Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “Sewa Beli”
dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Dalam makalah ini menjelaskan pengertian dari Asuransi Konvensional


dan Asuransi Syariah, Untuk mengetahui definisi judul ini, penulis akan mengulas
secara rinci dari judul diatas untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
perbedaan-perbedaan dalam asuransi konvensional dan asuransi syariah.
Perbedaan yang akan dipaparkan berkaitan dengan tujuan, prinsip-prinsip, dan
manfaat asuransi tersebut.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih berada jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan dari makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalam.

Sigli, 18 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Prinsip-prinsip Asuransi dalam Hukum Asuransi Indonesia...........................3
1. Insurable Interest..............................................................................................3
2. Utmost Good Faith............................................................................................3
3. Proximate Cause................................................................................................4
4. Indemnity...........................................................................................................4
5. Subrogation.......................................................................................................5
6. Contribution......................................................................................................5
B. Prinsip-prinsip Asuransi dalam Hukum Asuransi Syariah..............................6
C. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional................................................9
D. Karakteristik Asuransi......................................................................................11
E. Tujuan dan Manfaat Asuransi..........................................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupan selalu dihadapkan pada berbagai


risiko yang tidak disenangi dan bersifat merugikan. Asuransi merupakan salah
satu bentuk pengendalian atas risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan
risiko dari pihak tertanggung ke pihak penanggung. Risiko dalam asuransi adalah
ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian
secara ekonomis.

Segala sesuatu selalu mengandung risiko. Kita tidak akan tahu kapan kita
akan terlibat dengan keadaan yang tidak diinginkan. Risiko bisa terjadi tanpa
diduga sebelumnya. Oleh karena itu, dibutuhkan asuransi untuk mempersiapkan
diri apabila risiko yang tidak disenangi dan merugikan terjadi. Hal tersebut yang
dimanfaatkan oleh perusahaan asuransi dalam menjalankan usahanya.

Masyarakat saat ini banyak yang telah menyadari bahwa asuransi berguna
untuk mengurangi risiko yang akan ditanggung apabila terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan. Setelah menggunakan asuransi masyarakat dapat membuat
perencanaan keuangan apabila kemungkinan terjadinya risiko telah dipersiapkan
sebelumnya. Dengan demikian masyarakat dapat lebih fokus memikirkan masa
depan.

Berjalannya perkembangan asuransi konvensional maupun asuransi


syariah dibutuhkan standar untuk dapat mengakomodasi pelaporan yang harus
dilakukan. Selain itu, dengan adanya tujuan yang berbeda berarti ada pelaporan
yang harus sesuai dengan tujuan yang ada. Oleh karena itu, dibutuhkan standar
akuntansi yang sesuai dengan tujuan dan transaksi-transaksi yang terjadi pada
masing-masing jenis asuransi tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana yang dimaksud prinsip-prinsip asuransi dalam asuransi
Indonesia?
b. Bagaimana yang dimaksud prinsip-prinsip asuransi dalam asuransi
syariah?
c. Apa perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional?
d. Bagaimana karakter dan tujuan asuransi?

C. Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan bagaimana yang dimaksud prinsip-prinsip asuransi dalam
asuransi Indonesia!
b. Menjelaskan bagaimana yang dimaksud prinsip-prinsip asuransi dalam
asuransi syariah!
c. Mendiskripsikan perbedaan kedua asuransi, yaitu asuransi syariah dan
konvesional!
d. Menjelaskan karakter dan tujuan asuransi!

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip Asuransi dalam Hukum Asuransi Indonesia
1. Insurable Interest

Prinsip Insurable interest adalah hak untuk mengasuransikan yang


dilakukan karena adanya hubungan atau kepentingan. Kepentingan untuk
berasuransi tersebut antara tertanggung dan yang diasuransikan.

Misalnya, saja Anda mengambil asuransi jiwa sebagai tertanggung dan


pihak yang ditunjuk adalah pasangan Anda. Keputusan tersebut diambil
karena pihak yang ditunjuk akan merugi bila terjadi risiko pada tertanggung.
Prinsip ini secara sederhana mengedepankan jaminan bagi pihak yang
ditunjuk. Biasanya pihak yang ditunjuk masih cukup bergantung secara
finansial pada pihak tertanggung.

Contoh lain adalah saat Anda mengambil asuransi jiwa saat sedang
mengambil KPR. Dengan cara ini, Anda tidak akan membebankan pihak yang
ditunjuk yaitu keluarga untuk meneruskan cicilan apabila terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan pada Anda.

Contoh asuransi yang termasuk dalam prinsip ini juga mencakup asuransi
kredit. Dengan produk asuransi ini, Anda tidak akan membebankan utang
pada keluarga atau penjamin. Sebab, perusahaan yang akan melanjutkan
cicilan Anda bila terjadi risiko meninggal. Biasanya insurable interest ini
yaitu kepentingan untuk diasuransikan ini diterapkan pada:

 Hubungan keluarga seperti misalnya suami atau istri, dan anak-


anak.
 Hubungan bisnis seperti misalnya perusahaan dengan orang
penting di situ, atau kreditur dan debitur.

2. Utmost Good Faith

Prinsip asuransi satu ini disebut pula sebagai itikad baik. Jadi, perjanjian
yang akan dibuat harus didasarkan pada fakta-fakta dan tentu saja jujur. Jadi,
calon tertanggung harus menyampaikan kondisi yang lengkap dan akurat. Dari
informasi tersebut, pihak perusahaan pun dapat menentukan premi yang sesuai
untuk calon tertanggung. Selain itu, informasi tadi juga digunakan untuk
menyetujui ataupun menolak pengajuan klaim.

3
Baik penanggung atau perusahaan asuransi dan tertanggung harus
mengungkapkan yang benar mulai dari:

 Tertanggung harus jujur memberi tahu pengalaman klaim yang


pernah dilakukan. Kemudian, pengalaman penutupan asuransi bila
ada. Tak lupa tentu saja kondisi penyakit saat ini.
 Penanggung pun harus terbuka soal perjanjian asuransi, termasuk
khususnya perkecualian dalam polis. Kemudian, penanggung juga
memastikan agen mereka memberi pengetahuan soal produk pada
tertanggung.

3. Proximate Cause

Proximate cause secara sederhana adalah penyebab utama paling awal.


Prinsip ini sangat diperlukan karena dalam asuransi terdapat kesulitan untuk
tentukan penyebab utama. Contohnya saja dalam satu kejadian terjadi
peristiwa berturut-turut yang menyebabkan kerugian.

Sebagai contoh, rumah terbakar pada saat terjadi kebakaran dan angin
topan sekaligus. Dari peristiwa tersebut harus dirunut mana yang terjadi
terlebih dahulu.

Biasanya dalam hal ini dilakukan dua macam pendekatan:

 Dirunut dari kejadian awal. Bila kejadian awal tersebut


menyebabkan kejadian berikutnya maka proximate cause-nya
adalah kejadian awal tersebut. Bila tidak, maka ada kejadian lain
yang jadi penyebab.
 Dirunut dari kejadian akhir. Dari situ dilihat runutnya dan
rangkaian yang tidak terputus merupakan proximate cause.

4. Indemnity

Sering disebut sebagai prinsip ganti-rugi. Prinsip ini mengatur pihak


perusahaan asuransi untuk membayarkan penggantian kerugian sesuai premi.
Ganti rugi tersebut bisa lebih kecil dari kesepakatan namun tidak bisa lebih
besar.

Bentuk penggantian tersebut bisa dilakukan dalam beberapa metode,


antara lain:

 Tunai, yaitu pembayaran dilakukan secara tunai sesuai


kesepakatan.

4
 Repair,  penggantian berdasarkan perbaikan. Biasa nominalnya
tidak lebih dari 75 persen.
 Reinstatement, yaitu penggantian dengan menggantikan barang
yang alami kerugian tersebut dengan yang baru.
 Replacement, penempatan kembali atas kerugian yang terjadi.

5. Subrogation

Subrogation adalah prinsip pengalihan hak dari tertanggung kepada


penanggung setelah klaim sudah dibayarkan.

Jadi hak subrogation atau subrogasi ini akan beralih ke pihak perusahaan
asuransi. Berikut beberapa keadaaan yang memunculkan prinsip subrogasi:

 Perbuatan melanggar hukum


Contoh kasus, mobil A telah diasuransikan pada perusahaan
XYZ. Kemudian, terjadi kecelakaan dimana mobil A ditabrak oleh
mobil B. Pihak perusahaan asuransi XYZ akan membayarkan
klaim mobil A. Setelahnya, perusahaan asuransi XYZ memiliki
hak subrogasi untuk menuntut pemilik mobil B atas kerugian yang
terjadi.
 Sudah diatur dalam kontrak
Dalam kontrak terdapat hak dan tanggung jawab. Bila salah
satu pihak lalai menjalankan kewajiban atau perjanjian tersebut
yang menyebabkan kerugian pada pihak lain, maka pihak yang
bersalah wajib ganti rugi.
 Diatur dalam undang-undang
Pertanggungan juga bisa diatur oleh undang-undang.
Contoh, di beberapa negara diterapkan bila ada kerusuhan maka
pemerintah daerahlah yang bertanggung jawab. Dalam kasus
tersebut adalah pihak kepolisian.
 Pokok pertanggungan
Saat terjadi klaim misal untuk total loss only maka
tertanggung akan mendapatkan ganti rugi penuh. Kemudian, bila
terdapat sisa barang maka akan jadi hak penanggung bila ganti rugi
sudah dibayarkan.

6. Contribution

Contribution dalam prinsip asuransi mengatur hak penanggung untuk


mengajak penanggung lainnya untuk sama-sama menanggung. Akan tetapi,
kewajiban mereka terhadap tertanggung tidak harus sama dalam hal
memberikan indemnity alias kompensasi finansial.

5
Sebagai contoh, Pak A memiliki dua polis asuransi yang sama yaitu
asuransi X dan asuransi Y. Kemudian, Pak A mengalami kerugian dengan
total Rp 100 juta. Dari situ, asuransi X akan membayarkan Rp 75 juta,
sementara asuransi Y membayarkan maksimal Rp 25 juta.

Tertanggung tidak bisa mendapatkan pertanggungan dari masing-masing


polis asuransi yang dia miliki. Dengan demikian, total pertanggungan yang dia
dapatkan tidak akan lebih dari kerugian yang terjadi. Prinsip kontribusi ini
mengatur agar jaminan untuk asuransi yang sama dengan nilai yang sama akan
dibagi pro-rata.

B. Prinsip-prinsip Asuransi dalam Hukum Asuransi Syariah


Prinsip utama dalam asuransi syaraiah adalah ta’awanu ‘ala al birr wa al-taqwa
(tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-ta’min
(rasa aman). Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah
atau asuransi tafakul ditegakan atas tiga prinsip utama, yaitu :

a. Saling bekerja sama atau Bantu-membantu.


Seorang muslim bagian dari sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena
itu, seorang muslim dituntut mampu merasakan dan memikirkan
saudaranya yang akan menimbulkan sikap saling membutuhkan dalam
menyelesaikan masalah.
“Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan)kebaikan dan taqwa.
Dan jangan tolong,menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS.Al
Maidah[5];2)
b. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain.
Hubungan sesama muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota
badan terganggu atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan.
Maka saling membantu dan tolong-menolong menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat.
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-
wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu
menghardiknya”’.(Adh.Duiha [93]9-10)
c. Sesama muslim saling bertanggungjawab
Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama
muslim. Sebagaimana dalam firman Allah swt surat Ali Imran93) ayat 103.

6
“Dan peganglah kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepamu ketika dahulu
(masa Jahilliyah) bermusuh-musuhan, maka, Allah merpersatukan hatimu,
lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara, dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk”.

Adapun prinsip-prinsip asuransi syariah lainnya yang ada dalam hukum islam
ialah:

1. Asuransi Syariah Menjalankan Prinsip Tauhid

Prinsip tauhid menjadi prinsip dasar dalam asuransi syariah. Hal inilah
yang menjadi salah satu poin utama yang wajib dipahami dengan baik. Dalam
prinsip ini, niat dasar memiliki asuransi bukanlah untuk meraih keuntungan
semata, melainkan untuk ikut serta dalam menerapkan prinsip syariah dalam
asuransi. Hal tersebut perlu dan wajib dipahami dengan baik bagi Anda yang
ingin memiliki asuransi syariah. Sebab asuransi syariah ditujukan untuk saling
tolong-menolong dan bukan sebagai sarana perlindungan semata ketika
mengalami musibah (risiko) di kemudian hari.

2. Asuransi Syariah Mengamalkan Prinsip Keadilan

Di dalam asuransi syariah juga terdapat prinsip keadilan di mana nasabah


dan pihak perusahaan asuransi bersikap adil satu sama lain. Artinya, kedua
belah pihak ini harus berkeadilan terkait dengan hak dan kewajibannya
masing-masing. Dengan begitu, tidak ada pihak yang merasa terzalimi atau
dirugikan atas penggunaan produk asuransi tersebut.

3. Asuransi Syariah Memuat Prinsip Tolong-Menolong

Prinsip tolong-menolong menjadi salah satu poin penting dalam konsep


asuransi syariah. Sesama nasabah memang diwajibkan untuk saling berderma
dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Hal seperti inilah yang
dilakukan ketika salah satu nasabah terkena musibah dan mengalami kerugian
sehingga pihak perusahaan asuransi hanya akan bertindak sebagai pengelola
dana saja di dalam konsep asuransi syariah.

7
4. Ada Prinsip Kerja Sama dalam Asuransi Syariah

Asuransi syariah juga menjalankan prinsip kerja sama antara nasabah dan
perusahaan asuransi selaku pengelola dananya. Kerja sama ini dilakukan
sesuai dengan perjanjian/akad yang telah disepakati sejak awal oleh kedua
belah pihak. Dengan demikian, keduanya dapat menjalankan hak dan
kewajibannya dengan seimbang.

5. Asuransi Syariah Dilandasi Prinsip Amanah

Perusahaan asuransi juga dilandasi prinsip amanah dalam mengelola dana


nasabah dan hal yang sama juga berlaku bagi para nasabah asuransi syariah.
Dalam hal ini, nasabah harus bersikap jujur dan tidak mengada-ada ketika
mengajukan klaim. Di sisi lain, pihak perusahaan asuransi juga tidak boleh
semena-mena dalam mencari keuntungan, termasuk dalam mengambil
berbagai keputusan.

6. Asuransi Syariah Memiliki Prinsip Saling Rida

Prinsip saling rida ini menjadi dasar dalam setiap transaksi yang terjadi di
dalam asuransi syariah sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik dan
sesuai ketentuan. Artinya, nasabah rida ketika dananya dikelola perusahaan
asuransi sebagaimana mestinya yang sesuai dengan konsep syariah. Sementara
perusahaan asuransi juga harus rida dengan amanah yang diterimanya dari
nasabah. Dan mereka harus mengelola dana nasabah tersebut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

7. Asuransi Syariah Bekerja dengan Prinsip Menghindari Riba

Konsep syariah tidak membenarkan adanya riba, termasuk dalam asuransi


syariah. Artinya, semua dana/premi yang dibayarkan nasabah kepada
perusahaan asuransi wajib diinvestasikan dalam berbagai bisnis tertentu yang
sesuai dengan prinsip syariah.

8. Asuransi Syariah Berjalan dengan Prinsip Menghindari Bertaruh

Dalam asuransi konvensional penggunaan prinsip maisir (mirip gambling)


adalah hal yang lumrah, hal ini tidak berlaku dalam asuransi syariah. Asuransi
syariah menghindari penggunaan konsep tersebut dan akan menerapkan sistem
risk sharing di dalam layanan mereka.

8
9. Asuransi Syariah Berdasar pada Prinsip Menghindari Ketidakjelasan

Asuransi syariah juga tidak memperbolehkan adanya gharar


(ketidakjelasan) dalam layanan mereka. Sebab asuransi ini menggunakan
konsep risk sharing dan bukan risk transfer sebagaimana yang lazim
digunakan dalam asuransi konvensional.

10. Prinsip Menjauhi Praktik Suap-Menyuap

Baik perusahaan asuransi maupun nasabah penggunanya, keduanya harus


selalu menjauhkan diri dari praktik suap-menyuap dalam semua transaksi
yang dilakukan. Pada dasarnya, suap-menyuap (risywah) adalah kegiatan yang
akan menguntungkan satu belah pihak saja, sedangkan pihak lainnya akan
dirugikan. Itulah mengapa hal ini dilarang dalam asuransi syariah.

C. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional

1. Perjanjian

 Syariah: Memakai akad hibah dengan konsep saling menolong,


sama-sama gak mengharap imbalan.

 Konvensional: Mirip transaksi jual-beli, sama-sama berharap bisa


ambil untung sebesarnya dan rugi sekecilnya.

2. Dana

 Syariah:Dana dimiliki semua peserta asuransi. Perusahaan hanya


menjadi pengelola dana, gak punya hak memiliki.

 Konvensional: Dana premi yang dibayarkan jadi milik perusahaan


karena konsepnya jual-beli, sehingga bebas mau dipakai buat apa
pun asal sesuai dengan perjanjian.

3. Pengelolaan dana

 Syariah: Dana semaksimal mungkin diolah untuk keuntungan


peserta asuransi. Pengelolaannya juga lebih transparan.

 Konvensional: Perusahaan secara sepihak menetapkan premi dan


biaya lain, misalnya administrasi, untuk mendapat keuntungan
sebesar-besarnya.

9
4. Bagi hasil

 Syariah: Keuntungan yang didapat dari pengelolaan dana asuransi


akan dibagi untuk semua peserta dan perusahaan asuransi secara
merata.

 Konvensional: Keuntungan dari kegiatan asuransi sepenuhnya jadi


milik perusahaan.

5. Ada zakat

 Syariah: Peserta wajib membayar zakat yang diambil dari jumlah


keuntungan perusahaan.

 Konvensional: Tak ada zakat.

6. Pengawasan dana

 Syariah: Ada Dewan Pengawas Syariah (DPS) di tiap perusahaan


berbasis syariah, termasuk perusahaan asuransi. Tugasnya
mengawasi perusahaan itu untuk selalu menaati prinsip syariah
dalam mengelola dana asuransi. DPS bertanggung jawab kepada
Majelis Ulama Indonesia (MUI).

 Konvensional: Pengawasan dana dilakukan secara internal oleh


manajemen, gak ada pihak luar yang bisa masuk.

7. Status dana

 Syariah: Dana yang disetor peserta asuransi bisa diambil kalau


dalam perjalanannya gak sanggup lanjut bayar. Hanya ada
potongan kecil berupa dana tabarru dalam hal ini.

 Konvensional: Kalau gak sanggup bayar premi, seluruh dana yang


sudah disetor statusnya hangus alias jadi milik perusahaan.

8. Jenis investasi (unit link)

 Syariah: Dana asuransi unit link hanya boleh diinvestasikan ke


bidang yang gak dinilai haram. Investasi ke perusahaan yang
berkaitan dengan judi, misalnya, dilarang.

10
 Konvensional: Dana bebas diasuransikan di bidang mana pun, asal
itu berpotensi mendatangkan keuntungan

Delapan poin itu sedikit-banyak menjelaskan perbedaan asuransi syariah


dan konvensional. Yang pasti, asuransi syariah menyasar target konsumen yang
jelas, yaitu umat Islam. Namun warga non-muslim juga boleh ikut asuransi
syariah. Jadi nasabah bank syariah juga boleh, gak ada pembedaan agama asal
mematuhi aturannya.

D. Karakteristik Asuransi
Perusahaan asuransi menggunakan the law of large numbers sebagai dasar
operasi mereka, hukum tersebut:

Semakin banyak eksposur atau resiko yang serupa, semakin kecil


penyimpanan kerugian yang terjadi dari kerugian yang diperkirakan.
Sebagai contoh untuk individu resiko atau ketidak pastian yang berkaitan
dengan kematian sangst tinggi.
Terapi jika eksposur atau resiko kematian tersebut dikumpulkan oleh
perusahaan asuransi, resiko kematian tersebut menjadi lebih mudah dan lebih
akurat untuk dihitung. Jika eksposur atau resiko kematian yang dikumpulkan
mencapai 500.000, maka kematian yang sesungguhnya akan menyimpang dari
yang diperkirakan tidak lebih dari 1% akurasi meningkat

E. Tujuan dan Manfaat Asuransi


Adapun tujuan dari Asuransi itu sendiri yaitu:
Tujuan asuransi yang utama adalah semata-mata untuk menjaga-jaga kalau
terjadinya kerugian karena peristiwa itu. Apa yang diperoleh tertanggung dalam
terjadinya kerugian atas dirinya itu, tidak dapat dipandang sebagai keuntungan
bagaimana pun dalam hukum asuransi, pihak tertanggung tidak diperkenankan
memperoleh kekayaan melebihi dari apa yang dipunyai sebelum terjadinya
kerugian.
Adapun tujuan asuransi lainya adalah sebagai berikut :
 Untuk mengalih resiko yang semula ada pada pihak pemilik
kepada pihak asuransi yang bersedia menerima resiko tersebut,
dengan resiko dimaksud suatu kemungkinan tertimpa suatu
kerugian.

11
 Untuk memberi ganti kerugian kepada pihak yang bersangkutan
dan mendapatkan keuntungan di samping melakukan beberapa
jaminan terhadap para pesertanya. 

Dalam kitab KUHP pasal 264 juga disebutkan bahwa, tujuan asuransi adalah
untuk mencegah setidak-tidaknya menguragi resiko kerugian yang mungkin
timbul karena hilang, rusak atau musnahnya barang yang dipertanggungkan dari
suatu kejadian yang tidak pasti.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tujuan asuransi adalah untuk
menjaga jangan sampai suatu usaha menderita kerugian dan untuk member ganti
rugi kepada pihak yang bersangkutan.

Manfaat Asuransi yaitu:

Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat
bagi para peserta asuransi antara lain sebagai berikut:
a. Rasa aman dan perlindungan.
b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
c. Berfungsi sebagai tabungan.
d. Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para
peserta sebagai bentuk saling tolong menolong dan membantu diantara
mereka.
e. Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan
melakukan investasi sesuai dengan syariah atas suatu bidang usaha tertentu.

Asuransi yang dikenal di Indonesia antara lain asuransi jiwa dan asuransi
kerugian. Asuransi kerugian adalah asuransi yang melindungi harta benda
misalnya rumah beserta isinya, apartemen, mobil dan lain-lain.

Asuransi mobil ditujukan untuk melindungi dari berbagai ancaman bahaya


yang tidak terduga misalnya tabrakan, pencurian beberapa bagian mobil atau
bahkan mobil itu sendiri yang dicuri. Dengan melindungi mobil dengan asuransi,
kita dapat mengendarai mobil dengan rasa tenang dan aman ke manapun
bepergian.

12
Manfaat asuransi kendaraan yaitu, menempatkan posisi keuangan
Tertanggung (Pelanggan) kembali kepada saat sebelum terjadi kerugian. Manfaat
asuransi dari kendaraan bermotor adalah melindungi dari berbagai ancaman
bahaya yang tidak terduga.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab ini penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai
berikut.
 Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan
untuk memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang
ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.
 Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta
menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang
akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami
oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan
operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau kontribusi yang
diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
 Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam mengoprasikan
kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-membantu, Saling
melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain, saling
bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur yang mengandung
gharar, maysir dan riba.
 Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi
kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS),
akad, Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan keuntungan.

13
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
 Asuransi syariah bisa menjadi salah satu alternative bagi masyarakat
muslim yang ingin membantu sesamanya
 Perlu diadakannya sosialisasi mengenai produk-produk dari asuransi
syariah ini kepada masyarakat agar masyarakat tidak tabu dengan
informasi mengenai produk-produk yang ditawarkan.
 Sebaiknya diadakan penyuluhan mengenai pentingnya asuransi syariah itu
sendiri guna menumbuhkembangkan minat masyarakat terutama
masyarakat yang muslim untuk menginvestasikan sebagian hartanya agar
dapat menolong sesame.
 Pemerintah sebaiknya mendukung dan membantu program-program yang
dilakukan oleh asuransi syariah, agar tujuan untuk memakmurkan
perekonomian Negara ini dapat tercapai dengan baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) No. 111
http://innazeyina.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-asuransi-syariah.html

https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/06/22/tugas-makalah-akuntansi-asuransi-
syariah/

Skripsi Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Dana Dengan Sistem Mudharabah


Pada Asuransi Syariah (Studi Kasus Pada Pt. Asuransi Takaful Keluarga Cab.
Makassar). 2014 : Andi Sriwahyuni.

15

Anda mungkin juga menyukai