Anda di halaman 1dari 24

KEPEMILIKAN, HARTA & PENGGUNAANNYA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Ayat-Ayat Ekonomi”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Akhmad Fauzi Aseri, M. A.

Lokal A 2018
Kelompok 5

Emerna Noorlatifah : 180105010084


Muhammad Nudwan Nazieb : 180105010470
Rahmat Apriadi : 180105010488

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH SYARIAH
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah ‫ ُﺳﺑْﺣَ ﺎ َﻧ ُﮫ َو َﺗ َﻌﺎﻟَﻰ‬. yang telah melimpahkan karunia, rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dan tak lupa pula sholawat serta salam kita haturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad saw., beserta para sahabat dan pengikut beliau hinga akhir
zaman. Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul "Ayat-Ayat Ekonomi tentang Kepemilikan dan Penggunaannya" ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
Harapan kami sebagai penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya lebih baik. Makalah ini, kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Banjarmasin, September 2020

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................iii
BAB I PEDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 2
A. Pengertian Kepemilikan ............................................................. 2
B. Macam-macam Kepemilikan...................................................... 4
C. Sebab-sebab Kepemilikan .......................................................... 7
D. Berakhirnya Hak milik ............................................................... 8
E. Pengertian harta .......................................................................... 9
F. Macam-macam harta .................................................................. 9
G. Kedudukan dan fungsi harta ....................................................... 10
H. Ayat-ayat Al-Quran Kepemilikan dan harta............................... 12

BAB III PENUTUP .............................................................................. 20


A. Kesimpulan ................................................................................. 20
B. Saran............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di
dunia ini, sehingga oleh para ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan ke dalam salah
satu ad-daruriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas, agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta. Atas dasar itu, mempertahankan harta dari segala upaya yang
dilakukan orang lain dengan cara yang tidak sah, termasuk ke dalam kelompok yang
mendasar dalam Islam.
Sekalipun seseorang diberi Allah memiliki harta, baik banyak atau sedikit, tidak boleh
berlaku sewenang-wenang dalam menggunakan hartanya itu. Kebebasan seseorang untuk
memiliki dan memanfaatkan hartanya adalah sebatas yang diperbolehkan oleh syara’. Oleh
sebab itu, dalam pemilikan dan penggunaan harta, disamping untuk kemaslahatan pribadi,
juga harus dapat memberikan manfaat dan kemaslahatan pada orang lain.
Pemilik sesungguhnya dari sumber daya yang ada adalah Allah SWT, manusia dalam hal ini
hanya penerima titipan untuk sementara saja. Sehingga sewaktu-waktu dapat di ambil kembali oleh
Allah SWT..
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud harta dan kepemilikan?
2. Apa saja macam-macam harta dan kepemilikan?
3. Apa saja sebab-sebab kepemilikan?
4. Bagaimana proses berakhirnya kepemilikan?
5. Bagaimana kedudukan dan fungsi harta?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan harta dan kepemilikan
2. Untuk mengetahui macam-macam harta dan kepemilikan
3. Untuk mengetahui sebab-sebab kepemilikan
4. Untuk mengetahui proses berakhirnya kepemilikan
5. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi harta.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kepemilikan

Kata milk berasal dari Bahasa Arab al-milk yang berarti penguasaan terhadap sesuatu.

Al-milk berarti sesuatu yang dimiliki (harta). Milik juga berarti hubungan seseorang

dengan suatu harta benda yang diakui oleh syara, yang menjadikan mempunyai kekuasaan

khusus terhadap harta itu, sehingga ia dapat memlakukan tindakan hukum terhadap harta

itu, kecuali adanya halangan syara. Al-milk secara terminologis, yaitu pengkhususan

seseorang terhadap suatu benda yang memungkinkannya untuk bertindak hukum terhadap

benda itu (sesuai keinginannya), selama tidak ada halangan syara. Pengertian hak milik

adalah kekuasaan terhadap pemilik sesuatu barang menurut syara’ untuk bertindak secara

bebas bertujuan mengambil manfaat selama tidak ada penghalang syar’I. Dengan demikian

apabila seseorang telah mempunyai hak memiliki atas suatu harta, maka orang tersebut

memiliki kekuasaan dan kewenang untuk melakukan tindakan atas harta yang dimilikinya

tersebut

Kepemilikan adalah sebuah keterkaitan antara seseorang dengan harta benda yang diakui

oleh syariat islam. Dengan hubungan itu, dia boleh menggunakannya sesuai yang

diinginkan selama tidak ada hal yang menghalangi. Harta benda dapat dimiliki tersebut

dapat berupa benda-benda (material) atau manfaat saja. Dengan kata lain, kepemilikan

adalah sebuah privasi bagi seseorang atas suatu harta benda atau harta manfaat sehingga

orang lain tidak diperkenankan mempergunakannya kecuali sesuai dengan aturan syariah.

2
Rasulullah Saw dalam hadistnya jelas sekali melarang dalam sabdanya: sesungguhnya

darahmu, hartamu, dan kehormatanmu adalah haram (dijaga) dalam islam (H R. Al-

Baihaqi). Rasulullah juga mengatakan : sesungguhnya lebih berhak atas hartanya sendiri

dibandingkan anaknya, orangtuanya, dan orang-orang lainyya (H R. Al-Baihaqi).

Kepemilikan atas harta adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah Swt, sang maha

pemilik.

Harta dalam pengertiannya adalah suatu yang menarik dalam diri manusia dan dapat

disimpan untuk dipergunakan pada saat membutuhkan. Meskipun dalam pandangan islam

harta dan segala isi dunia adalah milik Allah Swt sehingga dia berhak penuh untuk

mengaturnya, namun didalam sejarah tidak pernah diketahui bahwa Rasulullah Saw pernah

mengambil secara paksa seluruh atau sebagian dari harta orang kaya untuk kemudian

diberikan kepada si miskin kecuali dengan kerelaannya. Rasulullah Saw hanya

memberikan ajuran dan masukan sehingga Abu Bakar pun memberikan seluruh hartanya,

Umar dengan membawa separuh hartanya, dan Utsman menyiapkan keperluan pasukan

(jaisy usra).

Menurut jumur ulama hak adalah sesuatu yang diterapkan syara kepada seseorang secara

khusus dari penguasaan sesuatu, terkadang dikaitkan dengan harta. Seperti hak milik, dan

hak pakai. Namun terkadang juga tidak dihubungkan dengan harta seperti hak mengasuh.

Ulama Hanafiyah membedakan definisi harta dengan milik. Milik (al-milk) ialah sesuatu

yang dapat digunakan ketika dibutuhkan. Dalam penggunaannya, harta bisa dicampuri oleh

orang lain

3
Oleh karenanya berdasarkan konsep ak milik diatas dapat dipahami bahwa antara hak

milik dan harta memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain. Hak milik dapat

dikaitkan dengan harta apabila sesuatu hak yang dimiliki oleh seseorang adalah atas benda

yang masuk katagori harta. Hak milik merupakan suatu hak yang tidak dapat dicampuri

oleh orang lain. Adapun harta (al-mal) adalah sesuatu yang dapat disimpan untuk

digunakan ketika dibutuhkan. Dalam penggunaannya, harta biisa dicampuri oleh orang

lain.

Hak memiliki dua rukun, yaitu pemilik hak dan objek hak. Pemilik hak dapat individu,

dapat juga kolektif seperti hak ahli waris dan dapat pula suatu badan usaha yang

dipersamakan dengan (al-syakhsiyah al-i’tibariyah). Objek milik dapat berbentuk harta

benda dan dapat pula berbentuk non materi seperti sewa.

B. Macam-macam kepemilikan

Menurut Wahbah Zuhaili, secara garis besar, harta benda, dilihat dari segi dapat atau

tidaknya menjadi milik seseorang, terbagi menjadi tiga.

1. Harta yang tidak dapat dimiliki atau dipindahkan kepemilikannya, yaitu harta benda

yang menjadi kebutuhan umum, seperti jalan umum, jembatan, sungai dan sejenisnya.

Selama menjadi kebutuhan yang bersifat umum, maka sebenarnya harta itu tidak dapat

dimiliki atau dipindah milikkan.

2. Harta yang tidak dapat dimiliki kecuali atas izin dari syara, seperti harta wakaf atau

hart akas negara.

4
3. Harta yang boleh dimiliki dan dipindahkan kepemilikannya, yaitu harta-harta yang

tidak masuk dalam katagori pertama maupun kedua. Dengan kata lain, harta jenis ini

lebih banyak macam dan jenisnya.

Dilihat dari segi sempurna atau tidaknya, Wahbah membagi menjadi dua macam:

kepemilikan sempurna (al-milku an naqish). Asal muasalnya, kepemilikan sempurna,

sedangkan kepemilikan tak sempurna merupakan perkembangan berikutnya:

1. Kepemilikan sempurna

Kepemilikan sempurna adalah kepemilikan atas sesuatu baik benda maupun

manfaatnya sehingga pemilik dapat memanfaatkannya secara penuh sesuai dengan

aturan dan ketentuan syariah. Kepemilikan ini bersifat mutlak, tidak terbatas oleh

waktu dan tidak dapat digugurkan begitu saja, namun dapat dipindahkan kepada orang

lain. Dengan kepemilikan yang sempurna ini, pemilik tidak dituntut untuk mengganti

saat merusakaan barang yang dia miliki, meskipun dari tinjauan etika bisnis tidak

dibenarkan merusak atau menghamburkan barang walaupun itu milik sendiri.

2. Kepemilikan yang tidak sempurna

Kepemilikan yang tidak sempurna adalah kepemilikan yang hanya berkaitan dengan

bendanya atau hanya dengan manfaatnya saja

Kepemilikan dilihat dari segi subjek yang memiliki terbagi menjadi dua yaitu sebagai

berikut:

5
1. Kepemilikan khusus

Kepemilikan khusus maksudnya adalah subjek yang memiliki sudah tertentu, baik dia

berupa individu maupun kelompok atau golongan tertentu

2. Kepemilikan umum

Kepemilikan umum adalah kepemilikan yang subjek pemiliknya belum tertentu.

Kepemilikan berdasarkan sebab yang melatarbelakanginya dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu sebagai berikut:

1. Kepemilikan opsional

Kepemilikan opsional yang dimaksud adalah seseorang mempunyai pilihan untuk

dapat memiliki suatu barang atau tidak memilikinya, seperti harta yang dihasilkan darri

jual-beli,berburu, dan menanam dan sejenisnya.

2. Kepemilikan nonopsional

Adalah Kepemilikan yang tidak dapat dihindari oleh orang tersebut. Dengan kata lain,

dia tidak punya pilihan kecuali harus memikirkannya, meskipun setelah itu dia

hibahkan atau sedekahkan semuanya. Kepemilikan seperti ini kepemilikan seseorang

dikarenakan warisan atau manfaat dari barang wakaf. Seorang ahli waris, mau tidak

mau dia harus menjadi pemilik atas harta yang ditinggalkan si mayyit (tirkah).

Dalam kompilasi hukum ekonomi syariah (KHES) yang telah terbit disebutkan beberapa

macam kepemilikan, ialah sebagai berikut:

1. Kepemilikan penuh

6
Kepemilikan penuh yaitu kepemilikan yang menimbulkan hak untuk mendapat

manfaat barang bagi pemiliknya dan tidak ada batasan waktu. Kepemilikan penuh yang

tidak dapat dihapuskan namu dapat dipindahkan kepada pihak lain.

2. Kepemilikan tidak penuh

Yaitu kepemilikan yang memberikan hak bagi pemiliknya untuk mendapatkan manfaat

hanya saja masih dibatasi oleh waktu tertentu.

3. Kepemilikan serikat

Kepemilikan serikat, yaitu kepemilikan bersama yang ada pada suatu objek dan

terbatas sesuai dengan tanggung jawab dan hak masing-masing secara proposional.

C. Sebab-sebab kepemilikan
Harta dapat dimiliki tentunya melalui proses, yaitu dengan berusaha dan bekerja
sehingga harta yang kita peroleh itu diakui oleh masyarakat umum bahwa harta tersebut
telah menjadi milik kita. Banyak sebab dan aturan yang menjadi syarat suatu harta dapat
kita miliki. Sebab-sebab kepemilikan harta dalam Islam menurut Ghufron A Mas’adi
antara lain:

1. Ihraz al mubahat (penguasaan harta bebas), artinya penguasaan harta yang belum
dikuasai oleh orang lain.
2. Al Tawallud min Mamluk (anak pinak atau berkembang biak), artinya sesuatu
yang dihasilkan dari sesuatu yang lain.
3. Al Khalafiyah (penggantian), artinya yakni penggantian seseorang yang baru
menempati posisi pemilik yang lama.
4. Al Aqd, yakni pertalian antara ijab dan Kabul sesuai dengan ketentuan syara’.
Menurut Taqiyyudin An-Nabhani, sebab-sebab kepemilikan harta dalam Islam
antara lain:
1. Bekerja
Dalam bekerja, syara’ teklah menentukan beberapa jenis kerja yang layak untuk
dijadikan sebagai sebab kepemilikan, yaitu:

7
a. Menghidupkan tanah yang mati, tanah mati adalah tanah yang tidak ada
pemiliknya, dan tidak dimanfaatkan oleh satu orangpun. Sedangkan yang
dimaksud menghidupkannya adalah mengolahnya dengan menanaminya
atau dengan mendirikan bangunan di atasnya.
b. Menggali kandungan bumi, yang bukan merupakan harta yang dibutuhkan
oleh suatu komunitas (jama’ah) atau disebut rikaz. Dengan kata lain, harta
tersebut bukan merupakan hak seluruhnya kaum muslimin.
c. Berburu, seperti berburu ikan, mutiara, batu permata dan lain sebagainya
yang diperoleh dari hasil buruan laut, maka harta tersebut adalah hak milik
orang yang memburunya.
d. Makelar (sam sarah), yaitu cara untuk memperoleh harta dengan bekerja
untuk orang lain dengan upah, baik untuk keperluan menjual maupun
membelikan.
2. Waris
Waris termasuk dalam kategori sebab atau cara untuk memiliki harta, karena
waris adalah sarana untuk membagikan kekayaan yang dimiliki oleh seseorang
semasa hidupnya agar tidak mengumpul, sehingga setelah kematian orang
tersebut harta itu harus dibagikan atau didermakan.
3. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup
Apabila seseorang tidak mampu mendapatkan harta karena alasan syara’, makai
a mendapatkan harta untuk bertahan hidup yang diperoleh dari negara.
4. Pemberian harta dari negara kepada rakyat
Rakyat yang tidak mampu memenuhi hajat kebutuhannya, diberi harta oleh
negara dari Baitul maal.
5. Harta yang diperoleh tanpa kompensasi harta/tenaga.
Seperti hadiah, hibah, barang temuan dan lain sebagainya

D. Berakhirnya Hak Milik


Ada beberapa faktor yang menyebabkan berakhirnya hak milik/kepemilikan,
diantaranya:
1. Pemilik meninggal dunia, sehingga seluruh miliknya berpindah tangan kepada

8
ahli warisnya.
2. Harta yang dimiliki tersebut hilang atau rusak.
3. Jika kepemilikan manfaat, maka akan berakhir kepemilikan jika masa berlaku
pemanfaatan telah habis.

E. Pengertian harta
Harta dalam Alquran disebut dengan Al-Mal jamaknya Al-Amwal yang secara literal
artinyacenderung pada, condong pada, doyong, miring, suka, senang, simpati kepada,
menyokong, membantu, melangkah menuju, menyimpang dari, mengelak, berpihak pada
dan mengalahkan khususnya uang merupakan sesuatu yang membuat semua dan setiap
orang menjadi suka, bahkan tidak sedikit menggapainya dengan menghalalkan segala cara.
Dalam terminiologi syariat, Al-Mal adalah sesuatu yang menurut tabiatnya orang merasa
senang dengannya dan memungkinkan pengawetannya dalam kurun waktu tertentu sampai
ketika diperlukan pada waktunya nanti.
F. Macam-macam harta
1. Harta mutaqawwim dan ghair

Harta mutaqawwim adalah suatu yang boleh diambil manfaatnya menurut syara’ atau

semua harta yang biak jenisnya maupun cara memperoleh dan penggunaan nya. Harta

ghair mutaqawwim adalah suatu yang tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya,

cara memperolehnya maupun cara penggunaan nya.

2. Mal mitsli dan mal qimi harta mitsli

Adalah benda-benda yang ada persamaan nya dalam kesatuan-kesatuannya, dalam arti

dapat berdiri sebagaimana ditempat lain tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai. Harta

qimi adalah benda-benda yang kurang dalam kesatuan-kesatuannya karena tidak dapat

berdiri sebagian ditempat dan sebagian lainnya tanpa ada perbedaa. Pembagian

menurut hanafiyah pada harta qimmi tidak terjadi riba jika ada tambahan sebab harta

qimmi tidak ditimbang, adapun tambahan pada mistli dipandang riba jika kerusakan

9
harta mistli maka wajib mengganti dengan harta yang sama dan sempurna atau

mendekati barang yang rusak. Adapun pada harta qimmi, orang yang merusaknya

dicukupkan mengganti dengan harta yang senilai dengan harta yang dirusak tersebut.

3. Harta istihlak dan harta isti’mal

Harta istihlak adalah harta yang tidak dapat diambil kegunaannya dan manfaatnya

secara biasa kecuali dengan menghabiskan nya.harta istihlak terbagi menjadi dua yaitu;

istihlak haqiqi adalah suatu benda yang menjadi harta yang secara jelas (nyata) zatnya

habis sekali digunakan. Istihlak buquqi adalah suatu harta yang sudah habis nilainya

bila digunakan tetapi zatnya masih ada. Harta isti’mal adalah sesuatu yang dapat

digunakan berulangkali dan materinya tetap terpelihara. Pembagian dalam aktivitas

ekonomi. Harta istihlak digunakan pada berbgai macama aqad yang dimaksudkan

untuk merusaknya, adaopun harta isti’mal digunakan gerakan akad seperti sewa

menyewa dan pinjam meminjam.

4. Harta manquk dan harta ghair

Adalah segala harta yang dapat dipinjamkan (bergerak) dari satu tempat ketempat lain

nya baik tetap ataupun berubah kepada bentuk yang lain nya seperti uang,hewan,benda-

benda yang ditimbang atau yang diukur. Harta ghoir manaqul adalah sesuatu yang tidak

bisa dipindahkan dan dibawa dari satu tempat ketempat lain nya. Menurut ulama

hanafiyah tidak sah waqaf kecuali pada harta aqar atau sesuatu yang ikut pada harta

aqar, sebaliknya jumhur ulama membolehkan waqaf dengan harta aqar dan manqum.

G. Kedudukan dan Fungsi Harta


Banyak ayat al-qur’an yang menerangkan kedudukan harta pada diri manusia,
karena sesungguhnya harta yang diberikan Allah itu untuk kemaslahatan manusia
pula.

10
1. Harta sebagai perhiasan dunia

‫ﻚ ﺛَﻮَاﺑًﺎ َو َﺧ ْﯿ ٌﺮ أَﻣ ًَﻼ‬


َ ‫ﺼﻠِ َٰﺤﺖُ َﺧ ْﯿ ٌﺮ ﻋِﻨ َﺪ َرﺑﱢ‬ ٰ‫ٱ ْﻟﻤَﺎ ُل وَٱ ْﻟﺒَﻨُﻮنَ زِﯾﻨَﺔُ ٱ ْﻟ َﺤﯿ َٰﻮ ِة ٱﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ ۖ وَٱ ْﻟ َٰﺒﻘِﯿَٰﺖُ ٱﻟ ﱠ‬
Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (Q.S. Al-Kahfi(18): 46)
2. Harta Sebagai Cobaan/Ujian

‫وَٱ ْﻋﻠَﻤُﻮٓ ا۟ أَﻧﱠ َﻤﺎٓ أَ ْﻣ َٰﻮﻟُ ُﻜ ْﻢ َوأَوْ َٰﻟ ُﺪ ُﻛ ْﻢ ﻓِ ْﺘﻨَﺔٌ َوأَنﱠ ٱ ﱠ َ ِﻋﻨ َﺪ ٓۥهُ أَﺟْ ٌﺮ ﻋَﻈِ ﯿ ٌﻢ‬

Artinya : “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah


sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
(Q.S. Al-Anfal(8) : 28)
3. Harta sebagai bekal ibadah

َ‫ٱﻧﻔِﺮُوا۟ ﺧِ ﻔَﺎﻓًﺎ َوﺛِﻘ ًَﺎﻻ َو َٰﺟ ِﮭﺪُوا۟ ﺑِﺄ َ ْﻣ َٰﻮﻟِ ُﻜ ْﻢ َوأَﻧﻔُﺴِ ُﻜ ْﻢ ﻓِﻰ َﺳﺒِﯿﻞِ ٱ ﱠ ِ ۚ َٰذﻟِ ُﻜ ْﻢ َﺧ ْﯿ ٌﺮ ﻟﱠ ُﻜ ْﻢ إِن ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗَ ْﻌﻠَﻤُﻮن‬
Artinya: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun
berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui ”. (Q.S. At-
Taubah (9): 41)
4. Harta sebagai Amanah/Titipan

ْ‫ﻀﻠُﻮا۟ ﺑِ َﺮآدﱢى رِزْ ﻗِ ِﮭ ْﻢ َﻋﻠ َٰﻰ ﻣَﺎ َﻣﻠَ َﻜﺖ‬


‫ق ۚ ﻓَﻤَﺎ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻓُ ﱢ‬
ِ ْ‫ﺾ ﻓِﻰ ٱﻟﺮﱢز‬
ٍ ‫ﻀ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠ َٰﻰ ﺑَ ْﻌ‬
َ ‫ﻀ َﻞ ﺑَ ْﻌ‬
‫وَٱ ﱠ ُ ﻓَ ﱠ‬
َ‫أَ ْﯾ َٰﻤﻨُﮭُ ْﻢ ﻓَﮭُ ْﻢ ﻓِﯿ ِﮫ َﺳ َﻮآ ٌء ۚ أَﻓَﺒِﻨِ ْﻌ َﻤ ِﺔ ٱ ﱠ ِ ﯾَﺠْ َﺤﺪُون‬

11
Artinya : “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain
dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak
mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki,
agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka
mengingkari nikmat Allah?.” (Q.S. An-Nahl (16): 71)

Fungsi harta bagi manusia sangat banyak, harta mampu menunjang kegiatan
manusia baik dalam kegiatan yang baik maupun yang buruk. Cara memperoleh harta
akan berpengaruh pada fungsi harta. Pada umumnya, orang yang mencari dan
memperoleh harta dengan cara yang halal akan memfungsikan hartanya untuk hal-hal
yang baik dan bermanfaat pula. Begitupula sebaliknya, jika mencari harta dengan cara
yang haram atau buruk maka akan difungsikan untuk kesenangan semata. Berikut
beberapa fungsi harta:
1. Memenuhi kebutuhan pribadi manusia.
2. Sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. dalam rangka
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan manusia.
3. Sebagai sarana untuk membantu manusia lain terutama yang membutuhkan.
4. Sebagai sarana untuk meneruskan generasi agar tidak menjadi generasi yang
lemah.

H. Ayat-ayat Al –Quran yang membahas tentang kepemilikan dan harta

1. Surah Al-Ma’idah [5] : 120


‫ض َوﻣَﺎ ﻓِﯿﮭِﻦﱠ ۚ َوھُ َﻮ َﻋﻠ َٰﻰ ُﻛ ﱢﻞ ﺷَﻰْ ٍء ﻗَﺪِﯾ ٌۢﺮ‬
ِ ْ‫َٱﻷَر‬
ْ ‫تو‬
ِ ‫ﺴ َٰﻤ َٰﻮ‬
‫ﻚ ٱﻟ ﱠ‬
ُ ‫ِ ﱠ ِ ُﻣ ْﻠ‬

Artinya :
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

12
a. Tafsir QS. Al-Ma’idah [5]: 120 oleh Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di
bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil
Haram)
Kepunyaan Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, kerajaan langit dan bumi, serta
yang ada didalam keduanya. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak ada sesuatu
apapun yang melemahkan-Nya.
b. Tafsir QS. Al-Ma’idah [5]: 120 oleh Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Hanya Allah-lah penguasa langit dan bumi serta segala isinya, Dia berbuat
terhadapnya apa yang Dia kehendaki, tidak ada yang menandingi-Nya dalam
kekuasaan-Nya tersebut. Dia menguasai segala sesuatu.
c. Tafsir QS. Al-Ma’idah [5]: 120 oleh Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr.
Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
Allah SWT adalah Dzat yang merajai langit, bumi, dan seluruh makhluk yang ada
di dalamnya, tanpa terkecuali Isa dan seluruh makhluk lainnya, sehingga Dia (Allah)
tidak memiliki orang tua maupun anak, dan Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu,
tiada yang mampu melemahkanNya dan Dia tidak membutuhkan pertolongan.

2. Al-Qur’an Surah An-Nuur [24]: 33

‫َو ْﻟﯿَ ْﺴﺘَ ْﻌﻔِﻒِ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ َﻻ ﯾَﺠِ ﺪُونَ ﻧِ َﻜﺎﺣًﺎ َﺣﺘ ٰﱠﻰ ﯾُ ْﻐﻨِﯿَﮭُ ُﻢ ٱ ﱠ ُ ﻣِﻦ ﻓَﻀْ ﻠِ ِﮫۦ ۗ وَٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﯾَ ْﺒﺘَﻐُﻮنَ ٱ ْﻟ ِﻜﺘَٰﺐَ ِﻣﻤﱠﺎ َﻣﻠَﻜَﺖْ أَ ْﯾ َٰﻤﻨُ ُﻜ ْﻢ‬
َ‫ﻓَﻜَﺎﺗِﺒُﻮھُ ْﻢ إِنْ َﻋﻠِ ْﻤﺘُ ْﻢ ﻓِﯿ ِﮭ ْﻢ َﺧ ْﯿﺮًا ۖ َوءَاﺗُﻮھُﻢ ﻣﱢﻦ ﻣﱠﺎلِ ٱ ﱠ ِ ٱﻟﱠﺬِىٓ ءَاﺗَ ٰ ُﻜ ْﻢ ۚ و ََﻻ ﺗُ ْﻜ ِﺮھُﻮا۟ ﻓَﺘَ َٰﯿﺘِ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ٱ ْﻟﺒِ َﻐﺎٓ ِء إِنْ أَ َردْن‬
‫ﺗَﺤَﺼﱡ ﻨًﺎ ﻟﱢﺘَ ْﺒﺘَﻐُﻮا۟ َﻋﺮَضَ ٱ ْﻟ َﺤﯿ َٰﻮ ِة ٱﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ ۚ َوﻣَﻦ ﯾُ ْﻜﺮِھﮭﱡﻦﱠ ﻓَﺈِنﱠ ٱ ﱠ َ ﻣ ِۢﻦ ﺑَ ْﻌ ِﺪ إِ ْﻛ َٰﺮ ِھﮭِﻦﱠ َﻏﻔُﻮ ٌر رﱠﺣِ ﯿ ٌﻢ‬
Artinya :
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,
sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu
miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka,
jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu
paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri
mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa

13
yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu.”
a. Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nuur [24]: 33 oleh Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir
Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam
Masjidil Haram)
Dan orang-orang yang tidak mampu menikah, lantaran alasan kefakirannya atau
alasan alainnya, maka hendaklah mereka berusaha memelihara kehormatannya dari
hal-hal yang diharamkan oleh Allah hingga Allah memberinya kecukupan dari
karuniaNya, dan memudahkan bagi mereka urusan pernikahan. Dan orang-orang yang
ingin merdeka dari hamba-hamba sahaya lelaki dan perempuan dengan cara mukatabah
(menebus diri mereka) dari tuan-tuan pemilik mereka dengan sejumlah harta yang
mereka bayarkan pada tuan-tuan mereka tersebut, maka kewajiban tuan-tuan pemilik
mereka untuk menerima proses mukatabah dari mereka dengan nominal tersebut, bila
mereka mengetahui ada kebaikan pada mereka, seperti kematangan berpikir dan
kemampuan mencari penghasilan sendiri serta kemaslahatan agama. Dan kewajiban
tuan-tuan pemilik mereka dan orang-orang lain untuk membantu mereka dengan harta
untuk tujuan tersebut atau dengan mengurangi jumlah mukatabah darinya. Dan tidak
boleh bagi kalian memaksa budak-budak perempuan kalian untuk berbuat zina demi
mencari harta. Bagaimana tindakan itu bisa terjadi pada diri kalian, sedang mereka
menghendaki untuk menjaga kehormatan mereka, padahal kalian sendiri menolak
melakukannya? Di sini terkandung celaan terburuk terhadap tindakan tercela mereka.
Dan barangsiapa memaksa mereka untuk berbuat zina, maka sesungguhnya Allah
setelah mereka mengalami pemaksaan itu Maha Pengampun bagi mereka lagi Maha
Penyayang terhadap mereka, sedang dosa menjadi tanggungan orang yang memaksa
mereka.
b. Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nuur [24]: 33 oleh Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir /
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam
Madinah.
Dan sebaiknya orang yang tidak mampu menanggung beban pernikahan seperti
mahar dan nafkah itu bersungguh-sungguh untuk menjaga diri dari zina dan perbuatan
haram, sampai Allah memberi rejeki mereka dari keutamaanNya dan melapangkan

14
pemberianNya kepada mereka, sehingga mereka mendapatkan sesuatu yang bisa
digunakan untuk menikah. Dan hamba-hamba yang mau membuat perjanjian, yaitu
tuan dan hambanya sepakat atas harta yang diberikan dengan adil. Jika dia (tuan)
menyetujuinya, maka dia (hambanya) bebas. Maka buatlah perjanjian dengan mereka
jika kalian mengetahui bahwa kalian mampu melakukannya. Berilah mereka zakat
harta kalian untuk membantu pembebasan diri dari perbudakan dan kurangilah
sebagian sesuatu (pembayaran harta) yang dijanjikan kepada mereka saat menunaikan
perjanjian. Dan janganlah kalian memaksa pelayan wanita untuk berbuat zina dengan
memberinya upah, jika mereka ingin memelihara diri dari dosa atau tidak (Ini adalah
kondisi untuk menjelaskan yang terjadi di masa Jahiliyyah) supaya kalian
menghasilkan dan mendapatkan keuntungan yang haram. Al-‘Aradhu adalah
kenikmatan sementara. Dan barangsiapa yang memaksa mereka untuk berzina maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi wanita-wanita yang dipaksa itu dan Maha
Penyayang bagi mereka dan dosanya itu untuk orang yang memaksanya. Ayat
{Walladzina yabtaghuna} diturunkan terkait perkara anak laki-laki Huwaithib bin
Abdul Uzza yang dimintai budaknya untuk melakukan perjanjian (untuk
dimerdekakan) dengannya, kemudian dia menolaknya. Dan ayat {Wa laa tukrihuu}
diturunkan terkait dua budak Abdullah bin Ubay yang dipaksa untuk berbuat zina .

3. Al-Quran Surah Al-Mulk [67]: 15

‫ُﻮﻻ ﻓَﭑ ْﻣﺸُﻮا۟ ﻓِﻰ َﻣﻨَﺎ ِﻛﺒِﮭَﺎ َو ُﻛﻠُﻮا۟ ﻣِﻦ رﱢزْ ﻗِ ِﮫۦ ۖ َوإِﻟَ ْﯿ ِﮫ ٱﻟﻨﱡﺸُﻮ ُر‬
ً ‫ھُ َﻮ ٱﻟﱠﺬِى َﺟ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ ْٱﻷَرْ ضَ َذﻟ‬
Artinya:
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan.”
a. Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mulk [67]: 15 oleh Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir
Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam
Masjidil Haram).
Hanya Allah semata yang menjadikan bumi mudah dijelajahi dan terbentang untuk
kalian, yang kalian bisa tinggal di atasnya. Berjalanlah di penjuru-penjuru dan ujung-

15
ujungnya. Makanlah rizki Allah yang Dia keluarkan untuk kalian dari bumi. Hanya
kepada Allah semata kebangkitan dari alam kubur untuk perhitungan amal dan
pembalasan. Dalam ayat ini terkandung dorongan mencari rizki dan bekerja. Dan di
dalam ayat ini juga terkandung petunjuk bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang
haq, tidak ada sekutu bagiNya, juga menunjukkan kuasaNya, mengingatkan nikmat-
nikmatNya, dan memperingatkan dari kecenderungan kepada dunia.
b. Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mulk [67]: 15 oleh Tafsir Al-Muyassar / Kementerian
Agama Saudi Arabia.
Hai manusia, Allah menciptakan bumi bagi kalian, dan menjadikannya mudah
ditapaki, maka berjalanlah di berbagai penjurunya untuk mencari nafkah dan rezeki,
dan carilah nikmat-nikmat Allah yang ada padanya. Makan dan manfaatkanlah rezeki
yang telah Allah berikan kepada kalian, dan ketahuilah bahwa kalian akan kembali
kepada Allah.
c. Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Mulk [67]: 15 oleh Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir /
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam
Madinah.
Allah SWT adalah Dzat yang menciptakan bumi agar mudah bagimu untuk hidup
dan mengambil manfaat darinya. Maka berjalanlah di sisi-sisinya, di jalan-jalannya dan
kunjungilah setiap penjurunya. Makanlah apa yang diberikan oleh Allah di bumi. Dan
hanya kepadaNyalah (para mayat) yang dibangkitkan dari kubur itu dikembalikan
untuk dihisab dan dibalas (amalnya).

4. Al-Qur’an Surah Al-Munafiquun [63]: 9


َ‫ﻚ ھُ ُﻢ ٱ ْﻟ َٰﺨﺴِ ﺮُون‬
َ ِ‫ﻚ ﻓَﺄ ُ۟و َٰﻟٓﺌ‬
َ ِ‫َﻻ أَوْ َٰﻟ ُﺪ ُﻛ ْﻢ ﻋَﻦ ِذ ْﻛ ِﺮ ٱ ﱠ ِ ۚ َوﻣَﻦ ﯾَ ْﻔﻌَﻞْ َٰذﻟ‬
ٓ َ ‫َٰﯾٓﺄَﯾﱡﮭَﺎ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَا َﻣﻨُﻮا۟ َﻻ ﺗُ ْﻠ ِﮭ ُﻜ ْﻢ أَ ْﻣ َٰﻮﻟُ ُﻜ ْﻢ و‬
Artinya:
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang
yang merugi.”

16
a. Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Munafiquun [63]: 9 oleh Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir
/ Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam
Madinah.
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Jangan sampai
harta yang mengandung fitnah dan anak-anak yang kalian cintai melalaikan kalian dari
mengingat Allah, yaitu untuk memenuhi kewajiban atau peribadatan dalam Islam.
Barangsiapa melakukan itu, yaitu permainan dan pesta pora dengan hiburan dunia,
maka mereka adalah orang-orang yang merugi dalam perniagaan mereka di hari
kiamat, karena mereka membeli sesuatu yang agung dan kekal dengan sesuatu yang
rendah dan fana.
b. Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Munafiquun [63]: 9 oleh Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr.
Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah.
Kemudian Allah melarang untuk meniru sifat-sifat orang-orang munafik, yaitu
mereka tidak menyebut nama Allah kecuali hanya sedikit, Allah berkata : Wahai orang-
orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya ‫ﷺ‬, beramallah kalian dengan syariat-

Nya, janganlah kalian tersibukkan dibelakang harta-harta kalian, dan berlebihan


terhadap anak-anak kalian dari menegakkan hak-hak Tuhan kalian, dan mengerjakan
kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan kepada kalian. Ketahuilah barangsiapa
yang tersibukkan dengan urusan dunia di atas urusan agama, maka mereka adalah
orang-orang yang menderita yang akan sampai pada derajat orang yang merugi dengan
sebab kelalaian mereka dari agama Rabb mereka, dan dunia mereka akan musnah dan
akhirat itu kekal.
c. Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Munafiquun [63]: 9 oleh Tafsir Al-Muyassar / Kementerian
Agama Saudi Arabia.
Hai orang-orang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian menyibukkan
kalian dari ibadah. Dan barangsiapa yang disibukkan dunia dari akhirat dan beribadah
kepada Allah, maka orang-orang yang jauh dari kebenaran ini adalah orang-orang yang
merugi di dunia dan akhirat. Dan infakkanlah sebagian harta yang telah Kami
karuniakan itu untuk berbagai jalan kebaikan, sebelum datang tanda-tanda kematian,
sehingga seseorang dari kalian akan berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku kesempatan

17
dan tundalah kematianku sebentar saja, agar aku dapat menginfakkan hartaku dan
menjadi bagian dari orang-orang shalih yang menjalankan hukum-hukum-Mu.”

5. Al-Qur’an Surah Al-Baqarah [2]: 168


ٌ‫ت ٱﻟ ﱠﺷﯾْطَٰ ِن ۚ إِ ﱠﻧﮫُۥ َﻟ ُﻛ ْم ﻋَ د ﱞُو ﱡﻣﺑِﯾن‬
ِ ‫ض ﺣَ َٰﻠ ًﻼ طَ ﱢﯾﺑًﺎ َو َﻻ َﺗ ﱠﺗ ِﺑﻌُوا۟ ُﺧط َُٰو‬
ِ ْ‫َٰ ٓﯾﺄ َ ﱡﯾﮭَﺎ ٱﻟﻧﱠﺎسُ ُﻛﻠُوا۟ ِﻣﻣﱠﺎ ﻓِﻰ ْٱﻷَر‬
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”
a. Tafsir QS. Al-Baqarah [2]: 168 oleh Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh,
di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil
Haram)
Wahai manusia Makanlah dari rizki Allah yang Dia halalkan bagi kalian yang
terdapat di bumi, dalam keadaan bersih dan bukan najis, yang bermanfaat dan tidak
memadorotkan, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan setan dalam penetapan
halal dan haram, bid’ah serta maksiat-maksiat. Sesungguhnya ia adalah musuh
kalian yang amat nyata permusuhannya.
b. Tafsir QS. Al-Baqarah [2]: 168 oleh Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-
Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi.
Halal di sini mencakup halal memperolehnya, seperti tidak dengan cara merampas dan

mencuri, demikian juga tidak dengan mu'amalah yang haram atau cara yang haram dan

tidak membantu perkara yang haram. Yaitu yang suci tidak bernajis, bermanfa'at dan tidak

membahayakan. Ada yang mengartikan thayyib di ayat ini dengan "tidak kotor" seperti

halnya bangkai, darah, daging babi dan segala yang kotor lainnya. Dari ayat tersebut dapat

kita ketahui bahwa yang haram itu ada dua: yang haram zatnya dan yang haram karena ada

sebab luar, seperti karena terkait dengan hak Allah atau hak hamba-Nya. Demikian juga

bahwa hukum makan agar dapat melangsungkan kehidupan adalah wajib. Seperti

menghalalkan dan mengharamkan dari diri sendiri, segala nadzar maksiat, melakukan

18
bid'ah dan kemaksiatan. Termasuk juga mengkonsumsi barang-barang haram. Qatadah dan

As Suddiy berpendapat bahwa semua kemaksiatan kepada Allah termasuk mengikuti

langkah-langkah setan. Maksudnya: setan adalah musuh yang jelas bagi kita. Oleh

karenanya, tidak ada yang diinginkannya selain menipu kita dan mencelakakan kita. Di

ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak cukup menyebutkan "jangan mengikuti

langkah-langkah setan" tetapi menerangkan bahwa dia adalah musuh yang nyata bagi kita,

dan tidak sampai di situ, Dia menerangkan lebih rinci apa yang diserukan setan, yaitu

menyuruh berbuat jahat dan keji seperti yang disebutkan pada ayat setelahnya.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemilikan harta menurut konsep Islam disandarkan pada konsep Illahiah, dimana
tata cara pelaksanaan penerapan segala jenis kegiatan ekonomi di dasarkan pada aturan-
aturan Islam. Proses pemilikan harta dalam ekonomi Islam di atur tentang sebab-sebab
mendapatkannya, bagaimana memeliharanya, serta pengembangan harta tersebut telah di
atur oleh aturan-aturan Allah dengan tidak mematikan potensi pengembangan harta yang
ada pada manusia. Bahwa kepemilikan harta pada sistem ekonomi Islam menganut paham
keseimbagan dan keadilan, dimana Islam pada hakikatnya mengakui kepemilikan atas
harta pada manusia teetapi bukan kepemilikan yang mutlak. Dan Islam menolak jika
kepemilikan harta dikuasai oleh masyarakat atau negara penuh karena sebenarnya setiap
manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan memiliki. Pada kepemilikan harta dalam
Islam terdapat ciri di mana dari sebagian harta yang dimiliki manusia terdapat hak atas
orang lain. Oleh karena itu Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memberikan
shadaqah, infaq, zakat kepada orang yang berhak menerimanya. Juga dalam Islam harta
digunakan untuk bekal ibadah sebagai bahan pertanggung jawaban terhadap Allah SWT.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas. Semoga para pembaca dapat memahami dan memberi saran atau
kritikan yang membangun guna sebagai penyempurnaan penulisan makalah ini

20
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Akbar, 2019. Hak dan Kepemilikan, Volume. 01, 5 Oktober 2020.
Sarmina Batubara, 2018, Harta dalam prespektif Al-Quran (Studi Tafsir Ayat-ayat
ekonomi), Volume 02, 20 Oktober 2020
Pudjihardjo.M, Muhith Faizin.Nur. 2019. Fikih Muamalah Ekonomi Syariah. Malang: UB
Press.
Soemitra Andri. 2019. Hukum Ekonnomi Syariah dan Fikih Muamalah. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
http://aminullahhasibuan.blogspot.com/2017/09/harta-pengertian-harta-pembagian-
jenis.html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai