Anda di halaman 1dari 29

PENGELOLAAN AIR BUANGAN

DOMESTIK

Disusun Oleh :
Anggun Nur Angraeni 153800020
Anang Subianto 153800064
Ainul Huda 153800072

Dosen Pembimbing :
M. Al Kholif, S.T, M.T

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas dalam Mata Kuliah “Pengelolaan Air
Buangan Domestik”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.Al Kholif, S.T, M.T selaku
dosen pembimbing dalam mata kuliah Pengelolaan Air Buangan Domestik yang telah
mengajar, membimbing dan memberikan arahan sehingga tugas ini bisa terselesaikan dengan
baik.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.

Surabaya , Mei 2017

Penulis

i|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang…………………………………………………………... 1
2. Rumusan Masalah……………………………………………………..... 1
3. Tujuan…………………………………………………………………... 1
4. Manfaat…………………………………………………………………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Air limbah……………………………………………………………..… 2
2. Air limbah domestic……………………………………………………. 2
3. Pencemaran Air………………………………………………………… 2
BAB III PEMBAHASAN
1. Pengolahan system setempat secara terpisah, Balck Water dan Grey Water 5
2. Desain Septic – Tank…………………………………………….………… 6
3. Pembuangan Effluent……………………………………………………… 14
4. Kriteria Pemanfaatan Effluent……………………………………………..
5. Teknologi Pemanfaatan Effluent…………...………………………………
6. Aspek Hukum, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan …………………………

BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………….....
2. Saran……………………………………………………………………
3. Daftar Pustaka…………………………………………………………

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setiap kegiatan manusia akan menghasilkan limbah. Air limbah domestik atau air
buangan merupakan air yang tidak terpakai yang berasal dari usaha atau kegiatan
pemukiman, restoran, perkantoran, perniagaan, apartemen, serta asrama. Bila tidak dikelola,
air buangan akan mencemari lingkungan termasuk badan air penerima seperti sungai, danau,
laut dan sebagainya yang pada akhirnya menyebabkan beberapa masalah seperti kerusakan
keseimbangan ekologi di aliran sungai, masalah kesehatan penduduk yang memanfaatkan air
sungai secara langsung, sehingga menurunkan derajat kesehatan masyarakat dan
meningkatkan angka kematian akibat penyakit infeksi air. Pengolahan air limbah domestik
sebelum dialirkan menuju saluran pembuangan tidak bisa dianggap remeh, karena dengan
adanya pengolahan air limbah tersebut dapat meminimalisir terjadinya dampak – dampak
buruk terhadap lingkungan tempat tinggal. Salah satu sistem pengolahan air limbah domestik
untuk air limbah jenis Black Water ialah septick tank. Dimana septick tank memiliki peranan
penting dalam meminimalisir pencemaran air yang diakibatkan oleh aktivitas kamar mandi.
Selain itu perlu adanya teknologi tepat guna untuk memanfaatkan air effluent hasil
pengolahan air limbah domestik, karena air effluent yang telah memenuhi baku mutu
memiliki potensi untuk dapat dimanfaatkan kembali guna memenuhi kebutuhan mayarakat
sehari-hari.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Pengolahan system setempat secara terpisah, Balck Water dan Grey
Water?
b. Bagaimana bentuk dan desain Septick- Tank?
c. Apa saja kriteria pemanfaatan pembuangan effluent?
d. Apa saja teknologi pemanfaatan effluent?
e. Bagaimana teknologi pemanfaatan effluent jika ditinjau dari aspek hukum, sosial,
ekonomi dan lingkungan?

3. Tujuan

Agar mahasiswa dapat mempelajari dan memhami lebih dalam tentang mata kuliah
pengelolaan air buangan domestik, khususnya pengelolaan black water dan grey water hingga
teknologi pemanfaatan effluent nya.

4. Manfaat

Mahasiswa menjadi paham dan mengerti tentang perencanaan desain septick – tank
terkait pengolahan limbah black water serta memahami teknik pengelolaan black water dan
grey water hingga teknologi pemanfaatan effluent nya.

1|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air limbah


Menurut Wikipedia, Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan
ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

2.2 Air limbah domestik


Limbah cair domestik dapat diartikan sebagai semua limbah cair yang berasal dari
kegiatan manusia dalam proses dan aktivitas hidupnya, mulai mandi, cuci, memasak yang
dikategorikan dalam “grey water” dan air limbah dari WC yang dikategorikan dalam “black
water”. Menurut Kep. Men. LH No.112 tahun 2003, air limbah domestik didefinisikan
sebagai air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah
makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

2.3 Pencemaran air


Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air
seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Menurut Keputusan
Menteri Negara Kepedudukan dan Lingkungan Hidup No.02/MENLH/I/1998, yang
dimaksud dengan polusi/pencemaran air adalah masuk/dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain kedalam air/udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam, kurang atau tidak dapat berfungsi lagi dengan peruntukannya.
Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan
ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami
pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik,
seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi
juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air. Danau, sungai,
lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan
salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan
polutan.
Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan
terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air
minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi
sebagai objek wisata. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pencemaran air
merupakan penyebab utama gangguan kesehatan manusia/penyakit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa di seluruh dunia, lebih dari 14.000 orang meninggal dunia setiap hari
akibat penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air.

2|Page
Indikator atau tanda bahwa air di lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan
atau tanda yang dapat diamati dan digolongkan menjadi :
a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan
air, perubahan suhu, warna, dan adanya perubahan bau atau rasa.
b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia
yang terlarut (perubahan pH).
c. Pengamatan biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme
yang ada dalam air, terutama ada tidaknya patogen.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, yakni :
a. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
b. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang
dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
c. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam
berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek
termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi
oksigen dalam air.

Akibat yang ditimbulkan dari adanya pencemaran adalah :


a. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen (O2)
yang dapat menyebabkan kematian.
b. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air (eurotrifikasi)
c. Pendangkalan dasar perairan
d. Tersumbatnya penyaring reservoir dan menyebabkan perubahan ekologi
e. Dalam jangka panjang adalah kanker dan kelahiran cacat
f. Akibat penggunaan pastisida yang berlebihan sesuai selain membunuh hama dan
penyakit, juga membunuh serangga dan maskhluk berguna terutama predator
g. Kematian biota kuno, seperti: plankton, iank, bahkan burung
h. Kekurangan sumber air
i. Mutasi sel, kanker, dan leukimia

Cara mengatasi pencemaran air yang efektif yakni dengan :


a. Mempertahankan sumber-sumber air bersih yang belum tercemar.
Sumber air yang masih bersih hendaknya tetap dipertahankan kebersihannya. Jangan
sampai ikut tercemar, karena jika sudah tercemar akan sulit membersihkannya.

b. Menanam tanaman-tanaman berkayu tebal.


Tanaman-tanaman yang berkayu tebal adalah tanaman yang dapat menyerap air dengan
baik. Dengan begitu, persediaan air tanah mencukupi dan sumber air bersih dapat terjaga.

3|Page
c. Tidak membuang sampah ke sungai.
Jika sampah yang dibuang dari satu rumah tangga masuk ke sungai saja sudah mengotori
sungai. Bagaimana halnya jika setiap rumah tangga yang ada di Indonesia membuang
sampah rumah tangga mereka ke sungai. Sungai menjadi sangat kotor dan tercemar.
Pendangkalan sungai pun terjadi yang akhirnya dapat menyebabkan banjir. Banjir
mengalirkan air tercemar ke kawasan pemukiman yang dapat menyebabkan wabah
penyakit, seperti diare, penyakit kulit, dan lain sebagainya.

d. Mendaur ulang semua sampah yang bisa didaur ulang.


Sampah yang bisa didaur ulang usahakan untuk didaur ulang. Tidak membuangnya ke
sungai atau got. Hal ini dilakukan agar perairan di sekitar masyarakat tidak tercemar. Jika
tercemar, biasanya menimbulkan bau tidak sedap. Hal ini sangat menganggu masyarakat
dalam menjalankan aktivitas mereka.

e. Penyuluhan pembuangan limbah industri.


Industri-industri yang mengeluarkan limbah cair hendaknya diberi penyuluhan agar
mereka melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke sungai. Ini perlu pengawasan
ketat dari pemerintah karena sampai saat ini, masih banyak Industri-industri yang
membuang limbah cairnya begitu saja ke sungai. Mereka tidak menghiraukan dampak
yang akan timbul pada masyarakat yang hidup di area tersebut.

4|Page
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pengolahan system setempat secara terpisah, Balck Water dan Grey Water

Limbah domestic rumah tangga terbagi menjadi 2 yaitu limbah non kakus atau grey
water, dan limbah kakus atau black water. Kedua limbah ini memiliki penanganan yang
berbeda. Karena jenis zat pencemar di dalamnya. Pada limbah non kakus seperti grey water,
adalah limbah yang berasal dari hasil memasak dan mencuci. Limbah ini mengandung
sampah, minyak dan pasir. Sedangkan limbah kakus adalah limbah yang berasal dari kotoran
manusia.
Sistem greywater memerlukan sistim pembuangan yang terpisah antara greywater
dengan blackwater . Limbah dari grey water tidak dapat disatukan dengan limbah dari black
water. Karena sabun pada grey water dapat menyebabkan bakteri pengurai pada septi tank
akan mati. Dimana nantinya air bekas cucian dan lainnya akan masuk ke pipa pembuangan
air khusus yang kemudian akan ditampung di sebuah bak penampungan yang biasanya
dilengkapi dengan filter untuk membersihkan air buangan tersebut. Setelah air bekas tersebut
menjadi bersih atau setidaknya tidak berbahaya maka air akan digunakan kembali untuk
keperluan lain seperti mencuci mobil, menyiram tanaman sampai air untuk toilet. Pada saat
pengerjaan saluran atau pipa, yang perlu diperhatikan adalah pipa horizontal. Dipasang
dengan sudut kemiringan 2% untuk air limbah agar air dapat mengalir dengan lancar. Pipa air
limbah dibuat miring agar kotoran cepat keluar dari saluran dan tidak terjadi penyumbatan.

a. Sistem Pengolahan Grey Water


Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran greywater adalah dengan
menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Cara ini sangat
mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak dan
sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.
Salah satu system pengolahan secara terpisah untuk grey water adalah SPAL. SPAL
(system pengolahan air limbah) adalah salah satu metode pengolahan limbah grey water.
Merupakan system pengolahan air limbah yang murah, sederhana dan ramah lingkungan.
Pada SPAL dibutuhkan dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Cara kerja dari
SPAL adalah, air limbah akan masuk di dalam bak pengumpul. Pada bak pengumpul, di beri
ruang dengan sekat sebuah kassa. Sekat kassa ini bertugas menyaring dan mengendapkan
minyak, sampah dan pasir, selanjutnya air akan masuk menuju tangki resapan. Tangki
resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam
tangki resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat
pencemar yang ada dalam greywater. Serta juga dapat diberi alternative lain seperti ditanami
tumbuhan seperti Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa
angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air, untuk menyering air, sehingga air yang
keluar menjadi lebih bersih.

5|Page
b. Sistem Pengolahan black water

Sedangkan pada limbah domestic rumah tangga black water atau yang berasal dari
kotoran manusia, memerlukan sebuah septi tank. Septi tank yang baik adalah septi tank yang
mampu memberikan tempat bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak.
Blackwater dari rumah harus disalurkan ke septictank untuk diendapkan dan diubrani
oleh bakteri. Pekerjaan galian dan pemasangan jalur untuk blackwater pada tahap ini
mencakup pekerjaan sebagai berikut.
 Galian dan pemasangan septictank
 Galian dan pemasangan jalur pipa dari pipa blackwater di dalam rumah ke
septictank

2. Desain Septic – Tank


Septic Tank Septic Tank atau sering disebut sebagai tangki septik adalah bangunan
pengolah dan pengurai kotoran tinja manusia cara setempat (onsite) dengan menggunakan
bantuan bakteri. Tangki ini dibuat kedap air sehingga air dalam tangki septik tidak dapat
meresap ke dalam tanah dan akan mengalir keluar melalui saluran yang disediakan.
Tangki septik merupakan salah satu kelengkapan pada suatu bangunan dimana
fungsinya sebagai instalasi pengolahan air kotor (air limbah) terutama dari kakus atau WC.

6|Page
Oleh karena itu desain suatu bangunan harus dilengkapi dengan instalasi pengolahan air
limbah, apabila instalasi air kotor ini tidak diperhatikan akibatnya akan terjadi pencemaran
bagi lingkungan, kotor dan menjijikan bagi rumah disekitarnya.
Tangki septik adalah suatu ruangan kedap air yang terdiri dari kompartemen
ruang yang berfungsi menampung/mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan
alir yang sangat lambat sehingga member kesempatan untuk terjadinya pengendapan terhadap
suspense benda-benda padat dan kesempatan dekomposisi bahan-bahan organik oleh
mikroba anaerobic. Proses ini berjalan secara alamiah yang sehingga memisahkan
antara padatan berupa lumpur yang lebih stabil serta cairan (supernatant). Proses
anaerobik yang terjadi juga menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan. Cairan yang
terolah akan keluar dari tangki septik sebagai effluent dan gas yang terbentuk akan dilepas
melalui pipa ventilasi. Sementara lumpur yang telah matang (stabil) akan mengendap
di dasar tangki dan harus dikuras secara berkala setiap 2-5 tahun bergantung pada kondisi.
Effluent dari tangki septik masih memerlukan pengolahan lebih lanjut karena masih
tingginya kadar organik didalamnya. Pengolahan lanjutan yang dapat digunakan berupa
sumur resapan (bidang resapan) dan small bore sewerage. Berdasarkan jenis pengolahan
lanjutannya, maka tangki septik dapat dibedakan menjadi tangki septik dengan sumur
resapan, penguapan/evaporasi yang dikenal dengan filter dan tangki septik dengan small
bore sewerage.
Dalam pemanfaatannya tangki septik memerlukan air penggelontor, jenis tanah
yang permeable (tidak kedap air) dan air tanah yang cukup dalam agar sistem
peresapan berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tangki septik cocok digunakan
pada daerah yang memiliki pengadaan air bersih baik dengan sistem perpipaan maupun
sumur dangkal setempat, kondisi tanah yang dapat meloloskan air, letak permukaan air
tanah yang cukup dalam, dan tingkat kepadatan penduduk masih rendah tidak melebihi
200 jiwa/ha (Bintek, 2011).
Aplikasi di lapangan bentuk dari tangki septik beragam bentuk dan jenisnya,
namun secara idealisasi bentuk dan bagian-bagian dari system pembuangan air kotor seperti
gambar berikut :

Gambar 1
Denah Sistem Pembuangan Air Kotor
(Sumber :Yudirachman,2012)

Keterangan :
1) Pipa saluran air kotor dari kakus atau WC ke golakan atau ruang penghancur.
2) Ruang penghancur harus diberi pipa ventilasi untuk mengatur tekanan udara
dengan pipa Ø 1”

7|Page
3) Tangki septik, sebagai tempat pembusukan material kotoran menjadi lumpur.
Tangki septik yang baru sebelum digunakan sebaiknya diisi dengan air cukup
seember saja yang kotor berwarna hitam, sudah mengandung bibit
pembusukan. Dengan maksud diberikan sebagai awal proses pembusukan di
dalam tangki septik tersebut.
4) Ruang pengambilan Lumpur dibuat tersendiri supaya tidak mengganggu
proses pembusukan dan memudahkan didalam pengambilan lumpur matang.
Untuk pengambilan lumpur dari tangki septik minimal 2 tahun sekali.
5) Ruang pengeluaran air dari tangki septik ke ruang peresapan/rembesan.
Letak penempatan pipa pengeluaran lebih rendah dari pipa pemasukan dengan
ukuran perbedaan tingginya kurang lebih 10 cm.
6) Ruang penggontor berfungsi sebagai tempat untuk mencairkan endapan dari
tangki septik yang akan infiltrasi atau meresap.
7) Konstruksi peresapan, dengan maksud air dari tangki septik disalurkan ke
peresapan. Konstruksi peresapan ini susunannya terdiri dari kerikil dan pasir
yang disekelilingnya dilapisi dengan ijuk.

a. Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan SNI : 03-2398-2002
Tata cara perencanaan tangki septik dengan Sistem resapan di maksudkan sebagai
acuan dan masukan bagi perencana dalam prosedur pembangun tangki septik dengan sistem
resapan
dengan ukuran dan batasan untuk menentukan kebutuhan minimum fasilitas tangki septik
dengan sistem resapan pada kawasan permukiman.
Tata cara ini merupakan revisi SNI 03-2398- 1991 (Tata cara Perencanaan Tangki
Septik), yang direvisi atau ditambah dengan persyaratan teknis ukuran tangki septik dan jarak
minimum terhadap bangunan .
Persyaratan teknis meliputi bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam dan
kedap air; bahan bangunan dapat dipilih untuk bangunan dasar. Penutup dan pipa penyalur air
limbah adalah batu kali, bata merah, batako, beton bertulang, beton tanpa tulang, PVC,
keramik, plat besi, plastic dan besi.
Bentuk dan ukuran tangki septik disesuaikan dengan Q jumlah pemakai, dan waktu
pengurasan. Untuk ukuran kecil (1 KK) dapat berbentuk bulat Ø 1,20 m dan tinggi 1,5 m.
Ukuran tangki septik sistem tercampur dengan periode pengurasan 3 tahun (untuk 1 KK ,
ruang basah 1,2 m3, ruang lumpur 0,45 m3, ruang ambang bebas 0,4 m3 dengan Panjang 1,6
m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,6 m) dan sistem terpisah dengan periode pengurasan 3 tahun
(untuk 2 KK , ruang basah 0,4 m3, ruang lumpur 0,9m3, ruang ambang bebas 0,3 m3 dengan
Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,3 m). Pipa penyalur air limbah dari PVC, keramik
atau beton yang berada diluar bangunan harus kedap air, kemiringan minimum 2 %, belokan
lebih besar 45 % dipasang clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 % sebaiknya
dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak kontrol. Dilengkapi dengan pipa
aliran masuk dan keluar, pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa sambungan T atau sekat,
pipa aliran keluar harus ditekan (5-10) cm lebih rendah dari pipa aliran masuk. Pipa udara
diameter 50 mm (2") dan tinggi minimal 25cm dari permukaan tanah. Lubang pemeriksa
untuk keperluan pengurasan dan keperluan lainnya. Tangki dapat dibuat dengan dua ruang

8|Page
dengan panjang tangki ruang pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki
septik dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih = 10 m dan sumur
resapan air hujan 5 m. Tangki septik dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu
dilengkapi dengan kotak distribusi

Gambar 2 Tangki septik konvensional


(Sumber: SNI 03-2398-2002)

Gambar 3. Modefikasi tangki septik


(Sumber: SNI 03-2398-2002)

9|Page
Gambar 4. Sistem Resapan
(Sumber: SNI 03-2398-2002)

Persyaratan Tangki Septik menurut SNI – 03- 2398- 1991


Tabel 1 : Ukuran Tangki septik

Jarak Minimum dari Tangki Septik atau Bidang/Sumur Resapan terhadap suatu unit
tertentu berdasarkan persyaratan, SNI – 03- 2398- 2001
Tabel 2 : Jarak Tangki Septik

b. Penentuan Dimensi Tangki Septik Dengan Menggunakan SNI 03-2398-2002


Dimensi tangki septik dapat dilihat pada tabel-tabel yang telah ditentukan pada
SNI 03-2398-2002 berdasarkan jumlah pemakai. Oleh karena itu, penentuan dimensi tangki
tidak memerlukan perhitungan lagi tetapi hanya mencocokkan jumlah pemakai dengan
tabel-tabel yang tersedia. Namun, perlu diperhatikan jenis air limbah yang akan diolah
apakah air limbah dari kakus saja atau air limbah campuran. Selanjutnya, penentuan
dimensi tangki septik ini berdasarkan pada frekuensi pengurasan 3 tahun.

Tabel 3 : Dimensi tanki septick – tank tercampur

10 | P a g e
Tabel 4 : Dimensi tanki septick – tank terpisah

c. Konstruksi Tangki Septik


Terdiri dari dua buah ruang. Ruang pertama merupakan ruang pengendapan lumpur.
Volume ruang pertama ini memiliki volume 40–70% dari keseluruhan volume tangki
septik. Pada ruang kedua merupakan ruang pengendapan bagi padatan yang tidak
terendapkan pada ruang pertama. Panjang ruangan pertama dari tangki septik sebaiknya
dua kali panjang ruangan kedua, dan panjang ruangan kedua sebaiknya tidak kurang dari 1
m dan dalamnya 1,5 m atau lebih, dapat memperbaiki kinerja tangki. Kedalaman
tangki sebaiknya berkisar antara 1,0 – 1,5 m. Sedangkan celah udara antara permukaan
air dengan tutup tangki (free board) sebaiknya antara 0,3 sampai 0,5 m . Tangki septik harus
dilengkapi dengan lubang ventilasi (dipakai pipa Tee) untuk pelepasan gas yang
terbentuk dan lubang pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan kedalaman
lumpur serta pengurasan. Seperti pada gambar 2 di atas.

d. Material Tangki Septik


Material untuk tangki septik harus kedap air untuk itu material yang bisa
digunakan adalah sebagai berikut:
1) Pasangan batu bata dengan campuran spesi 1 : 2 (semen : pasir). Material ini
sesuai untuk daerah dengan ketinggian air tanah yang tidak tinggi dan tanah
yang relatif stabil sehingga saat pelaksanaan pembuatannya tidak sulit untuk
menghasilkan konstruksi yang kedap air.
2) Beton bertulang. Material dari beton bertulang relatif sesuai untuk semua kondisi.
Pada lokasi dengan muka air tanah tinggi bisa digunakan beton pracetak.
3) Plastik atau fiberglass, Material plastik atau fiberglass sangat baik dari segi
karakteristik kedap airnya namun rendah dalam kemampuan menahan tekanan

11 | P a g e
samping tanah dan yang perlu diperhatikan adalah ketinggian muka air tanah
yang yang bisa memberikan tekanan apung yang besar pada tangki jenis ini
pada saat tangki kosong.

e. Kapasitas Tangki Septik


Untuk MCK komunal rumus-rumus yang digunakan :
Th = 1,5 – 0,3 log (P x Q) > 0,2 hari
Di mana :
Th : Waktu penahanan minimum untuk pengendapan > 0,2 hari P : Jumlah orang
Q : Banyaknya aliran, liter/orang/hari

Volume penampungan lumpur dan busa


A=PxNxS
Di mana :
A : Penampungan lumpur yang diperlukan (dalam liter)
P : Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik
N : Jumlah tahun, jangka waktu pengurasan lumpur (min 2 tahun)
S : Rata-rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun).
25 liter untuk WC yang hanya menampung kotoran manusia.
40 liter untuk WC yang juga menampung air limbah dari kamar mandi.

Volume cairan → Kedua, dihitung kebutuhan kapasitas penampungan untuk


penahanan cairan
B = P x Q x Th
Di mana :
P : Jumlah orang yang diperkirakan mengguna -kan tangki septik
Q : Banyaknya aliran air limbah (liter/orang/hari)
Th : Keperluan waktu penahanan minimum dalam sehari.
Untuk tangki septik hanya menampung limbah WC (terpisah)
Th = 2,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,5
Untuk tangki septik yang menampung limbah WC + dapur + kamar mandi
(tercampur)
Th = 1,5 – 0,3 log (P.Q) > 0,2

f. Perencanaan Pengolahan Lanjutan Tangki Septik Dengan Bidang Resapan


Bidang resapan merupakan unit yang disediakan untuk meresapkan air limbah yang
telah terolah dari tangki septik ke dalam tanah. Air yang diresapkan ini merupakan air limbah
yang telah dipisahkan padatannya (effluent dari tangki septik) namun masih mengandung
bahan organik dan mikroba patogen. Dengan adanya bidang resapan ini, diharapkan air
olahan dapat meresap ke dalam tanah sebagai proses filtrasi dengan media tanah ataupun
jenis media lainnya. Terdapat 2 (dua) jenis bidang resapan yang dapat diaplikasikan bersama
dengan tangki septik yaitu saluran peresapan ataupun sumur resapan.

12 | P a g e
g. Saluran Peresapan
Saluran peresapan dapat disebut sebagai dispersion trench, soakage trench, leaching
trench, drain field, atau absorption field. Effluent dari tangki septik dialirkan secara
gravitasi ke saluran peresapan. Saluran peresapan cocok digunakan pada lahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut (Bintek, 2011):
1) Kapasitas perkolasi tanah berkisar antara (0,5-24) menit/cm dan optimum 8 menit/cm
2) Ketinggian muka air tanah minimum 0,60 m di bawah dasar rencana saluran peresap
atau (1-1,5) m di bawah muka tanah
3) Jarak horizontal dari sumber air (seperti sumur) tidak boleh kurang dari 10m
4) Ukuran efektif butiran tanah maksimum 0,13 mm
 Pemeliharaan
Jika sistem ini berhenti berfungsi secara efektif, maka pipa harus dibersihkan
dan/atau diganti. Pohon dan tanaman berakar dalam harus dijauhkan dari bidang resapan
karena bisa merusak dan mengganggu dasar parit. Tidak boleh ada lalu lintas berat yang bisa
memecahkan pipa atau memadatkan tanah.
 Aplikasi
Jika kemampuan resapan tanah bagus, maka air limbah yang keluar bisa terbuang
secara efektif. Tidak cocok untuk daerah perkotaan yang padat.

h. Sumur Peresapan
Sumur peresapan dipakai untuk menerima effluent dari tangki septik. Sumur resapan
memiliki fungsi yang sama dengan saluran peresap dan terkadang dipasang secara seri pada
ujung saluran peresap. Konstruksi sumur peresap cocok diterapkan untuk daerah dengan
karaketristik sebagai berikut (Bintek, 2011):
1) Kondisi tanah yang pada bagian permukaannya kedap air sedangkan pada bagian
tengahnya tidak kedap air (porous)
2) Kapasitas perkolasi tanah sebesar (0,5-12) menit/cm. Sumur peresap juga tepat untuk
lokasi dengan lahan yang terbatas
3) Jarak muka air tanah minimum 0,6 m namun disarankan 1,2 m di bawah dasar
konstruksi sumur peresap
Sumur peresapan harus diisi penuh dengan pecahan batu berdiameter >5cm dan
biasanya diterapkan pada kondisi tanah yang cukup stabil, tidak mudah runtuh atau jenis
tanah lempung bila konstruksi sumur peresap tanpa menggunakan pasangan bata.
Namun bila konstruksi menggunakan pasangan bata dengan spesi, maka sumur
peresan tidak perlu diisi denga pecahan batu, dinding dibuat dengan pasangan bata setebal ½
bata atau lebih bergantung pada kedalaman dan pada bagian dasar diberi kerikil berukuran
(12,5-25)mm setebal minimum 30cm. Selanjutnya antara dinding bata bagian luar dan
dinding galian sumur perlu dilapisi dengan kerikil setebal 15cm agar tidak mudah tersumbat.
 Pemeliharaan
Sumur ini harus ditutup dengan penutup yang rapat agar nyamuk dan lalat tidak
masuk dan air limbah tidak mengalir ke air permukaan, dan sumur resapan harus jauh dari
daerah berlalu-lintas padat agar tanah diatas dan disekitar sumur tidak terpadatkan. Jika
kinerja sumur resapan menurun, maka bahan didalam sumur resapan bisa dikeluarkan dan

13 | P a g e
diganti. Untuk akses di masa depan, penutup yang bisa dilepas harus dipakai untuk menutup
sumur sampai sumur perlu dirawat. Lapisan lumpur bisa dibuang secara efektif oleh pompa
diafragma (diaphragm) sederhana, jika perlu.
 Aplikasi
Sumur resapan paling cocok untuk tanah dengan kemampuan serapan yang bagus;
tanah liat, padat keras atau berbatu tidak cocok. Sumur resapan cocok untuk permukiman
perkotaan dan pinggiran kota. Sumur resapan tidak cocok untuk daerah banjir atau yang
permukaan air tanahnya tinggi. Disarankan sebagai alternatif jika parit resapan dianggap
tidak praktis, jika tanah yang mudah menyerap air dalam letaknya atau jika lapisan atas yang
tak tembus air ditopang oleh lapisan yang tembus air.

3. Pembuangan Effluen

4. Kriteria Pemanfaatan Efflu en

PP 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran


Air merupakan penjabaran undang-undang tersebut diatas dalam bidang air dan air limbah.
Menurut peraturan ini (Pasal 8) klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas,
yakni:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutuair yang sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Sedangkan kriteria mutu air dari masing-masing kelas dijabarkan dalam Tabel.
Pembagian kelas ini didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan baiknya mutu air, dan
kemungkinan kegunaannya. Secara relatif, tingkatan mutu air Kelas Satu lebih baik dari
Kelas Dua, dan selanjutnya. Tingkatan mutu air dari setiap kelas disusun berdasarkan
kemungkinan kegunaannya bagi suatu peruntukan air. Air baku air minum adalah air yang
dapat diolah menjadi air yang layak sebagai air minum dengan mengolah secara sederhana
dengan cara difiltrasi, disinfeksi, dan dididihkan. Klasifikasi mutu air merupakan pendekatan
untuk menetapkan kriteria mutu air dari tiap kelas, yang akan menjadi dasar untuk penetapan
baku mutu air.

14 | P a g e
Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 tahun 2001

15 | P a g e
Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 tahun 2001 (Lanjutan)

16 | P a g e
5. Teknologi Pemanfaatan Effluent

Salah satu teknologi pemanfaatan Effluent hasil pengolahan limbah rumah tangga ialah
dengan cara biofilter. Air effluent hasil pengolahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
budidaya cacing sutra yang disebut Ecotech Farm. Ecotech Farm mempunyai dua sudut
pandang yang berkesinambungan, yaitu pertama sebagai kultur aktif organisme hidup pada
instalansi sistem biofilter berbahan alam. Kedua, Ecotech Farm merupakan teknologi berbasis
lingkungan pendegradasi grey water sehingga air hasil olahan limbah rumah tangga dapat
dimanfaatkan untuk budidaya cacing sutra (Tubifex sp.).

Biofilter Ecotech Farm Biofilter merupakan instalansi atau alat yang berisi materi
organik, yang mengandung populasi mikroorganisme (Mc Nevin & Barford 2000).
Mekanisme dari proses biofiltrasi adalah kombinasi proses adsorbsi-absorbsi dan degradasi
oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat dalam lapisan biologis secara terus
menerus mencerna polutan dan merubahnya menjadi air, karbondioksida, dan biomassa (Jorio
et al 2000). Beberapa keuntungan biofilter antara lain pengoperasiannya sederhana, modal
sedikit, biaya pengoperasian rendah, penurunan polutan terlarut dalam air rendah, dan dapat
mengurangi polusi bau (Yuwono 2003). Pengolahan air limbah rumah tangga dengan biofilter
menggabungkan dua prinsip sistem pengolahan limbah, yaitu pengolahan secara fisik dan
biologi. Pengolahan limbah secara fisik melalui proses filtrasi. Filtrasi merupakan proses
penyaringan bahan padat yang ada di dalam air limbah dengan menggunakan butiran pasir
atau kerikil (Hindarko, 2003).

Filtrasi dipakai untuk menghilangkan residu gumpalan biologis, menghilangkan residu


garam metal yang diendapkan, atau endapan kapur dari fosfat. Penghilangan kandungan zat
berbahaya atau pencemar yang berasal dari limbah cair, selain menggunakan proses
pengolahan fisik, juga dapat menggunakan proses biologis. Berbagai penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti membuktikan bahwa sistem penanganan biologis ini mempunyai
keefektifan lebih dari 90%. Yani et al. (1998) menggunakan amonia, mampu mendegradasi
sampai dengan 95% dengan media gambut. Selain lebih efektif, pengolahan limbah secara
biologi juga relatif murah untuk konsentrasi rendah dalam jumlah besar. Penguraian limbah
yang mengandung pencemar organik dilakukan bersama-sama oleh bakteri aerob dan
anaerob. Bakteri pengurai (dekomposer) memerlukan oksigen, nitrogen, dan fosfor untuk
melakukan kegiatannya. Bahanbahan tersebut diambil oleh bakteri dari lingkungan dan bahan
mentah yang mengandung unsur-unsur tersebut dalam berbagai bentuk persenyawaan seperti
amonium, nitrat, dan fosfat.

Proses biokimia terjadi akibat adanya penguraian mikroba/bakteri aaerob yang


menggunakan oksigen untuk mengurai pencemar (Metcalf & Eddy, 2003), seperti
ditunjukkan di bawah ini :

Senyawa organik + O2 + mikroba + N + P mikroba baru+ H2O + CO2 + NH3

Keunggulan Komponen Bahan Media Biofilter Ecotech Farm Bahan untuk media
biofilter biasanya berasal dari bahan alami atau sisa industri biologis, seperti kompos, tanah,
kulit pohon, jerami atau kayu, dan ijuk. Sedangkan untuk mengurangi kerapatan dan

17 | P a g e
kepadatan, media bisa dicampur dengan bahan lain seperti tanah liat berpasir, keramik, gelas,
pasir, butiran polistirena, karbon aktif, kerikil, dan tanah diatom ( Liang et al 2000). Hal yang
perlu diperhatikan dalam menentukan bahan media biofilter sebagai berikut (Anit & Artuz
2004), antara lain kemampuan menyerap air untuk menjaga kelembaban lapisan biologis,
daerah permukaan sentuh yang luas untuk absorbsi kontaminan dan mikroba, kemampuan
untuk mencapai nutrisi dan menyuplai ketika dibutuhkan oleh mikroba, kemampuan untuk
menahan 5 penurunan tekanan, dan karakteristik fisik, contohnya bentuk bahan (butiran,
serpihan, keping).

Menurut Anit & Artuz (2004) dalam pendesainan biofilter diperlukan perhatian tentang
ruang (diperlukan ruang terbuka yang berhubungan langsung dengan udara luar), analisis
kimia dan kosentrasi, menentukan keefektifan biofilter dalam mendegradasi limbah bau.
Resisdence time, menunjukkan waktu yang diperlukan polutan melewati media biofilter.
Kelembaban (RH), kelembaban aliran udara penting untuk menjaga kelembaban media
biofilter. Media biofilter, kadar air dalam media biofilter harus dijaga antara 20-60% untuk
menopang populasi mikroba. Proses degradasi polutan berlangsung karena terjadinya
adsorbsi yang menuju ke lapisan tipis aktif. Syarat mutlak untuk media biofilter yaitu dalam
kondisi lembab, karena akan digunakan sebagai tempat untuk transfer polutan dari udara
menuju fase air pada lapisan biofilm sehingga terjadi biodegradasi polutan. Pematangan
lapisan biofilter membutuhkan periode satu hingga tiga minggu. Periode ini memungkinkan
pertumbuhan yang cukup dari lapisan biologis dalam lapisan kerikil. Periode pematangan
dapat diperpendek beberapa hari dan juga bisa membutuhkan waktu yang lama, sampai
beberapa minggu, bergantung pada temperatur air dan mekanisme kimia. Sebagai contoh
konsentrasi tinggi dari senyawa organik dalam air dapat memacu pematangan lapisan
biologis (Ngai & Sophie 2003).

Biofilter Ecotech Farm menerapkan prinsip biofilter pada umumnya, yaitu menggunakan
mikroorganisme untuk pengolahan limbah. Biofilter terdiri atas beberapa lapisan, antara lain
ijuk, kerikil, arang, dan ijuk. Pemilihan komponen atau konstruksi bahan media dalam
pendesainan biofilter ini memperhatikan kemampuan menyerap air dalam menjaga
kelembaban. Selain itu, manfaat dari pemilihan ijuk adalah sebagai penyaringan bahan padat
yang terkandung dalam air limbah, sebagai filtrasi fisika dan hanya meloloskan air limbah
ukuran tertentu. Ijuk juga dapat dengan mudah didapatkan di lingkugan sekitar. Ijuk dapat
bertahan lama dan harganya relatif murah. Luas permukaan sentuh media biofilter dengan
media biofilter mempengaruhi hasil degradasi limbah. Semakin luas permukaan sentuh,
semakin banyak pula bahan pencemar yang dapat didegradasi. Kerikil dapat digunakan untuk
meningkatkan luas permukaan media biofilter. Selain itu, kerikil juga menjadi media tumbuh
mikroorganisme. Air limbah yang diguyurkan ke permukaan saringan, dalam Reesidence
time (waktu yang diperlukan senyawa berbau/polutan melewati media biofilter) 30 - 60 detik,
dapat merembes ke dalam saringan, dan menyelimuti bakteri dalam suatu lapisan air yang
tipis. Disini bakteri mendapatkan makanan berupa bahan organik dari air limbah (Metcalf &
Eddy 2003).

18 | P a g e
Karbon aktif merupakan karbon yang memiliki permukaan dalam (internal surface), yang
mengakibatkan daya serapnya lebih baik. Keaktifan menyerap dari karbon aktif ini
bergantung pada jumlah senyawa karbonnya, yang berkisar antara 85-95% karbon bebas.
Karbon aktif berfungsi sebagai filter kimia karena dapat menyerap bau tidak sedap. Pada
penjernihan air limbah dipergunakan untuk mengurangi pengotoran bahan organik, termasuk
benda yang tidak dapat teruraikan (nonbiodegradable) ataupun gabungan antara bau, warna,
dan rasa. 6 Efisiensi karbon aktif dalam menyerap polutan dipengaruhi oleh pH. Zor (2003)
menyimpulkan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa pada kondisi nilai pH 3 atau pH
rendah, karbon aktif dapat memindahkan surfaktan anionik sebesar 91.48%. Menurut Slamet
(2006), Culp RL & Culp GL (1986) menyatakan bahwa pada pH rendah jumlah ion H+ lebih
besar, dimana ion H+ akan menetralisir permukaan karbon aktif yang bermuatan negatif,
sehingga dapat mengurangi halangan untuk terjadinya difusi organik pada pH yang lebih
tinggi.

Pengolahan air limbah dengan menggunakan karbon aktif biasanya dipergunakan sebagai
proses kelanjutan dari pengolahan secara biologis (Tamamushi 1983). Karbon aktif menurut
bentuknya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bubuk dan granular. Karbon bentuk
bubuk digunakan untuk adsorbsi dalam larutan, sedangkan karbon dalam bentuk granular
digunakan untuk absorbsi gas dan uap. Selain itu, karbon bentuk granular juga dapat
digunakan di dalam media larutan, khususnya untuk deklorinasi air dan untuk penghilang
warna dalam larutan serta pemisahan komponen-komponen dalam suatu sistem yang
mengalir. Karbon aktif berbentuk granular dipakai untuk memisahkan kontaminan dalam air
buangan seperti fenol, insektisida, trinittrotolune (TNT), deterjen, warna, dan logam berat
lainnya.

Karbon aktif berbentuk granular mempunyai kelebihan yaitu pengoperasiannya mudah,


proses berjalan cepat karena ukuran butiran karbonnya lebih besar, karbon aktif tidak
bercampur dengan lumpur sehingga dapat mudah diregenerasi dengan sebatas pencucian
kembali. Kemampuan untuk menahan penurunan tekanan diperhatikan dalam pemilihan
bahan media. Tekanan berhubungan langsung dengan ukuran pori-pori media. Semakin
menurunnya ukuran pori-pori media maka makin besar kenaikan tekanan. Pemodelan
biofilter sederhana ini dapat memenuhi syarat tersebut, karena susunan komponen/konstruksi
dari bahan media yang digunakan dari berbagai bahan (ijuk, kerikil, arang aktif, dan ijuk).
Selain itu juga, perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis ukuran kerikil dan susunannya di
dalam biofilter. Stratifikasi butiran partikel filtrasi menggunakan bentuk saringan ganda,
terdiri dari butiran kerikil kecil sampai sedang. Penempatan butiran kerikil dari atas ke bawah
mengikuti ukuran butiran dengan ukuran butiran dari besar ke kecil (Hindarko 2003).

Pemodelan yang Cukup Ideal untuk Biofilter Ecotech Farm Keuntungan dari penyusunan
butiran kerikil ini, untuk menciptakan poripori yang besar, guna meminimalisir kenaikan
tekanan agar tercapai kondisi bahan biofilter yang ideal. Hal ini tercapai karena tidak ada
penyumbatan yang dilakukan oleh kerikil ukuran kecil terhadap kerikil ukuran besar, berupa
penyumbatan. Kemungkinan besar penyumbatan terjadi, apabila penyusunan stratifikasi
butiran partikel disusun terbalik, di mana partikel ukuran kecil berada di bagian paling atas,
sehingga kemungkinan penyatuan kerikil kecil dengan kerikil besar semakin besar, yang

19 | P a g e
mengakibatkan pori-pori makin kecil. Penyusunan butiran partikel ini juga bermanfaat untuk
mengurangi kecepatan aliran air limbah, sehingga efektif dalam pendegradasian limbah cair
oleh mikroorganisme yang hidup di media kerikil tersebut. Perbandingan komposisi jumlah,
antara butiran partikel kerikil sedang dengan butiran partikel 7 kerikil kecil adalah 2:1. Hal
ini disebabkan oleh semakin kecil ukuran partikel kerikil, maka luas permukaan untuk media
tumbuh semakin besar. Pemodelan biofilter ini cukup ideal untuk menopang populasi
mikroorganisme susunan komponen bahan media yang berlapis-lapis (ijuk, kerikil, arang
aktif, ijuk) menciptakan guyuran air limbah tidak langsung hilang, melainkan tersaring oleh
media yang berlapis-lapis. Sehingga kadar air 20-60% tercapai, sebagai syarat menopang
populasi media biofilter terpenuhi (SNI 08- 7070-2005). Langkah-langkah dalam menentukan
efektivitas biofilter, yaitu pertama mencari BOD per rumah tangga, kedua menentukan selisih
BOD5 effluent pada berbagai susunan ketinggian struktur bahan-bahan biofilter, sebagai
indikator parameter keberhasilan biofilter.

Pemanfaatan Hasil Olahan Limbah Cair Rumah Tangga untuk Budidaya Cacing Sutra
Pemeliharaan cacing sutra (Tubifex sp.) relatif mudah. Proses perkembangbiakan cacing sutra
tegolong cepat. Media penting yang menjadi tempat hidup cacing sutera adalah media
berlumpur yang mengandung bahan 8 organik. Saluran pembuangan limbah sumur atau
limbah rumah tangga umumnya kaya akan bahan organik. Ini merupakan suplai makanan
teresar bagi cacing sutra (Khairuman & Amri 2008). Budidaya cacing sutra mempunyai
prospek yang besar. Permintaan akan cacing sutra cukup banyak bagi para pelaku usaha ikan
hias dan usaha pembenihan. Cacing tubifex dapat dipanen setelah 2-4 minggu pemeliharaan.
Menurut Khairuman (2008) menyatakan bahwa Cacing sutra memiliki harga jual yang cukup
menggiurkan. Harga cacing sutra di Jakarta mencapai Rp 15.000 – Rp 20.000/liter.

6. Aspek Hukum, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan


a. Aspek Hukum
Berdasarkan aspek hukum mengenai pengolahan limbah domestik, terdapat perundang –
undangan yang di dalamnya mengatur tentang peraturan air limbah domestic serta teknik
pengolahannya. Perundang – undangan tersebut yakni,
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, dalam bidang Pekerjaan Umum jenis kegiatan Air Limbah Domestik

Untuk menangani layanan bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) termasuk


bidang air limbah oleh pemerintah daerah direkomendasikan alternatif bentuk organisasi
berupa dinas sebagai wadahnya. Hal ini antara lain merujuk kepada ketentuan dari Peraturan
Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

20 | P a g e
Pada saat melakukan perencanaan pada master plan (Rancangan Induk) air limbah harus
direncanakan beberapa hal terkait dengan kelembagaan termasuk lembaga pengelola yang
diperlukan untuk mengelola:
 Pembuangan air limbah sistem setempat
 Pengelolaan air limbah sistem terpusat

Penentuan lembaga ini mengacu pada:


 Jenis prasarana dan sarana yang akan dikelola
 Volume prasarana dan sarana yang akan dikelola
 Tingkat kesulitan teknologi yang digunakan
 Bentuk pelayanan yang diinginkan
 Jumlah penduduk yang dilayani
 Luas daerah pelayanan
 Klasifikasi daerah yang dilayani

Penyusunan kelembagaan berguna untuk menentukan bentuk badan pengelola air limbah
yang efektif dan efisien, sedangkan dasar pemilihan bentuk organisasi pengelola adalah dari
dinas atau lembaga yang sudah ada yang mempunyai banyak kesamaan atau jika terpaksa
membuat lembaga baru apabila dipandang lebih layak.
Pengembangan prasarana dan sarana air limbah selalu berdampak pada kebutuhan
peningkatan kapasitas kelembagaan, khususnya pada lembaga operator yang bertanggung
jawab mengelola prasarana dan sarana terbangun tersebut. Kebutuhan peningkatan kapasitas
kelembagaan tersebut, umumnya berkorelasi langsung dengan peningkatan luas wilayah
layanan dan peningkatan teknologi yang dioperasikan. Bentuk lembaga operator pengelolaan
air limbah dapat berbasis masyarakat (swadaya) untuk skala komunal didalam kawasan dan
berbasis lembaga (formil) untuk berbagai skala pengelolaan.
Untuk menunjang keberhasilan pengelolaan air limbah di area studi, maka harus
didukung oleh peraturan-peraturan yang bersifat mengikat dan mempunyai sanksi-sanksi
hukum dan merekomendasikan pada pemerintah daerah agar diatur dalam peraturan daerah.
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah maka
dilakukan langkah-langkah beriku :
1. Penyelenggaraan sosialisasi perlunya perilaku hidup bersih dan sehat.
Secara umum proses perubahan masyarakat yang diharapkan dari suatu kampanye publik
adalah sebagai berikut:
 Meningkatnya kesadaran (Awareness)
 Meningkatnya minat (Interest)
 Tumbuhnya kebutuhan (Demand)
 Adanya partisipasi dan tindakan (Action)

Pelaksanaan kampanye publik tersebut, harus direncanakan secara berkesinambungan agar


proses perubahan masyarakat tersebut dapat berlangsung hingga terwujudnya partisipasi
(Action) masyarakat secara luas dalam mendukung terwujudnyasistem pengelolaan air
limbah yang efektif dan efisien.

21 | P a g e
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaanair limbah,
melalui pemberian penghargaan dan sanksi.
3. Melibatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan
pengelolaan air limbah.
4. Sosialisasi untuk merubah perilaku supaya tidak membuang tinja di sembarang tempat
(open defecation free)
Kerjasama dengan pihak swasta perlu ditingkatkan baik dalam pelayanan pengumpulan,
penyaluran, pengolahan, maupun pembuangan akhir; jasa konsultansi, kontraktor, maupun
pengadaan barang khususnya kendaraan; dengan menyeimbangkan prinsip pengusahaan
dalam pelayanan umum. Selain itu, swasta dapat dilibatkan secara langsung untuk membantu
masalah pembiayaan, operasional dan pemeliharaan melalui program “community
development” yang umumnya menjadi fokus utama untuk perusahaan berskala besar.
Sumber dana rencana investasi sarana dan prasarana air limbah pada dasarnya berasal dari
dana hasil pajak melalui APBD dan APBN atau dari dana hasil retribusi pelayanan air
limbah. Sumber dana investasi dari pajak dapat digolongkan sebagai sumber dana tidak
langsung dan sumber dana dari retribusi dapat digolongkan sebagai sumber dana langsung.
Dengan demikian strategi pendanaan investasi prasarana dan sarana air limbah dapat
dibedakan sebagai berikut:
 Strategi Pendanaan Investasi: 100% APBD
 Strategi Pendanaan Investasi: sebagian APBD dan sebagian Retribusi Air Limbah
 Strategi Pendanaan Investasi: 100% Retribusi Air Limbah
Pilihan strategi pendanaan tersebut, sangat tergantung dari kapasitas fiskal masing-masing
daerah dan kemampuan membayar retribusi masing-masing penduduk yang mendapat
pelayanan. Sumber pendanaan investasi dari pendapatan retribusi hanya dimungkinkan,
apabila kelayakan keuangan proyek memenuhi standard (IRR dan NPV).
Selain dana yang berasal dari pemerintah, dapat pula berasal dari swadaya masyarakat,
sektor swasta, maupun dana asing. Di era otonomi daerah saat ini memang untuk biaya
pengelolaan air limbah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi pemerintah
pusatjuga harus paham akan tingkat kemampuan setiap daerah yang berbeda-beda.

Urusan Pemerintah Daerah Terkait Sub Bidang Air Limbah

22 | P a g e
Aspek Sosial
Penduduk pada suatu kawasan mempunyai tingkat sosial-ekonomi yg berbeda
sehingga akan sangat terkait dengan kemampuan membayar retribusi air limbah, dan hal ini
akan sangat mempengaruhi dan berdampak secara teknis terhadap konsep sanitasi yg akan
diterapkan. Kondisi sosial ini akan menjadi kompleks karena dana yang mampu dialokasikan
oleh pemerintah sangat terbatas, sedangkan penerapan sistem subsidi silang untuk konteks
penanganan air limbah tidak layak diterapkan secara kawasan. Jika seseorang dikenakan
pungutan atas jasa melebihi dari nilai jasa yang dia terima, maka orang tersebut dapat
menolak.
Kondisi sosial juga akan membedakan tingkat pencemaran yang dihasilkan.
Dibandingkan dengan negara maju, umumnya tingkat BOD per kapita per hari di Indonesia
tidak terlalu tinggi karena masih sekitar antara 30 gram sampai dengan 40 gram. Jumlah ini
akan berpengaruh terhadap beban organik pada suatu pengolahan limbah. Bila tingkat
kesadaran pada masyarakat kurang mampu akan pentingnya sanitasi dan lingkungan bagi
kesehatan, tentu akan mendorong mereka membentuk sistem sanitasi komunal. Maka untuk
membangun kesadaran ini sangat diperlukan dorongan motivasi yang antara lain dengan
mengeluarkan insentif sebagai stimulan.

a. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi juga merupakan hal yang akan menentukan dalam pemilihan system
pengelolaan air limbah. Hal terpenting pada aspek ini adalah kelayakan secara ekonomis.
Kelayakan ekonomis antara biaya sanitasi off-sitedan sistem sanitasi on-siteterjadi pada titik
kepadatan sekitar 300 org/ha. Bilatingkat kepadatan penduduk lebih dari 300 orang/ha maka
pengolahan air limbah secara terpusat (off-site) menjadi layak dilakukan.

23 | P a g e
Maksimum net benefit-costtercapai bila terjadi marginal fungsi benefit–marginal
fungsi cost sama dengan nol atau pada simpangan terbesar antara dua fungsi tersebut. Artinya
berapa besar biaya pencemaran yang diperlukan dibandingkan dengan keuntungan secara
ekonomi yang diperoleh. Biaya pencemaran yang dimaksud adalah biaya pengobatan untuk
penyakit yang ditularkan melalui air, biaya bahan kimia PDAM dengan semakin menurunnya
konsentrasi BOD pada air bakunya karena adanya instalasi pengolahan air limbah tersebut
dan lainnya.
Teknologi pengelolaan limbah yang digunakan untuk mencapai biaya efektif sangat
bergantung pada tingkat objektivitas yang harus dicapai. Penerapan teknologi pengolahan air
limbah bergantung pada standar effluentyang diperkenankan dan sampai tingkat mana
kondisi lingkungan yang akan diperbaiki. Misalnya, untuk kondisi sistem komunal mungkin
effluent pada jangka menengah diizinkan di bawah 100 ppm.
Pemilihan kapasitas sistem pengelolaan harus memenuhi skala ekonomi. Hal ini
dimaksud bahwa sistem yang dibangun harus memberikanpengembalian keuntungan yang
optimal baik pengembalian secara ekonomis (benefit) maupan finansial. Dengan demikian,
jangan sampai biaya/kapita dari satu sistem menjadi tinggi disebabkan oleh jumlah pelayanan
yang tidak layak.

b. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan yang mempengaruhi pengelolaan air limbah diantaranya :
1) Iklim tropis sangat menolong pengolahan secara anaerob seperti septik tank Imhoff tank,
2) kolam anerobik dan sebagainya. Jadi pengolahan anaerob merupakan suatu tahap yang
penting dari seluruh rangkaian serial pengolahan limbah;
3) Intensitas hujan tropis yang tinggi akan memberikan run offyang sangat besar disbanding
aliran air limbah, sehingga sistem sewer(saluran) terpisah antara air hujan dan air limbah
permukiman akan relatif lebih ekonomis dan sehat, kecuali untuk kawasan-kawasan
terbatas dapat diterapkan sistem interseptor;
4) Posisi bangunan sanitasi kawasan pasang surut harus memperhatikan muka air tertinggi,
untuk sanitasi onsite penggunaan septik tank dengan upword flowyang disebut vertikal
septik tank dapat diterapkan;
5) Kepadatan 100 org/ha memberikan dampak pencemaran cukup besar terhadap lingkungan
maka kawasan-kawasan tertentu dengan masyarakat mampu dapat menerapkan sistem off
site pada kawasan tersebut;
6) Untuk pengelolaan air limbah pada kawasan-kawasan dengan effluen yang dibuang ke
danau dan waduk, selain harus memperhatikan kadar BOD/COD dan SS juga harus
mengendalikan kadar nitrogen dan fosfor yang akan memicu pertumbuhan algea biru dan
gulma yang akan menutupi permukaan air danau;
7) Kawasan perairan untuk wisata renang harus dijaga kadar COD tidak melebihi 5 ppm dan
tidak mengandung logam berat;
8) Jika tidak ada penetapan kuota pencemaran maka penetapan kualitas effluan hasil
pengolahan limbah harus memperhitungkan kemampuan badan air penerima untuk
“natural purification” bagi berlangsungnya kehidupan akuatik secara keseluruhan.

24 | P a g e
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Salah satu sistem pengolahan air limbah domestik untuk air limbah jenis Black Water
ialah septick tank. Dimana septick tank memiliki peranan penting dalam meminimalisir
pencemaran air yang diakibatkan oleh aktivitas kamar mandi. Selain itu perlu adanya
teknologi tepat guna untuk memanfaatkan air effluent hasil pengolahan air limbah domestik,
karena air effluent yang telah memenuhi baku mutu memiliki potensi untuk dapat
dimanfaatkan kembali guna memenuhi kebutuhan mayarakat sehari-hari. Dengan
memperhatikan aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan dalam
pengolahan air buangan domestik maka dapat diwujudkan pemanfaatan pengolahan air
limbah domestik yang optimal.

SARAN

Perlu adanya kesadaran diri sendiri dalam mengelola air buagan domestic yang
dihasilkan sehari-hari agar tercipta lingkungan yang lebih sehat sehingga meminimalisir
timbulnya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Karena pada masa modern seperti saat ini
telah banyak penerapan teknologi pengolahan air limbah yang dapat diterapkan dengan
mudah sesuai peruntukan dan kebutuhan.

25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://pollutiononmyearth.weebly.com/pencemaran-air.html

Anonim, 2002, “Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan”, SNI :
03-2398-2002, Jakarta

Anonim, 2008, NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java, Pedoman

Buku Air Limbah Domestik.


(http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomestikDKI/BAB3TEKNOLOGI.pdf)
diakses pada 25 Maret 2017
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik.

Perencanaan MCK (Mandi Cuci Kakus)Untuk Proyek REKOMPAK-JRF, Yogyakarta.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006

Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air

SNI : 03-2399-2002 - Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum

SNI : 03-2398-2002 – Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Peresapan

Soufyan, Morimura, 1984, ”Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing”, PT. Pradya
Paramita, Jakarta.

Sumardji, Hamdi, 2013, “Tangki Septik Dan Peresapannya Sebagai Sistem Pembuangan Air
Kotor Di Permukiman Rumah Tinggal Keluarga” PILAR Jurnal Teknik Sipil, Volume 9, No.
2, September 2013, ISSN: 1907-6975

Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup

http://yudirachman.blogspot.com/2012/04/mendesain-septictank-beserta-peresapan.html

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai