DOMESTIK
Disusun Oleh :
Anggun Nur Angraeni 153800020
Anang Subianto 153800064
Ainul Huda 153800072
Dosen Pembimbing :
M. Al Kholif, S.T, M.T
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas dalam Mata Kuliah “Pengelolaan Air
Buangan Domestik”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.Al Kholif, S.T, M.T selaku
dosen pembimbing dalam mata kuliah Pengelolaan Air Buangan Domestik yang telah
mengajar, membimbing dan memberikan arahan sehingga tugas ini bisa terselesaikan dengan
baik.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.
Penulis
i|Page
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang…………………………………………………………... 1
2. Rumusan Masalah……………………………………………………..... 1
3. Tujuan…………………………………………………………………... 1
4. Manfaat…………………………………………………………………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Air limbah……………………………………………………………..… 2
2. Air limbah domestic……………………………………………………. 2
3. Pencemaran Air………………………………………………………… 2
BAB III PEMBAHASAN
1. Pengolahan system setempat secara terpisah, Balck Water dan Grey Water 5
2. Desain Septic – Tank…………………………………………….………… 6
3. Pembuangan Effluent……………………………………………………… 14
4. Kriteria Pemanfaatan Effluent……………………………………………..
5. Teknologi Pemanfaatan Effluent…………...………………………………
6. Aspek Hukum, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan …………………………
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………….....
2. Saran……………………………………………………………………
3. Daftar Pustaka…………………………………………………………
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap kegiatan manusia akan menghasilkan limbah. Air limbah domestik atau air
buangan merupakan air yang tidak terpakai yang berasal dari usaha atau kegiatan
pemukiman, restoran, perkantoran, perniagaan, apartemen, serta asrama. Bila tidak dikelola,
air buangan akan mencemari lingkungan termasuk badan air penerima seperti sungai, danau,
laut dan sebagainya yang pada akhirnya menyebabkan beberapa masalah seperti kerusakan
keseimbangan ekologi di aliran sungai, masalah kesehatan penduduk yang memanfaatkan air
sungai secara langsung, sehingga menurunkan derajat kesehatan masyarakat dan
meningkatkan angka kematian akibat penyakit infeksi air. Pengolahan air limbah domestik
sebelum dialirkan menuju saluran pembuangan tidak bisa dianggap remeh, karena dengan
adanya pengolahan air limbah tersebut dapat meminimalisir terjadinya dampak – dampak
buruk terhadap lingkungan tempat tinggal. Salah satu sistem pengolahan air limbah domestik
untuk air limbah jenis Black Water ialah septick tank. Dimana septick tank memiliki peranan
penting dalam meminimalisir pencemaran air yang diakibatkan oleh aktivitas kamar mandi.
Selain itu perlu adanya teknologi tepat guna untuk memanfaatkan air effluent hasil
pengolahan air limbah domestik, karena air effluent yang telah memenuhi baku mutu
memiliki potensi untuk dapat dimanfaatkan kembali guna memenuhi kebutuhan mayarakat
sehari-hari.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Pengolahan system setempat secara terpisah, Balck Water dan Grey
Water?
b. Bagaimana bentuk dan desain Septick- Tank?
c. Apa saja kriteria pemanfaatan pembuangan effluent?
d. Apa saja teknologi pemanfaatan effluent?
e. Bagaimana teknologi pemanfaatan effluent jika ditinjau dari aspek hukum, sosial,
ekonomi dan lingkungan?
3. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mempelajari dan memhami lebih dalam tentang mata kuliah
pengelolaan air buangan domestik, khususnya pengelolaan black water dan grey water hingga
teknologi pemanfaatan effluent nya.
4. Manfaat
Mahasiswa menjadi paham dan mengerti tentang perencanaan desain septick – tank
terkait pengolahan limbah black water serta memahami teknik pengelolaan black water dan
grey water hingga teknologi pemanfaatan effluent nya.
1|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2|Page
Indikator atau tanda bahwa air di lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan
atau tanda yang dapat diamati dan digolongkan menjadi :
a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan
air, perubahan suhu, warna, dan adanya perubahan bau atau rasa.
b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia
yang terlarut (perubahan pH).
c. Pengamatan biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme
yang ada dalam air, terutama ada tidaknya patogen.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, yakni :
a. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
b. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang
dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
c. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam
berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek
termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi
oksigen dalam air.
3|Page
c. Tidak membuang sampah ke sungai.
Jika sampah yang dibuang dari satu rumah tangga masuk ke sungai saja sudah mengotori
sungai. Bagaimana halnya jika setiap rumah tangga yang ada di Indonesia membuang
sampah rumah tangga mereka ke sungai. Sungai menjadi sangat kotor dan tercemar.
Pendangkalan sungai pun terjadi yang akhirnya dapat menyebabkan banjir. Banjir
mengalirkan air tercemar ke kawasan pemukiman yang dapat menyebabkan wabah
penyakit, seperti diare, penyakit kulit, dan lain sebagainya.
