Disusun Oleh :
1. Riska Dwi Herbiantini ( 153800012)
2. Anggun Nur Angraeni (153800020)
3. Rosita Anggraeni Iflaha (153800021)
4. Mega Cahyani (153800031)
5. Aliffia Rica Ambima (153800036)
6. Ida Istaharoh (153800043)
Dosen Pembimbing :
Dr. Rhenny Ratnawati, S.T., M.T
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir “Perencanaan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di kota Mojokerto” dalam Mata Kuliah “Perencanaan
TPA”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rhenny Ratnawati, S.T., M.T
selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Perencanaan TPA yang telah mengajar,
membimbing dan memberikan arahan sehingga tugas ini bisa terselesaikan dengan baik.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.
Penulis
i|Page
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………. i
Daftar Isi……………………………………………………………………………….. ii
Daftar Gambar…………………………………………………………………………. iv
Daftar Tabel……………………………………………………………………………. v
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….. 1
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran…………………………………………………… 2
1.3 Ruang Lingkup…………………………………………………………………. 2
1.4 Metode Pendekatan…………………………………………………………….. 2
ii | P a g e
4.4.1 Sistem Pewadahan…………………..……………...………..…………….. 36
4.4.2 Pengumpulan Sampah…………………..……………...………….……….. 36
4.5 Kondisi Eksisting TPA …………………………………..……………….……… 37
4.6 Rencana Lokasi TPA ………………………………….....……………….……… 38
Daftar Pustaka…………………………………………………….……………………… 44
iii | P a g e
DAFTAR GAMBAR
iv | P a g e
DAFTAR TABEL
v|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1|Page
sifat konsumtif. Dengan demikian pemerintah daerah harus bergerak untuk menjadikan
kotanya bersih dan nyaman untuk khalayak ramai.
2|Page
BAB II
SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
2.1 Umum
Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai semua kegiatan yang bersangkut paut
dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi,
pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan
3ystem kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan factor
3ystem lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons masyarakat.
Menurut UU no 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud dengan
pengelolaan sampah yaitu kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi:
Pembatasan timbulan sampah;
Pendauran ulang sampah; dan/atau
Pemanfaatan kembali sampah.
Sedangkan kegiatan penanganan meliputi :
Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah, dan/atau sifat sampah;
Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat Pengolahan sampah 3R
skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahan sampah terpadu;
Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah 3R terpadu menuju
TPA atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST);
Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah;
dan/atau
Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan kerjasama antar pemerintah daerah atau
melalui kemitraan dengan badan usaha pengelolaan sampah menuju pelayanan yang
4ystem4se4al. Metode – metode yang dapat dilakukan meliputi :
Metode Pembuangan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk penguburan untuk membuang
sampah. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai. Lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yang dirancang
dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan
murah. Sedangkan penimbunan darat yang dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan, diantaranya 4ystem berbau sampah, menarik
berkumpulnya hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah
adalah gas methan dan karbon dioksida.
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah Metode
Pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat / pelapis 4ystem4.banyak
penimpunan sampah mempunyai 4ystem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengampil
gas yang terjadi.
Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan
kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan
sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk
membangkitkan listrik. Metode baru dari daur-ulang yaitu :
4|Page
a. Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivasi paling 5ystem5 dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium.
Kalag baja makanan / minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus.
Pengumpulan biasanya dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah / kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
c. Pemulihan energy
Kandungan 5ystem yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan
cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya
menjadi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai
dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai
menggunakannya untuk memanaskan borlaer untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-
generator. Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan,
dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini
biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat
mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas dan cair. Produk cair dan gas bisa
dibakar untuk menghasilkan 5ystem atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa
selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi busure plasma
yang canggih digunakan untuk mengonversi material 5ystem5 langsung menjadi gas sintetis
(campuran antara karbon monoksida dan 5ystem5s). Gas kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.
5|Page
2.2 Konsep Dasar
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda penggunaanya
antara 6ystem-negara atau daerah yaitu :
Hirarki sampah
Hirarki limbah merujuk pada “3M” mengurangi sampah, menggunakan kembali
sampah dan daur ulang yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan
keinginan dari segi minimalisasi sampah.
Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan meksimum dari produk-
produk praktis dan menghasilkan jumlah minimum limbah.
6|Page
Permen LH Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2.4 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
(KNSP-NPP)
Saat ini 7ystem seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan
beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukannya lahan yang cukup luas, juga
fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Hal tersebut disebabkan karena
belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sungguh sejak
dari sumber, termasuk pemisahan sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya) rumah tangga.
Mengacu pada berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia maka
Pemerintah harus menyediakan pelayanan 7ystem pengelolaan persampahan yang
mengikuti kaidah-kaidah teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional maka
Departemen Pekerjaan Umum telah menyusun Rencana Strategis tahun 2005 – 2009 yang
bertujuan untuk : memberikan akses ke seluruh pelosok tanah air dan menangani tanggap
darurat untuk memberikan pelayanan minimal bagi masyarakat dalam melaksanakan
kehidupan 7ystem ekonomi agar terwujud Indonesia yang aman dan damai; membina
penyelenggaraan infrastruktur secara transparan dan terbuka dengan melibatkan
masyarakat, meningkatkan peran Pemerintah Daerah agar terwujud Indonesia yang adil dan
demokratis; serta menyelenggarakan infrastruktur yang efisien, efektif dan produktif agar
terwujud Indonesia yang lebih sejahtera.
