Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Fiqih Muamalah

Fiqih secara bahasa artinya al fahmu(faham).

Secara istilah adalah ilmu ilmu tentang hukum hukum syara' amaliyah yang digali atau diperoleh dari
dalil-dalil yang ditafsili(rinci). Dengan kata lain, fiqih berarti kumpulan hukum syara' yang berhubungan
dengan amal perbuatan manusia (mukallaf) yang digali dari dalil-dalil yang rinci. Pada perkembangannya
Fiqih sering dikaitkan dengan hukum islam yang memiliki cangkupan makna yang luas.

(Mukallaf adalah orang yang dipandang telah memiliki kecakapan bertindak hukum, artinya segala
perbuatan maupun perkataan nya dipandang sah secara hukum)

Muamalah berasal dari kata yang sermakna dengan mufa'alah(saling berbuat). Yang menggambarkan
adanya suatu aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan demikian, fiqih
muamalah berarti hukum-hukum syara' yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang
menyangkut urusan keduniaan.

Dapat dipahami bahwa Fiqih muamalah adalah hukum-hukum syara' yang mengatur perbuatan manusia
yang digali dari dalil-dalil Al qur'an maupun hadist yang terperinci yang berhubungan dengan persoalan
persoalan dunia(ekonomi).

B. Hubungan Fiqih Muamalah dan Fiqih lainnya

Klasifikasi ibadah dalam islam terbagi menjadi dua yakni ibadah mahdhoh dan ghoiru mahdhoh. Fiqih
muamalah adalah penjabaran lebih lanjut dari konsep ibadah ghairu mahdhoh dalam arti sempit yakni
hukum yang mengatur hubungan antar manusia yang bersifat kebendaan lewat akad(transaksi).

Seperti fiqih mawaris dan fiqih wasiat, kedua fiqih ini dilihat dari segi objeknya sama dengan fiqih
muamalah yaitu hukum yang sama-sama mengatur hubungan antar manusia yang bersifat kebendaan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun jika dilihat dari segi lain, fiqih muamalah berbeda dengan
fiqih mawaris kalau dalam fiqih mawaris terjadinya perpindahan kepemilikan tidak melalui akad dan
terjadi jika dari salah satu pihak meninggal dunia, sedang dalam fiqih muamalah, terjadinya perpindahan
kepemilikan melalui akad dan terjadi apabila kedua belah pihak masih hidup. Berbeda pula fiqih
muamalah dengan fiqih wasiat. Kedua fiqih ini sama-sama menggunakan akad namun yang berbeda
adalah ketika terjadi pemindahan kepemilikan jika fiqih muamalah terjadi ketika kedua belah pihak
masih hidup jika fiqih wasiat salah satu pihak sudah meninggal dunia.

C. Sumber Hukum Muamalah

1. Sumber hukum yang pertama adalah Al qur'an.

Kedudukan Al qur'an sebagai sumber hukum utama merupakan kalam Allah SWT yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW.

2. Sumber hukum yang kedua yakni Hadist.


Hadis menjadi sumber hukum yang kedua karena apa yang dilakukan oleh Nabi SAW. Mengikuti
tuntunan Wahyu bukan hawa nafsu(Q. S Al Ahqaf[46];9,An Najm[53];3-4).

3. Sumber hukum yang ketiga yakni ijtihad.

Ijtihad yakni mengerahkan segala kemampuan secara maksimal, baik mengisbatkkan hukum syara'
maupun dalam penerapannya. Ijtihad dibagi menjadi dua bentuk, yakni ijtihad istinbathi(Dalam konteks
Indonesia, seperti ijtihad yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional, yang berbentuk fatwa), dan
ijtihad tatbhiqi(penerapan hukum). Seperti penyusunan hukum islam dalam bentuk perundang-
undangan dan penerapan hukum bisnis syariah dan lembaga keuangan non bank.

D. Prinsip Prinsip Hukum Muamalah

1. Hukum asal segala bentuk muamalah adalah mubah.

Hukum islam memberikan kebebasan membuat bentuk atau jenis muamalat baru sesuai dengan
kebutuhan.

2. Muamalah dilakukan atas dasar suka sama suka.

Kebebasan berkehendak para pihak yang melakukan transaksi muamalat sangat diperhatikan dalam
hukum islam. Berhubung kebebasan berkehendak merupakan urusan batin seseorang, maka sebagai
konkretisasinya dalam bentuk ijab dan qobul.

3. Dilakukan atas dasar menarik manfaat dan menolak madhorot.

Prinsip ini merupakan ruh dan semangat hukum yang ditetapkan oleh al qur'an dan hadits. Akibat dari
prinsip ini, maka segala bentuk muamalat yabg merusak sendi sendi kehidupan masyarakat tidak
dibenarkan oleh hukum islam. Berdasarkan prinsip ini menjadikan sebuah teori hukum islam, bahwa
setiap transaksi muamalat jenis apapun harus bebas dari riba, najasy, ihtikharbdan gharar.

4. Dilakukan atas dasar menegakkan keadilan.

Bentuk muamalat yang mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan dalam hukum islam. Contohnya
dalam hal pinjam meminjam, yang jika mengembalikan uang, bunganya lebih besar nominalnya
daripada uang yg dipinjam.

Prinsip hukum keadilan ini membawa sebuah teori dalam hukum islam bahwa keadilan lah yang akan
mewujudkan dalam setiap transaksi muamalat adalah keadaan yang berimbang, artinya keadilan yang
dapat memelihara dua kehidupan, yakni kehidupan yang sementara(didunia) dan kehidupan yang
abadi(akhirat).

Bab 1 HARTA

Salah satu sarana manusia untuk hidup dengan orang lain adalah dengan harta, karena dengan harta
manusia dapat berinteraksi satu sama lain melalui transaksi muamalah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya seperti jula beli, sewa menyewa, kerja sama bisnis(syirkah), dan lain-lain. Dengan demikian,
harta merupakan obyek utama manusia untuk melakukan kegiatan ekonomi.

Harta dalam pandangan islam adalah termasuk hal yang dharuriyah, artinya keberadaan harta itu mutlak
ada dalam kehidupan, dalam arti tanpa adanya harta, maka kehidupan manusia akan cidera atau rusak,
bahkan hidup tidak ada maknanya. Dalam kepemilikan harta, untuk kemaslahatan pribadi sebagai
pemilik, juga harus mendatangkan manfaat dan maslahah untuk masyarakat umum.

Fungsi harta yang dimiliki oleh manusia adalah;

1.penyempurna ibadah mahdhah

2. Untuk memelihara dan meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Swt, karena kefakiran akan
membawa kepada kekufuran.

3. Meneruskan estafet kehidupan generasi akan datang yang lebih kuat, karena Allah Swt melarang
meninggalkan generasi yang lemah dalam bidang ekonomi.

4. Bekal mencari dan mengembangkan kekayaan dan ilmu yang barokah baik dunia dan akherat.

5. Mengejar imbang kan kebahagiaan antara dunia dan akhirat.

Bab 2 Milik

Milik adalah kekhususan seseorang terhadap suatu benda, yang memungkinkan seseorang itu dapat
bertindak hukum terhadap benda itu sesuai keinginannya selama tidak ada halangan syara'. Milik secara
garis besar dibagi menjadi :

1. Milik tam yaitu memiliki dzat benda sekaligus manfaatnya.

Ciri cirinya yakni kepemilikan benda dan manfaatnya secara sempurna dan tidak dibatasi waktu serta
tidak bisa digugurkan.

2. Milik naqish yaitu memiliki salah satu dzat bendanya atau manfaat nya.

Ciri cirinya yakni :


 Kepemilikannya dibatasi waktu, tempat dan sifatnya
 Kepemilikannya tidak boleh diwariskan karena manfaat tidak termasuk harta dalam
pengertian mereka. Ulama jumhur memperbolehkannya karena manfaat menurut
pengertian mereka adalah termasuk harta.
 Jika terjadi kerusakan barang yang diambil manfaatnya tidak wajib mengganti kecuali atas
keteledoran nya.
 Pengambilan manfaat dalam pinjam meminjam barang perawatan barang ditanggung
penerima manfaat.
 Peminjam jika sudah habis masa minjam aset harus dikembalikan.
Bab 3 Akad

Akad didefinisikan sebagai pertalianantara ijab dan qobul yang dibenarkan oleh syara' yang
menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Atas dasar definisi akad ini, maka ada tiga hal yang
terkandung dalam akad yakni :

 Akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan qobul yang berakibat timbulnya
akibat hukum.
 Akad merupakan tindakan hukum dua pihak karena akad adalah pertemuan ijab yang
mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan kobul yang menyatakan kehendak lain.
 Tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum.

Pendapat saya yakni

Fiqih muamalah adalah suatu hukum islam tentang kegiatan ekonomi manusia. Dan mempunyai
hubungan dengan fiqh lain yakni sama sama hukum yang mengatur hubungan antar manusia yang
sifatnya kebendaan dan lewat transaksi. Dan yang sumber hukumnya berasal dari Al Qur'an, hadist dan
ijma'

Fiqih muamalah juga memiliki beberapa prinsip yang melandasi hukum muamalah sendiri, seperti
hukum asal segala bentuk muamalat itu mubah, muamalat dilakukan atas dasar suka rela, dan juga atas
dasar menarik manfaat serta menolak madharat.

Adanya fiqih muamalah atau bisa juga disebut dengan hukum islam ini sangat membantu,dimana
manusia yang hakekatnya adalah makhluk sosial dapat mengetahui aturan-aturan, hukum-hukum, dan
dalil-dalil yang melandasi kegiatan-kegiatan bermuamalah mereka.

Anda mungkin juga menyukai