Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan nikmat dan karunia- Nya sehingga tugas makalah ini bisa
terselesaikan dengan baik dan benar serta tepat pada waktunya.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah Aspek
Hukum Ekonomi dan Bisnis , Ibu Sulikah, S.Pd, M.Pd atas ilmu dan bimbingannya
serta semua pihak lainnya yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekeliruan dan kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik,saran, dan teguran
yang membangun untuk penyempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, demikianlah makalah ini kami susun. Besar harapan kami makalah
ini bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Malang, September 2018


Penyusun

Kelompok 7

|Page
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB 1.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................3
1.3 TUJUAN..........................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................4
2.1 DEFINISI DAN UNSUR ASURANSI............................................................4
2.2 TUJUAN ASURANSI.....................................................................................5
2.3 PRINSIP DASAR ASURANSI.......................................................................6
2.4 SEJARAH ASURANSI...................................................................................6
2.5 SEJARAH LAHIRNYA HUKUM ASURANSI DI INDONESIA.................9
2.6 PEMBEDAAN JENIS ASURANSI..............................................................10
2.6.1 PEMBEDAAN MENURUT UU PERASURANSIAN..........................10
2.6.2 PEMBEDAAN MENURUT ILMU PENGETAHUAN.........................14
2.7 POLIS ASURANSI........................................................................................14
2.8 PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PEMEGANG POLIS........................15
2.9 CONTOH KASUS ASURANSI....................................................................15
BAB III.........................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................17
3.2 SARAN...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18

|Page
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Timbulnya suatu risiko menjadi kenyataan merupakan sesuatu yang belum
pasti, sementara kemungkinan bagi seseorang akan mengalami kerugian atau
kehilangan yang dihadapi oleh setiap manusia merupakan suatu hal yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu, kemungkinan timbulnya suatu hal yang diusahakan untuk
tidak terjadi. Seseorang yang tidak menginginkan suatu resiko menjadi kenyataan
seharusnya mengusahakan supaya kehilangan atau kerugian itu tidak terjadi.1
Kebutuhan terhadap perlindungan atau jaminan asuransi bersumber dari
keinginan untuk mengatasi kepastian. Ketidakpastian mengandung risiko yang dapat
menimbulkan ancaman bagi setiap pihak, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaku
bisnis. Ketidakpastian tersebut melahirkan kebutuhan untuk mengatasi risiko kerugian
yang mungkin timbul akibat konsekuensi dari ketidakpastian tersebut. Risiko yang
timbul dapat bersumber dari bencana alam, kecelakaan,penyakit, kelalaian,
ketidakmampuan,kesalahan, kegagalan, ataupun dari berbagai sebab sebab lain yang
tidak dapat diduga sebelumnya termasuk tindakan kerusuhan, sabotase, dan terorisme.
Masing masing risiko mungkin memerlukan bentuk penanganan yang berbeda.
Asuransi merupakan salah satu bentuk pengalihan risiko. Pertimbangan yang
timbul dalam pengambilan keputusan terhadap bentuk penanganan risiko didasarkan
pada apakah risiko yang berhasil diidentiifkasi karena ketidakpastian tersebut dapat
dicegah, dihindari, ditanggung sendiri atau dialihkan kepada pihak lain.
Perjanjian antara penanggung dan tertanggung adalah suatu perjanjian asuransi
atas kejadian yang dicantumkan dalam perjanjian yang timbulnya tidak dapat
dipastikan., hal ini tidak membatasi kejadian yang dapat diperjanjikan. Oleh karena itu
diperlukan kejelasaan risiko yang akan dihadapi oleh tertanggung yang kan diambil
alih oleh penanggung dengan imbalan pembayaran premi.

1
Dikutip dari Emmy Pangaribuan Simanjutak, Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya, Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman, diterbitkan oleh Seksi Hukum Dagang Fakultas
Hukum Universitas Gajah Mada , Edisi ke 1, Cetakan ke 1, 1980, HLM. 4-5

1|Page
Tuntutan kebutuhan terhadap pertanggungan asuransi terus berkembang
mengikuti tingkat kompleksitas resiko yang timbul dan mengancam pribadi maupun
dunia usaha. Perlindungan jasa asuransi dalam mengatasi risiko telah melahirkan
usaha perasuransian sebagai suatu bisnis. Industri asuransi dapat memegang peranan
penting bagi perekonomian bangsa dalam bentuk penyediaan jasa pengembalian
risiko, sehingga memungkinkan pribadi atau pelaku usaha membuat suatu
perencanaan yang baik untuk perlindungan mereka dari resiko yang timbul akibar
ketidakpastian. Sementara itu, bagi industri asuransi, risiko ketidakpastian yang
dihadapi adalah sesuatu yang terukur dan pada umumnya memiliki statistik yang
mendukung pengambilalihan risiko yang dilakukan.
Man S. Sastrawidjaja dan Endang mengatakan bahwa dengan adanya
kegunaan positif dari penggunaan asuransi perlu dipertahankan dan dikembangkan.
Untuk mengembangkan usaha ini banyak faktor yang perlu diperhatikan antara lain
Peraturan Perundangan yang terkait.2 Pernyataan yang dikemukakan oleh Man
S.Sastrowidjojo dan Endang menggambarkan bahwa keberadaan Hukum Asuransi
yang memadai dan pemahaman yang baik terhadap ketentuan perundang undangan
dalam bidang usaha perasuransian merupakan sebagian dari faktor yang penting dalam
upaya pengembangan usaha perasuransian.

2
Man S. Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito,
Usaha Perasuransian, Alumni, Edisi ke 2, Cetakan ke 1 1997, hlm 1.

2|Page
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dan unsur unsur yang ada dalam Asuransi?
2. Apa tujuan Asuransi?
3. Apa saja prinsip dasar yang ada dalam Asuransi?
4. Bagaimana sejarah lahirnya Asuransi?
5. Bagaimana sejarah lahirnya hukum asuransi di indonesia?
6. Bagaimana pembedaan jenis jenis Asuransi?
7. Apa definisi dan fungsi polis Asuransi?
8. Bagaimana perlindungan terhadap kepentingan pemegang polis?
9. Bagaimana kasus mengenai asuransi?

1.3 TUJUAN
Sesuai dengan apa yang telah kami rumuskan pada rumusan masalah diatas,
makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Asuransi dan unsur unsur apa saja
yang harus ada didalamnya.
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari Asuransi.
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip dasar yang ada dalam Asuransi
4. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah lahirnya Asuransi baik secara umum
maupun sejarah lahirnya Asuransi di Indonesia.
5. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah lahirnya hukum asuransi di
indonesia?
6. Untuk mengetahui apa saja penggolongan pembedaan jenis jenis Asuransi
7. Untuk mengetahui Apa definisi dan fungsi polis Asuransi?
8. Untuk mengetahui Bagaimana perlindungan terhadap kepentingan
pemegang polis
9. Untuk mengetahui kasus kasus mengenai asuransi.
10.

3|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DAN UNSUR ASURANSI


Secara ekonomi asuransi biasa diartikan sebagai sebuah sistem untuk
mengurangi atau mengatasi kehilangan atau kerugian finansial dari seseorang atau
badan ke seseorang atau badan lainnya.
Definisi autentik mengenai Asuransi terdapat dalam pasal 1 butir 1 Undang
Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang merumuskan bahwa
“ perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan
diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi asuraansi untuk memberi
penggantian terhadap tertanggung karena kerugian atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertaruhkan.”
Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah
Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya
akibat dari suatu evenemen(peristiwa tidak pasti).
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk
perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata,
namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang bersifat untung-
untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH Perdata. Beberapa hal
penting mengenai asuransi:

1. Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata;
2. Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah ditentukan
oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian, hal ini tidak
sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang No.8 tahun 1999 tertanggal 20
April 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

4|Page
3. Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung, namun
dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan yang akan
menerima tanggungan;
4. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju untuk
diadakan perjanjian asuransi;
5. Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat untuk
melaksanakan kewajibannya.

Sehingga dapat disimpulkan ada empat unsur pokok yang terdapat pada
perjanjian Asuransi adalah:

1. Pihak tertanggung (insured), yaitu pihak yang berjanji untuk membayar uang
premi kepada pihak penanggung (pemegang polis)
2. Pihak penanggung (insurer/asuradur), yaitu pihak yang berjanji akan
memberikan santunan kepada pihak tertanggung.
3. Suatu peristiwa yang tidak tentu (evenman)
4. Kepentingan (interest) yaitu mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tidak tentu tersebut.
Asuransi sebagai suatu perjanjian atau perikatan sebagaimana perjanjian
lainnya tunduk pada hukum perikagan sebagaimana tercantum dalam buku III KUHP
tentang Perikatan. Oleh karena itu sahnya suatu perjanjian asuransi harus memenuhi
syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHP yaitu:
1. Sepakat mengikatkan diri
2. Kecakapan untuk membuat perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Sebab yang halal

2.2 TUJUAN ASURANSI


A. PENGALIHAN RISIKO
Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang
mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada
perusahaan asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih kepada penanggung.
B. PEMBAYARAN GANTI RUGI

5|Page
Jika suatu ketika sungguh–sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan
kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung akan
dibayarkan ganti kerugian yang besarnya seimbang dengan jumlah asuransinya.