Disamping itu Pemerintah Indonesia juga telah ikut serta dalam meratifikasi
berbagai kesepakatan/komitmen Internasional yang harus diupayakan pemenuhannya sebagai
bangsa yang bermartabat. Kesepakatan tersebut mencakup : Agenda 21 mengenai
pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA (3R/Reduce-Reuse-Recycle), Prinsip
Dublin, Kesepakatan Rio, MDGs (Millenium Development Goals) mengenai peningkatan
separuh dari jumlah masyarakat yang belum mendapatkan akses pelayanan pada tahun
2015, Kyoto Protocol mengenai mekanisme pembangunan bersih (CDM/Clean Development
mechanism) dan lain-lain;
Untuk mencapai tujuan diatas dan sebagai tindak lanjut amanat PP no 16 tahun
2005 tentang Pengembangan Sistem Penyedaan Air Minum, maka disusunlah KEBJAKAN
DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN (KSNPSPP) yang tegas dan realistis dan dapat digunakan sebagai
acuan bagi Pusat dan Daerah dalam meningkatkan 7ystem pengelolaan persampahan
secara berkelanjutan dan ramah lingkunga Dalam rangka penyehatan lingkungan
permukiman yang berkelanjutan, perlu dilakukan pengembangan 7ystem pengelolaan
persampahan yang ramah lingkungan. Permukiman yang sehat dengan lingkungan yang
bersih sangat diperlukan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia
sehingga masyarakat dapat menjadi lebih produktif.
7|Page
Gambar 2.1
Diagram Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah
8|Page
Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan
Siap Bangun Berdiri Sendiri;
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum;
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum;
Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2005-2009;
Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)
Kebijakan (2) Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai
mitra pengelolaan Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan
pola-pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan perubahan pemahaman bahwa
masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai mitra yang mengandung
makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi
kebersihan yang memadai. Disamping masyarakat, pihak swasta / dunia usaha juga memiliki
potensi yang besar untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Beberapa
pengalaman buruk dimasa lalu yang sering membebani dunia usaha sehingga tidak
berkembang perlu mendapatkan upaya-upaya perbaikan. Swasta jangan lagi dimanfaatkan
bagi kepentingan lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra untuk bersama mewujudkan
pelayanan kepada masyarakat sehingga kehadirannya sangat diperlukan.
9|Page
Kebijakan (3) Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan
Tingkat pelayanan yang 40% pada saat ini menyebabkan banyak dijumpai TPS yang tidak
terangkut dan masyarakat yang membuang sampah ke lahan kosong / sungai. Banyak anggota
masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan pengumpulan sampah secara memadai.
Sementara itu berbagai komitmen internasional sudah disepakati untuk mendorong
peningkatan pelayanan yang lebih tinggi kepada masyarakat. Sasaran peningkatan pelayanan
nasional pada tahun 2015 yang mengarah pada pencapaian 70% penduduk juga telah
ditetapkan bersama
10 | P a g e
sesuai ketentuan, atau membuang sampah sembarangan. Legislatif belum menyediakan
anggaran sesuai kebutuhan minimal yang harus disediakan. Pemerintah Pusat belum
mampu menyediakan ketentuan peraturan secara lengkap, dan lain-lain.
Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar aturan
aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk menjamin
semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masing-masing secara bertanggung
jawab
11 | P a g e
b. Peraturan yang dihasilkan belum mencerminkan kepentingan yang menjadi objek
peraturan.
c. Rendahnya integritas aparat penegak hukum.
d. Minimnya sarana dan prasarana penegakan hukum.
e. Sistem hukum yang kurang sistematis.
f. Tingkat kesadaran dan budaya hukum yang kurang di masyarakat.
12 | P a g e
2.6 Kriteria Pengelolaan Persampahan
Merencanakan suatu pengembangan sistem pengelolaan persampahan memerlukan
strategi yang terstruktur dan tepat sasaran. Strategi pengembangan persampahan dan
untuk jangka panjang perlu mengacu pada strategi nasional (Permen PU No
21/PRT/M/2006) dan daerah serta rencana tata ruang yang berlaku. Secara garis besar,
strategi tersebut meliputi :
Strategi Teknis
Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan berdasarkan kriteria kebutuhan
pengembangan Peningkatan kegiatan 3R untuk skala sumber dan kawasan pada lokasi-lokasi
prioritas dan memenuhi kriteria Rehabilitasi TPA menjadi minimal controlled landfill
Mengembangkan pola pelayanan regional 2 atau lebih kota kabupaten yang berdekatan
14 | P a g e
Adapun program dari strategi pertama pada aspek pendanaan adalah sebagai berikut :
Penetapan standar biaya investasi, operasional dan pemeliharaan pengelolaan sampah
meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengo-lahan dan pemrosesan akhir
dalam Rp/ton.
Mengalokasikan anggaran pengelolaan sampah sebesar minimal 2% dari APBD
Kabupaten/Kota.
Mengalokasikan anggaran untuk pilot project pengelolaan sampah dari sub sistem
pemilahan/pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir
sampah di Kota terpilih.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penggunaan anggaran pengelolaan sampah.
Pemanfaatan dana desa untuk pengelolaan sampah.
Pemanfaatan program Extended Producer Responsibility/kewajiban produsen untuk
pengelolaan sampah.
Pemanfaatan programCorporate Social Responsibility untuk pengelolaan sampah.
Sedangkan program untuk strategi kedua pada aspek pendanaan adalah sebagai
berikut:
Pengaturan iklim yang kondusif dalam pelaksanaan tender/lelang kerjasama pemerintah
dengan badan usaha dalam pengelolaan sampah.
