Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum perikatan Islam
Pengertian hukum perikatan islam merupakan seperangkat kaidah
hukum yang bersumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah dan Ar-ra'yuyang mengatur
tentang hubungan antara dua atau lebih mengenai suatu benda yang
dihalalkan menjadi objek suatu transaksi 1. Dari pengertian tersebut, tampak
adanya kaitan yang erat antara Hukum Perikatan yang bersifat hubungan
perdata dengan prinsip kepatuhan dalam menjalankan ajaran agama islam
tersebut. Hal ini menunjukkan adanya sifat “religus transedental”yang
tergantung pada aturan-aturan yang melingkupi Hukum Perikatan Islam itu
sendiri yang merupakan pencerminan otoriras Allah SWT .
Dapat disimpulkan bahawa subtansi dari Hukum Perikatan Islam lebih
luas dari materi yang terdapat pada Hukum Perikatan Islam Perdata Barat. Hal
ini dapat dilihat dari keterkaitan antara Hukum Perikatan itu sendiri dengan
hukum islam yang melingkupinya tidak semata-mata mengatur hubungan
antara manusia saja, akan tetapai, hubungan antara manusia dengan Sang
Pencipta ( Allah SWT) dan dengan alam lingkungannya.
Hukum Perikatan Islam sebagai bagian dari Hukum Islam dibidang
muamalah, juga memiliki sifat yang sama dengan induknya yang bersifat
terbuka yang berarti segala sesuatu di bidang muamalah boleh diadakan
modifikasi selama tidak bertentangan atau melangggar larangan yang sudah
ditentukan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Hukum asal perbuatan dalam bidang muamalah ini adalah Jaiz atau
Halal. Dengan menggunakan hasil ijtihad para ulama kontemporer sangat
mengerti mengenai teknis transaksi bisnis yang berlaku di zaman modren
sekarang ini menggunakan peralatan media komunikasi yang canggih
B. Karakteristik Hukum Perikatan Islam
1
M. Tahir Azhary, bahan kuliah perikatan islam di fakultas Hukum Univetsitas Indonesia tanggal
16 februari 1998.

1
Isalm merupakan ajaran Allah SWT yang mengatur seluruh budang
kehidupan manusia yang disampaikan melalui Nabi Muhammad. Salah satu
bidang yang diatur adalah Hukum. Karakteristik hukum dalam islam berbeda
denagn hukum-hukum lain yang berlaku di masyarakat. Menurut Qardhawi,
karakteristik hukum islam adalah komprehensivitas dan realisme2.
Karakteristik hukum perikatan islam tidak ditetapkan hanya untuk
seorang individu tanpa keluarga dan bukan ditetapakan hanya untuk sati
keluarga tanpa masyarakat secara terpisah dari masyarakat lainnya dalm
lingkup umat islam dan tidak pula ditetapkan hanya untuk satu bangsa secara
tepisah dari bangsa-bangsa dunia yang lainnya, baik bangsa penganut agama
ahlul kitab maupun kaum yamng menyembah berhala.
1. Aspek-aspek Hukum Islam
Mustahafa Ahmad Az-Zarqa, membagi aspek-aspek hukim isalm dalam
tujuh kelompok yaitu:
1. Hukum Ibadat yaitu hukum yang berhubungan dengan peribadatan denagn
allah seperti: shalat, puasa, haji, zakat dan lain sebagainya.
2. Hukum keluarga ( Al- Ahwalu Asy-Syakhsyiah) yaitu hkum-hukum yang
berhubungan dengan tata kehidupan keluarga seperti: perkawinan,
perceraian, hubungan keluarga , nafkah keluarga, kewajiabn amak terhadap
orang tuanya dan lain sebagainya.
3. Hukum mualamalat yaitu hukum yang berhubungan dengan pergaulan
hukum dalam masyarakat yang mengenai hak-hak serta menyelesaikan
persengketaan-persengketaan seperti: perjanjian jual beli sewa menyewa,
utang piutang, gadai, hibah, dan lain sebagainya.
4. Hukum tata negara dan tata pemerintahan yaitu hukum-hukum yang
berhubungan dengan tata kehidupan bernegara seperti: hubungan penguasa

2
Yusuf Qardhawi, pengantar kajian islam:studi Analistik Komprenhensif tentang Pilar-pilar
Subtansi, karekteristik, Tujuan dan Dumbet Acuan Islam, diterjemahkan oleh Setiawan Budi
Utomo .cet. 4. (Jakarta: Pustaka Al-kaustar, 2000), hal. 156 dan 159.

2
dengan rakyat, pengangkatan kepala negara, hak dan kewajiaban penguasa
dan rakyat timbal balik.
5. Hukum pidana yaitu hukum yang berhubungan dengan kepidanaan seperti:
macam-mavam perbuatan pidana dan ancaman pidana.
6. Hukum antarnegara yaitu hukim yang mengatur hubungan antara negara
Islam dengan negara lain, yang terdiri dari aturan-aturan hubungan pada
waktu damai dan pada waktu perang.
7. Hukum sopan santun yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan budi
pekerti , kepatutan, nilai baik dan buruk seperti: mengeratkan hubungan
persaudaraan, makan minum denhan tangan kanan, mendamailan orang
yang berselisih dan lain sebagainya.
2. Asas-asas Hukum Perikatan Isalam
Asas merupakan dasar atau sesuatu yang menjadi tumpunan berpikir
atau berpendapat. Muhammad Daud Ali, mengertikan asas apabila
dihubungkan dengan kata hukum adalah kebenaran yang dipergunakan sebagai
tumpunan berpikir dan alasan pendapat, terutama dalam penegakan dan
pelaksanaan Hukum3
Fathur Rahman Djamil mengemukakan enam asas yaitu:
1. Asas ilahiah ialah tingkah laku atau perbuatan manusia tidak akan luput dari
ketentuan Allah SWT.
2. Asas kebebasan ialah islam memberikan kebebasan kepada para pihakuntuk
melakukan suatu perikatan. Bentuk dan isi perikatan tersebut ditentukan
oleh para pihak. Apabila telah disepakati bentuk dan isinya, maka perikatan
itu mengikat para pihak yang menyepakatinya dan harus dilaksanakan segala
hak dan kewajibannya. Namun, kebebasan ini ridaklah bersifat absolut. 4
3. Asas keadilan

3
Ali, op. Cit. Hal.114
4
Djamil,op. Cit. Hal. 249

3
4. Asas kerelaan iyalah bahwa segala transaksi harus atas dasar suka sama suka
atau kerelaan antara masing-masing pihak, tidak boleh ada tekanan,
paksaan, maka transaksi itu dilakukan dengan cara yang batil.5
5. Asas kejujuran dan kebenaran
6. Asas tertulis
Dalam QS.al-Baqarah (2): 282-283, disebutkan bahwa Allah SWT
menganjurkan manusia hendaknya suatu perikatan dilakykan secara
tertulis,dihadiri oleh saksi-saksidan diberiakn tanggung jawab individu yang
melakukan perikatan , dan yang menjadi saksi.
3. Sumber-Sumber Hukum Perikatan Islam
Sumber hukim islam berasal dari tiga sumber yaitu Al-Qur'an, As-
Sunnah (sebagai sumbet paling utama) serta ar-ra'yu atau akal pikiran manusia
yangterhimpun dalam ijtihad.
Al-Qur'an sebagai salah satu sumber hukim islam yang pertama dalam
hukum perilatan islam. Yang sebagian besarnya Al-Qur'an hanya mengatur
mengenaikaidah-kaidah umum.
Dalam hadist ,ketentuan-ketentuan mengenai muamalatlebih terperinci
dari pada Al-Qur'an. Namun perencian initidak terlalu mengatur hal-hal yang
sangat detail, tatap dalam jalur kaidah-kaidah umum.
Ijtihad sebagai sumber hukum yang ketigayang dilakukan dengan
menggunakan akal pikiran atau ar-ra'yu. Posisi akal salam ajaran isalm memiliki
kedudukan yang sangat penting. Allah SWT menciptakan akaluntuk manusia
agar dipergunakan untuk memahami, mengembangkan dan menyempurnakan
sesuatu, dalam hal ini adalah ketentuan-ketentuan dalam islam. Namun,
demikian akal tidak dapat berjalan dengan baik tanpa ada petunjuk. Petunjuk
itu telah diatur oleh Allah SWT yang tercantum dalam Al-Qur'an dan hadist.

5
Qardhawi, peran........, op.cit. hal. 317

4
C. Konsep Perikatan (akad) Dalam Hukum Islam
Pengertian akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat, maksudnya
adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah
satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti
seutas tali yang satu.6
Para ahli hukum islam (jumhur ulama) memberiakn defenisi akad
sebagai pertalian antara iajb dan kabul yang dibenarkan oleh syara' yang
menimbulkan akibat hukum terdapat objeknya.
Sebab-sebab terjadi suatu perikatan (akad) yaitu sebagai berikut:
1. Al-ahlu (perjanjian) yaitu pernyataan dari seseoarang untuk melakukan
sesuatu atau tidak tidak melakukan sesuatudan tidak ada sangkut pautnya
dengan kemauan orang lain.
2. Persetujuan yaitu pernyataan setuju dari pihak kedua untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatusebagia reaksi terhadap janjiyang
dinyatakan oleh pihak pertama. Persetujuan tersebut harus sesuai dengan
janji pihak pertama.
3. Apabila dua buah janji dilaksanakan makaudnya oleh oara pihak, maka
terjadialh apa yang dinamakan ‘akdu' .
D. Rukun Dan Syarat Dalam Hukum Perikatan Islam
Dalam melaksanakan suatu perikatan, terdapat rukun dan syarat yang
harus dipenuhi, secara bahasa rukin adalah yang ahrus dipenuhi untuk sahnya
suatu pekerjaan7, sedangkan syarat adalah ketentuan, peraturan dan petunjuk
yang harus dilakukan. Dalam syariah, rukun dan syarat sama-sama menentukan
sah atau tidaknya suatu transaksi. Secara defenisi, rukun adalah suatu unsur
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga
yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidak
adanya sesuatu itu8. Defenisi syarat adalah sesuatu yang tergantung padanya
6
Ghufran A. Mas'adi, fiqih Muamalah Konstektual , cet. 1. (Jakarta :RajaGrafindo Persada 2002),
hal.75
7
Departemen Pendidikan Sosial, Kamus Besar Bajasa Indonesia. (Jakarta:Balai pustaka,2002), hal.996.
8
Abdul Aziz Dahlan ,ed, Ensiklopedi Hukim Islam , jilid 5, (Jakarta :Icttiar Baru van Hoeve, 1996), hal 1510.

5
keberadaan hukim Syar'i dan ia betada diluar hukum itu sendiri, yang
ketiadaannya menyebabkan hukum tidak ada. Perbedaan antara rukin syarat
menrut ulam fiqih, bahwa rikun merupakan sifat yang kepadanya tergantung
keberadaan hukum dan ia termasuk dalm hukum itu sendiri sedangkan syarat
merupak sifat yang kepadanya tetgantung keberadaan hukum, tetapi ia berada
di luar itu sendiri9 sebagai contoh rukuk dan sujud itu adalah rukun shalat. Ia
merupakan bagian dari shalat itu sendiri. Jiak tidak ada rukuk dan sujud dalam
shalat, maka shalat itu batal, tidak sah. Syarat shalat salah satunya adaalh
wudhu. Wudhu merupakan bagian diluar shalat, tetapi dengan tidak adanya
wudhu maka shalat menjadi tidak sah.
Komponen-komponen yang harus dipenuhi agar terbentuknya suatu
akad antara lain:
1. Subjek perikatan (Al-Aqidain )
Al-aqidain adalah para pihak yang melakukan akad. Sebagai pelaku dari
suatu tindakan hukum tertentu. Subjek hukum sebagai pelaku perbuatan
hukum sering kali diartikan sebagai pihak pengemvan hak dan kewajiban.
Subjek hukim ini terdiri dari dua macam yaitu manusia dan badan hukum.
Manusia sebagai subjek hukun perikatan dalah pihak yang sudah dapat
dibebani hukum yang disebut drngan mukallaf. Mukallaf adalah orang yang
telah mampu bertindak secara hukum baik yang berhubungan dengan
tuhan maupun dalam kehidupan sosial. Sedangkan badan hukum adalah
badan yang dianggap dapat bertindak dalam hukum dan mempunyai hak-
hak, kewajiban, dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan
lain. Hak-hak badan hukum berbeda dengan hak-hak yang dimiliki manusia,
seperti hak keluarga , hak pusaka dan lain-lain.

2. Objek perikatan (Mahallu aqad)

6
Mahallu aqad adalah sesuatu yang dijadikan objek akad dan dikenakan
padanya akibat hukum yang ditimbulkan. Bentuk objek akan dapat berula
benda wujud, seperti mobil dan rumah maupun benda yang tidak
berwujud seperyi manfaat.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mahallul aqd adalah sebagai
berikut:
1. Objek perikatan telah ada ketika akaf dilangsungkan.
2. Objek perikatan dibenarkan oleh hukum syariah.
3. Obkek akad harus jelas dan dikenali
4. Objek daapt diserah tetimakan.

E. Bentuk-Bentuk perikatan Islam yang Menjadi Dasar dalam Kegiatan Usaha


dan penggolongannya.
A. Bentuk-bentuk Perikatan Isalm Dalam Kegiatan Usaha
Dilihat dari literatur akad terdiri dari beraneka bentuk. Para ahli fiqh
mengelompokkan berbeda-beda sesuai dengan pikiran merrka masing-
masing. Untuk memberi kemudahan dalam memahami bentuk akad,
penulis membagi bentuk akad berdasarkan kegiatan usaha yang sering
dilakukan , yaitu pertukaran, kerja sama dan pemberian kepercayaan .
1. Pertukaran
Akad pertuakaran terbagi dua yaitu pertukaran tethadap barang yang
sejenis dan yangvtidak sejenis. Oertukaran barang yang sejenis terbagi
dua yaiti: pertukaran uang denagn uang dan oeryikaran barang drngan
barang sedangkan pettukaran yang tidak sejenis terbagi kepada dua
juga yaitu pertukaran uang dengan barang dan pertikaran barang
dengan uang .

2. Kerja sama dalam kegiatan usaha (Syirkah)

7
Secara etimologi as-syirkah berarti pencampuran , yaitu percampuran
antara sesuatu dengan yang lainnya sehingga sulit di bedakan. Secara
terminologi ialah defenisi dikemukakan oleh oara ulama fiqh hanya
berbead secara redaksional sedangkan esensi yang terkandung
didalamnya sama, yaitu ikatan kerja sama antara orang -orang yang
berserikat dalam hal modal dan keuntungan.
3. Pemberian kepercayaan (Wadiah)10
Secara etimologi wadiah beraryi menempatkan sesuatu yang tidak
ditempatkan bukan pada pemiliknya untuk dipelihara. Secara
terminologi ada dua defenisi wadiah yang dikemukaan oleh oakar ilmu
fiqh. Yang pertama menurut ulama hanafi wadiah adalah mengikut
sertakan orang lain dalam memelihara harta baik dengan ungkapan
yang jelas , melalui tindakan mauoun melalui isyarat. Kedua menurut
ulama Maliki, Syafi'i dan Hambali wadiah adalah mewakilkan orang lain
untik mrmelihara harta tertentu. Dari defenisi diatas secara esensi
wadiah adalah menitipkan sesuatu harta atau barang pada orang yang
dapat dipercayai untuk menjaganya

BAB III

10
Fakultas Syariah dan Hukim UIN , Syarif Hidayaatullah Jakarta Bekerja sama denagn Direktorat
Hukim Bank Indonesia , op. Cit. 70-80.

8
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Hukum perikatan islam merupakan seperangkat kaidah-kaidah yang
bersumber dari Al-Qur'an, As-Sunnah dan Ar-Ra'yu yang mengatur tentang
hubungan antara dua orang atau lebih mengenai sutu benda yang dihalalkan
menjadi objek suatu transaksi.
Aspek-aspek hukum islama ada tujuh kelompok yaitu:
1. Hukum ibadat
2. Hukum keluarga
3. Hukum Muamalat
4. Hukum tata negara dan taya pemerintahan
5. Hukum pidana
6. Hukum antarnegara
7. Hukum sopan santun

Asas-asas Hukum Perikatan Islam dibagi kepada tujuh bagian:

1. Asas Ilahiah
2. Asas kebebasan
3. Asas keadilan
4. Asas kerelaan (Al-Ridha)
5. Asas kejujuran dan kebenaran
6. Asas tertulis
7. Asas persamaan atau kesetaraan
Bentuk-bentuk akad berdasarkan kegiatan usaha yang sering
dilakukan ada tiaga bentuk antara lain
1. Pertukaraan
2. Kerja sama
3. Pemberian kepercayaan.

DAFTAR PUSTAKA

9
Ali, Muahmmad Daud. Hukim Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukim Isalm di
Indonesia. Cet. 8. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.

Andreas, Harefa. Multi Level Marketing Jakrta : PT Gramedia Pustaka Utama ,1999.

Anogara,Panji dan Piji Pakarti. Pengantar Pasar Modal. Cet. 4. Jakarta: Rineka Cipta,
2003.

Antonio, Muhammad Syafi'i. Bank Syariah, dari Teori Ke Praktik. Cet. 5. Jakarta: Gema
Insani Press, 2002.

Ash -Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Memahami Syariat Islam. Cet. 1.


Semarang :pustaka Rizki Putra, 2000.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Pengantar Fiqih Muamalah, cet. 1. Ed. 2


Semarang :Pustaka Rizki Putra.

Basyir, Ahmad Azhar. Asas-asas Hukum Muamalat ( Hukum Perdata Islam). Ed. Revisi.
Yogyakarta : UII Press Yogyakarta , 2000.

Lubis, Suhrawardi K. Hukim Ekonomo Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 200p.

Mas'adi, Ghufran A. Fiqih Muamalah kontektual . cet. 1. Jakarta: RajaGrafindo


Persada , 2002.

10

Anda mungkin juga menyukai