Anda di halaman 1dari 8

Makalah Fiqh Muamalah

6 april 2016 oleh tabassamjaya
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

            Manusia adalah makhluk sosial yang berkodrat hidup dalam bermasyarakat.


Sebagai makhluk sosial dalam hidupnya manusia memerlukan manusia-manusia
lain yang bersama-sama hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu
sama lain, disadari atau tidak, untuk mencukupkan kebutuhan-kebutuhan hidup.
Untuk itu perlu kita ketahui juga bahwasanya dalam islam segala hal yang berkaitan
dengan manusia semuanya sudah diatur secara jelas. Aturan tersebut salah satunya
yakni terdapat dalam kajian tentang fiqh muamalah yang mana didalamnya
mencakup seluruh aturan sisi kehidupan individu dan masyarakat, baik
perekonomian, sosial kemasyarakatan, politik bernegara, serta lainnya.
Para ulama mujtahid dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan yang setelah mereka
tidak henti-hentinya mempelajari semua fenomena dan permasalahan manusia atas
dasar ushul syariat dan kaidah-kaidahnya. Yang bertujuan untuk menjelaskan dan
menjawab hukum-hukum permasalahan tersebut supaya dapat dimanfaatkan pada
masa-masanya dan setelahnya.
 

1. B. Rumusan Masalah.
2. Apa pengertian fiqh mu’amalah?
3. Bagaimanakah konsep dasar fiqh mu’amalah?
4. Apa saja pembagian dan ruang lingkup dalam fiqh mu’amalah?

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Fiqh Mu’amalah

Fiqh muamalah terdiri atas dua kata, yaitu fiqh dan muamalah. Agar defenisi fiqh
muamalah lebih jelas, terlebih dahulu kita uraikan sekilas tentang pengertian fiqh.
1.Fiqh
Menurut etimologi (bahasa), fiqh adalah ( ‫( )اَ ْل َف ْه ُم‬paham), seperti pernyataan: ( ‫ْت‬ ُ ‫َف َّقه‬
‫س‬َ ْ‫( )الدَّر‬saya paham pelajaran itu). Arti ini, antara lain, sesuai dengan arti fiqh dalam
salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: ‫هللا ِب ِه َخيْرً ا‬ ِ ‫ُي َف ِّق ْه ُه فِى ال ِّدي‬
َ ‫ َمنْ ي ُِر ِد‬   ‫ْن‬
Artinya
“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik disisi-Nya, niscaya
diberikan kepada-Nya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan agama.”
Menurut terminologi, fiqh pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang
mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa aqidah, akhlak, maupun  amaliah
(ibadah), yakni sama dengan arti Syari’ah Islamiya. Namun, pada perkembangan
selanjutnya, fiqh diartikan sebagai bagian dari syari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuan
tentang hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang
telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.
Masih banyak defenisi fiqih lainnya yang dikemukakan para ulama. Ada yang
mendefenisikannya sebagai himpunan dalil yang mendasari ketentuan hukum Islam.
Ada pula yang menekankan bahwa fiqih adalah hukum syari’ah yang diamabil dari
dalilnya. Namun demikian, yang menarik untuk dikaji adalah pernyataan Imam
Haramain bahwa fiqih merupakan pengetahuan hukum syara’ dengan jalan ijtihad.
Demikian pula pendapat Al-Amidi bahwa yang dimaksud pengetahuan hukum 
dalam fiqih adalah melalui kajian dari penalaran (nadzar dan istidhah). Pengetahuan
hukum yang tidak melalui ijtihad (kajian), tetapi bersifat dharuri, seperti sholat lima
waktu wajib, zina haram, dan masalah-masalah qath’i lainnya tidak termasuk fiqih.
Hal itu menunjukkan bahwa fiqih bersifat ijtihadi atau zhanni. Pada perkembangan
selanjutnya, istilah fiqih sering dirangkakan dengan kata Al-Islami sehungga
terangkai Al-Fiqh Al-Islami,yang sering diterjemahkan dengan hukum Islam yang
memiliki cakupan sangat luas. Pada perkembangan selanjutnya, uama fiqih
membagi fiqih menjadi beberapa bidang, salah satunya adalah fiqih muamalah.

2. Muamalah

Menurut etimologi, muamalah berasal dari kata:  (‫ )عا مل – يعا مل – معا ملة‬artinya saling
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Menurut etimologi, kata
muamalah adalah bentuk masdar dari kata’amala yang artinya saling bertindak,
saling berbuat, dan saling beramal.
3.Fiqih Muamalah
Pengertian fiqih muamalah menurut terminologi dapat dibagi menjadi dua.

1. Pengertian fiqih muamalah dalam arti luas.


Diantara defenisi yang dikemukakan oleh para ulama tentang defenisi fiqih
muamalah adalah:

1. Menurut Ad-Dimyati:

“Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi.”

2. Menurut Yusuf Musa: “Peraturan-peraturan Allah yang diikuti dan ditaati


dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.”

Dari pengertian dalam arti luas di atas dapat diketahui bahwa fiqih muamalah adalah
aturan-aturan (hukum) Allah SWT., yang ditujukan untuk mengatur kehidupan
manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan
duniawi dan sosial masyarakat.

2. Pengertian fiqih muamalah dalam arti sempit.

Beberapa defenisi fiqih muamalah menurut ulama adalah:

 Menurut Hudlari Beik:

“Muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling menukar


manfaatnya.”

 Menurut Idris Ahmad:

“Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
dalam usahanyauntuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara
yang  paling baik.”

 Menurut Rasyid Ridha:

“Muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan
cara-cara yang telah ditentukan.”
Kalau ketiga defenisi diatas, ditelaah secara seksama fiqih muamalah dalam arti
sempit menekankan keharusan untuk menaati aturan-aturan Allah yang telah
ditetapkan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan cara memperolaeh,
mengatur, mengelola, dan mengembangkan mal (harta benda).
Namun, menurut pengertian muamalah diatas, fiqih muamalah tidak mencakup
berbagai hal yang berkaitan dengan harta, seperti cara mengatur tirkah (harta
waris), sebab masalah ini telah diatur dalam disiplin ilmu itu tersendiri, yaitu dalam
Fiqih Mawaris.[1]
 

1. Konsep Dasar dan Prinsip Hukum Fiqih Mu’amalah

Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap dimensi


kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini berusaha
mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah ataupun etika. Artinya,
kegiatan ekonomi dan perikatan lain yang dilakukan oleh manusia dibangun dengan
dialektika nilai materialisme dan spiritualisme berdasarkan sumber hukum syari’at
Islam. Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materi, akan
tetapi terdapat sandaran transendental di dalamnya, sehingga akan bernilai ibadah.
Selain itu, konsep dasar Islam dalam kegiatan muamalah juga sangat konsen
terhadap nilai-nilai humanisme. Di antara kaidah dasar dan hukum fiqih muamalah
adalah sebagai berikut :

1. a)  Hukum asal dalam muamalat adalah mubah


2. b)  Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
3. c)  Meninggalkan intervensi yang dilarang
4. d)  Menghindari eksploitasi
5. e) Memberikan toleransi dan tanpa unsur paksaan
6. f) Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah[2]

Konsep dasar yang menjadi acuan fiqih mu’amalah selain Al-Qur’an dan Al-Hadits 
serta Ijma’ dan Qiyas adalah sisi kemaslahatan, karena pada dasarnya semua
bentuk interaksi dan perikatan yang dilakukan manusia hukumnya adalah mubah,
selain hal-hal yang secara jelas ditunjukkan pelarangannya oleh sumber utama
syari’at Islam.
Selain itu pertimbangan hukum dalam fiqih mu’amalah adalah kemashlahatan umat
demi tercapainya tujuan bersama yang saling menguntungkan, untuk itulah fiqih
mu’amalah dipandang sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan karena
perkembangan manusia yang senantiasa dinamis, sehingga pembahasan terhadap
permasalahan hukum yang berkaitan dengan mu’amalah senantiasa berkembang.
Adapun prinsip-prinsip muamalah dalam islam yakni sebagai berikut:

1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang


ditentukan oleh al-qur’an dan sunnah rasul. Bahwa hukum islam memberi
kesempatan luas perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai
dengan perkembangan kebutuhan hidup masyarakat.
2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela , tanpa mengandung unsur paksaan.
Agar kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan selalu diperhatikan.
3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat. Bahwa sesuatu bentuk
muamalat dilakukan ats dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat.
4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari
unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam
kesempitan. Bahwa segala bentuk muamalat yang mengundang unsur
penindasan tidak dibenarkan.[3]

1. Pembagian dan Ruang Lingkup Fiqih Mu’amalah

Penetapan pembagian fiqh mu’amalah yang dikemukakan ulama fiqh sangat


berkaitan dengan definisi fiqh mu’amalah yang mereka buat yaitu dalam arti luas dan
arti sempit. Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah dalam arti luas dibagi menjadi lima
bagian:

1. Muawadhah Maliyah (Hukum Perbendaan)


2. Munakahat (Hukum Perkawinan)
3. Muhasanat (Hukum Acara)
4. Amanat dan ‘Aryah (Hukum Pinjaman)
5. Tirkah (Harta Peninggalan)

Sedangkan menurut Al-Fikri dalam kitab Al-Muamalah Al-Madiyah wa Al-


Adabiyah membagi Fiqh Muamalah menjadi dua bagian:

1. Al-Muamalah Al-Madiyah

Al-Muamalah Al-Madiyah adalah muamalah yang mengakaji segi objeknya, yakni


benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa Al-Muamalah Al-Madiyah bersifat
kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diperjual
belikan, atau diusahakan, benda yang menimbulkan kemadharatan dan
mendatangkan kemaslahatan bagi manusia, dll. Semua aktivitas yang berkaitan
dengan benda, seperti al- bai’ (jual beli) tidak hanya ditujukan untuk memperoleh
keuntungan semata, tetapi jauh lebih dari itu, yakni untuk memperoloh ridha Allah
SWT. Jadi kita harus menuruti tata cara jual beli yang telah ditentukan oleh syara’.

2. Al-Muamalah Al-Adabiyah

Al-Muamalah Al-Adabiyah adalah muamalah ditinjau dari segi cara tukar-menukar


benda, yang sumbernya dari pancaindra manusia, sedangkan unsur-unsur
penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti jujur, hasut, iri, dendam, dll. Al-
Muamalah Al-Adabiyah adalah aturan-aturan Allah yang ditinjau dari segi subjeknya
(pelakunya) yang berkisar pada keridhaan kedua pihak yang melangsungkan akad,
ijab kabul, dusta, dll.
Pada prakteknya, Al-Muamalah Al-Madiyah  dan Al-Muamalah Al-Adabiyah tidak
dapat dipisahkan.
Secara garis besar ruang lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah
manusia berdasarkan hukum-hukum islam yang berupa peraturan peraturan yang
berisi perintah atau larangan seperti wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.
hukum-hukum fiqih terdiri dari hukum-hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam
kaitannya dengan hubungan vertikal antara manusia dengan Allah dan hubungan
manusia dengan manusia lainnya. Secara terperinci ruang lingkup fiqh mu’amalah
berdasarkan pembagian fiqih muamalah ini meliputi dua hal;

1. Al-mu’amalah Al-madiyah,

yaitu muamalah yang mengkaji objek muamalah (bendanya). Dengan kata lain, al-
muamalah al-madiyah adalah aturan yang ditetapkan syara’ terkait dengan objek
benda. Dimaksudkan dengan aturan ini, bahwa dalam memenuhi kebutuhan yang
sifatnya kebendaan, seperti jual-beli (al-bai’), tidak saja ditujukan untuk
mendapatkan keuntungan (profit) semata, akan tetapi juga bagaimana dalam aturan
mainnya harus memenuhi aturan jual-beli yang ditetapkan syara’.
Yang termasuk kedalam kategori muamalah ini adalah :
1)  Al Ba’i (Jual Beli)
2)  Syirkah (perkongsian)
3) Al Mudharabah (Kerjasama)
4)  Rahn (gadai)
5)  Kafalah dan dhaman (jaminan dan tanggungan)
6)  Utang Piutang
7)  Sewa menyewa
8)  Hiwalah (Pemindahan Utang)
9)  Sewa Menyewa (Ijarah)
10) Upah
11) Syuf’ah (gugatan)
12) Qiradh (memberi modal)
13)  Ji’alah (sayembara)
14) Ariyah (pinjam meminjam)
15) Wadi’ah (titipan)
16) Musaraqah
17) Muzara’ah dan mukhabarah
18) Pinjam meminjam
19) Riba
20) Dan beberapa permasalahan kontemporer (asuransi, bank dll)[4]

1. Al-muamalah Al-Adabiyah

Hal-hal yang termasuk ruang lingkup Al-muamalah Al-Adabiyah adalah ijab dan
Kabul, saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan, hak dan kewajiban, dan segala
sesuatu yang bersumber dari panca indra manusia yang ada kaitannya dengan
peredaran harta. [5]
 
 
 
 
 
 BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Fiqih Muamalah adalah
fiqih yang membahas tentang bagaimana hubungan antar manusia dengan manusia
dalam sebuah hubungan masyarakat, yang mana aturan-aturan tersebut ada
sebagai suatu petunjuk kepada manusia agar sesuai syariat agama.
Adapun mengenai kaidah dasar dan hukum fiqih muamalah adalah sebagai berikut:

1. a)  Hukum asal dalam muamalat adalah mubah


2. b)  Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
3. c)  Meninggalkan intervensi yang dilarang
4. d)  Menghindari eksploitasi
5. e) Memberikan toleransi dan tanpa unsur paksaan
6. f) Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah

Kemudian mengenai pembagian Fiqih Muamalah yakni Al-Muamalah Al-Madiyah


yang maksudnya adalah muamalah yang mengkaji jenis-jenis muamalah yang ada
di masyarakat umum yang sesuai syariat Islam. Sedangkan Al-Muamalah Al-
Adabiyah maksudnya, muamalah yang mengkaji tata cara  bermuamalah dengan
mengutamakan keridaan setelah akad maupun ijab kabul.
 
 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Dimyaudin Djuwaini. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta:
PUSTAKA BELAJAR.2010.
Dr. Rachmat Syafe’I, MA. Fiqh Muamalah Untuk IAIN, STAIN, PTAIS dan
Umum. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.2001.
[1] Rachmat Syafe’I, Fiqh Mu’amalah, Bandung, CV Pustaka Setia, 2001, hal 16.
[2] Dimyaudin Djuwaini, Fiqh Mu’amalah, Yogyakarta, Puataka Belajar, 2010, hal 7.
[3] PENGERTIAN FIQIH MUAMALAH – Artikel Ilmiah Lengkap.htm, diakses Kamis
10 maret 2016.
[4] Ibid, hal18
[5] Ibid, hal19

Anda mungkin juga menyukai