2.3 PRINSIP DASAR ASURANSI


Ada 6 prinsip dasar Asuransi yang melandasi hukum asuransi, dan prinsip ini
perlu diketahui bagi pengguna asuransi maupun perusahaan penyedia jasa asuransi. 6
prinsip itu yaitu:
1. Kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable interest) adalah hak
pertanggungan yang muncul dari hubungan keuangan dan diakui oleh hukum.
2. Asas Itikad Baik (Utmost good faith) memaksudkan segala sesuatu yang
dipertanggungkan yang harus diungkapkan secara detail dan lengkap.
Oleh karena itu, dibutuhkan kejujuran dari kedua belah pihak
3. Sebab Akibat (Proximate caus)e adalah kejadian yang tidak terduga yang
menyebabkan kerugian tanpa adanya intervensi dari kerugian tersebut.
4. Ganti Rugi (Idemnty) adalah tanggung jawab si penanggung untuk
mengembalikan kondisi financial tertanggung ke posisi semula sebelum terjadi
kerugian. Beberapa cara pembayaran ganti rugi antara lain:
 Pembayaran dengan uang tunai
 Perbaikan
 Penggantian, atau
 Pemulihan kembali
5. Pengalihan (Subrogation) adalah hak tuntut yang dimiliki tertanggung kepada
si penanggung atau sering biasa kita sebut “klaim”.
6. Kontribusi (Contribution) adalah bahwa apabila penanggung telah membayar
penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung maka penanggung berhak
menuntut perusahaam perusahaan lain yang terlibat dalam suatu
pertanggungan (secara bersama sama untuk menutup asuransi harta benda
milik tertanggung) untuk membayar bagian kerugian masing masing yang
besarnya sebanding dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya.

2.4 SEJARAH ASURANSI


Sejarah asuransi merupakan sejarah panjang hasil ikhtiar insan manusia dalam
pencarian cara untuk mengurangi risiko yang lahir dari suautu ketidakpastian dengan

6|Page
membagi atau mengalihkan risiko yang mengancammereka, pada satu pihak kepada
pihak lain. Di sisi lainnya, asuransi juga merupakan sejarah ikhtiar para umat manusia
dalam mengambil keuntungan melalui pengumpulan dana dari masyarakat dengan
memberikan janji untuk memberikan manfaat kepada pihak yang hendak
menghindarkan diri dari ancaman risiko yang timbul dari ketidakpastian.
Dari beberapa sumber kami merangkumkan bahwa sejarah asuransi sebelum
memasuki abad pertengahan dapat dibagi menjadi beberapa periode , diantaranya
yaitu pada masa babilonia, yunani dan romawi. Sejarah asuransi tertua sendiri dapat
ditelusuri sampai sekitar 4000 tahun silam dalam bentuk upaya para pedagang bangsa
bailonia yang hidup diantara sungai eufrat dan tigris untuk melinduni usaha mereka
dari kemungkinan risiko ketidkapastian yang akan terjadi. Pada saat itu, para
pedagang dapat meminjam uang dari pedagang lain yang bertindak sebagai kreditor
dengan menggunakan barang dagangan maupun kapalnya sebagai jaminannya. Para
pedagang tersebut akan mengembalikan uang yang telah mereka pinjam ssetelah
mereka sampai ditujuan beserta sejumlah tambahan biaya kepada kreditor yang
bertindak sebagai penanggung risiko. Pedagang tersebut akan dibebaskan dari
utangnya apabila kapal atau barang dagangannya tidak selamat smpai ditujuan,
sedangkan tambahan biaya yang diberikan dapat dianggap sebagai premi.
Sejarah lain mengatakan bahwa untuk mengurangi risiko kehilangan barang
selama dalam pelayaran di sungai HUANG HO China pada sekian abad sebelum
masehi, para pedagang yang melayari sungai tersebut membagi muatan barang
dagangan mereka masing masing ke dalam sebuah jung. Apabila dalam setiap
pelayaran terdapat jung yang memuat barang mereka mengalami musibah, tingkat
kerugian setiap padang hanya akan sebatas jumlah barang dagangan yang terdapat di
dalam jung yang mengalami musibah saja.
Pada masa pemerintahan Alexander The Great di yunani terdapat suatu bentuk
perjaminan oleh pemerintah yang meminjam uang kepada khalayak umum dengan
imbalan pemberian bunga setiap bulan sampai sang pemilik wafat dan menyediakan
biaya penguburan bagi pemilik uang. Bentuk perjaminan tersebut menjadi asuransi
jiwa pertama yang ada.
Pada zaman Romawi dikenal perkumpulan yang bernama collegium cultorum
et dianae et antinol dan collegium lambaesis. Pada collegium cultorum et dianae et
antinol perkumpulan memberikan pembayaran kepada ahli waris dan biaya
penguburan apabila peserta meninggal dunia. Pembayaran tersebut didapatkan dari

7|Page
iurang pangkal yang dibayarkan peserta setiap harinya sedangkan pada collegium
lambaesis iuran pangkal yang dibayarkan setiap bulannya dipergunakan untuk
membiayai pesta perayaan kenaikan pangkat dalam dinas ketentaraan serta biaya
pemindahan ke tempat tugas yang baru juga pembayaran kepada ahli waris jika
peserta meninggal.
Kegiatan asuransi masuk ke Indonesia mengikuti keberhasilan bangsa belanda
dalam usaha perkebunan dan perdagangan di Indonesia. Pada awalnya kegiatan
asuransi hanya terbatas untuk melindungi kepentingan inggris, belanda, dan bangsa
eropa lainnya yang melakukan perdagangan dan usaha perkebunan di Indonesia,
terutama untuk asuransi pengangkutan dan kebakaran. 3Sejarah mencatat bahwa
perusahaan asuransi yang pertama kali beroperasi adalah Semarang Sea yang berdiri
pada tahun 1816. Kemudian muncullah perusahaan asuransi lainnya yang masih
seangkatan dengannya seperti Java Sea, Arjoeno, Veritas Dan Mercurius. Selanjutnya
pada tahun 1912 atas prakarsa guru besar bernama M. Ng. Dwijosewojo dibentuklah
perusahaan asuransi yang berbentuk badan usaha bersama di Magelang yang didirikan
karena rasa keprihatinan yang mendalam terhadap nasib para guru pribumi pada saat
itu, perusahaan asuransi tersebut bernama BUMIPUTERA. Bumiputera inilah yang
menjadi perusahaan Asuransi jiwa nasional pertama di indonesia. Sedangkan asuransi
non jiwa pertama di Indonesia adalah NV Indische Lloyd yang kemudian berganti
nama menjadi Lloyd Indonesia.4
Pada masa penjajahan jepang, industri asuransi tidak berkembang di Indonesia.
Namun, setelah masa perang dunia II usai perusahaan asuransi tersebut mulai
beroperasi kembali. Setelah kemerdekaan RI, pemerinth melakukan nasionalisasi atas
sejumlah perusahaan asuransi termasuk NV Assurantie Maatshappij De Netherlandern
dan Bloom Vandeer EE milik Belanda yang didirikan pada tahun 1845 yang diubah
menjadi Umum International Underwriters (UIU) dan perusahaan asal inggris yang
namanya diganti menjadi bendasraya. Pada tahun 1972 UIU dan Bendasraya digabung
menjadi Asuransi Jasa Indonesia.5 Sedangkan untuk sektor Asuransi Jiwa pemerintah
melakukan nasionalisasi perusahaan asuransi jiwa milik belanda dengan nama
nederlandsche indische leverzekring en lijvrente maatschapij (NILLMIJ) 6. Pada tahun
1953 berdirilah suatu perusahaan reasuransi profesional swasta, Maskapai Reasuransi
3
Sejarah Asuransi oleh Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia dan www. Mediasuransi.com
4
www.bumiputera.com;
5
Wikipedia.org/wiki/PT_Asuransi_jasa_Indonesia; www.jasindo.co.id
6
www.jiwasraya.co.id

8|Page
Indonesia (MAREIN) Yang disusul oleh pendirian PT Reasurasi Umum Indonesia
(INDORE) yang merupakan perusahaan reasuransi milik pemerintah7.
Pencapaian terpenting dalam tonggak sejarah asuransi Indonesia sejak
kemerdekaan RI yaitu terlaksananya Kongres Asuransi Nasional Seluruh Indonesia
pertama pada 25-30 November 1956 di Bogor. Tujuan kongres ini adalah untuk
menyatukan pendapat dan bekerja sama memberikan sumbangan yang bermanfaat
bagi perkenomian nasional, mengatasi sisa sisa sistem perekonomian kolonial,
realisasi konkret dari konferensi meja bundar (KMB) dan peningkatan kesadaran
berasuransi.kongres tersebut melahirkan kesepakatan pendirian Dewan Asuransi
Indonesia pada 1 februari 1957. Dewan Asuransi Indonesia ini dibentuk dengan tujuan
utnuk mengadakan dan memelihara persatuan dan kerja sama diantara sesama
perusahaan asuransi dan reasuransi dan memperkuat kedudukan dan organisasi serta
mempertinggi mutu kerja para anggota.
Pada tahun 2002 dewan asuransi indonesia berubah menjadi Federasi Asosiasi
Perasuransian Indonesia (FAPI) yang menaungi semua asosiasi usaha perasuransian di
Indonesia menyusul pendirian asosiasi asuransi umum indonesia dan asosiasi asuransi
jiwa indonesia dan asosiasi asuransi jaminan sosial indonesia, asosiasi asuransi syariah
indonesia, dan bergabungnya asosiasi pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia serta
asosiasi adjuster asuransi indonesia. Karena adanya suatu kendala, pada juli 2010
FAPI kembali dirubah menjadi Dewan Asuransi Indonesia.

2.5 SEJARAH LAHIRNYA HUKUM ASURANSI DI INDONESIA


Keberadaan hukum asuransi di Indonesia berakar dari kodifikasi Hukum
Perdata dan Hukum Dagang pada permulaan abad ke 19 semasa pemerintahan kaisar
Napoleon di Perancis. Pada saat itu, hukum dagang belanda hanya memuat pasal pasal
mengenai asuransi laut sampai diundangkannya rancangan kitab undang undang
hukum dagang tahun 1838. Yang memuat peraturan peraturan mengenai asuransi
kebakaran, asuransi hasil bumi dan asuransi jiwa. Sistem tersebut yang dahulu dianut
Hindia Belanda yang sampai saat ini masih berlaku di Indonesia.8
Di Indonesia Undang Undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah bisnis
untuk pertama kalinya lahir pada tahun 1992 dengan disahkannya UU No 2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian. Sebelum UU No 2 Tahun 1992 disahkan, asuransi

7
Lembaga Pendidikan Asuransi Indonesia, sejarah asuransi edisi 1 tahun1984
8
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, Intermasa, 1986, hlm 15-17.

9|Page
bisnis diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden (KEPRES)
beserta peraturan lain dibawahnya.
Undang undang bisnis asuransi mengatur asuransi sebagai sebuah bisnis
dengan membuat aturan mengenai perizinan, pengelolaan, dan peranan pemerintah
dalam pembinaan dan pengawasan usaha perasuransian sebagaimana disebutkan
dalam pasal 27 UU bisnis asuransi sedangkan dalam pelaksanaannya sendiri diatur
dalam Peraturan Pemerinah Nomor 73 Tahun 1992 .
Pada tahun 1999 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63
Tahun 1999 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 yang
menggantikan sebagian ketentuan dalam PP Nomor 73 Tahun 1992. Perubahan kedua
diberlakukan melalui PP No 39 Tahun 2008 tentang perubahan kedua PP Nomor 73
Tahun 1992. Terakhir, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 81 Tahun 2009 tentang
perubahan ketiga PP Nomor 73 tahun 1992. Peraturan pemerintah tersebut kemudian
diikuti oleh PerMen Keuangan dan berbagai keputusan lain dibawahnya yang
semuanya menjadi peraturan pelaksanaan, pengelolaan, pembinaan, dan pengawasan
bisnis asuransi di indonesia.

2.6 PEMBEDAAN JENIS ASURANSI


2.6.1 PEMBEDAAN MENURUT UU PERASURANSIAN
Menurut Undang Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Perasuransian,
Asuransi dibedakan menjadi 2 jenis yang meliputi usaha perasuransian dan usaha
penunjang asuransi.

2.6.1.1 Usaha Perasuransian

Menurut Undang Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Perasuransian,


usaha perasuransian dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Usaha Asuransi Kerugian
Adalah usaha asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko
atas kerugia, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab kepada pihak ke 3 atas
kejadian yang tak pasti.
b. Usaha Asuransi Jiwa
Adalah usaha asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko
yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang

10 | P a g e
dipertanggungkan. Kebutuhan jaminan yang dapat dipenuhi oleh asuransi jiwa
mencakup:
 Kebutuhan pribadi, meliputi biaya hiudp final seperti biaya yang
berkaitan dengan kematian, tunjangan keluarga, biaya pendidikan, dan
uang atau pinjaman yang harus dilunasi.
 Kebutuhan bisnis, seperti insurance on key persons (asuransi untuk
orang penting dalam perusahaan), insurance on bussines owners
(asuransi pemilik bisnis), employee benefit (kesejahteraan karyawan).
c. Usaha Reasuransi
Adalah usaha yang memberikan jasa dalam pertanggungan utang terhadap
resiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau asuransi jiwa.
1. Prinsip reasuransi
 Perjanjian reasuransi antara ceyding company dan reasuradur yang harus
dibuat secara tertulis merupakan perjanjian terpisah dan berdiri sendiri
dengan perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
 Tertanggung tidak mempunyai hak apapun terhadap reasuradur
 Apabila reasuradur mengalami pailit ataupun tidak mau membayat suatu
klaim yang valid maka ceding company tetap harus bertanggung jawab
kepada tertanggung sesuai dengan polis yang dikeluarkan.
 Apabila ceding company pailit , reasuradur tetap bertanggung jawab
terhadap ceding company sesuai dengan perjanjian reasuransi yang telah
dibuat.
 Reasuradur tidak mempunyai hak tterhadap segala kesalahan yang
dilakukan oleh tertanggung.
2. Fungsi reasuransi
 Menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan asuransi
 Mendukung stabilitas keuangan perusahaan asuransi
3. Bentuk reasuransi
 Fakultatif
Merupakan bentuk penempatan reasuransi ketika ceding company bebas
mereasuransikan pertanggungan yang diutupnya dan perusahaan
reasuransi bebas pula untuk menerima atau menolak objek reasuransi
tersebut.

11 | P a g e
 Treaty
Merupakan bentuk penempatan reasuransi yang dilakukan melalui suatu
perjanjian. Treaty dibagi menjadi :
1. Proportional treaty
a) Quota share
Yaitu perjanjian pembagian risiko antara ceding company dengan
reasuradur diatur dalam presentase tertentu, misal ceding company
30% dan reasuradur 70%.
b) Surplus treaty
Perjanjian asuransi berisi tentang persetujuan reasuransi menerima
kelebihan risiko diatas jumlah retensi ceding company.
2. Nonproportional treaty
a) Excess of loss
Reasuradur hanya terlibat terhadap kerugian yang telah melebihi
jumlah tertentu yang ditahan oleh ceding company. Keterlibatan
reasuradur dibatasi hingga jumlah tertentu yang dinamakan cover
limits.
b) Stop loss
Reasuransi yang digunakan oleh ceding company untuk menjaga
agar rasio klaimnya tidak melebihi rasio yang ditetapkan.
c) Aggregate excess of loss
3. Facultatif obligatory
Adalah sistem ketika ceding company tidak mempunyai keharusan
untuk mereasuransikan. Namun apabila ceding company
mereasuransikan, reasuradur harus menerima/
4. Pool
Perjanjiaan antara beberapa perusahaan asuransi untuk menempatkan
jenis asuransi tertentu dalam satu sentral yang kemudian akan
dikembalikan kepada masing masing anggota.

2.6.1.2 Usaha Penunjang Asuransi


Menurut Undang Undang Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Perasuransian, usaha
penunjang asuransi dibagi menjadi 5 yang meliputi:
a. Usaha Pialang Asuransi

12 | P a g e
Menurut UU No 2 Tahun 1999 Pasal 1 Butir 8 tentang Perasuransian, pialang
asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa perantaraan dalam penutupan dan
penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi. perusahaan pialang asuransi merupakan
badan hukum yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang awam
dengan kondisi dan persyaratan polis asuransi. perusahaan pialang asuransi dibentuk
pemerintah melalui peraturan perundang undangan yakni UU No 2 Tahun 1999 Pasal
1 Butir 8 tentang Perasuransian dengan tujuan melindungi kepentingan masyarakat
luas.
1. Manfaat pialang asuransi
 Mengenal dan menganalisis risiko tertanggung
 Mendesain program asuransi yang sesuai
 Menyeleksi perusahaan asuransi
 Memantau kondisi dan situasi setiap adanya perubahan dalam industri
asuransi secara konsisten
 Memberikan saran menangani risiko kapada tertanggung
2. Fungsi pialang asuransi
 Menempatkan risiko tertanggung kepada perusahaan asuransi yang
telah diseleksi.
 Membantu pengurusan dan pelayanan klaim hingga ganti rugi memadai
diterima dalam kurun waktu yang relatif cepat oleh tertanggung.
 Menjadi rekan kerja yang setia dan terpercaya bagi tertanggung
sepanjang tahun
b. Usaha Pialang Reasuransi
Usaha pialang reasuransi yaitu usaha yang dijalankan perusahaan yang
memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan pelayanan
ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
c. Usaha Agen Asuransi
Adalah seseorang atau badan hukum yang kegiatannya memberikan jasa dalam
memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. Setiap agen
asuransi hanya diperbolehkan menjadi agen dari satu perusahaan asuransi.
d. Usaha Penilai Kerugian Asuransi

13 | P a g e
Perusahaan penilai kerugian asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa
penilaian terhadap kerugian objek asuransi yang dipertanggungjawabkan
sesuai norma yang berlaku.
e. Usaha Konsultan Aktuaria
Perusahaan konsultan aktuaria adalah perusahaan yang memberikan jasa
aktuaria kepada perusahaan asuransi dan dana pensiun dalam rangka
pembentukan atau pengelolaan suatu program asuransi dan atua program dana
pensiun.

2.6.2 PEMBEDAAN MENURUT ILMU PENGETAHUAN


Ilmu pengetahuan membedakan asuransi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Asuransi kerugian (losses insurance)
2. Asuransi sejumlah uang (sum insurance)
3. Reasuransi

2.7 POLIS ASURANSI


Berdasarkan definisi autentik tentang asuransi menurut UU Perasuransian dan
KUHD, dapat ditegaskan bahwa perjanjian asuransi adalah suatu perjanjian konsensuil
yang artinya perjanjian dianggap telah lahir pada saat tercapainya kata sepakat.
Namun, Peraturan Pemerintah Nomor 73 tentang Usaha Perasuransian memerintahkan
dibuatnya suatu akta dibawah tangan yang dinamakan polis dengan maksud
memudahkan pembuktian apabila terjadi perselisihan.
Polis dalam asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak
pihak yang mengadkan perjanjian, yaitu tertanggung ataupun penanggung.
A. Fungsi polis asuransi bagi tertanggung
 Bukti tertulis ats jaminan penanggungan untuk mengganti kerugian
yang mungkin dideritannya yang ditanggung oleh penanggung
 Bukti pembayaran premi kepada penanggung
 Bukti autentik untuk menuntuk penanggung apabila lalai atau tidak
memenuhi jaminannya
B. Fungsi polis asuransi bagi penanggung
 Bukti atas tanda terima premi dari tertanggung
 Bukti tertulis atas jaminannya yang diberikan kepada tertanggung
untuk membayar ganti rugi yang mungkin diderita oleh tertanggung

14 | P a g e
 Bukti autentik untuk menolak ganti rugi atau klaim apabila penyebab
kerugian tidak memenuhi syarat polis.

2.8 PERLINDUNGAN KEPENTINGAN PEMEGANG POLIS


1. Pada awal pendirian, perusahaan asuransi dan reasuransi harus menempatkan
sekurang kurangnya 20% dari modal yang disetor yang dipersyaratkan dalam
bentuk deposito berjangka dengan perpanjangan otomatis pada bank umum di
indonesia yang bukan afiliasi dari perusahaan asuransi dan reasuransi yang
bersangkutan.
2. Deposito tersebut merupakan jaminan terakhir dalam rangka melindungi
kepentingan pemegang polis.
3. Premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan, dan
tidak diterapkan secara deskriminatif.
Tingkat premi dinilai tidak mencukupi apabila:
1. Sangat rendah dan tidak sebanding dengan manfaat yang dijanjikan dalam
polis yang bersangkutan
2. Penerapan tingkat premi yang berkelanjutan akan membahayakan tingkat
solvabilitas perusahaan
3. Penerapan tingkat premi yang berkelanjutan akan merusak iklim persaingan
yang sehat.

2.9 CONTOH KASUS ASURANSI


Jakarta, CNN Indonesia -- Eks Direktur Utama PT Asuransi Allianz Life Indonesia
Joachim Wessling dan Manager Claim Yuliana Firmansyah resmi menjadi tersangka
dugaan kasus mempersulit proses pencairan klaim.Keduanya dijerat dengan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, setelah dilaporkan oleh
nasabahnya, yaitu Ifranius Algadri.Kuasa Hukum Ifranius, Alvin Lim mengatakan bahwa
kliennya merasa dipermainkan dan dipersulit dalam mengajukan klaim. Dalam proses
klaim kedua Ifranius, perusahaan asuransi yang berbasis di Jerman tersebut menambah
persyaratan yang tak tertera dalam buku polis.
“Sakit pertama, klaim lancar. Pas sakit kedua, sakit tifus, dipersulit klaimnya.
Padahal, waktu beli asuransi ini, klien saya dipaksa-paksa. Klien saya sebagai nasabah
merasa dipermainkan,” ujarnya, Rabu (27/9).Menyoroti kasus dugaan pelanggaran
perlindungan konsumen tersebut, sebetulnya, bukan hal baru sengketa klaim antara
nasabah dan asuransi terjadi di sektor asuransi. Kasus semacam ini pun bukan pertama
kalinya dihadapi Allianz.Pada April 2013 lalu, sengketa Allianz dengan salah seorang

15 | P a g e
nasabahnya, Indaryati SA Motik, terkuak. Indaryati mengaku, menderita kerugian hingga
ribuan dolar AS. Diketahui, agen asuransi melenyapkan uang premi yang disetorkannya. 
Beruntung, saat itu, Allianz bersedia mengganti hingga 70 persen dari uang premi
yang disetor Indaryati. Berbeda dengan klaim sakit Ifranius yang hanya bernilai Rp16,5
juta.

16 | P a g e
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari paparan / penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan
suatu bentuk perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320
KUH Perdata, namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang
bersifat untung-untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH
Perdata.Dan asuransi juga bertujuan untuk pengalihan resiko dan bentuk ganti rugi.
Lahirnya hukum asuransi di indonesia Keberadaan hukum asuransi di Indonesia
berakar dari kodifikasi Hukum Perdata dan Hukum Dagang pada permulaan abad ke
19 semasa pemerintahan kaisar Napoleon di Perancis. Pada saat itu, hukum dagang
belanda hanya memuat pasal pasal mengenai asuransi laut sampai diundangkannya
rancangan kitab undang undang hukum dagang tahun 1838. Yang memuat peraturan
peraturan mengenai asuransi kebakaran, asuransi hasil bumi dan asuransi jiwa. Sistem
tersebut yang dahulu dianut Hindia Belanda yang sampai saat ini masih berlaku di
IndonesiaHukum asuransi di indonesia sangat penting sebab di indonesia banyak
sekali perusahaan yang berada pada bidang asuransi

3.2 SARAN
Marak nya perusahaan yang meluncur ke bidang keasuransian saranya agar
hukum asuransi dapat ditegakkan dengan semaksimal mungkin agar terjalin hubungan
baik antara perusahaan dan masyarakat.

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
BUMIPUTERA. (t.thn.). Diambil kembali dari www.bumiputera.com
CNN INDONESIA. (t.thn.). Diambil kembali dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170927151814-83-244375/belajar-
dari-kasus-allianz-agar-klaim-asuransi-tak-ditolak
ENDANG, M. S. (1997). HUKUM ASURANS, PERLINDUNGAN TERTANGGUNG,
ASURANSI DEPOSITO EDISI KE 2 CETAKAN KE 1. BANDUNG:
ALUMNI.
INDONESIA, L. P. (1984). SEJARAH ASURANSI EDISI 1. LEMBAGA
PENDIDIKAN INDONESIA.
INDONESIA, L. P. (t.thn.). SEJARAH ASURANSI.
INDONESIA, P. J. (t.thn.). JASINDO. Diambil kembali dari www.jasindo.co.id
JIWASRAYA. (t.thn.). Diambil kembali dari www.jiwasraya.co.id
MEDIASURANSI. (t.thn.). Diambil kembali dari www.mediasuransi.com
MUBAROK, A. (t.thn.). Diambil kembali dari
https://ekaandy.files.wordpress.com/2014/11/materi-abdul-mubarok_aspek-
hukum-kontrak-asuransi-di-indonesia.pdf
SIMANJUNTAK, E. P. (1980). HUKUM PERTANGGUNGAN DAN
PERKEMBANGANNYA EDISI KE 1 CETAKAN KE 1. YOGYAKARTA:
SELEKSI HUKUM DAGANG FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
GAJAH MADA.

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai