Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PEMBIMBING

Manajemen Risiko Rusdiana, SE.,M.M

HUKUM ASURANSI DI INDONESIA

Disusun oleh :

Kelompok 8

Nor Hasanah NPM: 18. 15. 0102


Yuliana Hidayati NPM: 18. 15. 0114

PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA
2019/2020
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan Kami
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas Kelompok
sebagai salah satu komponen penilaian yang diberikan kepada para
mahasiswa/mahasiswi oleh dosen pembimbing mata Ekonomi Pembangunan yaitu
Ibu Rusdiana, SE.,M.M makalah ini berisi tentang“Manajemen Risiko”
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penyusun sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amin.

Martapura, 14 Februari 2020


Penyusun
Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Asuransi................................................................... 3

B. Pengaturan Asuransi Di Indonesia.................................................. 8

C. Aspek Hukum Dalam Perjanjian Asuransi...................................... 10


..........................................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 14
B. Saran............................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikiatnya suatu lembaga selalu melakukan tindakan bukan
untuk kepentingan sendiri, tetapi untuk memenuhi tugas-tugas sosial tertentu,
yaitu untuk memuaskan kebutuhan khusus dari masyarakat, kelompok orang
atau perorangan.
Perusahaan merupakan salah satu lembaga yang terdapat dalam
masyarakat yang keberadaannya mempunyai tugas-tugas khusus, yaitu suatu
karya ekonomi. Dalam masyarakat modern seperti saat sekarang ini,
perusahaan asuransi mempunyai peranan yang sangat luas jangkauanya yang
menyangkut kepentingan-kepentingan sosial maupun kepentingan ekonomi.
Asuransi yang merupakan suatu lembaga ini ia juga dapat menjangkau
kepentingan-kepentingan masyarakat luas dan kepentingan-kepentingan
individu. Perusahaan asuransi secara terbuka menawarkan suatu proteksi atau
perlindungan dan harapan pada masa yang akan datang, baik kepada
kelompok maupun perorangan. Asuransi sebagai suatu lembaga yang mana
lembaga-lembaga asuransi ini diperlukan pengaturan yang berkaitan tentang
lembaga asuransi, pengawasan tentang lembaga asuransi, kegiatan-kegiatan
usaha yang ada pada asuransi, dan pengizinan asuransi. Maka di dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang masalah yang berkaitan dengan
dasar hukum asuransi, pengaturan asuransi dan aspek hukum dalam
perjanjian asuransi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar hukum asuransi ?
2. Bagaimana pengaturan asuransi di Indonesia ?
3. Bagaimana aspek hukum dalam perjanjian asuransi ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dasar hukum asuransi.
2. Untuk mengetahui pengaturan asuransi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui aspek hukum dalam perjanjian asuransi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Asuransi


Berkembangnya perusahaan asuransi tak lepas dari meningkatnya
meleknya pengetahuan masyarakat akan pentingnya asuransi yang
sebenarnya. Pendidikan dan teknologi menjadi faktor penting tumbuhnya
kebutuhan masyarakat akan asuransi, dapat kita lihat fenomena yang terjadi
saat ini bahwa mayoritas orang yang melek asuransi adalah mereka-mereka
yang memiliki pendidikan yang tinggi dan memiliki gaya hidup yang
kekinian. Ditambah lagi semakin maraknya teknologi yang mempercepat
proses edukasi terhadap masyarakat yang menjelaskan akan pentingnya
asuransi yang tidak hanya bermanfaat untuk dirinya saja namun juga untuk
seluruh anggota keluarganya.
Dari tahun ke tahun pertumbuhan perusahaan asuransi terus
meningkat, bahkan jika kita melihat program bank-bank pemerintah maupun
swasta, banyak diantara bank-bank tersebut yang menawarkan program
asuransi dengan berbagai jenis kebutuhan masyarakat, mulai dari asuransi
jiwa, kesehatan, pendidikan, hingga asuransi rumah. Dengan melihat angka
kebutuhan yang terus tumbuh tentu bagi perusahaan kondisi ini merupakan
potensi dalam memperoleh keuntungan dari penghimpunan dana dari
masyarakat. Karena kegiatan asuransi berkaitan dengan perjanjian, perolehan
keuntungan, dan memberikan timbal balik dalam bentuk pertanggungan
kepada masyarakat banyak, sehingga dalam proses penyelenggaraan kegiatan
ini harus terdapat kekuatan hukum yang mengatur agar proses yang berjalan
dalam usaha perasuransian mengikuti aturan yang berlaku di suatu negara dan
dapat dipertanggungjawabkan oleh perusahaan.

Dasar Hukum Asuransi Yang Berlaku Di Indonesia ada lima, yaitu:


1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

3
Dilihat dari kedudukannya, undang-undang ini sering kali dijadikan
sebagai dasar dari beberapa penetapan peraturan mengenai asuransi yang
berlaku di Indonesia. Sehingga bisa dikatakan jika Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1992 merupakan dasar hukum utama yang mengatur dan
menentukan segala kegiatan asuransi. Melihat isi dari UU No.2 Tahun
1992, didalamnya memuat peraturan tentang usaha perasuransian. Dasar-
dasar dibentuknya undang-undang ini adalah untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan amanat Pancasila dan
UUD 1945, meninjau bahwasanya asuransi adalah salah satu upaya dalam
menanggulangi resiko tertentu yang dihadapi oleh masyarakat sekaligus
asuransi berperan dalam menghimpun dana dari masyarakat, dan negara
membuka kesempatan bagi kegiatan usaha perasuransian dan mengatur
kegiatan perasuransian agar sesuai dengan prinsip usaha yang sehat dan
bertanggung jawa UU No.2 Tahun 1992 secara menyeluruh mengatur
kegiatan asuransi yang ada di Indonesia agar segala kegiatan asuransi
sesuai dengan hukum yang berlaku dan mampu mewujudkan keadilan
bersama, berikut hal-hal yang diatur dalam UU No.2 Tahun 1992, yaitu.
 Ketentuan umum dan ruang lingkup asuransi.
 Bidang usaha perasuransian.
 Jenis usaha perasuransian.
 Ruang lingkup usaha perusahaan perasuransian.
 Penutupan objek asuransi.
 Bentuk hukum usaha asuransi.
 Kepemilikan perusahaan asuransi.
 Perizinan usaha.
 Pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan perasuransian.
 Kepailitan dan likuidasi.
 Ketentuan pidana.
Dengan mengetahui isi dari undang-undang ini sangat jelas terlihat
alasannya kenapa undang-undang ini dijadikan sebagai dasar utama dalam
ketentuan hukum usaha perasuransian.

4
2. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Pasal 1320 dan Pasal
1774
Dilihat dari ketentuan umum dalam UU No.2 Tahun 1992
menyebutkan bahwa, “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
antara dua belah pihak atau lebih, yang mana pihak penanggung
mengikatkan diri dengan pihak tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Dari penjelasan undang-undang diatas menyatakan bahwa asuransi
mengandung unsur perjanjian antara dua belah pihak didalamnya. Karena
mengandung unsur penjanjian maka akan termasuk dalam ruang lingkup
hukum pidana, sebagaimana dalam KUHP bagian dua menjelaskan bab
tentang syarat-syarat terjadinya suatu perjanjian yang sah, dimana hal
tersebut dirinci dan dijelaskan dalam salah satu pasal, yaitu Pasal
1320 yang menyebutkan bahwa “Untuk sahnya perjanjian diperlukan
empat syarat yaitu kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya,
kecakapan dalam membuat suatu perikatan, suatu pokok persoalan
tertentu, dan suatu sebab yang tidak terlarang.”
Manfaat asuransi adalah memberikan jaminan yang bersifat
menguntungkan kepada pihak tertanggung jika terjadi sesuatu yang
merugikan atau merusak dimana kejadian tersebut tidak dapat dipastikan
waktunya. Karena sifat itulah asuransi juga harus menyesuaikan dengan
ketentuan yang terdapat pada Pasal 1774 KUHP, yang menyatakan bahwa
“suatu persetujuan untung-untungan ialah suatu perbuatan yang hasilnya,
yaitu mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi
sementara pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti.

5
3. KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) Bab 9 
Kegiatan usaha perasuransian tidak hanya termasuk dalam masalah
pidana saja, namun jika dilihat dengan lebih teliti lagi ternyata dalam
KUHD juga mengatur tentang asuransi. Khusus dalam Bab 9
KUHD menjelaskan tentang asuransi dan pertanggungan secara umum
yang dijelaskan secara terperinci dalam Pasal 246-286. Dari sekian banyak
pasal yang ada dalam Bab 9 KUHD, yang paling sesuai dengan penjelasan
asuransi secara umum adalah Pasal 246 yang menyebutkan bahwa
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikatkan dirinya kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang
tidak tertentu.”
Sekilas jika diperhatikan penjelasan asuransi secara umum dalam
pasal 246 diatas akan sangat terlihat kemiripannya dengan penjelasan
asuransi secara umum dalam UU No.2 Tahun 1992, bahkan jika diambil
intisari dari apa yang dijelaskan akan memiliki arti dan maksud yang sama.
Dalam Bab 9 KUHD secara menyeluruh menjelaskan tentang ketentuan
tentang jenis pertanggungan dari asuransi, batas maksimal pertanggungan
yang diberikan asuransi, prosedural proses pertanggungan yang berlaku,
penyebab batalnya proses pertanggungan, dan pertanggungan disusun
secara tertulis dalam suatu akta atau polis.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 merupakan ketentuan
yang mengatur tentang penyelenggaraan usaha perasuransian.
Terbentuknya peraturan pemerintah ini didasari atas tujuan asuransi yang
secara prinsip mampu mendorong tumbuhnya pembangunan nasional
Indonesia, sehingga dalam penerapan berkelanjutan diperlukan sebuah
arahan agar dalam kegiatan usaha perasuransian berjalan dengan sesuai
dengan hukum yang berlaku dan mengatur perusahaan perasuransian yang

6
ada di Indonesia agar berkembang dengan baik dan sesuai dengan landasan
maupun prinsip usaha yang sehat dan bertanggung jawab.
Melihat isi dari keseluruhan Peraturan Pemerintah Nomor 73
Tahun 1992, jelas sekali bahwa penyusunan peraturan ini masih merujuk
pada UU No.2 Tahun 1992, hal tersebut terlihat dari adanya penekanan
yang sama terhadap beberapa ketentuan yang termuat didalamnya. Secara
garis besar Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 berisi tentang
ketentuan umum ruang lingkup asuransi, penutupan objek asuransi,
perizinan usaha perasuransian, kesehatan keuangan perusahaan asuransi,
dan penyelenggaraan usaha perasuransian.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999
Peraturan pemerintah ini merupakan perubahan pertama dari
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992. Tujuan dibentuknya
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 pada dasarnya memiliki
kesamaan dengan peraturan sebelumnya yaitu tentang penyelenggaraan
usaha perasuransian. Terbentuknya peraturan pemerintah ini didasari akan
adanya perkembangan kegiatan usaha perasuransian yang terus mengalami
perubahan dan disamping itu terjadi pula perubahan perekonomian
nasional yang menyebabkan diperlukannya penyesuaian terhadap
peraturan pelaksanaan usaha asuransi yang telah berlaku.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1999 mengandung
perubahan terhadap beberapa pasal dari undang-undang sebelumnya yang
telah disesuaikan dengan kondisi perkembangan perekonomian negara,
diantaranya tentang meningkatnya persyaratan modal yang harus disetor
untuk pendirian perusahaan asuransi baru, adanya laporan yang harus
disampaikan kepada menteri jika terjadi setiap perubahan kepemilikan
perusahaan asuransi, dan perubahan persyaratan untuk mendapatkan izin
usaha perusahaan asuransi.
Hadirnya asuransi pada dasarnya memberikan jaminan
perlindungan kepada seseorang dari berbagai kejadian buruk yang bisa
menimpa di waktu tertentu diluar prediksi dan harapan orang tersebut.

7
Dilihat dari proses kegiatan asuransi pastilah terdapat sebuah perjanjian
yang bersifat mengikat, dimana seseorang yang setuju dengan asuransi
tersebut harus membayar sejumlah premi tertentu dalam jangka waktu
tertentu, dimana premi tersebut merupakan pengganti dari perlindungan
yang dijaminkan oleh perusahaan asuransi. Karena dalam kegiatan usah
perasuransian didalamnya termuat beberapa unsur yang termasuk dalam
tindakan pidana maka agar penyelenggaraannya sesuai dengan ketentuan
hukum maka usaha perasuransian harus mengikuti aturan-aturan dari dasar
hukum yang mengatur kegiatan ekonomi di Indonesia, hal ini ditujukan
untuk memberikan jaminan kepada kedua belah pihak baik penanggung
maupun tertanggung agar dapat mempertanggungjawabkan semua
kewajibannya masing-masing.1

B. Pengaturan Asuransi Di Indonesia


1. Pengaturan dalam KUHD
Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan
yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan
penanggung secara timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi
dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi.
(Abdulkadir Muhammad, 2006 : 18)
Di dalam KUHD pengaturan mengenai asuransi dimuat dalam
Buku I Bab 9 dan 10 serta Buku II Bab 9 dan 10. Adapun ketentuan
KUHD yang memuat pengaturan mengenai asuransi adalah sebagai
berikut:
a. Buku I Bab 9 mengatur tentang pertanggungan kerugian pada
umumnya.
b. Buku I Bab 10 yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Bagian pertama mengatur tentang pertanggungan terhadap bahaya
kebakaran.
1
https://dosenekonomi.com/bisnis/asuransi/dasar-hukum-asuransi (diakses pada pukul 09.36
wita pada tanggal 14/02/2020)

8
2) Bagian kedua mengatur tentang pertanggungan terhadap bahaya
yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum dipanen.
3) Bagian ketiga mengatur tentang pertanggungan jiwa.
c. Buku II Bab 9 mengatur pertanggungan terhadap bahaya-bahaya laut
dan bahaya-bahaya perbudakan. Buku II Bab 9 ini terbagi lagi atas:
1) Bagian pertama mengatur tentang bentuk dan isi pertanggungan.
2) Bagian kedua mengatur tentang perkiraan dari barang-barang yang
dipertanggungkan.
3) Bagian ketiga mengatur tentang permulaan dan berakhirnya bahaya.
4) Bagian keempat mengatur tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban
pihak penanggung dan tertanggung.
5) Bagian kelima mengatur tentang melepaskan hak milik atas barang
yang dipertanggungkan (abandon).
6) Bagian keenam mengatur tentang kewajiban-kewajiban dan hak-hak
makelar di dalam pertanggungan laut.
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
Jika KUHD mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan,
maka Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 1992 tanggal 11 Pebruari 1992
mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik
administratif, yang jika dilanggar mengakibatkan pengenaan sanksi pidana
dan administratif. Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha
perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan
perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya
kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini
dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan
administratif menurut Undang-Undang Perasuransian. Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 diatur dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian Lembaran Negara Nomor 120 Tahun 1992. (Abdulkadir
Muhammad, 2006 : 19). Peraturan pemerintah tersebut telah mengalami

9
tiga kali perubahan, yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 81 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Pasal 3 mengatur tentang jenis
asuransi yang meliputi:
1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan
risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti;
2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan
risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan.
3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang
terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan
atau Perusahaan Asuransi Jiwa.2

C. Aspek Hukum Dalam Perjanjian Asuransi


Dalam bahasa Belanda, asuransi berasal dari kata verzekering, dan
dalam bahasa Inggris, asuransi berasal dari kata Insurance. Kedua asal kata
asuransi tersebut memiliki arti yang sama, yaitu pertanggungan.3
Di Indonesia, ketentuan yang mengatur secara terang-terangan
mengenai pengertian asuransi dapat dilihat di dalam Pasal 246 Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD) dan juga diatur secara khusus di dalam
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak diatur secara
khusus mengenai asuransi, dan perjanjian tidak diatur secara khusus dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, maka untuk perjanjian asuransi pun

2
http://digilib.unila.ac.id/8150/3/Bab%20II.pdf (diakses pada pukul 09.36 wita pada tanggal
14/02/2020)
3
Nurhaida Arsyad, Asuransi Kecelakaan di Indonesia, Akademi Keuangan dan Perbankan
“PERBANAS” (A.K.P. “PERBANAS”), Medan, 2002, hal. 2

10
akan berlaku ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berdasarkan
Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, bahwa ketentuan umum
perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat berlaku bagi
perjanjian asuransi. Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tersebut
merupakan cerminan atas asas lex specialis derogate lege generalis.4
Sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan
Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, ketentuan umum perjanjian
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat berlaku pula dalam
perjanjian asuransi sebagai perjanjian khusus. Dengan demikian, para pihak
tunduk pula pada beberapa ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian sebagaimana diatur
dalam Kitab UndangUndang Hukum Perdata perlu diperhatikan. Adapun
asas-asas yang lahir dari ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tersebut adalah sebagai berikut: Asas Konsensual; Asas Kebebasan
Berkontrak; Asas Ketentuan Mengikat; Asas Kepercayaan; Asas Persamaan
Hukum; Asas Keseimbangan; Asas Kepastian Hukum; Asas Iktikad Baik.
Perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Sebagai perjanjian khusus, selain
memiliki asas-asas hukum perjanjian pada umumnya, perjanjian asuransi juga
memiliki prinsip-prinsip perjanjian asuransi, yaitu sebagai berikut:5
a. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest)
b. Prinsip iktikad baik (Utmost Goodfaith)
c. Prinsip keseimbangan (Idemniteit Principle)
d. Prinsip subrogasi (Subrogation Principle)
e. Prinsip sebab akibat (Causaliteit Principle)
f. Prinsip Kontribusi (Contribution Principle)
g. Prinsip follow of fortune dalam reasuransi
Ada tiga sifat pemikiran mengenai asuransi menurut A. Hasymi Ali.
Sifat pertama memandang asuransi dalam hubungan tertanggung dengan
penanggung yaitu asuransi sebagai alat pemindahan risiko. Sifat kedua
4
Tuti Rastuti, Op. Cit., hal. 31.
5
Ibid. hal. 47

