Anda di halaman 1dari 17

KONSERVASI LINGKUNGAN KUMUH

DI BANTARAN SUNGAI JAGIR


WONOKROMO

Disusun oleh :
Riska Dwi Herbiantini 153800012
Anggun Nur Angraeni 153800020
Mohammad Hadi Ridwan 153800033

Dosen Pembimbing :
Muhammad Al Kholif S.T., M.T

Mata Kuliah :
Konservasi Lingkungan

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas dalam Mata Kuliah “Konservasi
Lingkungan”.
Bantaran sungai Jagir Wonokromo dipilih oleh penulis sebagai lokasi survey dalam
pengerjaan tugas Konservasi Lingkungan Pemukiman Kumuh dimana pada lokasi tersebut
sudah selayaknya dilakukan Konservasi Lingkungan untuk tetap menjaga dan mempertahankan
kelestarian lingkungan yang ada.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Al Kholif S.T., M.T selaku
dosen pembimbing dalam mata kuliah Konservasi Lingkungan yang telah mengajar,
membimbing dan memberikan arahan sehingga tugas ini bisa terselesaikan dengan baik.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.

Surabaya, Oktober 2018

Penulis

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii
1. KONSERVASI LINGKUNGAN……………………………………………. 1
2. PEMUKIMAN KUMUH……………………………………………………... 3
3. LOKASI SURVEY LINGKUNGAN KUMUH…………………………….. 5
 Identifikasi Penyebab Kekumuhan………………………………………… 8
 Bentuk Konservasi Lingkungan pada Lokasi Survey……………………… 10
PENUTUP…………………………………………………………………………. 12
 Kesimpulan ………………………………………………………………... 12
 Daftar Pustaka………………………………………………………….….. 14

Page | ii
1. KONSERVASI LINGKUNGAN

Konservasi mempunyai arti sebagai usaha pelestarian lingkungan hidup yang tetap
mengutamakan manfaat atau daya guna lingkungan dan upaya keseimbangan komponen-
komponen lingkungan hidup demi pemanfaatan masa depan. Jika kita berbicara mengenai upaya
konservasi lingkungan, kita tidak akan jauh dari istilah SDA yang mempunyai singkatan
‘Sumber Daya Alam’. SDA adalah semua unsur-unsur alam baik hayati dan fisik yang
dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kesejahteraan manusia. Kita
juga mungkin mengenal konservasi SDA yang mempunyai arti pengelolaan nilai-nilai sumber
daya alam yang akan ditingkatkan pemanfaatannya namun perlu dimanfaatkan secara bijaksana
agar tetap lestari dan menjamin keseimbangan kelestarian alam.
Terdapat beberapa tujuan konservasi lingkungan, diantaranya adalah :
1. Mewujudkan kelestarian sumber daya alam baik fisik dan hayati untuk menciptakan ekosistem
yang seimbang. ekosistem yang seimbang akan mendukung adanya peningkatan
kesejahteraan da kualitas kehidupan manusia.
2. Melestarikan pemanfaatan dan kemampuan sumberdaya alam fisik dan hayati serta ekosistem
agar serasi dan seimbang.
Adapun manfaat-manfaat konservasi lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Manfaat yang bersifat edukatif.
2. Sebagai wahana pengembangan pengetahuan alam yang didukung dengan terapan teknologi
yang berwawasan lingkungan.
3. Sebagai hidrologis pendukung kehidupan.
4. Untuk menciptakan iklim yang baik dan seimbang.
5. Untuk menciptakan lingkungan yang sehat.
Dalam melakukan upaya konservasi lingkungan, tentunya kita mempunyai sasaran-
sasaran konservasi yang ingin dicapai. Salah satu sasaran/ target adanya usaha konservasi adalah
untuk menjamin keserasian dan keberadaan sumber daya alam fisik dan hayati serta ekosistem,
dari penurunan kualitas dan kuantitas serta penurunan pemanfaatan, dan dari kerusakan
lingkungan. Beberapa cakupan wilayah konservasi yang perlu dilakukan antara lain wilayah
daratan dan lautan yang biasa dijadikan sebagai target empuk para manusia yang rakus dimana
mereka mengeksploitasi sumber daya alam yang ada tanpa memperbaharuinya kembali.

Page | 1
Terdapat 4 ruang lingkup konservasi lingkungan, diantaranya adalah:
 konservasi tanah,
 konservasi air,
 konservasi hutan, dan
 konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem.
Adanya upaya konservasi lingkungan juga membawa manfaat yang cukup signifikan
terutama dari sudut ekonomi. Beberapa manfaat konservasi dari sudut ekonomi:
 Menciptakan stabilitas iklim
 Adanya pelestarian alam terutama air dan tanah
 Adanya perbaharuan sumber daya alam hayati dan ekosistem
 Adanya perlindungan plasma nutfah
 Bisa menghasilkan devisa dari kegiatan tourism dan rekreasi.
Sedangkan dari sudut sosial, pengembangan kegiatan konservasi lingkungan dapat
meningkatkan mutu kehidupan manusia, menciptakan tanggung jawab secara moral manusia,
dan dapat menjadi kebangaan bagi manusia akan warisan plasma nutfah yang kaya dan
melimpah.
Adanya upaya pelestarian/ konservasi lingkungan dapat membangun lingkungan alam yang
baik. Dengan adanya pelestarian alam ini akan tercipta unsur berkelanjutan. Contohnya, terumbu
karang yang sudah punah bisa dilestarikan kembali dengan adanya konservasi terumbu
karang (transplantasi karang) di beberapa wilayah perairan laut di negara kita. Contoh lainnya
adalah karang laut yang telah hilang tidak bisa dikembalikan lagi hanya dalam waktu satu atau
dua tahun saja, tetapi butuh waktu yang lebih lama untuk melestarikannya.
Dalam mempraktikan konservasi lingkungan, butuh tenaga para aktivis lingkungan dan
para relawan yang cinta lingkungan sebagai supporter dan motor dari adanya kegiatan pelestarian
ini. Kita juga boleh berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan dengan cara sederhana
yaitu dengan ikut serta dalam usaha penanaman pohon di lingkungan tempat tinggal kita atau
juga bisa dilakukan dengan cara pembersihan lingkungan bersama masyarakat kita. Kita sebagai
generasi muda harus mempunyai kesadaran penuh dalam usaha kegiatan konservasi lingkungan.
(BLH Kab. Buleleng, 2015)

Page | 2
2. PEMUKIMAN KUMUH
Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan populasi tinggi di
sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin. Kawasan kumuh dapat ditemui di
berbagai kota besar di Indonesia. Kawasan kumuh umumnya dihubungkan dengan tingkat
kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah
sosial seperti kejahatan, obatobat terlarang dan minuman keras. Di berbagai wilayah, kawasan
kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis. (Asep,
2010)
Pada Jurnal “Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan Dan Permukiman Yang Sehat (Contoh Kasus : Kota Pangkalpinang)”
oleh Asep Harianto tahun 2010 menjelaskan bahwa :
Selain kawasan kumuh yang menepati lahan-lahan yang legal, yang disebut “Slum Area”,
kawasan kumuh seringkali juga muncul pada lahan-lahan tanpa hak yang jelas, baik secara status
kepemilikan maupun secara fungsi ruang kota yang umumnya merupakan lahan bukan untuk
tempat hunian. tanpa seijin pemiliknya, yang karenanya, pada umumnya membawa konsekuensi
terhadap tidak layaknya kondisi hunian masyarakat tersebut, karena tidak tersedia fasilitas sarana
dan prasarana dasar bagi lingkungan huniannya. Kawasan semacam ini menurut berbagai
literatur termasuk ke dalam kriteria kawasan squatter. Squatter adalah suatu area hunian yang
dibangun di atas lahan tanpa dilindungi hak kepemilikan atas tanahnya, dan masyarakat squatter
adalah suatu masyarakat yang mendiami (bertempat tinggal) di atas lahan yang bukan haknya
atau bukan diperuntukkan bagi permukiman; seringkali tumbuh terkonsentrasi pada lokasi
terlarang untuk dihuni (bantaran sungai, pinggir pantai, dibawah jembatan, dll.) dan berkembang
cepat sebagai hunian karena terlambat diantisipasi; dan menempati lahan tanpa hak yang sah
(tanah negara, tempat pembuangan sampah, atau bahkan tanah milik orang/lembaga lain yang
belum ataupun tidak dimanfaatkan).
Perkembangan kota yang pesat tersebut yang berfungsi sebagai pusat kegiatan serta
menyediakan layanan primer dan sekunder, telah mengundang penduduk dari daerah pedesaan
untuk datang ke perkotaan dengan harapan bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik serta
berbagai kemudahan lain termasuk lapangan kerja, sehingga mengakibatkan kurang perhatiannya

