Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

PENCEMARAN AIR SUNGAI

Disusun Oleh:
Ria Kristalina Suprabandini 205059025
Meyrina Triana Mertosono 205059043

Dosen Pengampu:
Desi Rahmalia, SKM, MPH

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Pencemaran Air Sungai”
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kamu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon
maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, 17 Juni 2022

Kelompok

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………….................................... i
DAFTAR ISI……………………………………………….......................... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………… 2
BAB II PENCEMARAN SUNGAI………………………………………… 3
A. Pencemaran Sungai……………………………..……….................. 3
B. Bahan Pencemaran Air Sungai ……………………………..……… 4
C. Indikator Pencemaran Air Sungai ……………………………...….. 7
D. Baku Mutu Air Sungai……….…………………………………….. 14
E. Penyebab Terjadinya Pencemaran Sungai…….………..…………… 15
F. Dampak Pencemaran Sungai……...…………………..…………… . 20
BAB III PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUNGAI………………… 25
A. Pencegahan Pencemaran Sungai ……………………………..……… 25
B. Penanggulangan Pencemaran Air Sungai ……………………...….. 26
BAB III PENUTUP………………………………………………………… 29
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 29
B. Saran……………………………………………………………….... 30
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 31

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sungai yang Tercemar Limbah Industry....................................8


Gambar 2.2 Provinsi dengan Desa/Kelurahan...............................................9

4
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Predikat Nilai IKA Nasional 2019.................................................10


Table 2.2 Indikator dan Parameter IKLH.......................................................21
Table 2.3 Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya..........................................22

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang dimuat dalam pembukaan undang-undang dasar
1945 alenia 4 “memajukan kesejahteraan umum”. Dari pernyataan ini
mengandung maksud bahwa rakyat Indonesia di harapkan hidup
dalam kondisi sejahtera. Untuk mencapai hidup sejahtera di perlukan
lingkungan hidup yang sehat. Lingkungan hidup yang sehat bisa
terwujud salah satunya bila air sungai kita bersih dan sehat, sehingga
kita dapat memanfaatkan air sungai tersebut untuk mensejahterakan
kehidupan secara luas.
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya, begitu pun air sungai
yang bersifat mengalir. Sungai sangat bermanfaat bagi manusia dan
juga bermanfaat bagi biota air.
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian
serius. Untuk memperoleh air yang baik sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak
tercemar oleh limbah-limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia.
Sehingga secara kualitas, sumber daya air telah mengalami
penurunan. Apabila diperhatikan dari hari ke hari makin banyak berita-
berita mengenai pencemaran sungai. Pencemaran sungai ini terjadi
dimana-mana, terutama di kota-kota besar baik akibat pencemaran
limbah cair industri, rumah tangga ataupun pertanian.
Pencemaran sungai di banyak wilayah di Indonesia telah
mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Kurangnya kesadaran
warga sekitar serta lemahnya pengawasan pemerintah dan
keengganan mereka untuk melakukan penegakan hukum yang benar
menjadikan masalah pencemaran sungai menjadi hal yang kronis
yang semakin lama semakin parah.

6
 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
menuturkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam
kondisi tercemar berat. Sungai di Indonesia banyak tercemar oleh
limbah kegiatan industri seperti migas dan pertambangan, limbah
rumah tangga, dan peternakan. Limbah inilah yang menjadi penyebab
biota-biota di aliran sungai tidak dapat hidup, karena kekurangan
oksigen. Bila sungai itu tercemar atau buruk, kandungan oksigennya
akan menurun. Maka kehidupan biota tersebut juga terganggu.
Walaupun 59 persen sungai di Indonesia masih tercemar berat,
tetapi saat ini telah mengalami perubahan kondisi yang lebih baik
dibandingkan dengan tahun 2015 yang memiliki tingkat sungai
tercemar berat sebesar 79,5 persen. Berdasarkan data tahun 2020,
kondisi cemar berat dari 564 titik terdapat 59 persen tercemar berat,
cemar sedang 26,6 persen, terus cemar ringan 8,9 persen.
Menurut KLHK, jika dilihat tren dari 2015 hingga tahun 2020,
kondisi cemar berat ini semakin menurun jumlahnya. "Ini artinya,
terjadi perbaikan kualitas air di Indonesia. Jadi pada tahun 2015 itu
yang cemar berat sebanyak 79,5 persen sekarang sudah jadi 59
persen jadi mengalami perbaikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pencemaran sungai?      
2. Apa saja yang menjadi indikator pencemaran sungai dan
bagaimana baku mutu air sungai?
3. Apa saja yang menjadi sumber pencemaran sungai?
4. Apa dampak dari pencemaran sungai?
5. Bagaimana cara pencegahan pencemaran sungai?

7
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tulisan ini bertujuan
untuk mengupas mengenai pencemaran sungai. Secara khusus akan
dibahas sumber, dampak dan pencegahan serta penanggualangan
pencemaran sungai yang tentu saja tidak lepas dari pengertian dan
perspektif hukum dari pencemaran sungai serta indikator pencemaran
tersebut. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai dampak
pencemaran sungai beserta cara penanggulangan, timbul kesadaran
dari kita semua akan betapa pentingnya sungai bagi kehidupan yang
pada akhirnya pencemaran sungai dapat dikurangi sehingga didapat
sumber air yang aman dan sesuai baku mutu.

8
BAB II
PENCEMARAN SUNGAI

A.  Pencemaran Sungai


Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mulai terasa
pengaruhya pada usaha memperluas kegiatan pertanian dan industri
di berbagai tempat di dunia, secara alamiah sumber-sumber air
merupakan kekayaan alam yang dapat di perbaharui dan yang
mempunyai daya generasi yang selalu dalam sirkulasi. Air sebagai
sumber daya kini lebih di dasari merupakan salah satu unsure
penentu di dalam ikut mencapai keberhasilan pembangunan termasuk
pula terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan lingkungan.
Pencemaran air sungai terjadi apabila dalam air sungai terdapat
berbagai macam zat atau kondisi yang dapat menurunkan standar
kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan
untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak
hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila
air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, sebagai contoh
suatu sungai yang mengandung logam berat atau mengandung
bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau
sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan
untuk kebutuhan rumah tangga.
Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup
tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai
pencemaraan dari komponen-komponen lingkungan hidup, seperti
pencemaran air, pencemaran air sungai, pencemaran air laut,
pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian,
definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang
ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan hidup yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup,

9
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air
yang terdapat di sungai yang dapat tercemar karena masuknya atau
dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi
kesehatan. Air sungai dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun
sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa
digunakan sesuai peruntukannya. Gambar dibawah ini menunjukan
sungai.

Gambar 2.1
Sungai Yang Tercemar Limbah Industri

Berdasasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) Maret Tahun


2022 terdapat 10 Provinsi dengan Desa/atau Kelurahan yang
mengalami Pencemaran Air Terbanyak di Tahun 2021. Sepanjang
2021 terdapat 10.683 desa/kelurahan yang mengalami pencemaran
air. Pencemaran air paling banyak ditemukan di Jawa
Tengah, dengan 1.310 desa/kelurahan yang terdampak. Kemudian
ada Jawa Barat dengan 1.217 desa/kelurahan terdampak, dan Jawa
Timur 1.152 desa/kelurahan terdampak. Di Kalimantan Barat ada 715

10
desa/kelurahan yang mengalami masalah serupa. Kemudian di
Sumatera Utara jumlahnya mencapai 673, Kalimantan Tengah 610,
Sumatera Selatan 440, dan di Kalimantan Selatan 396 desa/kelurahan
terdampak pencemaran air. Rincian dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar 2.2
10 Provinsi dengan Desa/atau Kelurahan yang mengalami
Pencemaran Air Terbanyak di Tahun 2021

BPS mencatat sebanyak 6.160 desa/kelurahan mengalami


pencemaran air dari limbah rumah tangga. Sementara 4.496
desa/kelurahan mengalami pencemaran dari limbah pabrik, dan 27
desa/kelurahan dari sumber-sumber lainnya. Selain pencemaran air,
ada juga 1.499 desa/kelurahan yang mengalami pencemaran tanah
dan 5.644 desa/kelurahan mengalami pencemaran udara.

11
Indeks Kualitas Air (IKA) 2019 berada pada predikat cukup baik
dengan nilai IKA 52,62. Masih terdapat 9 Provinsi yang berada pada
predikat dibawah cukup baik, yaitu 8 provinsi dnegan predikat kurang
baik dan 1 provinsi dnegan predikat sangat kurang baik. Penilaian IKA
masih menggunakan klasifkasi mutu air kelas II berdasatkan PP
nOmor 82 Tahun 2001 tentang Peneglolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Predikat IKA untuk setiap Provinsi
dapat dilihat pada Tabel Dibawah ini.

Tabel 2.1
Predikat Nilai IKA secara Nasional Tahun 2019

12
B.  Bahan Pencemar Air Sungai
Pada dasarnya bahan pencemar air dikelompokan menjadi:
1. Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen
yaitu sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya
sampah industri makanan, sampah industri gula tebu, sampah
rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran
hewan, serta tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati. Untuk
proses penguraian sampah-sampah tersebut memerlukan banyak
oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut terdapat dalam
sumber air seperti sungai, maka sungai tersebut akan kekurangan
oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam sungai akan mati
kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang
mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H 2S
yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau
untuk mandi.
2. Bahan buangan padat, yaitu bahan buangan yang berbentuk padat,
baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan
tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan
menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan
koloidal. Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan
pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-
kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air
yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan
mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga
proses fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah
oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme
dalam air juga terganggu. Terjadinya endapan di dasar perairan
akan sangat mengganggu kehidupan organisme dalam air, karena
endapan akan menutup permukaan dasar air yang mungkin
mengandung telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu,
endapan juga dapat menghalangi sumber makanan ikan dalam air
serta menghalangi datangnya sinar matahari. Pembentukan

13
koloidal terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus, sehingga
sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-
layang sehingga air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga
menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga menghambat
fotosintesa dan berkurangnya kadar oksigen dalam air.
3. Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan
pencemar yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli
yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri,
kolera, diare, tyfus) atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal
dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari kotoran
hewan/manusia.
4. Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral. Bahan buangan
anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya
adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik
ini biasanya berasal dari limbah industri yang melibatkan
penggunaan unsur-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As),
Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium
(Ca), Magnesium (Mg) dll.
Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air
bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena
dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses
pengkaratan (korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak
pada peralatan. Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat
maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air
yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi
tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum. Bahan pencemar
berupa logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya
melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh
seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga
mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.

14
5. Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida,
herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah
industri dan limbah minyak.
            Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen,
sampo dan bahan pembersih lainnya yang berlebihan di dalam air
ditandai dengan timbulnya buih-buih sabun pada permukaan air.
Sebagian dari bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme, sehingga akan menggunung dimana-mana serta
larutan sabun akan menaikkan pH air hingga 10,5-11 sehingga
dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air. Deterjen
yang menggunakan bahan non-fosfat dapat mengganggu
kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup.
6. Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti
senyawa nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya
alga (ganggang) dengan pesat sehingga menutupi permukaan air
sungai. Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan
dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari
berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang
diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan
tidak dapat masuk ke dalam air.
7. Bahan pencemar berupa zat radioaktif, pembuangan sisa zat
radioaktif ke air lingkungan secara langsung yang berasal dari
aplikasi teknologi nuklir yang menggunakan zat radioaktif, sebagai
contoh adalah aplikasi teknologi nuklir pada bidang pertanian,
kedokteran, farmasi dan lain-lain. Adanya zat radioaktif dalam air
lingkungan jelas sangat membahayakan bagi lingkungan dan
manusia. Zat radioaktif dapat menimbulkan kerusakan biologis baik
melalui efek langsung atau efek tertunda. Zat radioaktif dapat
menyebabkan penyakit kanker, merusak sel dan jaringan tubuh
lainnya. Bahan pencemar ini berasal dari limbah PLTN dan dari
percobaan-percobaan nuklir lainnya.

15
8. Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan
lumpur akibat erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat
padat/lahar yang disemburkan oleh gunung berapi yang meletus,
lalu menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari
berkurang, dan air kurang mampu mengasimilasi sampah.
9. Bahan pencemar berupa kondisi, berasal dari limbah pembangkit
tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air sebagai
pendingin. Bahan pencemar panas ini menyebabkan suhu air
sungai meningkat tidak sesuai untuk kehidupan akuatik (organisme,
ikan dan tanaman dalam sungai). Tanaman, ikan dan organisme
yang mati ini akan terurai menjadi senyawa-senyawa organik.
Untuk proses penguraian senyawa organik ini memerlukan oksigen,
sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dalam sungai.

C. Indikator Pencemaran Air Sungai


Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat
digolongkan menjadi:
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu,
warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa.
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan zat kimia yang terlarut dan perubahan Ph.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada
tidaknya bakteri pathogen.

Parameter yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran


air sungai terbagi dua jenis, yaitu parameter fisika dan parameter
kimia
1. Parameter Fisika
a. Suhu

16
Menurut Effendi (2003), suhu dari suatu badan air dipengaruhi
oleh musim, lintang (latitute), ketinggian dari permukaan laut,
waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran
serta kedalaman badan air, adalah salah satu faktor yang
sangat penting bagi kehidupan organisme, karena suhu
mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun
pengembangbiakan dari organisme-organisme tersebut.
b. Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah
padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan
tidak dapat mengendap. Padatan tersuspensi terdiri dan
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
pada sedimen, seperti bahan-bahan Organik tertentu, tanah
liat dan lainnya. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang
tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton,
zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan,
kotoran manusia dan limbah industri.
c. Total Dissolved Solid (TDS)
Total Dissolved Solid atau padatan terlarut adalah padatan-
padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan
tersuspensi. Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak
bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan
nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi
21 cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh
terhadap proses fotosintesis diperairan.
2. Parameter Kimia
a. Derajar Keasaman (pH)
Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat
asam dan basa. Perubahan pH di suatu air sangat
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, maupun biologi
dari organisme yang hidup di dalamnya. Derajat keasaman
diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan

17
pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan
bentuk zat didalam air. Nilai pH air digunakan untuk
mengekpresikan kondisi keasaman (kosentrasi ion hidrogen)
air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14. Kisaran nilai pH 1-7
termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan
pH 7 adalah kondisi netral. Air limbah dan buangan industri
akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu
kehidupan biota akuatik.
b. Biologycal Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan oksigen Biokimia atau BOD adalah banyaknya
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
menguraikan bahan organiknya yang mudah terurai. Bahan
organik yang tidak mudah terurai umumnya berasal dari
limbah pertanian, pertambangan dan industri. Parameter BOD
ini merupakan salah satu parameter yang di lakukan dalam
pemantauan parameter air, khusunya pencemaran bahan
organik yang tidak mudah terurai. BOD menunjukkan jumlah
oksigen yang dikosumsi oleh respirasi mikro aerob yang
terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar
20 0C selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya. Kadar
maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air
minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah
3,0-6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP, 1992.
Sedangkan berdasarkan kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD 5
untuk baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri golongan I
adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150 mg/L.
c. Chemical Oxygen Demand (COD)
Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD menggambarkan
jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara
biologis menjadi CO2 dan H2O. Keberadaan bahan organik

18
dapat berasal dari alam ataupun dari aktivitas rumah tangga
dan industri. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak
diinginkan bagi kepentingan perikanan dan petanian. Nilai
COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari
29 mg/liter. Sedangkan pada perairan yang tercemar dapat
lebih dari 200 mg/liter pada limbah industri dapat mencapai
60.000 mg/liter.
d. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut atau DO adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk proses degradasi senyawa organik dalam air.
Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari hasil
fotosintesis. Kelarutan oksigen dalam air bergantung pada
temperature dan tekanan atmosfir. Berdasarkan data-data
temperatur dan tekanan, maka kelarutan oksigen jenuh dalam
air pada 25oC dan tekanan 1 atm adalah 8,32 mg/L (Warlina,
1985).
e. Lemak dan Minyak
Merupakan zat pencemar yang sering dimasukkan kedalam
kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas
permukaan air. Menurut Sugiharto (1987), bahwa lemak
tergolong benda organik yang relatif tidak mudah teruraikan
oleh bakteri. Terbentuknya emulsi air dalam minyak akan
membuat lapisan yang menutup permukaan air dan dapat
merugikan, karena penetrasi sinar matahari ke dalam air
berkurang serta lapisan minyak menghambat pegambilan
oksigen dari udara sehingga oksigen terlarut menurun. Untuk
air sungai kadar maksimum lemak dan minyak 1 mg/l.
f. Nitrogen Amoniak (NH3-N)
Amoniak berupa gas yang berbau tidak enak sehingga 20
kadarnya harus rendah, pada air minum kadarnya harus nol
sedangkan air surgai kadarnya 0.5 mg/l.
g. Merkuri

19
Merkuri merupakan elemen alami, oleh karena itu sering
mencemari lingkungan. Sebagian besar merkuri yang terdapat
di alam dalam bentuk gabungan dengan elemen lainnya.
Komponen merkuri banyak terdapat di karang-karang, tanah,
udara, air dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia dan
biologi yang kompleks.
Pengaruh merkuri bagi kesehatan adalah menghambat kerja
enzim dan menyebabkan kerusakan sel karena kemampuan
merkuri untuk terikat dengan grup yang mengandung sulfur di
dalam molekul yang terdapat di dalam enzim dan dinding sel.
Keadaan ini mengakibatkan aktifitas enzim dan reaksi kimia
yang dikatalis oleh enzim di dalam tubuh terhambat.
Kerusakan tubuh disebabkan oleh merkuri biasanya bersifat
permanent dan belum dapat disembuhkan.
h. Timbal
Polusi timbal dapat terjadi di udara, di air maupun di dalam
tanah. Timbal banyak digunakan dalam produksi baterai. Daya
racun timbale di dalam tubuh adalah penghambatan enzim
oleh ion-ion Pb2+. Enzim yang diduga dihambat adalah enzim
yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin.
Penghambatan tersebut disebabkan terbentuknya ikatan yang
kuat antara Pb2+ dengan grup sulfur yang terdapat di dalam
asam-asam amino dari enzim tersebut.
i. Radioaktif
Uranium dan produk-produk pemecahannya merupakan salah
satu contoh elemen yang mempunyai inti sangat tidak stabil.
Disintegrasi atau pemecahan inti tersebut akan menghasilkan
emisi radioaktif yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup.
j. Arsen
Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna
keperakan dan sangat toksik. Arsen didapat di alam dalam
jumlah yang sangat terbatas. Arsen sudah sejak lama

20
digunakan untuk racun tikus. Keracunan arsen secara akut
pada manusia dapat menimbulkan muntaber, disertai dengan
darah, disusul dengan koma dan bila dibiarkan dapat
menimbulkan kematian. Secara kronis keracunan arsen dapat
menimbulkan anorexia, mual, diare, alergi, dan cacat bawaan.
k. Barium
Barium (Ba) adalah sejenis metal berwarna putih. Barium
digunakan dalam industri gelas, keramik, tekstil, cat, plastic
dan lain-lain. Keracunan Ba dapat menghentikan otot-otot
jantung dalam waktu 1 jam. Pada fase akhir keracunan
biasanya terjadi kelumpuhan urat saraf.
l. Besi
Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih
keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe dibutuhkan dalam
tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Fe dalam dosis besar
dapat menimbulkan kerusakan dinding usus, dan kerusakan
dinsing usus ini dapat menimbulkan kematian. Debu Fe juga
dapat menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.
m. Flourida
Flourida (F) adalah senayawa Flour. F adalah halogen yang
sangat reaktif, karenanya di alam selalu didapat dalam bentuk
senyawa. Keracunan F secara kronis menyebabkan orang
menjadi kurus, pertumbuhan terganggu dan gangguan
pencernaan yang disertai dehidrasi.
n. Cadmium
Cadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih
keperakan. Cd didapat pada industri alloy, pemurnian Zn,
pestisida dan lain-lain. Keracunan Cd secara akut
menyebabkan gejala gasterointestinal dan penyakit ginjal dan
pada fase lanjut menyebabkan pelunakan dan fraktur (patah)
tulang-tulang punggung.
o. Khromium

21
Khromium (Cr) adalah metal berwarna kelabu dank eras. Cr
digunakan dalam industri gelas, metal, fotografi, dan
electroplating. Khronium sendiri sebetulnya tidak beracun,
tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif yang dapat
menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lender.
Inhalasi Cr dapat menimbulkan kerusakan tulang hidung. Di
dalam paru-paru Cr dapat menimbulkan kanker
p. Natrium
Natrium elemental (Na) sangat reaktif, karenanya apabila
berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa.
Natrium bagi tubuh bukan merupakan benda asing, namun
toxitasnya tergantung pada gugus senyawanya. NaOH atau
hidroxida sangat korosif.

q. Nitrat, Nitrit
Nitrat dan Nitrit dalam jumlah besar dapat menimbulkan diare
campur darah, disusul oleh konvulsi (gerakan yang tidak
terkendali pada otot-otot yang menyebabkan kekejangan pada
bagian tubuh) disusul koma dan bila tidak ditolong akan
menyebabkan kematian
r. Seng
Seng (Zn) adalah metal yang didapat pada industri alloy,
keramik, kosmetik, pigmen dan karet. Toxitas Zn pada
hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses
metabolisme, tapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Di
dalam air minum Zn akan menimbulkan rasa kesat dan dapat
menimbulkan muntaber.
s. Tembaga
Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan
tubuh manusia, tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan
gejala gangguan Ginjal dan Hati, muntaber, pusing kepala,

22
lemah, anemia, kramp, konvulusi, shock, koma dan dapat juga
menyebabkan kematian.

Dalam perhitungan Indikator Kualitas Lingkungan Hidup Tahun


2019 terdapat 1 komponen indeks yang dikembalikan lagi
perhitungannya seperti tahun 2012-2014 yaitu Indeks Kualitas Air
(IKA) dengan 7 Parameter yang dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 2.2
Indikator dan Parameter IKLH

Perhitungan IKA Kembali menggunakan metode indeks


pencemaran dengan konsep semakin tinggi nilai indeks pencemar
semakin buruk kualitas airnya. Metode ini dapat mementekuan status
mutu air dengan satu seri data sehingga tidak banyak membutuhkan
biaya dan waktu. Baku Mutu yang digunakan dalam analisis indeks
pencemaran adalah klasifikasi baku mutu air kelas II berdasarakan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.

D. Baku Mutu Air Sungai

23
Berikut ini baku mutu air sungai sesuai berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

Tabel 2.3
Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya

24
25
E. Penyebab Terjadinya Pencemaran Sungai
Pencemaran air sungai dapat disebabkan oleh faktor – faktor
berikut ini, yaitu:
1. Pencemaran Sungai yang Disebabkan oleh Alam
a. Desposisi Asam, Kelebihan zat asam pada sungai akan
mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan. Jenis
plankton dan invertebrata merupakan mahkluk yang paling
pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Jika sungai
memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan

26
hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai
makanan, yang secara signifikan berdampak pada
keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua sungai yang
terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah
ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu
menetralkan keasaman.
b. Kebakaran Hutan, Kebakaran hutan memang tidak secara
signifikan menyebabkan perubahan kualitas air di sungai,
namun kebakaran hutan bisa menyebabkan terganggunya
ekosistem makhkluk hidup yang ada di sungai yang
disebabkan faktor asap. Tebalnya asap menyebabkan
matahari sulit untuk menembus dalamnya lautan. Pada
akhirnya hal ini akan membuat beberapa spesies tumbuhan
yang hidup di sungai menjadi sedikit terhalang untuk
melakukan fotosintesa dan ikan-ikan sulit bernafas karena
kandungan CO2 yang berlebih.
c. Letusan Gunung Berapi, letusan gunung berapi menyebabkan
sungai atau danau tercemar karena bebatuan serta materi-
materi yang terbawa dari gunung mengendap di sungai. Jika
materi yang mengendap bervolume besar, maka hal ini
menyebabkan ikan-ikan mati bila tertumpuk oleh bebatuan
tersebut. Selain itu, materi-materi yang bervolume kecil
menyebabkan sungai keruh dan mempengaruhi ekosistem di
sungai.
d. Endapan Hasil Erosi, Tebalnya lumpur yang terbawa erosi
akan mengalami pengendapan di bagian hilir sungai.
Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai
bersangkutan akibat erosi yang terus menerus. Ketika air
hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan lajunya
maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di
atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang ada.
Akibatnya adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan

27
terus berulang apabila ada hujan di atas gunung ataupun di
hulu sungai sana.
2. Pencemaran Sungai yang Disebabkan oleh Ulah Manusia
a. Limbah Industri, Limbah industri sangat potensial sebagai
penyebab terjadinya pencemaran air sungai. Pada umumnya
limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan
berbahaya dan beracun. Menurut PP 18 tahun 99 pasal 1,
“Limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat
mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga
membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk lainnya.”. Karakteristik limbah B3 adalah
korosif/ menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak,
bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/ penyakit.
Limbah industri yang berbahaya antara lain yang mengandung
logam dan cairan asam. Misalnya limbah yang dihasilkan
industri pelapisan logam, yang mengandung tembaga dan
nikel serta cairan asam sianida, asam borat, asam kromat,
asam nitrat dan asam fosfat. Limbah ini bersifat korosif, dapat
mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada manusia
menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu
pernafasan dan menyebabkan kanker. Logam yang paling
berbahaya dari limbah industri adalah merkuri atau yang
dikenal juga sebagai air raksa (Hg) atau air perak. Limbah
yang mengandung merkuri selain berasal dari industri logam
juga berasal dari industri kosmetik, batu baterai, plastik dan
sebagainya. Di Jepang antara tahun 1953 - 1960, lebih dari
100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi ikan
yang berasal dari Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri
yang bearasal dari sebuah pabrik plastik. Senyawa merkuri
yang terlarut dalam air masuk melalui rantai makanan, yaitu
mula-mula masuk ke dalam tubuh mikroorganisme yang

28
kemudian dimakan yang dikonsumsi manusia. Bila merkuri
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan,
dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan
pada anak-anak dapat menyebabkan Pink Disease/
acrodynia, alergi kulit dan mucocutaneous lymph node
syndrome.
b. Limbah Pemukiman, Limbah pemukiman mengandung limbah
domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta
deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat
diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa
sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan
sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas atau kaca,
kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah
ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri. Sampah organik yang
dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah
oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri
untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik
yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan
menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga,
yang menghasilkan oksigen. Tentunya anda pernah melihat
permukaan air sungai atau danau yang ditutupi buih deterjen.
Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial
mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga
menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar
diuraikan oleh bakteri sehingga tetap aktif untuk jangka waktu
yang lama. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga
meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau.
Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng
gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang
tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau
sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya
matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses

29
fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses
pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan
pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan
pendangkalan.
c. Limbah Pertanian, Pupuk dan pestisida biasa digunakan para
petani untuk merawat tanamannya. Namun pemakaian pupuk
dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah
pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang
pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok.
Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan
dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen.
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida
atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai.
Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau
manusia orang yang memakannya akan keracunan. Untuk
mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang
berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta
bersifat biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan
melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan
membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik
yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air
(eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan
air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan
mengancam kelestarian bendungan. bendungan akan cepat
dangkal dan biota air akan mati karenanya.
d. Limbah Rumah Sakit, limbah rumah sakit adalah semua
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan
kegiatan penunjang lainnya. Limbah rumah sakit bisa
mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung
pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan
sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung
bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan

30
parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah
padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,
sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah- limbah
tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme
patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang
menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke
lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik
pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan
penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta
penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih
buruk (Said, 1999).
e. Limbah Pertambangan, Limbah pertambangan seperti
batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi,
yang dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang
mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi
asam. Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan
karang/ kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari
batuan tersebut. Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang larut
terbawa air akan memberi efek terjadinya air sadah, yang
tidak bisa digunakan untuk mencuci karena sabun tidak bisa
berbuih. Bila dipaksakan akan memboroskan sabun, karena
sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan Mg
mengendap. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa
menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga
air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan
kehidupan akuatik.
Selain pertambangan batubara, pertambangan lain yang
menghasilkan limbah berbahaya adalah pertambangan emas.
Pertambangan emas menghasilkan limbah yang mengandung
merkuri, yang banyak digunakan penambang emas tradisional
atau penambang emas tanpa izin, untuk memproses bijih
emas. Para penambang ini umumnya kurang mempedulikan

31
dampak limbah yang mengandung merkuri karena kurangnya
pengetahuan yang dimiliki.
Biasanya mereka membuang dan mengalirkan limbah
bekas proses pengolahan pengolahan ke selokan, parit, kolam
atau sungai. Merkuri tersebut selanjutnya berubah menjadi
metil merkuri karena proses alamiah. Bila senyawa metil
merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui media air,
akan menyebabkan keracunan seperti yang dialami para
korban Tragedi Minamata.
F. Dampak Pencemaran Sungai
Pencemaran sungai dapat berdampak sangat luas, misalnya
dapat meracuni air minum. Pencemaran sungai menjadi penyebab
ketidakseimbangan ekosistem sungai, pengrusakan hutan akibat
hujan asam, dsb.
Di badan air, seperti sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari
kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air
yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi. Ledakan pertumbuhan
tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya digunakan bersama
oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman
air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen.
Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.
Menurut Triastuti,2008:01 pencemaran air sungai di Indonesia
membawa dampak negatif yang beraneka ragam. Diantaranya adalah:
1. Meracuni Sumber Air Minum
Misalnya air yang tercemar oleh logam-logam berat yang masuk
ke dalam tubuh melalui minuman dapat tertimbun dalam organ-
organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa, saluran pencernaan
lainnya sehingga mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
Selain itu pencemaran yang disebabkan oleh zat radioaktif dapat
menyebabkan penyakit kanker serta merusak sel dan jaringan
tubuh lainnya.
2. Mengakibatkan Penularan Penyakit