11
memandang asuransi sebagai teknik atau mekanisme penanggungan. Sifat
ketiga menggabungkan kedua pandangan dari sifat pertama dan sifat kedua.6
Dalam asuransi sosial, yang berperan sebagai pihak penanggung yaitu
perusahaan asuransi sosial dalam ruang lingkup kecelakaan yaitu PT Jasa
Raharja serta perusahaan penerbangan itu sendiri, dan yang berperan sebagai
pihak tertanggung yaitu pihak yang mengalihkan risiko kepada penanggung
dan telah membayar sejumlah premi dalam bentuk tiket, yaitu penumpang
alat transportasi. Sehingga melalui asuransi, pihak tertanggung akan merasa
aman dari ancaman kerugian, sebab jika kerugian itu telah terjadi,
penanggunglah yang akan menggantinya.
Eksonerasi adalah pembatasan tanggung jawab, yang dalam hal ini
adalah pembatasan tanggung jawab dalam diri penanggung. Berdasarkan
ketentuan dari Pasal 249 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, ada tiga
jenis eksonerasi penanggung terhadap benda asuransi, yaitu:
a. Cacat sendiri (selfdefect)
b. Kebusukan sendiri (selfrot)
c. Sifat kodrat (natural character)
Menurut Pasal 276 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,
penanggung tidak mempunyai beban untuk melakukan tanggungan apabila
terjadi suatu kerugian yang diakibatkan dari kesalahan tertanggung sendiri.
Bahkan, penanggung berhak memiliki premi yang telah dibayar atau
menuntut premi apabila asuransi sudah mulai berjalan, jika terjadi suatu
kerugian akibat kesalahan tertanggung sendiri. Kesalahan tertanggung sendiri
adalah kesalahan karena tertanggung kurang hatihati dan kurang teliti, jadi
bukan karena unsur kesengajaan. Perbuatan kurang hati-hati dan kurang teliti
dapat menimbulkan kerugian yang bukan menjadi tanggung jawab
penanggung.7

6
A. Hasymi Ali, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2005. Hal. 169
7
https://www.neliti.com/publications/14722/aspek hukum perjanjian asuransi penumpang
dalam pengangkutan udara studi pada PT Asuransi Jasa Raharja Cabang Medan (diakses pada
pukul 09.36 wita pada tanggal 14/02/2020)

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pendidikan dan teknologi menjadi faktor penting tumbuhnya
kebutuhan masyarakat akan asuransi, Ditambah lagi semakin maraknya
teknologi yang mempercepat proses edukasi terhadap masyarakat yang
menjelaskan akan pentingnya asuransi yang tidak hanya bermanfaat untuk
dirinya saja namun juga untuk seluruh anggota keluarganya.
Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan
yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan
penanggung secara timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat
secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi.
Sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan
Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, ketentuan umum perjanjian
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dapat berlaku pula dalam
perjanjian asuransi sebagai perjanjian khusus. Penanggung tidak mempunyai
beban untuk melakukan tanggungan apabila terjadi suatu kerugian yang
diakibatkan dari kesalahan tertanggung sendiri. Bahkan, penanggung berhak
memiliki premi yang telah dibayar atau menuntut premi apabila asuransi
sudah mulai berjalan, jika terjadi suatu kerugian akibat kesalahan tertanggung
sendiri.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak
tertanggung, antara lain dapat memberikan rasa aman dan perlindungan,
sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi
dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai tabungan dan
sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu
meningkatkan kegiatan usaha.

13
B. Saran
Sebaiknya masyarakat mengikuti program asuransi, karena program
ini memiliki banyak manfaat bagi pihak tertanggung,

14
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Nurhaida, Asuransi Kecelakaan di Indonesia, Akademi Keuangan dan


Perbankan “PERBANAS” (A.K.P. “PERBANAS”), Medan, 2002.

Rastuti Tuti, Op. Cit.

Hasymi. A Ali, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2005.

https://dosenekonomi.com/bisnis/asuransi/dasar-hukum-asuransi (diakses pada


pukul 09.36 wita pada tanggal 14/02/2020)

http://digilib.unila.ac.id/8150/3/Bab%20II.pdf (diakses pada pukul 09.36 wita


pada tanggal 14/02/2020)

https://www.neliti.com/publications/14722/aspek hukum perjanjian asuransi


penumpang dalam pengangkutan udara studi pada PT Asuransi Jasa
Raharja Cabang Medan (diakses pada pukul 09.36 wita pada tanggal
14/02/2020)

15

Anda mungkin juga menyukai