HAK MILIK
2023/2024
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki
oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
C. TUJUAN ........................................................................................................ 5
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 17
B. SARAN......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam sebagai agama tidaklah sama dengan ideologi lainnya,
keistimewaannya yang datang dari Sang Pencipta tidak hanya sekadar teori.
Syariatnya benar-benar memposisikan manusia sesuai dengan fitrahnya.
Demikian pula hal-hal yang berkaitan dengan kemaslahatan manusia yang telah
diatur sedemikian rupa sehingga rahmat bagi seluruh alam bukanlah sekadar
omongan.
Semua yang ada di muka bumi adalah milik Allah SWT, menurut ajaran
Islam bahwa Allah SWT adalah pemilik yang sesungguhnya dan mutlak atas
alam semesta. Allah lah yang memberikan manusia karunia dan rezeki yang tak
terhitung jumlahnya. Manusia dengan kepemilikannya adalah pemegang
amanah dan khalifah. Maka semua kekayaan dan harta benda merupakan milik
Allah, manusia memilikinya hanya sementara, semata-mata sebagai suatu
amanah atau pemberian dari Allah. Manusia menggunakan harta berdasarkan
kedudukannya sebagai pemegang amanah dan bukan sebagai pemilik yang
kekal. Karena manusia mengemban amanah mengelola hasil kekayaan di dunia,
maka manusia harus bisa menjamin kesejahteraan bersama dan dapat
mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah SWT.1
Ikhtiar dalam bentuk bekerja, bisnis dan usaha lain yang halal adalah
merupakan sarana untuk mencapai kepemilikan pribadi Dalam Islam, kewajiban
datang lebih dahulu, baru setelah itu adalah Hak. Setiap Individu, masyarakat
dan negara memiliki kewajiban tertentu. Dan sebagai hasil dari pelaksanaan
kewajiban tersebut, setiap orang akan memperoleh hak-hak tertentu. Islam
sangat peduli dalam masalah hak dan kewajiban ini. Kita diharuskan untuk
mencari harta kekayaan dengan cara ikhtiyar tetapi dengan jalan yang halal dan
tidak menzalimi orang lain. Selain itu, Kita juga tidak dibiarkan bekerja keras
1
Abdul Rahman Ghazaly dan Ghufron Ihsan, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.43.
4
membanting tulang untuk memberikan manfaat kepada masyarakat tanpa
balasan yang setimpal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Hak Milik?
2. Apa Saja Macam-Macam Hak?
3. Apa Saja Macam-Macam Milik?
4. Apa Saja Sebab-Sebab Pemilikan?
C. TUJUAN
1. Mengerti dan Memahami Pengertian Hak Milik
2. Mengerti dan Memahami Macam-Macam Hak
3. Mengerti dan Memahami Macam-Macam Milik
4. Mengerti dan Memahami Sebab-Sebab Pemilikan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian hak milik atau
kepemilikan merupakan hubungan kepemilikan antara manusia dan harta atau
benda yang diterapkan oleh syara’, yang memberikan kekuhusan yang
memungkinkan untuk mengambil manfaat atau melakukan tasarruf atas harta
atau benda tersebut menurut cara-cara yang dibenarkan ditetapkan oleh syara’.
B. MACAM-MACAM HAK
Hak milik terbagi kepada dua bagian
Pengertian hak milik yang sempurna menurut Wahbah Zuhaili adalah sebagai
berikut:
حبيث يثبت للمالك مجيع احلقوق املشروعة، امللك التام هو ملک ذات الشيء )رقبته( ومنفعته معا
2
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamlat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 67
6
“Hak milik yang sempurna adalah hak milik terhadap zat sesuatu (bendra)
dan manfaat bersama-sama, dengan demikian semua hak-hak yang diakui
oleh syara tetap ada di tangan pemilik”.
“Pengertian hak milik yang sempurna adalah suatu hak milik yang
mengenaizat burung dan manfaatnya”.3
Dari definisi tersebut, baik yang pertama maupun yang kedua dapat dipahami
bahwa hak milik yang sempurna merupakan hak penuh yang memberikan
kesempatan dan kewenangan kepada si pemilik untuk melakukan berbagai
jenis tasarruf yang dibenarkan oleh syara.
3
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamlat, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 72-75
7
3) Milik yang sempurna tidak dibatasi dengan masa dan waktu tertentu. Ia
hak yang mutlak tanpa dibatasi dengan waktu, tempat, dan syarat. Setiap
syarat yang bertentangan dengan tujuan akad tidak berlaku. Perpindahan
akan memindahkankan hak di mana hak hak milik bila merusakkan ganti
kerugian atau merusakkan.
"Milk naqish wah adalah memiliki bendanya saja Milk nâgish (tidak
sempurna) adalah memiliki manfaatnya saja."63
ا قص ملك املنفعة وحدها إذ تكون العني ملك ْغيه أو ملك ّ و الن العني ال املنفعة
8
satunnya, apakah bendanya saja tanpa manfaat, atau manfaatnya tanpa
benda.4
Dari definisi tersebut di atas dapat dipahami bahwa milik nâqish itu
adakalanya hanya memiliki bendanya saja tanpa manfaat, dan adakalanya
hanya memiliki manfaatnya saja tanpa bendanya. Yang pertama disebut
milk alain atau milk arraqabah, sedangkan yang kedua disebut milk
almanfaat. Milk al-manfaat adakalanya mengikuti orang yang
memanfaatkannya, dan ini disebut milk al-manfaat asy-syakhshi atau haq
intifa', dan adakalanya mengikut bendanya, dan ini disebut hak ‘aini atau
hak irtifâq, dan hal ini hanya berlaku untuk benda tetap (aqar).
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa hak milik nâqish itu ada tiga
macam:
C. MACAM-MACAM MILIK
Milik yang dibahas dalam fiqh muamalah secara garis dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
a. Milk tam, yaitu suatu pemilikan yang meliputi benda, manfaatnya sekaligus,
artinya bentuk benda (zat benda kegunaannya dapat dikuasai. Pemilikan tam
bisa diperdengan banyak cara, jual beli misalnya.
b. Milk naqishah, yaitu bila seseorang hanya memiliki salah satu dari benda
tersebut, memiliki benda tanpa memiliki manfaatnya atau memiliki manfaat
(kegunaan)nya saja tanpa memiliki zatnya. Milik naqish yang berupa
4
Subairi, Fiqh Muamah, (Pemekasan: Duta Media Publishing, 2017), hlm. 37-40
5
Hendi Suhendi, fiqh muamalah, (Jakarta; PT. RajaGrafido Persada, 2010) halm.43
9
penguasaan terhadap zat barang (benda) disebut milik raqabah, sedangkan
milik naqish yang berupa penguasaan terhadap kegunaannya saja disebut
milik manfaat atau hak guna pakai, dengan cara i'arah, wakat, dan washiyah.6
Dilihat dari segi mahal (tempat), milik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Milk al’ain atau disebut pula milk al raqabah, yaitu memiliki semua benda,
baik benda tetap (ghair manqul) maupun benda-benda yang dapat
dipindahkan (manqul) seperti pemilikan terhadap rumah, kebun, mobil dan
motor, pemilikan terhadap bendabenda disebut milk al-'ain.
b. Milk al-manfaah, yaitu seseorang yang hanya memiliki manfaat nya saja dari
suatu benda, seperti benda hasil meminjam, wakaf, dan lainnya.
c. Milk al-dayn, yaitu pemilikan karena adanya utang, misalnya sejumlah uang
dipinjamkan kepada seseorang atau pengganti benda yang dirusakkan. Utang
wajib dibayar oleh orang yang berutang.
Dari segi shurah (cara berpautan milik dengan yang dimiliki), milik dibagi
menjadi dua bagian, yaitu
Misalnya, antara sebuah mobil dan seekor kerbau sudah jelas batas-
batasnya.
امللك املمتعلق جبزء نسيب ْغي معني من جمموع الشيب مهما كان ذلك اجلزء كبْيا أو ص ْغيا
6
Ismail Nawawi, fikih Muamalah klasik dan kontemporer, (Bogor; Ghalia Indonesia,
2012) hlm. 37
10
“Milik yang berpautan dengan sesuatu yang nisbi dari kumpulan sesuatu,
betapa besar atau betapa kecilnya kumpulan itu."
Misalnya memiliki sebagian rumah, seperti daging domba dan a-harta yang
dikongsikan lainnya, seperti seekor sapi yang dibeli empat puluh orang,
untuk disembelih dan dibagikan dagingnya.7
D. SEBAB-SEBAB PEMILIKAN
Adapun maksud dengan sebab-sebab pemilikan harta disini adalah sebab yang
menjadikan seseorang memiliki harta tersebut, yang sebelumnya tidak menjadi
hak miliknya. Sebab pemilikan harta itu telah dibatasi dengan batasan yang telah
dijelaskan oleh syara’. Menurut syari’at Islam setidaknya ada empat sebab
kepemilikan (asbab al-tamalluk) yang dijadikan sebagai sumber daya ekonomi,
yaitu:8
1. Bekerja (al’amal)
Tanah mati adalah tanah yang tidak ada pemiliknya, dan tidak
dimanfaatkan oleh seorang pun. Sedangkan yang dimaksud dengan
menghidupkannya adalah mengolahnya dengan menanaminya, baik
7
Ismail Nawawi, fikih Muamalah klasik dan kontemporer, (Bogor; Ghalia Indonesia,
2012) hlm. 38
8
Ali Akbar, Konsep Kepemilikan Dalam Islam, Jurnal Ushuludin, Vol. XVIII No. 2, Juli
2012, hlm 126-130
11
dengan tanaman maupun pepohonan, atau dengan mendirikan bangunan
di atasnya. Dengan adanya usaha seseorang untuk menghidupkan tanah,
berarti usaha orang tadi telah menjadikan tanah tersebut menjadi miliknya.
Berdasarkan sabda Nabi Saw. yang menyatakan:
“Siapa saja yang menghidupkan tanah mati, maka tanah (mati yang telah
dihidupkan) tersebut adalah miliknya.” (HR. Imam Bukhari dari Umar Bin
Khaththab).
Ketentuan ini berlaku umum, mencakup semua bentuk tanah; baik tanah
dar al-Islam (negara Islam), ataupun tanah dar al-kufur (negara kufur);
baik tanah tersebut berstatus ‘usyriyah (yang dikuasai negara Islam tanpa
melalui peperangan) ataupun kharajiyah (yang ditaklukkan Islam melalui
peperangan). Kepemilikan atas tanah tersebut agar menjadi hak miliknya,
maka tanah tersebut harus dikelola selama tiga tahun secara terus-menerus
sejak mulai dibuka. Apabila tanah tersebut belum pernah dikelola selama
tiga tahun berturut-turut sejak tanah itu dibuka, atau setelah dibuka malah
dibiarkan selama tiga tahun berturut-turut, maka hak pemilikan orang yang
bersangkutan atas tanah tersebut telah hilang.
12
seperti oksigen dan nitrogen. Begitu juga dengan ciptaan Allah yang telah
diperbolehkan oleh syara’ dan dibiarkan agar bisa dimanfaatkan.
c. Berburu
d. Makelar (samsarah)
13
kepemilikan. Akan tetapi, mudlarabah bagi pihak pemilik modal (investor)
tidak termasuk dalam kategori sebab kepemilikan, melainkan merupakan
salah satu sebab pengembangan kekayaan. Nabi Saw. pernah bersabda:
2. Pewarisan (al-irts)
14
Dan Allah swt. mensyariatkan bagimu tentang (pembagian harta pusaka
untuk) anak-anakmu. Yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan
bagian dua orang anak wanita; dan jika anak itu semuanya wanita lebih dari
dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan”. (QS. an-
Nisaa’:11).
9
Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000). Hlm 50
10
Sohari Sahroni, dkk, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) hlm. 34
15
Yang termasuk dalam kategori sebab kepemilikan adalah perolehan individu,
sebagian mereka dari sebagian yang lain, atas sejumlah harta tertentu tanpa
kompensasi harta atau tenaga apa pun. Dalam hal ini mencakup lima hal:11
a. Hubungan pribadi, antara sebagian orang dengan sebagian yang lain, baik
harta yang diperoleh karena hubungan ketika masih hidup, seperti hibbah
dan hadiah, ataupun sepeninggal mereka, seperti wasiat.
11
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: kencana pranadamedia group, 2013), hlm.
67
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian hak milik atau kepemilikan merupakan hubungan kepemilikan
antara manusia dan harta atau benda yang diterapkan oleh syara’, yang
memberikan kekuhusan yang memungkinkan untuk mengambil manfaat atau
melakukan tasarruf atas harta atau benda tersebut menurut cara-cara yang
dibenarkan ditetapkan oleh syara’
2. Hak milik terbagi kepada dua bagian yaitu: Hak Milik yang Sempurna (Al-
Milk At-Tam) dan Hak Milik yang Tidak Sempurna (Al-Milk An-Nâgish)
3. Milik yang dibahas dalam fiqh muamalah secara garis dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu:
b. Milk naqishah, yaitu bila seseorang hanya memiliki salah satu dari benda
tersebut, memiliki benda tanpa memiliki manfaatnya atau memiliki
manfaat (kegunaan)nya saja tanpa memiliki zatnya.
B. SARAN
Mungkin inilah yang disampaikan pada makalah ini meskipun penulisan ini jauh
dari kata sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami,
karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa. Kami juga
membutuhkan saran dan kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga berterima kasih kepada
17
dosen pengampu mata kuliah Fiqih Muamalahyang telah memberi kami tugas
kelompok demi menambah wawasan kami.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Ghazaly dan Ghufron Ihsan, (2010). Fiqih Muamalat, Jakarta:
Kencana.
Ali Akbar, (2012). Konsep Kepemilikan Dalam Islam, Jurnal Ushuludin, Vol. XVIII
No. 2,
Hendi Suhendi, (2010). fiqh muamalah, Jakarta; PT. RajaGrafido Persada.
Ismail Nawawi, (2012). fikih Muamalah klasik dan kontemporer, Bogor; Ghalia
Indonesia.
19