4|Page
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengolahan system setempat secara terpisah, Balck Water dan Grey Water
Limbah domestic rumah tangga terbagi menjadi 2 yaitu limbah non kakus atau grey
water, dan limbah kakus atau black water. Kedua limbah ini memiliki penanganan yang
berbeda. Karena jenis zat pencemar di dalamnya. Pada limbah non kakus seperti grey water,
adalah limbah yang berasal dari hasil memasak dan mencuci. Limbah ini mengandung
sampah, minyak dan pasir. Sedangkan limbah kakus adalah limbah yang berasal dari kotoran
manusia.
Sistem greywater memerlukan sistim pembuangan yang terpisah antara greywater
dengan blackwater . Limbah dari grey water tidak dapat disatukan dengan limbah dari black
water. Karena sabun pada grey water dapat menyebabkan bakteri pengurai pada septi tank
akan mati. Dimana nantinya air bekas cucian dan lainnya akan masuk ke pipa pembuangan
air khusus yang kemudian akan ditampung di sebuah bak penampungan yang biasanya
dilengkapi dengan filter untuk membersihkan air buangan tersebut. Setelah air bekas tersebut
menjadi bersih atau setidaknya tidak berbahaya maka air akan digunakan kembali untuk
keperluan lain seperti mencuci mobil, menyiram tanaman sampai air untuk toilet. Pada saat
pengerjaan saluran atau pipa, yang perlu diperhatikan adalah pipa horizontal. Dipasang
dengan sudut kemiringan 2% untuk air limbah agar air dapat mengalir dengan lancar. Pipa air
limbah dibuat miring agar kotoran cepat keluar dari saluran dan tidak terjadi penyumbatan.
5|Page
b. Sistem Pengolahan black water
Sedangkan pada limbah domestic rumah tangga black water atau yang berasal dari
kotoran manusia, memerlukan sebuah septi tank. Septi tank yang baik adalah septi tank yang
mampu memberikan tempat bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak.
Blackwater dari rumah harus disalurkan ke septictank untuk diendapkan dan diubrani
oleh bakteri. Pekerjaan galian dan pemasangan jalur untuk blackwater pada tahap ini
mencakup pekerjaan sebagai berikut.
Galian dan pemasangan septictank
Galian dan pemasangan jalur pipa dari pipa blackwater di dalam rumah ke
septictank
6|Page
Oleh karena itu desain suatu bangunan harus dilengkapi dengan instalasi pengolahan air
limbah, apabila instalasi air kotor ini tidak diperhatikan akibatnya akan terjadi pencemaran
bagi lingkungan, kotor dan menjijikan bagi rumah disekitarnya.
Tangki septik adalah suatu ruangan kedap air yang terdiri dari kompartemen
ruang yang berfungsi menampung/mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan
alir yang sangat lambat sehingga member kesempatan untuk terjadinya pengendapan terhadap
suspense benda-benda padat dan kesempatan dekomposisi bahan-bahan organik oleh
mikroba anaerobic. Proses ini berjalan secara alamiah yang sehingga memisahkan
antara padatan berupa lumpur yang lebih stabil serta cairan (supernatant). Proses
anaerobik yang terjadi juga menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan. Cairan yang
terolah akan keluar dari tangki septik sebagai effluent dan gas yang terbentuk akan dilepas
melalui pipa ventilasi. Sementara lumpur yang telah matang (stabil) akan mengendap
di dasar tangki dan harus dikuras secara berkala setiap 2-5 tahun bergantung pada kondisi.
Effluent dari tangki septik masih memerlukan pengolahan lebih lanjut karena masih
tingginya kadar organik didalamnya. Pengolahan lanjutan yang dapat digunakan berupa
sumur resapan (bidang resapan) dan small bore sewerage. Berdasarkan jenis pengolahan
lanjutannya, maka tangki septik dapat dibedakan menjadi tangki septik dengan sumur
resapan, penguapan/evaporasi yang dikenal dengan filter dan tangki septik dengan small
bore sewerage.
Dalam pemanfaatannya tangki septik memerlukan air penggelontor, jenis tanah
yang permeable (tidak kedap air) dan air tanah yang cukup dalam agar sistem
peresapan berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tangki septik cocok digunakan
pada daerah yang memiliki pengadaan air bersih baik dengan sistem perpipaan maupun
sumur dangkal setempat, kondisi tanah yang dapat meloloskan air, letak permukaan air
tanah yang cukup dalam, dan tingkat kepadatan penduduk masih rendah tidak melebihi
200 jiwa/ha (Bintek, 2011).
Aplikasi di lapangan bentuk dari tangki septik beragam bentuk dan jenisnya,
namun secara idealisasi bentuk dan bagian-bagian dari system pembuangan air kotor seperti
gambar berikut :
Gambar 1
Denah Sistem Pembuangan Air Kotor
(Sumber :Yudirachman,2012)
Keterangan :
1) Pipa saluran air kotor dari kakus atau WC ke golakan atau ruang penghancur.
2) Ruang penghancur harus diberi pipa ventilasi untuk mengatur tekanan udara
dengan pipa Ø 1”
7|Page
3) Tangki septik, sebagai tempat pembusukan material kotoran menjadi lumpur.
Tangki septik yang baru sebelum digunakan sebaiknya diisi dengan air cukup
seember saja yang kotor berwarna hitam, sudah mengandung bibit
pembusukan. Dengan maksud diberikan sebagai awal proses pembusukan di
dalam tangki septik tersebut.
4) Ruang pengambilan Lumpur dibuat tersendiri supaya tidak mengganggu
proses pembusukan dan memudahkan didalam pengambilan lumpur matang.
Untuk pengambilan lumpur dari tangki septik minimal 2 tahun sekali.
5) Ruang pengeluaran air dari tangki septik ke ruang peresapan/rembesan.
Letak penempatan pipa pengeluaran lebih rendah dari pipa pemasukan dengan
ukuran perbedaan tingginya kurang lebih 10 cm.
6) Ruang penggontor berfungsi sebagai tempat untuk mencairkan endapan dari
tangki septik yang akan infiltrasi atau meresap.
7) Konstruksi peresapan, dengan maksud air dari tangki septik disalurkan ke
peresapan. Konstruksi peresapan ini susunannya terdiri dari kerikil dan pasir
yang disekelilingnya dilapisi dengan ijuk.
a. Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan SNI : 03-2398-2002
Tata cara perencanaan tangki septik dengan Sistem resapan di maksudkan sebagai
acuan dan masukan bagi perencana dalam prosedur pembangun tangki septik dengan sistem
resapan
dengan ukuran dan batasan untuk menentukan kebutuhan minimum fasilitas tangki septik
dengan sistem resapan pada kawasan permukiman.
Tata cara ini merupakan revisi SNI 03-2398- 1991 (Tata cara Perencanaan Tangki
Septik), yang direvisi atau ditambah dengan persyaratan teknis ukuran tangki septik dan jarak
minimum terhadap bangunan .
Persyaratan teknis meliputi bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam dan
kedap air; bahan bangunan dapat dipilih untuk bangunan dasar. Penutup dan pipa penyalur air
limbah adalah batu kali, bata merah, batako, beton bertulang, beton tanpa tulang, PVC,
keramik, plat besi, plastic dan besi.
Bentuk dan ukuran tangki septik disesuaikan dengan Q jumlah pemakai, dan waktu
pengurasan. Untuk ukuran kecil (1 KK) dapat berbentuk bulat Ø 1,20 m dan tinggi 1,5 m.
Ukuran tangki septik sistem tercampur dengan periode pengurasan 3 tahun (untuk 1 KK ,
ruang basah 1,2 m3, ruang lumpur 0,45 m3, ruang ambang bebas 0,4 m3 dengan Panjang 1,6
m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,6 m) dan sistem terpisah dengan periode pengurasan 3 tahun
(untuk 2 KK , ruang basah 0,4 m3, ruang lumpur 0,9m3, ruang ambang bebas 0,3 m3 dengan
Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,3 m). Pipa penyalur air limbah dari PVC, keramik
atau beton yang berada diluar bangunan harus kedap air, kemiringan minimum 2 %, belokan
lebih besar 45 % dipasang clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 % sebaiknya
dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak kontrol. Dilengkapi dengan pipa
aliran masuk dan keluar, pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa sambungan T atau sekat,
pipa aliran keluar harus ditekan (5-10) cm lebih rendah dari pipa aliran masuk. Pipa udara
diameter 50 mm (2") dan tinggi minimal 25cm dari permukaan tanah. Lubang pemeriksa
untuk keperluan pengurasan dan keperluan lainnya. Tangki dapat dibuat dengan dua ruang
8|Page
dengan panjang tangki ruang pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki
septik dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih = 10 m dan sumur
resapan air hujan 5 m. Tangki septik dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu
dilengkapi dengan kotak distribusi
9|Page
Gambar 4. Sistem Resapan
(Sumber: SNI 03-2398-2002)
Jarak Minimum dari Tangki Septik atau Bidang/Sumur Resapan terhadap suatu unit
tertentu berdasarkan persyaratan, SNI – 03- 2398- 2001
Tabel 2 : Jarak Tangki Septik
10 | P a g e
Tabel 4 : Dimensi tanki septick – tank terpisah
11 | P a g e
samping tanah dan yang perlu diperhatikan adalah ketinggian muka air tanah
yang yang bisa memberikan tekanan apung yang besar pada tangki jenis ini
pada saat tangki kosong.
12 | P a g e
g. Saluran Peresapan
Saluran peresapan dapat disebut sebagai dispersion trench, soakage trench, leaching
trench, drain field, atau absorption field. Effluent dari tangki septik dialirkan secara
gravitasi ke saluran peresapan. Saluran peresapan cocok digunakan pada lahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut (Bintek, 2011):
1) Kapasitas perkolasi tanah berkisar antara (0,5-24) menit/cm dan optimum 8 menit/cm
2) Ketinggian muka air tanah minimum 0,60 m di bawah dasar rencana saluran peresap
atau (1-1,5) m di bawah muka tanah
3) Jarak horizontal dari sumber air (seperti sumur) tidak boleh kurang dari 10m
4) Ukuran efektif butiran tanah maksimum 0,13 mm
Pemeliharaan
Jika sistem ini berhenti berfungsi secara efektif, maka pipa harus dibersihkan
dan/atau diganti. Pohon dan tanaman berakar dalam harus dijauhkan dari bidang resapan
karena bisa merusak dan mengganggu dasar parit. Tidak boleh ada lalu lintas berat yang bisa
memecahkan pipa atau memadatkan tanah.
