Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH EKONOMI KESEHATAN

PERKEMBANGAN ASURANSI SWASTA DI INDONESIA

Disusun Oleh:
Ria Kristalina Suprabandini
205059025

Dosen Pengampu:
Samingan SE, M.Kes

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Perkembangan Asuransi Kesehatan Swasta di Indonesia”
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kamu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah
ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon maaf. Atas
perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, 11 Juli 2022

Ria Kristalina Suprabandini

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iv
BAB I...............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan penulisan...................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
A. Sejarah Asuransi Kesehatan.................................................................................................3
B. Pengertian Asuransi Kessehatan...........................................................................................5
C. Jenis dan Manfaat Asuransi Kesehatan................................................................................7
D. Prinsip Dasar Asuransi.......................................................................................................11
BAB III..........................................................................................................................................13
A. Perkembangan Asuransi Kesehatan Swasta.......................................................................13
B. Peran Pemerintah Dalam Asuransi Kesehatan...................................................................17
BAB IV..........................................................................................................................................19
A. Kesimpulan.........................................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pertumbuhan SJK 2018.................................................................................... 14


Gambar 1.2 Indeks Inklusi Keuangan di Indonesia (2016&2019) ...................................... 15
Gambar 1.3 Indeks Literasi Keuangan di Indonesia(2016&2019) ...................................... 15
Gambar 1.4 Layanan Konsumen OJK terkait Asuransi Kesehatan .................................... 16
Gambar 1.5 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perasuransian 2015-2019 .......................... 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting bagi semua manusia, tanpa kesehatan
yang baik maka manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Menurut
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, sehat adalah keadaan sehat baik
secara fisik, mental, spiritual, maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara social dan ekonomis.
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Mencapai kesehatan yang
baik adalah kehendak semua yang terlibat. Bahkan dengan hati-hati, bahaya tidak dapat
sepenuhnya dihindari. Penyakit, kecelakaan, kematian, kebakaran, gempa bumi, pencurian
dan tindakan criminal adalah situasi berbahaya yang dihadapi dalam kehidupan. Konsekuensi
dari bahaya tersebut dapat berkisar dari perasaan tidak menyenangkan hingga bencana besar.
Oleh karena itu, risiko tersebut dapat diasuransikan melalui asuransi kesehatan.
Pemahaman tentang asuransi kesehatan di Indonesia masih sangat berbeda, dan setiap
orang, mulai dari bayi baru lahir hingga orang dewasa dan pemilik masa depan,
membutuhkan asuransi untuk dirinya sendiri. Asuransi sangat penting di dunia untuk
melindungi rumah tangga biaya perawatan kesehatan di rumah sakit mengingat pentingnya
asuransi bagi semua orang, makalah ini akan menjelaskan lebih tentang asuransi kesehatan
swasta di Indonesia.
Secara umum pengeluaran kesehatan asuransi swasta negara-negara di dunia sekitar
4,7% dari pengeluaran kesehatan di luar investasi (CHE) pada tahun 2014 (WHO, 2017).
Total belanja asuransi swasta di tahun 2015 sekitar 3,9% dari pengeluaran kesehatan
Indonesia (di luar investasi) (NHA-Indonesia, 2017). Tidak banyak literature atau publikasi
tentang perkembangan asuransi kesehatan swasta di Indonesia. Oleh sebab itu tulisan ini
difokuskan pada asuransi kesehatan yang diselenggarakan oleh swasta.
Asuransi kesehatan komersil di Indonesia itu sudah ada sejak 1970, tetapi evolusinya
sangat lambat hingga 1992 karena sadar hokum yang tidak jelas. Pada saat itu, asuransi
kesehatan dijual sebagai produk tumpangan (rider) oleh perusahaan asuransi kerugian.
Sedangkan perusahaan asuransi jiwa tidak jelas dapat menjual atau tidak produk tersebut.

1
Dengan dikeluarkannya UU Nomor 2 tahun 1992 tentang asuransi, maka baik asuransi
kerugian maupun asuransi jiwa boleh menjual produk asuransi kesehatan. Faktor lain yang
menyebabkan pertumbuhan asuransi adalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Basuki &
Iskandar, 2013). Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia mengalami percepatan saat
diterbitkannya PP Nomor 14 tahun 1993 tentang Jamsostek, didalamnya dijelaskan pihak
perusahaan diberikan pilihan untuk ikut atau tidak program PT Jamsostek. Ternyata banyak
perusahaan yang lebih memilih membeli asuransi kesehatan dari swasta dibandingkan dari
PT Jamsostek (Thabrany, 2014)

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud asuransi kesehatan?


2. Apakah manfaat dari asuransi kesehatan?
3. Bagaimana prinsip asuransi kesehatan?
4. Bagaimana perkembangan asuransi kesehatan swasta?
5. Apakah peranan pemerintah dalam asuransi kesehatan?

C. Tujuan penulisan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tulisan ini bertujuan untuk mengupas
mengenai Asuransi Kesehatan Swasta. Secara khusus akan dibahas tentang manfaat serta
konsep ansuransi kesehtan yang tentu saja tidak lepas dari pengertian dan prinsip asuransi
kesehatan swasta. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai auransi keseahan dan
perkembangan asuransi kesehatan swasta di Indonesia serta peran pemerintah dalam asuransi
kesehatan diharapkan kita dapat ikut dalam kepesertaan asuransi kesehatan dimana asuransi
kesehatan penting dalam kehidupan menjaga kesehatan keluarga dan bangsa ini.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sejarah Asuransi Kesehatan

Penerapan prinsip-prinsip dasar asuransi telah dipraktikkan oleh berbagai peradaban


di seluruh dunia selama ribuan tahun. Ia terus berkembang seiring dengan perkembangan
peradaban, meningkatnya kebutuhan akan keselamatan masyarakat, dan frekuensi bencana.
Di Indonesia, perkembangan jaminan kesehatan diawali dengan adanya jaminan
sosial yaitu jaminan kesehatan bagi pegawai negeri sipil, disusul jaminan sosial kecelakaan
bagi pegawai swasta, dan jaminan kesehatan sosial pegawai swasta dalam program Jamsostek.
Karena semakin kompleksnya kehidupan sosial di Indonesia, kebutuhan akan biaya
pengobatan dan biaya pengobatan semakin meningkat. Berbagai sistem medis telah
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan ini.
Salah satu Lembaga Keuagan Non Bank yang berperan menjadi salah satu pilar
perekonomian nasional adalah industri perasuransian (Hwang dan Greenford, 2005). Di
China, pertumbuhan industri asuransi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
perkembangan ekonomi makro negaranya (Zhang, 2008), Hwang dan Greenford (2005).
Bahkan pertumbuhan industri asuransi berpengaruh secara positif terhadap faktor produksi,
tabungan dan akumulasi modal investasi (Arena, 2006). Hasil studi lain menunjukkan ada
hubungan kausalitas yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan
asuransi (Ward & Ã, 2002), (Mishra, 2014).
Secara umum pengeluaran kesehatan asuransi swasta negara-negara di dunia sekitar
4,7% dari pengeluaran kesehatan di luar investasi (CHE) pada tahun 2014 (WHO, 2017).
Total belanja asuransi swasta di tahun 2015 sekitar 3,9% dari pengeluaran kesehatan
Indonesia (di luar investasi) (NHA-Indonesia, 2017).
Sesungguhnya, Pemerintah Indonesia sudah mulai mencoba memperkenalkan prinsip
asuransi sejak tahun 1947, dua tahun setelah Indonesia merdeka. Seperti juga yang
berkembang di negara maju, asuransi kesehatan berkembang dimulai dengan asuransi sosial
dalam bidang kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pada waktu itu Pemerintah mewajibkan
semua perusahaan untuk mengasuransikan karyawannya terhadap kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Namun demikian, karena situasi keamanan dalam negeri pasca kemerdekaan

3
yang masih belum stabil akibat adanya berbagai pembrontakan dan upaya Belanda untuk
kembali merebut Indonesia, maka upaya tersebut belum memungkinkan untuk terlaksana
dengan baik (Thabrany, 2014)
Setelah kestabilan politik relatif tercapai, di tahun 1960 pemerintah mencoba
memperkenalkan lagi konsep asuransi kesehatan melalui undang-undang Pokok Kesehatan
tahun 1960 yang meminta Pemerintah mengembangkan ‘dana sakit’ dengan tujuan untuk
menyediakan akses pelayanan kesehatan untuk seluruh rakyat.45 Akan tetapi karena berbagai
kondisi sosial ekonomi seperti disampaikan dimuka belum kondusif, maka perintah undang-
undang tersebut sama sekali tidak bisa dilaksanakan. Pada tahun 1967, Menteri Tenaga Kerja
(Menaker) mengeluarkan Surat Keputusan untuk mendirikan Dana mirip dengan konsep
Health Maintenance Organization (HMO) atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) yang berkembang kemudian guna mewujudkan amanat undang-undang kesehatan
tahun 1960 tersebut. Mentri menetapkan iurannya sebesar 6% upah yang ditanggung majikan
sebesar 5% dan karyawan 1%.46 Sayangnya SK Menaker tersebut tidak mewajibkan, karena
memang SK Menteri tidak cukup kuat untuk mewajibkan, pengusaha untuk membayar iuran
tersebut. Akibatnya SK tersebut tidak berfungsi dan skema asuransi kesehatan tersebut tidak
pernah terwujud (Thabrany, 2014)
Sampai tahun 1968, tidak ada perkembangan yang berarti dalam bidang asuransi
kesehatan di Indonesia. Beberapa perusahaan besar dan Pemerintah memang telah
memberikan jaminan kesehatan secara tradisional (self-insured) dengan cara mengganti biaya
kesehatan yang telah dikeluarkan oleh karyawan. Upaya pengembangan asuransi kesehatan
sosial yang lebih sistematis mulai diwujudkan di tahun 1968 ketika Menteri Tenaga Kerja
(Menaker), Awaludin Djamin, mengupayakan asuransi kesehatan bagi pegawai negeri. Upaya
menyediakan asuransi kesehatan bagi pegawai negeri dan keluarganya ini merupakan skema
asuransi kesehatan sosial pertama di Indonesia. Asuransi kesehatan sosial adalah asuransi
kesehatan yang mempunyai ciri wajib diikuti oleh sekelompok penduduk (misalnya pegawai
negeri), manfaat atau paket pelayanan kesehatan yang dijamin ditetapkan oleh peraturan dan
sama untuk semua peserta, dan iuran/preminya ditetapkan dengan prosentase upah atau gaji.
Pada awalnya asuransi kesehatan pegawai negeri, yang kini lebih dikenal dengan Askes,
mewajibkan iuran sebesar 5% dari upah, namun pada perkembangan selanjutnya, iuran
diturunkan menjadi 2% yang harus dibayar oleh pegawai negeri, sementara pemerintah

4
sebagai majikan tidak membayar iuran. Baru pada tahun 2004, Pemerintah memulai mengiur
sebesar 0,5% dari gaji yang secara bertahap akan dinaikkan menjadi 2%, sehingga total iuran
asuransi kesehatan bagi pegawai negeri menjadi 4%(Thabrany, 2014)
Di bulah Februari 1992, undang-undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
disetujui DPR dan diundangkan. Undang-undang Jamsostek ini mencakupempat program
jaminan sosial yaitu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Kematian. Program JPK merupakan program
asuransi sosial yang jaminannya diberikan juga kepada anggota keluarga karyawan,
sedangkan ketiga program jaminan sosial lainnya hanya diberikan kepada karyawan. Program
JHT, di lain pihak, merupakan program tabungan, bukan program asuransi. Dalam
perkembangannya, program JPK ternyata tidak sepenuhnya diwajibkan, karena pada
Peraturan Pemerintah nomor 14/1993 disebutkan bahwa perusahaan (baca firma atau badan
usaha karena termasuk juga yayasan atau badan lain yang mempekerjakan 10 atau lebih
karyawan) yang telah atau akan memberikan jaminan yang lebih baik dari paket jaminan yang
diatur PP tersebut boleh tidak mengikuti (opt out) program JPK Jamsostek. Klausul pasal
inilah yang menyebabkan cakupan peserta program JPK Jamsostek tidak pernah besar dan
sampai pada tahun 2004 hanya sekitar 1,3 juta tenaga kerja atau beserta sekitar 1,6 juta
anggota keluarganya yang mendapatkan perlindungan JPK. Akan tetapi, program JKK
mencakup lebih banyak pekerja yaitu secara akumulatif mencapai hampir 20 juta tenaga kerja.
Namun demikian, karena dinamika perusahaan, jumlah peserta Jamsostek di tiga program
lainnya juga mengalami fluktuasi. Kendala besar yang dihadapi program Jamsostek adalah
seringnya karyawan berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain, sehingga menyulitkan
pendataan peserta. Kendala seperti ini tidak terjadi di program asuransi kesehatan pegawai
negeri. (Thabrany, 2014)

B. Pengertian Asuransi Kessehatan

Asuransi adalah mengacu pada tindakan, skema, atau bisnis yang memberikan
perlindungan finansial (atau kompensasi finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan, dan lain-
lain. dalam hal keadaan tak terduga seperti kerusakan atau penyakit yang melibatkan

5
pembayaran premi reguler selama periode waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin
perlindungannya.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia NO. 40 Tahun 2014 Tentang
Perasuransian. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau memberikan pembayaran yang didasarkan
pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana.
Selanjutnya, berdasarkan Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
Republik Indonesia, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi yang
bertujuan untuk memberi penggantian kepada penanggung karena suatu hal yang
mengakibatkan kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, semua ini
adalah hal yang mungkin akan diderita penanggung akibat suatu peristiwa tertentu.
Asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian antara dua belah pihak, dimana pihak
satu berkewajiban membayar iuran/kontribusi/premi. Pihak yang lainnya memiliki kewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran/kontribusi/premi apabila terjadi
sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang
sudah dibuat( http://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi. Diaskses pada hari Rabu, 3 6 Juli 2022).
Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Th 1992 tentang usaha perasuransian adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

6
Menurut pendapat para ahli, C. Arthur Williams dalam bukunya yang berjudul “Risk
Management and Insurance” menjelaskan bahwa asuransi adalah sebuah sistem pengaman
dari kerugian secara finansial yang dilakukan oleh pihak penanggung, Williams juga
menambahkan bahwa asuransi merupakan persetujuan yang dilakukan oleh dua orang atau
lembaga dengan tujuan mengumpulkan dana untuk mengatasi suatu bentuk kerugian dalam
bentuk finansial yang akan terjadi.
Melalui penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa asuransi kesehatan
merupakan merupakan suatu produk atau layanan yang memberikan jaminan perlindungan
kepada pihak tertanggung. Asuransi dibuat atas kesepakatan kedua belah pihak yaitu pihak
penanggung (perusahaan asuransi) dan pihak tertanggung (konsumen). Mengenai ketentuan
yang menjadi cakupan dari pertanggungan serta manfaat yang diberikan tertuang dalam suatu
dokumen perjanjian yang disebut sebagai polis. Selanjutnya, terkait segala ketentuan
mengenai dasar hukum, tata cara pelaksanaan, dan perlindungan konsumen dalam perusahaan
asuransi diatur melalui peraturan perundang-undangan

C. Jenis dan Manfaat Asuransi Kesehatan

Merupakan jenis produk asuransi yang tujuannya untuk menjamin biaya kesehatan
atau perawatan pihak tertanggung sesuai dengan kebutuhan pihak tertanggung dan atas
kesepakatan bersama dengan pihak penanggung yang tertuang dalam polis. Sejak tahun 1970,
asuransi kesehatan komersial sudah hadir di Indonesia, tetapi pada saat itu asuransi kesehatan
dipasarkan sebagai produk tumpangan (rider) oleh perusahaan asuransi kerugian.
Perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia tergolong lambat hingga tahun 1992 karena
tidak ada landasan hukum yang jelas dan perusahaan asuransi jiwa saat itu tidak dapat
memasarkan produk asuransi kesehatan.
Perkembangan asuransi kesehatan komersial di Indonesia dimulai sejak
dikeluarkannya UU Perasuransian, melalui undang-undang tersebut produk asuransi kesehatan
telah memiliki landasan hukum yang jelas dan dapat dipasarkan melalui asuransi jiwa maupun
asuransi umum.
Selanjutnya, perkembangan asuransi kesehatan tidak luput dari pertumbuhan PDB di
Indonesia serta penerbitan PP Nomor 14 Tahun 1993 tentang Jamsostek (PP Jamsostek) yang

7
didalamnya dijelaskan bahwa perusahaan diberi kebebasan memilih untuk mengikuti program
Jamsostek atau menggunakan layanan asuransi komersial, dan pada faktanya banyak dari
perusahaan yang lebih memilih produk asuransi komersial karena dapat disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan
Jenis Asuransi Kesehatan ada 10 jenis ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut :
1. Ditinjau dari hubungan ketiga komponen asuransi yaitu :
 Asuransi tripartied apabila ketiga komposnen asuransi terpisah satu sama lain dan
masing-masing berdiri sendiri
 Asuransi bipartied apabila penyelenggara pelayanan kesehatan dapat merupakan
milik atau control oleh perusahaan asuransi
2. Ditinjau dari jumlah peserta yaitu :
 Asuransi kesehatan individu (individual healt insurance) jika peserta perorangan
 Asuransi kesehatan keluarga (family healt insurance) jika pesertanya satu keluarga
 Asuransi kesehatan kelompok (group healt insurance) jika pesertanya satu
kelompok.
3. Ditinjau dari keikutsertaan anggota yaitu :
 Asuransi kesehatan wajib (Compulsory Healt Insurance), asuransi kesehatan yang
wajib diikuti oleh suatu kelompok tertentu, misalnya dalam suatu perusahaan atau
suatu daerah bahkan suatu negara.
 Asuransi kesehatan sukarela (Voluntary Healt Insurance), asuransi kesehatan yang
keikutsertaannya tidak wajib tetapi diserahkan kepada kemauan dan kemampuan
masing-masing.
4. Ditinjau dari kepemilikan badan penyelenggara yaitu :
 Asuransi kesehatan pemerintah (Government Health Insurance).Asuransi
kesehatan milik pemerintah atau pengelolaan dana dilakukan oleh pemerintah.
Keuntungan yang diperoleh khususnya bagi masyarakat kurang mampu karena
mendapat subsidi dari pemerintah. Di lain pihak, biasanya mutu pelayanan kurang
sempurna sehingga masyarakat merasa tidak puas.
 Asuransi kesehatan swasta (Private Health Insurance). Asuransi kesehatan milik
swasta atau pengelolaan dana dilakukan oleh suatu badan swasta. Keuntungan

8
yang diperoleh biasanya mutu pelayanan relatif lebih baik, sedangkan kerugiannya
sulit dilakukan pengamatan terhadap penyelenggaranya
5. Ditinjau dari peranan badan penyelenggara asuransi yaitu :
 Hanya bertindak sebagai pengelola dana Bentuk ini berkaitan dengan model
tripartied, merupakan bentuk klasik dari asuransi kesehatan. Bentuk ini akan
merugikan atau menguntungkan tergantung dari kombinasi dengan sistem
pembayaran yang dijalankan. Jika dikombinasikan dengan reimbursment, akan
merugikan. Sebaliknya jika dikombinasi dengan prepayment akan menguntungkan.
 Badan penyelenggara asuransi juga bertindak sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan. Jenis ini sesuai dengan bentuk bipartied, keuntungan yang diperoleh
adalah pengamatan terhadap biaya kesehatan dapat ditingkatkan sehingga terjadi
penghematan. Kerugiannya pelayanan kesehatan yang diberikan tergantung dari
badan penyelenggara bukan kebutuhan masyarakat.
6. Ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung yaitu :
 Menanggung seluruh jenis pelayanan kesehatan, baik pengobatan (kurative),
pemulihan (rehabilitative), peningkatan (promotive) maupun pencegahan
(preventive). Dengan demikian pelayanan yang diberikan bersifat menyeluruh
(comprehensive) dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta
sehingga peserta jarang sakit dan secara timbal balik akan menguntungkan badan
penyelenggara asuransi.
 Menanggung sebagian pelayanan kesehatan, biasanya yang membutuhkan biaya
besar, misalnya perawatan di rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang biayanya
kecil, misalnya pelayanan kesehatan di puskesmas.
7. Ditinjau dari jumlah dana yang ditanggung yaitu :
 Seluruh biaya kesehatan yang diperlukan ditanggung oleh badan penyelenggara.
Keadaan ini dapat mendorong pemanfaatan yang berlebihan oleh peserta terutama
bila keadaan peserta kurang.
 Hanya sebagian biaya kesehatan yang ditanggung oleh badan penyelenggara.
Dengan cara ini dapat mengurangi pemanfaatan yang berlebihan atau moral hazard
ditinjau dari pihak peserta karena peserta asuransi harus memberikan kontribusi
yang telah ditetapkan bila memakai layanan kesehatan (cost sharing).

9
8. Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan yaitu :
 Pembayaran berdasarkan jumlah kunjungan peserta yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan (reimbursment). Dengan demikian jumlah peserta berbanding lurus
dengan jumlah uang yang diterima oleh penyelenggara pelayanan kesehatan.
 Pembayaran berdasarkan kapitasi, yaitu berdasarkan jumlah anggota/penduduk
yang dilayani, berdasarkan konsep wilayah.
9. Ditinjau dari waktu pembayaran terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan yaitu :
 Pembayaran setelah pelayanan kesehatan selesai diselenggarakan (Retrospective
Payment), biasanya dihitung berdasarkan service by service atau patient by patient.
 Pembayaran di muka (pre payment),yaitu diberikan sebelum pelayanan
diselenggarakan, biasanya perhitungan berdasarkan kapitasi dengan pelayanan
komprehensif dengan tujuan penghematan dan mengurangi moral hazard dari
penyelenggara pelayanan kesehatan.
10. Ditinjau dari jenis jaminan yaitu :
 Jaminan dengan uang, yaitu asuransi yang membayar dengan mengganti biaya
pelayanan yang diberikan.
 Jaminan yang diberikan tidak berupa uang (Managed Care), contohnya: JPKM,
Askes.

Ada beberapa manfaat asuransi kesehatan selain mendekatkan akses masyarakat


terhadap pelayan kesehatan antara lain adalah :

1. Asuransi merubah peristiwa tidak pasti menjadi pasti dan terencana


2. Asuransi membantu mengurangi risiko perorangan ke risiko sekelompok orang dengan
cara perangkuman risiko (risk pooling). Dengan demikian terjasi subsidi silang, yang
muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit, yang kaya membantu yang
miskin.
Apabila asuransi kesehatan dapat dilaksanakan, akan diperoleh beberapa manfaat
yang secra sederhana dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Membebaskan peserta dari kesulitan menyediakan dana tunai

10
2. Biaya kesehatan dapat diawasi pengawasan yang dimaksud berupa diperlukannya berbagai
peraturan yang membatasi jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh penyedia
pelayanan dan atau yang dapat dimanfaatkan oleh peserta
3. Mutu pelayanan dapat diawasi pengawasan yang dimaksud adalah melalui penilaian
berkala terhadap terpenuhinya atau tidaknya standar minimal pelayanan

4. Tersedianya data kesehatan. Data kesehatan yang lengkap diperlukan untuk merencanakan
dan atau menilai kegiatan yang dilakukan.

D. Prinsip Dasar Asuransi

Berikut ini merupakan beberapa prinsip asuransi yang dikemukakan oleh M. Nur
Rianto (2012:226):
1. Insurable Interest

Pada prinsipnya, ada hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungjawabkan risiko


yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan
penanggung. Selain itu, sesuatu sesuatu yang dipertanggungkan itu semata-mata
menyangkut kepentingan yang menimbulkan kerugian keuangan tertanggung atas segala
sesuatu yang dipertanggungkan tersebut.

2. Utmost Good Faith (Iktikad Baik)


Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh iktikad baik. Pihak
penanggung perlu menjelaskan secara lengkap hak dan kewajibannya selama masa
asuransi. Selain itu, yang sangat perlu diperhatikan adalah perlakuan dari penanggung
pada saat risiko benar-benar terjadi kepada pihak tertanggung.
3. Indemnity
Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi risiko yang
menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Prinsip indemnity tidak dapat
dilasanakan pada asuransi kecelakaan dan kematian.

11
4. Proximate cause
Proximate cause adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan peristiwa secara
berantai atau berurutan tanpa intervensi ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan aktif
dari sumber baru dan independen.
5. Subrogation
Subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti
rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan
asuransinya mengalami kerugian.
6. Contribution (kontribusi)
Prinsip kontribusi merupakan salah satu akibat wajar dari prinsip indenmity bahwa
tertanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan
yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung meskipun
jumlah tanggungan masing-masing belum tentu sama besarnya.

12
BAB III

PERKEMBANGAN ASURANSI KESEHATAN SWASTA


DAN PERANAN PEMERINTAH DALAM ASURANSI KESEHATAN

A. Perkembangan Asuransi Kesehatan Swasta

Berdasarkan data yang diperoleh dari Berita Resmi Statistik 2018 yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, tahun 2018 merupakan tahun terbaik
pertumbuhan perekonomian di Indonesia sejak tahun 2013, di mana pertumbuhan
perekonomian mencapai angka 5,17% dan meningkat dibanding pencapaian tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 5,07% pada tahun 2017. 1 Secara umum, tingkat pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi indikator perkembangan suatu negara, selanjutnya
apabila dibandingkan dengan negara-negara anggota G20 lainnya, tercatat bahwa pada bulan
Desember tahun 2018, Indonesia menduduki peringkat keempat terkait pertumbuhan PDB.
Penelusuran lebih lanjut terhadap angka pertumbuhan PDB di Indonesia, melalui
laporan Berita Resmi Statistik 2018 diperoleh pemaparan data secara khusus mengenai
besaran kontribusi per sektor terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia pada tahun
2018. Melalui ilustrasi grafik di bawah, terlihat bahwa lima sektor yang memberikan
kontribusi terbesar PDB di Indonesia pada tahun 2018 adalah sektor industri, perdagangan,
konstruksi, pertanian, dan pertambangan. Selanjutnya, secara khusus terkait sektor jasa
keuangan dan asuransi baru memberikan kontribusi sebesar 4,17% pada total PDB di
Indonesia selama tahun 2018

13
Gambar 1.1 pertumbuhan SJK 2018, Sumber OJK(2018)

Melalui indikator di atas, terdapat temuan yang menjadi catatan khusus yaitu tingkat
pertumbuhan asuransi di Indonesia baru mencapai 2,60% pada tahun 2018.

Untuk melihat bagaimana kondisi literasi dan inklusi keuangan pada masyarakat
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan menyelenggarakan survei nasional mengenai indeks
literasi dan inklusi keuangan di Indonesia pada tahun 2019. Hasil survei nasional tersebut
menunjukkan bahwa secara keseluruhan terjadi peningkatan baik dari segi literasi maupun
inklusi keuangan dari tahun 2016 ke 2019. Indeks literasi keuangan di Indonesia meningkat
8,33% dari tahun 2016 menjadi 38,03% pada tahun 2019, sementara tingkat inklusi
meningkat 8,39% dari tahun 2016 menjadi 76,19% pada tahun 2019

Dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan 2019 yang dipublikasikan oleh Otoritas
Jasa Keuangan, terdapat pemaparan hasil survei lebih lanjut dengan melihat bagaimana
keadaan literasi dan inklusi setiap sektor jasa keuangan di Indonesia yang diilustrasikan pada
grafik di bawah

14
Gambar 1.2 Indeks Inklusi Keuangan di Indonesia (2016&2019), Sumber OJK 2019

Gambar 1.3 Indeks Literasi Keuangan di Indonesia(2016&2019), Sumber OJK 2019

Berdasarkan pemaparan data tersebut, terdapat temuan bahwa dalam Industri


Keuangan Non-Bank (IKNB) sektor perasuransian memiliki indeks literasi dan inklusi
terbaik dibandingkan sektor lainnya. Salah satu temuan menarik terkait survei literasi dan
inklusi keuangan yang dilakukan oleh OJK pada tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2016,
terjadi penurunan indeks literasi di sektor perasuransian sebesar 2,08% dari tahun 2013 ke
tahun 2016, penurunan tersebut diyakini karena perluasan wilayah survei hingga ke pelosok
daerah dan adanya persepsi masyarakat bahwa produk asuransi merupakan produk yang
digunakan oleh orang-orang yang telah memahami risiko serta mitigasi risiko tersebut.8
Dalam perkembangannya, pada survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2019
yang dilakukan oleh OJK, terjadi peningkatan baik dari indeks literasi maupun inklusi pada
sektor perasuransian. Berdasarkan pemaparan pada grafik di atas, terjadi peningkatan sebesar
3,60% pada indeks literasi dan 1,05% pada indeks inklusi di tahun 2019 pada sektor
perasuransian. Dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya untuk melakukan edukasi produk

15
asuransi terhadap masyarakat harus dilanjutkan, guna meningkatkan tingkat penetrasi
asuransi di Indonesia.

Berdasarkan statistik layanan OJK per 7 Mei 2019, terdapat 1.025 layanan terkait
asuransi kesehatan yang mencakup penerimaan informasi, pemberian informasi, serta
pengaduan. Berikut lima besar topik layanan konsumen OJK mengenai asuransi kesehatan
periode 2013 sampai dengan 7 Mei 2019

Gambar 1.4 Layanan Konsumen OJK terkait Asuransi Kesehatan


(Januari 2013-September 2019), Sumber OJK 2019

Perekonomian Indonesia pada tahun 2019, jika diukur dari Pendapatan Domestik
Bruto (PDB), meningkat 6,70% dari Rp14.837,4 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp15.833,9
triliun pada tahun 2019. Pada periode yang sama, penerimaan premi bruto industri asuransi
meningkat sebesar 11,0% dari Rp433,4 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp481,1 triliun pada
tahun 2019. Dengan demikian, rasio antara premi bruto terhadap PDB mengalami kenaikan
dari 2,92% pada tahun 2018 menjadi 3,04% pada tahun 2019

Jumlah perusahaan perasuransian yang memiliki izin usaha untuk beroperasi di


Indonesia per 31 Desember 2019 adalah 380 perusahaan, terdiri dari 151 perusahaan asuransi
dan reasuransi serta 229 perusahaan penunjang usaha asuransi (tidak termasuk Konsultan
Aktuaria dan Agen Asuransi).

16
Perusahaan asuransi dan reasuransi terdiri dari 60 perusahaan asuransi jiwa, 79
perusahaan asuransi umum, 7 perusahaan reasuransi, 2 badan penyelenggara program
jaminan sosial, dan 3 perusahaan penyelenggara asuransi wajib.

Perusahaan penunjang usaha asuransi terdiri dari 160 perusahaan pialang asuransi, 42
perusahaan pialang reasuransi, dan 27 perusahaan penilai kerugian asuransi. Gambar 1.5
berikut memperlihatkan pertumbuhan jumlah perusahaan perasuransian

Gambar 1.5 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perasuransian 2015-2019, Sumber OJK 2019

B. Peran Pemerintah Dalam Asuransi Kesehatan

Di Indonesia terdapat tiga kategori utama asuransi kesehatan yang diselenggarakan


oleh pemerintah, yaitu:

1. asuransi kesehatan untuk PNS dan anggota ABRI (Askes);


2. asuransi kesehatan untuk pekerja perusahaan swasta(Jamsostek); dan
3. dana kesehatan masyarakat dan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM).

17
Suatu negara yang kuat memiliki jaminan sosial yang kuat dan mencakup seluruh
rakyat.Peran negara dalam mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sangat besar. Negara harus mewujudkan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial melalui pengembangan sistem jaminan
sosial. Sistem ini merupakan cara sekaligus tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.

Didalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, pemerintah


mendorong untuk industri perasuransian dapat lebih mendukung masyarakat dalam
menghadapi risiko sehari-hari dan saat mereka memulai dan menjalankan kegiatan usaha.

Undang-undang Perasuransian mengatur bahwa objek asuransi di Indonesia hanya


dapat diasuransikan pada perusahaan asuransi atau perusahaan asuransi syariah, perusahaan
reasuransi, perusahaan reasuransi syariah dalam negeri.

Pemerintah atau OJK melakukan upaya untuk mendorong kapitasi asuransi dan
reasuransi dalam negeri. Dengan adanya perlindungan asuransi diharapkan akan tercipta
ketenangan bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitas dan mendorong inovasi usaha.

18
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang
polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai
imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis
karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau memberikan pembayaran yang
didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada
hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
2. jenis asuransi ditinjau dari beberapa aspek ada sepuluh yaitu ditinjau dari hubungan
ketiga komponen asuransi, ditinjau dari jumlah peserta, ditinjau dari keikutsertaan
anggota, ditinjau dari kepemilikan badan penyelenggara, ditinjau dari peranan badan
penyelenggara asuransi, ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung, ditinjau dari
jumlah dana yang ditanggung, ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan, ditinjau dari waktu pembayaran terhadap penyelenggara pelayanan
kesehatan, dan ditinjau dari jenis jaminan.
3. Manfaat asuransi kesehatan selain mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayan
kesehatan antara lain adalah : asuransi merubah peristiwa tidak pasti menjadi pasti dan
terencana, serta asuransi membantu mengurangi risiko perorangan ke risiko sekelompok
orang dengan cara perangkuman risiko (risk pooling). Dengan demikian terjasi subsidi
silang, yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit, yang kaya
membantu yang miskin.
4. Ada enam prinsip dasar asuransi adalah Insurable Interest, Utmost Good Faith (Iktikad
Baik), Indemnity, Proximate cause, Subrogation dan Contribution (kontribusi)
5. Jumlah perusahaan perasuransian yang memiliki izin usaha untuk beroperasi di
Indonesia per 31 Desember 2019 adalah 380 perusahaan, terdiri dari 151 perusahaan

19
asuransi dan reasuransi serta 229 perusahaan penunjang usaha asuransi (tidak termasuk
Konsultan Aktuaria dan Agen Asuransi) mengalami perkembangan yang baik.
6. Suatu negara yang kuat memiliki jaminan sosial yang kuat dan mencakup seluruh
rakyat.Peran negara dalam mewujudkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sangat besar. Negara harus mewujudkan
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial melalui pengembangan sistem
jaminan sosial. Sistem ini merupakan cara sekaligus tujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.

B. Saran

Pihak asuransi swata harus melakukan pengembangan produk yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Dari sisi monitoring data perasuransian, pihak OJK perlu mengeluarkan
kebijakan yang menjadi insentif bagi perusahaan asuransi melaporkan datanya dengan
akurat. Karena OJK yang menjadi lembaga yang memonitor perasuransian, ada baiknya agar
dapat menambah variabel data manfaat bagi perusahaan yang mengelola cabang asuransi
kesehatan. Informasi ini akan sangat bermanfaat untuk memonitor belanja kesehatan nasional
dari sisi perusahaan asuransi kesehatan swasta.
Pemerintah lebih memperbaiki system perasuransian yang ada saat ini agar masyarakat
dapat mendapatkan manfaatnya dengan baik dan kesejahteraan masyarakat terjamin.

20
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.


Indonesia, Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
Mishra, M. K. (2014). Demand Analysis for Life Insurance in India : Some Empirical
Observations, 2(5), 804–814
OJK, O. J. K. (2019). Kajian Perlindungan Konsumen disektor Jasa Keuangan ,Asuransi
Kesehatan, 2019. Otoritas Jasa Keuangan.
OJK, O. J. K. (2019). Statistik Perasuransian Indonesia, 2019. Otoritas Jasa Keuangan
Thabrany, H. (2014). Bab I Sejarah Asuransi Kesehatan, Hal. 1–26. Dikutip melalui
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/hasbulah/material/babisejarahasuransikesehataned
ited.pdf
Ward, D., & Ã, R. Z. (2002). Law , Politics and Life Insurance Consumption in Asia, 27(3),
395–412.
NHA-INDONESIA (2017) Laporan NHA Indonesia 2015. Jakarta, PPJK Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Basuki, I., & Iskandar, K. 2013. Analisis Faktor-Faktor Makro Ekonomi dan Demografi
Terhadap Fungsi Permintaan Asuransi Jiwa di Indonesia. Asuransi Dan Manajemen
Risiko, 1 No: 1, 16–41.
http://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi. Diaskses pada hari Rabu, 3 6 Juli 2022
Al Arif, M. Nur Rianto. 2012. Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktik.
Bandung: CV Pustaka Setia.

21

Anda mungkin juga menyukai