DI
N
OLEH
KELOMPOK 5
Nama : Ria Maulianda
Yatasya Sahira
M. Hafiz
Semester /Unit : 6/4
Prodi : HES
Dosen : Safwan , MA
Makalah ini.
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sehingga tersusunnya Makalah ini semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang
datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Definisi Ariyah.............................................................................................3
B. Landasan Hukum Syara’..............................................................................4
C. Rukun Dan Syarat Ariyah............................................................................6
D. Ketetapan Hukum Akad Ariyah...................................................................8
E. Ihwal Ariyah, Tanggungan, dan Amanat...................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
harta merupakan unsur dharuri yang memang tidak bisa ditinggalkan dengan
begitu saja. Dengan harta manusia dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan
sekunder ataupun primer dalam hidupnya. Dalam rantai untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup, terjadilah suatu hubungan yang horizontal antar manusia yakni
Muamalah, karena pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna, dan saling
yang tidak ada habisnya, kecuali dengan tumbuhnya rasa syukur dan ikhlas yang
luar biasa kepada Tuhan, secara pasti hal ini pula perlu mengenalkan adanya
Tuhan yang memberi nikmat dan rizki kepada manusia sehingga dapat merasakan
maka dalam dunia bisnis Islam biasa dikenal dengan kegiatan Muamalah, salah
satunya yakni yang membahas tentang harta dalam konteksnya harta hadir sebagai
obyek transaksi , sehingga harta pun dapat dijadikan sebagai obyek transaksi jual
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ariyah
Ariyah menurut bahasa, yang berasal dari bahasa Arab ( ) اْلَع اِريَُةdiambil
dari kata ( )عارyang berarti datang atau pergi. Menurut sebagian pendapat ariyah
berasal dari kata ( )التعاورyang artinya sama dengan ( )التناول اُو التناوبartinya saling
dapat dikatakan suatu kegiatan muamalah yang memberikan manfaat sesuatu yang
halal kepada orang lain untuk diambil manfaatnya, dengan tidak merusak zatnya
orang lain atau pihak ketiga tanpa melalui pemilik benda,sedangkan pengertian
1
Sri Soedewi Masychoen Sofwan, HukumPerdata : Hukum Kebendaan,(Yogyakarta:
Liberty,2004)
3
Akad dalam ariyah berbeda dengan hibah, karena dalam Ariyah hanya untuk
diambil manfaatnya tanpa mengambil zatnya. Tetapi dalam Hibah dapat diambil
adalah hak mutlak atas suatu benda tersebut, yang mana hak tersebut memberikan
suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang
syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang
Al Qur’an
2
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung : Pustaka Setia,2001)
4
ٰي ـَاُّيَها اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْو ا اَل ُتِح ُّل ْو ا َش َع ٓاِئَر ِهّٰللا َو اَل الَّش ْهَر اْلَح ـَر ا َم َو اَل
اْلَه ْد َي َو اَل اْلَقاَل ِئ َد َو اَل ٰٓا ِّم ْيَن اْلَبْيَت اْلَح ـَر ا َم َيْبـَتُغ ْو َن َفْض اًل ِّم ْن َّرِّبِهْم
َو ِرْض َو ا ًناۗ َو ِا َذ ا َح َلْلُتْم َفا ْص َطا ُد ْو اۗ َو اَل َيْج ِرَم َّنُك ْم َشَنٰا ُن َقْو ٍم َاْن َص ُّد ْو ُك ْم
َع ِن اْلَم ْس ِج ِد اْلَح ـَر ا ِم َاْن َتْعَت ُد ْو اۘ َو َتَع اَو ُنْو ا َع َلى اْلِب ِّر َو ا لَّتْق ٰو ىۖ َو اَل
َتَع اَو ُنْو ا َع َلى اِاْل ْثِم َو ا ْلُع ْد َو ا ِن ۖ َو ا َّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلِع َق
Yang artinya 3
kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu.
ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ُك ْم َاْن ُتَؤ ُّد وا اَاْل ٰم ٰن ِت ِاٰل ى َاْهِلَهاۙ َو ِا َذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّنا ِس َاْن
َتْح ُك ُم ْو ا ِبا ْلَع ْد ِل ۗ ِاَّن َهّٰللا ِنِع َّم ا َيِع ُظُك ْم ِبٖه ۗ ِاَّن َهّٰللا َك ا َن َسِم ْيًعا َبِص ْيًرا
3
Dalam QS almaidah ayat 2
5
Yang artinya :
maksiat kepada pihak yang sudah menolongnya. Perbuatan seperti ini jelas bukan
merupakan suatu tindakan terpuji, sebab selain ia tidak berterima kasih kepada
orang yang menolongnya, pihak peminjam itu sudah menzalimi pihak yang sudah
membantunya. Ini berarti bahwa ia telah melanggar amanah dan melakukan suatu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah berfirman: Aku menjadi orang ketiga dari dua
orang yang bersekutu selama salah seorang dari mereka tidak berkhianat kepada
temannya. Jika ada yang berkhianat, aku keluar dari (persekutuan) mereka."
َقاَل َر ُسوُل ِهَّللَا صلى هللا: َع ْن َسُمَر َة ْبِن ُج ْنُد ٍب رضي هللا عنه َقاَل
, َو اَأْلْر َبَع ُة, عليه وسلم ( َع َلى َاْلَيِد َم ا َأَخ َذْت َح َّتى ُتَؤ ِّد َيُه ) َر َو اُه َأْح َم ُد
4
QS an nisa’ ayat 58
6
Hadits
Tirmidzi dan Abu Dawud. Hadits hasan menurut Abu Dawud, shahih menurut
Hakim, dan munkar menurut Abu Hatim Ar-Razi. Hadits itu diriwayatkan juga
َقاَل َر ُسوُل ِهَّللَا صلى هللا: َو َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة رضي هللا عنه َقاَل
َو اَل َتُخ ْن َم ْن َخ اَنَك ) َر َو اُه َأُبو, عليه وسلم ( َأِّد َاَأْلَم اَنَة ِإَلى َم ْن ِاْئَتَم َنَك
َو اْسَتْنَك َر ُه َأُبو َح اِتٍم َالَّراِزُّي, َو َص َّح َح ُه َاْلَح اِكُم, َو َالِّتْر ِمِذ ُّي َو َح َّسَنُه, َد اُوَد
Hadits
kepadamu, berikanlah kepada mereka tiga puluh baju besi." Aku berkata: Wahai
7
( َقاَل َرُس وُل َالَّلِه صلى اهلل عليه وسلم: َو َعْن َيْع َلى ْبِن ُأَم َّيَة رضي اهلل عنه َقاَل
َيا َرُس وَل َالَّلِه ! َأَعاِر َيٌة َم ْض ُم وَنٌة َأْو َعاِر َيٌة: ُقْلُت, ِإَذا َأَتْتَك ُرُس ِلي َفَأْع ِط ِه ْم َثاَل ِثَني ِدْر عًا
َو َص َّح َحُه ِاْبُن ِح َّباَن, َو الَّنَس اِئُّي, َو َأُبو َداُو َد, َبْل َعاِر َيٌة ُمَؤ َّداٌة ) َرَو اُه َأَمْحُد: ُمَؤ َّداٌة? َقاَل
Hadits
Sebab perbuatan yang seperti itu, bertentangan dengan ajaran Allah yang
Al-Hadits
lain :
ُ َقاَل َم اِم ن مسِلٍم ي ْقِر ض مسِلًم اُ َقرًض ا َم َّر تِنَي ُ ِاَّل َك اَن: َُعنُ ايِب َم سعوٍدُ اَن ُ النيِّب ُ صل
َك َص دَقَتِه اَم َّر ُة
Artinya :
5
H. Hendi Suhendi ( 2008 ) , fiqih muamalah halaman 93 – 98
8
” dari sahabat ibnu mas’ud bahwa nabi Muhammad SAW bersabda: tidak ada
seorang muslim yang meminjami muslim lainnya dua kali kecuali yang satunya
seperti shodaqoh.”
“Dari Sofwan bin Ummayah berkata, sesungguhnya Nabi SAW. Telah meminjam
beberapa baju perang pada Sofwan pada waktu perang di Hunain. Sofwan
jawab Rasulullah, “ bukan tapi pinjaman yang dijamin”. Kemudian baju itu
berkata, “saya sekarang telah mendapat kepuasan dalam Islam”. (HR. Ahmad
dan An Nasai)
1. Rukun Ariyah
9
Menurut Syafi’iyah, dalam ariyah disyaratkan adanya lafadz shigot akad, yakni
ucapan ijab dan qabul dari peminjam dan yang meminjamkan barang pada waktu
Secara umum, jumhur ulama’ fiqih menyatakan bahwa rukun ariyah ada
2. Syarat ariyah
Dengan demikian, orang gila dan anak kecil yang tidak berakal tidak
6
Sulaiman Rashd, Fiqh Islam,(Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1994)
7
H. Hendi Suhendi ( 2008 ) , fiqih muamalah halaman 94 - 95
10
c. Barang (musta’ar) dapat dimanfaatlan tanpa merusak zatnya, jika
musta’ar tidak dapat dimanfaatkan akad tidak sah. Para Ulama telah
ihram.
d. Shighat
a. Secara Hakikat
8
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah,(Jakarta : Gaya Media Pratama,2000)
11
Pinjam-meminjam atau Ariyah adalah suatu kegiatan muamalah yang
mengambil manfaat dari suatu barang tanpa memiliki zatnya. Menurut ulama’
Malikiyah dan Hanafiyah, hukumnya adalah bagi peminjam tanpa ada pengganti
menurut kebiasaan.
adalah suatu kebolehan untuk mengambil manfaat dari benda. Dari penjelasan
kedua berbeda maksud dan tujuan dari keduanya. Utnuk pendapat yang pertama,
yang dipinjam, dan juga dapat dipinjamkan kepada orang lain, akan tetapi untuk
pendapat yang kedua hanya dapat menggunakan manfaat dari musta’ar tanpa
Allah Berfirman
اَي أاُّي اها الِذ ي ان آماُنوا اَل ِتُّلوا اشعاائ ار اَّل َِّل اواَل الَّش ْه ار ااْْل اراما اواَل ااْْل ْد اي اواَل
ِم
اْل اق اَلئ اد اواَل آِِم اين اْلب ا ْي ات ااْْل ارام ا ي اْب تا غ و ان ف اْض اَل ْن ارِِِّبْم اورْض
اوااًن ۚ اوِإذاا احالْلُتْم فااْص طااُدواۚ اواَل اَْي رم اَّنُك ْم اش ناآُن ق اْو ٍم أاْن ص اُّدوُك ْم ع اِن اْل
امْس ِج ِد ااْْل اراِم أاْن ت اْع تاُدواۘ اوت اع اااونوا ع االى اْلِِِب اوالَّت ْق اوٰى ۖ اواَل ت
اعاااونوا عاالى اِْْلِْْث اواْلُعْد اواِن ۚ اواَّت ُقوا اَّلاَّل ۖ ِإَّن اَّلاَّل اشِد يُد اْلِع اقاِب
12
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
kepada
Tafsir
dengan berburu di waktu ihram (dan jangan pula melanggar bulan haram) dengan
hadya) yakni hewan yang dihadiahkan buat tanah suci (serta binatang-binatang
berkalung) jamak dari qilaadatun; artinya binatang yang diberi kalung dengan
kayu-kayuan yang terdapat di tanah suci sebagai tanda agar ia aman, maka
janganlah ada yang mengganggu baik hewan-hewan itu sendiri maupun para
pemiliknya (jangan pula) kamu halalkan atau kamu ganggu (orang-orang yang
mereka mencari karunia) artinya rezeki (dari Tuhan mereka) dengan berniaga (dan
pengertian mereka yang salah itu. Ayat ini dimansukh oleh ayat Bara`ah. (Dan
apabila kamu telah selesai) dari ihram (maka perintahlah berburu) perintah di sini
13
berarti ibahah atau memperbolehkan (dan sekali-kali janganlah kamu terdorong
kemarahan (kepada suatu kaum disebabkan mereka telah menghalangi kamu dari
dua ta pada asalnya (dalam berbuat dosa) atau maksiat (dan pelanggaran) artinya
meminjam beberapa baju perang pada Sofwan pada waktu perang di Hunain.