Penetapan tipping fee sesuai dengan standar harga dalam pengelolaan sampah.
Penerapan bentuk kerjasama Build Operate and Own dalam pengelolaan sampah
15 | P a g e
2.6.5 Peran Serta Masyarakat
Sampah perkotaan merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang
serius. sampah perkotaan dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju
pertumbuhan jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk di perkotaan yang pesat
berdampak terhadap peningkatan jumlah sampah yang di hasilkan. Peningkatan jumlah
sampah yang tidak diikuti oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan
sampah mengakibatkan permasalahan sampah menjadi komplek, antara lain sampah tidak
terangkut dan terjadi pembuangan sampah liar, sehingga dapat menimbulkan berbagai
penyakit, kota kotor, bau tidak sedap, mengurangi daya tampung sungai dan lain-lain.
Masalah sampah mutlak harus ditangani secara bersama-sama antara pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan
kesadaran dan komitmen bersama menuju perubahan sikap, perilaku dan etika yang
berbudaya lingkungan. Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA diantaranya adalah pengomposan. Manfaat
lain teknik pengelolaan sampah dengan pengomposan adalah dapat menjadikan pupuk yang
dapat menyuburkan tanaman.
Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat meliputi :
Sosialisasi
Edukasi
Uji coba dan pendampingan
Penerapan Insentif dan disinsentif untuk program 3R (reduce, reuse dan recycle)
16 | P a g e
BAB III
Gambaran Umum Wilayah Perencanaan
17 | P a g e
3.1.1 Kondisi Geografis
Secara geografis wilayah Kabupaten Mojokerto terletak antara 11120’13” s/d
11140’47” Bujur Timur dan antara 718’35” s/d 747” Lintang Selatan. Secara
administratif Kabupaten Mojokerto masuk Wilayah Kerja Badan Koordinasi Wilayah
Pemerintahan dan Pembangunan Bojonegoro, sedangkan secara spatial Tata Ruang Jawa
Timur adalah masuk dalam kawasan pengembangan “Gerbang Kertosusila”.
Berdasarkan struktur tanahnya, wilayah Kabupaten Mojokerto cenderung cekung
ditengah-tengah dan tinggi di bagian selatan dan utara. Bagian selatan merupakan wilayah
pegunungan dengan kondisi tanah yang subur, yaitu meliputi Kecamatan Pacet, Trawas,
Gondang, dan Jatirejo. Bagian tengah merupakan wilayah dataran sedang, sedangkan bagian
utara merupakan daerah perbukitan kapur yang cenderung kurang subur. Berikut ditampilkan
peta wilayah Kabupaten Mojokerto.
Gambar 3.1
Peta Kecamatan Kabupaten Mojokerto
Tabel 3.1
Tinggi dan Luas Daerah Menurut Kecamatan
No. Kecamatan Tinggi Rata-Rata Luas daerah*)
dari Permukaan
Laut (m) (Km2)
18 | P a g e
6. Pungging 100 45,00
9. Bangsal 60 25,84
Keterangan :
*) Luas daerah termasuk hutan negara
Sumber data : BPS Kabupaten Mojokerto,Tahun 2013
a. Ketinggian Lahan
Berdasarkan ketinggian lahan, wilayah Kabupaten Mojokerto terletak antara 15
sampai dengan di atas 600 meter dari permukaan laut. Ketinggian lahan dari
permukaan laut merupakan salah satu faktor yang menentukan jenis peruntukannya,
oleh karena itu ketinggian lahan merupakan salah satu penentu dalam menetapkan
wilayah tanah usaha.
19 | P a g e
Luas daerah berdasarkan ketinggian tempat adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Luas Lahan Berdasarkan Ketinggian
Ketinggian Tempat (meter) Luas
No.
Ha %
1. 0 – 500 849.98 87,69
2. 500 – 1000 119.28 12,31
Total 969.36 100,00
Sumber Data : BPS Kabupaten Mojokerto, Tahun 2013
Ketinggian 0 – 500 meter di atas permukaan laut, merupakan daerah datar dan
sedikit sekali daerah yang berombak dengan penggunaan lahan usaha
pertanian/persawahan, meliputi seluruh kecamatan;
Ketinggian 500 – 1000 meter dari permukaan laut, merupakan daerah yang
relatif bergelombang dan berbukit. Daerah ini juga merupakan daerah
persawahan dan tegal, meliputi Kecamatan Ngoro, Gondang, Pacet, Trawas dan
Jatirejo;
b. Kemiringan Lahan
Kabupaten Mojokerto mempunyai bentang kemiringan lahan yang bervariasi, yang
terdiri dari :
Daerah landai dan bergelombang meliputi 47,34 % dari luas wilayah;
Daerah berbukit dengan kemiringan sampai 15 0 meliputi 22,77% dari luas
wilayah;
Daerah pegunungan dengan kemiringan antara 15 0 – 40 0 meliputi 8,74% dari
luas wilayah;
Daerah pegunungan dengan kemiringan lebih dari 40 0 meliputi 8,74% dari luas
wilayah.
