Anda di halaman 1dari 19

REVISIAN

KEPEMILIKAN DAN KESEWAAN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Ilmu Fiqih

Disusun Oleh: Kelompok 7

1. Legita putri (23051080196)


2. Ratna Juanti (23051080197)
3. Irfan Saputra (23051080198)

Dosen Pengampu:

INDA MULYATI M.Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2023/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdullilah. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala


rahmat Dan hidayahnya segala pujian hanya layak kita haturkan
Kepada Allah SWT. Tuhan seluruh semesta alam atas segala berkat
,rahmat,taufik,serta, petunjuknya yang sungguh tidak terkira besarnya,
Tak lupa sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjugan
kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju ke alam yang terang- menerang ,dari jahiliyyah
menuju ke alam yang penuh berkah ini .
Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah memberikan bantuanya berupa materil maupun non materil
,karena tanpa bantuan pihak-pihak tersebut kami semua tidak
mungkin dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan ini”Kepemilikan
dan Kesewaan “
Berkat dukungan mereka senua dan kesuksesan ini dimulai, dan
semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahaggian dan
menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya
berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa
kekuranggan atau kesalahan ,namun kemungkinan akan selalu tersisa
kekurangan yang tidak disadari oleh penulis. Oleh karena itu ,penulis
mengarapkan kritik dan saran yang membangun makalah ini dapat
menjadi lebih baik lagi . Akhir kata ,penulis mengharapkan makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca khusussnya buat kami tim
penyusun.Amiinya robbal alamin.
Wassalamualaikum wr.wb.

i
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR..........................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................2

A. Pengertian Kepemilikan dan kesewaan.......................................2


B. Konsep kepemilikan dalam islam...............................................3
C. Rukun dan syarat sewa menyewa…...........................................4
D. Apa itu Akad...............................................................................6

BAB III PENUTUP.............................................................................9

A. Kesimpulan.................................................................................9
B. Saran..........................................................................................9

DAFTAR FUSTA..............................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang

Islam memandang bahwa kepemilikan harta merupakan naluri


alamiah seseorang manusia, oleh karena itu menekan atau bahkan
meniadakan hak kepemilikan harta itu adalah sesuatu hal yang lazim.
Islam tidak memandang bahwa kepemilikan harta itu adalah sesuatu
yang berbahaya,karena kepemilikan pribadi akan merangsang upaya-
upaya individu untuk berkegiatan ekonomi untuk memperoleh harta.
Hal itu juga merupakan konsekuensi logis dan sesuai dengan
semangat keadilan di masyarakat, akan sangat tidak adil jika ada yang
bekerja keras tetapi mendapatkan sama orang yang bekerja biasa-biasa
aja. Sedangkan sewa suatu persetujuan dengan nama pihak yang
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainya
kenikmatan dari sesuatu barang. Islamitu adlah agama yang mudah
meliputi segenap aspek kehidupan termasuk masalah sewa dalam
islam. Islam selalu memperhatikan berbagai maslahat dan
menghilangkan segala bentuk mudarat. Sesuatu yang allah syariatkan
dalam sewa dengan berbagai aturan yang melindungi hak dan
kewajiban pelaku bisnis dan memberikan berbagai kemudahan dalam
pelaksaanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kepemilikan dan Kesewaan?
2. Apa konsep Kepemilikan dalam islam?
3. Apa Rukun dan Syarat sewa menyewa?
4. Jelaskan apa itu Akad?

C. Tujuan Masalah
1.Untuk mengetahui pengertian kepemilikan dak
kesewaan 2.Untuk mengetahui konsep kepemilikan dalam
islam 3.Untuk mengetahui Rukun dan Syarat sewa
menyewa 4.Untuk mengetahui apa itu akad

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kepemilikan dan kesewaan


Kata “kepemilikan” dalam bahasa indonesia terambil dari kata “milik”.Ia
merupakan kata serapan dari kata “al-milk” dalam bahasa arab .secara etimologi
Kata ini terambil dari akar yang artinya memiliki. Dalam bahasa arab kata
memiliki Berarti memelihara dan menguasai sesuatu secara bebas.Maksudnya
kepenguasaan seseorang terhadap sesuatu harta (barang atau jasa) yang
membolehkanya untuk mengambil manfaat dengan segala cara yang lain tidak
diperkenankan mengambil manfaat dengan barang tersebut kecuali dengan izinya
dan sesuai dengan bentuk muamalah.
Kepemilikan menurut istilah berbagai ungkapan yang dikemukakan oleh
para ahli ,namun secara esensial seluruh definisi itu pada prinsipnya sama.
Sedangkan kesewaan adalah akad terhadap manfaat yang telah diketahui yang
menjadi tujuan umum yang dapat diserahkan dan diberikan dengan upah sewa
yang telah diketahui. Syarat keduanya (pihak yang memberikan sewa dan pihak
yang menyewa ) adalah pintar dan tidak terpaksa. Setiap hal yang mungkin di
manfaatkan dengan tetap utuhnya barang, misalnya ,menyewa rumah untuk dihuni
dan menyewakan binatang untuk dinaiki, Bila tidak mungkin (dimanfaatkan
dengan tetap utuhnya barang ), maka tidak sah diakadi ijaroh.untuk keabsahan
kesewaan ,terdapat beberapa syarat. Ketika manfaatnya dibatasi dari dua hal,
yaitu:1
1. Dengan masa, Misalnya ,”aku menyewakaan kepadamu rumah ini
selama satu tahun”.
2. Atau dengan pekerjaan, Misalnya, “aku menyewamu untuk menjahitkan
baju untukku.”(sampai selesainya pekerjaan). Dalam ijaroh ,akan
menjadi wajib dengan adanya Akad.

1
Sayyid Sabiq,Fiqih Sunnah 13,terj.Kamaluddin A.Marzuki ,(Bandung:Al Ma’arif,1987),hal.7.

2
B. Konsep Kepemilikan dalam islam
“Kepemilikan” sebenarnya berasal dari Bahasa Arab dari kata “Malaka”
yang artinya memiliki. Dalam Bahasa Arab”Milik”berarti kepenguasaan orang
terhadap sesuatu (Barang atau Harta) dan barang tersebut dalam genggamanya
baik secara rill maupun secara hukum. Dimensi Kepenguasaan ini di refleksikan
dalam bentuk bahwa orang yang memiliki seasuatu berarti mempunyai kekuasaan
terhadap barang tersebut sehingga ia dapat mempergunakanya menurut
kehedaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara ivdividual maupun
kelembagaan, yang dapat menghalang –halanginya dari memanfaatkan barang
yang dimilikinya itu. Contohnya Ahmad memiliki sepeda motor. Ini berarti bahwa
sepeda motor itu dalam genggaman Ahmad. Dia bebas untuk memanfaatkanya
dan orang lain tidak boleh menghalanginya dalam menikmati sepada motornya.
Konsep dasar kepemilikan dalam islam adalah firman Allah swt:

َ ‫ي‬
‫اال ْرض‬ ‫ت‬ َ ‫ِ لله ي‬
‫وما‬ َ
‫ما ال م‬
‫َو‬
‫س‬
Milik Allah-lah segala sesuatu yang ada di langit dan bumi.QS. Al-Baqarah:2842

Para fuqoha memberikan batasan-batasan“Kepemilikan”. Dengan berbagai


ungkapan yang memiliki inti pengertian yang sama. Di antara yang paling terknal
adalah definisi Kepemilikan yang mengatakan bahwa “milik”adalah hubungan
khusus seseorang sengan sesuatu (Barang) di mana orang lain terhalang. Untuk
memasuki hubungan ini dan si empunya berkuasa untuk memanfaatkannya selama
tidak ada hambatan legal yang menghalaginya.
Hubungan khusus yang dimiliki oleh orang yang memperoleh barang (harta)
ini memungkinkan untuk menikmati manfaatnya dan mempergunakanya sesuai
dengan keinginannya selama ia tidak terhalang hambatan-hambatan syar‟i seperti
gila ,sakit ingatan, hilang akal,atau masih terlalu kecil sehinga belum paham
memanfaatkan barang. Dalam hukum islam , si empunya atau si pemilik boleh
saja seorang masih kecil ,belum baligh,atau orang yang kurang waras atau gila

3
2
Chairuman Pasaribu Suhrawadi K.Lubis,Hukum Perjanjian Dalam Islam,hal 153.

3
tetapi dalam hal memanfaatkan dan menggunakanya barang-barang “miliknya”
mereka terhalang oleh hambatan syara‟ yang timbul karena sifat-sifat kedewasaan
tidak dimiliki. Meskipun demikian hal ini dapat di wakilkan kepada orang lain
seperti wali, washi(yang diberi wasiat) dan wakil(yang diberi kuasa untuk
mewakili).

C. Rukun dan Syarat Sewa Menyewa


Sewa menyewa/ijarah merupakan sebuah transaksi atas suatu manfaat.
Dalam hal ini, manfaat menjadi obyek manfaat transaksi. Dari segi ini, ijarah
dapat dibedakan menjadi dua.pertama,ijarah yang mentrabsaksikan manfaat harta
benda lazim disebut persewaan. Misalnya menyewa rumah , pertokoan
,kendaraan, dan lain sebagainya. Kedua ijarah yang mentransaksikan manfaat
SDM (sumber daya manusia) yang lazim di sebut perburuan.
Adapun Rukun sewa menyewa ada 4 macam yaitu:
1. Yang menyewakan
2. Yang menyewa
3. Barang atau sesuatu yang disewakan
4. Harga atau niali sewa 3

Menurut ulama hanafiyah, rukun al-ijarah itu hanya satu yaitu ijab
(ungkapan menyewakan). Akan tetapi ,jumhur ulama mengatakan baahwa rukun
al-ijarah itu ada 3 yaitu:

1. Orang yang berakal


2. Sewa atau imbalan
3. Manfaat atau sighat (ijab atau qabul)

Ulama hanafiyah mengatakan bahwa orang yang berakad,Sewa atau


imbalan, dan manfaat termasuk syarat-syarat al-ijarah bukan hukumnya . Kalau
kita lihat dar irukun ijarah yang di kemukakan oleh ulama hanafiyah. Dan jumhu
ulama pada dasarnya tidaklah terdapat perbedaan yang jauh dari rukun ijarah yang

3
Dimayauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010),hal.153.

4
ada dalam kitab fiqh nabawi yaitu: yang menyewakan yang menyewa , barang
atau sesuatu yang disewakan dan harga atau nila sewa. Sewa menyewa dipandang
sah, jika memenuhi syarat syarat sebagai berikut:4

1. Yang menyewakan dan yang menyewa telah baligh, berakal sehat dan
sama-sama ridho.
2. Barang atau sesuatu yang disewakan itu mempunyai faedah yang
berharga, faedahnya dapat dinikmati oleh yang menyewa dan kadarnya
jelas, misalnya :rumah disewa satu tahun ,taksi disewa dariyogya sampai
solo satu hari , atau seorang pekerja disewa mengerjakan membuat pintu
berukuran sekian meter.
3. Harga sewanya dan keadaanya jelas, misalnya :rumah
Rp.1.000.000/bulan ,dibayar tunai atau angsuran.
4. Barang yang diambil manfaatnya , harus masih tetap wujudnya sampai
waktu yang telah ditentukan menurut perjanjiaan.
5. Waktunya harus dapat diketahui dengan jelas, misalnya sehari seminggu
atau sebulan dan seterunya.
6. Dalam sewa-menyewa ini adakalanya berupa jasa, seperti dokter.tukang
pijat, supir dan lain-lain. Dan adalanya berupa “kegunaan”suatu barang
,seperti : kebun ditanami, rumah untuk dihuni, mobil untuk mengangkat
barang.

Mereka yang melakukan akad itu mestilah orang yang sydah dewasa dan
tidak cukup hanya sekedar mumayyiz saja. Untuk ijarah yang sah ada unsur-unsur
penting dari yang terdiri dari penyewa dan yang menyewakan, barang yang
disewakan,harga sewa, persetujuaan persewaan . puhak-pihak yang melakukan
perjanjian harus secara legal memenuhi syarat berpatisipasi dalam kontrak ijarah
dan harus ada harga sewa yang pasti.
Agama menghendaki agar dalam pelaksaan ijarah itu senantiasa
diperhatikan ketentuan-ketentuan yang bisa menjamin pelaksaannya yng tidak

4
Ghufron A.Mas’adi,Fiqih Muamalah Kontekstual,(Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada,2002),hal183.

5
merugikan salah satu pihak dari serta terpelihara pula maksud-maksud mulia yang
diinginkan agama ,ada berapa hal perlu dapat perhatian dalam pelaksnaan
aktivitas ijarah ,yaitu:5

1. para yang menyelengarkan akad haruslah berbuat atas kemauan sendiri


dengan penuh kerelaan.dalam konteks ini, tidakalah boleh dilakukan
akad ijaroh oleh salah sati pihak atau kedua-duanya atas dasar
keterpakasaan, baik itu datangnya dari pihak-pihak yang berakad atau
dari pihak lain.
2. Didalam melakukan akad tidak boleh ada unsur penipuan, baik yang
datang dari mu‟jir (orang yang menyewakan) ataupun dari
musta‟jir(penyewa).
3. Sesuatu yang diakadkan mestilah yang sesuai dengan realitas, bukan
sesai yang tidak terwujud.
4. Manfaat dari sesuatu yang menjadi objek transaksi ijarah mestilah berupa
sesuatu yang mubah, bukan sesuatu yang haram. Ini berate bahwa agama
tidak membenarkan terjadinya sewa-menyewa atau perburuhan terhadap
sesuatu perbuatan yang dilarang agama. Seperti tidak boleh menyewa
rumah untuk perbuatan maksiat, baik kemaksiatan itu datang dari pihak
penyewa atau yang menyewakan.

D. Apa itu Akad


Akad berasal dari bahasa arab yang artinya perjanjian atau persetujuan.
Kata ini juga bisa diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara
orang yang berakad.
1. Rukun dan syarat Akad
a) Aqid(orang yang melakukan aqad)
b) Ma‟qud „Alaih(benda yang menajdi objek transaksi)

5
Chalil,Zaky Fuad.Djuwaini:Pengantar Fiqih Muamalah.PustakaPelajar(.Yogyakarta.April
2008)hal,190.

6
c) Shighat ,yaitu ijab dan qobul(ijab qobul merupakan ungkapan
menunjukan kerelaan atau kesepakatan dua pihak yang melakukan
akad 6
2. Macam-macam Akad
Diantaranya macam-macam akad :
a. Berdasarkan segi sah tidaknya ,Aka dada dua macam:
 Akad shahih, akad yang memenuhi unsur dan syarat yang
ditetapkan oleh syara.
 Akad tidak shahih (fasidah), akad yang cacat /tidak sempurna.
b. Berdasarkan segi ditetapkan atau tidaknya oleh syar‟a:
 Akad musamah , yaitu akad yang telah ditetapkan syar‟a dan telah
ada hukum-hukumnya, seperti jual beli,hibah,dan ijarah.
 Ghair musamah yaitu akad yang belum ditetapkan oleh syar‟a dan
belum ditetapkan .
c. Berdasarkan zat benda yang diakadkan
 Benda yang terwujud
 Benda yang tidak terwujud
d. Berdasarkan disyariatkan atau tidaknya akad:
 Akad musyawara‟ah ialah akad-akad yang dibenarkan syar‟a
seperti gadai dan jual beli.
 Akad mamnua‟ah ialah akd-akad yang dilarang syar‟a menjual
anak kambing dalam perut ibunya
e. Berdasarkan sufat benda yang menjadi objek saat akad
 Akad ainnyah ialah akad yang disyaratkan dengan penyerahan
barang seperti jual beli.
 Akad ghair‟ainiyah ialah akad yang tidak disertai dengan
penyerahan barang-barang karena tanpa penyerahan barang-barang
karena tanpa penyerahan barang pun akad sudah sah
f. Berdasarkan tukar menukar hak

6
M.Thalib,Fiqih Nabawi,(Surabaya:al-ikhlas,1999)hal,193.

7
 Akad mu‟awadhah, yaitu akad berlaku atas dasaar timbale balik
seperti akad jual beli
 Akad tabarru‟ut ,yaitu akad-akad yang berlaku atas dasar
pemberian dan pertolongan seperti akad hibah
 Akad yang tabaru‟ut pada awalnya namun menjadi akad
mu‟awadah pada akhirnya seperti akad qarad dan kafalah
g. Berdasarkan harus diganti dan tidaknya
 Akad dhaman, yaitu akad yang menjadi tanggung jawab pihak
kedua setelah benda-benda akad di terima seperti qarad
 Akad amanah ,yaitu akad tanggung jawab kerusakan oleh pemilik
benda bukan, oleh yang memegang benda , seperti titipan.
 Akad yang dipengaruhi oleh beberapa unsure ,salah satu seginya
adalah dhaman dan segi yang lain merupakan amanah ,seperti rahn
h. Berdasarkan tujuan akad
 Tamlik :seperti jual beli
 Mengadakan usaha bersama seperti syirkah dan mudharabah
 Tautsqiq (memperkokoh kepercayaan) seperi rahn dan kafalah
 Menyerahkan kekuasaan seperti wakalah dan washiyah
 Mengadakan pemeliharaan seperti ida‟ ataupun titipan
i. Berdasarkan faur dan istimrar
 Akad fauriyah, yaitu akad-akad yang tidak memerlukan waktu
yang lama, pelaksanaan akad hanya sebentar saja seperti jual beli
 Akad istimrar atau zamaniyah, yaitu hukum akad terus berjalan,
seperi I,arah.
j. Berdasarkan asliyah dan tabi‟iyah
 Akad asliyah yaitu akad yang berdiri sendiri tanpa memerlukan
adanya sesuatu yang lain seperi jual beli dan I‟arah.
 Akad tahi‟iyah, yaitu akad yang membutuhkan adanya yang lain,
seperti akad rahn tidak akan dilakukan tanpa adanya utang.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpul

Kepemiikan adalah hak seseorang untuk memiliki, mengggunakan, dan


memanfaatkan suatu barang atau harta. Kepemilikan dapat diperoleh melalui kerja,
waris, dan orang lain. Kepemilikan individu harus di peroleh dan di belanjakan
dengan cara yang syar’i, tidak boleh berdampak negatif terhadap pihak lain, dan
harus di batasi oleh syariat yang ada. yang dimaksud dengan kesewaan adalah
pengambilan manfaat dari benda yang disewakan tersebut. Dalam hal ini berupa
manfaat seperti kendaraan, rumah, bahkan dapat berupa karya pribadi seperti
pekerja.

B. Saran
Semoga dengan adanya pembahasan makalah kami dapat menjadi masukan
dan sumber inspirasi bagi semua orang dan semoga bermanfaat.kami menyadari
sepenuhnya bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan
lupa. Oleh sebab itu kami sadar bahwa makalah yang kami beri judul
“kepemilikan dan kesewaan “ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu
kami sangat harapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
terutama dari guru pembimbing. Agar kedepanya dapat membuat makalah ini
lebih baik lagi

9
DAFTAR FUSTAKA

Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K.Lubis,Hukum


Perjanjian Dalam Islam.

Chalil,Zaky Fuad pemerataan Distribusi Kekayaan Dalam


Ekonomi Islam:Iqtishaduna.Jakarta:Zahra.2008

Dimyauddin Djuwaini,Pengantar Fiqih Muamalah


Yogyakarta:Pustaka Pelajar ,2010.

Ghufron A Mas‟adi , Fqih Muamalah Kontekstual, Jakarta


PT .Raja Grafindo Persada 2002.

M.Thabib,Fiqih Nabawi,Surabaya :al-ikhlas,19999.

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13,ter.Kamaluddin


A.Marzuki,Bandung:Al Ma‟arif,1987.

10

Anda mungkin juga menyukai