EKONOMI ISLAM
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2022/2023
A. Hak
1. Pengertian Hak
Secara etimologis kata hak berarti milik, ketetapan, dan kepastian, seperti terdapat dala
QS. Ya Sin (36): 7: “Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah)
terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman”.
Al-hak diartikan juga dengan menetapkan dan menjelaskan sebagaimana tercantum
dalam QS. Al-Anfal (8): 8: “Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan
yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya”.
Al-hak diartikan juga dengan bagian (kewajiban) yang terbatas seperti tercantum dalam
QS. Al-Baqarah (2): 241: “Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan
oleh suaminya) mut’ah menurut yang ma’ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang
yang bertakwa”.
Al-hak diartikan juga dengan kebenaran sebagai lawan dari kebatilan sebagaimana
tedapat dalam QS. Yunus (10): 35: “Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada
yang menunjuki kepada kebenaran”. Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada
kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk
kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu
mengambil keputusan?”
2. Rukun Hak
Rukun hak ada dua, yaitu :
a. Pemilik hak (orang yang berhak)
Yang menjadi pemilik hak, dalam pandangan syariat Islam adalah Allah Swt., baik yang
menyangkut hak-hak keagamaan, maupun hak individu, atau hak-hak secara hukum,
seperti perserikatan dan yayasan, yang dalam istilah fikih disebut dengan asy-
syakhshiyah al-i’tibariyah. Seorang manusia, menurut ketetapan syara’, telah memiliki
hak-hak pribadi sejak ia masih janin dan hak-hak itu dapat dimanfaatkannya dengan
penuh apabila janin lahir ke dunia dengan selamat. Hak-hak pribadi yang diberikan
Allah ini akan habis dengan wafatnya pemilik hak.
b. Objek hak, baik sesuatu yang bersifat materi maupun utang
3. Macam-macam Hak
Dilihat dari segi pemilik hak terbagi kepada tiga macam, yaitu :
a. Hak Allah yaitu seluruh bentuk yang dapat mendekatkan diri kepada Allah,
mengangungkan-Nya, dan menyebarluaskan syiar-syiar agama-Nya, seperti berbagai
macam ibadah, jihad, amar makruf nahi munkar dan lain-lain.
Hak Allah meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Hal yang merupakan hak ibadah murni yang diwajibkan kepada seluruh umat
manusia, seperti iman, shalat, puasa, dan haji.
2) Hal yang merupaka hukuman terhadap pelanggaran larangan-larangan zina,
pencurian, minuman-minuman keras, menuduh zina tanpa bukti yang cukup,
merampok dan memberontak yang dalam hukum pidana Islam disebut jarimah
hudud.
3) Hal-hal yang merupakan hukuman yang hanya berupa hilangnya hak tanpa menimpa
diri maupun harta benda terhukum, seperti hilangnya hak waris dari seseorang yang
membunuh pewarisnya.
4) Hal yang mempunyai sifat ibadah dan dalam waktu yang sama juga merupakan
hukuman, seperti kifarat melanggar sumpah, kifarat melanggar larangan hubungan
suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan dan sebagainya.
5) Hal yang bersifat ibadah murni, tetapi langsung dinikmati juga oleh orang lain, yaitu
yang berupa mengeluarkan sebagian harta, seperti zakat fitrah dan zakat harta
6) Hal yang merupakan aturan-aturan hubungan keluarga, seperti nikah, talak, rujuk,
hubungan nasab, pemberian hak waris dan sebagainya.
b. Hak manusia, yang pada hakikatnya untuk memelihara kemaslahatan setiap pribadi
Muslim. Dalam hak-hak manusia, seseorang boleh memaafkan, mengugurkan, atau
mengubahnya, serta dapat diwariskan kepada ahli waris. Misalnya pewaris hak qishash
(balasan setimpal atas perbuatan pembunuhan) kepada ahli waris.
c. Hak berserikat (gabungan) antara hak Allah dengan hak manusia, tetapi adakalanya hak
Allah lebih dominan di dalamnya seperti dalam persoalan iddah dan adakalanya hak
manusia lebih dominan, seperti hak qishash. Dalam masalah iddah, terdapat dua hak,
yaitu hak Allah berupa pemeliharaan nasab (keturunan) janin dengan ayahnya agar tidak
bercampur dengan nasab suami kedua. Disamping itu, di dalam iddah pun terdapat hak
manusia, yaitu pemeliharaan terhadap nasab anaknya.
Dilihat dari segi objek hak, maka hak dibagi kepada enam, yaitu :
4. Sumber Hak
Sumber hak ada lima, yaitu :
a) Syara’ atau syariat Islam, sumber utama syariat adalah Al-Qur’an dan Sunnah, dari
kedua sumber inilah ditetapkan kewajiban untuk beribadah.
b) Aqad, apabila terjadi kesepakatan dalam bentuk akad, maka akan melahirkan hak dan
kewajiban. Misalnya akad jual beli.
c) Kehendak pribadi, apabila seseorang melakukan suatu komitmen untuk berbuat,
nelakukan suatu yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, maka komitmen pribadi
ini akan melahirkan hak sekaligus kewajiban.
d) Perbuatan yang bermanfaat, apabila seseorang melakukan perbuatan yang memberi
manfaat pada orang lain seperti melunasi utang orang, maka orang yang dilunasi
utangnya tidak boleh dituntut lagi untuk membayar.
e) Perbuatan yang mendatangkan kemudharatan kepada orang lain.
3. Prinsip Kepemilikan
Prinsip kepemilikan amwal (harta) adalah :
a. pemilikan yang penuh, menimbulkan adanya kepemilikan manfaat dan tidak
dibatasi waktu
b. pemilikan yang tidak penuh, mengharuskan adanya kepemilikar, manfaat dan
dibatasi waktu,
c. pemilikan yang penuh tidak bisa dihapuskan, tetapi bisa dialihkan
d. pemilikan syarikat yang tidak penuh sama dengan kepemilikan terpisah
tasharrufnya
e. pemilikan syarikat yang penuh ditasharrufkan dengan hak dan kewajiban secara
proporsional.
4. Klasifikasi Kepemilikan
Kepemilikan yang dibahas dalam fikih muamalah secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Milk tam, yaitu suatu pemilikan yang meliputi benda dan manfaat sekaligus,
artinya bentuk benda (zat benda) dan kegunaannya dapat dikuasai. Pemilik tam
bisa diperoleh dengan banyak cara, misalnya jual beli.
b. Milk nagis, yaitu bila seseorang hanya memiliki salah satu dari benda tersebut,
memiliki benda tanpa memiliki manfaatnya atau memiliki manfaat (kegunaan)-
nya saja tanpa memiliki zatnya. Milk nagis yang berupa penguasan terhadap zat
barang (benda) disebut milk ragabah, sedangkan milk nagis yang berupa
penguasaan terhadap kegunaannya saja disebut milk manfaat atas hak guna
pakai, dengan cara j'arah, wakaf, dan washiyah.
C. Harta (Amwal)
1. Pengertian Harta (Amwal)
Secara etimologis, amwal bentuk jamak dari mal, yang berasal dari kata mala-
yamilu berarti condong atau cenderung. Harta dijadikan yang membuat manusia
cenderung baik materi maupun manfaat. Kecenderungan pada harta didorong oleh
pemenuhan kebutuhan dan pemuasan keinginan. Namun fokus hukum Islam yaitu
pada pemenuhan kebutuhan, karena pemuasan keinginan tak terbatas.
Menurut Rahmat Syafci, amwal, dalam bahasa Arab disebut al-mal yang berarti
condong, cenderung dan miring. Manusia cenderung ingin memiliki dan menguasai
harta.
Menurut Wahbah Zuhaili, harta adalah sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh
manusia, baik berupa benda yang tampak seperti emas, perak, binatang, tumbuh-
tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yakni manfaat seperti kendaraan, pakaian dan
tempat tinggal.” Sesuatu yang tidak dikuasakan manusia tidak bisa dinamakan harta
menurut bahasa, seperti burung di udara, ikan di dalam air, pohon di hutan dan
barang-barang yang ada di bumi.
Secara terminologis, ulama memberikan beberapa definisi tentang harta, yaitu
sebagai berikut:
a. Menurut ulama Hanafiyah, harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil,
disimpan dan dimanfaatkan.
b. Menurut jumhur ulama, harta adalah segala sesuatu yang bernilai dan mesti
rusaknya dengan mengusainya.
c. Menurut Ibdalsyah dan Hendri Tanjung, harta adalah sesuatu yang
mempunyai nilai dan dapat dimanfaatkan.
d. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, harta (amwal) adalah benda
yang dapat dimiliki, dikuasai, diusahakan, dan dialihkan, baik benda
berwujud? maupun benda tidak berwujud.
2. Macam-macam Harta (Benda)
Ulama membagi macam-macam benda (harta) sebagai berikut:
a. Ditinjau dari segi dapat dan tidaknya dipindahkan, benda dibagi dua, yaitu:
1. benda tetap yaitu benda yang tidak mungkin dipindahkan ke tempat lain, yaitu
tanah atau perkarangan.
2. benda bergerak yaitu benda yang mungkin dipindahkan ke tempat lain, yakni
benda-benda yang ada di atas tanah, seperti bangunan, pohon, binatang, dan
barang-barang.
b. Ditinjau dari segi dapat atau tidaknya diganti dengan benda lain, benda dibagi
dua, yaitu:
1. benda mitsli (benda yang dapat diganti dengan benda lain yang sama)
2. benda gimi (benda yang hanya dapat diganti dengan harga)
c. Ditinjau dari segi bernilai atau tidaknya, maka benda dibagi dua, yaitu:
1. benda mutagawwim (bernilai)
2. benda ghairu mutagawwim (benda tak bernilai)