Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fiqih atau Hukum Islam merupakan salah satu bidang
studi Islam yang paling dikenal oleh masyarakat. Hal ini antara
lain karena Fiqih terkait langsung dengan kehidupan masyarakat.
Dari sejak lahir sampai dengan meninggal dunia manusia selalu
berhubungan dengan Fiqih. Fiqih adalah pengetahuan tentang
hukum syara yang bersifat amaliyah yang diperoleh dari dalil-
dalil terperinci.1
Demikian besar fungsi yang dimainkan oleh Fiqih, maka
tidak mengherankan jika di perguruan tinggi atau Universitas
terdapat Fakultas Hukum yang didukung oleh para ahli bidang
Hukum yang amat banyak jumlahnya. Keadaan Fiqih yang
demikian itu nampak inheren atau menyatu dengan misi agama
Islam yang kehadirannya untuk mengatur kehidupan manusia
agar tercapai ketertiban dan keteraturan, dengan Rasulullah
SAW. sebagai aktor utamanya yang melaksanakan aturan-aturan
hukum tersebut. Karena wahyu, yaitu cara memperoleh dan
mengetahui kehendak Tuhan secara langsung, terhenti semenjak
meninggalnya Nabi Muhammad SAW. syariah yang terungkap
secara sempurna pada prinsipnya lantas menjadi statis dan
bersifat kekal. Mengapung sebagai tanda jasad di atas awang-

1
Abdullah Jarir, Ushul Fiqh Perbandingan, (Serang: Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2018), h.13.

1
2

awang masyarakat Muslim, serta terpisah dari arus dan


pergantian wahyu, ia pun tampil sebagai cita-cita (Idealisme)
yang keabsahannya berlaku abadi, dan masyarakat harus
mengejar cita-cita itu.2
Zainuddin Ali mengemukakan bahwa kata Fikih (Fikih
dalam bahasa Indonesia) secara etimologis artinya paham,
pengertian dan pengetahuan. Fikih secara terminologis adalah
hukum-hukum syara' yang bersifat praktis (Amanah) yang
diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci.3
Kalau fikih dihubungkan dengan perkataan ilmu, maka
disebutlah ilmu Fikih. Ilmu Fikih adalah ilmu yang bertugas
menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW yang direkam di dalam kitab-kitab hadis.
Pengertian ini menunjukkan, bahwa antara Syariah dan Fikih,
mempunyai hubungan yang sangat erat, yaitu dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan.
Kedua istilah dimaksud yaitu Syariat Islam dan Fikih
Islam. Di dalam kepustakaan Hukum Islam berbahasa Inggris,
Syariat Islam diterjemahkan dengan Islamic Law, sedangkan
Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurisprudence.
Muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama segi bahasa
dan kedua dari segi istilah, secara bahasa, Muamalah berasal dari
2
Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
h. 295-297.
3
Ruf'ah Abdullah, Fiqih Muamalah, (Serang: Media Madani, 2018), h.
1-2.
3

kata: “Yuaamilu-Muamalatan” sama dengan wazan “Faa'ala-


Yufaa'ilu”, artinya saling berbuat, dan saling mengamalkan.
Menurut istilah Syara', Muamalah ialah kegiatan yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengam tata cara hidup sesama
manusia untuk memahami kebutuhan sehari-hari. Kemudian
muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian
Muamalah dalam arti luas dan muamalah dalam arti sempit.
Definisi Muamalah dalam arti luas, dijelaskan oleh para
ulama sebagai berikut:
1. Al-Dimyati seperti dikutip oleh Hendi Suhendi
berpendapat, bahwa Muamalah adalah menghasilakan
duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah
ukhrawi.
2. Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahwa Muamalah
adalah peraturan-peraturan Allah SWT. yang harus diikuti
dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia.4
Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit
didefinisikan oleh para ulama antara lain sebagai berikut:
1. Hudhori Beyk mengatakan bahwa “Muamalah adalah
semua akad yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya".
2. Menurut Idrus Ahmad, bahwa muamalah adalah aturan-
aturan Allah SWT. yang mengatur hubungan manusia

4
Ruf'ah Abdullah, Fiqih Muamalah..., h. 3.
4

dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-


alat keperluan jasmaninya dengan cara yang baik.
3. Menurut Rasyid Ridha, muamalah adalah tukar menukar
barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara yang
telah ditentukan.5
Dengan demikian, jelas bahwa Fikih Muamalah adalah
Fikih yang membahas masalah tukar menukar barang atau
sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan,
seperti jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, pinjam
meminjam, bagi hasil dalam bercocok tanam.
Dalam pandangan ilmuan muslim. Hukum Islam bukanlah
sebuah pengkajian yang berdiri sendiri atau empiris. Hukum
Islam adalah aspek praktis doktrin sosial dan keagamaan yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW bagi umat Islam generasi
awal hampir-hampir tidak ada perbedaan antara sesuatu yang
bersifat legal dan sesuatu yang bersifat keagamaan. Dalam Al-
qur'an dan Sunnah, kedua hal ini saling berkait dan berhubungan.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, kedua hal ini
dibedakan menjadi pengkaljian keagamaan (Kalam, Ushuludin,
Teologi), dan pengkajian Hukum (Fikih secara literal berarti
pemahaman) Yurisprudensi (Ilmu Hukum).
Fikih Muamalah (Hukum Perdata Islam) merupakan salah
satu dari himpunan Hukum Islam. Fikih Islam terdiri atas:6

5
Ruf'ah Abdullah, Fiqih Muamalah..., h. 9.
6
Ruf'ah Abdullah, Fiqih Muamalah..., h. 10.
5

1. Fikih Ibadah yang mengatur tentang peribadatan yaitu


mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
2. Fikih Munakahat, mengatur hubungan kekeluargaan,
seperti nikah, talak, hak dan kewajiban suami istri, dan
sebagainya.
3. Fikih Muamalah, mengatur hubungan manusia dengan
manusia yang menyangkut tentang benda, serta hak dan
kewajiban manusia satu sama lainnya.
4. Fikih Dauli, mengatur tentang cara hubungan negara atau
dalam istilah hukum positif disebut hukum internasional.
5. Fikih Mura'faat, mengatur tentang cara penyelesaian
perkara di depan pengadilan, yang disebut hukum positif
dengan hukum acara.
Dalam arti umum, Fikih Muamalah mencakup segala hal
yang berhubungan antara manusia dengan sesamanya, baik
Munakahat maupun Fikih Dauli, Murafaat, Mawaris dan lain
sebagainya. Fikih Muamalah yang dimaksud disini adalah
berkaitan antar manusia dengan manusia yang menyangkut
tentang harta benda serta hak dan kewajiban manusia antara satu
dengan yang lainnya.7
Dalam KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah),
Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua belah
pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan

7
Ruf'ah Abdullah, Fiqih Muamalah..., h. 10.
6

perbuatan hukum tertentu. Akad dilakukan berdasarkan asas


sebagai berikut :
1. Ikhtiyari/sukarela, setiap akad dilakukan atas kehendak
para pihak, terhindar dari keterpaksaan karena tekanan
salah satu pihak atau pihak lain.
2. Amanah/menepati janji, setiap akad wajib dilaksanakan
oleh para pihak sesuai dengan kesepakatan yang
ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada saat yang
sama terhindar dari cedera janji.
3. Ikhtiyati/kehati-hatian, setiap akad dilakukan dengan
pertimbangan yang matang dan dilaksankan secara tepat
dan cermat.
4. Luzum/tidak berubah, setiap akad dilakukan dengan
tujuan yang jelas dan perhitungan yang cermat, sehingga
terhindar dari praktik spekulasi atau maisir.
5. Saling menguntungkan, setiap akad diakukan untuk
memenuhi kepentingan para pihak sehingga tercegah dari
praktik manipulasi dan merugikan salah satu pihak.
6. Taswiyah/kesetaraan, para pihak dalam setiap akad
memiliki kedudukan yang setara, dan mempunyai hak dan
kewajiban yang seimbang.
7. Transparansi, setiap akad dilakukan dengan
pertanggungjawaban para pihak secara terbuka.
7

8. Kemampuan, setiap akad dilakukan sesuai dengan


kemampuan para pihak, sehingga tidak menjadi beban
yang berlebihan bagi yang bersangkutan.
9. Taisir/kemudahan, setiap akad dilakukan dengan cara
saling memberi kemudahan pada masing-masing pihak
untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan.
10. Iktikad baik, akad dilakukan dalam rangka menegakkan
kemaslahtan, tidak mengandung unsur jebakan dan
perbuatan buruk lainnya.
11. Sebab yang halal, tidak bertentangan dengan hukum, tidak
dilarang oleh hukum dan tidak haram.
12. Al-hurriyah (kebebasan berkontrak).
13. Al-kitabah (tertulis).8
Akad dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang
berarti: Janji; perjanjian; kontrak; Misal akad jual beli, akad
nikah. Akad juga bisa disebut dengan Kontrak yang mempunyai
makna : perjanjian, menyelenggarakan perjanjian (Dagang,
Bekerja, dan lain sebagainya). Misal, kontrak antara penulis dan
penerbit”. Dalam Kamus Lengkap Ekonomi ditetapkan bahwa :
Contract (Kontrak) merupakan: “suatu perjanjian legal yang bisa
dikerjakan antara dua pihak atau lebih. Suatu kontrak mencakup
kewajiban untuk kontraktor yang bisa ditetapkan seteknik lisan
maupun tertulis. Sebagai contoh, perusahaan memiliki perjanjian
guna memasok produk ke perusahaan lain pada waktu tertentu

8
PPHIMM, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Depok: Kencana,
2017), h. 15-22.
8

dan ukuran tertentu. Kedua belah pihak akan terikat untuk


menepati perjanjian mereka dalam penjualan dan pembelian dari
barang. 9
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup secara
timbal balik antar sesama makhluk hidup dalam mencukupi
kebutuhan hidup. Artinya, bahwa manusia tersebut tidak akan
dapat bertahan hidup tanpa adanya interaksi dengan makhluk
lain. Manusia yang memiliki sifat ketergantungan antara sesama
manusia umumnya meliputi segala aspek kehidupan terutama
dalam hal perjanjian dan kontrak. Unsur ketergantungan itulah
yang membuat manusia akan saling membutuhkan antara satu
dengan yang lain. Dalam hal ini contohnya adalah adanya saling
membutuhkan dalam bentuk perkongsian atau disebut juga
dengan kerjasama. Kerjasama yang dimaksud dapat meliputi
beberapa hal bentuk sesuai dengan yang dikehendaki oleh para
pihak yang bersangkutan.
Bagi hasil adalah merupakan sistem dimana
dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan
kegiatan usaha. Didalam usaha tersebut diperjanjikan ada
pembagian hasil atas keuntungan yang akan didapatkan antara
kedua belah pihak atau lebih.
Bagi hasil dalam sistem syariah merupakan ciri khusus
pada Ekonomi Islam, dan didalam aturan Syariah yang berkaitan
dengan pembagian bagi hasil usaha ditentukan terlebuh dahulu

9
Ahmad Farroh Hasan, Fikih Muammalah dari Klasik Hingga
Kontemporer, (Malang: UIN-Maliki Malang Pers, 2018 ), h. 21
9

pada awal terjadinya kontrak (Akad). Besarnya penentuan porsi


bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan
bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An Taradhin)
di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Hal menarik dari adanya penelitian yang peneliti lakukan
di komunitas tani sabana mandiri di Kelurahan Sukatani
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang adalah pada dasarnya
tersusun atas sebab akibat bahwa terdapat banyak seluk-beluk
permasalahan yang timbul pada operasional kerjasamanya.
Penyebab yang pertama adalah adanya perbedaan wawasan dari
latar belakang pendidikan dimana pemilik dana modal memiliki
latar pendidikan tinggi sedangkan untuk pekerja berlatar belakang
dari tingkat tamatan SD hingga SMP. Hal demikian memicu
adanya perilaku pemanfaatan tenaga kerja yang tidak sportif.
Tidak sportifnya adalah seorang mudharib atau pengelola
(pekerja). yang memiliki pengetahuan yang terbatas mudah untuk
dimanfaatkan oleh pemilik lahan. Kedua, adanya pemanfaatan
dari kerjasama itu mengakibatkan adanya kontrak kerjasama yang
tidak jelas, dalam artian tidak ada bentuk akad tertulis baik secara
autentik ataupun akta dibawah tangan.
Ketiga, mengapa seorang pengelola turut menanggung
adanya kerugian hasil pertanian, padahal tidak ada ketentuan atau
aturan baku yang dapat digunakan untuk membuktikan itu,
sehubungan dengan itu tadi tidak ada kontrak tertulis baik dalam
menanggung kerugian ataupun pembagian hasil yang setimpal.
10

Inilah yang seakan menimbulkan samar-samar dan tidak jelas


dalam seluk-beluk dari operasional ataupun mekanisme kerjanya.
Adanya ketidakjelasan bentuk praktik bagi hasil yang
disetujui diawal menimbulkan kerancuan dan gharar pula
terhadap pembagian hasil dan pertanggungan kerugian
dikemudian hari. Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian lapangan terhadap praktik
bagi hasil pertanian di Kelurahan Sukatani Kecamatan Rajeg
Kabupaten Tangerang dengan mengambil judul "TINJAUAN
HUKUM ISLAM TENTANG BAGI HASIL DI
KOMUNITAS TANI SABANA MANDIRI (STUDI KASUS
DI KELURAHAN SUKATANI KECAMATAN RAJEG
KABUPATEN TANGERANG)".

B. Perumusan Masalah
Rumusan Masalah berdasaran Latar Belakang yang sudah
dijelaskan adalah :
1. Bagaimana Praktik Bagi Hasil di Komunitas Tani Sabana
Mandiri Kelurahan Sukatani Kecamatan Rajeg Kabupaten
Tangerang?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil
di Komunitas Tani Sabana Mandiri Kelurahan Sukatani
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang?
11

C. Fokus Penelitian
Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil
penelitian, maka penelitian ini difokuskan melalui kajian pustaka
dan kajian lapangan sebagai sumber utama mengenai
pembahasan tentang "TINJAUAN HUKUM ISLAM
TENTANG BAGI HASIL DI KOMUNITAS TANI SABANA
MANDIRI (STUDI KASUS DI KELURAHAN SUKATANI
KECAMATAN RAJEG KABUPATEN TANGERANG)".

D. Tujuan Penelitian
Dengan adanya penelitian terhadap praktik bagi hasil
ditempat tersebut, yang penulis ingin capai adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana praktik bagi hasil di
Komunitas Tani Sabana Mandiri Kelurahan Sukatani
Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang.
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan Hukum Islam
terhadap bagi basil di Komunitas Tani Sabana Mandiri
Kelurahan Sukatani Kecamatan Rajeg Kabupaten
Tangerang.

E. Manfaat Penelitian
Salah satu faktor pemilihan masalah dalam penelitian ini
bahwa peneltian ini dapat bermanfaat karena nilai dari sebuah
peneltian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil
dari adanya penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan
dari rencana penulisan ini adalah :
12

a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini ditujukan untuk membangun
ilmu hukum Islam pada umumnya dan diharapkan dapat
menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini
memiliki kegunaan secara teoritis sebagaimana penelitian
ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
tinjauan hukum Islam mengenai bagi hasil di Komunitas
Tani Sabana Mandiri Kelurahan Sukatani Kecamatan
Rajeg Kabupaten Tangerang sehingga dari penelitian ini
dapat memberikan kejelasan informasi.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai
bahan referensi maupun sebagai informasi bagi para
pengkaji ilmu hukum atau rekan-rekan mahasiswa lain
yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang
sama, serta sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi
masyarakat dan para mahasiswa dalam upaya praktik
kerja sama bagi hasil sesuai hukum Islam.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Dalam bentuk kerjasama Islam, penulis mengetahui telah
ada sebelumnya yang membahas mengenai bentuk kerjasama
bagi hasil yang mana memiliki kemiripan pada aspek
pembahasan namun berbeda pada posisi permasalahan, objek
yang diteliti dan lokasi tempat. Dengan adanya perbedaan
sebagaimana yang telah tersebut maka dengan ini peneliti
13

mengangkat suatu penelitian dengan cakupan pembahasan yang


secara otomatis berbeda dengan apa yang sudah diteliti oleh
peneliti sebelumnya.
Untuk menghindari kesamaan dalam penelitian ini,
penulis melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu
yang berkaitan dengan penelitian ini di beberapa sumber yang
peneliti temukan, penelitian tersebut antara lain :
Tabel 1.1

PERBANDINGAN
NO NAMA/TAHUN/JUDUL/PT HASIL
1. Ferinda Praktik pada Persamaan :
Tiaranisa/2018/Tinjauan tempat 1. Membahas
Hukum Islam Tentang Sistem penelitian tentang bagi
Bagi Hasil Antara Pihak yakni di hasil antara
Pemilik Cucian Mobil Cucian Mobil pengelola dan
Dengan pengelola (Studi Kusuma pemodal
Kasus pada Cucian Mobil Utama Desa 2. Menggunakan
Kusuma Utama Desa Bandung Baru metode
Bandung Baru Kecamatan Kecamatan penelitian
Adiluwih Kabupaten Adiluih kualitatif
Pringsewu)/UIN Raden Intan, Kabupaten Perbedaan:
Lampung. Pringsewu, 1. Ferinda
melakukan menggunakan
akad kerja Akad
sama antara mudharobah
14

pemilik cucian 2. Tempat


mobil dengan penelitian studi
pengelola kasus
cucian mobil. 3. Kontrak
Dari data perjanjian/akad
observasi yang yang sudah jelas
peneliti jelas serta
dapatkan nisbah bagi
bahwasannya hasilnya
pendapatan di sedangkan pada
Cucian Mobil komunitas ini
Kusuma belum
Utama Desa tergambar jelas
Bandung Baru bagaimana
Kecamatan perjanjiannya
Adiluih dan nisbah bagi
Kabupaten hasilnya
Pringsewu 4. Terpenuhinya
tidaklah syarat dan rukun
menentu. akad sedangkan
penelitian ini belum
terpenuhi
2. Muh. Ashar Arman/2013/ pembagian Persamaan:
Sisitem Bagi Hasil hasil sebelum 1. Membahas
Penggarapan Sawah Di Desa panen. Tentang Bagi
15

Julubori Kec. Palangga Pembagian Hasil Di bidang


Menurut Hukum Islam (Studi tersebut pertanian,
Kasus Desa Julubori dilakukan 2. menggunakan
Kecamatan Pallangga hanya akad muzaraah,
Kabupaten Gowa)/ UIN berdasarkan 3. menggunakan
Alauddin, Makassar pembagian metode
wilayah penelitian
garapan kualitatif,
melalui Perbedaan:
taksiran saja 1. tempat
sehingga penelitian studi
terkadang kasus,
menimbulkan 2. tergambar jelas
masalah antara kontrak
satu dengan perjanjian dan
yang lainnya. nisbah bagi
Yang hasilnya
kemudian di sedangkan
mana masalah penelitian
yang tidak dikomunitas ini
dikehendaki belum
antara tergambar jelas,
keduanya, 3. pertanggungan
antara lain kerugiannya
dapat sudah jelas
16

menimbulkan sedangkn
pemutusan dikomunitas ini
kerja terhadap blum
orang yang
dijanjinya.
Masyarakat
terkadang larut
dengan adat
yang sudah
berlaku secara
turun temurun
mereka tidak
menyadari
bahwa apakah
adat itu sudah
sesuai
perjanjian
dalam syariat
Islam. Dengan
adanya hal
tersebut di atas
timbullah
usaha untuk
menghilangkan
ketimpangan
17

dalam rangka
memperoleh
penghasilan
yang
bersumber dari
tanah
perkebunan itu
yakni dengan
diadakannya
perjanjian bagi
basil tanah atas
perkebunan
yang digarap
oleh petani
kebun sebagai
penggarap di
Desa Julobori.

G. Kerangka Pemikiran
Secara umum sering dirumuskan bahwa tujuan Hukum
Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di
akhirat kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat
dan mencegah atau menolak mudarat yaitu yang tidak berguna
bagi hidup dan kehidupan. Para UIama Ushul Fikih sering
18

menggunakan istilah tujuan Hukum Islam dengan “Maqashid Al-


Syari'ah”. Untuk menjelaskan tentang tujuan Hukum Islam itu.
Tujuan Hukum Islam dalam hal memelihara harta (Al-
Muhafazhah Ala Al- Mal) dilakukan dengan mencegah perbuatan
yang menodai harta, misalnya pencurian dan Ghashab, mengatur
sistem Mu'amalah atas dasar keadilan dan kerelaan; dan dengan
berusaha mengembangkan harta kekayaan dan menyerahkannya
ke tangan orang yang mampu menjaga dengan baik. Sebab harta
yang ada di tangan perorangan menjadi kekuatan bagi umat
secara keseluruhan. Karena itu, harus dipelihara dengan
menyalurkannya secara baik, dan dengan memelihara hasil karya
(Hak Cipta), mengembangkan sumber-sumber ekonomi umum,
mencegah agar tidak dimakan di antara sesama manusia dengan
cara yang batil, .10
Muzara’ah tergolong jenis kegiatan yang sudah dilakukan
orang-orang sejak dahulu kala, sebab kebutuhan mereka terdapat
Muzara’ah. Terdapat seseorang memiliki pohon, tetapi ia tidak
mampu merawat dan memanfaatkannya. Atau ia memiliki tanah
pertanian, tetapi tidak mampu mengurusnya dan
memanfaatkannya. Sedangkan terdapat orang lain yang tidak
memiliki pohon atau tanah tetapi ia dapat mengurus dan
merawatnya.
Menurut bahasa, Al-Muzara’ah memiliki dua arti, pertama
ialah Tharh Al-Zur’ah (melemparkan tanaman), maksudnya ialah

10
M. Ibnu Rochman “Hukum Islam Analisis dari Sudut Pandang
Filsafat,” dalam Jurnal Filsafat Hukum Islam, (Februari, 1996), h. 62-66.
19

Al- Hadzar (modal).Makna yang pertama ialah makna majas dan


makna yang kedua ialah makna hakiki”.11

H. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
berkaitan dengan analisa dan kontruksi, yang dilakukan secara
metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis berarti sesuai
dengan metode atau cara tertentu; Sistematis adalah berdasarkan
suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal
yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.
Seringkali dikatakan orang, bahwa penelitian hukum
bukanlah penelitian ilmiah, karena hukum merupakan suatu
gejala yang bersifat normatif. Padahal penelitian hukum bertujuan
untuk menggali kebenaran.12
1. Pendekatan Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan, metode
kualitatif sebagai prosedur penilaian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu
semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian

11
Ahmad Farroh Hasan, Fikih Muammalah dari Klasik Hingga
Kontemporer..., h. 87-89.
12
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2018), h.157-158
20

kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh peneliti


masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan
dalam menyusun proposal kualitatif juga harus bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian
memasuki lapangan atau konteks sosial. Dalam kaitannya
dengan teori, kalau dalam penelitian kuantitatif itu bersifat
menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam penelitian
kualitatif bersifat menemukan teori.
Dalam penelitian kuantitatif jumlah teori yang
digunakan sesuai dengan jumlah variabel yang diteliti,
sedangkan dalam penelitian kualitatif yang bersifat
holistik. Jumlah teori yang dimiliki oleh peneliti kualitatif
jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan
fenomena yang berkembang di lapangan.
Peneliti kualitatif akan lebih profesional kalau
menguasai semua teori sehingga wawasannya akan lebih
luas, dan dapat menjadi instrumen penelitian yang baik.
Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal
untuk memahami konteks sosial secara lebih luas dan
mendalam. Walaupun peneliti kualitatif dituntut untuk
menguasai teori yang luas dan mendalam, dalam
melaksanakan penelitian kualitatif, peneliti kualitatif
harus mampu melepaskan teori yang dimiliki tersebut dan
21

digunakan sebagai panduan untuk menyusun instrumen


dan sebagai panduan untuk wawancara, dan observasi. 13
Penelitian kualitatif dituntut untuk dapat menggali
data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan dan
dilakikan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti
kualitatif harus bersifat “Perspektif Emic” artinya
memperoleh data bukan sebagai mana seharusnya, bukan
berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti, tetapi
berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan
yang dialami, dirasakan, dan di pikirkan oleh partisipan
atau sumber data.
Untuk menjadi instrumen penelitian yang baik,
peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang
luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang terkait
dengan konteks sosial yang diteliti yang berupa nilai,
budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan
berkembang pada konteks sosial tersebut. Bila peneliti
tidak memiliki wawasan yang luas, maka peneliti akan
sulit membuka pertanyaan kepada sumber data, sulit
memahami apa yang terjadi, tidak akan dapat melakukan
analisis secara induktif terhadap data yang diperoleh.
Penelitian kualitatif dituntut mampu
mengorganisasikan semua teori yang dibaca. Landasan
teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih

13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2017),h. 213
22

berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh peneliti


memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti
walaupun masih permasalahan tersebut bersifat
sementara. Oleh karena itu landasan teori yang
dikemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat
sementara. Peneliti kualitatif justru dituntut untuk
melakukan grounded research, yaitu menemukan teori
berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atau situasi
sosial.14
Penelititian Kualitatif bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang sifatnya umum terhadap suatu
kenyataan sosial. Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi di dapatkan setelah dilakukan
analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus
pada penelitian. Berdasarkan hasil analisis tersebut
kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum
yang abstrak sifatnya tentang kenyataan-kenyataan sosial
yang ada. Dengan demikian, proses penelitian kualitatif
bersifat induktif, yakni berangkat dari kenyataan-
kenyataan khusus kemudian di abstraksikan dalam bentuk
kesimpulan umum.
Adapun penelitian kualitatif memiliki prosedur dan
langkah-langkah yang bersifat fleksibel, yakni diputuskan
pada saat penelitian sesuai dengan langkah-langkah yang

14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif Dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2017),h. 214.
23

telah dilalui serta situasi yang dihadapi pada saat setiap


tahapan. Namun ini, bukan berarti bahwa penelitian
kualitatif tidak diawali dengan rencana tentang langkah-
langkah yang akan dilalui oleh peneliti. Prosedur dan
langkah-langkah dalam penelitian kualitatif pun harus
direncanakan terlebih dahulu, hanya sifatnya masih
umum, tidak detail dan tidak bersifat kaku sehingga
langkah-langkah praktisnya baru diputuskan oleh peneliti
pada saat pelaksanaan dengan mempertimbangkan apa
yang telah dilalui dan kebutuhan yang dihadapi. Peneliti
dapat mengubah dan menyesuaikan rencananya apabila
kondisi dam situasi menghendaki demikian. Dalam
penelititian kualitatif, peneliti terlibat langsung dalam
situasi dan fenomena yang diteliti, sehingga data yang
dikumpulkan sangat tergantung pada keterampilan
peneliti.15
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan peneliti gunakan adalah
Field Research atau penelitian lapangan. Field Research,
yaitu pencarian data secara langsung di lapangan atau
lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan terjun
langsung ke lapangan, di mana peneliti dapat memperoleh
informasi dan data sedekat mungkin dengan realita yang
ada di lapangan, sehingga diharapkan pengguna hasil

15
Anonimous, Pedoman Penulisan Skripsi, (Serang: Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2020), h. 5-6.)
24

penelitian dapat memformulasikan atau memanfaatkan


hasil dari penelitian dengan sebaik mungkin.
3. Lokasi Wilayah Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan tempat penelitian
adalah di Kelurahan Sukatani Kecamatan Rajeg
Kabupaten Tangerang. Lokasi tersebut dipilih oleh
peneliti karena terdapat masalah yang menarik menurut
peneliti untuk dilakukan penelitian. Hal ini karena di
Kelurahan Sukatani Kecamatan Rajeg Kabupaten
Tangerang mayoritas penduduk adalah agama Islam dan
bermata pencaharian sebagai petani, namun dalam
observasi awal yang telah peneliti lakukan masih banyak
yang belum tahu dan mengerti bagaimana suatu ekonomi
yang seharusnya diterapkan umat Islam. Kesimpulan ini
diperoleh saat melakukan observasi lapangan. Oleh
karenanya, peneliti sangat berminat untuk mengupas apa
yang menjadi problematika selama ini di komunitas tani
di tempat tersebut, mengingat bahwa penelitian ini adalah
penelitian pertama kali terhadap pengelolaan atau praktik
bagi hasil di Kelurahan Sukatani Kecamatan Rajeg
Kabupaten Tangerang.
4. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data Primer adalah sumber data yang
secara langsung memberikan data kepada pengumpul
25

data. Sumber data primer ini berupa catatan dari hasil


wawancara yang diperoleh dari proses wawancara
terhadap informan ataupun responden. Selain itu,
penulis juga melakukan observasi lapangan dan
mengumpulkan data-data dalam bentuk catatan
mengenai situasi kejadian di lapangan.
Penelitian kualitatif mengandalkan pengamatan
dan wawancara dalam pengumpulan data dilapangan
berupa catatan seperti coretan seperlunya yang
sangat singkat. Menurut Bogdan dan Biklen catatan
lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang
didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam
rangka pengumpulan data dalam penelitian
16
kualitatif.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder atau biasa disebut juga
sebagai data pendukung adalah data yang diperoleh
tidak memberikan informasi secara langsung kepada
peneliti. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil
pengolahan lebih lanjut dari data primer yang
disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain.
Data sekuder peneliti dapatkan dari studi pustaka,
mengkaji literatur yang dapat menunjang proses
dalam kaitannya dengan penelitian ini.

16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014), h. 208-209.
26

5. Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengam maksud
tertentu antara pewawancara yang memberikan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.17
Interview atau wawancara adalah komunikasi
dua arah dan berisi feed back. Interview juga
merupakan percakapan yang dilakukan dua arah dari
peneliti kepada informan. Interview ini dilakukan
secara sistematis dan terorganisasi agar objek
pembahasan yang dibahas tidak keluar dari
penelitian. Interview ini peneliti rasa sangat cocok
digunakan pada penelitian lapangan karena dengan
adanya tanggapan dari responden dan yang
bersangkutan maka data yang diperolah akan
semakin kuat. Interview dapat peneliti lakukan baik
secara terstruktur maupun tidak terstruktur dalam
artian wawancara yang dilakukan mengalir sesuai
dengan apa yang dibutuhkan guna menyempurnakan
data-data yang dibutuhkan. Dalam hal ini interview
dilakukan pada responden yang terdiri dari Pemilik
modal dan para pengelola kebun.

17
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif..., h. 186-187.
27

b. Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai proses
pengamatan, peninjauan, olah kejadian lapangan.
Dalam khasanah penelitian, observasi sering
diartikan sebagai pengamatan dan penilaian terhadap
situasi dan keadaan di tempat penelitian. Dengan
adanya pengamatan dan penilaian tersebut penulis
dapat mengambil suatu data-data lapangan seperti
field note atau field research terhadap masalah-
masalah yang ada.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah serangkaian tindakan dalam
rangka mengabadikan objek ataupun subjek. Hasil
dokumentasi merupakan rekaman ataupun file baik
soft file atau hard file yang mana dapat menunjang
terbentuknya data-data yang empirik dan konkrit
sebagaimana yang terjadi di lapangan penelitian.
Dokumentasi pada dasarnya adalah proses
mengabadikan sesuatu objek. Dengan proses
dokumentasi itu maka akan memperkuat adanya
objek penelitian guna mencapai tingkat validitas data
yang diperlukan. Dokumentasi ini dapat berupa
rekaman video atau photo kejadian di lapangan
penelitian. Metode dokumentasi digunakan untuk
mengidentifikasi kecenderungan dalam penelitian
28

dan praktek mengenai suatu fenomena dalam suatu


bidang.18
6. Teknik Analisis Data
`Dalam melakukan analisa data, peneliti
menggunakan teknik analisa deduktif yaitu analisa yang
bertitik tolak dari data yang umum kemudian diambil
kesimpulan yang bersifat khusus. Dimana dalam arah
fokusnya berangkat dari bentuk bagi hasil secara umum
yang terjadi pada bagi hasil pengelolaan kebun
dikomunitas tani sabana mandiri dimana bentuk bagi
hasil itu masih bersifat global dalam arti belum bisa
dikatakan apakah itu masuk dalam kelompok muzara'ah
atau musaqah. Maka itu berangkat secara umum dari
bentuk akad kerjasama, penentuan bagi hasil, dan
pertanggungan kerugian akan dapat diambil dan ditarik
ke dalam suatu kesimpulan yang bersifat khusus sehingga
dapat diklasifikasikan apakah bagi hasil pengelolaan
kebun di komunitas tersebut masuk dalam bentuk bagi
hasil muzara'ah atau musaqah.
Penalaran deduksi ini menjelaskan teori-teori yang
bersangkutan terhadap apa yang menjadi pokok fokus penelitian
kemudian menghubungkan dengan data lapangan yang telah

18
Duri Andriani, dkk, Metode Penelitian, (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2019). h.5.4-5.5
29

diperoleh. Sehingga nantinya dapat dilakukan interprestasi


terhadap keduanya.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah memahami uraian dalam
penulisan skripsi maka peneliti membagi ke dalam lima bab
yakni sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, meliputi latar belakang
masalah, perumusan masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat peneltian, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka
pemikiran, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II : KONDISI OBYEKTIF KELURAHAN
SUKATANI KECAMATAN RAJEG KABUPATEN
TANGERANG PROVINSI BANTEN, meliputi letak Geografis
dan Pendidikan, Agama, serta mata pencaharian masyarakat
terkait dengan tempat penelitian ini.
BAB III : TEORI KERJA SAMA DALAM HUKUM
ISLAM DI BIDANG PERTANIAN, meliputi pengertian Kerja
sama, Kerja sama dalam Hukum Islam di bidang pertanian dan
Kerja sama yang dilarang dalam Syariat Islam.
BAB IV : PRAKTIK BAGI HASIL DI
KOMUNITAS TANI SABANA MANDIRI KELURAHAN
SUKATANI KECAMATAN RAJEG KABUPATEN
TANGERANG, meliputi praktik bagi hasil di Komunitas Tani
Sabana Mandiri Kelurahan Sukatani Kecamatan Rajeg Kabupaten
Tangerang dan tinjauan Hukum Islam terhadap bagi hasil di
30

Komunitas Tani Sabana Mandiri Kelurahan Sukatani Kecamatan


Rajeg Kabupaten Tangerang.
BAB V : PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai