan kendaraan pengumpul sudah penuh. Untuk

alasan tersebut penggunaan pengemudi dalam hubungannya

dengan kuantitas sampah yang diangkut lebih besar sistem ini

dibanding sistem kontener angkut.

Banyak variasi ukuran kontener yang cocok untuk digunakan

dalam sistem ini. Bervariasi dari yang relatif kecil (144 d 3)

sampai dengan yang sebesar digunakan hoist truck.

Digunakannya kontener kecil memberikan flesibilitas yang besar

dalam hubungannya dengan bentuk / kondisi, kemudian muat

dan keistimewaan yang ada. Dengan menggunakan yang kecil,

mudah untuk muat kontener, tingkat penggunaan kontener

dapat digunakan secara bermakna.(max). Sistem ini dapat juga

digunakan untuk pelayanan daerah permukiman dimana satu

kontener besar dapat diganti dengan sejumlah kontener kecil.

Karena badan (body) truk sulit untuk dipelihara dan karena

beratnya sendir (truk), sistem ini ideal untuk pelayanan

pengumpulan sampah industri berat dan sampah kering yang

besar, seperti timbulan sampah reruntuhan gedung dan sampah

sampah dilokasi pembangunan gedung gedung. Lokasi


98

dengan volum besar sampah keringnya juga sulit dilayani,

sebab dibutuhkan ruang besar untuk menampung sejumlah

besar / kontener.

Sistem dengan kendaraan, yang memuat secara manual

Aplikasi metoda pemindahan dan pemuatan manual pada

umumnya dilakukan pada daerah permukiman. Memuat dengan

cara manual dapat efektif bersaing dengan pemuatan mekanik

didaerah permukiman sebab kuantitas ang diambil pada setiap

lokasi kecil dan waktu muat yang pendek / singkat. Dapat

ditambahkan bahwa metoda manual yang digunakan untuk

pengumpulan didaerah permukiman, sebab banyak lokasi

pengambilan (pickup point) yang tidak terjangkau oleh

kendaraan pengumpul.

Aktivitas pemindahan

Aktivitas pemindahan, sampai dikontener atau sampah yang

ada dikendaraan pengumpul, dipindahkan dari kendaraan

pengumpul kekendaraan pengangkut dilakukan utamanya

karena pertimbangan ekonomi. Aktivitas pemindahan bermakna

ekonomis bila

1. relatif kecil, kendaraan pengumpul dengan cara muat

manual dan jarak pengangkutan jauh.

2. kuantitas sampah besar sekali dan harus diangkut dengan

jarak yang jauh.


99

3. suatu stasiun pemindahan digunakanoleh banyak kendaraan

pengumpul (uraian rinci akan dibahas pada bab tersendiri).

Kebutuhan tenaga

Kebutuhan tenaga dalam aktivitas pengumpulan sampah

bervariasi menurut tipe pelayanan yang dikembangkan dan tipe

sistem pengumpulan yang digunakan.

Kebutuhan tenaga untuk sistem kontener angkut sebagian

besar sistem kontener angkut digunakan suatu kolektor. Tenaga

ini bertanggung jawab mengemudikan kendaraan, memuat

kontener isi dan mengembalikan kontener kosong dan

mengosongkan kontener isi dilokasi pembuangan akhir. Dalam

hal tertentu, demi keselamatan, digunakan dua tenaga, yaitu

pengemudi dan pembantunya. Tenaga pembantu biasanya

bertanggung jawab tentang mengkaitkan dan melepaskan rantai

atau kabel yang digunakan dalam pemuatan dan pembongkaran

kontener pada kendaraan pengumpul ; pengemudi bertanggung

jawab tentang pengoperasian kendaraan. Pengemudi dan

pembantunya, juga digunakan dalam penanganan sampah

berbahaya.

Kebutuhan tenaga untuk sistem kontener tetap untuk cara

mekanik; tenaga yang dibutuhkan sama dengan sistem

kontener angkut. Bila pembantu digunakan, pengemudi

biasanya menolong tenaga pembantu membawakan kontener

untuk ditempelkan pada roller ke kendaraan pengumpul dan

mengembalikan kontener kosong.


100

Kadang kadang digunakan satu pengemudi dengan dua

tenaga pembantu, juga kontener yang akan dikosongkan harus

dipindahkan ke kendaraan pengumpul dari lokasi yang tidak

terjangkau, seperti pada daerah perdagangan yang ramai /

padat dipinggiran kota.

Untuk yang menggunakan cara manual, jumlah tenaga

bervariasi antara satu sampai tiga. Dalam banyak hal,

tergantung dari tipe pelayanan dan peralatan pengumpul.

Biasanya satu tenaga digunakan untuk tipe pelayanan curb,

alley dan banyak tenaga (multiperson crew) digunakan untuk

pelayanan backyard carry. Satu tenaga kolektor pengemudi juga

digunakan untuk sistem kendaraan satelit pada pelayanan curb.

Walaupun jumlah tenaga tersebut mewakili saat ini, dengan

banyak perkecualian. Di beberapa kota multi tenaga digunakan

untuk curb service, juga untuk backyard carry service.

Perhatian khusus harus diberikan dalam merancang kendaraan

pengumpul dengan satu kolektor. Saat ini, sebagaimana halnya

kendaraan pengumpul dengan kompaktor muat samping (side

loaded compactor) dilengkapi dengan standup right hand

drive sangat baik untuk curb dan alley service.

Analisis Sistem Pengumpulan

Untuk menetapkan kebutuhan kendaraan dan tenaga untuk berbagai sistem

dan metoda, unit waktu yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan setiap

tugas harus ditentukan. Dengan pemisahan aktivitas pengumpulan dalam unit

unit operasi adalah tepat untuk :


101

1. mengembangkan rancangan data dan saling hubungan yang dapat

digunakan secara umum.

2. evaluasi seluruh variabel yang terkait dengan aktivitas pengumpulan dan

variabel hubungannya untuk atau dikendalikan oleh, pada lokasi khusus.

Definisi beberapa istilah

Sebelum saling hubungan dari sistem pengumpulan dapat dibuat model yang

efektif, komponen tugas tugas operasi untuk sistem kontener tetap, dapat

dilihat pada skema gambar 4.3.3a dan 4.3.3b.

Berdasarkan uraian uraian terdahulu, aktifitas aktifitas yang termasuk

dalam pengumpulan sampah dapat diuraikan dalam 4 (empat) unit operasi :

1. Pengambilan

2. Pengangkutan

3. At site

4. Off route
102

1 2 3 n

perjalanan
ke
kontener
berikutnya Kendaraan
Kendaraan dari kembali ke
pangkalan pangkalan

Pengangkutan
kontener isi

Pengangkutan
kembali kontener
kosong ke
tempat asalnya

Stasiun pemindahan, stasiun prosesing atau


lokasi pembuangan akhir (pembuangan isi
kontainer)
(a) Model Konvensional
103

Meletakkan kontener
Lokasi kosong dari lokasi
kontener sebelumnya
1 2 3 n

Mengambi
l kontener
isi
Truk dengan
kontener asli dari
pangkalan mulai
kerja
Mengangkut
kontener dari
lokasi
Mengangkut
kontener kosong
dari lokasi 1 ke
lokasi 2

Truk muat kontener kosong ke


pangkalan akhir hari kerja
Stasiun pemindahan, stasiun prosesing atau
lokasi pembuangan akhir (pembuangan isi
kontainer)
(b) Model yang dikembangkan
104

Lokasi Perjalanan ke lokasi


pengambilan pengambilan berikutnya
1 2 3 4
n

Kendaraan pengumpul
kosong dari pangkalan mulai
hari kerja
Route
pengumpulan
Perjalanan kendaraan
kosong untuk mulai pada
rute pengumpulan
berikutnya atau kembali ke Perjalanan kendaraan
pangkalan penuh isi ke lokasi
Stasiun pemindahan, pembuangan akhir
stasiun prosesing atau (LPA)
LPA
Gambar : 3.3.3b skema tahapan operasi sistem kkontener tetap

Pengambilan (Pickup)

Pengertian istilah pickup / pengambilan tergantung dari tipe sistem

pengumpulan yang digunakan.

1. untuk sistem kontener angkut, konversional, pengambilan (Phcs) ;

ditujukan terhadap waktu yang digunakan untuk mengemudikan

kendaraan ke kontener berikutnya selah kontener kosong disimpan.

Waktu yang digunakan untuk mengambil kontener isi dan waktu ang

dibutuhkan untuk mengembalikan kontener isi setelah dikosongkan.


105

Untuk sistem kontener angkut dengan model tukar kontener,

pengambilan termasuk waktu yang dibutuhkan untuk mengambil

kontener isi dan untuk mengganti kontener pada lokasi berikutnya,

setelah kontener tersebut dikosongkan.

2. untuk sistem kontener tetap, pengambilan (Pscs), ditujukan terhadap

waktu yang digunakan untuk pemuatan kendaraan pengumpul, dimulai

dari memberhentikan kendaraan pada awal pemuatan isi kontener

pertama dan akhir dimana isi dari kontener yang terakhir telah dimuat.

Tugas khusus, operasi pengambilan tergantung dari tipe pelayanan dan

juga tipe kendaraan yang digunakan.

Haul (Mengangkut)

Pengertian istilah haul juga tergantung tipe dari sistem yang digunakan.

1. untuk sistem kontener angkut

mengangkut ditujukan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

lokasi pembuangan akhir. Dimulai dari kontener yang isinya sudah

dibuang dan kontener kosong sudah dimuat dalam truk, ditambah waktu

setelah meninggalkan lokasipembuangan akhir sampai truk tiba ditempat

dimana kontener harus dikembalikan. Ini tidak termasuk beberapa waktu

ang dibutuhkan dilokasi pembuangan akhir.

2. untuk sistem kontener tetap

mengangkut ditujukan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

lokasi pembuangan akhir, dimulai setelah kontener terakhir pada rute ang

bersangkutan telah dikosongkan atau kendaraan pengumpul telah penuh,

ditambah waktu setelah meninggalkan lokasi pembuangan akhir sampai

truk datang pada kontener pertama yang akan diangkut pada rute
106

berikutnya. Ini tidak termasuk dengan waktu yang dibutuhkan pada saat

dilokasi pembuangan akhir.

Att - Site

Unit operasi att - site (s) ditujukan terhadap waktu yang dibutuhkan pada

saat dilokasi pembuangan akhir dan termasuk waktu yang dibutuhkan untuk

menunggu bongkar muatan, juga waktu yang dibutuhkan untuk

pembongkaran sampah (pengosongan isi truk).

Off - Route

Unit operasi off - route (w), termasuk seluruh waktu yang dibutuhkan dalam

aktivitas yang tidak produktif dari operasi pengumpulan. Beberapa kegiatan

yang terkait dengan off route, adalah beberapa saat ang sesungguhnya

diperlukan dalam operasi (interent in operation).oleh karena itu, waktu yang

dibutuhkan dalam off route mungkin dapat dibagi menjadi dua kategori,

yaitu diperlukan dan tidak diperlukan. Dalam praktek keduanya

dipertimbangkan bersama sebab harus didistribusikan merata terhadap

seluruh unit operasi.

Necessary off - route time

Termasuk : 1. Waktu yang dibutuhkan untuk melapor datang dipagi hari dan

melapor pulang diakhir jam kerja.

2. Waktu yang digunakan untuk membawa kendaraan kelokasi

pengambilan pertama dan atau dari pengambilan terakhir

kepangkalan kendaraan pada akhir jam kerja setiap hari.

[catatan : istilah lokasi ang diperkirakan (approximate location) digunakan

sebab dalam sistem kontener tetap, kendaraan pengumpul biasanya


107

langsung kembali kepangkalan kendaraan setelah sampah yang terkumpul

pada rute terakhir sudah dikoongkan / dibuang].

3. waktu yang hilang kareba mcet ditempat tempat ramai,

4. waktu yang dibutuhkan untuk reparasi dan pemeliharaan

kendaraan.

Unncessar off route time

Termasuk waktu yang digunakan untuk makan siang, (kelebihan waktu

makan siang dari jadwal yang seharusnya) dan waktu waktu yang dibutuhkan

untuk bercakap cakap dalam rebat kopi, dan lain lain.

Analisis waktu untuk sistem kontener angkut

Waktu yang dibutuhkan untuk setiap trip (rit), yang juga bisa diartikan

sebagai waktu yang dibutuhkan perkontener; sama dengan penjumlahan dari

waktu pengambilan, at site, waktu pengankutan dan faktor pertungan waktu

aktivitas off - route, dapat dilihat pada persamaan dibawah ini : (4.3.3a)

Thcs = (Phcs + s + h) / (1 - w) ...........(4.3.3.a)

Dimana : Thcs = waktu per rit untuk hcs / rit

Phcs = waktu pengambilan / rit

s = waktu at site / rit

h = waktu pengangkutan / rit

w = faktor off - route

walaupun waktu pengambilan dan waktu at site (dilokasi pembuangan

akhir) untuk sistem kontener angkut adalah relatif tetap, waktu pengangkutan

tergantung dari kecepatan pengangkutan dan jarak LPA. Dari analisis ini,

sejumlah data pengangkutan yang dipertimbangkan dari berbagai kendaraan


108

pengumpul (lihat gambar 4.3.3d) dapat dicari bahwa pengangkutan dapat

diperkirakan dengan rumus / persamaan dibawah ini : (4.3.3b)

h = a + bx

Dimana h = waktu seluruh pengangkutan, h / rit

a = konstanta empiris, h / rit

b = konstanta empiras, h / mil

x = jarak seluruh pengangkutan, mil / rit

analisis waktu pengumpulan dan data jarak (mil) dengan menggunakan

persamaan tersebut diatas dan saling hubunganna disajikan dalam gambar

4.3.3d, dan digambarkan pada contoh.

Subtitusi persamaan 4.3.3b, waktu setiap rit dapat dinyatakan sebagai berikut

: (4.3.3c)

Phcs = pc + uc + dbc .............(3.3.3d)

Dimana : Phcs = waktu pengambilan per rit, h / rit

Pc = waktu yang dibutuhkan untuk muat kontener pada

waktu

pengambilan h / rit

uc = waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan kontener

kosong, h / rit

dbc = waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan dasar

kontener,

h / rit
109

Batas kecepatan max 45


50

40
Kecepatan konstanta
pengangkutan
30
Max a b
mil/jam jam/rit jam/mil
20 x 55 0.016 0.018
Y = 45 0.022 0.022
a + bx 35 0.034 0.029
10 25 0.040 0.040
15 0.067 0.067

5 10 15

Gambar : 3.3.3c kolerasi antara kecepatan rata rata pengangkutan dengan jarak
yang ditempuh seluruh rute.

Untuk menghiting pengambilan per rit, jika waktu rata rata perjalanan antar

kontener tidak diketahui, waktu tersebut dapat diestimasikan dengan

menggunakan persamaan (4.3.3.b), dimana jarak antar kontener

disubtitusikan untuk jarak seluruh rit pengangkutan.

Jumlah ritasi, dapat dibuat perkendaraan perhari, dan dapat ditentukan

dengan persamaan berikut dibawah ini.

Nd = (1 - w) H / (Phcs + s + a + bx)........(4.3.3.c)

Dimana :

Nd = jumlah ritasi / hari, rit / hari

H = Jam kerja / hari, h / hari


110

Data yang dapat digunakan dalam pemecahan persamaan tersebut diatas,

untuk berbagai tipe pelayanan HCS dapat dilihat pada gambar 4.3.3.a dan

tabel (4.3.3.b) tersebut dibawah ini.

Tabel : 3.3.3. Data perhitingan kebutuhan peralatan dan tenaga untuk

berbagai sistem pelayanan

Pengumpulan WAKTU
Kendaraan Metode Ratio Pengambilan Pengosong At site
Muat Pemadata & an kontener
n pengembalian (jam/kont) (Jam/rit)
kontener
(jam/rit)
Sistem kontener
angkut Mech - 0.067 0.053
Hoist truck Mech - 0.40 0.127
Tilt frame Mech 2.0 4.0 0.40 0.133
Tilt frame
Sistem kontener tetap Mech 2.0 2.5 0.50 0.10
Kompaktor Man 2.0 -2.5 - 0.10
Kompaktor

Faktor off route dalam persamaan 4.3.3. berkisar dari 0.10 sampai 0.25 :

faktor 0.15 adalah mewakili sebagian besar operasi. Dalam beberapa hal,

khususnya pada jarak yang jauh, waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan

jauh dan ke pangkalan kendaraan, (dispatch station) saat mulai dan akhir

hari/jam kerja dikurangi dari panjangnya hari kerja dalam persamaa 4.3.3.

jika hal ini dilakukan, juga perlu diangkat untuk menyesuaikan faktor off

route.
111

Asumsikan bahwa jumlah kontener yang akan dikosongkan selama satu

minggu diketahui, dihitung dengan persamaan berikut ini.

Dw = tw (Phcs + s + a + bx) / [(1 - w) H].................(4.3.3.f)

Dimana DW = jumlah rit per minggu, rit / minggu

tw = bilangan bulat jumlah rit perminggu, rit / minggu

jika jumlah ritasi / mingguan tidak diketahui, dapat diestimasikan dengan

persamaan berikut.

Nw = Vw / (cf).....................(4.3.3.g)

Dimana : Nw = jumlah rit per minggu, rit / minggu

Vw = laju timbulan per minggu, yd 3 / minggu

C = ukuran rata rata kontener, yd 3 /rit

f = faktor penggunaan kontener, rata rata ditimbang

untuk dicatat sebelumnya, Container Utilization factor mungkin diartikan

sebagai fraksi dari kontener yang dipakai oleh sampah, karena faktor ini

bervariasi menurut ukuran kontener, faktor penimbangan harus digunakan

dalam persamaan 4.3.3.g. faktor penimbangan dapat dicari dengan

pembagian dari jumlah nilai yang diperoleh dari perkalian.

Jumlah setiap ukuran kontener dengan faktor utilitasnya dengan jumlah

seluruh kontener. Bilangan bulat jumlah ritasi ang digunakan dalam

perhitungan waktu yang dibutuhkan perminggu dalam persamaan 4.3.3.g

didapat dari kesesuaian pembulatan dilai dari Nw ang didapat dalm

persamaan 4.3.3.g ke nilai angka bulat.

Dalam hubungannya dengan sistem, jika nila Nw dibulatkan kebawah,

kemaknaanna adalah satu atau lebih dari kontener akan > penuh dari
112

biasanya. Jika nilai Nw dibulatkan keatas, satu atau lebih kontener tidak akan

sepenuh sebagaimana biasanya.

Kebutuhan tenaga yang disyaratkan kolektor hari perminggu, didapat dari

perkalian waktu yang dibutuhkan perminggu dengan jumlah kolektor.

Akhirnya, kebutuhan jumlah kendaraan dapat diketahui dengan membagi

waktu mingguan, yang disyaratkan yang dinyatakan dam hari / perminggu,

dengan jumlah hari kerja perminggu dan bulatkan keatas.

Jadi, untuk Dw/5 nilainya 0.7, 1.2, dan 3.7, jumlah kendaraan akan sama

dengan 1.2 dan 4. untuk memperbaiki efisiensi pelayanan dimana fraksi

peralatan dan kebutuhan tenaga diketahui, penggunaan kontener besar dan

pengurangan frekuensi perlu diteliti.

Contoh soal

Berdasarkan kecepatan rat rata yang didapatkan untuk berbagai jarak

pengangkutan pergi pilang kelokasi pembuangan akhir (LPA).carilah

konstanta kecepatan pengangkutan a dan b dan waktu perjalanan pergi

pulang untuk LPA yang jaraknya 11.0 mil (lihat tabel 4.3.3).
113

Tabel 4.3.3. rata rata kecepatan pengangkutan (untuk contoh soal)

Jarak pergi pulang, X Jumlah waktu yang Rata rata kecepakatan


(mil/rit) digunakan (jam) pengangkutan, Y
(mil/jam)
2 0.12 17
5 0.18 28
8 0.25 32
12 0.33 36
16 0.40 40
20 0.48 42
25 0.56 45

Jawaban

1. persamaan linier untuk kecepatan angkutan

Y =

a + b

= h = a + bx

2. pilot X / Y, untuk waktu perjalanan terhadap jarak pergi pulang

3. tentukan konstanta a dan , b gunakan gambar 4.3.3 ; pada saat

x = 0. a = 0.80 jam/rit

b = slone garis = (0.2 jam) / (10 mil)

= 0.20 jam / mil = 0.012 jam/km.

4. cari waktu pengangkutan pergi pulang, jika lokasi LPA berjarak 11.0 mil.
114

Jarak pergi pulang = 2 X 11.0 mil/rit = 22 mil/rit

Waktu pengangkutan = h = a + bx

= 0.080 jam/tit + (0.20 jam/mil) (22 mil/rit)

=0.52 jam/rit

Sistem Kontener Tetap

Terdapat dua kategori, yaitu proses pemuatan secara mekanik dan munual.

Kendaraan, dengan proses pemuatan mekanik.

Tscs = (Pscs + s + a +bx) (1 - w) . (43.3.h)

Dimana : Tscs = waktu/rit , untuk scs , jam/rit

Pscs = waktu pengambilan, untuk scs, jam/rit

s = waktu dilokasi (at-site) per rit, jam/rit

a = konstanta empiric, jam / rit

b = konstanta empiric , jam / rit

x = jarak pengangkutan pergi pulang , mil / rit

w= factor off oute, dinyatakan sebagai fraksi

terdapat hanya satu perbedaan antara Sistem Kontener Angkut dan Sistem

Kontener Tetap, yaitu yang berhubungan dengan pengambilan (pick up). Untuk

Sistem Kontener Tetap, waktu pengambilan, persamaan yang digunakan adalah

sebagai berikut

di bawah ini.

Pscs = Ct (Uc) + (np - 1) (abc) .. (4. 3. 3. i).

Dimana, Pscs = waktupengambilan, untuk scs, jam / rit

Ct = jumlah kontener yang dikosongkan perit, kontener / rit.

Uc = rata-rata waktu bongkar per kontener, tuk scs, jam / kontener.

Np = jumlah kontener setiap lokasi pengambilan / rit , lokasi / rit


115

Dbc = rata-rata waktu perjalanan antar kontener dalam lokasi, h / lokasi

Istilah (np - 1), perhitungan dari kenyataan bahwa jumlah waktu yang diperlukan

dalam perjalanan antar lokasi kontener adalah samadengan jumlah kontener

dikurangi satu, sebagai mana halnya pada Hcs, jika waktu yang dibutuhkan dalam

perjalanan antara lokasi kontener tidak diketahui, dapat diestimasikan dengan

persamaan 4.3.3.b., dimana jarak antar kontener disubtitusikan untuk jarak

pengangkutan pergi-pulang.

Jumlah kontener yang dapat dikosongkan per rit pengumpulan berhubungan

langsung dengan kapasitas kendaraan pengumpul dan ratio pemadatan yang dapat

dicapai, jumlaah tersebut adalah ;

Ct = Vr / (cp) .. (4.3.3.j)

Dimana Ct = jumlah kontener yang dikosongkan per rit

v = kapasitas (volume) kendaraan,, yd 3/ rit

r = ratio pemadatan

c = volume Kontener , yd 3 / kontener

f = factor penimbangan utilitas kontener

jumlah ritasi yang diburuhkan perminggu dapat diestimasikan dengan persamaan

berikut ini

Nw = Vw / (Vr) (4.3.3.k)

Dimana : Nw = jumlah ritasi pengumpulan per minggu, rit / minggu

Vw = laju timbulan sampah mingguan, yd 3 / minggu

Waktu yang dibutuhkan untuk setiap minggu dapat dinyatakaan sebagai berikut :

Dw = waktu yang diperlukan per minggu, harri / mgg

Tw = nilai (Nw) dibulatkan keatas *)

H = jumlah jam kerja per hari, jam / hari


116

*
) = menurut perhitungan , hanya memuat sebagian pada rit terakhir ,

ritasi penuh ke LPA tetap diperlukan.

Dalam aplikasinya jangan lakukan pembulatan jumlah rit hitung dan muatan

partikel jangan dikosongkan Pada akhir jam kerja,ukuran truk yang akan digunakan

dapat ditentukan sebagai berikut.

Asumsikan dua atau tiga ukuran truk yang sesuai dan hitung waktu yang

dibutuhkan untuk setiap ukuran, dengan persamaan 4.3.31. Ukuran truk yang

mengahsilkan minimum tenaga yang digunakan akan terseleksi.Contoh,jika

kebutuhan tenaga dengan satu kolektor adalah 2,2 kolektor hari / minggu,gunakan

kompaktor 24 yd 3 dan 2,0 kolektor hari / minggu gunakan kompaktor 30 yd 3,

satu lagi yang lebih besar akan terseleksi karena dalam operasi pada umumnya

akan sulit untuk menggunakan kolektor untuk sebagian hari kerja.

Jadi, dengan menghitung kebutuhan waktu dan tenaga untuk berbagai ukuran

truk,ukuran kendaraan optimum dapat diketahui.

Dimana jumlah rit yang dibulatkan dilakukan tiap hari,kombinasi ritasi yang

tepat per hari dan ukuran kendaraan dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan 4.3.3k dalam hubungannya dengan analisis ekonomi.

H = Nd ( Pscs + s + a + bx) / (1 w ) ..(4.3.3.m

Dimana : Nd = jumlah ritasi pengumpulan per hari, rit / hari

Untuk menentukan volume truk yang dibutuhkan, subsitusi dua atau tiga nialai Nd

yang bebeda dalam persamaan 4.3.3k dan tentukan waktu pengambilan yang

sesuai per rit.

Selanjutnya dengan mencoba-coba, gunakan persamaan 4.3.3i dan 4.3.3j, tentukan

volume truk yang dibutuhkan untuk setiap nilai Nd. Dari ukuran truk yang layak

/sesuai, diselesaikan satu yang sangat mendekati, nilai yang telah dihitung. Jika
117

ukuran truk yang layak lebih kecil dari nilai yang dibutuhkan, hitung waktu nyata per

hari yang akan diperlukan dalam penggunaan ukuran-ukuran tersebut.

Bila kebutuhan tenaga untuk tiap kombinasi ukuran truk dan jumlah ritasi perhari

telah diketahui, kombinasi biaya efektivitas yang terbaik dapat dipilih. Sebagai

contoh, jika jarak pengangkutan jauh, mungkin lebih ekonomis menggunakan

kendaraan pengumpul yang lebih besar dan buat 2 rit/hari (walaupun kadang-

kadang diakhiri hari kerja mungkin tidak digunakan) disbanding menggunakan

kendaraan pengumpul yang besar dan buat 2 rit/hari, dengan menggunakan semua

waktu yang layak.

Bila ukuran truk telah ditetapkan, dan jumlah integral rit harus dibuat tiap hari, lama

jam kerja yang diperlukan dapat diestiminasikan dengan persamaan 4.3.3, dan

4.3.3.

Analisis dan perbandingan antara system kontener angkut dan system kontener

tetap, digambarkan dalam contoh di bawah ini.

Contoh : kolektor sampah swasta, menghendaki lokasi pembuangan akhir dekat

dengan daerah perdagangan. Kolektor ingin menggunakan system kontener angkut

tetapitakut biaya pengangkutan akan menjadi penghalang. Berapakah jarak

maximum lokasi pembuangan akhir dari daerah perdagangan yang dapat

digunakan, dimana biaya mingguan dan HCS tidak melebihi dari system kontener

tetap. Asumsi bahwa satu kolektor pengemudi akan digunakan pada masing-masing

system dan data dibawah ii dapat digunakan.

1. System kontener angkut


a. Kuantitas sampah = 300 yd 3 / minggu
b. Ukuran kontener = 8 yd 3 / rit
c. Factor utilitas kontener = 0,67
d. Waktu pengambilan = 0,033 jam/rit
e. Waktu pengosongan kontener = 0.033 jam/rit
f. Waktu di lokasi = 0,053 jam/rit
g. Biaya operasi = 15 /jam operasi
118

h. Biaya eksploitasi = 400/minggu


2. System kontener tetap
a. Kuantitas sampah = 300 yd 3/minggu
b. Ukuran kontener = 8 yd 3/rit
c. Factor utilitas kontener = 0,67
d. Kapasitas kendaraan pengumpul = 30 yd 3/rit
e. Ratio pemadatan kendaraan = 2
f. Waktu pengosongan kontener = 0,05 jam/kont
g. Biaya operasi = 15 /jam operasi
h. Biaya exploitasi = 750/minggu
i. Waktu di lokasi = 0,01 jam/rit
3. Karakteristi lokasi
a. Jarak rata-rata antar lokasi kontener = 0,1 mil
b. Konstanta untuk estimasi waktu perjalanan antaralokasi kontener
c. Untuk sistem Kontener Tetap a = 0,060 jam/lokasi, b= 0,067 jam/mil
d. Konstanta untuk estiminasi waktu pengangkutan, a= 0,022 jam/rit, b =

0,22 jam/mil

Jawaban :

1. System kontener angkut


a. Tentukan jumlah ritasi per minggu, dengan
Nw = Vw / (cf)
= (300 yd 3/minggu)/ (8 yd3 / rit (0,67)
= 56,0 rit / minggu
b. Dengan persamaan 4.3.3d dapat dihitung waktu yang diperlukan selama

satu minggu
Nw = 56 rit/minggu
Tw = 56 rit/minggu
c. Gunakan persamaan 4.3.3d untuk estimasi waktu pengambilan untuk SKA
Phcs = pc + uc + dbc
= pc + uc +a + b x
= 0,033 jam/rit + 0,033 jam/rit + 0,060 jam/rit + (0,067 mil/jam) (0,1

mil/rit)
= 0,133 jam/rit
d. Estimasikan kebutuhan waktu per minggu sebagai fungsi dari jarak

pengangkutan pergi-pulang, gunakan persamaan 4.3.3f


Dw = tw (PHcs + s + a + bx) / [(1 - w) h]
= (56 rit/minggu) (0,133 jam/rit + / [(1 0,15)] (8 jam/hai)
= [1,70 + (0,181 / mil) (x)] hari/mgg
e. Tentukan biaya operasi mingguan, sebagai fungsi jarak pengangkutan

pergi-pulang biaya operasi = [(15 jam) (8 jam/hari) (1,70 + (0,181 mil) (x))]

hari/minggu
119

= [204 + (21,7 m) (x) h/mgg]

2. System Konter Tetap (SKT)


a. Tentukan jumlah kontener yang dikosongkan untuk setiap hari satu rit,

gunakan persamaan 4.3.3j


Ct = vr / (cf)
= (30 yd3 /rit) (2) / (8 yd3 / konst) (0,67)
= 11, 19 kontener / rit
= 11 kontener / rit dibulatkan kebawah
b. Estimasikan waktu pengambilan dengan persamaan 4.3.3i
Pscs = Ct (uc) + (nbm- 1) (dbc)
= (11 kont/rit) (0,050 jam / kont) + (11 1 loks/rit) (0,067 jam/loks) +

(o,067 jam.mil) (0,1 mil/loks)


= 1,22 jm/rit
c. Tentukan jumlah ritasi per minggu dengan persamaann 4.3.3k
Nw = Vw / (vr)
= (300 yd 3/minggu) (30 yd3/rit) (2)
= 5 rit/minggu
d. Tentukan waktu per minggu yang diperlukan sebagai fungsi dari jarak

pengangkutan pergi pulang persamaan 4.3.31


Dw = [ (Nw) Pscs + Tw ( s + a + bx) ] / [(1 - w) H ].

= [ (5 rit/mgg) (1,22 jam/rit) + 5 rit/mgg x (0,10 jam/rit + 0,022 jam/rit +

(0,022 jam/mil) (x) ] / [ (1 0,15) (8 jam/hari)]

= [ 0,99 + ( 0,016/mil) (x) ] hari/mgg

e. Tentukan biaya operasi per minggu sebagai fungsi dari jarak pengangkutan

pergi pulang.

Biaya operasi = (15 / jam ) (8 jam / hari ) x [ 0,99 + (0,016/mil) (x) ] hari

minggu.

= [ 118,8 + (1,92/mil) (x) ] dolar/minggu

3. Perbandingan Antar Sistem

a. Tentukan jarak pengangkutan pergi-pulang maximum dengan biaya untuk SKA

= SKT, dengan menghitung biaya total kedua system.


120

400 / minggu + [ 204 + 21,7 mil (x) ] dolar/minggu (19,8 mil) (x) =

264,8

x = 13,4 mil (sekali jalan = 6,7 mil)

= 21,6 km (sekali jalan = 10,8 km)

b. plot, biaya mingguan dengan jarak pengangkutan pergi-pulang untuk setiap

system

(dolar)

1000 SKT

800

600

400

200

0 mil

5 10 15

Jarak pengangkutan pergi-pulang (x)

Gambar 433. Biaya mingguan vs jarak pengangkutan pergi pulang (untuk contoh

soal)

Komentar

Sebagaimana ditunjukkan gambar diatas, diketahui perbandingan antara SKA dan

SKT ternyata jarak pengangkutan pergi-pulang untuk SKA, kurang kompetitiv untuk

jarak yang lebih pendek.

Kendaraan pengumpil dengan cara muat manual


121

Analisis dan rancangan system pengumpulan pada daerah permukiman. Dengan

cara muat manual, diuraikan garis besarnya sebagai berikut.

Jika H, adalah jam kerja per hari dan jumlah ritasi perhari diketahui atau tetap

(pasti), waktu pengambilan yang sesuai/layak dapat dihitung dengan persamaan

4.3.3.k, karena semua factor yang lain diketahui atau dapat diasumsikan. Bila waktu

pengambilan tiap rit diketahui, jumlah lokasi pengambilan dapat diestimasikan

dengan persamaan berikut ini.

Np = 60 Pscs n/tp(4.3.3.0).

Dimana :

Np = jumlah lokasi pengambilan per rit, lok/rit

60 = factor konverensi dari jam ke menit, 60 min/jam

Pscs = waktu pengambilan per rit, jam/rit

n = jumlah kolektor

tp = waktu pengambilan perlokasi pengambilan kol-menit/lokasi

Menurut data, hasil pengamatan lapangan untuk pengumpulan dua orang dapat

dilihat pada gambar 4.3.3. waktu pengambilan (tp) per lokasi dapat dicari jalan

menghubungkannya ke jumlah konteiner per lokasi. Pengambilan dan persentasi

dari pengambilan dibagian belakang rumah (rear-of house pickup piont).

Saling hubungan teersebut adalah sebagai berikut :

tp = 0,72 + 0,18 + (cn) + 0,014 (PRH).(4.3.3 P).

Dimana :

tp = rata-rata waktu pengambilan per lokasi pengambilan kolektor menit/lokasi


122

Cn = rata-rata jumlah kontener pada tiap lokasi pengambilan

PRH = Lokasi pengambilan dibagian belakang rumah, persen (%).

Persamaan tersebut diatas, khas untuk tipe-tipe persamaan yang mengacau kepada

hasil pengamatan lapangan tentang waktu pengambilan perlokasi. Nilainya mungkin

tergantung dari karakteristik daerah permukiman. Penggunaan persamaan tersebut

digambarkan dalam contoh.

Bila pelayanan curb, dibuat satu kali perminggu, data pada tabel 4.3.3mungkin

dapat dipakai untuk estimasi kebutuhan tenaga. Jika truck konvensional digunakan

untuk curb collection, waktu pengambilan per pelayanan dapat dilihat pada tabel

4.3.3..ditingkatkan 5 10%.

Grafik

Gambar 433..Hubungan antara kebutuhan waktu pengambilan dan persentasi

pelayanan bagian belakang rumah, dengan dua orang tenaga.

Tabel. 433.. Kebutuhan Tenaga Untuk Pelayanan Curb


123

Rata jmh kontener tau box per Waktu pengambilan kolektor menit/

Lokasi pengambilan lokasi

12 0,50 0,60

3 atau lebih, pelayanan tidak 0, 90

terbatas

Perbedaan antara waktu yang didapatkan dengan membandingkan persamaan

433 terhadap data dalam tabel tersebut diatas dapat dihitung dengan kenyataan

bahwa, bila dua atau tiga orang tenaga digunakan, ukuran dari kumpulannya

cenderung menjadi lebih besar, walaupun persamaan 433. Dan data pada waktu

perlokasi pengambilan, disarankan untuk melakukan pengukuran lapangan, jika

memugkinkan, sebab operasi pelayanan pengumpulan sampah permukiman sangat

bervariasi.

Contoh.

Instansi yang bertanggung jawab dalam pengumpulan sampah segera menyiakan

dua kontener per pelayanan, pengambilan dihalaman. Pertimbangan diberikan un


124

tuk membatasi pelayanan pengambilan dihalaman hanya satu kontener saja,

sisanya pelayanan akan diberikan dua kontener pada tepi jalan (curb-side).

Sekitar 10% dari seluruh pelayanan diperkirakan pelayanan pengambilan dihalaman.

Beberapa jumlah kontener dapat dikumpulkan per hari. Saat ini dilakukan 300

pengumpulan tiap hari. Asumsikan bahwa rata-rata waktu pengambilan per

pelayanan dapat diestimasikan dengan persamaan 433..

Jawab

1. Tentukan waktu pengumpulan untuk operasi saat ini, gunakan persamaan

433
Waktu Pengumpulan
= [ (0,72 + 0,18 (22) + 0,014 (100) ] menit/pel x (300 pelayanan)
= (0,72 + 0,36 + 1,40) (300)
= 744 menit
2. Tentukan jumlah keseluruh lokasi pengambilan (Tp) yang dapat dilayani jika

rencana yang baru tersebut dilakukan.


Waktu Pengumpulan
= [0,72 + 0,18 (2) + 0,014 (0)] menit/pel x (0,9 Tp) + [0,72 + 0,18 (1) + 0,014

(100) ] menit/pel x (0,1 Tp)


744 = ( 0,72 + 0,36) (0,9 Tp) + ( 0,72 + 0,18 + 1,40 ) x (0,1) Tp
744
Tp = = 620 pelayanan
1,20
3. Tentukan penambahan jumlah kontener yang dikumpulkan
Kontener dikumpulkan saat ini.
= (2 kont/pelayanan) (300 pelayanan)
= 600 kontener
Kontener yang dapat dikumpulkan sesuai rencana baru

= (2 kont/pelayanan) (0,90) (620 pelayanan) + (1 kont/pelayanan) (0,10) (620

pelayanan)

= 1,116 + 62 = 1.178 kontener

Penambahan kontener yang dikumpulakan tiap hari


125

= 1.178 600 = 578 kontener

Komentar

Perlu dicatat bahwa, bahwa perhitungan wakru pengumpulan (744 menit melampaui

waktu untuk satu orang dengan lama jam kerja 8 jam/hari).

Dalam perakteknya kolektor pengambilan per rit diketahui, ukuran yang tepat untuk

kendaraan dapat diestimasikan sebagai berikut.

Jika jumlah lokasi pengambilan per rit diketahui, ukuran yang tepat untuk kendaraan

dapat diestimasikan sebagai berikut.

V = Vp Np/r(4.3.3.a)

Dimana :

V = volume kendaraan pengumpul , yd3/rit

Vp= volume sampah yang dikumpulkan perlokasi pengambilan, yd3/lok

Np= Jumlah lokasi pengambilan per rit, lokasi/rit

r = ratio pemadatan

jika jumlah lokasi pengambilan tiap rit diketahui, kebutuhan tenaga mingguan dapat

dihitung, kebutuhan tenaga mingguan dapat dihitung, dengan persamaan 433

dengan perkalian sisi kanan persamaan tersebut dengan n; jumlah kolektor jumlah

ritasi perminggu dihitung dengan persamaan berikut :

Nw = TbF/Np.(4.3.3.r)

Dimana :

Nw = jumlah ritasi perminggu, rit/mng


126

Tb = seluruh jumlah lokasi pengambilan, lokasi

F = frekuensi pengumpulan perminggu, kali/minggu

Np = jumlah lokasi pengambilan tiap rit, lokasi/rit

Dibeberapa daerah permukiman, frekuensi pengumpulan dua kali perminggu.

Pengaruhnya (frekuensi dua kali perminggu) pada sejumlah sampah yang

dikumpulkan telah dibahas sebelumnya. Dalam hubungannya dengan kebutuhan

tenaga, telah diketahui, bahwa pengumpulan 2x/minggu adalah sebesar 0,9 dan

0,95 kali, untuk pengumpulan minggu pertama.

Pada umumnya, kebutuhan tenaga tidak berbeda, bermakna, sebab waktu

pengosongan kontener, hampr sama antara yang isi penuh dengan yang isi

sebagian. Seringkali perbedaan ini diabaikan dalam perhitungan kebutuhan tenaga.

Jumlah kendaraan yang dibutuhlan dapat dihitung dengan pembagian Dw,

( kebutuhan tenaga ) dengan jumlah hari kerja perminggu.Untuk nilai potensial

mungkin perlu disesuaikan dengan rute, untuk mendapatkan efektifitas optimennya.

Contoh :

Rancanglah system pengumpulan sampah pada daerah permukiman dengan 1000

rumah . Asumsikan bahwa pengumpulan akan dilakukan dengan dua orang tenaga

pengumpul dan data dibawah ini dapat dipergunakn.

1. Jumlah rata rata penduduk per pelayanan = 3,5.

2. Laju timbula sampah perkapita = 2,0 1b/orang/hari.

3. Densitas sampah ( dikontener ) = 200 1b/yd 3.


127

4. Kontener per pelayanan = 2 ; 32 .1b .

5. Tipe pelayanan = 50% belakang rumah.

50% lorong

6. Frekuensi pelayanan = 1 x / minggu.

7. Kendaraan pengumpul = kompaktor muat belakang ( rear = londed

compactor) dengan ratio pemadatan = 2 .

8. Jarak pengangkutan pergi pulang = 15 mil.

9. Lama jam kerja = 8 jam/hari.

10. Ritasi per hari =2 .

11. Faktor off route = 0,15 .

12. Konstanta untuk estimasi waktu pengangkutan ; a = 0,016 mil / jam .

b = 0,018 mil / jam .

13. Asumsi waktu at site per rit = 0,10 jam / rit .

14. Asumsi persamaan 433 dapat digunakan per lokasi pengambilan .

Jawab :

1. Tentukan waktu yang sesuai untuk opersi pengambilan , dengan persamaan

433...

H = Nd ( Pscs + s+ a + bx ) ( 1 w ) .

Pscs = ( 1 w ) H / Nd-( s + a + bx )

= ( 1-0,15 ) H / ( 8 jam/hari ) ( 2 rit/hari ) [ 0,10 jam/rit + 0,16

jam/rit + ( 0,018 jam/mil ) ( 15 mil/rit ) ]


128

= ( 3,40 0,39 ) jam/rit .

= 3,01 jam/rit .

2. Tentukan waktu pengambilan yang dibutuhkan per lokasi , dengan

persamaan 433..

Tp = 0,72 + 0,8 ( Cn) + 0,014 ( PRH )

= 0,72 + 0,8 ( 2 ) + 0,014 ( 50 )

= 1,72 kolektor menit / lokasi

3. tentukan jumlah lokasi pengambilan dari sampah yang akan dikumpulkan,

dengan persamaan 433

Np = 60 Pcsc n/tp

= ( 60 menit /jam) ( 3,01 jam/rit ) x ( 2 kolektor ) ( 1,76 kolektor = menit/lok

= 205 lokasi/rit

4. Tentukan volume timbulan tiap lokasi pengambilan perminggu

= ( 2,0, 1b/org/hari ) ( 3,5,orang/lokasi pengambilan ) x ( 7 hari/minggu ) /

( 200 1b/yd3 ) ( 1/minggu )

= 0,245 yd3 /lokasi

5. Tentukan volume truk yang disebabkan, dengan persamaan 433 q

V = VpNp/r

= ( 0,245 yd3 /lokasi ) ( 205 lokasi/rit )

= 20,1 yd3/rit

6. Tentukan jumlah ritasi yang dibutuhkan perminggu dengan persamaan 433 p


129

Nw = Tp F/Np

= ( 1000 lokasi ) ( 1/minggu ) ( 205 lok/rit )

= 4,88 rit/minggu

7. Tentukan waktu yang dibutuhkan dengan persamaan 433.... dengan

mengalihkan sisi kanan dengan n,( jumlah kolektor ) .

Dw = n [ ( Nw ) Pscs + tw ( s +a + bx ) ] / [( 1 w ) H ]

= 2 [ ( 4,88 rit/minggu ) ( 3,01 jam/rit ) + ( 5 rit/minggu) ( 0,10 jam/rit +

0,0,016 jam/rit + ( 0,019 jam/mil ) ] / [ ( 1-0,15 ) ( 8 jam/hari ) ]

= 4,89 kolektor-hari / minggu

Karena digunakan 2 kolektor , berarti dibutuhkan waktu = 4,89 kolektor

hari/minggu . 2

= 2,45 hari/minggu.

Komentar

Dalam banyak kasus , sebagia besar data yang digunakan dalam contoh ini harus

diketahui oleh perancang dan kehilangan informasi dapat ditentukan dengan cara

lain dan mudah yaitu dari studi lapangan terbatas atau diestimasikan dari data yang

disajikan dalam pokok bahasan ini. Juga harus dicatat bahwa asumsi kunci dalam

contoh ini adalah : dua rit yang akan dilakukan setiap hari .

Analisis analisis tentang system kontener angkut ( SKA ) dan system

kontener / tetap ( SKT ) tersebut diatas antara berbagi variasi komponen system

pengumpulan sampah. Penyajian ini tidak bermaksud untuk memberiakan ringkasan

setiap bentuk bhubungan ,tetapi cukup untuk menunjukkan macam-macam data


130

yang harus dikumpulkan untuk evaluasi tiap system dengan tepat. Terapkan dari

saling hubungan tersebut telah digambarkan dalam contoh-contoh terdahuku.

3.3.4. Rute Pengumpulan

Setelah kebutuhan peralatan dan tenaga ditetapkan , rute pengumpulan

harus direncanakan agar seluruh tenaga kerja dan peralatan yang digunakan

berfungsi efektif. Pada umumnya, rancangan rute pengumpulan dilakukan dengan

proses coba-coba ( trial and error ).Tidak ada suatu rumus pasti yang dapat

diterapkan pada semua situasi.

Banyak factor yang harus dan dipertimbangan dalam perancangan rute

pengumpulan factor antara lain :

1. Kebijakan yang tersedia dan perundang-undangan yang berhubungan

dengan item-item,seperti lokasi pengumpulan dan frekuensi pengumpulan

harus diketahui.

2. Kondisi yang tersedia, seperti besarnya armada ( crew-size ) dan tipe

kendaraan harus dikoodinasikan

3. Sedapat mungkin, rancangan rute-rute pengumpulan seharusnya dimulai

dan diakhiri dekat jalan arteri, gunakan topografi dan rintangan-rintangan

fisik sebagai batas-batas rute.

4. Didaerah berbukit, rute harus dimulai pada daerah yang tertinggi dan

berjalan ke daerah yang rendah sewaktu kendaraan penuh muatan.

5. Rute seharusnya dirancang sedemikian rupa, sehingga kontener terakhir

yang akan dikumpulkan dengan rute yang bersangkutan berlokasi dekat

dengan lokasi pembuangan akhir.


131

6. timbulan sampah pada lokasi yang ramai / padat lalu lintas, seharusnya

dikumpulkan sepagi mungkin.

7. Sumber dengan kuantuitas timbulan pada bagian awal hari kerja.

8. Lain-lain faktor yang diperkirakan dapat menghambat atau mendukung

kelancaran operasi pengumpulan .

Dasar pertimbangan yang juga penting dalam penyusunan rute adalah ; ( 1 )

keseimbangan pembebanan tugas, ( 2 ) Optimasi penggunaan peralatan,

jam-orang petugas dan ( 3 ) minimasi jarak operasi.

Jadwal

Jadwal induk setiap rute pengumpulan harus dipersiapkan untuk digunakan

oleh bagian teknis dan urusan kendaraan/transportasi. Jadwal setiap rute, harus

dapat menunjukkan lokasi dan urutan pelayanan setiap lokasi pengambilan, harus

dipersiapkan untuk pengemudi atau awaknya ( Crew ) . Pengemudi perlu dilengkapi

pertanggungjawaban, juga merupakan suatu saran yang tepat untuk mencatat

masalah-masalah yang terkait dengan rekening.

3.4. PEMINDAHAN DAN PENGANGKUATAN

Elemen fungsional pemindahan dan pengangkuatan merupakan elemen ke empat

dari enam elemen fungsional dalam sistem pengelolaan sampah. Tidak semua

pengelolaan sampah menggunakan stasiun pemindahan, karena banyak faktor dan

kondisi yang harus dipetimbangkan , dalam penggunaannya. Sebagai contoh di

Indonesia, baru kota Jakarta yang menggunakan, sedangkan kota-kota lain

tidak/belum menggunakan stasiun pemindahan ( Transfer Satation ).

Empat hal pokok yang akan diuraikan lebih lanjut adalah sebagai berikut ;
132

( 1 ). Perlunyan operasi pemindahan

( 2 ). Deskripsi dari tipe-tipe stsiun pemindahan

( 3 ). Alternatif pengangkutan dan metodanya

( 4 ). Lokasi stsiun pemindahan

Perlu dicatat, bahwa stasiun pemindahan mungkin berada pada satu lokasi

dengan stasiun prosesing atau pada lokasi yang terpisah. Sebaliknya stasiun

prosesing, mungkin satu lokasi dengan stasiun pemindahan atau satu lokasi dengan

pembuangan akhir. Selanjutnya, untuk penyederhanaan/memudahkan

pemahaman,yang dimaksud dengan lokasi pembuangan akhir adalah suatu tempat

tujuan ( akhir ) dari kendaraan pengangkut sampah. Sedangkan stasiun / pusat

prosesing merupakan tujuan antara ( intermediate ) dari kendaraan pengangkutan.

3.4.1. Perlunya Stasiun Pemindahan

Pelaksanaan pemindahan sampah dapat diterapkan dengan baik pada setiap

jenis sistem pengumpulan sampah. Faktor-faktor yang mendorong untuk

menerapkan pemindahan sampah ini antara lain ;

( 1 ). Adanya tempat pembuangan sampah yang terbuka ( dumps ) yang tidak resmi

dan adanya sampah yang banyak sekali.

( 2 ). Letak tempat pembuangan sampah yang relatif jauh dari rute pengumpulan

( lebih dari 15 km ).

( 3 ). Digunakannya truk-truk kecil untuk pengumpulan sampah biasanya ( dibawah

15 m3 ).

( 4 ). Adanya daerah pemukiman dengan kepadatan rendah ( terpencar jauh satu

dengan yang lain).


133

( 5 ). Digunakannya system pengumpulan sampah secara hidrolik pneumatic.

( 6 ). Digunakannya kontener ukuran sedang dari sumber daerah perdagangan,

yang tersebar luas.

Pelaksanaan pemindahan dan mpengangkutan sampah ini diperlukan bila jarak

ke tempat pembuangan akhir atau tempat prosesing sampah meningkat pada

suatyu titik yang tidak memberi harapan bahwa pengangkutan. DIsamping itu

cra ini diperlukan bila letak pembuangan akhir dan tempat pemprosesan

terpencil dan tidak dapat dicapai secara langsung melalui jalan raya.

Jarak pengangkutan yang Jauh

Pada waktu harga bahan baker masih rendah serta biay-biay yang lain belum

setinggi saat ini, pelaksanaan pemindahan sampah seperti ini tidak dilaksanakna,

tapi pengangkutan dilakukan secara langsung.Sekarang dengan adanya kenaikan

biaya ongkos kerja, ongkos operasional dan harga bahan baker, adanya stasiun

pemindahan diutamakan. Dasar pertimbangannya adalah ditinjau dari segi ekonomi .

Namun demikian cara ini akan menjadi lebih murah bila volume sampah yanh

ditangani cukup besar.

Dengan keterbatasa tempat untuk pembuangan di dalam kota pada suatu

saat di kota-kota besar di Indonesia nantinya akan menggunakan cara ini karena

jarak akan jauh. ( sangat mungkin diluar batas administrasi wilayah kota yang

bersangkutan, mislanya untuk kta jakrta, LPA nya di Bekasi atau Tangerang ).

Lokasi Pembuangan Akhir Dan Pusat Prosesing Terpencil

Cara pemindahan sampah harus di lakukan bila sampah di angkut ketempat

pembuangan akhir atau pemprosesan yang letaknya terpencil sehingga melalui jalan
134

raya pengangkutan tidak memungkinkan, misalnya sampah harus diangku dengan

kereta api atau kapal. Demikian juga bila di angkut melalui jalur pipa, perlu

dilengkapi dengan Transfer Procesing Statiom.

3.4.2. Stasium Pemindahan (Transfer Pemindahan)

Stasium pemindahan merupakan suatu tempat terselenggaranya pemindahan

sampah dari kendaraan pengumpul sampah dan kendaraan-kendaraan lain yang

lebih besar (kendaraan penganggkut). Stasium pemindahan dap[at diklasifikasikan

ke dalam tiga tingkat sesuai dengan kapasitasnya sebagai berikut :

1) Stasium pemindahan kecil yaitu yang berkapasitas kurang dari 100 ton/hari

2) Stasium pemindahan sedang yaitu yang berkapasitas antara 100-500 ton/hari

3) Stasium pemindahan besar yaitu yang berkapasitas lebih darei 500 ton/hari.

Walaupun rincian spesifikasinya berfariasi menurut ukurannya, factor penting

yang harus dipertimbangkan dalam rancang stasium pemindahan adalah (1) Tipe

operasi pemindahan yang digunakan, (2) Kebutuhan kapasitasnya, (3) Kebutuhan

peralatan dan alat-alat bantunya, (4) Persyaratan sanitasinya.

Tipe operasi pemindahan, dibedakan menurut cara pengisian (muat) kendaraan

pengangkutannya yaitu :

1) Tipe pengisian langsung (direct discharge)

2) Tipe pengisian tidak langsung (stroge discharger)

3) Tipe gabungan / kombinasi (combinet direct and stroge discharge)

Tipe Pengisian Langsung

Pada stasium pemindahan dengan kapasitas besar, sampah dari kendaraan

pengumpul biasanya dibongkar langsung ke kendaran pengangkut selanjutnya


135

dibawa ke lokasi pembuangan akhir (LPA). Untuk kesempernaan pelaksanaan

stasium pemindahan biasanya di kontstruksikan dalam dua tingkat. Tempat

pembongkaran atau landasan kendaraan pengumpul membongkar muatannya ke

trailer dapat di angkat, atau trailer terletak dilandasan yang posisinya di bawah

kendaraan pengumpul. Pada beberapa stasium pemindahan tipe pengisian

langsung. Isi dari kendaraan pengumpul di kosongkan pada landasan jika trailer

akan didsi.

Agar lebih jelas tahapan proses pengisian tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama

Kendaraan yang dating di stasium pemindahan ditimbang dan dicatat oleh juru

timbang dan di beri nomor stan(posisi) bongkar muat.

Kedua

Kendaraan pengumpulm menuju stan yang dimaksud (tergantung besearnya, stan /

deretan pembongkaran ini bila lebih dari dua / tiga), untuk pembongkaran

muatannya.

Ketiga

Setelah membongkar muatannya, kendaraan tersebut ditimbang kembali, agar di

ketahui berapa berat sampah yang dibuang, (berat kkendaraan engan isinya di

kurangi berat kendaraannya = berat sampah yang dibuang).

Keempat

Membayar biaya pembuangan, sesuai dengan berat sampah yang dibuang.

Kendaraan pengumpul dari pengelola swasta, biasanya dilengkapi dengan tanda

p[engenal yang menunjukan berat kendaraannya, sehingga mereka dapat


136

mengurangi waktu yang digunakan untuk penimbangan ulang. Dan pembayarannya,

menggunakan kartu kredit (credit card)

Kelima

Trailer siap muat, pengaturan dan pemadatan sampah pada trailer dilakukan dengan

clamshell, setelah penuh atau sampah berat maximum yang diperbolehkan, diberi

tanda oleh ju7ru timbang, selanjutnya berangkat menuju lokasi pembuangan akhir.

Tipe pangisian langsunmg dengan kapasitas sedang dan kecil, rancangan

modelnya tergantung dari terapan khusus (specific application) dan kondisi

lokasinya. Misalnya, konystruksi bongkar muatnya apakah perlu diberi atap atau

tidak, tergantung dari kondisi musim dan pertimbangan kepedulian

terhadaplingkungan.

Dua model tipe pengisisian langsung dengan kapasitas kecil, biasanya

dilengkapi dengan kompaktor tetap dan kontener buka atas (open-top container).

Sampah yang layak dipadatkan kekompaktor, sedangkan yang tidak layak (bulty

items) seperti bekas kulkas, bekas mebel, dan lain-lain, langsung diasukkan ke open

top container. Tipe sejenis tapi penggunaannya bersifat umum. (biasa disebut

Public Convenience centers) sebagai alternative untuk mengangkut sampah ke

beberapa lokasi pembuangan akhir (lokasi pembuangan akhir biasa saja lebih dari

satu).

Tasium pemindahan dengan kapasitas kecil biasanya juga digunakan di

daerah pedesaan (rural) dan di daerah rekreasi. Dirancang untuk system kontener

tetap, kendaraan pengumpul bongkar muatannya untuk diisikan langsung

kekontener tetap yang tersedia dan selanjutnya di angkut ke lokasi pembuangan

akhir. Pertimbangan utama digunkan model ini adalah kasederhanaan proses

(simplicity), tidak pada tempatnya, jika digunakan peralatan mekanik yang rumit.
137

Jumlah kontener yang disediakan tergantung dari laju timbulan sampah dan

frekuensi pengumpul yang dikehendaki. Dua fasilitas pembongkaran, dengan tinggi

kontener tiga kali di atas landasan bongkar muat (unloading area platform)

Tipe Pengisian Tidak Langsung (Stroge Discharge)

Pada tipe ini, sampah dari kendaraan pengumpul di bongkar muatannya dan

diisikan dalam bak penampung (storage pit) ataun pada landasa pembongkaran

(unloading platform), untuk selanjutnya dengan ala Bantu (traktor, bulldozer,

clamshell,dll) diisikan kedalam kendaraan pengangkutan

Semua truk yang dating, ditimbang satu-persatu (timbangan dihubungkan

dengan computer diruang control). Juru timbang mencatat nama perusahaaan /

instansi pengumpul sampah, spesifikasi truk dan waktu bopngkar. Kemudian juru

timbang mengatur truk masuk melalui pintu utama stasium pemindahan (stasium

pemindahan sejenis ini konstruksinya seperti sebuah gudang besar, beratap).

Selanjutnya truk menuju bak penampung (stroge pit) yang terletak dibawah posisi

truk: bongkar muatan dan akhirnya keluar dari stasium pemindahan.

Dalam bak penampung, biasanya tersedia dua bulldozer yang digunakan

menghancurkan sampah dan mendorongnya ke mulut pengisian(loading hoppers)

yang terletak pada sisi lain dari bak penampungan. Dua keranjang angkut

(articulated-type hoist) ditempatkan pada sisi lain pada hopper, digunakan untuk

memindahkan sampah sehingga tidak merusak trailer pengangkut yang terletak di

bawahnya. (peletakan trailer ini di lengkapi dengan alat timbang). Bila alat timbang

sudah menunjukkan berat maximum yang diperbolehkan : operator memberi tanda

kepad pengemudi truk untuk keluar dari area pemuatan dan jarring-jaring kawat

diloetakkan diatas trailer untuk mencegah terhamburnya sampah-sampah (yang

ringan) selama dalam perjalanan menuju lokasi pembuangan akhir.


138

Tipe Penggabungan (kombinasi)

Dibeberapa stasium pemindahan, metode pengisian langsung digunakan

secara bersamaan, baisanya dilengkapi dengan peralatan serba guna (multi

pupose). Untuk memberi pelayanan berbagai pemakai/pelanggannya. Rancang

bangunan stasium pemindahan serba guna dirancang untuk melayani umum

(general public) dan berbagai pengusaha jasa pengumpul sampah sehingga

biasanya juga berfungsi sebagai rumah/tempat operasi pencarian bahan-bahan

yang masih bias dimanfaatkan kembali (hause a materalasalvage operation).

Proses operasinya adalah sebagai berikut. Bagi pengusaha jasa pengumpul

sampah. Kendaraan pengumpul (biasanya berkapasitas besar) masuk, ditimbang

dan diberikan tanda masuk yang ditempel kepada pengemudinya. Selanjutnya

kendaraan menuju hopper, untuk membongkar muatan, langsung kekendaraan

pengangkutan (trailer). Pada saat truk menuju keluar, kendaraan ditimbang kembali

dan tanda masuk diserahkan kembali pada juru timbang. Hasil penimbangan ini

ditentukan berapa harus dibayar untuk pelayanan yang telah diberikan (discharge

fee). Bagi kendaraan pengumpl dari masyarakat umum.

Biasanya, sampah-sampah yang mudah membusuk, dikumpulakan tersendiri

dan langsung diisikan kedalam kendaraan pengangkut harian, menuju lokasi

pembuangan akhir, sedangakn sampah-sampah dari halaman, potongan dahan dan

ranting dan barang-barang yang besar(bulky, kulkas, mebel dll) diangkut kestasium

pemindahan. Kendaraan tidak ditimbang (seperti pelanggan swasta) tetapi diamati

oleh juru timbang, apakah terdapat bahan-bahan yang masih bias dimanfaatkan, jika

gterdapat bahan-bahan yang masih bias dimanfaatkan, pengemudi diinstruksikan

menuju bak penampungan khusus untuk pelayanan umum.


139

Perlu diketahui, bahwa sampah dari masyarakat umum juga harus bayar

kontan dan diberi tanda terima lunas. Tapi jika dalam kendaraan pengumpul tersebut

terda0pat barang-barang yang masih bias dimanfaatkan, petugas stasium

pemindahan membantu menurunkannya dan pengemudi diberi free passd/tanda

masuk gratis untuk muatan berikutnya. Tempat penampungan untuk pelanggan

swasta dan masyarakat umum dipisahkan dengan jarak sekitar 2 x 40 kaki.

Perlu diingat bahwa, pemilihan dan perancangan stasium pemindahan ini

( yang multi purpose), biasanya tidak didasari dengan pertimbangan, beberapa

keuntungan yang akan diperoleh. Pemisahan bak penampung tersebut diatas hanya

untuk mencegah kesemrawutan dankecelakaan yang mungkin terjadi antara

kendaraan yang besar(dari general public) dan kendaraan yang lebih kecil (dari

commercial custumer). Dan nilai tambah yang diperoleh hanya untuk menjaga

efisiensi system.

Kebutuhan Kapasitas (Capacity Requiments)

Operasionalisasi dan kapasitas penyimpanan (storage pit) harus diperhatikan

baik-baik dalam perancangan dan rancang bangunfasilitas pemindahan. Dalam

pengoperasiannya, seharusnya kendaraan pengumpul tidak perlu menunggu dalam

waktu yang lama untuk membongkar muatannya. Perhitugn biaya operasi jangan

hanya didasari oleh jumlah tertinggi kemampuan muat harian. Sebaiknya didasari

dengan suatu hasil analisa ekonomi. Misalnya untuk semua tipe stasiumm

pemindahan, biaya tahunan dari stasium pemindahan yang besar dan banyaknya

peralatan pengangkutan yang digunakan.

Oleh karena kenaikan biaya pengangkutan , analisa penukarannya harus juga

dibuat antara kapasitas stasium pemindahan dan biaya operasi pengamngkut

termasuk semua peralatan dan komponen tenaga kerja. Misalnya, mungkin


140

tingginya biaya untuk meningkatkan kapasitas stasium pemindahan dan untuk

mengoperasikan sedikit kendaraan pengangkut dengan peningkatan jam daya kerja

(working haurs) dengan menggunakan stasium pemindahan yang ebih kecil dan

pembelian lebih banmyak kendaraan pengangkut. Pada tipe pengisian tidak

langsung, kapsitas ekvivalensinya bervariasi, antara sampai satu hari volume

sampah, kapasitas ini juga bervariasi sesuai dengan tipe alat Bantu yang digunakan

untuk pembuatan kendaraan pengangkut. Jarang sekali kapasitas nominal bak

penampung melebihi dua hari9 volume sampah.

Kebutuhan peralatan dan alat Bantu

Peralatan dan alat bantunya, yang digunakan dalam hubungannya dengan

stasiun pemindahan tergantung dari fungis stasiun dalam system pengelolaan

sampah. Pada stasiun pemindahan tipe pengisian langsung, biasanya traktor

dengan ban karet dubutuhkan untuk mendorong sampah kedalam kendaraan

pengangkut yang lain untuk dibutuhkan untuk menyalurkan dan menyeimbangkan

muatan kendaraan pengangkut. Tipe dan jumlahnya tergantung dari kapasitas

stasiun. Pada tipe pengisian tidak langsung, satu atau lebih traktor dibutuhkan untuk

mengahancurkan sampah dan untuk mendorongnya ke mulut pemuatan (loading

hopper). Peraltan tambahan dibutuhkan untuk distribusi dan mengseimbangkan

muatan. Pada beberapa stasiun over head clamshell crane digunakan untuk

mencapai keberhasilan banyak tujuan.

Timbangan dibutuhkan untuk semua stasiun dengan kapasitas sedang dan

kapasitas besar untuk monitoring operasi dan untuk mengembangkan data

managemen dan rekayasa.


141

Timbangan juga dibutuhkan bila stasiun digunakan oleh masyarakat dan

biayanya atas dasar berat sampah yang dibongkar/muat. Jika timbangan digunakan

berarti juga diperlukan fasilitas gedung, kantor dan peralatannya, tilpun, pengeras

suara dua arah dan juru timbang.

Jika stasiun pemindah digunkan sebagai pangkalan kendaraan, atau

cabang dari instalasi pengumpulan sampah, lebih banyak dan komplek, fasilitas

yang harus disediakan. Fasilitas untuk kantor kepala cabang, ruang makan siang,

ruang rapat kantor, ruang ganti (locker), kamar mandi dan toilet harus disediakan.

Persyaratan sanitasi

Dengan instruksi dan operasi yang benar, pandangan yang merugikan

terhadap stasiun pemindah dapat diminimalkan. Sebagian besar stasiun pemindah

yang modern dan besar. Konstruksinya beratap, denganbahan bangunan yag

mudah dipelihara, dan mudah membersihkannya. Banyak juga yang konstruksinya

tahan api.

Untuk tipe pengisian langsung dengan area bongkar-muat terbuka, perhatian

khusus harus diberikan masalah terhamburnya kertas-kertas. Jairng-jaring atau

penghalang lain harus tersedia. Bagaianapun tipe stasiun pemindah, model dan

konstruksinya harus mampu mengeliminasikan menumpukkan sampah kering atau

kertas.

Jalan terbaik untuk memelihara seluruh aspek sanitasi dari stasiun pemindah

adalah dengan monitoring operasi secara berkala dan berkesinambungan. Ceceran

sampah harus dimabil secara atau tidak membiarkannya lebih dari satu atau dua

jam. over head water sprays (penyemprot air yang berposisi diatas)biasanya

digunakan untuk menurunkan debu-debum yang beterbangan pada area stasiun tipe

pengisian tidak langsung untuk mencegah, inhalasi debu, tenaga kerja harus
142

dilengkapi dengan masker debu. Traktor sebaiknya digunakan yang tertutup

dilengkapi dengan AC dan unit penyaring debu (filtering unit).

Alat tranportasi dan metodenya

Kendaraan bermotor, kereta api dan alat transpotasi air (laut), sampai saat

masih digunakan untuk pengangkutan sampah, pneumatic dan hidraulik system juga

telah digunakan. Masih ada system yang lain, tetapi belum banyak yang teruji.

Kendaraan bermotor

Jika lokasi pembuangan akhir dapat dicapai oleh kendaraan bermotor, yang

sangat lazim untuk digunakanuntuk mengakut sampah dari stasiun pemindah adalah

: trailer, semi trailer dan kompaktor. Semua tipe kendaraan dapat digunakan untuk

pengakutan peraturan tersebut dijalan raya (highway) harus memenuhi persyaratan-

persyaratan sebagai berikut :

1. biaya pengakutan rendah

2. sampah harus tertutup selama operasi pengangkutan

3. kendaraan harus di rancang untuk lalu lintas jalan raya (highway traffic)

4. kapasitas kendaraan mampu sampah sampai batas yang di izinkan (tidak

boleh melalui kapasitasnya)

5. metoda yang di gunakan untuk pembokaran harus sederhana dan dapat di

andalkan.

Trailer dan semi Trailer

Sampai saat ini, open.top dan semi trailer dan semi trailer masih di gunakan

secara luas, klarena kesederhanaan dan kehadalanya, jika di lengkapi dengan

pengait muka belakang : semi trailer dapat di gunakan / di [indah-pindahkan,


143

sebagai trailer pertama atau kedua dalam satu rangkaian / kombinasi traktor trailer ;

sehingga flesibel dalam pengoperasianya.

Muatan maximum yang dapat diangkut tergantung dari peraturan daerah /

Negara setempat. Peraturan setempat biasanya di tunjukkan terhadap dimensi luar

di tunjukkan terhadap berat tekanan gander dan berat keselurahan dengan muatan,

trailer biasanya di desain lebih beser dari batas resmaio atau kosong dan lebih besar

dari aturan resmi jika terisi penuh.

Metoda yang digunakan untuk bongkar muatan dapat di klarifijasiakan

sebagai berikut :

(1) pengosonagan sendiri (otomatis / mekanik)

(2) membutuhkan bantuan peralatan lain

metoda pengosonagan sendiri seperti hidrolik dump beds, pressured

diapramas dan moving flpur , moving flour , merupakan adaptasi dari peralatan yang

biasa di gunakan untuk jasa komstruksi yaitiu trailer yang di gunakan unutk

mengankut krikil dan aspal. Moving flour biasanya memiliki dua atau lebih ruanagan

yang dapat di perluas ke daerah luasnya. Ka;au satu ruangan tidak di operasikan

moving flour tidak dapat mencengah terbongkarna sebab system ini akan berfungsi

dengan menyisakan ruangan pada saat beroperasi. Pengertian ini penting dalam

hubunganya dengan reabilitas system. Keuntungan lain dari trailer jenis ini adalah

cepatnya waktu berputar ( biasanya antara 6-10 menit) yang dapat di capai di lokasi

pembuanagan akhir tampa bantiuan perlengkapan tambahan ( alat bantu) dalam

beberapa model (desain) bagian belakang trailer di buat lebih besar untuk

mempermudah operasi pembokaran. Trailer di lebih besar untuk mempermudah

operasi pembonkaran. Trailer se macam ini juga di lengkapi dengan suatu alat
144

(drum) sehingga cairan tersebut dapat di kosongkan juga pafa lokasi pembuangan

akhir.

System pembongkaran yang membutuhkan perlengkapan tambahan adalah

tipe puul of , di mana sampah di keluarkan dari truk dengan menarik dinding atau

penggunaan atau kabel saling yang di tempatkan di depan, kerugian penggun aan

perlengkapan tambahan alat Bantu dan tenaga kerja untuk membongkar di lokasi

pembuanagan akhir relatiof mengunragi kesederhanaan dan realoitas metoda.

Kerugianya bertambah lagi yaitu tidak dapat menghindari bertambahnya waktu

tunggu selama perlengkapan tambahan tersebut belum dapat di tempatkan pada

posisi yang di perlukan.

Perlengkapan lain yang di butuhkan dalam system pembongkaran yang dapat

di bukitkan kemasnpunya sangat efektif dan efisien adalah landasan rabah hidraulik

yang dapat di gerakkan / di pindah-pindahkan .dalam pengoperasianya semi trailer

atau kombinasi traktor trailer di sandarkan pada landasan rabah di pisahkan

gendangannya dari traktor trailer satu lagi terpisah didasarkan pada landasan yang

rebah kedua, bagian belakang trailer di buka, kemudian unit tersebut di miringkang,

sampah jatuh secara gravitasi ke area pembuangan , setelah kosong. Truk traktor

dan semi trailer kembali pada posisi semula. Trakotr trailer di pindahkan / di

mundurkan ke landasan menggandeng trailer, selanjutnya kekembali ke transfer

station, waktu yang di butuhkan selama operasi pembongkaran tersebut biasanya

sekitar 6 menit / rit.

K O M P A K T OR

Kontener dengan kapasitas besar biasanya di hubungkan dengan kompaktor

tetap juga di gunakan oleh sejumlah stasium pemindahan, seringkali mekanismi


145

pemadatan ini adalah bagian intergral dari kontener. Jika kontener-kontener di

lengkapi dengan mekanisme pemadatan sendiri, di gunakan dinding pemisah yang

dapat juga untuk mengelurkan sampah yang telah di padatkan dari kontener.

Isi kontener dengan kompaktor tetap biasanya di bongkar dengan cara

merebahkan sehingga sampah keluar dari kontener secara gravitasi. Jika sampah di

padatkan sangat padat masalah. Berbagai peralatan pengeluaran dapat di

pergunakan untuk mengosongkan isi kontener . alat yang sangat umu8m di gunakan

adalah dinding pemisah yang dapat bergerak dengan cara di tarik dengan kabel.

Kendaraan-kendaraan lain

Hampir semua kendaraan dapat di gunakan pada suatau saat atau waktu

yang lain untuk mengankut sampah . kendaraan atau alat angkut tersebut adalah

sebagai berikut :

Kereta api

Walaupun di masa lalu kereta biasa di gunakan untuk mengankut sampah,

sekarang hanya di gunakan oleh masyarakat tertentu. Tetapi keinginan tersebut di

perbaharui untuk mengem bangkan kembali kkereta api untuk pengankutan sampah

khususnya ke daerah ang jauh terpencil di ,mana pengankutan melalui jalan raya

suslit di lakukan dan sekarang dengan jaringan kereta tersedia dan di mana kereta

apinya milik pribadi atau lahan yang berdekatan untuk menimbun memungkinkan

(layak)

Tarnsportasi air
146

Kapal barkas, tongkan g dan kapal khusus di masa lalu telah di gunakan

untuk mengankut sampah ke stasiun prosesing dank e lokasi pembuangan akhir di

pantai atau di laut.

Walaupiun beberapa self propelled ressels telah di giunakan praktek yang

sangat umum adalah menggunakan kapal gandeng atau kapal khusus .

Satu masalah besar di temui / di hadapi jika kapal laut di gunakan untuk

mengankut sampah adalah suatu hal yang tidak mungkin mengerahkan ka[pal-kapal

tersebut selama terjadi angiun rebut atau selama terjadi gelombang besar. Dalam

kondisi tersebut di atas harus di simpan dan fasilitas penampungan harusdi bangun.

Pneumatic , hicdraulid dan lain-lain system transfortasi

Udara bertekanan tinggi atau rendah dan kondisi hampa dan udara,

keduanya adalah suatu sistem yang dapat di gunakan untuk pengankutan sampah.

Yang sangat umum yang dapat di gunakan ungtuk pengankutan sampah dari

apartement yang dapat penghuninya atau dari aktivitas perdagangan atau lokasi

pusat prosesing atau pemuatan ke dalam kendaraan pengankut.

System transpor4tasi pneumatic yang paliong besar di Amerika Serikat

adalah yang di terapkan di pusat hiburan walt Disney.

Dari segi desain dan operasionalnya, sistim penumatik lebih rumit dari sistim

hydroulik, sebab kompleknya klep-klep pengendali dan mekanisme alat Bantu yang

dibutuhkan. Keharusan untuk menggunakan blower atau turbin kecepatan tinggi,

merupakan kekomplekskan instalasi lebih lanjut, ditinjau dari segi pemeliharaannya.


147

Oleh karena biaya instalasi setiap sistim sangat tinggi, harus dilakukan studi

kelayakan biaya yang cermat sebelum digunakan pada suatu fasilitas baru.

Konsep tentang penggunaan air sebagai alat transportasi bukanlah hal baru,

sistimn transportasi hydrolik, sekarang biasa digunakan untuk pengakutan sejumlah

sampah sisa-sisa makanan (dimana grunder rumah tangga digunakan).

Satu masalah besar dari penggunaan sistim ini adalah air atau air limbah yag

digunkan harus diolah.konsentrasi/kadar organic kuat dalam air limbah lebih tinggi

disbanding dengan air limbah domestic yang lain. Praktis pada daerah dimana

fasilitas prosesing dan paca-prosesing yang tepat dihubungkan dengan sistim

pengolahan air limbah, biasanya aplikasinya terbatas untuk daerah dengan

kepadatan penduduk tinggi.

Sistim transportasi lain yang telah dianjurkan termasuk berbagai tipe conreyor, air-

chusion dan rubber-tired trolley dan gondola magnetic bawah tanah, tapi system-

sistem terakhir tersebut tidak pernah digunakan dalam operasi pengakutan sampah.

3.4.4. lokasi stasiun pemindah

Sedapat mungkin stasiun pemindah diletakkan :

1. sedekat mungkin dengan pusat penimbangan laju timbulan sampah dan

sumber yang akan diawali.

2. dengan mudah dijangkau dari jalan raya arteri, sedekat mungkin dengan

transportasi penunjang

3. suatu tempat dimana gangguan terhadap masyarakat dan lingkungannya

adalah minimum

4. konstruksi dan operasinya sangat ekonomis.

Sebagai tambahan, jika lokasi stasiun pemindahan digunakan juga aktivitas

prosesing termasuk pemanfaatan bahan atau produksi energi, persyaratannya juga


148

harus dipenuhi. Dalam hal tertentu persyarata terakhir mungkin adalah

pengawasan/pengendalian.

Karena seluruh pertimbangan diatas jarang terpenuhi seluruhnya, jika

sekiranya harus dipenuhi seluruhnya biasanya harus diperlukan analisis pertukaran

antara semua factor (perkiraan analisi ekonomi).

3.5. prosesing (teknik dan peralatannya)

Banyak teknik prosesing yang banyak digunakan dalam sistim pengolahan

sampah untuk memperbaiki efesiensi operasional, untuk pemanfaatan bahan dan

untuk konversi produk tertentu serta untuk konversi energi. Karena banyak teknik

yang dapat digunakan dalam prosesing khususnya yang terkait dengan pemafaatan

bahan dan energi, perubahan terus menerus terjadi sehubungan dengan criteria

disalinnya.

Berikut ini akan dibahas tentang tujuan utama prosesing, lima tknik prosesing

dan peralatan yang digunakan.

1. reduksi volume sacara mekanik (pemadatan)

2. reduksi volume secara kimia (pembakaran)

3. reduksi ukuran secara mekanik (pencincangan)

4. pemisahan komponen (manual dan mekanik)

5. pengeringan (reduksi kandungan air)

dari kelima teknik tersebut, dua dari ang pertama (pamadatan dan

pembakaran) telah digunakan sejak lama. Walaupun lebih banyak digunakan

dibidang lain, tanpa teknik berikutnya terapannya untuk prosesing sampah

belum banyak diketahui.


149

3.5.1. tujuan prosesing

Penilaian macam teknik prosesing tersedia untuk memperbaiki efesiensi

sistim pengolahan sampah tergantung dari tujuan yang ingin dicapai, sebagaiman

telah disebutkan terdahulu. Tujuan utama prosesing adalah untuk :

1. memperbaiki efesiensi sistim pengolahan sampah.

2. mendapatkan bahna yang masih bias dimanfaatkan

3. mendapatkan konversi produk dan energi

Perbaikan Efesiensi Sistim Pengolahan Sampah

berbagai mcam teknik prosesing tersedia untuk memperbaiki efesiensi sistim

pengolahan sampah.. misalnya, untuk mengurangi kapasitas penampungan sampah

diapartemen bertingkat, sedang dan tinggi, digunakan teknik pembakaran dan

pemadatan (balling). Sebelum sampah kertas dimanfaatkan kembali, biasanya

dipak untuk mengurangi kebutuhan kapasitas penampugan. Dal hal tertentu

pengepakan dapat mengurangi biaya pengakutan kelokasi pembuangan akhir.

Selanjutnya sampah yang telah dipadatkan tersebut menghasilkan efesiensi

penggunaan lahan dilokasi pembuangan akhir.

Kija sampah diangkut dengan system hdraulik atau pneumatic, sampah harus

dicincang-cincang lebih dahulu. Pencincangan juga dapat diugunakan untuk

memperbaiki efesiensi lokasi pembuangan akhir. pemilihan teknik prosesing

tergantung dari seluruh kompenen dari sistim pengelolaan sampah dan juga

tergantung dari situasi-situasi tertentu.

Mendapatkan bahan untuk dimanfaatkan kembali

Komponen fisik sampah pemukiman/rumah tangga telah dibahas terdahulu.


150

Dalam prakteknya,n kompenen yang dimanfaatkan harus dapat dipertanggung

jawabkan dari segi pemasaran dan jumlah yang cukup letak untuk dilakukan

pemisahan.

Bahan-bahan ang dikumpulkan dari sampah termasuk kertas, karton, palstik,

kaca logam besi, aluminium danlogam non besi yang lain. Mengingant dari seluruh

bahan tersebut mempunyai kelayakan nilai ekonomi untuk menjamin pemisahannya

(tergantung dari kondisi pasar). Beberapa teknik pemisahan yang dapat digunakan

dibahas tersendiri lebih lanjut

Mendapatkan konversi produk dan energi

Bahan organic yang mudah terbakar, dapat dikonversikan sebagai produk

antaran dan sebagai energi dengan berbagai cara, termasuk :

1. pembakaran atau pembakaran langsung sebagai tenaga mesin uap (boiler)

untuk memproduksi uap air

2. pyrolisa untuk memproduksi gas sintetik atau untuk bahan baker cair

3. pencernaan biologis dengan atau tanpa sludge air limbah untuk

memproduksi gas methan.

Rangkaian proses dan teknik akan dibahas lebih rinci dalam pokok bahasan

tersendiri.

Reduksi Volume Mekanik

Reduksi volume, merupakan factor penting dalam pengembangan dari

seluruh operasi system pengelolaaan sampah. Dinak kota, kendaraan yang di

lengkapi dengan alat pemadat untuk mengumpulkan samoah, untuk meningkatkan

daya guna (usia pakei) lahan tanah penutup. Kertas ang akan di daur ulang, di
151

bundle untuk memudahkan pengirimannya ke stasiun protesing. Akhir- akhir ini

system pemadatan bertekanan tinggi telah di kembangkkan untuk mengurangi ke

butuhan lshsn kering untuk memproduksi berbagai bahan alternative

penggunaannya.

Peralatan pemadatan

Peralatan pemadatan yang di gunakan dalam system pengelolaaan samapah

di golongkan dalam dua golongan yaitu : tetap dan dapat di pindahkan . kompaktor

tetap adalah golongan kompaktor yang dalam prosesnya, sampah yang akan di

padatkan kembali, di siskan ke alat pemadat baik secara manual maupum

mekanikal, contoh yang tergolong jenis ini adalah sebaiknya peralatan yang di

gunakan untuk meratakan dan memedatkan sampah pada lokasi pembuangan akhir

(misalnya, traktor , buldoser, dll) adalah golongan kompaktor yang dapat di

pindahkan.

Biasanya, kompaktor tetap di diskripsikan sesuai penggunaanya aitu sebagai

berikut :

1) ligh duty , sseperti yang di gunakan untuk sampah rumah tangga

2) untuk sampah perdagangan atau industri ringan

3) yang di gunakan untuk industri berat

4) yang di gunakan pada pemindahan stasiun, biasanya di bagi menjadi dua

bagian yaitu : yang bertekanan rendah ( < 100 1b / m PT ) dan ang

bertekanan tinggi ( > 1b / m PT2PT )


152

jika di gunakan klompaktor besar sampah dapat di padatkan (1) langsung

pada kendaraan pengankutan (2) dalam kontener baja yang dapat di pindahkan

secara manual (3) da;lam ruang yang di rancang khusus , dapat memadatkan

sampah dalam bentuik tertentu (kubus atau lempengan) sebelum di keluarkan atau

di buang, atau (4) dalam satu ruangan di mana sampah di padatkan dalam bentuk

balok / kubus dan di buang.

Pemilahan alat peralatan pemadat

Factor-faktor yang di pertimbangkan dalm pemilahan alat pemadat adalah

sebagai berikut :

1. karasteristik sampah yang akan di padatkan,termasuk ukuran komposisi

kandungan air dan desintas

2. metoda pemindahan dan pengisihan kea lat pemadat.

3. metoda penanganan (hangdling) dan penggunaan sampah yang telah di

padatkan

4. karesteristik desain kompaktor

5. karesteristik opersaionalisnya , termasuk kebutuhan energi, kebutuha

pemeliharaan, (rutin dan kkhusus) kesederhanaan operasinya, tingkat

kebisingan dan persaratan pengendalian pencemaran air dan udara.

Mengingat banyak keracunan yang timbul sehubunagan dengan penggunaan

data ratio pemadatan, maka perlu di jelaskan sebagai berikut


153

Bila sampah di [padatkan , volumenya berkurang, pengurangan volume

tersebut adalah sebagai berikut :

Reduksi volume (%) = ( vi vf ) x 100

V1

Di mana :

V1 = volume sampah sebelum di padatkan , yd 3

VF = volume sampah setelah di p:

Ratio pemadatan = vi

Vf

Hubungan antara ratio pemadatan dan presentasi pengurangan volume,

dapat dilihat pada grafik 3.5 oleh karena kenyataan antar hubungan tersebut

dapat dilihat bahwa pengurangan volume dapat mencapai lebih 80% dibutuhkan

peningkatan disproporsi ratio pemadatan. Contoh , untuk mencapai pemadatan

80-90 % dibutuhkan peningkatan ratio pemadatan antara 5-10. Antar hubungan

ini penting dalam analisis ( ekonomi ) antara ratio pemadatan dan biaya

keseluruhan aktivitas pemadatan .

Faktor penting lain yang harus dipertimbangkan adalah densitas akhir dari

sampah yang telah dipadatkan. Beberapa kurva dari sampah rumah tangga yang

tidak diproses dapat dilihat pada gambar 4.5. nilai densitas yang digunakan

dalam pengembangan kurva-kurva tersebut adalah 1.500 1b/yd3 , yang

konsisten dengan nilai yang ditunjukkan dengan penggunaan kompoktor

bertekanan tinggi. Jika sampah yang telah dicincang-cincang dipadatkan dalam


154

kondisis yang sama, densistanya mungkin 35% lebih besar dari sampah yang

tidak diproses. Densitas maximum yang dicapai dalam pemadatan bertekanan

tinggi, tidak bermakna dengan pencincangan.

Kadar kelembaban, bervariasi sesuai asal atau sumber asal/sumber

sampah adalah faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tingkat pemadatan.

Untuk beberapa konpaktor tetap, ditetapkan untuk menambah kadar

kelembaban, biasanya dengan menambahkan air selama proses pemadatan.

3.5.3 . Reduksi Volume- Kimiawi

Disamping reduksi volume- mekanikal berbagai proses reduksi kimiawi

telah digunakan untuk mengurangi volume sampah sebagai mana telah

dikemukakan pada uraian terdahulu, bahwa pebakaran terbuka pada tahun tujuh

puluhan. Dan beberapa negara masih menggunakannya sampai sekarang. Pada

decade berikutnya reduksi kimiawi juga dilakukan untuk memanfaatkan lemak

dari sampah sisa makanan. Sejak akhir abad ini, pembakaran adalah metoda

yang serin ( biasa/lazim ) digunakan untuk mereduksi volume sampah secara

kimiawi. Walaupun proses kimia yang lain seperti pyrolisa hyrolisa dan konversi

kimiawi juga efektif dalam penurunan volume sampah, tidak dibahasdaam

kesempatan ini, tetapi dibahas tersendiri pada pokok bahasan pemanfatan

sampah.

Walaupun pembakaran dapat digunakan untuk mereduksi volume-kimiawi

dan untuk memproduksi tenaga, pembahasan ini dibatasi untuk aplikasi volume

saja. Sedangkan untuk produksi tenaga dibahas tersendiri.


155

Perhitungan perhitungan diperlukan untuk mengetahui sejumlah uap air

atau ( steam ) yang dapat diproduksi, juga dibahas tersendiri.

Mengingat desain dan operasionalisasi inceneraton kota, adalah hal yang

perlu dibahas khusus dan mendalam , pembahasan ini hanya bersifat sebagai

pengantar. Pokok bahasan dimaksud termasuk ( 1 ) pembahsan tentang proses

pembakran sampah kota (3) pembahasn tentang fasilitas dan peralatan

pengendali pencemran udara dan (4) beberapa hal penting untuk pertimbangan

desain dan kinerjanya .

Pembakaran Sampah Kota

Satu hal yang menarik dari proses pembakaran , adalah dapat

digunakannya mengurangi volume sampah yang dapat dibakar sebesar 80-90%.

Pada beberapa incinerator baru dirancang untuk operasi pada temperature yang

cukup tinggi untuk memeproduksi bahan cair sebelum didinginkan, yang mungkin

dapat mereduksi volume sampai < 5%. Walaupun teknologi incinerator telah

dikembangkan dalam dua dekade terakhir, pengendalian pencemaran udara,

merupakan sisa masalah penting dalam pelaksanaanya. Walaupun jika

persyaratan yang ketat tentang pencemaran udara dapat ditutup dengan

teknologi yang ada dan yang dikembangkan., pertanyaan dari segi ekonomi,

minyisahkan masalah yang besar dan alternative yang lain.

Disamping incinerator kota, incinerator setempat juga digunakan dirumah

aprtemen, took, industri , rumah sakit dan institusi yang lain.Disain incinerator

bervariasi melalui tipe pelayanan dan persyratan pencemaran udara setempat.

Diskripsi Proses Pembakaran

Operasi dasar yang terjadi dalam pembakran sampah adalah sebagai

berikut :
156

Pertama

Sampah dibongkar dari kendaraan pengumpul / pengangkut dan dimasukkan

kedalam bak penampung ( stroge bin ) ukuran panjang landasan pembongkaran

dan bak penampungan adalah fungsi dari jumlah truk yang harus membongkar

secara bersamaan. Ukuran lebar dan dalam bak penampungan ditentukan

dengan ratio sampah yang diterimah dan ratio pembakaran. Kapasitas bak

penampung adalah sejumlah rata-rata volume sampah yang diterima setiap hari.

Kedua

Sampah yang ada pada bak penampung diisikan kedalam Charging hopper

dengan overhead crane Dengan overhead-orane sampah yang ada di bak

penampungan , dipilih yang kandungan airnya / kelembabannya layak untuk

dibakar dan dipisahkan sampah yang tidak terbakar ( overhead-orane yang

dilengkapi dengan clam shell: mengambil , mengangkat dan menghamburkan

kembali sampah pada bak penampungan )

Ketiga

Sampah yang sudah terpilih diangkat dan dimasukkan kedalam charging-hopper,

jatuh diatas stoker ( Pengapian ). Stoker yang biasanya digunakan adlah :

Travelling grate, Peprocation grate, rocking grate dan barrel grate ( Cara kerjanya

dapat dilihat pada tabel 4.5. )

Keempat

Pada tahap inilah pembakaran sampah dimulai . Diketahui bahwa , agar terjadi

pembakaran yang sempurna diperlukan udara ( oksigen ) yang cukup. Suplay

udara ini dilakukan dengan forced-draft fan untuk aliran udar udara dibawah

pemanggang dan atau dari atas pemanggang. Dengan demikian temperatur

tungku dan laju pembakaran dapat terkendali.


157

Bagian terpanas saat pembakaran adalah diatas pemanggang , sehinggah

sampah yang kelembabannya tinggi berkurang kelembabannya sampai tingkat

layak baker, turun dari pemanggang .Karena sebagian besar sampah organic

tidak stabil pada kondisi panas, berbagai gas keluar dalam proses pembakaran

menuju tungku baker denagn suhu sekitar 14000f. Gas dan partikel partikel

masuk kedalam Cobustion chamber dan terbakar pada suhu diatas 16000f bau

hilang pada temperature tersebut.

Kelima

Abu yang beterbangan dan partikel yang masuk kecombustion chamber

dibersihkan denagn alat pengendalinya sehingga kualitas udara sesuai dengan

baku mutu udara setempat. Untuk mengamankan aliran udara yang hilang

melalui alat pengendalian pencemaran udara , juga utuk mensuplai udara pada

incinerator itu sendiri diperlukan inducep draf fan dan juga mungkin dengan

forced draf fan

Keenam

Produk akhir dari proses pembakaran adalah udara bersih yang dibuang melalui

cerobong asap. Abu dan bahan-bahan yang tidak terbakar dari pemanggang

jatuh kedalam Residu hopper yang terletak dibawah pemanggang setelah

disiram denagn air. Abu yang beterbangan dalam combustion chamber

dibersihkan denan Sluice way (pintu air ). Residu dari bak penampungan

residu diangkut kelokasi pembuangan akhir atau kestasin prosesing. Dan abu

yang dibersihkan dengan sluice way dan dari alat pengendalian udara bersih ,

dibuang kelokasi pembuangan akhir

Pengendalian pencemaran udara


158

Sebagian besar incinerator , pusat perhatian utamanya dalam

pengendalian pencemaran udara adalah emisi partikel-partikel dibandingakan

terhadap emisi gas dan bau. Biasanya ukuran partikel yang ada dalam emisi

sebagian besar incenerator bervariasi antara < 5 - 120 m . sekitar 1/3 dari

partikel berdiameter <10m. Dalam hubungannya dengan ukuran partikel

partikel tersebut dapat diklasifikasikan sebagai debu halus ( fine dust )

Tabel 4.5.3. Tipe dan ukuran berbagai gas dan pertikel

NO Gas dan partikel Diameter ( m )


1 Smoke 0,01 - 1,0

2 Ful ash 1,0 - 500,0

3 Debu batu bara 1,0 - 100,0

4 Metal fumes and dust 0,01 - 100,0

5 Arang kaorbon 0,01 - 0,6

6 Pulveriszed cool 6,0 - 900,0

7 Contact Sulfuric mist 0.6 - 6,0

8 Combustion Nuclei 0,01 - 0,1

9 Alkali fumes 0,1 - 9,0

Tabel 4.5.3a Rentang - operasi berbagai alat pengendali gas


159

NO Tipe alat Rentang Diametr


1 Settling Chamber 1,0 - 1000,0

2 Cyclone seperator 0,6 - 1000,0

3 Liquid scrubber 0,01 - 1000,0

4 Fabric Filter 0,01 - 100,0

5 Packed beds 0,001 - 900,0

6 Common air filter 1,0 - 100,0

7 Hight efficiency filter 0,001 - 9,0

8 Impingement separator 9,0 - 1000,0

9 Mechanical separator 9,0 - 1000,0

10 Electrostation Precipirator 0,001 - 80,0

Untuk mengendal;ikan emisi partikel dapat digunakan berbagai teknik

desain dan peralatannya. Rentang kemampuan operasi berbagai alat dapat

dilihat pada tabel 4.5.3a. Dan karakteristik berbagai fasilitas dan peralatan

pengendalai, emisi dapat disimak dalam uraian sebagai berikut dibawah ini.

Fasilitas alat pengendali emisi untuk incinerator kota

1. Settling Chamer

Sebuah ruangan besar yang bersebelahan dengan combustion Chamer

untuk membersihkan partikel-partikel yang beriameter besar dan juga

berfungsi sebagai pretrement untuk proses berikutnya.

2. Baffled Collector
160

Penyakit dapat dibuat dari pasanan batu bata atau logam yang dapat dioperasi

dengan metoda basah atau kering. Biasanya terletak setelah combustion

Chamer. Partikel sebesar 50 m dapat dibersihkan Impingement

pengurangan kecepatan atau gengan putaran Centrifugal. Efesiensinya

tergantung pada desain dan peletakan/ penempatannya.

3. Scrubber

Abu yang berterbangan dijepit dengan tirai air terikat dan selanjutnya turun,

metodanya tergantung pada peralatan yang digunakan dan didesain

inceneratornya.

4. Cyclone Separator

Pemisahan partikel-partikel abu yang beterbangan dan kondisi kering dengan

putaran centrifugal membentur dinding penghalang kolektor.

5. Electrostatic Precipitator

Partikel abu yang berterbangan dihisap dan diikat oleh elektroda. Partikel-

partikel yang terikat terkumpul pada lapisan permukaan pengumpul dengan

medan listrik tegangan tinggi. Pada saat pengumpulan pada lapisan

permukaan pengumpul, parikel-partikel lepas dari ikatan dan menempel

sekedarnya dapat dipindahkan dengan Light Tapping.

6. Fabric Filter

Gas-gas yang keluar dari proses pembakaran disaring dengan filter bags

yang terbuat dari berbagai bahan.

Pertimbangan Disain Dan Kinerjanya

Karena besarnya. Incinerator modern biasanya rumit (kompleks),

perekayasanya harus mantap untuk mandisain setiap fasilitasnya.


161

Diantara faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penilaian kinerja

incinerator adalah : sisa residu setelah pembakaran dan apakah diperlukan

bahan-bahan tambahan jka pada awalnya tidak terpikir untuk memanfaatkan

panas yang dihasilkan ; jumlah residu tergantung pada kondisi asal sampah yang

dibakar.

Komponen dasar, yang digunakan dalam desain incinerator kota

1. Timbangan

Dibutuhkan untuk menjada akurasi pencacatan jumlah sampah yang diproses.

2. Bak Penampung (Stroge pits)

Disain bak penampung tergantung pada kapasitas tungku baker (furnace),

kebutuhan penampungan (perkiraan untuk mampu menampung kapasitas satu

hari), jadwal pengumpulan, metode bongkar truk.

3. Derek (crane)

Digunakan untuk memindahkan sampah dari bak penampungan ke charging

hopper, untuk mencampur dan menempatkan kembali sampah ke bak penampung.

4. Charging Hopper

Terbuat dari logam atau pasangan batu, digunakan untuk memasukkan sampah

kepenampung (grate).

5. furnace grates

Digunakan untuk mengerakkan sampah ke tungku baker (tipe yang biasa

digunakan). ; traveling, reciprocating, rockkerarun, dan barvel). Laju pembakaran

60-65 lb/ ft/ jam, merupakan standart pembakaran masa.

6. combustion chamber

Yang biasanya digunakan ; water-walled dan refractory.


162

7. Heat recovery system

Tipenya bervariasi, biasanya two boiler section : convection dan economizer.

8. Auxillary heat

Kebutuhan tergantung dati kelembaban sampah yang dikirim.

9. Fasilitas pengendalian pencemaran udara

Digunakan untuk mengendalikan emisi partikel.

10. Fasilitas dan peralatan tambahan

Biasanya termasuk fasilitas untuk menangani residu, suplai udara dan exhaust

fans, cerobong asap, pengendali gedung dll.

3.5.4. Reduksi Ukuran

Reduksi ukuran adalah suatu istilah yang diterapkan untuk konversi

sampah yang dikumpulkan dalam suatu ukuran/ potongan yang lebih kecil.

Tujuannya adalah untuk memperoleh produk akhir yang seragam dan berkurangnya

ukuran dibandingkan dengan ukuran aslinya. ini penting untuk dicacat, bahwa

reduksi ukuran belum/ tidak pasti berimplikasi terhadap reduksi volume. Dalam

situasi tertentu seluruh volume bahan setelah dilakukan reduksi ukuran mungkin

lebih besar dari volume asalnya. Dalam praktek, istilah shredding, grinding dan

milling, digunakan saling bergantian untuk mendiskripsikan operasi reduksi ukuran.

Reduksi ukuan merupakan faktor penting tidak hanya dalam desain dan

operasi sistem pengelolaan sampah, tetapi juga dalam pemanfaatan kembali bahan

dan untuk konversi energi. Misalnya beberapa bentuk reduksi ukuran diperlukan

untuk pengangkutan, sampah dengan media cair/air. Untuk mencapai densitas yang

tinggi pada tekanan pemadatan yang rendah, sampah dicincang lebih dulu

sebelum dipadatkan. Pembuangan sampah yang telah dicincang pada lahan area
163

tanpa menggunakan penutup galian, adalah nilai penting lainnya dari operasi reduksi

ukuran.

Pencincangan (shredding) lazim digunakan dalam sistem yang dirancang

untuk memanfaatkan kembali bahan-bahan dan energi dari sampah. Karena

perbedaan ukuran partikel, kelembaban, komposisi kimia, dan karakteristik fisik,

sampah kota, tidak idial sebagai bahan baker. Sebagaimana dengan pencicangan

kering atau basah, diikuti dengan pemisahan, bahan-bahan organik dalam sampah

dapat dirubah kedalam suatu campuran yang relatif homogen dalam ukuran nilai

pemanasan, dan kelembaban. Komponen anorganik dapat lebih mudah

dimanfaatkan, karena telah dikurangi ukurannya.

Peralatan yang digunakan dalam reduksi ukuran

Tipe peralatan yang telah digunakan untuk reduksi ukuran dan atau

menghomogenkan sampah, termasuk ; grinder kecil, chippers (perajang untuk

membuat tatal), grinder besar, jaw-chrusher, (jepitan penghancur), penggilingan

(parut-penggilingan-raspmills), pencincang (shredders, palu penggilingan (h

ammer mills), hydropulpers (pembubur).

Tabel 4.5.4 Tipe, cara kerja dan aplikasi peralatan yang digunakan reduksi-

ukuran secara mekanik

NO Tipe Cara kerja Aplikasi


1 Gerinda kecil - Menggiling- menbubur Sampah organik dari
pemukiman.
2 Chippers - - Memotong- mengayat Kertas, karton, potong
( Panjang ) ranting dan dahan ,
sampah halaman/ taman ,
kayu dan plastic
3 Gerinda besar - Menggiling- membubur Biasanya digunakan
untuk aktivitas industri.
4 Jaw - Menghancurkan
164

5 Crusheres - Mencincang- mencabik Padat dan besar.


Raps- Mills Sampah yang dibasahi
6 Shredders - Menggunting- mencabik dengan air .
7 Cutters - Menggunting- mencabik Semua jenis sampah
Clippers
kota
8 Hammer mills - Menghancurkan
Semua jenis sampah
mencabik, mengguntung
kota

Semua jenis Samapah


kota biasanya digunakan
untuk redusi ukuran dan
menghomoginkan
Hydropupers - Menggunting , mencabik
komposisi sampah
9

Idial untuk sampah yang


dapat dijadikan bubur
Termasuk kertas , kayu
tatal. Semula digunakan
pada industri kertas dan
untuk menghancurkan
dokumen

Pemilihan alat/pereduksi ukuran

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alat pereduksi ukuran,

termasuk ;

1. sifat-sifat bahan yang akan dicincang dan setelah dicincang.

2. persyaratan ukuran bahan yang akan dicincang menurut komponennya.

3. metode, pengisian alat, ketentuan kapasitas/kemampuan pencincangan untuk

menghindari kerusakan dan ketentuan yang jelas antara masukan dan

conveyor pemindah dan alatnya sendiri.


165

4. tipe operasinya (terus-menerus atau terputus-putus).

5. karakteristik operasionalnya termasuk : kebutuhan energi pemeliharaan rutin

dan khusus, kesederhanaan operasi, kemampuan kinerjanya dan realitasnya,

bisnis yang timbul, persyaratan pencemaran udara (khususnya debu) dan air.

6. pertimbangan lokasi termasuk kapasisas ruangan, jangkauan, bising dan

kerugian terhadap tindakan operasi berikutnya.

3.5.5 . Pemisahan Komponen

Pemisahan komponen merupakan tindakan yang perlu dalam

pemanfaatan kembali bahan bahan dan konversi produk dari bahan-bahan

yang telah terpilih pada saat prosesing . Pemisahan dapat dilakukan secara

manual yang digunakan, pra- prosesing , tidak diperlukan pada pemisahan

mekanikal beberapa bentuk pemisahan dibutuhkan sebagai tahap pertama .

peralatan yang termasuk dalam mekanikel adalah air separator ( alat pemisah

yang menggunakan udara sebagai wahana ) , Magnetic separator

( pemisahan dengan wahana magnit ) dan sceening ( penapisan ) .

Sortasi dengan tangan ( Hansdsorting )

Pemisahan secara manual dapat dilakukan pada sumber samaph,

pada stasium pemindahan, pada pusat-pusat prosesing atau pada lokasi

pembuangan akhir jumlah dan jenis bahan /komponen yang diambil /disotir ,

tergantung dari lokasi dan pasar untuk menjual , kembali . Komponen yang

biasa diambil /disortir termasuk kertas-kertas, kertas yang kualitasnya ,

logam-logam dan kayu-kayu, dari daerah perdagangan , kertas Koran

aluminium , kaca dari permukiman dan logam-logam, kayu dan barang

barang besar yang masih bernilai pada stasium pemindahan atau lokasi

pembuatan akhir.
166

Sering digunakan untuk sampah yang telah dicincang, adalah belt Type

Magnenic dan Tow Drum Magnetic Separator.

Tipe multistage belt sytem, didesain untuk operasi pada akhir

conveyor, digunakan tiga magnet. Magnet pertama , digunakan untuk

memindahkan logam. Yang sudah tertarik keconveyor dan

mengguyangkannya. Bila logam ditarik tersebut tiba/ sampai pada daerah

yang tidak ada medan magnetnya, logam- logam tersebut jatuh dengan

sendirinya, dan logam non besi lain yang terperangkap dengan logam yang

ada pada belt juga jatu. Selanjutnya logam logam didorong kembali ke

belt oleh magnet yang ketiga dan diletakkan ke conpeyor yang lain kedalam

kontener penampung.

Suspended Drum Separator, telah digunakan sejumlah instalasi

recovery yang besar. Jika single drum dipasang pada akhir conveyor, lintasan

sampah yang telah dicincang digunakan untuk membantu pemisahan bahan-

bahan non besi dan juga memperbaiki pengambilan bahan-bahan besi untuk

mencapai sebersih mungkin bahan-bahan yang diambil tanpa pencincangan

sekunder atau pemisahan dengan udara, sebaiknya digunakan rwao-drum

magnetic separator. Magnet pertama digunakan untuk mengambil logam besi

dari sampah yang telah dicincang dan melontarkannya kedalam conveyor

antara. Sebagian besar logam non besi jatuh pada conveyoryang terletak

dibawah pemisahan awal. Oleh karena dikuranginya beban diatas conveyor

antara drum pemisahan kedua dapat lebih kecil dan dapat diletakkan dekat

dengan conveyor. Untuk melindungi/menjaga agar tidak terjadi kemacetan,


167

drum pemisah kedua putarannya harus berlawanan arah dengan aliran

bahan.

Pemilihan Separator Magnetik

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan separator

ini adalah sebagai berikut :

1. Lokasi dimana pengambilan bahan-bahan besi dilakukan (dari sampah

yang mana bahan besi diambil)

2. Karakteristik sampah sebagai sumber bahan-bahan besi dipisahkan

seperti : jumlah bahan besi dalam sampah tersebut, tingkat pemadatan

kecenderungan sampah tersebut menggumpal atau menempel satu

dengan yang lain, ukuran (besarnya ukuran bahan besi akan direduksi,

sekitar 8 inci atau lebih kecil) dari kelembaban samapah.

3. Peralatan yang (akan) digunakan untuk memasukkan sampah kedalam

separator dan alat untuk memindahkan setelah dipisahkan.

4. Karakteristik desain Rekayasa sistem separator termasuk, laju muatan,

efisiensi pemisahan, kecepatan rotasi drum, kekuatan magnit, sistem

pendingin magnit ( air atau oli/minyak ), kecepatan conveyor, kecepatan

aliran udara, jika digunakan untuk memperbaiki efisiensi dan bahan-bahan

yang digunakan dalam kontruksi separator tersebut.


168

5. Karakteristik operasional separator, seperti kebutuhan energinya,

pemeliharaan rutin dan khusus, kesederhanaan operasinya, kemampuan

kinerjanya dan reabilitasnya, kebisingan yang timbul, dan persyaratan

pengendalian pencemaran udara dan air.

6. Pertimbangan lokasi seperti tata ruang, keterjangkauan, bising dan batas-

batas kelayakan terhadap lingkungan.

Penyaringan ( Screening )

Penyaringan termasuk suatu aktivitas pemisahan campuran bahan,

menurut ukuran yang dikehendaki (bisa dua atau lebih) dengan berbagai

ukuran diameter permukaan saringan, yang digunakan seperti digunakan

ukuran go atau no-go. Penyaringan dilakukan dalam kondisi basah atau

kering (penyaringan kering lazim digunakan dalam sistem prosesing sampah).

Terdapat sejumlah model penyaringan yang diterapkan dalam sistem

pemanfaatan kembali bahan-bahan dan energi dari sampah. Saringan dapat

digunakan sebelum dan sesudah pencincangan dan setelah pemisahan

dengan udara dalam berbagai tujuan penerapannya terhadap fraksi yang

ringan dan fraksi yang berat. Tipe saringan yang digunakan, beberapa

aplikasi yang khas, pemilihan peralatan dan evaluasi kinerjnya., dapat

disimak pada bahasan selanjutnya.

Peralatan Penyaringan
169

Saat ini tipe peralatan penyaringan yang paling umum digunakan

adalah : Vibrator dan Rotary Drum Screen. Biasanya digunakan untuk

memisahkan kaca dan bahan-bahan yang terkait dari sampah yang telah

dicincang. Tetapi potensi aplikasinya baru dipahami sepenuhnya saat ini.

Rotary Screen (Saringan Drum Putar) dengan diameter 3 meter dan

panjang 15 meter, telah digunakan sejak tahun 1973 pada instalasi

pemanfaatan sampah di New Orlean. Sampah yang belum/tidak dicincang,

dimasukkan kealat saring. Diharapkan 40% bahan-bahan tersebut lolos dari

saringan. Fraksi yang halus/tajam, terdiri dari kaleng aliminium dan sebagian

besar kasar, melewati pencincang awal dan selanjutnya ke pemisah udara

(air clasifier). Fraksi yang lebih besar (diperkirakan 60 %) dilewatkan pada

pencincang awal dan selanjutnya ke pemisah udara yang lain, dimana fraksi

yang ringan dipisahkan. Fraksi ringan yang telah terkumpul, kemudian

diangkut kelokasi pembuangan akhir. Fraksi berat dibawah kefasilitas

pengeambilan bahan-bahan. Tipe yang sama, tapi dengan dimensi ukuran

lebih kecil, jika telah ditempatkan di Melwanhe.

Saringan kawat, biasanya digunakan oleh kontraktor (privat) untuk

memisahkan kertas/karton.

Pemilihan Peralatan Penyaringan

Faktor-faktor yang harus dipertimabngkan dalam pemilihan peralatan

penyaringan adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi bahan yang akan disar


170

2. Lokasi dimana penyaringan akan dilakukan, dan karakteristik bahan-

bahan dalam sampah yang akan disaring antara lain ; ukuran partikel,

kecenderungan mengumpul atau menempel satu dengan yang lain dan

ciri-cri logis liannya.

3. Karakteristik disain saringan, antara lain ; konstruksinya, ukuran lubang

saringan (biasanya dalam inci), konfigurasi lubang saringan ; total area

permulaan saringan, laju goyangannya (..x /menit) untuk vibrator,

kecepatan putaran (r/menit) untuk rotary drum ; laju pemuatan ( Ib

sampah/ft2/jam ) dan panjangnya (ft).

4. Efisiensi pemisahan dan efektivitas keseluruhan.

5. Karakteristik operasionalnya antara lain ; kebutuhan energinya

pemeliharaan rutin dan khusus, kesederhanaan operasinya, bukti

kemampuan kinerjanya dan reabilitasnya, bising yang ditimbulkannya,

persyaratan pemcemaran air dan udara.

6. Pertimbangan lokasi (tempat dimana instalasi akan dibangun) termasuk

tata ruang keterjangkauan, biosing dan keterbatasan lingkungan.

Efisiensi saringan dapat dleva1uasi / dinilai dalam hubungannya dengan

proporsi bahan-bahan yang diambil, dengan menggunakan persamaan berikut


171

Uwu

Recovery (%) = (100)......................(4. 4. 4. . . )

Fwf

Dimana

u = berat bahan yang lolos dari saringan (lb / jam) .

F = berat bahan yang dimasukkan saringan (lb /jam).

Ww = berat fraksi sesuai ukuran diinginkan (yang lolos).

Wf = berat fl aksi sesuai ukuran yang diiginkan dalam sampah masukan.

Efektifitas operasi saringan dapat dibentukkan sebagai berikut.

Efektivitas = bahan yang terambil x penolakan

(Recovery) (Rejection)

Dimana ; penolakan = 1 - bahan terambil yang tidak diinginkan.

u (1 - Wu)

F (1-Wf)

Dengan menggunakan persamaan 4.5... pengertian penolakan dapat diketahui

efektifitas saringan, persamaan sebagai berikut


172

Uwu u(1 nWu )

Efektifitas = [1 - ] .... (4.4.5)

Fwu F(1 Wf )

Dua persamaan di atas juga dapat digunakan untuk menentukan proporsi recovery

dan efektifitas beberapa metoda prosesing yang akan mengambil bahan-bahan

tertentu dari limbah baik cair ataupun padat. Aplikasi dua persamaan tersebut di

atas, dijelaskan dengan contoh berikut

Contoh : (Efisiensi & Efektifitas Saringan).

Curahkan 100 ton / jam sampah kota (dengan komposisi sebagaimana

pada tabel 4.2..)

pada saringan drum putar (rotary screen) untuk mendapatkan kaca sebelum

pencincangan.

Tentukan recovery dan efektifitas saringan data, sebagai berikut :

1. Berat yang lolos (Weight flow) = 10 ton/jam.

2. Berat kaca yang lolos (weight glass in screen underflow) = 7,2 ton / jam.

Jawab :
173

1. Tentukan berat fraksi kaca dari masukan sampah (feed to the screen). Dari tabe1

4.2...,

proporsi kaca = 8 % Jadi masa fraksi kaca dari masukan sampah.

berat kaca
Wf =
berat seluruh sampel

100 Ib x 0,08
=
100 Ib

= 0, 08.

2. Tentukan berat fraksi kaca yang 1olos saringan.

berat kaca

Wu =

berat seluruh bahan yang 1o1os

7,2 ton/jam

100 ton/jam

= 0,72
174

3. Tentukan efisiensi saringan dengan persamaan 4.5. . .

Uwu

Recovery (%) = (100)

Fwf

10 x 0,72

100 x 0.08

= 90 %

4. Tentukan efektivitas saringan dengan persamaan 4.4.5...

Uwu u (1 Wu )
efektifitas = [1 ]
Fwu F ( 1 Wf )

( 10 ton / jam ) (1 - 0,72)


= [ 1 ]
(100 ton / jam ) (1 0,08)

= 0,87

Teknik Pemisahan Lain

Uraian tentang teknik pemisahan yang lain dalam pokok bahasan ini. Lebih bersifat

sebagai pengantar dari teknik yang dimaksud untuk mengetahui hal-hal yang khusus
175

dan mendalam. Informasinya dapat diperoleh dari sumber yang layak, misalnya dari

pencatatan dari instalasi yang berskala, lengkap pabrik yang membuat peralatan

tersebut dan dari literatur.

Inertial Separation

Prinsip kerja alat ini adalah berat gravitasi atau gerak peluru (relyon ballistic).

Biasanya digunakan untuk memisahkan sampah yang telah dicincang dalam

kelompok partikel fraksi ringan (organik) dan kelompok fraksi berat (anorganik)

Tiga macam peralatan yang biasa digunakan adalah Ballistic, secarator dan

Inclined conveyor. Cara kerjanya dapat dilihat pada gambar 4.5......

Flotation (pengapungan)

Proses pengapungan (glass-rich feedstock). biasanya dilakukan sete1ah

penyaringan fraksi ringan/berat dengan pemisahan udara setelah pisahan bahan-

bahan besi, ditenggelamkan dalam tangki (yang khusus diperuntukkannya) berisi air

. Potongan-potongan kaca, batu. Batu merak dan plastik yang berat, tenggelam

pada dasar tangki selanjutnya dikeluarkan dengan belt scaper untuk diproses lebih

lanjut.

Bahan-bahan organik

bahan lain yang mengapung dijaring / diangkat dari permukaan air. Bahan-bahan

yang dijaring. ini biasanya diangkut ke lokasi pembuagan akhir.


176

Bahan kimia tambahan (chemical addtive) biasanya digunakan untuk membantu

menangkap bahan-bahan organik yang ringan dan bahan-bahan organik yang halus.

Yang ringan dipanaskan dari bahan basah yang akan dikeringkan.

Pengeringan Dengan Metoda Konveksi

Metoda konveksi adalah. satu metoda yang paling umum digunakan dalam

Proses penyaringan dibidang industri. Karakteristik dasar pengeringan dengan

metoda konveksi dapat dilihat pada tabel 4.4.6. Karena rotary-drum telah digunakan

dengan efektif untuk pengeringan sampah. tipe pengering ini yang akan dibahas

lebih lanjut.

Dengan bentuk yang Sangatsederhana, pengering drum-putar (rotary-drum

dryer) terbuat dari tabung silender yang berputar. diameternya membesar ramping

kearah horisontal (slighty inclined-from the horizontal). sampah yang akan

dikeringkan lewat di dalamnya dan gas kering dialir kan serentak (lihat gambar

4.4.6). Sewaktu d rum berputar bahan yang akan dikeringkan diangkut terus

menerus dari sisi bagian pengisi ke bagian akhir tebung dengan gerak angkat (lifting

action) dari sirip / simpai/ dalam (internal flights). Sewaktu bahan jatuh pada

sirip/simpai/sayap dalam teruksi, sehingga pengeringan dapat dicapai lebih baik.

Pengeringan bahan dalam pengering drum-putar dibagi menjadi beberapa

tahap berikut di bawah ini:

1. Memanaskan bahan yang basah dan kandungan airnya ke konstanta

temperatur
177

pengeringan. yang merupakan perkiraan temperatur pengeringan bahan

yang akan

dikeringkan..

2. Pengeringan substansial bahan pada temperatur tersebut.

3. Memanaskan bahan untuk temperatur dilepaskan dan evaporasi kandungan

airnya.

Biasanya waktu tinggal (retention time) dalam drum bervariasi dari 30

sarnpai 45 menit. Katup penyesuai pelepasan panas dapat digunakan untuk

mengendalikan waktu pengeringan atau waktu tinggal atau media pengeringan.

Akhir dari pelepasan (panas) alat pengering diatur pas dengan mesin yang

digunakan oleh exhauster untuk menghalau uap air yang termuat dalam gas-gas ke

dalam ekstraktor debu dan alat pengendali udara. sebelum dibuang ke

atmosfir. Bahan yang telah dikeringkan keluar dari bagian bawahnya.

Seleksi alat pengering

Factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam selksi alat pengering

1. ciri-ciri bahan yang akan dikeringkan, seperti pengisian dan dilepaskannya dari

alat pengering

2. karakteristik pengeringan bahan, termasuk kelembaban, tipe kelembaban

(apakah terbatas tidak terbatas atau kedua-duanya) temperatur maksimum

bahan, dan waktu pengeringan yang diharapkan.

3. spesifikasi hasil akhir, termasuk kelembabannya

4. pengoperasiannya, apakah terus menerus atau terputus-putus


178

5. karakteristik operasionalnya, termasuk kebutuhan energi, persyratan

pemeliharaan rutin dan khusus, kesederhanaan operasionalnya, bukti kinerjanya

dan reabilitasnya, bising yang ditimbulkan, dan persyaratan pengendalian

pencemaran air dan udara

6. pertimbangan tampak (lokasi dimana fasilitas tersebut akan dibangun) termasuk

tata ruang, bising dan kelemahannya terhadap lingkungan

walaupun persyaratan energi untuk pengeringan sampah berfariasi untuk

lokal, masukan energi yang dibutuhkan dapat diestimasikan dengan nilai sekitar

1550 Btu/1b, air yang diuapkan. Untuk hal ini dapat dilihat pada contoh berikut.

Contoh : (analisis kelembaban dan kebutuhan energi untuk pengeringan)

Tentukan jumlah air yang herus dikeluarkan setiap 1 ton sampah yang

dicicang dan dipisahkan (dengan udara), jika kelembabannya 25% dan

akhir setelah pengeringan 10%.

Berapa banyak energi dibutuhkan untuk melaksanakan hal tersebut

Jawaban :

1. tentukan persen (%) kelembaban awal dari sampah syang dicincang, dengan

persamaan :

a b
Kelembaban (%) = x 100
a

Dimana :

a = Berat awal sampah yang dikirim

b = berat sampel (sampah) setelah dikeringkan

a b
25 = 2.000 lb (100)

a b = Ws = 500 lb air dalam sampel


179

2. tentukan persen (%) kelembaban yang harus ada pada sampah yang dicincang

setelah dikeringkan, jika kelembaban akhir diharapkan 10 %

Ws
10 = 1.500 Ws (100)

Ws = 167 lb air pada kelembaban 10 %

3. tentukan jumlah air yang dikeluarkan dari setiap ton masukan sampah pada

pengering.

(500 167) lb = 333 lb/ton

4. tentukan energi yang dibutuhkan untuk pengeringan dengan asumsi bahwa 1850

Btn diperlukan untuk menggeluarkan 1 pount air

Energi yang dibutuhkan = 333 lb/ton (1.850 Btu/lb)

= 616.050 Btu/ton (715 kj/kg)

Pengeluaran air (Dewatering)

Masalah krisis dalam pembuangan sludge (lumpur) dari fasilitas pengolahan

air limbah kota dengan jumlah penduduk besar adalah : kebutuhan lahan untuk

lokasi pengeringan, lagoon atau tidak cukup praktisnya penyebaran lahan atau

kelayakan ekonomisnya. Pada umumnya bentuk pengeluaran air sludge dipakai

untuk mengurangi volume cairan. Segerah setelah dikurangi airnya sludge dapat

dicampur dengan sampah yang lain. Hasil pencampuran tersebut dapat

1. dibakar untuk mengurangi Volumenya

2. digunakan untuk memproduksi suatu hasil samping yang masih dimanfaatkan

3. digunakan untuk memproduksi kompos atau

4. ditimbun pada lahan urung

Centrifugasi dan filtrasi adalah dua metode-metode yang sekarang sangat umum

digunakan untuk mengeluarkan air sludge.


180

Mangkuk Centrifugasi (Centrifugation bowl), centrifugasi penuangan

(decanting) dan horisontal telah digunakan untuk mengeluarkan air sludge. Walaau

seludge yang keras (10 sampai 50%), sejumlah masalah telah ditemui. Dua yang

sangat kritis adalah

1. tingginya biaya operasi dan pemeliharaan yang berhubungan dengan unit-unit

tersebut

2. terbawanya benda-benda halus/tajam dalam saringan.

Metode filterasi yang sangat umum digunakan adalah vacum filterasi dan

pressure filterasi.

PPEMBUANGAN AKHIR (DISPOSAL)

Akhirnya sesuatu harus dilakukan terhadap sampah yang telah dikumpulkan

dan terhadap residu sampah yang telah diproses, dimanfaatkan kembali sebagai

suatu produk dan atau energi telah dilaksanakan.

Hanya ada dua pilihan untuk hal tersebut diatas, yaitu; dibuang pada dasar laut.

Sesungguhnya, masih ada alternatif/pilihan ketiga, yaitu dibuang di atmosfir, tetapi

metode ini tidak layak, sebab suatu bahan yang dibuang di atmosfir akhhirnya timbul

dibumi atau dalam laut dengan berbagai fenomena alam dan salah satu fenomena

alam yang sangat penting adalah hujan.

Pembuangan sampah kota dilaut, biasa dilakukan pada awal abad ke 19

sampai tahun 1993, namun sekarang telah dilarang. Beberapa industri masih ada

dibuang di laut, tetapi bagai manapun dan baru-baru ini konsep tentang dasar laut

sebagai lokasi penampungan sampah, diterima dengan sejumlah perhatian

(Khusus).

Berdasarkan pengalaman masa lalu dikota-kota negara maju, pembuangan

ditanah dalam bentuk sanitory landfill (lahan-urug saniter), dapat diterima dan sangat
181

ekonomis. Istilah sanitory landfill, yang untuk kelajutannya digunakan istilah lahan

urug saniter, adalah ; suatu metode pembuangan sampah, yang prinsip operasinya :

timbun-ratakan dan atau padatkan-timbun dengan tanah penutup harian (setiap hari,

setiap akhir jam kerja). Bila sampai pada kepada batas akhir yang ditentukan,

ditutup (kembali) dengan lapisan tanah seetebal > 70 cm.

Open dumping (penimbungan terbuka), juga salah satu metode yang terkenal

disamping metode lahan urug saniter dan masih digunakan dibeberapa negara,

terutama di negara-negara sedangberkembang termasuk indonesia. Tetapi

sesungguhnya tidak dapat diterima, karena tidak saniter

Kondisi negatif yang dapat dari metode penimbunan terbuka adalah : estetika

sebagai tempat bersarang dan berkembang biak vektor dan binatang pengganggu

yang lain (lalat, nyamuk, tikus, dan lain-lain), rawan kebakaran, pencemaran

lingkungan, dan aspek sanitasi yang lain.


182

Dilihat pada tabel 4.6. : dibawa ini

Keuntungan Kerugian

1. Bila tersedia metoda ini sangat 1. Pada wilayah dengan kepadatan


ekonomis. penduduknya tinggi, lahan yang
cocok mungkin tidak tersedia,
sehubungan dengan pertimbangan
ekonomi jarak pengangkutan
2. Investasi modal awal 2. Standar lahan urug yang tepat
lebih rendah di banding dengan harus diikuti setiap hari, sebab
metode yang lain kalau tidak, akan sama seperti
penimbunan terbuka
3. Metode ini merupakan 3. Jika dilakukan pada daerah
pembuangan yang tuntas tidak pemukiman, akan menimbulkan
seperti pembakaran, pengomposan provokasi yang tajam dari
4. Metode ini dapat masyarakat
meneritima semua jenis sampah, 4. Terjadi penurunan permukaan,
sehingga dapat mengeliminasi sehingga dilakukan pemeliharaan
operasi pemisahan pada aktifitas rutin
pengumpulan
5. Metode ini flexisibel;
peningkatan kuantitas sampah yang 5. Harus digunakan desain
akan ditimbun hanya diperlukan dan kontruksi khusus, jika bekas
tambahan sedikit tenaga dan L.U.S. akan digunakan untuk
peralatannya pembangunan gedung sebab ada
factor poenurunan permukaan
6. Dapat digunakan tersebut
untuk reklamasi lahan dipinggiran 6. Gas methane yang
kota yanbg dapat digunakan untuk mudah terbakar dan gas lain hasil
lapangan parkir, tempat proses dekomposisi, mungkin
main/rekrasi, lapangan golf, dapat menimbulkan bahaya
183

bandara, dan lain-lain gangguan terhadap penggunaan


bekas lahan urug saniter

Perencanaan, analisis dan desain lahan urug saniter melibatkan saniter

melibatkan berbagai ilmuan, ahli teknik, (engineer) dan kaidah-kaidah ekonomi.

Mengingat pertimbangan pertimbangan hal-hal yang terkait tersebut, semua aspek

tersebut meliputi

1. faktor-faktor dalam pemilahan/seleksi lahan sebagai tapaknya

2. metode-metode penimbunan dan operasinya

3. Reaksi-reaksi yang terjadi pada lahan yang urug saniter (yang sedang

berlangsung atau yang sudah selesai)

4. pergerakan gas dan lindi (leachate) serta pengendaliannya

5. disain lahan urug saniter

seleksi lahan sebagai tapak lahan, urug saniter (LUS)

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam seleksi lahan, yang

potensial digunakan sebagai lahan urug saniter, meliputi;

1. ketersediaan lahan

2. dampaknya terhadap prosesing dan pemanfaatan bahan-bahan

3. jarak pengangkutan
184

4. kondisi tanah dan topografi

5. kondisi klimatologi

6. kondisi geologi dan hidrogeologi

7. kondisi lingkungan lokal dan

8. potensi penggunaan bekas lahan urug saniter

karena faktor-faktor tersebut dapat juga dapat juga digunakan untuk

menyaring tapak yang tidak cocok, metode-metode survey pendahuluan dan seleksi

akhir, biasanya berlandaskan pada hasil survey pendahuluan, hasil dari rekayasa

disain studi kelayakan biaya dan hasil study analisis dampak lingkungan

ketersediaan lahan

dalam seleksi lahan potensial yang dapat digunakan sebagai tapak, adalah

penting untuk memastikan kecukupan lahan yang tersedia. Walupun tidak ada suatu

aturan yang pasti tentang area yang di butuhkan, diperlukan sekali memiliki lahan

yang cukup untuk operasi sedikitnya 10 tahun. Periode yang lebih singkat, operasi

pembuangan menjadi dengan persiapan, persediaan fasilitas penyelesaian lapisan

penutup akhir.

Untuk estimasi luas area lahan yang dibutuhkan dalam perencanaan

pendahuluaan, kurva yang disajikan pada gambar 4.6.1. dapat digunakan sdebagai

mana yang diuraikan pada contoh berikut.

Contoh (Estimasi luas lahan yang dibutuhkan).

Estimasi luas lahan untuk lahan urug saniter sampah kota dengan penduduk 31.000.

dengan asumsi kondisi-kondisi berikut dibawah ini :

2. densitas sampah yang padatkan pada lahan urug = 800 lb/yd 3

3. kedalaman rata-rata sampah yang dipadatkan = 10 ft

penyelesaian
185

1. tentukan laju timbuilan sampah harian dalam ton perhari.

31.000 orang 6,4 lb / orghari


Laju timbulan = 2.000 lb / ton

= 100 ton/hari = 90.720 kg/hari

2. cari luas lahan yang dibutuhkan dengan menggunakan kurva, gambar 4.6.1.

untuk laju timbulan yang telah dihitung tersebut diatas.

Luas lahan yang dibutuhkan = 5,6 area/tahun

3. perhitungannya adalah sebagai berikut :

100 ton / hari x 200 lb / ton


= 800 lb / yd 3

= 250 yd3/hari = 191 m3/hari

Luas area dibutuhkan pertahun :

250 yd 3 / hari 365 hari / tahun 27 ft 3 / yd 3


=
10 ft 43.560 ft 2 / acrea

= 5,66 acrea/tahun = 2,29 ha/tahun.

Komentar

Kebutuhan luas lahan yang nyata, akan lebih besar dari perhitungan, sebab

dibutuhkan tambahan lahan untuk persiapan tapak. Jalan akses, sarana akses, dan

lain-lain. Biasanya tambahan ini bervariasi dari 20-40%. Pendekatan yang lebih teliti,

untuk menentukan luas lahan yang dibutuhkan, juga dipertimbangkan pemadatan

setiap komponen sampah.

Dampak terhadap pemanfaatan bahan (Resource Recovery)

Dalam study awal tantang lahan yang potensial dapat digunakan untuk tapak

lahan urug. Adalah penting untuk proyeksi tingkat aktivitas prosesing dan atau

pemanfaatan bahan-bahan, yang terjadi dimasa mendatang dan menentukan

dampak pada kuantitas dan kondisi dari residu bahan-bahan tersebut untuk dibuang.

Sebagai misal jika 50% kertas harus didaur ulang, berat bahan tersebut yang
186

dibuang dan kebutuhan luas lahan harus dikurangi juga penting untuk diketahui

apakah fasilitas daur ulang ditempatkan pada lokasi pembuangan akhir

Jarak pengangkutan

Jarak pengangkutan adalah satu fariabel penting dalam seleksi tapak

pembuangan akhir. Dari contoh-contoh perhitungan pada pokok bahasan terdahulu,

jelas bahwa panjang/jarak pengangkutan, berpengaruh nyata terhadap saluran

desain dan operasi sistem pengelolaan sampah. Walaupun jarak minimum yang

diinginkan, tetapi faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan. Faktor tersebut

meliputi rute pengumpulan, pola lalu lintas lokal, karakteristik rute ke dan dari lokasi

pembuangan akhir.

Kondisi tanah dan topografi

Kondisi iklim lokal juga harus dipertimbangkan, dalam seleksi tapak lahan

urug yang akan digunakan. Dibeberapa lokasi jangkauan ke tapak, dipengaruhi oleh

musim dingin (untuk daerah sub tropis). Pada saat udara sangat dingin, tanah

penutup haris tersedia persediaan, kalau penggalian tidak mungkin dilakukan.

Serupa dengan hal tersebut didaerah tropis pada saat musim hujan. Angin dan pola

angin (arah dan kecepatan) harus dipertimbangkan masak-masak. Untuk

menghindari terhamburnya atau keterbanganna kertas-kertas, pagar harus

diadakan. Bentuk khusus bentuk khusus pagar tergantung kondisi lokal. Idealnya,

angin yang kuat searah dengan operasi penimbunan/pengurungan.

Air permukaan

Air permukaan didaerah adalah penting dalam menetapkan adanya drainase

alamiah dan karakteristiknya limpasan yang harus dipertimbangkan. Kondisi lain,

misalnya meluapnyamembanjirinya air permukaan tersebut, harus diidentifikasi.

Kondisi geologi dan hydrologi


187

Kondisi geologi dan hydrologi mungkin merupakan faktor yang sangat penting

dalam menentukan kelayakan lingkungan area untuk tapak (site) lahan urug. Data

tentang faktor-faktor tersebut dibutuhkan untuk menaksir pencemaran dari tapak

yang diusulkan dan untuk menetapkan apa yang harus dilakukan, auntuk menjamin

bahwa pergerakan lindi atau gas-gas dari lahan urug, tidak akan

merusak/mengganggu kualitas air tanah lokal atau mengkontaminasi air tanah

dangkal atau akuifer. Dalam study pendahuluan tentang alternatif tapak, mungkin

dapat digunakan peta hasil surfey geologi dari instansi yang terkait.

Kondisi lingkungan lokal (setempat)

Walaupuun dimungkinkan untuk membangun dan mengoperasikan tapak

lahan urug dekat dengan permukiman dan pengembangan industri sungguh-

sungguh harus diberikan terhadap operasinya, jika ingin tercipta kondisi lingkungan

yang dapat diterima berkenaan dengan, bising, bau, debu dan pengendalian vektor.

Kertas-kertas yang berterbangan dan plastik tipis harus juga dikendalikan

Penggunaan lahan selanjutnya

Satu dari banak keuntungan lahan urug adalah; jika sudah selesai, area lahan

urug yang cukup besar, akan dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Karena

penggunaan akhir berpengaruh terhadap desain dan operasi lahan urug perihal

tersebut diatas harus ditetapkan sebelum rancangan dan desainnya dimulai.

Sebagai misal, jika besar atau luas; seperti pergudangan akan dibangun lokasi

tempat berpijak harus disediakan dan penyediaan dana untuk itu. Jika lahan urug

telah selesai akan digunakan untuk pertamanan lapangan golf, program penanaman

pohon harus dimulai sejak awal dan dilanjutkan sampai awal dan dilanjutkan sampai

lahan urug tersebut selesai.


188

Metode-metode pengukuran dan operasinya

Untuk menggunakan area/medan pada tapak laha urug seefektif mungkin.

Rencana operasi penempatan sampah harus dipersiapkan. Berbagai metode

operasi yang telah dikembangkan pada awalnya berdasarkan lapangan. Metode

yang digunakan untuk menguruk medan kering, substansinya berbeda dengan

metode yang digunakan pada medan basah.

Metode-metode untuk medan kering

Metode dasar yang digunakan untuk mengurug medan kering dapat

diklasifikasikan sebagai :

1. area mothods (metode medan urug)

2. trench methos (metode gali urug) dan

3. despresion/ramp-methods (metode yang digunakan pada daerah

rendah/kemiringan terjal)

1. metode medan urug

metode ini digunakan jika medan tidak cocok untuk digali, dimana sampah

yang akan ditempatkan.

Operasinya ; sampah yang dibongkar disebarkan memanjang membentuk

lapisan tipis yang bervariasi dari 40-70 cm. Setiap lapisan didapatkan dan

seterusnya sampai tingkat kepadatan dari ketinggian lapisan yang diharapkan (6-

10 kali) pada setiap hari kerja. Dan pada saat itu juga dilakukan penimbunan

bahan penutup (biasanya tanah) setebal 6-12 inci. Panjang medan urug

bervariasi sesuai kondisi tapak dan kemampuan operasi setiap harinya.


189

Lebarnya (medan urug bervariasi dari 8-20 kaki, juga tergantung dari medan dan

kemampuan operasi sesuai serta besarnya kendaraan pemadat (biasnya

sekurang-kurangnya 2 kali lebar kendaraan). Hasil operasi setiap hari biasanya

disebut batas-batas yang diharapkan biasanya disebut LIFT jumlah lift ini

tergantung kondisi medan yang diurug.

Jika kumlah bahan lapisan penutup relatif sedikit dan tersedia pada tapak

lahan urug (setempat) variasi metode medan urug dapat digunakan (ramp

methods) dalam metode ini pelaksanaan operasi harian sama dengan metode

medan urug, tetapi bahan lapisan penutup harian diambil setempat dengan jalan

membongkar dasar tanah ang miring tersebut. Mengingat adanya peningkatan

biaya adalah masalah yang terkait dengan kelayakan memperoleh bahan lapisan

penutup penggunaan metode ramp harus berdasarkan hasil study kelayakan

ekonomi.

Metode gali-urug (trench methods)

Idealnya metode ini dilakukan pada tapak lahan urug dimana tersedia lapisan

penutup dengan kedalam yang sesuai dan tinggi muka air dekat depan permukaan

tanah. Biasanya sampah ditempatkan pada parit yang panjangnya antara 100-

400 kaki dalam : 3-6 kaki dan lebar antara : 15-25 kaki. Proses operasi dimulai

dengan menggali sebuah parit tersebut dalam bentuk tanggul. Selanjutnya sampah

ditempatkan dalam parit, diratakan sehingga membentuk lapisan tipis (biasanya

antara 18-24 inci) dan dipadatkan. Panjang parit yang digunakan setiap hari, harus

diperhitungkan tinggi lapisan yang ingin dicapai pada setiap hari operasi. Juga harus

dipertimbangkan, waktu tunggu bongkar kendaraan pengumpul, sehingga dapat

dihindari biaya yang harus ditanggung akibat penundaan waktu bongkar.

Metode depresi (depresion methods)


190

Pada suatu lokasi, dimana terdapat lahan yang lebih randah dari daerah

sekitarnya (cekungan) baik alamiah atau buatan, yang memungkinkan dapat

digunakan untuk lahan urug secara efektif.

Jurang, ngarai, bekas galian yang kering (dry borrowpit) dan bekas penggalian

tambang, semuanya dapat digunakan sebagai tapak lahan urug dengan metode

depresi. Teknik penempatan dan pemadatan sampah pada lahan urug depresi

bervariasi menurut geometri tapaknya, karakteristiknya bahan penutup, hydrologi

dan geologi tapaknya.

Jika lantai dasar jurang/ngarai bertingkat-tingkat (terasering) operasi

pengurungan pertama seharusnya dilakukan seperti pada metode gali-urug. Setelah

pengurungan pada lantai dasar selesai, dimulai lagi untuk lift berikutnya, sampai

pada mulut jurang. Operasi semacam ini dapat mencegah mengumpulnya air

dibelakang lahan urug. Sampah biasanya ditimbun pada dasar jurang/ngari dan

didorong kembali kebagian yang lebih tinggi dengan slope/kemiringan sekitar 2-1.

dengan cara demikian, tingkat/derajat pemadatan tinggi dapat ddicapai. Densitas

dipadatkan sekitar 1.200 lb/yd 3. selaras dengan tingginya densitas dalam porsi

rendah lahan urug semakin tinggi peningkatan urugan.

Tampak lahan urug pada bekas penambangan selalu lebih rendah dari

daerah sekitarnya. Dan oleh karenanya, pengendalian drainasi permukaan sering

kali merupakan factor kritis dalam pengembangannya sebagai tapak. Sebagaimana

tapak pada jurang/ngarai, pengurangan dilakukan dengan banyak lift (multiple lift)

dan operasinya pada dasarnya sama. Kunci keberhasilan penggunaan bekas

penambahan sebagai tapak lahan urug, adalah cukup tersedianya bahan lapisan

penututup masing masing lift dan lapisan penututup akhir dan juga bahan urugan

disekitar tapak ang telah mwncapai ketinggian yang diharapkan. Karena adanya
191

penurunan permukaan, biasanya urugan dibuat lebih tinggi dari ketinggian asalnya

(dataran pada mulutnya).

Metoda yang digunakan untuk daerah basah

Rawa rawa, daerah pasang surut, kolam dan bekas galian penambahan
adalah suatu tempat yang biasa juga digunakan untuk tempat lahan urug. Karena
masalah yang terkait dengan pencemaran air tanah setempat, menimbulkan baud
an stabilitas structural sehingga disain lahan urug pada daerah basah memerlukan
perhatian khusus.
Perhatian khusus tersebut ditujukan terhadap penggerakan lindi dan gas gas dari
cell ang telah selesai. Upaa yang harus dilakukan adalah mengeringkan tapak dan
melapisi dasarnya dengan tanah liat atau bahan pelapis lain yang tapak/cocok. Jika
pelapis tanah liat yang digunakaahann drainase harus dilakukan terus menerus
sampai tapak lahan urug mencapai ketinggian yang dapay menyebabkan
retak/rusaknya pelapis tanah liat. Sedangkan untuk gas gas, dengan cara yang
asama pada lahan kering, yaitu dengan membuat fasilitas ventilasi.

3.6.3. Proses Reaksi Yang Terjadi Pada Lahan Urug

Untuk merencanakan dan mendasain lahan urug saniter yang efektif,


penting untuk dimengerti apa yang terjadi pada lahan urug, setelah operasi
pengurangan selesai sampah ditempatkan dilahan urug saniter mengalami
sejumlah proses reaksi biologic, fisik dan kemis yang terjadi serentak
(simultan). Diantara banyak proses reaksi penting tersebut adalah :
(1) Penguraian biologic dari bahan bahan yang mudah membusuk, baik
aerobic ataupun anaerobic, dengan disertai timbulnya gas gas dan
cairan.
(2) Oksidasi kimiawi bahan bahan.
(3) Keluarnya gas gas dari urugan dan difusi lateral (kesamping) gas
gas sepanjang urugan.
192

(4) Aliran cairan karena perbedaan tinggi


(5) Pelarutan dan pelepasan bahan bahan organic dan anorhanik oleh
air dan aliran lindi keluar dari urugan.
(6) Pemindahan bahan bahan terlarut karena perbendaan konsenterasi
dan tekanan osmosis.
(7) Penururnan yang tidak merata yang disebabakan karena adanya
konsolidasi bahan bahan ke ruang ruang yang kosong.
Dekomposisi dan stabilisasi dalam lahan urug tergantung pada banyak
factor, seperti : komposisi sampah, derajat pemadatan, kelembaban, adanya
bahan bahan sebagai factor penghambat, laju keluarnya/aliran air dan
temperatur.
Karena banyaknya hubungan yang saling mempengaruhi sulit dikatahui
kondisi apa/bagaimana yang Akan timbul dalam beberpa lahan urug atau
sebagaian lahan urug disaat saat tertentu. Pada umumnya mungkin dapat
dikatakan bahwa laju reaksi kimiawi dan biologi dapat dalam lahan urug
saniter meningkat sesuai temperature dan kelembaban sampai melampaui
batas. Pada setiap kejadian dekomposisi, terbentuknya gas dan lindi,
penurunan dan karakteristik struktur lahan urug, diuraikan sebagai berikut.

Dekomposisi dalam lahan urug

Komponen bahan organic (yang terurai secara biologis) dalam sampah


mulai mengalami dekomposisi (baleterial) segera setelah berada di lahan
urug. Bahan bahan organic tersebut dapat dikelompokan dalam tiga
klasifikasi utama, yaitu ( 1 ) yang mengandung selulosa atau derivate selulosa
( 2 ) yang tidak mengandunf selulosa atau derivate selulosa dan ( 3 ) plastic,
karet dan kulit.
Selulosa banyak terdapat pada sampah organic, seperti ; kertas, kain, jerami,
tali (benang) dan jaringan tumbuhan/tanaman. Kecuali plastic, sampah yang
mengandung non selulosa adalah : protein, karbohidrat dan lemak. Garam-
garam mineral dalam jumlah terbatas dan air biasanya juga ada dalam bahan
organic tersebut, karena begitu banyaknya dan variasinya, dalam uraian ini
tidak memungkinkan disebut daftar contoh-contohnya.
193

Proses dekomposisi bahan organic dalamm lahan urug terjadi dalam


tiga tahap, yaitu :

Tahap pertama
Berlangsung dalam kondisi aerob : persediaan oksigen berasal dari
oksigen yang terperangkap sewaktu proses/operasi pengurungan.
Reaksi berlangsung relative cepat, membentuk carbon dioksida (CO 2) dan air.
Disertai dengan timbulnya panas dan dpertumbuhan organisme pengurai.
Temperature naik sekitar 17 oC lebih tinggi dari temperature udara luar.
Sebagian dari carbon dioksida larut dalam air membentuk asam lemah,
ang kemudian dapat melarutkan mineral-mineral lainnya.
Persamaan reaksi sederhana dekomposisi aerob adalah sebagai berikut :

6 (CH2O)x + 5O2 (CH2O)x + 5 C)2 + 5H2O + E

(sampah organik) (sel bakteri)

Tahap Kedua
Pada tahap ini oksigen sudah terpakai habis untuk dekomposisi tahap
pertama (aerob). Organisme aerob mati diganti dengan pertumbuhan
organisme anaerob. Molekul-molekul besar yang ada dalam sampah organic
dihancurkan menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Temasuk
hydrogen, ammonia, carbon dioksida berkisar dari 50% sampai 90% dari
timbulan gas-gas. Persamaan reaksi sederhana timbulnya asam organic
adalah sebagai berikut :

5(CH2O)x (CH20) x + 2 CH3COOH + Energi

(sampah organik) (sel bakteri) (asam organik)

Asam organic masuk kedalam media air dan kemudian dapat berdifusi
melalui tanah urung.
Carbon dioksida larut dalam air tanah, membuat air sedikit asam.
194

Mikroba decomposer yang berperan dalam tahap ini adalah mikroba fakultatif
an-aerob.

Tahap Ketiga
Pada tahap ini dekomposisi berlangsung dalam kondisi an-aerob,
carbon dioksida, hdrogen dan asam organic, digunakan oleh mikroorganisme
pengurai membentuk gas methan dan produk-produk lainnya. Mikroba
tersebut memerlukan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya, antara lain : air
(lebih banyak lebih baik), temperature di atas 10 oC sampai 16 oC, tanpa
okksigen dan bahan bahan beracun, perbandingan karbon dan nitrogen
yang tepat dan pH mendekati normal (netral).
Produksi gas selama dekomposisi ini berdekomposisi 50% carbon
dioksida dan 50% gas methan. Total produksi gas methan tergantung dari
komposisi sampahnya, namun secara teoritis, diperkirakan terbentuk 0,50 m 3
gas methan dari setiap kilo gram sampah.
Persamaan reaksi sederhana produksi gas methan adalah sebagai berikut :

5 CH3COOH 2 (CH2O)x + 4 CH4 + 4 CO2 + E

(Asam organik) (Asam bakteri)

Bakteri methan an-aerob dapat berakumulasi dalam jumlah besar di


dalam system lahan urug, sehingga gas methan dapat dilepas dalam ukuran
tertentu melalui tanah. Sesungguhnya bakteri aerob dapat menggunakan
sebagian gas methan ini, dengan berdifusi melalui urugan lahan namun
hamper semua gas methan lolos ke atmosfir.
Hasil akhir dekomposisi an-aerobik adalah sebagian bahan organic
yang telah stabil, asam organic tingkat menengah yang mudah menguap dan
berbagai gas (termasuk : carvon dioksida, methan, nitrogen, hydrogen dan
hydrogen sulfida). Dalam kondisi normal laju dekomposisi, dapat diukur
dengan gas yang diproduksi, puncak puncak produksi dapat terjadi pada
periode dua tahun pertama dan berangsur angsur berkurang (lambat),
berlanjut sampai 25 tahun atau lebih (pada umumnya). Jika tidak terjadi
195

penambahan kandungan air pada sampah yang telah dipadatkan di lahan


urug, tidak lazim ditemukan bahan bahan dalam bentuk asalnya, beberapa
tahun setelah ditimbun.

Gas gas dalam lahan urug

Sebenarnya telah diuraikan di tas bahwa banyak gas gas yang timbul
selama terjadi proses dekomposisi. Dan dua diantaranya sangat penting
adalah carbon dioksidaa dan gas methan, sebagai produk dekomposisi an-
aerobik. Carbon dioksida proporsinya sangat tinggi pada periode awal proses
dekomposisi (an-aerobik).
Berat molekul dan densitas gas gas tersebut dapat dilihat pada table 4.6.3.
di bawah ini :

Densitas
NO G AS Rumus B. M.
G/l 1b / ft
1 Udara - - 1,2928 0,0808
2 Ammonia NH3 17,03 0,7708 0,0482
3 Carbon Dioksida CO2 44,00 1,9768 0,1235
4 Carbon Monoksida CO 28,00 1,2501 0,1781
5 Hydrogen H2 2,016 0,0848 0,0056
6 Hidrogen Sulfida H2S 34,08 1,5392 0,0961
7 Methan CH4 16,03 0,7167 0,0448
8 Nitrogen N2 28,02 1,2507 0,0782
9 Oksigen O2 32,00 1,4289 0,0892
S
196

Setelah 188 bulan sampah ditimbun, dekomposisi gas gas dalam


kondisi konstan. Jika lahan urug tidak dilengkapi dengan ventilasi dapat
diperkirakan bahwa proporsi dengan ventilasi dapat diperkirakan bahwa
proporsi gas methan akaan meningkat sepanjang waktu, sebab karbon
dioksida berdifusi dalam lapisan di bawah lahan urug.
Proporsi gas gas dalam lahan urug pada periode dua tahun pertama dapat
dilihat pada table 4.6.3a.

Table 4.6.3a. Proporsi Distribusi gas gas dalam lahan Urug


selama periode 2 tahun pertama

Interval waktu Volume Rata rata ( % )


dimulai sejak awal Nitrogen ( N2 ) Carbon Methan
pengurangan (bulan) dioksida (CH4)
( CO 2)
0 3 5,2 88 5
3 6 3,8 76 21
6 12 0,4 65 29
12 18 1,1 52 40
18 24 0,4 53 47
24 30 0,2 52 48
30 36 1,3 46 51
36 42 0,9 50 47
42 48 0,4 51 48
197

Lindi (Lechate) dalam lahan urug

Lindi mungkin dapat didefinisikan sebagai cairan yang merembes


melalui sampah dan yang terlarut tersaring (extracted dosolved) atau bahan
bahan terendapkan darinya.
Pada sebagian besar lahan urug porsi cairan lindi terbentuk dari cairan yang
diproduksi dari proses dekomposisi sampah dan cairan di sekitarnya yang
berasal dari luar, seperti drainase permukaan tanah, hujan, air tanah dan
mata air bawah tanah.
Data yang mewakili karakteristik kimia dapat dilihat ada table 4.6.3b ;
yang menunjukan bahwa tentang nilai konsentrasi berbagai unsure agak
ekstrim (mencolok). Oleh karena itu tidak ada nilai rata rata yang dapat
diberikan untuk lindi. Nilai nilai yang ada pada table 4.6.3b tersebut.
Dimaksudkan hanya sebagai penuntun.

Table. 4.6.3b : Komposisi lindi dari lahan urug

Volume mg/l
NO Parameter
Rentang Biasa
1 Bod5 2.000 30.000 10.000
2 Total Carbon Organic 1.500 20.000 6.000
3 Cod 3.000 45.000 18.000
4 Total Padatan Terendapkan 200 1.000 500
5 Nitrogen Organik 10 600 200
6 Nitrogen Ammoniak 10 800 200
7 Nitrat 5 40 25
8 Total Phosphor 1 70 30
9 Orortho Phosphor 1 50 20
10 Alkalinitas, Sbg. Caco3 1.000 10.000 3.000
11 Ph 5,3 8,5 6
12 Kesadahan Total, Sebagai 300 10.000 3.500
13 Caco3 200 3.000 1.000
198

14 Calsium 50 1.500 250


15 Magnesium 200 2.000 300
16 Potasium 200 2.000 500
17 Sodium 100 3.000 500
18 Chlorida 100 1.500 300
19 Sulfat 50 - 800 60
Total besi

Pada umumnya kuantitas lindi adalah fungsi dari jumlah air sekitar
urug yang berasal dari luar. Dalam kenyataannya jika lahan urug
dilaksanakan dengan tepat, kuantitas produksi lindi dapat difeliminasi.
Jika sludge air limbah ditambahkan dalam sampah pada lahan urug
untuk meningkatkan jumlah produksi methan, pengendapan lindi harus
dilaksankan. Dalam hal tertentu fasilitas pengolahan lindi juga dibutuhkan.

Penurunan dan Karakteristik Struktur lahan Urug

Sebelum diambil keputusan tentang penggunaan lebih lanjut dari lahan


urug penurunan dan karakteristik struktur lahan urug harus dipertmbangkan.
Penurunan tergantung dari pemadatan awal, karakteristik sampah, laju
dekomposisi dan pengaruh konsoloidasi pada saat air dan udara keluar dari
bahan bahan yang dipadatkan. Tinggi lahan urug yang ingin dicapai juga
akan mempengaruhi pemadatan awal dan derajat konsolidasi.
Data yang mewakili derajat penurunan yang diperkirakan terjadi dalam urug
sebagai fungsi dari pemadatan awal dapat dilihat pada gambar 4.6.3.
% Kedalaman asal
ditemukan dari beberapa penelitian bahwa 90% penuruanan terakhir terjadi
100 5 tahun pertama.
dalam Pemadatan max
Pemadatan rata rata

75 pemadatan min

50

25

0
1 2 3 4 5
199

Gambar : 4.6.3 penuturan permukaan lahan urug

3.6.4. Pengendalian Gas dan Lindi

Dalam kondisi ideal, timbulan dari gas gas dari lahan urug
seharusnya dialirkan ke atmosfir (dalam urug besar) dikumpulkan untuk
produksi energi. Lindi seharusnya ditahan atau dikeluarkan untuk diolah.
Saying sekali kondisi demikian hanya ditemukan pada sedikit lahan urug ang
modern, dan oleh karenanya pergerakan gas gas dan lindi dari lahan urug
adalah aspek penting dalam system pengelaan asampah.

Pergerakan Gas gas

Pada umumnya lebih dari 90% volume gas dari carbon dioksida. Jika
methan ada di udara dengan konsentrasi 5 15 %, akan mudah meledak.
Tetapi larena saat pada itu tidak ada oksigen dalam lahan urug, maka tidak
ada bahaya, bahwa lahan urug akan meledak. Walaupun sebagian besar gas
methan keluar ke atmosfir, gas methan dan gas karbon diosida dapat ditemui
oada jarak lebih dari 400 kaki dari tepi lahan urug dengan konsenterasi lebih
dari 60%.
200

Untuk lahan urug yang tidak diberi ventilasi perluasan pergerakan


tersebut bervariasi menurut karakteristik bahan lapisan penututup dan tanah
di sekitarnya. Jika gas metha dialirkan ke atmosfer dengan kondisi yang tidak
sesuai, gas methan daoat terakumulasi (sebab gravitasinya lebih rendah dari
udara) di bawah gedung atau pada ruang tertutup atau dekat dengan lahan
urug saniter.
Dengan ventilasi yang tepat, tidak akan menimbulkan masalah. Di sisi
lain karbon dioksida menyyulitkan karena densitasnya. Sebagaimana dalam
table 4.6.3, densitas carbon dioksida sekitar 1,5 kali dari udara dan 2,8 kali
dari methan. Jadi ada kecenderungan untuk bergerak maju ke dasar lahan
urug. Hasilnya, konsentrasi karbon dioksida lapisan bawah mungkin tinggi
dalam beberapa tahun.
Akhirnya karena densitasnya, karbon dioksida juga akan bergerak
turun melalui/menembus formasi dasar lahan urug sampai mencapai air
tanah. Karena carbon dioksida larut dalam air, menyebabkan rendahnya pH,
sebaliknya meningkatkan kesadahan dan kandungan mineral air tanah.
Reaksi carbon dioksida dengan air adalah sebagai berikut :

CO2 + H2 H2 CO3 (asam kaebonat)

Jika kalsium karbonat ada dalam struktur tanah asam karbonat akan bereaksi
dengannya membentuk kalsium karbonat terlarut, sebagaimana reaksi di
bawah ini :

CaCO3 + H2CO3 Ca2+ + 2 HCO3-

Reaksi serupa juga akan terjadi pada magnesium karbonat. Jika


terjadi/terdapat karbon dioksida bebas, reaksi tersebut di atas akan
berlangsung terus sampai kondisi equilibrium dicapai :

H2O + CO2

CaCO3 + H2CO3 Ca2+ + 2 HCO3-


201

Jadi setiap proses yang dapat meningkatkan karbon dioksida bebas


menjadi larutan akan menyebabkan lebih banyak kalsium karbonat terlarut.
Akibat meningkatnya kesadahan adalah pengaruh mendasar dari kehadiran
karbon dioksida dalam air tanah.

Kelarutan gas-gas (sebagai mana tabel 4.6.3) dalam air, terlihat dalam tabel
4.6.3c, konsentrasi yang sesuai gas-gas tersebut dalam larutan dapat dihitung
dengan hukum henry.
Cs = Ks P
Dimana : Cs = konsentrasi penjenuhan gas dalam air ml/l
Ks = koefesien absorbpsi, ml/l
P = tekanan parsial gas dalam phase gas, dinyatakan sebagai fraksi.
Menggunakan hukum Hanry, harus di ingat temperature dan tekanan standar,
yaitu 0o dan 760 mmHg, volume modal beberapa gas adalah 22,412 mg/g. mol atau
359 tt3/lb mol.
Tabel 4.6.3c : koefisien absorpsi untuk gas-gas dalam lahan urug saniter

Temperatur 0C
No Gas Rumus B.M
0 10 20
1 Udara - - 29,84 22,84 18,68
Karbon
2 CO2 44,00 1713 1194 876,00
dioksida
Kamrbon
3 CO 28,00 35,4 28,2 23,20
monoksida
4 Hydrogen H2 2,016 21,5 19,6 18,20
Hydrogen
5 H2S 34,08 4670 3399 2582,00
sulfide
6 Methan CH4 18,03 55,6 41,8 33,10
202

7 Nitrogen N2 28,02 23,5 18,6 15,50


8 Oxygen O2 32,00 48,9 38,0 31,00
Tekanan uap
- - 4,58 9,21 17,5
air mmHg
Contoh : (konsentrasi penjenuhan karbon dioksida)
Menentukan konsentrsi karbon dioksida pada lapisan permukaan air
tanah yang kontak gas-gas dari lahan urug pada 760 mmHg 10 0C.

Asumsikan bahwa komposisi gas, 50 % karbon dioksida dan 50 % methan dan gas-

gas tersebut dijenuhkan dengan uap air

Penyelesaian

1. menentukan tekanan parsial karbion dioksida dengan koreksi tekanan uap air

(760 9,21 )
tekanan persial Co2 = 0,50
760 mmHg

= 0,49

2. menentukan CS, menggunakan nilai Ks, sebagainmana dalam tabel 463 c dan p

= 0,49

Cs = KsP

= (1,14 ml/l) (0,49)

= 585,1 ml/l

3. konversikan konsentrasi penjenuhan CO2 yang didapat pada perhitungan 2

(585,1 ml/l) (44 x 103 mg/g mol)


Co2 =
22,412 ml/g mol

= 1,149 mg/l
203

= 1,15 kg/m3

Pengendalian gas dengan metode permiable

Pergerakan lateral (kesamping) gas-gas yang diproduksi dalam lahan urug

dapat dikendalikan dengan instalasi sanitasi yang terbuat dari bahan-bahan yang

sangat permiable dari tabah disekitarnya. Biasanya ventilasi terbuat dari kerikil.

Ventilasi antar cell. Tergantung dari cell sampah, tetapi pada umumnya bervariasi

anatara 60 samapi 200 kaki. Ketebalan lapisan kerikil segharusnya sedemikian rupa

sehingga akan tetap berlanjut walaupun mungkin terjadi perbedaan tinggi karena

adanya penurunan. Ketebalan yang dianjurkan : 12 18 inci. Ventilasi penghalang

(barrier vents) atau sumur ventilasi dapat juga digunakan untuk mengendalikan

gerak samping dari gas-gas. Sumur ventilasi selalu digunakan, tersambung dengan

ventilasi permukaan.

Bila digunakan sumur ventilasi selalu dipasangkan dengan pemmbakar gas,

dan dalam hal ini dianjurkan bahwa sumur menembus cell yang teratas. Tinggi

pembakar bervariasi dari 10 sampai 20 kaki diatas urugan jadi. Pembakar dapat

dinyalakan dengan tangan atau dengan penyalaan otomatiss. Yang terakhir ini

dianjurkan agar menguntungkan instalasi.

Untuk mengendalikan gas yang bergerak turun dapat dilakukan dengan

membuat instalasi pipa berlubang-lubang diatas lapisan vertikal pada dasar lahan

urug. Jika gas tidak dapat dialirkan lateral, mungkin perlu dibuatt sumur-sumur gas

dan dipompakan ke atmosfir. Lapisan kerikil kadang-kadang digunakan dihubungkan

dengan satu atau lebih metoda impermiable.

Pengendalian gas dengan metoda impermiable


204

Pergerakan gas dalam lahan urug melalui formasi tanah sekitarnya dapat

dikenddalikan dengan membuat pennghalang yang terbuat dari bahan yang lebih

impermiable dari tanahnya. Beberapa pelapis lahan urug yang tersedia untuk

kepentingan ini dapat dilihat pada tabel 463. d. Diantara semua yang ada tersebut,

yang sangat umum digunakan adalah taanah liat yang didapatkan. Ketebalannya

bervariasi menurut tipe tanah liat dan tingkat pengendalian yang dibutuhkan :

ketebalan berkisar dari 6 samapai 48 inci. Jika digunakan tanah liat . harus

dikonstruksikan sebagaimana perkembangan pengurungan, untuk menghindari

rusakya tanah liat tersebut. Metode lain yang juga eektif adalah, pertama-tama

dilapisi tanah liat dan kemudian menutupnya dengan parit selebar satu atau lebih.

Instalasi penghalang impermiable ini penting, khususnya bagi lahan urug yang akan

memanfaatkan gas tersebut.

Tabel 4.6.3d. pelapis/segel lahan urug untuk pengendaliuan gerakan gas

dan lindi

PELAPISAN/SEGEL
Keterangan
Klasifikasi Tipe-Tipe Yang Mewakili
205

1. Tanah yang - Harus mengandung tanah liat atau


pasir halus
dipadatkan

2. Tanah liat yang Bentonit kaolin Paling umum digunakan untuk


pelapis lahan urug. Ketebalannya
dipadatkan 6-48 inci harus berkesinambungan
dan hindari kekeringan dari
keretakan

3. Bahan kimia Natrium karbonat, silikat Diunakan tergantung karakteristik


atau pyrophosphat tanahnya
anorganik

4. Bahan kimia sintetis Hasil penelitian tidak baik untuk


Polymer, latex digunakan

5. Membram pelapis Polyvinilchlorida, hypalon, Mahal, mungkin jika ada


polyethelen
simtetis pemanfaatan gas

6. Aspal Modifikasi aspal, aspal Pelapisan harus cukup tebal untuk


lapis serat polyproylen menjaga kontinuitas dalam kondisi
aspal beton penurunan yang berbbeda

7. Lain-lain Semen-tanah, semen-


tanah-plastik

Pergerakan lindi (rembesan)

Dalam Kondisi normal, lindi terdapat pada dasar lahan urug. Dari situlah

pergerakan menembus dasar lahan urug. Walaupun pergerakan kesamping mungkin

terjadi, tergantung karakteristik bahan disekitarnya. Rembesan vertical ini penting

sekali akan hubungannya dengan pencemaran air tanah.

Laju rembesan lindi dari dasar lahan urug dapat diestimasikan dengan hokum

darcy, yang dapat dinnyatakan sebagai berikut ini :

dh
Q = - KA
dl
Dimana :
206

Q = buangan lindi per unit waktu

K = koefisien permiabilitas

A = potongan bidang yang dilalui aliran lindi

dh/dl = gradient hydrolika

Tanda minus dalam hokum darey, merupakan suatu kenyataan bahwa kehilangan

tekanana dh adalah selalu negative. Klasifikasi permiabilitas juga diketahui sebagai

konduktifitas hidroca, permiabilitas efektif, atau koefisien rembesan.

Permiabilits tanah dipengaruhi oleh ukuran partikel, ratio-kehamparan, kompisis

tingkat kejenuhan dan temperature. Dari pengamatan empiris, dapat diketahui

bahwa koefisiannya permiabilitas dapat diartikan dalam hubungannya dengan

karakteristik ukuran porositas media dan ciri-ciri cairan.

Hubungan tersebut adalah Sbb :

Dimana : C = Konstanta dimensi


d = Diameter rongga
y = Berat Khusus air
u = Viscositas air
Cd2 diketashui sebagai permiabilitas specific (intrinsik) K : dan adalah pemikiran

terhadap karakteristik medianya sendiri. Pengabaian pengaruh temperature pada

densitas, kita dapatkan,


207

Dimana :

Ks = Koefisien permiabilitas standar laboratorium ; ditetapkan aliran air

pada temperature 600F dalam gallon perhari melalui media yang memiliki

luas permukaan. 1 ft2, dalam gradein hidrolic 1ft/ft.

Kt = Koifisien permiabilitas pada temperature t.


U60 = Viscositas pada 60 0F
Ut = Viscositas pada temperature t.
Dalam unit satuan : feet per detik, koefisienpermiabilitas dinyatakan dalam gallon

perhari ft2 atau feet perhari. Konversi antar factor tersebut dilakukan dengan : 7.48

gal/hari/ft2 = 1 ft/hari. Nilai-nilai koefisien permiabilitas untuk berbagai jenis tanah

dapat dilihat pada table 463e.

Tabel 4.6.3e. Koefisien permiabilitas berbagai jenis tanah (aliran laminer)

No. Bahan Koefisien permiabilitas, KS


Ft/hari Gal/hari/ft2
1. Pasir kasar, seragam 1.333 9.970
2. Pasir sedang, seragam 333 2.490
3. Pasir berkualitas baik dan
kerikil, bersih 333 2.490
4. Pasir halus, seragam 13.3 100
5. Endapan pasir kulitas baik
dan kerikil. 1.3 9.7
6. Pasir berlumpur 0.3 2.2
7. Endapan lumpur 0.16 1.2
8. Tnah liat berpasir 0.016 0.12
9. Tanah liat berlumpur 0.003 0.022
10. Tanah liat (30-50% tanah 0.0003 0.0022
liat)
208

11. Koloid tanah liat 0.00003 0.0000022

Estimasi Rembesan Vertikal

Untuk estimasi rembesan lindi dari lahan urug, digunakan hokum daray

dan ilustrasi berikut dapat membantu/memperjelas aplikasinya. Diketahui bahwa air

tanah sesuai tempat dimana akan diambil, dapat digolongkan yaitu air tanah yang

berada pada uquifer permukaan dan equifer bawah (ground water in surface aquifer

and bed rock aquifer). Sehingga kalu pada keduanya dibuat sumur akan terdapat

dua piezometric muka air yang berbeda. Cell lahan urug biasanya ditempatkan pada

posisi aquifer permukaan. (lihat gambar 463)

Dalam hubungannya dengan gerakan lindi, masalah dapat perlu perhatian :

Pertama
Laju (kecepatan) aliran rembesan lindi dari dasr lahan urug kedalam air tanah

aquifer permukaan.

Kedua
Kecepatan aliran air tanah dari aquifer permukaan kedalam bed rock aquifer.

Dalam msalah pertama, laju aliran lindi kedalam air tanah permukaan,

dihitung dengan mengasumsikan bahwa bahan ( tanah ) dibawah dasar lahan urung

sampai pada tinggi muka air ( water-table ) adalah jenuh dan lindi keluar dari dasar

lahan urug. Dalam kondisi ini penggunan hukum Darly adalah sbb :

hi (ft)

0 (gal/hari) = K (gal/hari/ft2) A (ft2)

li (ft)

tetapi karena hi = li, maka


209

0 (gal/hari) = K (gal/hari/ft2) A (ft2).

Jika diasumsikan bahwa aliran yang terjadi = 1 ft2, maka 0 (gal/hari/ft2) (ft2).

maka 0 (gal/hari) = K (gal/hari/ft2) (ft2).

Jadi : Laju buangan lindi per unit area,

= nilai K x ft2

Contoh :

Cell lahan urug

Tinggi muka air H1 L1


Tanah
permukaan
atas

Bahan-bahan
Dengan
Permiabilitas
sedang
210

Tinggi muka air


tanah bawah

Lapisan
mengikat L2
dengan
permiabilitas
sedang

Aquilfer
batuan
dasar

Gambar 4.6.3 Bagan untuk penetuan rembesan dari lahan urug dan dari aquifer atas

ke aquifer bawah

Jika lapisan atas bahan (tanah) sebagaimana gambar 4.6.3 diatas, adalah

tanah liat yang berpasir, laju rembesan = 0,12 gal/hari/unit area. (liat tabel 4.6.3c).

Perhitungan nilai yang menunjukkan jumlah maximum rembesan yang akan

diperkirakan dan nilai tersebut akan digunakan untuk tujuan-tujuan disain. Dalam

kondisi normal, laju rembesan nyata (aktual) akan lebih rendah dari nilai dan hasil

perhitungan tersebut, sebab kolom tanah dibawah lahan urug tidak akan dijenuhkan.

Dalam masalah kedua, laju aliran air tanah permukaan/atas kedalam air tanah

bawah, adalah

H2 (ft)
211

0 (gal/hal) = K (gal/hari/ft2) A (ft2) L2 (ft)

Dalam hal ini, ketebalan lapisan pengikat (dengan permiabilitas rendah)

digunakan untuk menentukan gradien hydraulik.

Pengendalian aliran lindi

Pada saat lindi merembes menembus dasar lahan urug, beberapa bahan

kimia dan biologi yang terkandung didalamnya akan dibersihkan dengan

penyaringan dan adsoprsi oleh bahan-bahan penyusun lapisan tersebut. Pada

umumnya, tingkat kedua aktivitas tersebut ( penyaringan dan adsorpsi ) tergantung

dari karakteristik tanah, khususnya kandungan tanah liatnya. Oleh karena potensial

resiko yang disebabkan rembesan lindi kedalam air tanah, jalan terbaik yang bisa

dilakukan adalah pembersihan (elimination) atau penahanan/pengurungan

(contaiment). Apabila gasnya dimanfaatkan, hal ini khususnya penting untuk

menampung lindi, sebab kelembaban awal harus nyata lebih tinggi dari normal (50

60 % terhadap 20 25 %) untuk mencapai produksi gas yang tertinggi. Dalam

beberapa sistem pemanfaatan gas, lindi dikumpulkan dan dialirakan kembali keatas

lahan urug dan dimasukkan kembali melalui pipa yang dihubungi (perforated lines)

yang diletakkan pada parit drainase. Biasanya laju produksi gas jauh lebih besa

pada lahan urug dengan sistem resirkulasi lindi.

Hal yang sama pentingnya dalam pengendalian lindi, adalah pembersihan

infiltrasi air permukaan, yang merupakan kontributor seluruh jumlah volume lindi.

Dengan menggunakan lapisan impermiabel terbuat dari tanah liat, dengan

kemiringan yang tepat ( 1 sampai 2 %) dan pengaliran yang sesuai infiltrasi air

permukaan dapat terkendali dengan efektif.


212

Dengan pengendalian infiltrasi air permukaan yang tepat, mungkin tidak lagi

diperlukan penghalang impermiabel.

3.6.5. Disain Lahan Urug

Sejumlah hal penting yang harus dipertimbangkan dalam rekayasa disain

lahan urug adalah sebagai berikiut :

(1) Kebutuhan lahan.

(2) Jenis sampah yang akan dikelola.

(3) Evaluasi potensial rembesan.

(4) Disain fasilitas pengeringan dan pengendalian rembesan.

(5) Pengembangan rencana operi (umum).

(6) Disain perencanaan pengukuran sampah.

(7) Penentuan kebutuhan peralatan.

Faktor-faktor penting tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6.5. Secara

menyeluruh pengembangan rekayasa disain harus mepertimbangkan dengan

cermat tentang penggunaan lahan urug, setelah operasi dinyatakan selesai.

Kebutuhan lahan

Pada pokok bahasan terdahulu, metode perkiraan kebutuhan lahan telah

diberikan (lihat contoh Estimasi kebutuhan lahan).

Dalam uraian ini pertimbangan diberikan untuk hal-hal yang berpengaruh

terhadap kebutuhan lahan, yaitu (1) tingkat pemadatan (compactability) setiap

komponen pisik sampah dan (2) pemanfaatan bahan dan energi.


213

Tabel 4.6.5. Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam

disain dan operasi lahan Urug Saniter (LUS)

Faktor Keterangan

DISAIN :

1. Jalan masuk Ratakan ( jika mungkin aspal ) jalan


masuk ke tapak lahan urug
sehingga lahan untuk semua musim :
buat jalan darurat ke area
pembongkaran sampah.

2. Disain & Konstuksi cell sampah Akan bervariasi, tergantung apa kah
ada pemanfaatan gas : setiap hari
harus terbentuk satu cell ; max
kedalam cell : 10 kaki ; urug dengan
lapisan penutup harian setebal 6
214

inci : seharusnya dibuat ventilasi gas


( lapisan kerikil ) setiap 60 sampai
200 kaki

3. Bahan (tanah) penutup Semaksimal mungkin menggunakan


tanah setempat ; diperkirakan di
butuhkan 1 yd3 untuk setiap 4-6 yd3
sampah; campur dengan pelapis
(segel) untuk pengendalian infiltrasi
air permukaan.

4. Drainase Buat parit pengering untuk


pengaliran limpahan air permukaan :
dengan kemiringan 1 2 %, untuk
menghindari genangan.

5. Kebutuhan peralatan Bervariasi sesuai ukuran lahan urug


(lihat tabel 4.6.5)

6. Pencegahan kebakaran Air setempat ; jika tidak dapat


diminum harus ditandai dengan
jelas ; pemisahan sel yang tepat
untuk mencegah berlanjutnya
kebakaran.

7. Perlindungan air tanah Aliran mata air bawah tanah ; jika


dibutuhkan buat pelapis (segel)
untuk pengendalian lindi ; buat
sumur untuk memonitoring gas dan
air tanah.

8. Lus lahan Lahan harus cukup luas untuk


menimbun seluruh sampah kota.
Minimal satu tahun, tetapi
seharusnya untuk 5 10 tahun

9. Metoda pengurungan Seleksi metoda sesuai medan dan


ketersediaan tanah penutup.

160
10. Pengendalian ceceran Gunakan pagar yang bisa
dipindahkan-pindahkan pada medan
pembongkaran ; ceceran harus
segera diambil sesuai kebutuhan

11. Rencana operasional Dengan atau tanpa sludge dari


pengolahan air limbah ; atau
pemanfaatan gas.
215

12. Medan pembongkaran Buat sekecil mungkin, umumnya


kurang dari 100ft ; pisahkan antara
truk untuk sampah umum dengan
truk swasta.

OPERASI :

1. Komunikasi Tilpun untuk keadaan darurat.

2. Hari dan jam operasi Biasnya 5 6 hari per minggu dan 8


10 jam per hari.

3. Fasilitas untuk tenaga kerja Tersedia tempat istirahat dan air


minum

4. Pemeliharaan peralatan Harus disediakan bangsal tertutup


(beratap) untuk pemeliharaan
peralatan lapangan.

5. Pencatatan pelaporan Tonase, transaksi dan kwitansi jika


dipungut biaya pembuangan.

6. Pengambilan bahan-bahan Dilarang ; seharusnya dilakukan


pada medan pembongkaran.

7. Timbangan Alat pencatat pokok, jika truk


mengirim sampah; kapasitasnya
sampai 100.000 Ib.

Pengaruh tingkat pemadatan tiap komponen fisik sampah.

Densitas akhir sampah yang dibuang pada lahan urug bervariasi sesuai

dengan model operasinya. Tingkat pemadatan tiap komponen fisik sampah dan

proporsi distribusi komponen sampah. Data tentang tingkat pemadatan komponen

sampah dapat dilihat pada tabel 4.6.5a. Faktor reduksi volume didapat dari

pemadatan normal dan pemadatan pada lahan urug. Penggunaan data yang

disajikan pada tabel 4.6.5a, ilustrasikan dalam contoh berikut.

Contoh : (menentukan densitas sampah yang dipadatkan)


216

Tentukan densitas sampah pada lahan urug yang telah dipadatkan, yang

sesuai karakteristiknya diberikan dari data pada tabel 4..

Penyelesaian :

1. Buat tabel perhitungan dengan kolom-kolom :

(1) berat tiap komponen fisik sampah

(2) volume sampah yang dibuang

(3) faktor reduksi vol. setelah sampah dipadatkan

(4) volume yang dipadatkan pada lahan urug

Berat total = 1000 lb

2. Hitung densitas sampah setelah dipadatkan

1000 lb x 27 ft / yd

Densitas setelah =

dipadatkan 28,6 ft

= 944 lb / yd (560 kg/m)

Komentar :

Nilai densitas 944 lb/yd, digunakan untuk menentukan kebutuhan medan

pengurugan. Dalam beberapa literatur, faktor tersebut termasuk tambahan volume

proses pembusukan. Walaupun itu adalah benar, bahwa akan terjadi tambahan

volume, jarang jika sekiranya volume tersebut harus digunakan untuk tambahan

pengurugan. Oleh karena itu disarankan bahwa faktor tersebut tidak

dipertimbangkan dalam menentukan volume yang dibutuhkan.


217

Tabel 4. 6. 5a. Perhitungan densitas sampah yang telah dipadatkan pada

lahan urug

Komponen Berat Vol. yang Faktor Vol. dalam


sampah dibuang pema- lahan urug
lb ft datan ft

1. Sisa makanan 150 8,3 0,33 2,7


2. Kertas 400 78,4 0,16 11,8
3. Karton 40 12,9 0,18 2,3
4. Plastik 30 7,5 0,10 0,8
5. Kain 20 5,0 0,15 0,8
6. Karet 5 0,6 0,3 0,2
7. Kulit 5 0,5 0,3 0,2
8. Pemangkasan 120 18,5 0,2 3,7
taman
9. Kayu 20 1,3 0,3 0,4
218

10. Kaca 80 6,6 0,4 2,6


11. Kaleng timah 60 10,9 0,15 1,6
12. Logam non besi 10 1,0 0,15 0,2
13. Logam besi 20 1,0 0,3 0,3
14. Debu, abu, dll. 40 1,3 0,75 1,0
1000 28,6
Densitas terpadatkan = 944 lb/yd (560 kg/m)

Pengaruh adanya pemanfaatan bahan

Pemanfaatan bahan-bahan dan energi dari sampah juga akan mengurangi

jumlah luas kahan urug yang dibutuhkan. Jumlah pengurangan tersebut tergantung

dari komponen yang akan diambil / dimanfaatkan dan jumlah residunya (sisanya).

Perhitungan untuk menentukan pengaruh pemanfaatan bahan terhadap kebutuhan

luas lahan urug, diilustrasikan pada contoh dibawah ini.

Contoh : (Evaluasi pengaruh pemanfaatan bahan terhadap kebutuhan luas lahan

urug)

Tentukan pengaruh pemanfaatan bahan terhadap kebutuhan luas lahan, jika

50 % kertas dan 80 % kaca dan kaleng timah diambil dari sampah yang dibuang.

Asumsikan bahwa karakteristik sampah sebagaimanan pada tabel ..

Penyelesaian :

1. Siapkan tabel seperti tabel 4. 6. 5a, tapi tanpa kolom kuantitas komponen dan

tentukan densitas terpadatkan dalam lahan urug (lihat tabel 4. 6. 5b).

2. Karena densitas yang dihitung dalam tabel 4. 6. 5b pada dasarnya sama

dengan tabel 4. 6. 5a, pengaruh program pemanfaatan bahan data ditaksir

berdasarkan reduksi beratnya.


688 lb
Luas area dengan
1000 lb
219

Pemanfaatan bahan = (area tanpa pemanfaatan)

= (0,69) (area tanpa pemnafaatan lahan)

Komentar :

Dalam kasus ini dimana densitas terpadatnya dihitung berubah nyata sebagai

hasil program pemanfaatan bahan. Kebutuhan luas lahan jua dapat dikurangi

dengan ratio densitas terpadatkan. Perubahan besar dalam nili densitas tidak akan

teramati dengan pemanfaatan bahan, kalau fraksi sampah yang besar tercampur

dengan sampah pemangkasan taman (gorden trimmings).

Tabel 4. 6. 5b. Perhitungan densitas sampah yang tela dipadatkan pada

lahan urug, setelah pemanfaatan bahan (untuk contoh tersebut

diatas)

Komponen Berat Vol. yang Faktor Vol. dalam


sampah dibuang pema- lahan urug
lb ft datan ft

1. Sisa makanan 150 8,3 0,33 2,7


2. Kertas 200 39,2 0,15 5,9
3. Karton 40 12,9 0,1 2,3
4. Plastik 30 7,5 0,1 0,8
5. Kain 20 5,0 0,15 0,8
6. Karet 5 0,6 0,3 0,2
7. Kulit 5 0,5 0,3 0,2
8. Pemangkasan
taman 120 18,5 0,2 3,7
9. Kayu 20 1,3 0,3 0,4
220

10. Kaca 16 1,3 0,4 0,5


11. Kaleng timah 12 2,2 0,15 0,3
12. Logam non besi 10 1,0 0,15 0,2
13. Logam besi 20 1,0 0,3 0,3
14. Debu, abu, dll. 40 1,3 0,75 1,0
688 19,3

Densitas terpadatkan = 962 lb/yd


= 511 kg/m

Jenis Sampah

Pengetahuan tentang jenis sampah penting dalam disain dan tata letak suatu

lahan urug. Diketahui bahwa jenis sampah, mencerminkan karakteristiknya seperti

mudah tidaknya membusuk, berpengaruh terhadap reduksi volume, berarti

berpengaruh terhadap kebutuhah lahan.

Karakteristik sampah juga berpengaruh terhadap pemilihan alat pemadat

(kompaktor, tipe dan kemampuannya).

Sampah berbahaya, tidak dapat dikelola bersama sampah kota pada suatu

lahan urug. Lahan urug untuk sampah berbahaya, memerlukan penanganan khusus

sebelum digunakan. Dan hal ini tentu berpengaruh terhadap disain dan tata

letaknya, alat pelindung diri bagi tenaga kerjanya, pembiayaannya, dan lain-lain.

Jika sampah reruntuhan gedung kuantitasnya cukup besar, mungkin dapat

digunakan untuk tanggul kolam stabilisasi. Pada umumnya tidak mungkin untuk

mencakup sampah reruntuhan gedung pada setiap hari.


221

Evaluasi potensial rembesan

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya (pengendapan lindi) evaluasi

potensial rembesan ini penting dalam kaitannya dengan perlindungan air tanah.

Untuk memperoleh informasi tentang potensial rembesan dapat dilakukan dengan ;

(1) uji struktur lapisan tanah permukaan (top soil). (2) uji perkolasi dan (3)

penegeboran seperlunya, untuk mengetahui formasi strata tanah dibawah lahan

urug, jika mungkin pengeboran dilakukan sampai pada lapisan kedap air (bed rock /

batuan dasar).

Informasi hasil uji tersebut diatas dapat digunakan untuk (1) menentukan arah

aliran air pada lapisan tanah dibawah lahan urug. (2) untuk menentukan, apakah air

tanah bawah (bedrock aquifer) berhubungan langsung dengan lahan urug, dan (3)

untuk mengestimasikan rembesan vertikal yang terjadi dibawah lahan urug.

Fasilitas Pengendalian Rembesan dan Drainase

Sebagai kelanjutan analisis rembesan, perlu dikembangkan rencana seluruh

sistem drainase pada medan lahan urug, seperti seluruh pengering untuk air hujan,

gorong-gorong, selokan / parit, dan pengering bawah tanah, saat memulai dan

selama operasi pengurungan sedang berjalan. Pada umumnya juga perlu dibuat

instalasi pengendali rembesan.

Untuk menjamin limpahan air hujan dipermukaan lahan urug, sehingga tidak

terjadi genangan, lapisan tanah penutup akhir harus dirancang dengan kemiringan

(slope) sekitar 1 2 %. Kalau lapisan penutup relative kedap air, misalnya tanah liat,

kemiringan dapat kurang dari 1 2 %. Jika diasumsikan bahwa (1) lapisan tanah

penutup dijenuhkan (2) lapisan tipis air dipermukaan dikendalikan dan (3) air dapat
222

mengalir dibawah lapisan penutup, selanjutnya jumlah teoritas air dapat masuk

kelahan urug per unit area dalam periode waktu 24 jam untuk berbagai jenis bahan

lapisan penutup, dapat dilihat pada tabel 4. 6. 5d.

Jelasnya, data tersebut hanya merupakan nilai-nilai teoritis tetapi dapat

digunakan untuk menaksir kemungkinan situasi yang terburuk. Dalam kenyataannya

jumlah air yang masuk kelahan urug akan tergantung pada kondisi hydrologi lokal,

karakteristik bahan lapisan penutup, kemiringan lapisan penutup akhir dan apakah

ditahan pepohonan. Menggunakan rumus yang rasional untuk estimasi air limpasan,

biasanya cocok untuk luas permukaan kecil sebagimana lahan urug.

Diantara metode-metode untuk pengendalian rembesan ke dalam dan keluar

lahan urug adalah :

(1) Menggunakan bahan lapisan penutup impermiabel.

(2) Memotong air tanah tinggi (atas/dangkal) sebelum mencapai lahan urug.

(3) Menyamakan lapisan impermeabel atau bahan pelapis (segel) yang lain.

Perhitungan yang diperlukan untuk menggunakan lapisan impermeabel

lapisan tanah liat, diilustrasikan dalam contoh berikut ini.

Contoh : (menentukan ketebalan lapisan tanah liat yang diperlukan untuk

membatasi rembesan lindi).

Tentukan ketebalan lapisan pnutup tanah liat yang harus ditempatkan pada

dasar lahan urug, jika kecepatan aliran rembesan dibatasi sekitar 0,05 gsl/hari/unit

area. Asumsikan tinggi muka air tanah terletak pada dasar lahan urug dan tinggi lindi

di atas lapisan tersebut dipertahankan setinggi 2 ft dengan pemompa. Nilai k tanah

liat yang digunakan adalah 0,02 gal/hari/ft.

Penyelesaian :
223

1. gunakan hukum darcy, untuk kondisi khusus

dh
q KA / \
d1

: 2,0 + Lc :

0,005 gal/hari = (0,02 gal/ hari/ft2) : -------- :

: Lc :

Dimana : Lc = ketebalan tanah liat pelapis

2. ketebalan lapisan tanah

2,5 Lc = 2,0 + L

Lc 2,0 = 1,33 ft = 0,41

Komentar

Perhitungan serupa, dapat digunakan bila tanah liat digunakan untuk mencegah

masuknya air tanah atas dkelahan urug, seperti pada kasusu pada lahan urug

ditempat pasang surut.

Rencana operasi pengurugan

Tata letak tapak dan pengembangan jadwal kerja operasi adalah hal utama dari

rencana operasi pengurugan.

Tata letak tapak

Dalam perencanaan tata letak tapaklahan urug, harus ditentukan lokasinya untuk

hal-hal berikut ini :

1. jalan masuk

2. tempat pemberhentian peralatan

3. timbangan

4. tempat penampungan sampah khusus


224

5. persediaan tanah penutup

6. medan pengurugan

7. penanaman pohon.

Jadwal kerja-operasi

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan jadwal, meliputi :

(1). tahapan waktu kedatangan kendaraan pengumpul. (2). lalu lintas pada tapak

(3).tahapan waktu yang harus diikuti dalam operasi pengurugan (4)pengaruh

angindan kondisi iklim yang lain. (5) pelayanan umum dan komersial sebagai misal

karena truk berat/besar datang lebih awal pada pagi hari, mungkin perlu untuk

melarang pelayanan masuk tapak pada akhir pagi., juga, karena kendala musim

dingin tahapan penguruban harus dibuat sedemikian rupa, sehingga operasi

pengurugan tidak terganggu.

Perencanaan pengurugan sampah

Segera setelah rencana umum tapak lahan urug disusun, selanjutnya perlu

memilih metode penempatan yang akan digunakan dan didesain tiap sel sampah.

Metode yang khas pengurugan akan tergantung pada karakteristik dari tapak,

seperti jumlah lapisan tanah penutup yang tersedia, seperti topografi dan hydrologi

setempat dan geologi. Untuk menaksir rencana pembangunan yang akan datang,

diperlukan persiapan perencanaan yang rinci dari susunan tiap sel sampah.

Berdasarkan karakteristik tapak dan metoda operasi (misalnya, pemanfaatan

gas), mungkin bperlu menggabungkan fasilitas khusus untuk mengendalikan gas

dan lindi dari lahan urug.

Kebutuhan peralatan
225

Tipe, ukuran, dan jumlah perlatan yang akan tergantung pada besarnya lahan

urug dan metoda operasinya.

Jenis/tipe peralatan yang digunakan dilahan urug saniter, meliputi : crawel,

dan traktor dengan roda karet, scaper, kompaktor dragline dan motor grader.

Diantara alat-alat tersebut, crawler dan traktor ban karet yang paling sering

digunakan untuk keperluan semua operasi dalam urug saniter, termasuk : perataan,

pemadatan, penutupan, pembuatan parit dan juga kadang-kadang untuk

mengangkut lapisan tanah penutup. Pemilihan antara krawler dan tractor roda karet,

harus berdasarkan kondisi lokal.

Jumlah dan ukuran peralatan, yang utama harus didasarkan pada besarnya

operasi lahan urug. Kondisi tapak juga berpengaruhnterhadap kebutuhan peralatan.

Tabel 4.6.5. Karakteristik kinerja peralatan yang digunakan pada lahan urug.

Peralatan Sampah lapisan tanah penutup


Penye Pemad Pengga Penyeb Pemad Pengang

baran atan lian aran atan kutan


1. crawler E* G E E G NA

2. kompaktor E E P G E NA

3. scraper NA NA G E NA E

Keterangan :

* : mudah dioperasikan untuk mengangkut tanah dan bahan lapisan penutup

dengan jarak lebih dari 100 kali

E : exellent ; G : baik; F : fair ;

P : jelek ; NA : tidak cocok.

Tabel 4.6.5 Kebutuhan (rata-rata) peralatan untuk lahan urug saniter


226

Penduduk Sampah Peralatan Peralatan


Jumlah Type Ukuran, lb
perhari / tambahan
1000
ton
0 -15.000 0-40 1 Traktor 10-30 - Dozer blade

Drawler - Front end

atau traktor loader (1-2

roda karet yd)

- Trash blade

15.000 50.000 40-130 1 Traktor 30-60 - Dozer blade

Drawler - Front end

atau traktor loader (1-2

yd)

1 Scraper, - Bullclam

dragline - Trash blade

truk tangki 30 + - Dozer blade

air - Front end

50.000 100.000 130-200 1-2 Traktor loader (1-2

Drawler yd)

atau traktor

roda karet

1 Scraper, - Bullclam

dragline - Trash blade

truk tangki

air

100000 + 260 + 2+ Traktor 45 + - Dozer blade

Drawler - Front end


227

atau traktor loader (1-2

roda karet yd)

1 Scraper, - Bullclam

dragline - Trash blade

steel whell

road

grader dan

truk tangki

air
BAB IV

PENGELOLAAN SAMPAH BERBAHAYA

Pengertian sampah berbahaya berbeda-beda menurut tinjauan dari segi memberi

pengertian. Namun demikian bila diambil inti dan tujuannya serta prinsipnya sama.

hazardous wastes (sampah berbahaya)merupakan bahan yang mempunyai

potensi berbahaya bagi kesehatan manusia maupun mahluk hidup lainnya, sebab :

1. bahan buangan tersebut tidak dapat diturunkan bahan berbahayanya atau tetap

selama berada didalam.

2. bahan tersebut secara biologis dapat dipandang sangat besar bahayanya.

3. bahan tersebut dapat menyebabkan kematian.

4. kemungkinan bahan tersebut dapat menyebabkan atau senderung untuk

memberi akibat kerusakan yang komulatip (menurut EPA)

Pengertian tersebut cenderung kearah bahan-bahan yang berpotensi merusak

lingkungan yang ada didalam. Klasifikasi sampah berbahaya, didasarkan atas dasar

kekhususan gangguannya adalah sebagai berikut :


228

a. beracun seperti kebanyakan pertisida (racun serangga) garam-garam Pb,

senyawa-senyawa Cd. Dll.

b. Mnudah terbakar, seperti berbagai jenis hidrokarbon.

c. Mudah menimbulkan karat, seperti, berbagai jenis asam dan basa

d. Mudah beroksidasi seperti : garam-garam nitrat dan chormat.

IDENTIFIKASI SAMPAH BERBAHAYA

Untuk menilai apakah bahan tersebut termasuk sampah berbahaya. Maka

keputusan diambil setelah melalui pemilihan bahan-bahan berbahaya dengan

metoda penapisan (tabel dan bagan alir)

Tabel 5.2. tabel penapisan untuk pengertian sampah berbahaya.

Singkatan
1 2 3
Konsentrasi maksimum yang KTD/MPC - Tingkat radivisotope

dijinkan/konsentrasi tertinggi dalm sumber sampah

yang diperkenankan. yang tetap, dengan

dosis maksimum yang

dijinkan pada lingkungan

kerja yang terpapar dan

ditetapkan oleh indikasi

adanya radioaktif

dengan perbedaan-
229

perbedaan radimuclei

Biokonsentrasi /biokumulasi - Proses dari suatu

biomagnifikasi kehidupan

mikroorganisme yang

mendapatkan akumulasi

suatu elemen atau ikata-

ikatan lain menjadi suatu

tingkat konsentrasi

tertentu yang ada dalam

lingkungan kesehatan.

Perhmpunan pencegahan - Bahan-bahan yang


Lethel dose (Dosis LD 50 - Jumlah dosis yang bahan kimia
mati) 50
kesehatan tingkat nasional yang sangat diharapkan dapat
mudah terbakar
membunuh 50 % binatang
(Nasional Fise Protection NFPA percosis konsentrasi
membentuk gasdinyatakan
berabun
dalam mg/kg berat badan.
Lethal Concentration
Association LC
Category 4, Bahan- - Jumlahyang konsentrasi
mudah menguap yang
50 (Consentrasi mati) diharapkan dapat membunuh 50
bahan yang mudah terbakar). % binatang percabaan
yang berupa debuselama
atau
pemaparan melalui rute
pernapasan.konsentrasi
yang akan membentuk
dinyatakan dalam mg/l.
Tingkat 8 urutan - Suatu bahan
indikasi yang
nikorin mudah
karena
decimal. iritasi kulit yang disebabkan oleh
1 % cairan kimia.bila tersebar di
meledak,
Batas nilai ambang 96-h ILM - Konsentrasi suatu bahan yang
Tengah dapat membunuh
udara. 50 % populasi
percobaan pada pemaparan
NFPA Kategori 4 Bahan-bahan daftar
- Bahan 96-jamyangkonsentrasi
mudah
dinyatakan dalam mg/l.
Phyfoksisitas
efektif. - Kemampuanmeledak pada waktu untuk
menimbulkan keracunan atau
reaksi toksis pada tumbuhan.
pembusukan atau
Nilai batas hambatan ILM - Konsentrasi suatu bahan yang
median dapat bereaksi
mengurangi
pada suhu 50 dan%
biomasa jumlah sel,atau akifitas
fotosintesa
tekanan pada
normal.tes kulture
yang terjadi dibanding dengan
kultur kontrol selama 14 hari
Perubahan genetic konsentrasi dinyatakan mg/l.
- Perubahan molekul asam
deoksiribonucleic atau
ribonucleic pada sel mitotik atau
sebagai hasil dari reaksi kimia
atau elektromagnetik radiasi
partikel.
230

4.2. KLASIFIKASI SAMPAH BERBAHAYA

Dari sudut pandang praktis,sangat banyak senyawa,produk dan

kombinasi produk yang cocok dengan luasnya pengertian sampah

berbahaya,sebagai mana yang ada pada daftar. Dengan alasan

itu,pengelompokannya di pertimbangkan dalam lima kategori umum,(1) baha-

bahan radioaktif (2) bahan-bahan kimia (3) sampah biologi (4) sampah yang

mudah terbakar dan (5) sampah yang mudah meledak.

a. Bahan Radioaktif

Bahan ini dapat menghasilkan radiasi.digolongkan sebagai sampah

berbahaya karena bahan radioaktif yang dibuang (sampah radioaktif),

sebenarnya masih mengeluarkan radiasi terus untuk jangka waktu yang relatif

lama,sehingga berbahaya bagi kehidupan mahluk hidup. Untuk mengukur jangka

waktu berlakunya terus suatu radiasi dari sumber radioaktif, digunakan istilah

HALF LIFES. HALF LIFE : dari suatu bahan radioaktif adalah waktu yang
231

dibutuhkan untuk merusakkan/menghilangkan 50 % dari daya radiasi sejumlah

bahan radioaktif. (Half Life = Waktu paruh).

Contoh : Senyawa uranium mempunyai rentang waktu paruh antara 72 tahun

untuk U 232 hingga 23.420.000 tahun untuk U 326.

Disetiap negara sampah radioaktif diawasi/dikendalikan dengan ketat

dan pengelolaannyapun tidak dilakukan bersama-sama yang lain. Oleh karena

itu pengurusan dan pengawasan sampah radioaktif perlu diatur secara nasional

maupun internasional.

b. Bahan Kimia

Sebagian besar sampah berbahaya merupakan bahan kimia

buangan yang dapat dibagi atas 4 macam :

1. Bahan organik sintesis

2. Bahan organik,asam dan basa,garam-garam

3. Bahan yang mudah terbakar

4. Bahan yang mudah meledak.

Bahan yang tergolong nomor 3 dan 4 merupakan bahan yang sulit

diurus,baik penyimpangan,pengumpulan maupun pembuangan. Dalam

penggolongan bahan kimia sebagai sampah berbahay, dilakukan dengan

menempatkan bahan yang paling berbahaya ditempat teratas.


232

SUMBER SAMPAH

Apakah sampah mengandung radioaktif ya


melebihi nilai KDT/MPC

V Tidak
ya
Apakah sampah menyebabkan
biokonsentrasi

Apakah sampah sudahterbakar ya


menurut kategori N F P A 4

Apakah Sampah mempunyai tingkat ya


reaktif sesuai dengan NFPA 4

Apakah sampah mengandung LD ya


50<50 mg/l (Oral sistem)

Apakah sampah mengandung bahan-


ya
bahan berbahaya yang dapat
berintegrasi dalam bentuk gas/uap ?
LD 50 mg/l sebagai debu
ya
Apakah sampah mempunyai bahan-
bahan berbahaya yang dapat
melakukan penetrasi kulit < tngkat 8 ya

Apakah sampah dapat menyebabkan


reaksi iritasi dengan tingkat 8
ya
Apakah sampah mempunyai nilai 96
h TLM 1.000 mg/l (Dalam cairan)

Apakah sampai mempunyai bekas


perubahan semantik
233

ya
Apakah sampah itu mempunyai
phytotoksitas IL 50 1.000 mg/l

ya

V Tidak
Sampah-sampah yang Sampah
lain berbahaya

Perchloric acid (to 72%) Dinitrocresols


Phosgene (carbonyl cloride) Dinitrophenol
Dinitrotoluene
Dipentaerythyritol
Hexanitrate (DPEHN)
GB (propoxy (2)-methil
Phosporil fluoride)
Gelatinized nitrocellu
lose (PNC)
glycol dinitrate
gold fulminate
lead 2,4 dintro-resorci-nate

C. Sampah biologis

Sumber utama sampah biologik yang dibuang dan sangat berbahaya bagi

kehidupan adalah bahan buangan dari rumah sakit, laboratorium, dari tempat-tempat

penelitian biologik. Yang menjadi sistem khas dari pada sampah biologik adalah

kemampuan untuk : menginfleksi (menular) pada makhluk hidup lain serta

kemampuan untuk menghasilkan bahan beracun. Termasuk dalam golongan ini

adalah : jaringan-jaringan tumor dan kanker yang diambil dari tubuh makhluk hidup

dengan jalan operasi, juga dengan alat-alat operasi yang digunakan sehingga

tercemar oleh jaringan kanker tersebut seperti : jarum-jarum hipodermik, kain-kain

perban, dan obat-obatan yang tealah kadaluarsa.


234

Termasuk pula pada golongan ini adalah bahan-bahan buangan atau hasil

samping dari industri-industri proses konversi biologik.

D. Sampah buangan yang mudah terbakar

Sebagian besar sampah berbahaya juga dikenal sebagai limbah kimia. Tetapi

karena sangat berbahaya bahan ini, perlu dibuatkan pengolompokan khusus.

Sehingga penanganan bahan ini baiok dibidang penyimpangan pengumpulan

maupun buangannya dapat dikerjakan secara lebih khusus pula.

Bayhan ini mungkin berbentuk cair , gas maupun padat, tetapi hamper

kebanyakan berbentuk cairan. Contoh yang khas dari bahan ini adalah organic

solven minyak-minyak/ oil,plastic dan lumppur organic. Beberapa dari

persenyawaan bahan kimia beracun table VIII. 3 adalah bahn yang mudah terbakar.

E. Sampah yang mudah meledak

Bahan ini biasanya merupakan bahan meriam atau senjata peledak lainnya,

sehingga kebanyakan dihasilkan oleh pabrik-pabrik senjata petasan dan lain-lain.

Termasuk pula dalam golongan ini adalah industri-industri gas. Bahan ini diperlukan

penanganan lebih khusus (sebab amat berbahaya) perlu dikelompokkan dalam

bahan kimia yang berbahaya, ahnaya karena diperlukan penanganan lebih khusus

pula. Bahan buangan ini dapat berbentuk gas cair maupun padat.

4.3. PEMINDAHAN DAN PENGANGKUTAN

Anilisis ekonomi terhadap pemindahan muatan dari kendaraan keecil

kekendaraan yang lebih besar pada stasiun pemindahan sama dengan pengelolaan

sampah kota, dapat diterapkan juga untuk pebngolahan sampah berbhaya. Tetapi

fasilitas stasiun pemindahann untuk sampah berbahya sedkit bebrbeda dengan

stasiun pemindahan untuk kota. Biasanya, sampah berbahaya tidak didapatkan

(reduksi volume secara mekanik), dibuang pada tingkat yang berbeda.


235

Malahan limbah cair berbahaya pada umumnya dipompakan dari kendaraan

pengumpul dan sluge atau yang dapat dibongkar tanpa dikeluarkan dari kontener ,

ubtuk diangkut kefsilitas prosesing dan fasilitas pembuangan.

Tidak biasa ditemui , fasilitas pemindahan sampah berbahaya dipindahkan

dengan cara sederhana kekendaraan pengangkut. Beberapa fasilitas prosessing

dan dari tahap penanganan bahn distasiun pemindahan. Misalnya fasilitas korsif

membuat lebih murah biayanya diabanding penggunaan holding tank pada

kendaraan pengangkut. Dalam hal penamungan penanganan yang penuh

kecermatan dan kehati-hatian harus dilakuakn untuk menghindari bahaya

tercampurnya sampah dan bertentangan satu dengan yang lainnya.

4.4. PROSESSING SAMPAH BERBAHAYA

Prosessing sampah barbahaya barusaha untuk mencapai dua tujuan , (1)

pemnafaatan bahan yang masih bias digunakan kembali ndan(2) untuk menyiapkan

sampah untuk dibuang. Prosesing dapat dilakuakn pada sumbernya atau diluar.

Variable yang berpengaruh terhadap seleksi lokasi tapak prosesing meliputi ;

karakteristik sampah , kuantitasnya, keteknikan ekonomi dan kelayakan lingkungan

dan kelayakan jarak fasilitas pengolahan.

Pengolahan sampah berbahaya dapat dilakuakan secara fisik, kemis panas

dan biologis. Berbagai proses untuk setiap kategotri sampah dapat dilihat pada table

5.8. jelasnya jumlah proses pengolahan yang memungkinnkankomboinasinya

mengejutkan. Dalam prakteknya pengolahan digunakan. Proses biologis jarang

digunakan, karena sensifitasnya. Seleksi metoda (metoda-metoda) yang akan

digunakan dalam situasi yang kompleks /rumit, sangat sangat diperlukan ahli kimia.

Tergantung datri kondisi awal sampah. Diperlukan juga spesialis, lain seperti ahli

biologis dan kimia pembakatran dan sanitari engineer.


236

Diageram air bahan untuk prosesing, pemanfaatan kebali dan fasilitas

pembuatan dapat dilihat pada gambar 5.8.

Sampah berbahay dibongkar dari kendaraan pengumpul ditempatkan pada

kontener atau tangki terpisah , atau beberapa/vasilitas penampungan yang lain .

(dalam sebagian fasilitas penerimaan ,tangki penampungan terpisah digunakan

untuk mencegah/menghindari pencampuran sampah yang memungkinkan terjadinya

reaksi yang tidak diinginkan).

Bahan-bahan yang mudah terbakar dan tidak bernilai tambah langsung

diangkut ke incinerator.

Tergantung dari jenis sampah yang akan diolah satu atau lebihproses-proses

berikut digunakan netralisasi (asam, basa), presipitasi logam berat dari proses

pengolahan , harus diolah sbelumnya dalam kolam biodegradasi, disebarkan diatas

tanah dan atau dibuang langsung pada bahan urug. Efeknya dialirkann dalam kolam

penguapan dengan sinar matahari. Sludge yang terkumpul dalam kolam

penampungan dan dari kolam penguapan disendok untuk dimanfaatkan kembali /

dijual.

Kunci keberhasilan proses pengolahan adalah pengetahuan tentang

karakteristik sampah yang akan diolah. Tanoa pengetahuan tersebut, tidak mungkin

dihasilkan pengolahan yang efektif. Dicalifornia, identifikasi unsure-unsur dalam

sampah adalah tanggung jawab penembul sampah.


237

Tabel : 5.8. Prosesing dan Operasi Pengolahan

Sampah Berbahaya

Fungsi
Operasi/proses Jenis Sampah Ujud Benda
Kerjanya
I. PHYSICAL TREATMENT
1. Aerasi Se 1,2,3,4 L
2. Pengambilan Amonia VR, Se 1,2,3,4 L
3. Serapan Karbon VR, Se 1,3,4,5 L, G
4. Kontrifugasi VR, Se 1,2,3,4,5 L
5. Dianalisa Vr, Se 1,2,3,4 L
6. Distilasi VR, Se 1,2,3,4,5 L
7. Elektrodialisa VR, Se 1,2,3,4.6 L
8. Kapsulisasi St 1,2,3,4,6 L, S
9. Penguapan Vr, Se 1,2,5 L
10. Penyaringan VR, Se 1,2,3,4,5 L, G
11. Osmosis VR, Se 1,2,3,4,6 L
12. Pengendapan VR, Se 1,2,3,4,5 L
13. Penebalan Se 1,2,3,4 L
14. Penyaringan Uap VR, Se 1,2,3,4 L
15. Flokulasi VR, Se 1,2,3,4,5 L
16. Flotasi VR, Se 1,2,3,4,5 L
II. CENICAL TRETMEN
1. Calcination VR 1,2,5 L
2. Pertukaran Ion VR, Se,De 1,2,3,4,5 L
3. Netralisasi VR, Se 1,2,3,4 L
4. Oxidasi VR, Se 1,2,3,4 L
5. Presipitasi Vr, Se 1,2,3,4,5 L
6. Reduksi VR, Se 1,2 L
7. Extraksi Larutan VR, Se 1,2,3,4,5 L
8. Serapan St 1,2,3,4,5 L
III. THERMA TREATMENT
1. Pembakaran VR, De 3,5,6,7,8 S, L, G
2. Pyrolisa VR, De 3,4,6 S, L, G
IV. BIOLOGIKAL TREATMENT
1. Aclivated Sludge De 3 L
238

2. Lgoon Aerasi De 3 L
3. Pengurangan Anaerobic De 3 L
4. Penyaringan Anaerobic De 3 L
5. Trickling Filter De 3 L
6. Kolam Stabilisasi De 3 L

Keterangan table 5.8.


VR = Reduksi Volume
Se = Pemisahan
De = Detoksifikasi
St = Penampungan
S = Solid/padat
L = liquid/cair
G = Gas
1 = Kimia An-organik, tanpa logam berat
2 = Kimia An-organik, Dengan logam berat
3 = Kimia Organik, tanpa logam berat
4 = Kimia Organik, dengan logam berat
5 = keradiologian
6 = Kebiologian
7 = Mudah terbakar
8 = Mudah meledak

4.5. PEMBUANGAN SAMPAH BERBAHAYA

Tanpa memperhatikan wujud bendanya (padat, cair dan gas), sebagian besar

sampah berbahaya dibuang didekat permukaan atau dibuang dalam permukaan.

(lihat table 5.9). kecuali laut, tetapi pembuangan dilaut akhir-akhir ini dilarang keras.

Walaupun metoda-metodalahan urug terkendali sesuai untuk sampah kota dan

sampah berbahaya dalam jumlah terbatas, metoda-metoda tersebut tidak cocok

untuk pembuangan sampah berbahaya dengan jumlah besar. Beberapa alasannya

adalah sebagai berikut:

1) Memungkinkan terjadinya perlokasi limbah cair beracun kedalam air tanah.

2) Melarutkan kembali bahan padat, diikuti dengan timbulnya lindi dan perlokasi

kedalam air tanah.

3) Melarutkan sampah berbahaya oleh lindi yang asam, diikuti dengan perlokasi

kedalam air tanah.


239

4) Potensial terjadinya reaksi yang tidak diharapkan dalam lahan urug, yang

mungkin berperan untuk terjadinya peledakan atau gas-gas beracun.

5) Penguapan sampah berbahaya, yang berperan untuk terjadinya / terlepasnyauap

beracun atau mudah meledak ke atmosfir.

6) Berkaratnya kontener penampung sampah berbahaya.

Konsekuensinya pemilihan metoda, lokasi sebagai tapak dan disainnya, harus

sangat cermat dan penuh kehati-hatian. Pada umumnya, tapak pembuanagn akhir

sampah berbahaya terpisah dari tapak pembuangan akhir sampah kota. Pada

situasi yang tidak memungkinkan dilakukannya pemisahan, kecermatan dan penuh

kehati-hatian harus dicurahkan untuk melindungi pemisahan operasi pembuangan ,

sehingga selalu terpelihara.


240

DAFTAR PUSTAKA

- George Tchobagnoglus et al, Solid Wastes Engineering Priciples and

Management Issues, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd, 1989

- Avery N. Wells and Marc E. Crooks, Solid Waste Landfill Design Manual,

Washington State Departement of Ecology, 1987.

- Joseph A. Salvato, et al,Environmental Engineering, John Wiley & Sons, Inc.

Canada, 2003.

- Pendapotan Lubis, Teknik Pengelolaan Sampah Padat, Program Studi

Kesehatan Masyarakat, USU Medan, 1993.

Anda mungkin juga menyukai