Berdasarkan kemiringan tanah, luas tanah di wilayah Kabupaten Mojokerto terbagi
menjadi 4 (empat) kelompok kemiringan, yaitu :
Tabel 3.3
Kemiringan Lahan
No. Kemiringan Luas
Ha %
1. 00– 20 45.886 47,34
2. 2 0 – 15 0 22.072 22,77
3. 15 0 – 40 0 8.474 8,74
4. Di atas 40 0 20.504 21,15
Total 96.936 100,00
Sumber Data : BPN Kabupaten Mojokerto,Tahun 2013
20 | P a g e
c. Geologi
Struktur dan Karakteristik
Tanah di wilayah Kabupaten Mojokerto ditinjau dari struktur geologi, unsur batuan
pembentuk serta luasnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Struktur dan Karakteristik Tanah
No. Batuan Pembentuk 2 Luas (Ha) (%)
Hidrologi
Pola tata air sangat ditentukan oleh besarnya curah hujan, jumlah mata air atau
sumber air dan pola aliran sungai serta bendungan. Jumlah mata air mencapai 161
buah, dari jumlah tersebut yang berfungsi sebanyak 153 mata air. Debit air tersebut
rata-rata maksimum 19,42 liter/detik dan debit rata-rata minimum 7,60 liter/detik.
Mata air tersebut sebagian besar sebarannya terdapat di wilayah Kabupaten Mojokerto
bagian selatan.
21 | P a g e
Kondisi tersebut menimbulkan konsekuensi logis pada jenis jaringan irigasi
panjang saluran serta pemanfaatannya untuk areal persawahan. Disamping itu kondisi
irigasi yang ada di Kabupaten Mojokerto secara umum dapat dipantau dari data yang
tersaji pada tabel berikut ini :
Tabel 3.5
Jenis Jaringan Irigasi Panjang Saluran dan Areal Sawah Irigasi
Tahun 2012 Tahun 2013
Areal
Daerah Areal Luas Panjang Luas
Jumlah Panjang Jumlah
Irigasi (DI) Sawah Saluran Sawah
DI Saluran (m) DI
Irigasi (Ha) (m) Irigasi
(Ha)
Teknis 374 273.883 299.22 374 273.883 298.21
Semi Teknis - - - - - -
Sederhana - - - - - -
Jumlah 374 273.883 299.22 374 273.883 298.21
Sumber data : Dinas PU Pengairan Kabupaten Mojokerto, Tahun 2013
Tabel 3.6
Target dan Realisasi Kondisi Irigasi Tahun 2012 dan 2013
Tahun 2012 Tahun 2013
Kondisi Target Realisasi Realisasi
% Target %
(m) (m) (m)
Baik 505.093 70.713 14 505.093 90.916 18
Sedang 189.409 11.364 6 157.841 12.627 8
Rusak 50.500 20.200 50 44.198 28.726 65
Jumlah 745.002 102.277 60 707.129 132.269 91
Sumber data : Dinas PU Pengairan Kabupaten Mojokerto, Tahun 2013
22 | P a g e
Sungai-sungai besar yang ada di Wilayah Kabupaten Mojokerto selengkapnya
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.7
Sungai Besar di Kabupaten Mojokerto
No. Nama Sungai Hulu Muara
1. Sungai Brantas Kabupaten Jombang Kecamatan Sooko, Jetis, Ngoro
2. Kali Porong Kabupaten Mojokerto Kecamatan Mojoanyar,Bangsal,
Mojosari, Pungging, Ngoro
3. Kali Surabaya Kabupaten Mojokerto Kecamatan Jetis
Sumber Data : Dinas PU Pengairan Kabupaten Mojokerto, Tahun 2013
b. Infrastuktur
Dalam menunjang pengembangan kawasan industri di Kabupaten Mojokerto perlu
didukung dengan fasilitas penunjangnya utamanya berupa pengembangan infrastruktur jalan
dan jembatan terutama yang menghubungkan akses pada kawasan industri. Selain itu
pembangunan jalan juga difokuskan pada akses menuju daerah wisata sehingga dapat
mengembangkan serta meningkatkan pariwisata Kabupaten Mojokerto dan pembangunan
jalan lingkungan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan.
23 | P a g e
c. Pendidikan
Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang diperlukan oleh industri-industri yang ada di wilayah Kabupaten Mojokerto
melakukan pembangunan SDM dengan melalui penyediaan Sarana Prasarana pendidikan
dengan menitikberatkan pada pengembangan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.
Pemerintah Kabupaten Mojokerto antara lain dengan membangun Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di beberapa lokasi kecamatan sesuai dengan kebutuhan tenaga yang
dibutuhkan oleh industri yang ada diwilayah Kabupaten Mojokerto.
d. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu indikator penting dalam pembangunan manusia,
karena itu Pemerintah Kabupaten Mojokerto menitikberatkan pula dalam pengembangan di
bidang kesehatan. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, direncanakan
Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Mojokerto menambah pelayanannya dengan
fasilitas rawat inap yang perlu didukung dengan fasilitas penunjang rawat inapnya baik
sarana prasarana maupun paramedis.
e. Pariwisata
Kabupaten Mojokerto memiliki potensi pariwisata yang apabila dikelola dengan benar
dapat menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah pada Kabupaten Mojokerto cukup besar.
Potensi tersebut antara lain obyek wisata Petirtaan Jolotundo Trawas, Air Terjun Coban
Canggu, Air Terjun Dlundung Trawas, Wana Wisata dan Kolam Air Panas Padusan Pacet,
dan Ekowisata Waduk Tanjungan Kemlagi. Pemerintah Kabupaten Mojokerto berencana
untuk meningkatkan sarana dan prasarana pada semua obyek wisata yang ada untuk
menjamin kenyamanan pengunjung, sehingga dapat menarik lebih banyak lagi wisatawan
untuk datang ke obyek-obyek wisata tersebut.
24 | P a g e
3.2.1 Batas Wilayah Kota Mojokerto
Wilayah Kota Mojokerto berada di antara 7°33' LS dan 122°28' BT dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Sungai Brantas
Sebelah Timur : Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto
Sebelah Selatan : Kecamatan Sooko dan Puri Kabupaten Mojokerto
Sebelah Barat : Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto
a. Jenis tanah
Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kota Mojokerto sebagian besar terdiri dari
aluvial (62.74%) dan grumosol (37.26%). Dari kondisi tersebut jenis tanah di Kota Mojokerto
merupakan tanah yang cukup baik untuk usaha pertanian, karena tanah tersebut terdiri dari
endapan tanah liat bercampur dengan pasir halus, berwarna hitam kelabu dengan daya
penahan air yang cukup baik dan banyak mengandung mineral yang cukup baik bagi tumbuh-
tumbuhan.
c. Hidrologi
Wilayah Mojokerto merupakan DAS Brantas sepanjang 3,50 km, DAS Kali Brangkal
sepanjang 2,25 km dan Kali Sadar sepanjang 2 km, yang manfaatnya cukup besar bagi
kehidupan penduduk, khususnya untuk keperluan irigasi pertanian.
d. Iklim
Iklim di wilayah Kota Mojokerto dicirikan dengan adanya musim hujan dan musim
kemarau dengan curah hujan rata-rata 10,58 mm. Curah hujan tersebut mempengaruhi baik
langsung maupun tidak langsung pola pertanaman yakni intensitas penggunaan tanah dan
25 | P a g e
tersedianya air pengairan. Sedangkan temperatur mencapai 220 - 310 dengan kelembaban
udara 74,3 - 84,8 Mb / hari dan kecepatan angin rata-rata berkisar 3,88 - 6,88 knot / bulan.
3.2.3 Kependudukan
Distribusi penduduk di Kabupaten Mojokerto bervariasi sesuai dengan tingkat
perkembangan wilayahnya. Tercatat yang memiliki Distirbusi penduduk tinggi adalah
Kecamatan Mojosari, Sooko dan Gedeg. Distribusi penduduk sedang meliputi Kecamatan
Trowulan, Puri, Dlanggu, Bangsal, dan Pungging, serta kecamatan lainnya memiliki
distribusi yang redah.
Menurut hasil registrasi dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
penduduk sampai dengan bulan Agustus 2011 jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto
berjumlah 1.102.662. Jumlah penduduk laki-laki 554.646 sedang jumlah penduduk
perempuan 548.016, sex ratio penduduk Kabupaten Mojokerto sampai dengan bulan Agustus
2011 adalah 1,012, hal ini berarti bahwa penduduk laki-laki Kabupaten Mojokerto lebih
banyak dibanding perempuan.
Kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Mojokerto sampai dengan bulan Agustus 2011
adalah 1.593,10 jiwa setiap km2.
Tabel 3.8
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten Mojokerto
26 | P a g e
4 Trawas 15.078 15.119 30.197 9.332
5 Ngoro 39.291 39.344 78.635 23.995
6 Pungging 37.753 37.373 35.126 23.145
7 Kutorejo 31.663 30.951 62.614 19.220
8 Mojosari 39.458 38.434 77.892 23.751
9 Dlanggu 27.767 27.558 55.325 16.893
10 Bangsal 25.798 25.183 50.981 15.879
11 Puri 37.293 36.757 74.050 21.819
12 Trowulan 37.674 36.924 74.598 22.956
13 Sooko 37676 36.904 74.580 21.293
14 Gedeg 30.603 30.192 60.795 18.874
15 Kemlagi 29.711 29.652 59.363 17.745
16 Jetis 42.141 41.600 83.741 25.968
17 Dawarblandong 25.701 26.350 52.051 15.793
18 Mojoanyar 25.083 24.446 49.529 14.713
Jumlah 554.646 548.016 1.102.662 336.990
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil bulan Agustus (2011)
Kabupaten Mojokerto terdiri atas 18 Kecamatan, 299 Desa dan 5 Kelurahan dengan
perincian berikut ini:
Tabel 3.9
Jumlah Desa dan Kelurahan tiap Kecamatan Tahun 2013
Jumlah
No. Kecamatan
Kelurahan Desa
1. Trowulan - 16
2. Sooko - 15
3. Puri - 16
4. Bangsal - 17
5. Mojoanyar - 12
6. Gedeg - 14
7. Kemlagi - 20
8. Dawarblandong - 18
9. Jetis - 16
10. Mojosari 5 14
11. Ngoro - 19
12. Pungging - 19
27 | P a g e
13. Kutorejo - 17
14. Dlanggu - 16
15. Jatirejo - 19
16. Gondang - 18
17. Pacet - 20
18. Trawas - 13
Jumlah 5 299
28 | P a g e
Sedangkan untuk Kependudukan Kota Mojokerto pada tabel .. di bawah ini, Jumlah
dan Pertumbuhan Penduduk penduduk di kota Mojokerto yaitu sejumlah 125.706 jiwa pada
rahun 2015 dengan luas wilayah 1.646,5 Ha sehingga kepadatan penduduknya 69 jiwa-Ha.
Dari data kependudukan di atas maka Kota Mojokerto dapat digolongkan kepada Kelas Kota
Sedang, dimana berdasar kriteria BPS mengenai kelas kota, Kota Sedang adalah Kota dengan
jumlah penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa.
Tabel 3.11
Jumlah Penduduk berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
2015
Kelompok Penduduk Akhir Tahun Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Umur (Jiwa)
29 | P a g e
Tabel 3.12
Jumlah Penduduk Berdasarkan Wilayah
Kecamatan/ Rasio Jenis
Laki laki Perempuan Jumlah
Kelurahan Kelamin
Kec. Prajurit Kulon 30,867 31,277 62,144 99
01. Surodinawan 3,764 3,709 7,473 101
02. Kranggan 6,563 6,822 13,385 96
03. Miji 4,600 4,669 9,269 99
04. Prajurit Kulon 3,948 3,832 7,780 103
05. Blooto 3,031 2,926 5,957 104
06. Mentikan 3,676 3,898 7,574 94
07. Kauman 1,560 1,710 3,270 91
08. Pulorejo 3,725 3,711 7,436 100
Kec. Magersari 36,661 37,568 74,229 98
01. Meri 4,090 4,163 8,253 98
02. Gunung
Gedangan 3,415 3,443 6,858 99
03. Kedundung 7,490 7,317 14,807 102
04. Balongsari 3,897 3,978 7,875 98
05. Jagalan 1,622 1,701 3,323 95
06. Sentanan 1,205 1,299 2,504 93
07. Purwotengah 856 900 1,756 95
08. Gedongan 1,164 1,254 2,418 93
09. Magersari 2,893 3,018 5,911 96
10. Wates 10,029 10,495 20,524 96
Jumlah 67,528 68,845 136,373 98
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Mojokerto 2013
30 | P a g e
sebagai pusatnya sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan wilayah lain seperti
Jombang.
Sektor Industri
Kebijakan : Penguatan akses permodalan dan pengembangan bagi industri kecil
Strategi : Pemberian bantuan modal, pengembangan sumber daya, peningkatan mutu
produk, dan mendorong legalitas dan sertifikasi produk.
Sektor Permukiman
Kebijakan : Pengembangan kawasan permukiman baru secara massal sesuai kebutuhan.
Strategi : Menyediakan lahan cadangan untuk permukiman, mengembangkan dengan
menggunakan system permukiman kompak, dan harus ditujang dengan kemudahan
aksesibilitas.
31 | P a g e
Selain melihat potensi dari Kota Mojokerto, kita harus tahu terlebih dahulu masalah
apa yang terdapat di Kota Mojokerto terkait sektor-sektor tersebut agar dapat kita dapat
memberikan arahan pengembangan yang tepat sasaran. Berikut ini adalah beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi dari Kota Mojokerto:
1) Lokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang masih belum tertata
2) Kurangnya promosi dari produk hasil industri kecil yang dijalankan oleh masyarakat
3) Penggunaan lahan eksisting terbesar di Kota Mojokerto adalah untuk permukiman.
Potensi Pengembangan
Seperti yang sudah dipaparkan diatas bahwa Kota Mojokerto yang termasuk kedalam
Wilayah Pengembangan (WP) Kawasan Gerbangkertasusila memiliki sektor unggulan berupa
sektor perdagangan dan jasa serta industri. Keberadaan fasilitas perdagangan dan jasa sangat
menunjang bagi perkembangan Kota Mojokerto. Sektor perdagangan dan jasa di Kota
Mojokerto menyumbang kontribusi terbesar bagi PDRB Kota Mojokerto yakni sebesar
38,05%. Fasilitas perdagangan di Kota Mojokerto didukung oleh kegiatan pasar, pertokoan,
perhotelan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, perlu sektor ini perlu diberi perhatian khusus
dan dikembangkan secara baik agar stabilitas dan ketahanan ekonomi serta kemajuan Kota
Mojokerto dapat terlaksana dan berjalan sebagaimana mestinya. Potensi dari perdagangan
dan jasa ini dapat dilakukan dengan cara membuat rencana pengembangan Central Bussiness
District (CBD) beserta dengan pusat perdagangan skala besar/regional, pengembangan sentra
PKL, dan pembangunan pasar modern.
Sedangkan untuk industri, wilayah Kota Mojokerto terdapat cukup banyak jenis usaha
industri terutama usaha industri kecil yang dikembangkan oleh masyarakat setempat. Potensi
yang dapat dikembangkan dari sektor ini adalah dengan peningkatan dan perbaikan promosi
publik untuk industri kecil serta pembangunan sentra industri kecil dan kerajinan (home
industri).
Kedua sektor ini juga dirasa dapat dikembangkan secara bersamaan dengan
mengkerjasamakan potensi dari sektor-sektor ini. Salah satunya adalah dengan cara
memasarkan barang-barang produksi dari industri kecil melalui pusat perdagangan skala
besar/regional. Hal ini tentunya akan menguntungkan kedua pihak karena keduanya sama-
sama akan berpotensi meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha mereka dan juga ekonomi
mereka, mengingat sebagian besar dari mata pencaharian penduduk kota Mojokerto
merupakan masyarakat yang bekerja pada sektor perdagangan jasa dan industri. Di sisi lain,
kolaborasi antar kedua sektor ini juga dapat meningkatkan ekonomi kota Mojokerto dari segi
income.