Page | 3
terhadap pertumbuhan kawasan perumahan dan permukiman penduduk maupun kegiatan
ekonomi. Kondisi tersebut pada kenyataannya mengakibatkan :
 Terjadinya pertambahan penduduk yang lebih pesat dari pada kemampuan pemerintah dalam
menyediakan hunian serta layanan primer lainnya secara layak/memadai;
 Tumbuhnya kawasan perumahan dan permukiman yang kurang layak huni, yang pada
berbagai daerah cenderung berkembang menjadi kumuh, dan tidak sesuai lagi dengan standar
lingkungan permukiman yang sehat;
 Kurangnya perhatian / partisipasi masyarakat akan pendayagunaan prasarana dan sarana
lingkungan permukiman guna kenyamanan dan kemudahan dukungan kegiatan usaha
ekonomi.

Sehingga menurut penulis, tujuan dan manfaat yang di dapatkan dari adanya konservasi
lingkungan kumuh adalah menjaga dan terjaganya kelestarian lingkungan tempat tinggal serta
melindungi dan terlindunginya sumber daya alam baik fisik dan hayati untuk menciptakan
ekosistem yang seimbang, karena ekosistem yang seimbang akan mendukung adanya
peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia yang lebih baik dan menekan tingkat
kekumuhan dalam kehidupan masyarakat.

Page | 4
3. LOKASI SURVEY LINGKUNGAN KUMUH
Lokasi survey lingkungan kumuh berada di tengah kota Surabaya yakni disepanjang
bantaran sungai Jagir Wonokromo. Disepanjang bantaran sungai Jagir Wonokromo mulai dari
pintu air Jagir menuju kearah timur yakni Bratang Tangkis hingga Bratang Gede terdapat
pemukiman - pemukiman padat penduduk dengan tatanan pemukiman yang kurang memenuhi
standart. Rumah yang berada di pesisir atau bantaran sungai Jagir ini disebut juga dengan stren
kali Jagir Wonokromo. Rumah – rumah ini memiliki tipe bangunan semi permanen.
Menurut Nur Fu’ad 20015 dalam Jurnal “Diskriminasi Sosial Masyarakat Bantaran
Sungai Jagir Wonokromo” Pada awalnya masyarakat yang bermukim di Bantaran Sungai Jagir,
baik wilayah sebelah barat (sekitar pintu air Jagir) dan timur (Bratang Gede) sama-sama
berstatus ilegal. Mereka hanya menempati tanah kosong yang ada di Bantaran Sungai Jagir
dengan mendirikan rumah semi permanen. Seiring berjalannya waktu, masyarakat yang
bermukim diwilayah tersebut bertambah banyak karena tingginya kebutuhan lahan sebagai
tempat tinggal.
Sejarah Perkembangan Permukiman di Stren Kali Jagir :
Dari data Lembaga Hukum dan HAM Keadilan Indonesia (LHKI) Surabaya didapatkan sejarah
mengenai pemukiman dan kronologi penggusuran kawasan Jagir Surabaya. Berikut adalah
ulasan mengenai sejarah permukiman dan kronologi penggusurankawasan Jagir Surabaya
menurut LHKI Surabaya (2009) :
 Pada tahun 1960, Daerah Jagir Barat (sekarang berada di gang II-IV) merupakan kompleks
prostitusi. Sementara daerah sebelah Timur (sekarang di seberang gang IV-perempatan
Panjang Jiwo) merupakan tanah kosong yang ditumbuhi ilalang dan pohon krangkong.
 Pada tahun 1961-1962 terjadi keributan di kompleks prostitusi sampai terjadi kebakaran.
Sejak saat itu prostitusi dipindah ke Jarak Surabaya.
 Pada tahun 1964 ada pemindahan sekitar 50 pedagang dari Pasar Wonokomo oleh Walikota
Sukoco karena pembangunan perluasan Pasar Wonokromo. Pedagang yang dipindah ini
umumnya adalah pedagang besi yang semula berjualan di bagian Barat Pasar Wonokromo.
Karena tempat tersebut akan digunakan sebagai terminal bemo, maka mereka diminta pindah
dengan dua pilihan tempat pindah. Pilihan pertama direlokasi ke toko-toko kosong yang ada
di dalam pasar dengan ukuan 2,5m x 4 m. Pilihan kedua dipindah ke daerah Jagir-