Aplikasi
Jika kemampuan resapan tanah bagus, maka air limbah yang keluar bisa terbuang
secara efektif. Tidak cocok untuk daerah perkotaan yang padat.
h. Sumur Peresapan
Sumur peresapan dipakai untuk menerima effluent dari tangki septik. Sumur resapan
memiliki fungsi yang sama dengan saluran peresap dan terkadang dipasang secara seri pada
ujung saluran peresap. Konstruksi sumur peresap cocok diterapkan untuk daerah dengan
karaketristik sebagai berikut (Bintek, 2011):
1) Kondisi tanah yang pada bagian permukaannya kedap air sedangkan pada bagian
tengahnya tidak kedap air (porous)
2) Kapasitas perkolasi tanah sebesar (0,5-12) menit/cm. Sumur peresap juga tepat untuk
lokasi dengan lahan yang terbatas
3) Jarak muka air tanah minimum 0,6 m namun disarankan 1,2 m di bawah dasar
konstruksi sumur peresap
Sumur peresapan harus diisi penuh dengan pecahan batu berdiameter >5cm dan
biasanya diterapkan pada kondisi tanah yang cukup stabil, tidak mudah runtuh atau jenis
tanah lempung bila konstruksi sumur peresap tanpa menggunakan pasangan bata.
Namun bila konstruksi menggunakan pasangan bata dengan spesi, maka sumur
peresan tidak perlu diisi denga pecahan batu, dinding dibuat dengan pasangan bata setebal ½
bata atau lebih bergantung pada kedalaman dan pada bagian dasar diberi kerikil berukuran
(12,5-25)mm setebal minimum 30cm. Selanjutnya antara dinding bata bagian luar dan
dinding galian sumur perlu dilapisi dengan kerikil setebal 15cm agar tidak mudah tersumbat.
Pemeliharaan
Sumur ini harus ditutup dengan penutup yang rapat agar nyamuk dan lalat tidak
masuk dan air limbah tidak mengalir ke air permukaan, dan sumur resapan harus jauh dari
daerah berlalu-lintas padat agar tanah diatas dan disekitar sumur tidak terpadatkan. Jika
kinerja sumur resapan menurun, maka bahan didalam sumur resapan bisa dikeluarkan dan
13 | P a g e
diganti. Untuk akses di masa depan, penutup yang bisa dilepas harus dipakai untuk menutup
sumur sampai sumur perlu dirawat. Lapisan lumpur bisa dibuang secara efektif oleh pompa
diafragma (diaphragm) sederhana, jika perlu.
Aplikasi
Sumur resapan paling cocok untuk tanah dengan kemampuan serapan yang bagus;
tanah liat, padat keras atau berbatu tidak cocok. Sumur resapan cocok untuk permukiman
perkotaan dan pinggiran kota. Sumur resapan tidak cocok untuk daerah banjir atau yang
permukaan air tanahnya tinggi. Disarankan sebagai alternatif jika parit resapan dianggap
tidak praktis, jika tanah yang mudah menyerap air dalam letaknya atau jika lapisan atas yang
tak tembus air ditopang oleh lapisan yang tembus air.
3. Pembuangan Effluen
14 | P a g e
Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 tahun 2001
15 | P a g e
Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 tahun 2001 (Lanjutan)
16 | P a g e
5. Teknologi Pemanfaatan Effluent
Salah satu teknologi pemanfaatan Effluent hasil pengolahan limbah rumah tangga ialah
dengan cara biofilter. Air effluent hasil pengolahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
budidaya cacing sutra yang disebut Ecotech Farm. Ecotech Farm mempunyai dua sudut
pandang yang berkesinambungan, yaitu pertama sebagai kultur aktif organisme hidup pada
instalansi sistem biofilter berbahan alam. Kedua, Ecotech Farm merupakan teknologi berbasis
lingkungan pendegradasi grey water sehingga air hasil olahan limbah rumah tangga dapat
dimanfaatkan untuk budidaya cacing sutra (Tubifex sp.).
Biofilter Ecotech Farm Biofilter merupakan instalansi atau alat yang berisi materi
organik, yang mengandung populasi mikroorganisme (Mc Nevin & Barford 2000).