Yang arti penjelasan dari hadist ini adanya unsur kerelaan antara Mustair
dan Muir atas musta’ar, sehingga ada keridhaan jika barang yang di pinjam
9
https://tafsirq.com/5-Al-Ma'idah/ayat-2
14
Dari golongan pertama dan kedua sepakat bahwa peminjam tidak memiliki
peminjam hanya berhak memanfaatkannya saja, dan tidak bisa untuk memiliki
bendanya. Adapun menurut golongan pertama gadai adalah akad yang lazim atau
b. Secara Majazi
takaran, timbangan, hitungan dan lain-lain. Misalnya telur, uang, dan segala
sesuatu yang bisa dihitung. Dalam hal tersebut dalam pengembaliannnya harus
serupa dan senilai dengan benda yang dipinjam. Dengan demikian dapat disebut
dengan ariyah secara majazi , sebab tidak dapat dimanfaatkan tanpa merusak
zatnya.10
mengambil manfaat barang sesuai dengan izin dari pemberi pinjaman (muir).
a. Ariyah Mutlak
10
https//ejournal.stebisigm.ac.id
15
peminjam saja atau dibolehkan untuk orang lain, atau tidak dijelaskan
penggunaannya.
b. Ariyah Muqayyad
Adalah meminjamkan suatu barang yang dibatasi dari segi waktu dan
amanat bagi peminjam, baik dipakai maupun tidak. Dengan demikian, dia tidak
menaggung barang tersebut jika terjadi kerusakan, seperti itu juga dalam sewa
menyewa atau barang titipan, kecuali kerusakan tersebut akibat disengaja atau
kelalaian. Hal ini karena tanggunagn tidak dibebankan kepada mereka yang bukan
orang.11
11
Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqh Muamalah,(Bandung : Pustaka Setia, 2008)
16
Dalam kalangan Ulama’ Malikiyah berpendapat bahwa peminjam harus
menanggung barang yang tidak ada adanya, yakni yang dapat disembunyikan,
seperti baju. Muir tidak perlu menanggung sesuatu yang tidak dapat
barang bila terjadi kerusakan dan bila ia menggunakannya tidak sesuai izin yang
terjadi kerusakan.
Golongan ini mendasarkan pendapat mereka pada hadis dari Shafwan bin
umayyah.
SAW:
“Tangan (yang mengambil) adalah bertanggung jawab atas apa yang diambilnya
Barang pinjaman adalah harta orang lain yang diambil manfaatnya. Ulama
seperti kitab-kitab ilmiah, dan suatu saat rusak, maka yang meminjamnya tidak
17
Ariyah dapat dikatakan berubah dari Amanah ke tanggungan, yang
1. Menghilangkan barang
A. Kesimpulan
memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada orang lain untuk diambil
manfaatnya, dengan tidak merusak zatnya agar zat nyatetap bisa dikembalikan
kepadanya
Yang artinya :
18
"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang
Melihat."
DAFTAR PUSTAKA
SoedewiMasychoenSofwan.Sri,(1924),HukumPerdata:Hukum
Kebendaan,Yogyakarta:Liberty Yogya
Pustaka setia
19
20