Page | 5
Wonokomo, di tepi sungai. Akhirnya 50 orang memilih pindah ke Jagir-Wonokromo.
Mereka mendirikan bangunan untuk berdagang dan tempat tinggal. Janji pemerintah saat itu
(Walikota Sukoco) tempat tinggal dan tempat usaha akan dibayar pembangunannya oleh
Pemkot dan warga mencicil jika sudah selesai. Tetapi janji tersebut tidak penah terlaksana.
Kondisi tanah yang ditempati saat itu masih lebih tinggi dari jalan raya yang ada saat ini.
Transportasi darat yang paling disukai adalah becak dan bendi, meski sudah ada bemo.
Sungai digunakan oleh pedagang ikan dan bambu dari arah Timur sampai di sebelah Timur
pintu air tempat mereka biasanya menggelar dagangan. Penduduk tepi sungai memanfaatkan
air sungai untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, cuci, buang air dan masak). Bagian Barat
wilayah Jagir (dari rel kereta api sampai seberang kantor Pertamina) ada taman. Di
sebelahnya ada bangunan rumah penjaga aspal dan drum Pertamina.
 Pada tahun 1967 daerah Timur Jagir yang masih berupa tanah kosong penuh ilalang dan
krangkong mulai dihuni oleh tukang becak dan beberapaorang yang tidak memiliki lahan di
wilayah Barat. Selain rumah tinggal, mereka juga membuka usaha sepeti bengkel, warung
kelontong dan lain-lain. Saat itu RK dan pengurus kampung tidak memperhatikan.
a. Identifikasi Penyebab Kekumuhan
Berdasarkan survey yang dilakukan, telah diidentifikasi beberapa hal yang diduga dapat
menjadi penyebab kondisi lingkungan di bantaran sungai Jagir menjadi kumuh dan tercemar.
1) Lokasi tempat tinggal padat penduduk yang berada di bantaran sungai dengan bangunan
rumah semi permanen yang berhimpitan, tidak beraturan dan tatanan bangunan yang kurang
memadai

Dokumen penulis, 2018 Dokumen penulis, 2018


(lokasi foto diambil dari sebrang bantaran sungai Jagir) (lokasi foto diambil dari sebrang bantaran sungai Jagir)

Page | 6
2) Tidak terdapat saluran drainase disepanjang gang / jalan disekitar pemukiman karena saluran
buangan dari dalam rumah langsung dialirkan menuju sungai Jagir

Tampak depan rumah tidak terdapat saluran drainase Tampak bagian belakang rumah yang langsung berada di bantaran
sungai dengan saluran pembuangan langsung menuju sungai

3) Tidak terdapat tempat sampah yang standart pada masing – masing rumah sehingga dapat
menyebabkan timbulan sampah di bantaran sungai Jagir. Timbulan sampah organik dan
anorganik dari aktivitas masyarakat sehari – hari dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya
banjir dan pencemaran lingkungan.

Dokumentasi penulis, 2018

Page | 7
4) Pola sanitasi beberapa masyarakat seperti mandi cuci kakus (MCK) langsung di sungai
membuat pemukiman kurang indah dipandang dan menjadi salah satu sumber pencemaran
lingkungan

Dokumentasi penulis, 2018


Beberapa hal lain yang didapatkan dari hasil survey lokasi meliputi :
1) Akses jalan menuju pemukiman penduduk di bantaran sungai Jagir wilayah timur (dekat
pintu air Jagir) masih berupa tanah dan belum terpasang paving secara keseleluruhan
sehingga potensi kerusakan jalan dan terjadinya bencana seperti longsor bisa saja terjadi.

Page | 8
Dokumentasi penulis, 2018
2) Penduduk bantaran sungai Jagir masih memanfaatkan air sungai secara langsung untuk
mencukupi kebutuhan air sehari – hari seperti mencuci piring dan baju. Pemanfaatan air
sungai secara langsung untuk mencuci tanpa pengolahan terlebih dahulu seharusnya menjadi
perhatian lebih, dimana kandungan air sungai masih memiliki kadar pencemar yang cukup
tinggi seperti bakteri e coli ataupun logam berat yang dapat mengganggu kesehatan.

Page | 9
Dokumentasi penulis, 2018
b. Bentuk Konservasi Lingkungan pada Lokasi Survey
Dalam Permen PU No. 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, jelas disebutkan
bahwa pemanfaatan lahan di daerah sempadan dilakukan oleh masyarakat untuk kegiatan-
kegiatan tertentu seperti kegiatan budidaya pertanian, dengan jenis tanaman yang diijinkan,
kegiatan niaga, penggalian dan penimbunan, pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan
peringatan, serta rambu-rambu pekerjaan, pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon, dan
pipa air minum, perancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik umum maupun
kereta api, penyelenggaraan yang bersifat sosial dan masyarakat yang tidak menimbulkan
dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai dan pembangunan
prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan pembuangan air. Peraturan ini jelas tidak
menyatakan bahwa bantaran sungai bisa digunakan untuk bangunan permukiman penduduk.
Sehingga beberapa bentuk konservasi lingkungan yang dapat diterapkan sebagai upaya
dalam pengelolaan bantaran sungai Jagir Wonokromo seperti :
1) Penanaman pohon / reboisasi seperti pohon mahoni, kayu bawang atau yang lainnya di
bantaran sungai dengan tujuan selain menjaga kelestarian alam juga melindungi dan
menahan tanah dari terjadinya bahaya longsor
2) Pembangunan jalan paving mengingat jalan disepanjang bantaran sungai Jagir Wonokromo
masih berupa tanah yang menyebabkan mudahnya terjadi longsor

Page | 10
3) Pencerdasan masyarakat bantaran sungai tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan,
mulai dari pengelolaan air, pemilahan sampah, hingga perawatan bangunan tempat tinggal.
Pelaksanaan sosialisasi tentang konservasi lingkungan dilaksanakan oleh pemerintah terkait
yang bekerja sama dengan LSM sebagai salah satu jenis pemberdayaan dan peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia disertai dengan penerapan / praktik langsung di masyarakat
4) Penyediaan tempat sampah pada masing–masing rumah guna mengurangi pembuangan
sampah sembarangan di sepanjang bantaran sungai
5) Pengindahan perkampungan dengan melakukan pengecatan dinding pada rumah–rumah
disepanjang bantaran sungai Jagir sehingga memperindah pemandangan dan mengurangi
tingkat kekumuhan
6) Alih guna lahan yang sebelumnya digunakan sebagai tempat penimbunan/ pembakaran
sampah menjadi taman/ ruang terbuka hijau guna menjaga kelestarian lingkungan di bantaran
sungai
7) Pembangunan MCK umum di beberapa titik perkampungan bantaran sungai untuk
mengurangi jumlah BABS di daerah aliran sungai
8) Normalisasi sungai dengan tujuan untuk melindungi tebing sungai dari erosi dan longsor, dan
mencegah banjir serta guna menjaga kelestarian dan sumber daya alam sungai Jagir
Wonokromo. Pelaksanaan normalisasi sungai Jagir Wonokromo dapat dilakukan dengan
beberapa cara, meliputi :
 Kerja bakti masal di seluruh bantaran sungai Jagir Wonokromo
 Pembuatan tanggul disekitar daerah yang rawan banjir
 Pengerasan dinding sungai dengan pemasangan batu kali untuk mengurangi erosi dan
longsor
9) Penggusuran, sehubungan dengan status kepemilikan lahan tempat tinggal masyarakat di
bantaran sungai Jagir yakni illegal / tidak di akui oleh pemerintah maka penggusuran bisa
saja dilakukan oleh pemerintah untuk mengembalikan kembali fungsi bantaran sungai.
Penggusuran rumah semi permanen yang kemudian dilakukan pemindahan pada lokasi
tempat tinggal yang lebih layak seperti rumah susun, dapat menjadi salah satu alternatif
dalam pelaksanaan konservasi sungai meskipun dalam pelaksanaanya seringkali terjadi
banyak kendala seperti protes dari masyarakat yang tinggal di bantaran sungai Jagir.

Page | 11
KESIMPULAN

Lokasi survey lingkungan kumuh berada disepanjang bantaran sungai Jagir Wonokromo.
Rumah yang berada di bantaran sungai Jagir ini disebut juga dengan stren kali Jagir Wonokromo
dengan tipe bangunan rumah semi permanen.
Manfaat yang di dapatkan dari adanya konservasi lingkungan kumuh adalah terjaganya
kelestarian lingkungan tempat tinggal serta terlindunginya sumber daya alam baik fisik dan
hayati untuk menciptakan ekosistem yang seimbang yang dapat mendukung adanya peningkatan
kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia yang lebih baik.
Berdasarkan survey yang dilakukan, telah diidentifikasi beberapa hal yang diduga dapat
menjadi penyebab kondisi lingkungan di bantaran sungai Jagir menjadi kumuh dan tercemar.
1. Lokasi tempat tinggal padat penduduk yang berada di bantaran sungai dengan bangunan
rumah semi permanen yang berhimpitan, tidak beraturan dan tatanan bangunan yang kurang
memadai
2. Tidak terdapat saluran drainase disepanjang gang / jalan disekitar pemukiman karena saluran
buangan dari dalam rumah langsung dialirkan menuju sungai Jagir
3. Tidak terdapat tempat sampah yang standart pada masing – masing rumah sehingga dapat
menyebabkan timbulan sampah di bantaran sungai Jagir.
4. Pola sanitasi beberapa masyarakat seperti mandi cuci kakus (MCK) langsung di sungai
menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan
5. Akses jalan menuju pemukiman penduduk di bantaran sungai Jagir wilayah timur (dekat
pintu air Jagir) masih berupa tanah dan belum terpasang paving
6. Penduduk bantaran sungai Jagir masih memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan
sehari – hari dengan kualitas air yang masih memiliki kadar pencemar yang cukup tinggi
seperti bakteri e coli ataupun logam berat yang dapat mengganggu kesehatan.
Beberapa bentuk usaha konservasi lingkungan yang dapat diterapkan :
1. Penanaman pohon / reboisasi pada DAS
2. Pembangunan jalan paving mengingat jalan disepanjang bantaran sungai Jagir Wonokromo
3. Pencerdasan masyarakat bantaran sungai tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan,
mulai dari pengelolaan air, pemilahan ampah, hingga perawatan bangunan tempat tinggal.
4. Penyediaan tempat sampah pada masing–masing rumah

Page | 12
5. Pengindahan perkampungan dengan melakukan pengecatan dinding pada rumah–rumah
disepanjang bantaran sungai Jagir
6. Alih guna lahan yang sebelumnya digunakan sebagai tempat penimbunan/ pembakaran
sampah menjadi taman/ ruang terbuka hijau
7. Pembangunan MCK umum di beberapa titik perkampungan bantaran sungai untuk
mengurangi jumlah BABS di daerah aliran sungai
8. Normalisasi sungai yang bertujuan untuk melindungi tebing sungai dari erosi dan longsor,
dan mencegah banjir serta guna menjaga kelestarian dan sumber daya alam sungai Jagir
Wonokromo.
9. Penggusuran, yang kemudian dilakukan pemindahan pada lokasi tempat tinggal yang lebih
layak yakni rumah susun, dapat menjadi salah satu alternatif dalam pelaksanaan konservasi
lingkungan.

Page | 13
DAFTAR PUSTAKA

Admin Bulelengkab. September 2015. “Usaha Konservasi Lingkungan Hidup”,


(https://blh.bulelengkab.go.id/artikel/usaha-konservasi-lingkungan-hidup-77) (diakses pada 07
Oktober 2018)

Fu’ad Nur, Imron Ali. 2015.“Diskriminasi Sosial Masyarakat Bantaran Sungai Jagir
Wonokromo” Paradigma. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2015

Hariyanto, A., 2010 “Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan
Lingkungan Perumahan Dan Permukiman Yang Sehat (Contoh Kasus : Kota Pangkalpinang)”
Jurnal PWK Unisba, Bandung

Lembaga Hukum & HAM Indonesia (LHKI) Surabaya. 2009. Sejarah Pemukiman dan
Kronologi Penggusuran Kawasan Jagir Surabaya. http://lhkisby.blogspot.com/2007
_12_01_archive.html. (Diakses tanggal 31 Januari 2010 dalam jurnal Setiawan, P.R., 2010
“Penggusuran Permukiman Liar di Stren Kali Jagir: Sebuah Tinjauan dari Sisi Hukum dan
Humanisme”, Seminar Nasional Perumahan Pemukiman dan Pembangunan Kota, ITS Surabaya

Setiawan, P.R., 2010 “Penggusuran Permukiman Liar di Stren Kali Jagir: Sebuah Tinjauan dari
Sisi Hukum dan Humanisme”, Seminar Nasional Perumahan Pemukiman dan Pembangunan
Kota, ITS Surabaya

Page | 14

Anda mungkin juga menyukai