32
Yaitu air yang tercemar oleh virus dan bakteri. Misalnya bakteri
coli yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan
(disentri, kolera, diare, types) atau penyakit kulit.
3. Merusak ekosistem air (membunuh ikan-ikan dan organisme
dalam air lainnya)
Yaitu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Disebabkan karena penguraian sampah organik yang dalam
penguraiannya memerlukan banyak oksigen sehingga
kandungan oksigen dalam air menjadi semakin sedikit yang
mengakibatkan ikan-ikan dan organisme dalam air
kekurangan oksigen dan akhirnya mengakibatkan kematian.
b. Bahan pencemaran organik yang tidak dapat diuraiakan oleh
mikroorganisme sehingga akan menggunung dan
mencemari air sungai yang dapat mengganggu kehidupan
dan kesejahteraan makhluk hidup di dalamnya
c. Bahan pencemaran berupa makanan tumbuh-tumbuhan
yang dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dan
tumbuhan air separti enceng gondok dengan pesat sehingga
menutupi permukaan air yang mengakibatkan kadar oksigen
dan sinar matahari berkurang karena terhalang dan tidak
dapat masuk ke dalam air sehingga mengganggu kehidupan
akuatik (organisme, ikan, dan tanaman dalam air).
d. Bahan pencemaran berupa kondisi (misalnya panas) yang
menyebabkan suhu air meningkat sehingga tidak sesuai
untuk kehidupan akuatik
e. Tanaman, ikan dan organisme yang mati ini akan terurai
menjadi senyawa-senyawa organik yang dalam proses
penguraiannya memerlukan banyak oksigen sehingga terjadi
penurunan kadar oksigen dalam air.
f. Bahan pencemaran berupa endapan/sedimen yang
menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari

33
berkurang, air kurang mampu mengasimilasi sampah
sehingga mengganggu kehidupan akuatik.
4. Mengakibatkan terjadinya bencana alam
Seperti banjir yang diakibatkan karena tersumbatnya aliran
sungai oleh sampah masyarakat sehingga merugikan kehidupan
masyarakat itu sendiri dan makhluk hidup lain di sekitarnya.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori


(KLH, 2004), antara lain:
1. Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga
akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan
oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain
itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang
juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air
secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga
terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari
industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme,
apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
2. Dampak Terhadap Kualitas Air
Pencemaran sungai dapat menyebabkan penurunan kualitas air.
Sungai yang belum tercemar memiliki air yang jernih, pH netral,
tidak berbau dan bisa diminum lansung. Di pedesaan pada
umumnya masyarakat mempergunakan sungai tersebut untuk
mandi, tetapi pada masa sekarang sudah jarang dijumpai
fenomena tersebut. Hal ini disebabkan banyaknya sungai-sungai
yang sudah tercemar sehingga sungai sulit dimanfaatkan untuk
kebutuhan sehari-hari. Sungai yang tercemar biasanya dilihat
dari warnanya sudah tidak jernih (keruh) dan pH-nya sudah tidak
netral lagi, akibatnya air sungai sudah tidak layak dikonsumsi

34
karena kualitas airnya yang menurun. Salah satunya
pencemaran sungai yang disebabkan oleh tinja dan sampah. Hal
ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tumbuhan air
karena sampah dapat menghalangi sinar matahari yang masuk
ke dalam air, sedangkan tinja dapat menyebabkan tumbuhan
kekurangan oksigen, akibatnya tumbuhan air tersebut sulit untuk
berfotosintesis.

3. Dampak Terhadap Kesehatan


Pencemaran sungai dapat menjadi media hidup suatu vektor
penyakit. Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori
water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh
air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-
penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat
masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang
dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan
metazoa.
4. Dampak Terhadap Estetika Lingkungan
Pencemaran sungai dapat mengurangi estetika lingkungan
karena dilihat dari fisiknya sungai yang berisi sampah-sampah
dan warna yang keruh mngurangi keindahan sungai tersebut
saat sebelum sungai tersebut tercemar. Jika semakin banyaknya
zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan seperti sungai,
maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya
ditandai dengan bau yang menyengat dan warna yang tidak
jernih lagi. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan
tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen
atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat
banyak dan menyebabkan air tersebut bersifat sadah.

35
BAB III
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUNGAI

A. Pencegahan Pencemaran Sungai


Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sungai sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air
yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan pengendalian.
Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air
agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah dan memenuhi baku
mutu. Adapun usaha pencegahan air ini bukan merupakan proses
yang sederhana, tetapi melibatkan beberapa faktor diantaranya:
1. Menjaga ketersediaan air dan tidak merusak atau mengekploitasi
sumber mata air agar tidak tercemar. Dengan menggunakan air
dengan bijaksana dan mengurangi penggunaan air yang kurang
berguna dan gunakan dalam jumlah yang tepat. Contohnya
dengan tidak menggunakan sungai untuk mencuci mobil, truk, dan
kendaraan lain, tidak menggunakan sungai sebagai wahana air
dan tempat tinggal jika mengakibatkan tercemar atau
terhambatnya aliran air sungai.
2. Menciptakan tempat pembuangan sampah yang cukup dan
memadai. Hal ini mutlak dilakukan agar sistem pembuangan
sampah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Sampah menjadi
kontribusi tertinggi dalam pencemaran air. Jika masalah sampah

36
dapat segera diatasi maka pencemaran air pun juga akan teratasi
dengan cepat.
3. Tidak membuang sampah ke sungai. Hal ini dapat dikarenakan
tidak adanya fasilitas pembuangan sampah yang layak dan
mencukupi terutama di kota-kota besar. Banyak masyarakat yang
tidak sadar lingkungan membuang sampah seeaknya ke sungai.
Padahal, jelas diketahui bahwa sungai bukanlah tempat sampah.
Selain menyebabkan banjir karena menghalangi saluran air,
sampah yang dibuang ke sungai menyebabkan air di dalamnya
ikut tercemar. Hal ini dapat mengancam kehidupan mahluk hidup
yang tinggal didalamnya.
4. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga
5. Pembuatan sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber
air yang bersih lainya tidak tercemar.
6. Menggunakan pupuk seperlunya. Penggunaan pupuk yang
berlebihan pada tanaman membuat kelebihan pupuk tersebut ikut
terbawa air. Hal ini akan membuat tumbuhan air seperti eceng
gondok bertambah banyak dan pertumbuhannya menjadi tak
terkendali. Jika jumlahnya banyak sinar matahari tidak mampu
menembus ke dalam air sehingga menyebabkan hewan maupun
organisme lainnya tidak dapat bertahan hidup.
7. Memilih detergen yang ramah lingkungan. Air bekas cucian
maupun air limbah rumah tangga tentu akan dialirkan begitu saja
ke dalam aliran air. Hal ini dapat mencemari air. Apalagi, detergen
maupu sabun juga terbuat dari bahan kimia dan tidak ramah untuk
lingkungan.

B. Penanggulangan Pencemaran Air Sungai  


Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan mulai dari
pengenalan dan pengertian yang baik oleh perilaku masyarakat.
Menurut Prawirohartono (2000) “perubahan perilaku masyarakat

37
secara alami, ekosistem air dapat melakukan ‘rehabilitasi’ apabila
terjadi pencemaran terhadap badan air”.
Penanggulangan atau pengendalian pencemaran di Indonesia
telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air.
Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi
ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan
Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui
Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya
untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari
kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara
bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-
sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman
di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH,
2004).
Penanggulangan dilakukan secara teknis dan non teknis.
Penanggulangan secara non teknis yaitu suatu usaha untuk
mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan
peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga
tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya
dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri
yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan
pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin.
Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada
perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan
mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang
dapat megurangi pencemaran.
Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan
cara mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan
setiap hari. Selain itu, kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan
mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Kita pun perlu

38
memperhatikan bahan Kimia yang dibuang dari sampah rumah
tangga. Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan
tindakan yang bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang
dikonsumsi.
Dalam menyikapi permasalahan pencemaran air ini, terdapat
beberapa cara penanggulangannya. Menurut Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat (2001) di
antaranya sebagai berikut.
1. Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan
Lingkungan
2. Mengurangi beban pencemaran badan air oleh industri dan
domestik.
3. Mengurangi beban emisi dari kendaraan bermotor dan industri.
4. Mengawasi pemanfaatan B3 dan pembuangan limbah B3.
5. Mengembangkan produksi yang lebih bersih (cleaner production)
dan EPCM (Environmental Pollution Control Manager).
6. Program Rehabilitasi dan Konservasi SDA dan Lingkungan Hidup
7. Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis.
8. Menanggulangi kerusakan lahan bekas pertambangan, TPA, dan
bencana.
9. Meningkatkan konservasi air bawah tanah.
10. Rehabilitasi dan konservasi keanekaragaman hayati.

Dalam penanganan pencemaran sungai, Menteri LHK sebut


sudah tetapkan Surat Keputusan (SK) terkait Daya Tampung Beban
Pencemaran (DTBP) untuk tujuh sungai, yaitu Sungai Ciliwung,
Cisadane, Citarum, Bengawan Solo, Brantas, Kapuas, dan Siak. Guna
dari SK tersebut adalah untuk menghitung tingkat beban pencemaran
sungai yang terjadi sehingga dapat merancang proyeksi penurunan
beban pencemaran kedepannya.
KLHK telah memiliki program untuk mendorong percepatan
pengendalian pencemaran Sungai Citarum, seperti program

39
penurunan beban pencemar industri, stasiun pemantauan kualitas air
secara otomatis, kontinyu, dan online, penanganan sampah terpadu,
serta dukungan penegakan hukum.
Kemudian untuk pencemaran di Sungai Cisadane yang
membentang dari Kabupaten Bogor hingga Kabupaten Tangerang,
berdasarkan data awal diketahui bahwa kondisi kualitas air Sungai
Cisadane aktual berada pada kelas IV yang merupakan kelas
terendah kualitas air sungai. 
Hampir sama dengan Sungai Citarum, pencemaran pada Sungai
Cisadane juga didominasi oleh pencemar domestik yang angkanya
mencapai 83,99%, disusul pencemar industri (8,39%), pencemar
peternakan (3,94%), pencemar pertanian (2,46%), pencemar
prasarana dan jasa (0,71%) dan pencemar perikanan (0,51%).
Rencana Aksi dari KLHK dalam mengatasi pencemaran di Sungai
Cisadane adalah dengan tiga aksi, yaitu aksi pengendalian
pencemaran, aksi pengelolaan sampah terpadu, dan pemberdayaan
masyarakat dan kemitraan.
Selanjutnya untuk pencemaran di Sungai Ciujung, yaitu sungai
yang membentang sepanjang 142 km dari Kabupaten Lebak,
Kabupaten Pandeglang hingga Kabupaten Serang, KLHK
menemukan data awal tahun 2017 jika kondisi Sungai Cisadane
masuk kategori tercemar berat.
Untuk itu KLHK bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) akan terus menerus melakukan pemantauan DTBP air di
Sungai Ciujung, serta juga melakukan pembinaan industri di
sepanjang aliran baik yang skala besar dengan pendekatan PROPER
maupun industri skala kecil dengan sosialisasi dan bimbingan teknis
pengelolaan limbah skala kecil.
Dibutuhkan berbagai program untuk dapat meningkatkan kualitas
air, sehingga perlu dilakukan diagnosis yang benar dengan
memperhatikan penyebab dan sumber pencemaran yang ada.

40
Strategi detail yang perlu dilakukan untuk mencapai target perbaikan
Tahun 2020 adalah:
1. Penetapan target peningkatan IKA pada masing-masing provinsi
yang didukung target kab/kota.
2. Peningkatan koordinasi dalam perencanaan, penyiapan data dan
upaya peningkatan IKA antar Pemerintah (Ditjen di lingkungan
KLHK), dan Pemda (Pemprov, Pemkab, dan Pemkot)
3. Peningkatan peran dunia usaha untuk pelaksanaan pembuangan
air limbah ke badan air sesuai dengan perizinan yang ditetapkan.
4. Peran pemerintah dlaam pengawasan dan penegakan hukum
pengelolaan air limbah industry, dometik, dan Usaha Skala Kecil
(USK)
5. Perlunya peningkatan penyediaan sarana dan prasarana
pengelolaan air limbah domestik dan UDK khususnya untuk
masyarakat.

Dalam Rencana Strategis KLHK Tahun 2020-2024 disebutkan


bahwa untuk mengendalikan pencemaran air dilaksanakan dengan
strategi:
1. pembangunan stasiun pemantauan kualitas air sungai yang
beroperasi secara kontinyu (ONLIMO) pada sungai prioritas;
2. fasilitasi pembangunan pengolahan air limbah di sungai Citarum;
3. pemantauan kinerja pengendalian pencemaran air terhadap
usaha dan/atau kegiatan (perusahaan);
4. meningkatkan pengawasan effluent IPAL pada unit usaha
dan/atau kegiatan pada sumber pencemar; dan
5. pendataan dan penilaian untuk mengetahui profil indeks kualitas
air.

Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun social


(kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang

41
akan mempengaruhi tingkat pencemaran dimanapun kita berada.
Walaupun demikian, langkah pencegahan lebih efektif dan bijaksana.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa
pencemaran akan berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih
ditingkatkan, sehingga akan didapat sumber air yang aman, bersih
dan sehat.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pencemaran air sungai adalah peristiwa masuknya zat, energi,
unsur, atau komponen lainnya kedalam air sungai sehingga
menyebabkan turunnya kualitas air sungai yang terganggu
ditandai dengan perubahan bau yang menyengat, rasa, dan
warna yang keruh.
2. Secara umum penyebab pencemaran sungai dikelompokkan
menjadi limbah industri, limbah pemukiman, limbah pertanian,
limbah pertambangan, dan limbah rumah sakit.
3. Bahan pencemaran sungai dapat dikelompokkan menjadi
sampah, bahan buangan padat, bahan pencemar penyebab
penyakit, bahan pencemar senyawa anorganik/mineral, bahan
pencemar oganik, bahan pencemar zat radioaktif, bahan
pencemar endapan/sedimen, bahan pencemar berupa kondisi.
4. Pencegahan pencemaran sungai antara lain tidak membuang
sampah penggunaan detergen secukupnya, penggunaan pupuk

42
dan pestisida secukupnya, setiap industri atau pabrik
menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), reboisasi,
pengomposan sampah organik, dan pendaurulangan sampah
anorganik.
5. Penanggulangan pencemaran sungai antara lain melakukan
pengelolaan sampah seperti melakukan pengomposan sampah
organik dan mendaur ulang sampah anorganik dan limbah
industri. Selain itu kita bisa melakukan program kali bersih
(PROKASIH) untuk menanggulangi sungai-sungai yang tercemar.
6. Untuk mengendalikan pencemaran air dilaksanakan dengan
strategi:
a. pembangunan stasiun pemantauan kualitas air sungai yang
beroperasi secara kontinyu (ONLIMO) pada sungai prioritas;
b. fasilitasi pembangunan pengolahan air limbah di sungai
Citarum;
c. pemantauan kinerja pengendalian pencemaran air terhadap
usaha dan/atau kegiatan (perusahaan);
d. meningkatkan pengawasan effluent IPAL pada unit usaha
dan/atau kegiatan pada sumber pencemar; dan
e. pendataan dan penilaian untuk mengetahui profil indeks
kualitas air.

B. Saran
Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk menangani
pencemaran air sungai ini namun semua itu tidak ada artinya bila kita
sendiri sebagai masyarakat tidak mendukung terciptanya lingkungan
yang bersih dan nyaman. Untuk itu marilah kita jaga dan lestarikan
sungai kita dari hal terkecil seperti tidak membuang sampah ke
sungai. Dengan begitu kita ikut membantu pemerintah untuk
menanggulangi sungai-sungai kita yang tercemar. Melestarikan alam
adalah kewajiban kita sebagai pelajar dan generasi penerus.

43
DAFTAR PUSTAKA

Anneahira.2010. Cara Mencegah Penemaran Air, (Online),


(www.anneahira.com/cara-mencegah-pencemaran-air.html,

Anonim.2011.Makalah Pencemaran Air.Bogor: http://fifteen-15-


fifteen.blogspot.com, Artikel Desember 2012,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018 Penanganan Pencemaran


Sungai Citarum, Cisadane Dan Ciujung. PPID | Kementrian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan | KLHK Jelaskan Penanganan Pencemaran Sungai
Citarum, Cisadane dan Ciujung (menlhk.go.id)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan .2021. Penyeban 59 Persen


Sungai di Indonesia Tercemar Berat KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen
Sungai di Indonesia Tercemar Berat - Bisnis Tempo.co

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2020. Indeks Kualitas


Lingkungan Hidup 2019.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2020. Rencana Strategis


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2020-2024

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2021. Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Vika Azkiya Dihni. 2022. Pencemaran Air Terjadi di 10 Ribu Desa/Kelurahan


Indonesia Pencemaran Air Terjadi di 10 Ribu Desa/Kelurahan Indonesia |
Databoks (katadata.co.id)

44

Anda mungkin juga menyukai