Mekanisme dari proses biofiltrasi adalah kombinasi proses adsorbsi-absorbsi dan degradasi
oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat dalam lapisan biologis secara terus
menerus mencerna polutan dan merubahnya menjadi air, karbondioksida, dan biomassa (Jorio
et al 2000). Beberapa keuntungan biofilter antara lain pengoperasiannya sederhana, modal
sedikit, biaya pengoperasian rendah, penurunan polutan terlarut dalam air rendah, dan dapat
mengurangi polusi bau (Yuwono 2003). Pengolahan air limbah rumah tangga dengan biofilter
menggabungkan dua prinsip sistem pengolahan limbah, yaitu pengolahan secara fisik dan
biologi. Pengolahan limbah secara fisik melalui proses filtrasi. Filtrasi merupakan proses
penyaringan bahan padat yang ada di dalam air limbah dengan menggunakan butiran pasir
atau kerikil (Hindarko, 2003).
Keunggulan Komponen Bahan Media Biofilter Ecotech Farm Bahan untuk media
biofilter biasanya berasal dari bahan alami atau sisa industri biologis, seperti kompos, tanah,
kulit pohon, jerami atau kayu, dan ijuk. Sedangkan untuk mengurangi kerapatan dan
17 | P a g e
kepadatan, media bisa dicampur dengan bahan lain seperti tanah liat berpasir, keramik, gelas,
pasir, butiran polistirena, karbon aktif, kerikil, dan tanah diatom ( Liang et al 2000). Hal yang
perlu diperhatikan dalam menentukan bahan media biofilter sebagai berikut (Anit & Artuz
2004), antara lain kemampuan menyerap air untuk menjaga kelembaban lapisan biologis,
daerah permukaan sentuh yang luas untuk absorbsi kontaminan dan mikroba, kemampuan
untuk mencapai nutrisi dan menyuplai ketika dibutuhkan oleh mikroba, kemampuan untuk
menahan 5 penurunan tekanan, dan karakteristik fisik, contohnya bentuk bahan (butiran,
serpihan, keping).
Menurut Anit & Artuz (2004) dalam pendesainan biofilter diperlukan perhatian tentang
ruang (diperlukan ruang terbuka yang berhubungan langsung dengan udara luar), analisis
kimia dan kosentrasi, menentukan keefektifan biofilter dalam mendegradasi limbah bau.
Resisdence time, menunjukkan waktu yang diperlukan polutan melewati media biofilter.
Kelembaban (RH), kelembaban aliran udara penting untuk menjaga kelembaban media
biofilter. Media biofilter, kadar air dalam media biofilter harus dijaga antara 20-60% untuk
menopang populasi mikroba. Proses degradasi polutan berlangsung karena terjadinya
adsorbsi yang menuju ke lapisan tipis aktif. Syarat mutlak untuk media biofilter yaitu dalam
kondisi lembab, karena akan digunakan sebagai tempat untuk transfer polutan dari udara
menuju fase air pada lapisan biofilm sehingga terjadi biodegradasi polutan. Pematangan
lapisan biofilter membutuhkan periode satu hingga tiga minggu. Periode ini memungkinkan
pertumbuhan yang cukup dari lapisan biologis dalam lapisan kerikil. Periode pematangan
dapat diperpendek beberapa hari dan juga bisa membutuhkan waktu yang lama, sampai
beberapa minggu, bergantung pada temperatur air dan mekanisme kimia. Sebagai contoh
konsentrasi tinggi dari senyawa organik dalam air dapat memacu pematangan lapisan
biologis (Ngai & Sophie 2003).
Biofilter Ecotech Farm menerapkan prinsip biofilter pada umumnya, yaitu menggunakan
mikroorganisme untuk pengolahan limbah. Biofilter terdiri atas beberapa lapisan, antara lain
ijuk, kerikil, arang, dan ijuk. Pemilihan komponen atau konstruksi bahan media dalam
pendesainan biofilter ini memperhatikan kemampuan menyerap air dalam menjaga
kelembaban. Selain itu, manfaat dari pemilihan ijuk adalah sebagai penyaringan bahan padat
yang terkandung dalam air limbah, sebagai filtrasi fisika dan hanya meloloskan air limbah
ukuran tertentu. Ijuk juga dapat dengan mudah didapatkan di lingkugan sekitar. Ijuk dapat
bertahan lama dan harganya relatif murah. Luas permukaan sentuh media biofilter dengan
media biofilter mempengaruhi hasil degradasi limbah. Semakin luas permukaan sentuh,
semakin banyak pula bahan pencemar yang dapat didegradasi. Kerikil dapat digunakan untuk
meningkatkan luas permukaan media biofilter. Selain itu, kerikil juga menjadi media tumbuh
mikroorganisme. Air limbah yang diguyurkan ke permukaan saringan, dalam Reesidence
time (waktu yang diperlukan senyawa berbau/polutan melewati media biofilter) 30 - 60 detik,
dapat merembes ke dalam saringan, dan menyelimuti bakteri dalam suatu lapisan air yang
tipis. Disini bakteri mendapatkan makanan berupa bahan organik dari air limbah (Metcalf &
Eddy 2003).
18 | P a g e
Karbon aktif merupakan karbon yang memiliki permukaan dalam (internal surface), yang
mengakibatkan daya serapnya lebih baik. Keaktifan menyerap dari karbon aktif ini
bergantung pada jumlah senyawa karbonnya, yang berkisar antara 85-95% karbon bebas.
Karbon aktif berfungsi sebagai filter kimia karena dapat menyerap bau tidak sedap. Pada
penjernihan air limbah dipergunakan untuk mengurangi pengotoran bahan organik, termasuk
benda yang tidak dapat teruraikan (nonbiodegradable) ataupun gabungan antara bau, warna,
dan rasa. 6 Efisiensi karbon aktif dalam menyerap polutan dipengaruhi oleh pH. Zor (2003)
menyimpulkan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa pada kondisi nilai pH 3 atau pH
rendah, karbon aktif dapat memindahkan surfaktan anionik sebesar 91.48%. Menurut Slamet
(2006), Culp RL & Culp GL (1986) menyatakan bahwa pada pH rendah jumlah ion H+ lebih
besar, dimana ion H+ akan menetralisir permukaan karbon aktif yang bermuatan negatif,
sehingga dapat mengurangi halangan untuk terjadinya difusi organik pada pH yang lebih
tinggi.
Pengolahan air limbah dengan menggunakan karbon aktif biasanya dipergunakan sebagai
proses kelanjutan dari pengolahan secara biologis (Tamamushi 1983). Karbon aktif menurut
bentuknya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bubuk dan granular. Karbon bentuk
bubuk digunakan untuk adsorbsi dalam larutan, sedangkan karbon dalam bentuk granular
digunakan untuk absorbsi gas dan uap. Selain itu, karbon bentuk granular juga dapat
digunakan di dalam media larutan, khususnya untuk deklorinasi air dan untuk penghilang
warna dalam larutan serta pemisahan komponen-komponen dalam suatu sistem yang
mengalir. Karbon aktif berbentuk granular dipakai untuk memisahkan kontaminan dalam air
buangan seperti fenol, insektisida, trinittrotolune (TNT), deterjen, warna, dan logam berat
lainnya.
Pemodelan yang Cukup Ideal untuk Biofilter Ecotech Farm Keuntungan dari penyusunan
butiran kerikil ini, untuk menciptakan poripori yang besar, guna meminimalisir kenaikan
tekanan agar tercapai kondisi bahan biofilter yang ideal. Hal ini tercapai karena tidak ada
penyumbatan yang dilakukan oleh kerikil ukuran kecil terhadap kerikil ukuran besar, berupa
penyumbatan. Kemungkinan besar penyumbatan terjadi, apabila penyusunan stratifikasi
butiran partikel disusun terbalik, di mana partikel ukuran kecil berada di bagian paling atas,
sehingga kemungkinan penyatuan kerikil kecil dengan kerikil besar semakin besar, yang
19 | P a g e
mengakibatkan pori-pori makin kecil. Penyusunan butiran partikel ini juga bermanfaat untuk
mengurangi kecepatan aliran air limbah, sehingga efektif dalam pendegradasian limbah cair
oleh mikroorganisme yang hidup di media kerikil tersebut. Perbandingan komposisi jumlah,
antara butiran partikel kerikil sedang dengan butiran partikel 7 kerikil kecil adalah 2:1. Hal
ini disebabkan oleh semakin kecil ukuran partikel kerikil, maka luas permukaan untuk media
tumbuh semakin besar. Pemodelan biofilter ini cukup ideal untuk menopang populasi
mikroorganisme susunan komponen bahan media yang berlapis-lapis (ijuk, kerikil, arang
aktif, ijuk) menciptakan guyuran air limbah tidak langsung hilang, melainkan tersaring oleh
media yang berlapis-lapis. Sehingga kadar air 20-60% tercapai, sebagai syarat menopang
populasi media biofilter terpenuhi (SNI 08- 7070-2005). Langkah-langkah dalam menentukan
efektivitas biofilter, yaitu pertama mencari BOD per rumah tangga, kedua menentukan selisih
BOD5 effluent pada berbagai susunan ketinggian struktur bahan-bahan biofilter, sebagai
indikator parameter keberhasilan biofilter.
Pemanfaatan Hasil Olahan Limbah Cair Rumah Tangga untuk Budidaya Cacing Sutra
Pemeliharaan cacing sutra (Tubifex sp.) relatif mudah. Proses perkembangbiakan cacing sutra
tegolong cepat. Media penting yang menjadi tempat hidup cacing sutera adalah media
berlumpur yang mengandung bahan 8 organik. Saluran pembuangan limbah sumur atau
limbah rumah tangga umumnya kaya akan bahan organik. Ini merupakan suplai makanan
teresar bagi cacing sutra (Khairuman & Amri 2008). Budidaya cacing sutra mempunyai
prospek yang besar. Permintaan akan cacing sutra cukup banyak bagi para pelaku usaha ikan
hias dan usaha pembenihan. Cacing tubifex dapat dipanen setelah 2-4 minggu pemeliharaan.
Menurut Khairuman (2008) menyatakan bahwa Cacing sutra memiliki harga jual yang cukup
menggiurkan. Harga cacing sutra di Jakarta mencapai Rp 15.000 – Rp 20.000/liter.
20 | P a g e
Pada saat melakukan perencanaan pada master plan (Rancangan Induk) air limbah harus
direncanakan beberapa hal terkait dengan kelembagaan termasuk lembaga pengelola yang
diperlukan untuk mengelola:
Pembuangan air limbah sistem setempat
Pengelolaan air limbah sistem terpusat
21 | P a g e
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaanair limbah,
melalui pemberian penghargaan dan sanksi.
3. Melibatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan
pengelolaan air limbah.
4. Sosialisasi untuk merubah perilaku supaya tidak membuang tinja di sembarang tempat
(open defecation free)
Kerjasama dengan pihak swasta perlu ditingkatkan baik dalam pelayanan pengumpulan,
penyaluran, pengolahan, maupun pembuangan akhir; jasa konsultansi, kontraktor, maupun
pengadaan barang khususnya kendaraan; dengan menyeimbangkan prinsip pengusahaan
dalam pelayanan umum. Selain itu, swasta dapat dilibatkan secara langsung untuk membantu
masalah pembiayaan, operasional dan pemeliharaan melalui program “community
development” yang umumnya menjadi fokus utama untuk perusahaan berskala besar.
Sumber dana rencana investasi sarana dan prasarana air limbah pada dasarnya berasal dari
dana hasil pajak melalui APBD dan APBN atau dari dana hasil retribusi pelayanan air
limbah. Sumber dana investasi dari pajak dapat digolongkan sebagai sumber dana tidak
langsung dan sumber dana dari retribusi dapat digolongkan sebagai sumber dana langsung.
Dengan demikian strategi pendanaan investasi prasarana dan sarana air limbah dapat
dibedakan sebagai berikut:
Strategi Pendanaan Investasi: 100% APBD
Strategi Pendanaan Investasi: sebagian APBD dan sebagian Retribusi Air Limbah
Strategi Pendanaan Investasi: 100% Retribusi Air Limbah
Pilihan strategi pendanaan tersebut, sangat tergantung dari kapasitas fiskal masing-masing
daerah dan kemampuan membayar retribusi masing-masing penduduk yang mendapat
pelayanan. Sumber pendanaan investasi dari pendapatan retribusi hanya dimungkinkan,
apabila kelayakan keuangan proyek memenuhi standard (IRR dan NPV).
Selain dana yang berasal dari pemerintah, dapat pula berasal dari swadaya masyarakat,
sektor swasta, maupun dana asing. Di era otonomi daerah saat ini memang untuk biaya
pengelolaan air limbah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi pemerintah
pusatjuga harus paham akan tingkat kemampuan setiap daerah yang berbeda-beda.
22 | P a g e
Aspek Sosial
Penduduk pada suatu kawasan mempunyai tingkat sosial-ekonomi yg berbeda
sehingga akan sangat terkait dengan kemampuan membayar retribusi air limbah, dan hal ini
akan sangat mempengaruhi dan berdampak secara teknis terhadap konsep sanitasi yg akan
diterapkan. Kondisi sosial ini akan menjadi kompleks karena dana yang mampu dialokasikan
oleh pemerintah sangat terbatas, sedangkan penerapan sistem subsidi silang untuk konteks
penanganan air limbah tidak layak diterapkan secara kawasan. Jika seseorang dikenakan
pungutan atas jasa melebihi dari nilai jasa yang dia terima, maka orang tersebut dapat
menolak.
Kondisi sosial juga akan membedakan tingkat pencemaran yang dihasilkan.
Dibandingkan dengan negara maju, umumnya tingkat BOD per kapita per hari di Indonesia
tidak terlalu tinggi karena masih sekitar antara 30 gram sampai dengan 40 gram. Jumlah ini
akan berpengaruh terhadap beban organik pada suatu pengolahan limbah. Bila tingkat
kesadaran pada masyarakat kurang mampu akan pentingnya sanitasi dan lingkungan bagi
kesehatan, tentu akan mendorong mereka membentuk sistem sanitasi komunal. Maka untuk
membangun kesadaran ini sangat diperlukan dorongan motivasi yang antara lain dengan
mengeluarkan insentif sebagai stimulan.
a. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi juga merupakan hal yang akan menentukan dalam pemilihan system
pengelolaan air limbah. Hal terpenting pada aspek ini adalah kelayakan secara ekonomis.
Kelayakan ekonomis antara biaya sanitasi off-sitedan sistem sanitasi on-siteterjadi pada titik
kepadatan sekitar 300 org/ha. Bilatingkat kepadatan penduduk lebih dari 300 orang/ha maka
pengolahan air limbah secara terpusat (off-site) menjadi layak dilakukan.
23 | P a g e
Maksimum net benefit-costtercapai bila terjadi marginal fungsi benefit–marginal
fungsi cost sama dengan nol atau pada simpangan terbesar antara dua fungsi tersebut. Artinya
berapa besar biaya pencemaran yang diperlukan dibandingkan dengan keuntungan secara
ekonomi yang diperoleh. Biaya pencemaran yang dimaksud adalah biaya pengobatan untuk
penyakit yang ditularkan melalui air, biaya bahan kimia PDAM dengan semakin menurunnya
konsentrasi BOD pada air bakunya karena adanya instalasi pengolahan air limbah tersebut
dan lainnya.
Teknologi pengelolaan limbah yang digunakan untuk mencapai biaya efektif sangat
bergantung pada tingkat objektivitas yang harus dicapai. Penerapan teknologi pengolahan air
limbah bergantung pada standar effluentyang diperkenankan dan sampai tingkat mana
kondisi lingkungan yang akan diperbaiki. Misalnya, untuk kondisi sistem komunal mungkin
effluent pada jangka menengah diizinkan di bawah 100 ppm.
Pemilihan kapasitas sistem pengelolaan harus memenuhi skala ekonomi. Hal ini
dimaksud bahwa sistem yang dibangun harus memberikanpengembalian keuntungan yang
optimal baik pengembalian secara ekonomis (benefit) maupan finansial. Dengan demikian,
jangan sampai biaya/kapita dari satu sistem menjadi tinggi disebabkan oleh jumlah pelayanan
yang tidak layak.
b. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan yang mempengaruhi pengelolaan air limbah diantaranya :
1) Iklim tropis sangat menolong pengolahan secara anaerob seperti septik tank Imhoff tank,
2) kolam anerobik dan sebagainya. Jadi pengolahan anaerob merupakan suatu tahap yang
penting dari seluruh rangkaian serial pengolahan limbah;
3) Intensitas hujan tropis yang tinggi akan memberikan run offyang sangat besar disbanding
aliran air limbah, sehingga sistem sewer(saluran) terpisah antara air hujan dan air limbah
permukiman akan relatif lebih ekonomis dan sehat, kecuali untuk kawasan-kawasan
terbatas dapat diterapkan sistem interseptor;
4) Posisi bangunan sanitasi kawasan pasang surut harus memperhatikan muka air tertinggi,
untuk sanitasi onsite penggunaan septik tank dengan upword flowyang disebut vertikal
septik tank dapat diterapkan;
5) Kepadatan 100 org/ha memberikan dampak pencemaran cukup besar terhadap lingkungan
maka kawasan-kawasan tertentu dengan masyarakat mampu dapat menerapkan sistem off
site pada kawasan tersebut;
6) Untuk pengelolaan air limbah pada kawasan-kawasan dengan effluen yang dibuang ke
danau dan waduk, selain harus memperhatikan kadar BOD/COD dan SS juga harus
mengendalikan kadar nitrogen dan fosfor yang akan memicu pertumbuhan algea biru dan
gulma yang akan menutupi permukaan air danau;
7) Kawasan perairan untuk wisata renang harus dijaga kadar COD tidak melebihi 5 ppm dan
tidak mengandung logam berat;
8) Jika tidak ada penetapan kuota pencemaran maka penetapan kualitas effluan hasil
pengolahan limbah harus memperhitungkan kemampuan badan air penerima untuk
“natural purification” bagi berlangsungnya kehidupan akuatik secara keseluruhan.
24 | P a g e
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Salah satu sistem pengolahan air limbah domestik untuk air limbah jenis Black Water
ialah septick tank. Dimana septick tank memiliki peranan penting dalam meminimalisir
pencemaran air yang diakibatkan oleh aktivitas kamar mandi. Selain itu perlu adanya
teknologi tepat guna untuk memanfaatkan air effluent hasil pengolahan air limbah domestik,
karena air effluent yang telah memenuhi baku mutu memiliki potensi untuk dapat
dimanfaatkan kembali guna memenuhi kebutuhan mayarakat sehari-hari. Dengan
memperhatikan aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan dalam
pengolahan air buangan domestik maka dapat diwujudkan pemanfaatan pengolahan air
limbah domestik yang optimal.
SARAN
Perlu adanya kesadaran diri sendiri dalam mengelola air buagan domestic yang
dihasilkan sehari-hari agar tercipta lingkungan yang lebih sehat sehingga meminimalisir
timbulnya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Karena pada masa modern seperti saat ini
telah banyak penerapan teknologi pengolahan air limbah yang dapat diterapkan dengan
mudah sesuai peruntukan dan kebutuhan.
25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://pollutiononmyearth.weebly.com/pencemaran-air.html
Anonim, 2002, “Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan”, SNI :
03-2398-2002, Jakarta
Anonim, 2008, NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java, Pedoman
Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
SNI : 03-2398-2002 – Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Peresapan
Soufyan, Morimura, 1984, ”Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing”, PT. Pradya
Paramita, Jakarta.
Sumardji, Hamdi, 2013, “Tangki Septik Dan Peresapannya Sebagai Sistem Pembuangan Air
Kotor Di Permukiman Rumah Tinggal Keluarga” PILAR Jurnal Teknik Sipil, Volume 9, No.
2, September 2013, ISSN: 1907-6975
http://yudirachman.blogspot.com/2012/04/mendesain-septictank-beserta-peresapan.html
26 | P a g e