Selain sektor perdagangan dan jasa serta industri, terdapat satu sektor yang dirasa
dapat dikembangkan potensinya yakni dari sektor permukiman. Dalam RTRW Kota
Mojokerto disebutkan bahwa Kota Mojokerto merupakan daerah penyangga fungsi
perumahan bagi kota Surabaya dalam Gerbangkertasusila. Hal ini terkait dengan fungsi Kota
Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur yang memiliki aktivitas ekonomi dan
pembangunan yang signifikan namun juga diiringi dengan permasalahan ketersediaan lahan
permukiman yang semakin lama semakin menipis. Oleh karena itu, para penglaju yang
bekerja di Surabaya mayoritas akan memilih tinggal di kota-kota satelit atau kota-kota
disekitar Surabaya. Kota Mojokerto saat ini menjadi salah satu pilihan dari para penglaju
32 | P a g e
tersebut sebagai salah satu tempat yang paling berpotensi untuk ditinggali. Ditambah lagi,
saat ini aksesibilitas dari Kota Mojokerto menuju Surabaya, dan sebaliknya, akan semakin
dipermudah dengan adanya pembangunan Tol Sumo (Surabaya-Mojokerto) yang sudah
berjalan sekitar 50%. Namun, tetap harus adanya pengendalian dan pengawasan atas
pembangunan permukiman di Kota Mojokerto agar tidak melebihi batas dan menimbulkan
kepadatan yang tinggi dan turunan masalah lainnya yang mungkin dapat terjadi mengingat
kawasan permukiman di Kota Mojokerto menempati urutan pertama dalam segi penggunaan
lahan.
33 | P a g e
BAB IV
Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah Kota Mojokerto
Pengelolaan sampah di Kota Mojokerto masih menggunakan paradigma lama yakni
kumpul-angkut-buang atau dikenal dengan pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah
dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah, bahkan masih
disebut sebagai tempat pembuangan akhir. Kota Mojokerto hanya memiliki satu TPA sebagai
lokasi pemrosesan akhir timbulan sampah di kota tersebut, yaitu TPA Randegan di Kelurahan
Kedundung Kecamatan Magersari dengan luas lahan kurang lebih 3,5 Ha,dan kecenderungan
volume timbulan sampahnya meningkat setiap tahunnya. Untuk kondisi eksisting volume
sampah Kota Mojokerto yang selama ini berada di TPA Randegan sudah pada tahapan
perhatian penuh. Mengingat diprediksi pada tahun 2014, 2 – 3 tahun kedepan TPA tersebut
sudah tidak mampu lagi menampung. TPA dioperasikan dengan open dumping dan control
landfill.
34 | P a g e
yaitu 213 m³/ hari, yang disusul oleh sarana kota lainnya yaitu pasar 82 m³/ hari, jalan arteri
dan kolektor 32 m³/ hari, sekolah 22 m³/ hari.
Tabel 4.1
Timbulan sampah kota Mojokerto
Jumlah
Parameter Volume
satuan
Rata-rata sampah
m3/hari 377
Luas area pelayanan
produksi sampah m2 13.999
Jumlah sampah rumah
tangga m3/hari 181.5
daerah perdagangan
m3/hari 10
jumlah sampah pasar
m3/hari 82
jumlah sampah
fasilitas umum m3/hari 69.5
lain-lain
m3/hari 34
Jumlah sampah yang
diangkut m3/hari 338.55
Sumber : RTRW Kota Mojokerto, 2007
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah) Kota Mojokerto Tahun 2009-2014
35 | P a g e
Tabel 4.2
Jumlah volume timbulan sampah dari sumbernya
36 | P a g e
(satu) buah TPA Randegan terletak di Kecamatan Magersari. TPA Randegan akan habis
masa pemanfaatannya pada tahun 2017. Pengelolaan masih memakai system open dumping
dan semi control landfill.
Permasalahan di TPA Randegan adalah keterbatasan lahan serta timbulnya
pencemaran lingkungan sekitar TPA karena belum ada IPAL yang mengolah lindi. Baru ada
17 TPS, masih diperlukan tambahan 7 TPS lagi Sampai saat ini tersedia: 2 unit TPST,
kapasitas total: 20 m3/hari atau setara dengan 0,21 % dari timbulan sampah Kota. Dengan
asumsi timbulan sampah untuk kota sedang sebesar 3 liter/orang/hari.
37 | P a g e
Tabel 4.3
Data Pengelolaan Sampah di Kota Mojokerto
38 | P a g e
BAB V
Perencanaan Teknis TPA
Gambar 5.1
Lokasi Perencanaan TPA Kota Mojokerto
Gambar 5.1
Lokasi Perencanaan TPA Kota Mojokerto
39 | P a g e
5.1.1 Analisa Proyeksi Sampah
Pelayanan TPA Randegan untuk melayani daerah Kota Mojokerto yang meliputi 2
Kecamatan, yaitu Kecamatan Prajurit Kulon dan Magersarisehingga untuk memproyeksikan
timbulan sampah didasarkan pada jumlah penduduk dan proyeksinya pada 2 (dua)
kecamatan tersebut. Proyeksi timbulan sampah didasarkan pada tingkat pelayanan TPA
Randegan dengan jumlah sampah yang masuk ke TPA Randegan sebanyak 257,90 m 3/hari.
Tingkat pelayanan TPA Randegan diproyeksikan meningkat pada beberapa tahun proyeksi.
Untuk jumlah timbulan perorangnya digunakan standar timbulan perorang perharinya
sebesar 3 l/orang/hari.
Dilakukan perhitungan proyeksi penduduk dengan rumus aritmatika. Proyeksi
timbulan sampah Kota Mojokerto sampai tahun 2020 tercantum dilakukan dengan
asumsi volume timbulan yang dihasilkan sebesar 2,45 liter/orang/hari dengan asumsi
sumber sampah dari permukiman menghasilkan 81,5% dari sampah keseluruhan.
Peningkatan timbulan sampah mengakibatkan kapas itas pengelolaan persampahan yang
meliputi pengangkutan maupun pengolahan di TPA mengalami penurunan. Oleh sebab
itu pengurangan volume sampah dimulai dari sumbernya menjadi salah satu hal penting
dalam pengelolaan persampahan.
a. Air bersih
b. Jalan akses menuju lokasi baru
c. Zona penyangga
d. Jembatan timbang
e. Laboratorium
f. Lokasi cadangan material penutup
g. Tanggul, talud, perkuatan tebing.
41 | P a g e
Gambar 5.2
Fasilitas penunjang yang telah ada di TPA Randegan
Sanitasi.Net
5.1.6 Tenaga Pengelola TPA dan 3R
Tenaga Pengelola TPA terdiri dari :
1 orang KASI/ Kepala Kantor dengan kualifikasi Sarjana Teknik
1 orang petugas pencatat sampah dengan kualifikasi SMA/SMK
2 orang petugas kebersihan (shift) dengan kualifikasi SMA/SMK
1 orang operato dump truck dengan kualifikasi SMA/SMK Sbesertifikat pengemudi alat
berat
1 orang petugas pemantauan kualifikasi D3 Teknik Lingkungan
1 orang operator penimbunan sampah kualifikasi SMA/SMK
1 orang pengatur lalu lintas kendaraan di TPA kualifikasi SMA/SMK
1 orang oembantu umum kualifikasi SMA/SMK
1 orang petugas IPL kualifikasi S1/D3 Teknik Lingkungan/Kimia
1 orang petugas pengelola 3R kualifikasi D3 Teknik lingkungan/Kimia
Dengan jumlah total pekerja sebanyak 11 orang
Tenaga Pngelola TPA dan 3R disesuaikan dengan kondisi TPA dan karakteristik timbulan
sampah yang masuk ke TPA.
42 | P a g e
BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN
Kota Mojokerto merupakan kota kecil di Jawa Timur yang memiliki tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi. Keberadaan TPA Randegan yang merupakan satu – satunya
TPA di kota Mojokerto telah memasuki masa kritis karena pada tahun 2017 ini, masa
berlakunya telah habis dan tidak lagi mampu menampung timulan sampah yang terus
meningkat dari aktivitas kota. Maka dari itu direncanakan pembangunan TPA baru dengan
memanfaatkan lahan kosong disamping TPA Randegan, pemanfaatan lahan di sebelah TPA
Randegan menggunakan metode pengolahan sanitary landfill membutuhkan luasan landfill
sebesar 0,415 Ha. Adanya permasalahan luasan kota yang sempit diharapkan perencanaan
TPA yang baru dapat mengatasi permasalahn timbulan sampah di kota Mojokerto.
Dipilih bangunan pengolahan lindi dengan metode ABR atau Anaerobic Baffled
Reactor (Reaktor Anaerob Bersekat) yang diprediksi mampu menangani permasalahan luasan
lahan yang tidak terlalu besar ini. Selain itu, penambahan fasilitas penunjang juga tidak
semua dilakukan, mengingat suda terdapat beberapa fasilitas penunjang dari TPA Randegan.
SARAN
Dibutuhkan kesadaran yang tinggi dari masyarakat dan koordinasi yang baik dari pemerintah
untuk menangani timbulan sampah dan pengelolaannya sehingga tidak dihasilkan hal – hal
buruk/negative dikemudian hari yang berakibat tidak baik bagi kelangsungan kehidupan
perkotaan. Sehingga apabila system pengelolaan persampahan sudah maksimal dan terkonsep
dengan baik maka, kelangsungan hidup di kota juga menjadi lebih baik.
REKOMENDASI
Sebaiknya dipilih lokasi perencanaan pembangunan TPA yang sesuai dengan kriteria dan
memenuhi persayaratan kelayakan lokasi guna meminimalisir timbulnya dampak – dampak
buruk dikemudian hari yang dapat mengancam kelangsungan hidup perkotaan.
43 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Admin, TPA Wisata Edukasi Talangagung-Apa itu TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
Sampah? (https://sites.google.com/site/tpaedukasi/about-us/apa-itu-tpa) diakses pada 01 Juni
2017
Admin. 09 Desember 2015, Harian Buana-Proyek Perluasan Lahan TPA Randegan Dinilai
Tidak efektif (Online)(http://www.harianbuana.com/2015/12/proyek-perluasan-lahan-tpa-
randegan.html) diakses pada 01 Juni 2017
Admin. 30 Juli 2015, Bansa Online “ Overload Setelah 25 Tahun, Pemkot Mojokerto Bakal
Perluas TPA Randegan (https://www.bangsaonline.com/berita/12905/overload-setelah-25-
tahun-pemkot-mojokerto-bakal-perluas-tpa-randegan ) diakses pada 01 Juni 2017
https://dewiratihsw.wordpress.com/2016/03/30/profil-kota-mojokerto/
DKP, 2007. Profil Pengelolaan Sampah Perkotaan Tahun 2006, diakses 02 Juni 2017
Info sanitasi, 27 Februari 2012, Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan (https://www.slideshare.net/infosanitasi/kebijakan-dan-strategi-
persampahan) diakses pada 01 Juni 2017
44 | P a g e
Misti P. 23, Juni 2016. Berita Jatim-Sampah Masih Jadi Masalah di Kota Mojokerto,
(Online),(http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/269947/sampah_masih_jadi_masalah_
di_kota_mojokerto.html) diakses pada 01 Juni 2017
Roni Dwi Prsety, Tanggapan Masyarakat terhadap rencana lokasi pembangunan TPA di
Kelurahan Blooto Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Surabaya : Pendidikan S1
Geografi
45 | P a g e