Anda di halaman 1dari 12

FIKIH MUAMALAH

Tentang
Konsep dan Hak Milik
Oleh
Kelompok 3
Ahmad Alfauzan (2330404005)
Aldi Arya Finanda (2330404006)
Alfandes Putra Hidayat (2330404007)

Dosen pengampu :
Yustiloviani, S. Ag,M Ag
Fadli, S.E.I., M.Sy

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang
berjudul “Konsep dan Hak Milik”. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis ucapkan kepada
nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga ke
zaman yang berilmu pengetahauan seperti saat ini.

Makalah ini dianjurkan untuk dibaca oleh mahasiswa sebagai dasar dan pijakan pada masa yang
akan datang. Makalah ini juga dapat dijadikan perbandingan mengenai materi-materi yang
terdapat dalam makalah, hal ini dikarenakan pembuatan makalah ini berdasar pada berbagai
referensi buku-buku dan teknologi lainnya.

Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritikan sangatlah penulis harapkan dari pembaca dan
pendengar guna peningkatan dan perbaikan pada pembuatan makalah mendatang.

Batusangkar,15 september 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak......................................................................................................
B. Pembagian Hak.....................................................................................................
C. Pengertian Milik....................................................................................................
D. Macam Macam Milik............................................................................................
E. Sebab Sebab Memiliki ………………………………………………………..
F. Kepemilikan dalam al-quran dan Hadist ……………………………………..
G. Kepemilikan Terhadap Pengembangan Ekonomi Islam …………………….

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hak milik harus dilandasi oleh aspek-aspek keimanan dan moral, serta
dijabarkan didalam aturan-aturan hukum, agar ada keadilan dan kepastian. Benar
pernyataan bahwa hukum tanpa moral dapat jatuh kepada kezaliman, dan moral
tanpa hukum dapat menimbulkan ketidakpastian. Islam telah menetapkan adanya hak
milik perseorangan maupun kelompok terhadap harta yang dihasilkan dengan cara-
cara yang tidak melanggar hukum syara’. Islam juga menetapkan cara-cara
melindungi hak milik ini, baik melindungi dari pencurian, perampokan, perampasan
yang disertai dengan sanksinya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud hak milik
b. Apa saja Pembagian Hak
c. Menjelaskan Macam Macam Milik
d. Menjelaskan Sebab Sebab Memilki
e. Menjelaskan Kepemilikan dalam Al- quran dan Hadist
f. Implementasi Kepemilikan Terhadap Pengembangan Ekonomi Islam

C . Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui maksud dari hak milik


b. Untuk mengetahui pembagian dari hak milik
c. Untuk mengetahui macam macam hak milik
d. Untuk mengetahui sebab sebab memiliki
e. Untuk mengetahui kepemilikan dalam Al-quran dan Hadist
f. Untuk mengetahui kepemilikan terhadap pengembangan ekonomi islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak
Kata hak berasal dari bahasa Arab al-haqq yang secara etimologi mempunyai
beberapa pengertian yang berbeda, diantaranya berarti milik, ketetapan dan kepastian,
menetapkan dan menjelaskan, bagian (kewajiban), dan kebenaran. Adapun hak milik
adalah hubungan antara manusia dengan harta yang di tetapkan dan diakui oleh syara,
karna adanya hubungan tersebut, ia berhak melakukan berbagai macam tasarruf terhadap
harta yang dimilikinya selama tidak ada hal hal yang mengalanginya.
Dari defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian hak milik adalah
sama,yaitu bahwa hak milik atau kepemilikan merupakan hubungan kepemilikan antara
manusia dan harta atau benda yang diterapkan oleh syara’,yang memberikan kekuhusan
yang memungkinkan untuk mengambil manfaat atau melakukan tasarruf atas harta atau
benda tersebut menurut cara-cara yang dibenarkan ditetapkan oleh syara’.

Secara istilah, terdapat beberapa definisi yang dikemukakan ulama fiqih :

a. Menurut Syekh Ali Al-Khafifi, hak adalah kemasslahatan yang diperoleh secara
syara’
b. Menurut Mustafa Ahmad Az-Zarqa, hak adalah suatu keharusan yang padanya
ditetapkan syara’ suatu kekuaaan taklif
B. Pembagian Hak
Hak dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu mal dan ghairu mal. Hak mal ialah
sesuatu yang berkaitan dengan harta, sedangkan ghairu mal yaitu penguasaan terhadap
suatu yang tidak berkaitan dengan harta. Hak ghairu al-mal terbagi atas dua yaitu :
1. hak syakishi yaitu suatu tuntutan yang ditetapkan syarat bagi seseorang yang wajib
dipenuhi oleh orang lain. Contoh: orang yang meninggal dalam keadaan berhutang
maka ahli waris wajib menyelesaikan dan melunasi utang tersebut
2. hak aini yaitu hak orang dewasa dengan bendanya tanpa dibutuhkan orang kedua.
Hak aini terbagi menjadi dua macam
a) Hak aini ashili ialah adanya wujud benda tertentu dan adanya shabub al-haq
seperti hak milikiah dan irtifa.

1
b) Hak aini thabi’I ialah jaminan yang ditetapkan untuk seseorang yang
mengutangkan uangnya atas yang berutang.
C. Pengertian milik
Kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk yang secara etimologi berarti
penguasaan terhadap sesuatu. Al-Milk juga berarti sesuatu yang dimiliki (harta). Milk
juga merupakan hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui oleh syara’ yang
menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu, sehingga ia dapat
melakukan tindakan hukum terhadap harta tersebut, kecuali adanya kalangan syara’. Kata
milik dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari kata al-milk dalam bahasa
Arab.
Secara terminologi, al-milk didefinisikan oleh Muhamad Abu Zahrah, sebagai
berikut : ‘’Pengkhususan seseorang terhadap pemilik sesuatu benda menurut syara’ untuk
bertindak secara bebas dan bertujuan mengambil manfaatnya selama tidak ada
penghalang yang bersifat syara’’. Pemilik harta bebas untuk bertindak hukum terhadap
hartanya, seperti jual beli, hibah, wakaf dan meminjamkannya kepada orang lain, selama
tidak ada halangan dari syara’. Contoh halangan syara’ antara lain orang itu belum cakap
bertindak hukum, misalnya anak kecil, orang gila, atau kecakapan hukumnya hilang,
seperti orang yang jatuh pailit, sehingga dalam hal-hal tertentu mereka tidak dapat
bertindak hukum terhadap miliknya sendiri. Artinya, benda yang dikhususkan kepada
seseorang itu sepenuhnya berada dalam penguasaannya, sehingga orang lain tidak boleh
bertindak dan memanfaatkannya.
Pemilik harta bebas untuk bertindak hukum terhadap hartanya, seperti jual beli,
hibah, wakaf dan meminjamkannya kepada orang lain, selama tidak ada halangan dari
syara’. Contoh halangan syara’ antara lain orang itu belum cakap bertindak hukum,
misalnya anak kecil, orang gila, atau kecakapan hukumnya hilang, seperti orang yang
jatuh pailit, sehingga dalam hal-hal tertentu mereka tidak dapat bertindak hukum terhadap
miliknya sendiri. Apabila seseorang telah memiliki suatu benda yang sah menurut syara’,
orang tersebut bebas bertindak terhadap benda tersebut, baik akan dijual maupun akan
digadaikan, baik diri sendiri maupun dengan perantara orang lain. Berdasarkan definisi
ini, kiranya dapat dibedakan antara hak dan milik.

1
D. Macam-Macam milik
Ulama fiqih membaga kepemilikan kepada dua bagian, yaitu :
1. Al milk at tam (hak milik yang sempurna) yaitu apabila materi atau manfaat harta itu
dimiliki sepenuhnya oleh seseorang,sehingga seluruh hak miliknya terkait dengan
harta itu di bawah penguasaannya. Milik seperti ini bersifat mutlak tidak dibatasan
waktu dan tidak digugurkan orang lain. Misalnya orang lain pempunyai rumah, maka
ia berkuasa penuh terhadap rumah itu dan boleh ia manfaatkan secara bebas.
Adapun ciri-ciri khusus al milk at tam (hak milik yang sempurna) adalah :
a) Sejak awal, kepemilikan terhadap materi itudan terhadap manfaat harta itu
bersifat sempurna.
b) Kepemilikannya tidak didahului oleh sesuatu yang dimiliki sebelumnya,
artinya materi dan manfaatnya sudah ada sejak kepemilikan itu. Kepemilikan
tidak dibatasa waktu.
c) Kepemilikan tidak boleh digugurkan, apabila kepunyaan itu milik bersama,
maka masing-masing orang dianggap bebas menggunakan miliknya,
sebagaimana milik mereka masing masing
2. Al milk an naqish (hak milik yang tidak sempurna) yaitu apabila seseorang hanya
menguasai materi harta itu, tetapi manfaatnya dikuasai orang lain, seperti sawah
seseorang yang pemanfaatannya diserahkan kepada orang lain melalui wakaf,atau
rumah yang dikuasai pemanfaatan oleh orang lain baik melalui sewa menyewa
maupun pinjam meminjam
Adapun ciri-ciri khusus al milk an naqish (hak milik yang tidak sempurna) adalah
sebagai berikut :
a) Boleh dibatasi waktu, waktu dan sifatnya.
b) Tidak boleh diwariskan menurut ulama Hanafiah, karena manfaat tidak termasuk
harta dalam pengertian mereka, sedangkan jamhur ulama membolehkannya,
seperti pemanfaatan rumah kepada seseorang.
c) Orang yang akan memanfaatkan harta itu dapat menuntut harta itu dari
pemiliknya dan apabila harta itu telah diserahkan oleh pemiliknya, kepada orang
yang akan memanfaatkannya, maka harta itu menjadi amanah di tangannya dan
akan dikenakan ganti rugi apabila bertindak sewenang-wenang terhdap harta itu.

1
Orang yang memanfaatkan harta itu berkewajiban mengeluarkan biaya
pemeliharaannya, seperti hewan ternak harus diberi makan dan mobil harus
dibersihkan dan diisi bensinnya dan diganti olehnya dan seterusnya
d) Orang yang memanfaatkan barang itu berkewajiban untuk mengembalikan harta
itu apabila diminta kembali oleh pemiliknya, kecuali apabila orang yang
memanfaatkan harta itu mendapat mudarat dengan pengembalian harta itu.
Misalnya: sawah yang dimanfaatkan belum layak panen.
E. Sebab Sebab Memiliki
Harta berdasarkan sifatnya bersedia dan dapat dimiliki oleh manusia, sehingga
manusia dapat memiliki suatu benda. Faktor-faktor yang menyebabkan harta dapat
dimiliki antara lain :
1. Ikraj almubahat, untuk harta yang mubah (belum dimiliki oleh seseorang). Untuk
memiliki benda-benda mubahat diperlukan dua syarat, yaitu :
a) Benda mubahat belum diikhrazakan oleh orang lain. Seseorang mengumpulkan
air dalam satu wadah, kemudian air tersebut dibiarkan maka orang lain tidak
berhak mengambil air tersebut, sebab telah diikharazkan orang lain.
b) Adanya niat (maksud) memiliki. Maka seseorang memperoleh harta mubahat
tanpa ada niat, tidak termasuk ikhraz, umpanya seorang pemburu meletakkan
jaringnya disawah, kemudian terjeratlah burung-burung, bila seorang pemburu
meletakan jaringnya sekedar untuk mengeringkan jaringnya, ia tidak berhak
memilki burung-burung tersebut.
2. Khalafiyah
khalafiyah adalah bertempat seseorang atau sesuatu baru bertempat ditempat yang
lama, yang telah hilang berbagai macam haknya. Khalafiyah ada dua macam,yaitu :
a) Khalafiyah syakhsy’an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si muwaris
dalam memiliki harta-harta yang ditinggalkan oleh muwaris, harta yang
ditinggalkan oleh muwaris disebut tirkah.
b) Khalafiyah syai’an sya’in, yaitu apabila seseorang merugikan milik orang lain
atau menyerobot barang orang lain, kemudia rusak di tangannya atau hilang,
maka wajiblah dibayar harganya dan diganti kerugian pemilik harta. Maka
khalafiyah syai’an sya’in ini disebut tadlmin atau ta’widl (menjamin kerugian).

1
c) Tawallud min mamluk, yaitu segala yang terjadi dari benda yang telah dimiliki,
menjadi hak bagi yang memiliki benda tersebut. Misalnya bulu domba menjadi
milik pemilik domba. Sebab pemilikan tawallud min mamluk dibagi kepada dua
pandangan:
1) Mengingat ada dan tidak adanya ikhtiar terhadap hasil-hasil yang dimiliki
(i’tibar wujud al ikhtiyar wa ‘adamihi fiha)
2) Pandangan terhadap bekasnya (i’tibar atsariha).
d) Karena penguasaan terhadap milik negara atas pribadi sudah lebih dari tiga tahun,
Umar r.a ketika menjabat menjadi khalifah ia berkata: sebidang tanah akan
menjadi milik seseorang yang tidak memanfaatkan selama tiga tahun. Hanafiyah
berpendapat bahwa tanah yang belum ada pemiliknya kemudian dimanfaatkan
oleh seseorang,maka orang iru berhak memiliki tanah itu.
F. Kepemilikan Dalam Al-quran dan Hadist
Konsep kepemilikan dalam al-quran berangkat dari pandangan bahwa manusia
memiliki kecendrungan dasar untuk memiliki sesuatu harta secara individual, tetapi juga
membutuhkan pihak lain dalam kehidupan sosialnya. Harta atau kekayaan yang telah
dianugerahkan-nya di alam semesta ini, dia-lah pencipta, pengatur dan pemilik segala
yang ada dialam semesta ini, pernyataan ini disebutkan dalam firman-nya surat al-maidah
ayat 120:
‫ِهّٰلِل ُم ْلُك الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو َم ا ِفْيِهَّن ۗ َو ُهَو َع ٰل ى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر‬

Artinya
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu
G. Implementasi Kepemilikan Terhadap Pengembagan Ekonomi Islam
Islam mengatur adanya hak milik (kepemilikan) bagi individu maupun kolektif
hakekatnya merupakan wujud keberpihakan islam pada upaya pembebabasan manusia
dari kemiskinan dengan memberikan sarana dan sumber daya alam yang siap
dikembangkan secara ekonomis. Oleh karena itu, konsep kepemilikan dalam islam
memiliki implikasi terhadap pengembangan ekonomi umat. Dari ketentuan-ketentuan
kepemilikan menurut islam mengenai makna, macam/ klasifikasi, cara memperoleh,,
kaidah-kaidah khusus kepemilikan, terdapat implikasi positif terhadsap pengembangan

1
ekonomi yang islami yang antara lain terjabarkan dalam berbagai formulasi penataan
ekonomi yang berbasis syariah dan berorientasi pada kerakyatan sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Ekonomi; dalam konsepsi islam, cakupan ekonomi tidak terbatas
mengenai sebab sebab materiil kesejahteraan, melainkan juga menganai hal hal yang
bersifat non materiil yang tunduk kepada larangan islam tentang konsumsi, produksi
dan pemasaran. Menurut islam, baik konsumen maupun produsen bukanlah raja,
prilaku keduanya harus dituntun oleh kesejahteraan umum, individual dan social
sesuai ajaran syariat islam. Dalam system ekonomi islam, yang menjadi asumsi
dasarnya adalah syariat islam dan diberlakuan secara kaffah, naik terhadap individu,
keluarga, kelompok masyarakat, usahawan maupun pemerintah.
2. Motivasi ekonomi islam; salah satu kekhasan ekonomi islam, yakni bahwa motivasi
dari aktivitas ekonomi adalah mencari keberuntungan didunia dan akhirat sebagai
pelaksanaan tugas khalifatullah dalam kerangka ibadah dalam arti yang luas. Hal ini
sesuai dengan perintah Allah agar manusia menggapai kebahagiaan akhirat, tanpa
melupakan kebahagiaan dan kesejahteraan duniawi (QS. Al- Qasas: 77)

1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak milik adalah sama,yaitu bahwa hak milik atau kepemilikan merupakan
hubungan kepemilikan antara manusia dan harta atau benda yang diterapkan oleh
syara’,yang memberikan kekuhusan yang memungkinkan untuk mengambil manfaat
atau melakukan tasarruf atas harta atau benda tersebut menurut cara-cara yang
dibenarkan ditetapkan oleh syara’.

B. Saran
Penulis sangat mengharapkan saran yang mendukung dari pembaca, sehingga
segala kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah kali ini tidak terjadi dilain
waktu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca hendaknya.

1
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-QURAN AL-Karim
Ghazaly. R. A. Ihsan. G, Shidiq. S. 2010. Fiqih Muamalat. Prenada Media Group: Jakarta.
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ushuludin/article/download/704/655
https://www.academia.edu/15575503/MAKALAH_HAK_MILIK_AL_HAQ_
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/1882/3/092311016_Bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai