Anda di halaman 1dari 19

ASURANSI SOSIAL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Asuransi
Syariah

Dosen Pengampu:

Ahmad Chairul Hadi, M.A.

Disusun oleh Kelompok 7:

Yayah Humayah Hasbullah (11200490000041)


Aufa Royyan Yudistira (11200490000101)
Shofiya Indana (11200490000122)
Muhammad Faiq Royhan (11200490000126)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad Saw. yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt. atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kelompok 7
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Asuransi Sosial”
sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Hukum Asuransi Syariah.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kelompok kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Ciputat , 6 November 2022

Pemakalah

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I


DAFTAR ISI ......................................................................................................... II
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 2
C. TUJUAN PEMBAHASAN ........................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN ASURANSI SOSIAL........................................................... 3
B. KETENTUAN HUKUM ASURANSI SOSIAL............................................ 4
C. PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SOSIAL..................................................... 6
D. MACAM-MACAM ASURANSI SOSIAL ................................................... 7
E. MEKANISME PENGELOLAAN DANA DALAM ASURANSI SOSIAL.. 9
F. PELUANG TERBENTUKNYA ASURANSI SOSAL SYARIAH............. 11
G. AKAD-AKAD YANG BERLAKU PADA ASURANSI SOSIAL
SYARIAH ................................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................ 14
A. SIMPULAN ................................................................................................. 14
B. SARAN ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemerintah sebagai pengemban amanah rakyat bertanggung jawab penuh


atas kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan dan kemakmuran
rakyat, pemerintah menetapkan sebagai macam kebijakan dengan berbagai macam
programnya. Jika suatu pemerintah tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
rakyatnya, mereka akan menaburkan benihbenih ketidak stabilan politik.

Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 beserta


amandemen, pasal 34 mengamanahkan kepada Negara untuk memberikan
kesejahteraan sosial kepada warga Negaranya. Ayat (2) dari pasal tersebut
berbunyi: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan”. Ayat ini mengandung arti bahwa negara harus terus
mengembangkan sistem jaminan sosial untuk warga Negaranya.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program nasional


pemerintah yang dimaksudkan untuk menjamin kesehatan masyarakat. Program ini
dikelola oleh Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang secara
kelembagaan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Badan yang telah
beroperasi sejak 1 Januari 2014 ini bertanggung jawab untuk memberikan layanan
kesehatan berdasarkan prinsip-prinsip asuransi sosial dan ekuitas demi keadilan
sosial bagi masyarakat.

Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) menyatakan, “Jaminan Kesehatan
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip
ekuitas.” Sejak BPJS Kesehatan beroperasi 8 tahun lalu, hingga saat ini prinsip-
prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas belum sepenuhnya dapat diwujudkan
dalam penyelenggaraan Program JKN. Hal ini terbukti dengan masih adanya
perbedaan kelas (I, II, dan III) dalam kepesertaan BPJS Kesehatan. Adanya ketiga

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 1


kelas tersebut berdampak pada layanan yang berbeda, khususnya terkait fasilitas
ruang rawat inap. Untuk layanan medis tidak ada perbedaan layanan bagi ketiga
kelas peserta karena setiap peserta berhak mendapat layanan yang sama untuk
pengobatan dan perawatan atas kesehatannya. Namun, dalam hal fasilitas rawat
inap, ada perbedaan di mana kelas yang membayar mahal berhak mendapatkan
ruang rawat yang lebih baik.

Pembahasan tentang prinsip-prinsip asuransi sosial dan ekuitas dalam


penyelenggaraan Program JKN tidak lepas dari konsep perlindungan sosial dan
jaminan sosial, yang semuanya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Pada
Rencana Strategis Kementerian Sosial 2015–2019 yang dikutip oleh Habibullah
(2017: 7), penyelenggaraan perlindungan dan jaminan sosial dimaksudkan untuk
mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat
dipenuhi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan Asuransi Sosial?


2. Apa saja Ketentuan Hukum Asuransi Sosial?
3. Apa saja Prinsip-prinsip Asuransi Sosial?
4. Apa saja Macam-macam Asuransi Sosial?
5. Bagaimana Mekanisme Pengelolaan Dana dalam Asuransi Sosial?
6. Apa Saja Peluang Terbentuknya Asuransi Sosial Syariah?
7. Apa saja Akad-akad yang Berlaku pada Asuransi Sosial Syariah?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk memahami Asuransi Sosial


2. Untuk memahami Ketentuan Hukum Asuransi Sosial
3. Untuk memahami Prinsip-prinsip Asuransi Sosial
4. Untuk mengetahui Macam-macam Asuransi Sosial
5. Untuk memahami Mekanisme Pengelolaan Dana dalam Asuransi Sosial
6. Untuk memahami Peluang Terbentuknya Asuransi Sosial Syariah
7. Untuk memahami Akad-akad yang Berlaku pada Asuransi Sosial Syariah

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASURANSI SOSIAL

Dalam kamus Hukum kata Asuransi berasal dari Assurantie yang berarti
asuransi, pertanggungan.1 Sedangkan dalam bahasa Inggris, insurance,
mempunyai makna (1) asuransi dan (2) jaminan.
“Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan”.2
Menurut Suharto (2013: 59), asuransi sosial adalah jaminan yang hanya
diberikan kepada para peserta sesuai dengan kontribusinya, yakni premi atau
tabungan yang dibayarkan. Asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, pensiun, dan
kematian adalah beberapa bentuk asuransi sosial yang banyak diterapkan di
berbagai negara.3
Berdasarkan Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN), pada Pasal 1 Ayat 3, Asuransi sosial adalah mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta atau anggota
keluarganya.4

1
Sudarsono, KamusHukum, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2007), Cet. Ke-5, hal.38
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992, tentang Usaha
Perasuransian., Pasal 1 ayat 1
3
Hartini Retnaningsih, Parliamentary Review, (Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI,
SEKJEN DPR RI : Maret 2022), Vol.IV No.1, hal.3
4
Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 1
Ayat 3

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 3


Prinsipnya adalah mengedepankan nilai-nilai gotong royong, kerja sama,
dan subsidi silang untuk mendapatkan manfaat yang optimal. Sederhananya,
berbagai golongan masyarakat bisa saling membantu.
Asuransi sosial merupakan asuransi yang menyediakan jaminan sosial bagi
anggota masyarakat yang dibentuk oleh pemerintah bedasarkan peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh golongan
masyarakat. Tujuan asuransi sosial meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
terutama para pegawai dan pensiunan.5

B. KETENTUAN HUKUM ASURANSI SOSIAL

Program asuransi sosial hanya dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik
Negara. Terhadap perusahaan yang menyelenggarakan program asuransi soasial
berlaku pembinaan dan pengawasan sesuai dengan ketentuan undang-undang.6
Program asuransi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah bersama
dengan masyarakat akan memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat
terutama berkaitan dengan kelaikan kehidupan masyarakat secara umum untuk
menciptakan amanat pembukaan UUD NRI 1945, dimana negara memiliki
kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia. Amanat
konstitusi tersebut kemudian dituangkan dalam ketentuan UU No. 2 Tahun 1992
tentang Perasuransian, dimana dalam ketentuan pasal 14 ayat (1) disebutkan bahwa
asuransi sosial harus diselenggaraakan oleh pemerintah.
Dalam Pasal 1 angka 3 UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional dinyatakan bahwa ”asuransi sosial adalah suatu mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan atau anggota
keluarganya”. Maksudnya, kepesertaan asuransi sosial tersebut tidak berdasarkan
pada suatu perjanjian yang disepakati oleh para pihak (perusahaan
asuransi/penanggung dan peserta asuransi/tertanggung), akan tetapi bersifat wajib
berdasarkan ketentuan peraturan peundang-undangan yang ditetapkan oleh negara,
diantaranya:7

5
Internet, https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/147, diakses pada 06
November 2022, Pukul 10.30
6
UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha Perasuransian Pasal 14 ayat 1 dan 2.
7
Internet,
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/mohammad.mustaqim/material/sesi7mraasuransisosial.ppt,
diakses pada 06 November 2022, Pukul 18.17

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 4


1. UU No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang.
2. UU No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan.
3. UU No. 3 Tahun1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
4. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
5. Asuransi Kematian & Jaminan Hari Tua PNS/ABRI → UU no. 11 Tahun
1956 tentang Pembelanjaan Pensiun, UU no. 11 Tahun 1969 tentang
Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai
6. Asuransi Kesehatan → Kepres No. 230 Tahun1968 tentang Pemeliharaan
kes bagi Peg. Negeri & Penerima Pensiun PNS + ABRI beserta anggota
keluarganya.
7. Dasar Hukum Askes → Permen Kes no. 1 /1968 → membentuk Badan
Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK)
8. PP No. 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan bagi PNS,
Penerima Pensiun (PNS, ABRI & Pejabat Negara) beserta anggota
keluarganya
9. PP No. 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil.
10. PP No. 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia.
11. PP No. 23 Tahun 1968 tentang BPDPK berubah status menjadi PERUM
HUSADA BHAKTI lalu 1992 jadi Persero
12. PP No. 69 Tahun 1991 tentang mengizinkan perusahaan menjangkau
peserta SUKARELA.
13. PP No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
Status hukum fikih sistem asuransi sosial
Kalangan ahli fikih berpandangan bahwa sistem ini tidak mengandung
risiko pelanggaran syara’ atau dosa bagi kalangan pebisnis maupun pegawai. Akan
tetapi, risiko dosa sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah sebagai pengelola
asuransi jika ia sampai menginvestasikan dana tersebut pada bidang-bidang yang
bertentangan dengan hukum dan prinsip syariat Islam.
Pemerintah seharusnya membedakan antara pegawai yang kaya dan yang
miskin ketika memberikan dana pensiun atau tunjangan-tunjangan lainnya. Bea
kebutuhan pokok yang dibutuhkan manusia juga harus dipertimbangkan, tanpa
mengacu pada hierarki kepegawaian atau lama pengabdian ketika menghitung dana
pensiun.8
Sejumlah fatwa telah dikeluarkan terkait dengan permasalahan asuransi
sosial, diantaranya Fatwa Majma’ Al-Buhuts Al-Islamiyyah dalam koferensinya
yang kedua pada bulan mei 1965 dalam fatwa tersebut dinyatakan “sistem pensiun
dan sistem jaminan-jaminan sosial lainnya yang berlaku di beberapa negara serta

8
Firdaus, Tinjauan Prinsip Syariah Dalam Mekanisme Pengelolaan Dana Bpjs Kesehatan, (UIN
Jakarta, 2020), hal. 38

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 5


sistem asuransi sosial yang diberlakukan di beberapa negara lain, semuanya
merupakan kebijakan yang diperbolehkan menurut syara’.9

C. PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SOSIAL

Prinsip-prinsip asuransi sosial meliputi: (1) kegotongroyongan antara yang


kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, serta yang berisiko tinggi
dan rendah; (2) kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif; (3) iuran
berdasarkan persentase upah/penghasilan; serta (4) bersifat nirlaba10
Prinsip-prinsip asuransi sosial mengacu pada 9 prinsip SJSN sebagaimana
tercantum dalam Pasal 4 UU SJSN, yaitu:11
1) kegotong-royongan;
Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong royong dari peserta
yang mampu kepada peserta yang kurang mampu dalam bentuk
kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta yang berisiko rendah
membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat membantu yang
sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan ini, jaminan sosial dapat
menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) nirlaba;
Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan untuk mencari laba
(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan
utama penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi sebesar-
besarnya kepentingan peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya,
dan surplus anggaran akan dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk
kepentingan peserta.
3) keterbukaan; prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap,
benar, dan jelas bagi setiap peserta.

9
Husain Husain Syahatah, Asuransi Dalam Perspektif Syariah (jakarta: Amzah, 2006),
hal., 28.
10
(Dewan Jaminan Sosial Nasional, 2021), pada Hartini Retnaningsih, Parliamentary
Review, (Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, SEKJEN DPR RI : Maret 2022), Vol.IV No.1,
hal.3
11
Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 4

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 6


4) kehati-hatian; prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan
tertib.
5) akuntabilitas; prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
6) portabilitas;
Jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7) kepesertaan bersifat wajib;
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan Pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara suka
rela, sehingga dapat mencakup petani, nelayan, dan mereka yang bekerja
secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional
dapat mencakup seluruh rakyat.
8) dana amanat;
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan kepada
badanbadan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
9) hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan untuk
pengembangan program dan sebesar-besar kepentingan peserta
Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional dalam Undang-
Undang ini adalah hasil berupa dividen dari pemegang saham yang
dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.

D. MACAM-MACAM ASURANSI SOSIAL

Asuransi pastinya memiliki banyak produk di dalamnya. Bahkan satu


perusahaan asuransi saja bisa memiliki sangat banyak produk sekaligus yang akan
memenuhi berbagai kebutuhan nasabahnya. Hal yang sama juga bisa Anda temukan
pada insurance sosial. Meskipun insurance sosial biasanya dikelola oleh pemerintah

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 7


tetapi pemerintah juga berusaha sebisa mungkin untuk memberikan produk asuransi
yang dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan tujuan adanya produk insurance sosial yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Jenis-jenis produk insurance
sosial di Indonesia tentunya tidak sedikit sehingga kita harus mengetahui tiap dari
jenis-jenis produk supaya bisa menentukan mana yang cocok untuk kita dan mana
yang bisa kita peroleh.
Di masa lalu, penyedia layanan program pemerintah ini terdiri atas lima
perusahaan persero berstatus BUMN, antara lain:12
• PT Askes (Persero)
• PT Jamsostek (Persero)
• PT Jasa Raharja (Persero)
• PT Taspen (Persero)
• PT Asabri (Persero)

Pada perkembangannya, PT Askes dan PT Jamsostek dilebur menjadi Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial atau disingkat BPJS. Sebagai hasilnya, terdapat
contoh asuransi sosial di Indonesia yang diberikan oleh perusahaan BUMN
penyedia layanan ini, yaitu:13
1. BPJS Kesehatan
BPJS kesehatan adalah program jaminan sosial untuk bidang kesehatan
yang juga menjadi bagian dari salah satu program yang terdapat dalam
sistem jaminan sosial nasional. Fungsi dari jaminan sosial yang satu ini
adalah untuk menjadi asuransi kesehatan sosial dan juga jaminan sosial
untuk semua rakyat Indonesia yang sifatnya wajib dengan premi nasional.
BPJS Kesehatan dapat menjadi fungsi pemerintahan pada bidang layanan
umum yang dulunya dijalankan oleh Badan Usaha Milik Negara dan juga
lembaga pemerintahan lainnya.
2. BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan merupakan insurance sosial tenaga kerja yang bisa
menjangkau area yang lebih luas karena tidak hanya terbatas pada karyawan
negeri dan swasta saja tapi juga pekerja lepas sama seperti tukang ojek,
pedagang, nelayan dan pekerja lainnya. Kalau kerja mengalami kecelakaan,
kematian, atau pensiun maka insurance sosial yang satu ini bisa memberikan
manfaat untuk peserta tersebut dalam bentuk pelayanan dan juga uang tunai.
3. Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas (Jasa Raharja)

12
Dapat dilihat juga pada UU No 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Pasal 5 Ayat 3
13
Internet, https://www.qoala.app/id/blog/asuransi/umum/asuransi-sosial/, diakses pada
06 November 2022, Pukul 18.14

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 8


Asuransi Jasa Raharja ini adalah jaminan yang berasal dari pemerintah
untuk mereka yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Asuransi ini
sebenarnya adalah badan usaha milik negara yang mengelola asuransi untuk
pengguna jalan. Perlindungan yang akan diberikan dapat berbentuk
santunan kematian, cacat tetap, perawatan, dan penggantian biaya
ambulance kalau mengalami kecelakaan di seluruh bagian Indonesia.
4. Asuransi Sosial PNS (TASPEN)
Asuransi Taspen adalah asuransi yang juga sering disebut sebagai dana
tabungan dan asuransi PNS. Asuransi yang satu ini merupakan milik dari
Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang berada pada industri asuransi
tabungan hari tua dan juga dana pensiun untuk pejabat negara dan ASN.
Hubungan ini nantinya akan memberikan jaminan hari tua dalam bentuk
tabungan pensiun dan juga perlindungan jiwa. Program ini hanya diberikan
untuk pegawai negeri yang preminya akan dipotong dari gaji mereka setiap
bulannya.
5. Asuransi Sosial ABRI
Asabri merupakan insurance sosial dari pemerintah yang memiliki
pembentukan khusus hanya untuk Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Itulah kenapa nama dari asuransi ini adalah Asabri yang merupakan
kependekan dari Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Mereka yang bisa memiliki asuransi ini adalah prajurit Tentara Nasional
Indonesia, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Pegawai
aparatur sipil negara pada Kementerian Pertahanan dan Polri.

E. MEKANISME PENGELOLAAN DANA DALAM ASURANSI SOSIAL

Asuransi Sosial pada hakekatnya merupakan asuransi yang diwajibkan oleh


peraturan perundang-undangan dan dilaksanakan oleh suatu organisasi biasanya
lembaga pemerintah, untuk memberikan manfaat tunai (cash benefit) atau
pelayanan (service benefit/benfit in kind) kepada peserta atas timbulnya peristiwa-
peristiwa tertentu.
Pengelola dana asuransi sosial merupakan badan penyelenggara :
(1) Badan penyelenggara administrasi asuransi sosial yang bertugas untuk :
o Mengelola administrasi kepesertaan,
o Menetapkan keabsahan kepesertaan,
o Mengendalikan kecukupan pendanaan, yang berkaitan dengan
penerimaan iuran dan hasil investasi dengan kewajiban pembayaran saat
ini dan di masa mendatang,
o Menetapkan keabsahan pembayaran manfaat dan menerbitkan surat
pembayaran manfaat.
(2) Badan pengelola keuangan yang bertugas untuk :
o Mengelola investasi dana asuransi sosial,

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 9


o Melakukan pengumpulan iuran (pajak iuran asuransi sosial),
o Melakukan pembayaran manfaat asuransi sosial sesuai dengan surat
pembayaran yang diterbitkan oleh badan penyelenggara administrasi.
Untuk kehasil gunaan, kedua badan di atas dapat merupakan satu badan
dengan 2 (dua) tugas utama. Bentuk badan penyelenggara dapat berupa
perseroan yang tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dengan menerapkan pola “biaya operasi” dan memisahkan kekayaan perseroan
dengan kekayaan dana asuransi sosial. Selain itu badan penyelenggara dapat
berbentuk badan pemerintah yang dibentuk dengan suatu peraturan
perundangan.
Konsep asuransi sosial
Sistem asuransi sosial mengacu pada konsep pemilik usaha dan karyawan
sama-sama membayarkan presentase tertentu dari gaji mereka kepada puhak
pemerintah yang disebut badan atau yayasan asuransi sosial (di Indonesia kita
mengenal PT.JAMSOSTEK). pihak ini lantas menginvestasikan setoran gaji
tersebut dan terikat kewajiban untuk memberikan uang pensiun secara periodik
kepada tertanggung (nasabah) ketika ia mencapai usia tertentu, atau kepada ahli
waris atau yang ditunjuk setelah kematiannya dengan syarat-syarat terentu.
Sistem ini termasuk badan usaha milik negara yang bertanggung jawab
mengurus rakyat dan menjamin kehidupan yang layak bagi mereka saat memasuki
masa tua, pensiun, dan menganggur, atau bagi ahi waris mereka setelah mereka
meninggal dunia.14
Pada asuransi sosial yang diselenggarakan oleh BUMN sesuai dengan
ketentuan UU No. 2 Tahun 1992 tentang perasuransian,pada hakikatnya dapat
menggunakan pola asuransi sosial syariah oleh BUMN sebagai upaya untuk
memberiakan hak konstitusional uamat islam di Indonesia. Konsep asuransi sosial
syariah yang dilaksanakan sama dengan asuransi sosial perusahaan dimana ada dua
pihak yang berperan yaitu pemerintah sebagai bagian dari kewajiban untuk
membantu masyarakat sebagai amanat konstitusi dan masyarakat yang menjadi
asuransi sosial syariah. Asuransi sosial syariah yang berlandaskan pada saling
tolongmenolong masyarakat, dimana pemerintah memberikan dana kepada
masyarakat sebagai dana jaminan sosial melalui APBN yang dikelola oleh
perusahaan asuransi sosial syariah. Pengalokasian dana dari pemerintah tidak 100%
(seratus persen) diberikan oleh pemerintah, tetapi ada premi asuransi yang harus
dibayarkan oleh masyarakat. Dalam hal ini, dimana sistem pengoprasian asuransi
sosial syariah merupakan tanggung jawab antara pemerintah dan masyarakat.15

14 Firdaus, Tinjauan Prinsip Syariah Dalam Mekanisme Pengelolaan Dana Bpjs


Kesehatan, (UIN Jakarta, 2020), hal. 37
15
Fakhrul Muin dan Rully Syahrul mucharom “Asuransi Sosial Syariah Bagi Muslim
Indonesia”, Ahkam, Vol. XV, No. 1( Januari 2015).

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 10


F. PELUANG TERBENTUKNYA ASURANSI SOSAL SYARIAH

Pemerintah sebagai pengemban amanah rakyat bertanggung jawab penuh


atas kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan dan kemakmuran
rakyat, pemerintah menetapkan sebagai macam kebijakan dengan berbagai macam
programnya. Jika suatu pemerintah tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
rakyatnya, mereka akan menaburkan benihbenih ketidak stabilan politik.16
Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 beserta
amandemen, pasal 34 mengamanahkan kepada Negara untuk memberikan
kesejahteraan sosial kepada warga Negaranya. Ayat (2) dari pasal tersebut
berbunyi: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan”. Ayat ini mengandung arti bahwa negara harus terus
mengembangkan sistem jaminan sosial untuk warga Negaranya, ayat (1)
menyebutkan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Selanjutnya pada ayat (3) menyebutkan bahwa Negara bertanggungjawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan fasilitas umum yang layak.
Ayat 1, 2 dan 3 tersebut mewajibkan kepada Negara untuk menyediakan
fasilitas kesehtan dan fasilitas umum yang layak bagi warga Negaranya. Hal ini
disebabkan karena kesehatan merupkan salah satu kebutuhan dasar dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, unntuk melaksanakan kewajiban tersebut,
Negara membentuk Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Dalam Undang-Undang ini Negara mamberikan jaminan
kepada semua warga Negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik,
dengan sistem dan prosedur yang telah ditentukan oleh negara. Selanjutnya, untuk
menjalankan Undang-Udang tersebut, Negara memandang perlu membentuk
sebuah badan yang menjadi penyelenggara dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
tersebut agar apa yang menjadi harapan dan tujuan dari Undang-Undang tersebut
dapat terlaksana dengan baik dan sesuai apa yang dicita-citakan. Oleh karena itu,
dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Kesehatan, Negara membentuk sebuah badan yang dinamakan Badan
Penyelenggara Jamninan Kesehatan. Badan ini dibentuk sebagai penyelenggara
sekaligus pengawas dari pelaksanaan SJSN. Badan ini yang akan berhubungan
langsung dengan warga Negara yang ikut serta sebagai peserata dari BPJS.
Pelaksanaan SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Prinsip asuransi sosial adalah mekanisme
pengumpulan dana bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan atau anggota
keluarganya. Adapun yang dimaksud dengan prinsip ekuitas adalah tiap peserta
yang membayar iuran akan mendapat pelayanan kesehatan sebanding dengan iuran
yang dibayarkan. Artinya bahwa tiap-tiap masyarakat sesuai prinsip kepesertaan.
16
Didi sukardi, pengelolaan dana Badan Penyelenggara jaminan Sosial (BPJS)
kesehatan dalam perspektif hukum Islam, jurnal kajian hukum Islam, Vol. 1, Juni 2016.

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 11


Sejalan dengan ajaran Islam, dimana tujuan hukum Islam (Maqasid asy-Syari’ah)
dapat dirinci dalam lima tujuan yang disebut al-maqasid al-khamsah atau
alkuliyyah al-khamsah.17
Kehidupan manusia pada zaman modern ini sangat erat dengan beragam
resiko dan bahaya. Manusia sendiri tidak mengetahui apa yang akan terjadi esok
hari dan dimana dia akan meninggal dunia. Resiko yang mengancam manusia
sangatlah beragam, mulai dari kecelakaan transportasi udara, kapal, hingga
angkutan darat. Manuasia juga menghadapi kecelakaan kerja, kebakaran
perampokan, pencurian, terkena penyakit, bahkan kematian itu sendiri. Ibnu Abidin
berpendapat akan pentingnya asuransi untuk menjamin kemungkinan munculnya
kerugian / resiko, karena munculnya kerugian / resiko merupakan musibah yang
tidak disengaja, oleh karenanya bisa menjadikan pihak ketiga (asuransi) sebagai
pihak yang ikut bertanggung jawab. Hal ini menegaskan akan pentingnya
asuransi.18

G. AKAD-AKAD YANG BERLAKU PADA ASURANSI SOSIAL SYARIAH

Jika dilihat dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


No. 147/DSN-MUI/XII/2021 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Berdasarkan Prinsip Syariah, pada bagian Ketentuan Akad dan
Ruang Lingkup dijelaskan bahwa:
1. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Ketenagakeriaan meliputi Program JKK,
JHT. JP, JKM dan JKP;
2. Akad antara Peserta (dan/atau Peserta Kolektil) dan BPJS Ketenagakeriaan
adalah Akad Wakalahh bi al-Ujrah
3. Akad Wakalah bi al-Ujrah sebagaimana dimaksud pada angka 2 meliputi
pemberian kuasa untuk:
a. kegiatan administrasi:
b. pengelolaan porlofolio risiko;
c. investasi/pengembangan Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan;
d. pembayaran uang manfaat; dan
e. kegiatan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Akad antar Peserta dalam Program JKK, JKM dan JKP adalah Akad
Tabarru' dalam rangka saling menolong (ta'awun) sesama Peserta melalui
pembentukan Dana Tabarru';
5. Akad antar Peserta dalam Program JP adalah Akad Hibah Tanahud dalam
rangka saling menolong (ta'awun) sesarna Peserta rnelalui pem bentuk an
Dana Tanahud;

17 Firdaus, Tinjauan Prinsip Syariah Dalam Mekanisme Pengelolaan Dana Bpjs


Kesehatan, (UIN Jakarta, 2020), hal. 2-3.
18 Khoril Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Maslahat, Cet, 1, (Solo; Tiga Serangkai,

2007), hal. 24.

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 12


6. Akad antara Peserta program JHT dan BPJS Ketenagakerjaan terkait
pengelolaan investasi adalah Akad Wakalah bi al-lstitsmar;
7. Akad antara Pemberi Kerja dan Peserta adaiah Akad Hibah atau Akad Hibah
bi Syarth:
8. Akad pemberian bantuan oleh Petnerintah kepada Peserta adalah Akad Hibah
atau Akad Hiltah bi Syarth, yang diserahkan kepada BPJS Ketenagakeriaan:
9. Akad antara Pemerintah dan BPJS Ketenagakeriaan sebagai wakil Perserta
Kolektif dalam menanggulangi Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang
tidak memenuhi standar kesehatan keuangan adalah Akad Hibah atau Akad
Qardh;
10. Akad antara BPJS Ketenagakerjaan dan Peserta Kolektif dalam
menanggulangi Dana Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang tidak memenuhi
standar kesehatan keuangan adalah Akad Qardh.19

19
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No : 1 47/DSN-
MUI/XII/2021 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Berdasarkan Prinsip
Syariah

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 13


BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Asuransi sosial merupakan asuransi yang menyediakan jaminan sosial bagi


anggota masyarakat yang dibentuk oleh pemerintah bedasarkan peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh golongan
masyarakat. Tujuan asuransi sosial meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
terutama para pegawai dan pensiunan.
Program asuransi sosial hanya dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik
Negara. Terhadap perusahaan yang menyelenggarakan program asuransi soasial
berlaku pembinaan dan pengawasan sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Prinsip-prinsip asuransi sosial mengacu pada 9 prinsip SJSN sebagaimana
tercantum dalam Pasal 4 UU SJSN, yaitu : a. kegotong-royongan; b. nirlaba; c.
keterbukaan; d. kehati-hatian; e. akuntabilitas; f. portabilitas; g. kepesertaan bersifat
wajib; h. dana amanat; dan i. hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan
seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta.
Pada perkembangannya, PT Askes dan PT Jamsostek dilebur menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial atau disingkat BPJS. Sebagai hasilnya, terdapat
contoh asuransi sosial di Indonesia yang diberikan oleh perusahaan BUMN
penyedia layanan ini, yaitu: BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Asuransi
Kecelakaan Lalu Lintas (Jasa Raharja), Asuransi Sosial PNS (TASPEN), Asuransi
Sosial ABRI.
Sistem asuransi sosial mengacu pada konsep pemilik usaha dan karyawan
sama-sama membayarkan presentase tertentu dari gaji mereka kepada puhak
pemerintah yang disebut badan atau yayasan asuransi sosial (di Indonesia kita
mengenal PT.JAMSOSTEK). pihak ini lantas menginvestasikan setoran gaji
tersebut dan terikat kewajiban untuk memberikan uang pensiun secara periodik
kepada tertanggung (nasabah) ketika ia mencapai usia tertentu, atau kepada ahli
waris atau yang ditunjuk setelah kematiannya dengan syarat-syarat terentu.
Pelaksanaan SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Prinsip asuransi sosial adalah mekanisme
pengumpulan dana bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan atau anggota
keluarganya.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No.
147/DSN-MUI/XII/2021 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Berdasarkan Prinsip Syariah, akad yang digunakan dalam

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 14


asuransi atau jaminan sosial yaitu diantaranya : Akad Wakalahh bi al-Ujrah, Akad
Tabarru', Akad Hibah Tanahud, Akad Wakalah bi al-lstitsmar, Akad Hibah, Akad
Hibah bi Syarth, dan Akad Qardh.

B. SARAN

Kami selaku penulis makalah mengaku masih banyak kesalahan baik dalam
menggunakan ejaan, tata bahasa, kalimat maupun yang lainnya. Kami sudah
mengerjakan dan memaparkan dengan penuh usaha agar dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan pembaca untuk
memberikan masukan saran dan kritik untuk kami, agar kedepannya kami bisa
menjadi lebih baik dalam pembuatan selanjutnya. Kami juga mengharapkan
kepada pembaca agar mengambil hal-hal positif dari apa yang telah kami kerjakan
pada makalah ini.

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 15


DAFTAR PUSTAKA

Didi sukardi, pengelolaan dana Badan Penyelenggara jaminan Sosial (BPJS)


kesehatan dalam perspektif hukum Islam, jurnal kajian hukum Islam, Vol. 1,
Juni 2016.

Fakhrul Muin dan Rully Syahrul mucharom “Asuransi Sosial Syariah Bagi Muslim
Indonesia”, Ahkam, Vol. XV, No. 1( Januari 2015).

Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No : 1 47/DSN-


MUI/XII/2021 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Berdasarkan Prinsip Syariah

Firdaus, Tinjauan Prinsip Syariah Dalam Mekanisme Pengelolaan Dana Bpjs


Kesehatan, (UIN Jakarta, 2020).

Hartini Retnaningsih, Parliamentary Review, (Pusat Penelitian Badan Keahlian


DPR RI, SEKJEN DPR RI : Maret 2022), Vol.IV No.1.

Husain Husain Syahatah, Asuransi Dalam Perspektif Syariah (jakarta: Amzah,


2006), hal., 28.

Internet, https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/147,

Internet,
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/mohammad.mustaqim/material/sesi7
mraasuransisosial.ppt,

Internet, https://www.qoala.app/id/blog/asuransi/umum/asuransi-sosial/,

Khoril Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Maslahat, Cet, 1, (Solo; Tiga Serangkai,
2007).

Sudarsono, KamusHukum, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2007), Cet. Ke-5.

Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992, tentang Usaha


Perasuransian.

Kel. 7 Hk. Asuransi Syariah / Asuransi Sosial 16

Anda mungkin juga menyukai