Anda di halaman 1dari 29

Pranata Sosial Islam

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pranata sosial islam

Disusun Oleh:
Nama : Dilla Salsabila
NPM : 10070215017
Kelas : A

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2016 M / 1437 H
BAB 1
1. Jelaskan pengertian mu`amalah dan ruang lingkupnya ?
Secara bahasa muamalah berasal dari kata ( amala – yuamilu – muamalatan)
yang artinya saling bertindak , saling beramal, saling berbuat. Sedangkan
secara istilah , pengertian muamalah dibagi menjadi 2, yaitu muamalah
dalam arti luas dan muamalah dalam arti sempit. Muamalah dalam arti luas
berarti hubungan manusia dengan manusia lain dalam hidup dan kehidupan.
sedangkan muamalah dalam arti sempit adalah hubungan manusia dengan
manusia lain yang terkait dengan ketentuan – ketentuan tentang benda dan
hak kebendaan yang terjadi dalam hubungan manusia dengan sesamanya.
(Ahmad Zarqo,I,1968: 55-56).
Ruang lingkup muamalah dengan demikian meliputi muamalah dalam arti
sempit dan luas. Muamalah dalam arti sempit hanya mengatur masalah
hubungan manusia dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan
hidupnya yang bersifat kebendaan. Sedangkan muamalah dalam arti luas
meliputi setiap hubungan manusia dengan manusia lain dalam segenap
aspek kehidupan.
Dengan demikian ruang lingkup fiqh muamalah meliputi muamalah yang
bersifat madiyah, yang meliputi persoalan persoalan yang berkaitan dengan
kehalalan dan keharaman suatu kegiatan muamalah dengan melihat zat
hartanya, sah atau tidak nya proses kepemilikan , pengeloaan maupun
pendistribusian harta dengan melihat rukun dan syaratnya. Sedangkan
muamalah yang bersifat adabiyah adalah yang berkaitan dengan adab,
akhlak, etika yang harus mengiringi kegiatan muamalah madiyah, agar
tercapai kesempurnaan dalam pelaksanaan muamalah tersebut. Seperti
syarat rela, adanya kesesuaian dalam ijab qabul, tidak ada paksaan,
kejujuran, tidak menipu, tidak khianat, dan hal-hal lain yang bersumber dari
indra, dan perilaku orang yang melakukan muamalah.

2. Apa yang disebut hak / Terangkan klasipikasinya ?


Kata hak berasal dari bahasa arab “haqq” yang memiliki beberapa makna.
Diantaranya, hak bermakna “ketetapan” atau “kewajiban” hal ini bisa
dipahami dari firman Allah dalam surat yasin ayat 7. Begitu juga dalam
firman Allah QS. Al-anfal ayat 8 . atau juga QS. Yunus ayat 35
Dalam ajaran islam , hak adalah pemberian Allah yang disandarkan pada
sumber – sumber yang dijadikan sebagai sandaran dalam menentukan
hokum-hukum syarak. Dengan demikian, sumber hak adalah kehendak atau
ketentuan hokum syarak.
Pembagian Hak
Dari segitu pemiliknya, hak dapat dibagi menjadi 3 bagian :
A. Hak Allah
Hak Allah adalah hak-hak yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah, menyembah dan mengabdi kepada-Nya, menegakan
syariat agamanya. Seperti segala bentuk ritual ibadah yang beragam dari
shalat , puasa , haji , zakat , amar ma’ruf nahi munkar, dan ibadah lain
yang sejenis.
B. Hak Anak Adam/Manusia (Hak Adami)
Adalah hak-hak yang dimaksudkan untuk menjaga kemaslahatan
seseorang. Hak anak adam bisa dilepaskan atau digugurkan dengan
alasan tertentu, bisa juga diwariskan.
C. Hak Musytarak ( Hak Gabungan Allah Dan Manusia )
Adalah gabungan antara hak Allah dan hak manusia. Namun ada
kalanya hak Allah yang lebih dominan, dan sebaliknya. Dari segi
jenisnya hak dibagi menjadi :
Al-Haq Al-Maali , Al-Haq Ghairu Al-Maali, Hak Aini, Hak Syakhshi
D. Hak Diyani ( Hak Keagamaan )
Hak Diani adalah hak-hak pelaksanaannya tidak dapat dicampuri atau
di intervensi oleh kekuasaan Negara atau kehakiman
E. Hak Qodlqi ( Hak Kehakiman / Peradilan )
Hak Qodlqi adalah seluruh hak yang tunduk dibawah aturan kekuasaan
kehakiman sepanjang pemilik hak tersebut mampu menuntut dan
membuktikan hak nya didepan pengadilan.

3. Apa saja jenis – jenis hak itu ? Jelaskan !


- Al-Haq Al-Maali : Hak yang berhubungan dengan harta seperti hak
pembeli terhadap barang yang dibeli.
- Al-Haq Ghairu Al-Maali : Hak yang tidak terkait dengan harta benda.
Seperti hak wanita dalam talak karena tidak diberi nafkah oleh suami
dan hak cipta bagi pengarang sebuah buku.
- Hak Aini : Kewenangan yang ditetapkan oleh syara untuk seseorang
atau suatu benda, seperti hak milik. Hak aini adalah hak yang terkait
dengan harta dan kemanfaatnnya, hak yang obyeknya berupa harta atau
manfaat.
- Hak Syakhshi : Adalah hak yang di tetapkan oleh syariah untuk
kepentingan seseorang atas orang lain .

4. Apa perbedaan antara hak diyani dan hak Qodha`I ?


Hak Diyani (Hak keagamaan) adalah hak-hak yang pelaksanaannya tidak
dapat dicampuri atau diinterventasi oleh kekuasaan Negara atau kehakiman.
Misalnya dalam hal hutatng atau transaksi lainnya yang tidak dapat
dibuktikan di depan pengadilan. Sekalipun demikin di hadapan Alla
tanggung jawab orang berhutang tetap ada dan dituntut untuk melunasinya,
sekalipun pengandilan memutuskan ia bebas dari tuntutan hutang. Dalam
Hak Diani selain urusan lahiriyah yakni perbuatan, unsur batiniyah seperti
niat dan esensi (hakikat) merupakan unsur penting.

Hak Qadlai adalah seluruh hak yang tunduk dibawah aturan kekuasaan
kehakiman sepanjang pemilik hat tersebut mampu menuntu dan
membuktikan haknya didepan pengadilan. Hak qadlai semata dibangun
berdasarkan kenyataan lahiriya dengan mengabaikan unsur niat da hakikat
suatu perbuatan. Contoh dalam kasus seorang suami yang menjatuhkan
talak terhadap isterinya secara cerobh dan tidak dimaksudkan daengan
secara sungguh-sungguh untuk menceraikannya, seorang hakim wjib
menvonis hokum talak berdasarkan ungkapan lahiriyah. Sedang hokum
diyani bisa jadi tidak jatuh talaknya, karena tidak diperkenankan bermain-
main dengan kedua hak ini.

5. Jelaskan sumber – sumber hak ?


 Aqad, yaitu kehendak kedua belah pihak (iradah al'aqidaini) untuk
melakukan suatu kesepakatan (perikatan), seperti akad jual beli,
sewa-menyewa dan lainnya
 Iradah al-munfaridah (kehendak sepihak, one side), seperti ketika
seseorang mengucapkan sebuah janji atau nadzar
 Al-fi'lun nafi' (perbuatan yang bermanfaat), misalnya ketika
seseorang melihat orang lain dalam kondisi yang sangat
membutuhkan bantuan atau pertolongn, maka ia wajib berbuat
sesuatu sebatas kemampuannya
 Al-fi'lu al-dlar (perbuatan yang merugikan), seperti ketika seseorang
merusak, melanggar hak atau kepentingan orang lain, maka ia
terbebani iltizam atau kewajiban tertentu
BAB 2
1. Jelaskan pengertian harta menurt Bahasa dan istilah?
Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, berasal dari kata ‫ ميال‬-‫ بميل‬-‫ مال‬yang
menurut bahasa berarti condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan
sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik
dalam bentuk materi, maupun manfaat.
Menurut bahasa umum, arti mal ialah uang atau harta. Adapun menurut istilah, ialah
“Segala benda yang berharga dan bersifat materi serta beredar di antara manusia”.
Menurut ulama Hanafiyah yang dikutip oleh Nasrun Haroen, al-mal (harta) yaitu:
“Segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau
segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan.
Menurut jumhur ulama (selain ulama Hanafiyah) yang juga dikutip oleh Nasroen
Haroen, al-mal (harta) yaitu:
‫كل ما له قيمة يلزم متلفها بضمانه‬
"segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan dikenal ganti rugi bagi orang yang
merusak atau melenyapkannya"
Sedangkan menurut istilah, para ulama memberikan definisi sebagai berikut :
Menurut ulama Hanafiyah, harta adalah segala sesuatu yang naluri manusia
cenderung kepadanya dan dapat disimpan sampai batas waktu yang di perlukan dan
dapat di manfaatkan.
Menurut Jumhur Ulama : Malikiyah, syafi’yyah, dan hanabilah harta ialah sesuatu
yang naluri manusia cenderung kepadanya dan dapat diserahterimakan yang orang
lain terhalang mempergunakannya,

2. Bagaimana kedudukan dan fungsi harta dalam islam?


Harta bagi kehidupan manusia sebagai perhiasan dan kesenangan, sebagaimana
dijelaskan dalam QS. Al Kahfi ayat 46
Harta sebagai amanah/titipan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, sesuati
dengan aturan Allah dan Rasul-Nya, jika tidak dijaga dengan baik maka akan
menimbulkan fitnah, karena harta sebagai titipan, maka harga tersebut bukan milik
mutlak manusia, tetapi pemilik mutlaknya hanya Allah , sebagaimana dijelaskan
dalam QS. At Taghabun Ayat 15.
Fungsi harta
1. Harta berfungsi menyempurnakan pelaksanaan ibadah mahdhah,
karena ibadah memerlukan alat-alat , seperti kain untuk menutupi
aurat dalam pelaksaan shalat, bekal untuk melaksanakan ibadah
haji, bezakat, shodaqah, hibabah, dan lain-lain.
2. Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah ,
karena kefaqiran cenderung mendekatkan kepada kekufuran.
3. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode
berikutnya sebagaimana dijelaskan dalam QS. An Nisa ayat 9.
4. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.
5. Untuk menyambung hidup, sebab hidup adalah hak setiap orang,
sehingga ia wajib mendapat kehidupan, bukan sebagai hadiah,
maupun belas kasihan.
3. Jelaskan apa yang masuk kategori Maal Mutaqawwim dan berikanlah
contohnya?
Mal mutaqawwim adalah segala sesuatu yang dapat dikuasai secara langsung dan
syara' membolehkan untuk memanfaatkannya
Contohnya: seperti benda-benda tetap (tanah, rumah), benda-benda bergerak, dan
jenis makanan, kecuali yang diharamkan.

4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang pembagian harta?


1. Ditinjau dari segi boleh diambil manfaatnya atau tidak, harta terbagi atas dua
bagian yaitu:
a. Al-Mal Al-Mutawaqawwim
Mal mutaqawwim adalah segala sesuatu yang dapat dikuasai secara
langsung dan syara' membolehkan untuk memanfaatkannya.
Contohnya: seperti benda-benda tetap (tanah, rumah), benda-benda
bergerak, dan jenis makanan, kecuali yang diharamkan.

b. Al-Mal Ghair Mutaqawwim


Sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara".
Harta ghair mutaqawwim ialah kebalikan dari harta mutaqawwim, yakni
yang tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya
maupun cara penggunaannya. Misalnya babi termasuk harta ghair
mutaqawwim, karena jenisnya. Sepatu yang diperoleh dengan cara mencuri
termasuk ghair mutaqawwim karena cara memperolehnya yang haram.
Uang disumbangkan untuk membangun cara pelacuran, termasuk juga ghair
mutaqawwim karena penggunaannya yang bertentangan dengan Islam.
Kadang-kadang harta mutaqawwim diartikan dengan dzimah, yaitu
mempunyai nilai, seperti pandangan Fuqaha
"Sesungguhnya manfaat-manfaat itu tidak bernilai dengan sendirinya, tetapi
ia bernilai dengan adanya akad sewa menyewa untuk memenuhi keperluan".
2. Ditinjau dari segi ada padanannya atau tidak, terbagi pada dua bagian, yaitu:
a. Al-Mal al-mitsli
Benda mitsli adalah benda yang mempunyai persamaan di pasar, tanpa ada
perbedaannya atau kalau pun ada amat sedikit (kecil) dan tidak berarti.
Misal, sepeda motor merek tertentu, model tahun tertentu amat banyak
dijual orang dipasar. Demikian pula benda-benda yang dijual dengan
ditimbang, ditalar, dihitung, dan diukur. Contohnya: gula pasir, beras, kain
baju, dan lain-lain.[20]
b. Al-mal al- Qimi
Benda Qimi adalah benda yang tidak mempunyai persamaan dipasar atau
kalau ada juga terdapat unsur-unsur perbedaan yang besar. Artinya, dalam
dunia perdagangan khususnya dan muamalat pada umumnya. Misalnya
lukisan karya seniman tertentu, yang hanya dapat dinilai dengan harga, tidak
dapat diganti dengan benda lain yang sama. Maka benda Qimi berarti benda
yang hanya dapat dinilai dengan harga.
3. Ditinjau dari segi masih tetapnya atau habis setelah dipakai, terbagi dua
macam, yaitu:
a. Al-Mal Al- Istihlaki
Al-Mal Al-Istihlaki adalah harta yang tidak mungkin diambil manfaatnya
kecuali dengan cara menghabiskan barangnya. Contohnya seperti jenis
makanan, minuman, dan kayu bakar.
b. Al-Mal Al-Isti'mali
Mal Isti'mali adalah harta yang mungkin diambil manfaatnya dan barang-
barangnya masih utuh (tetap/tidak habis). Contohnya seperti benda tetap.
Faedah pembagian ini adalah bahwa harta istihlaki digunakan dalam
berbagai macam akad yang tujuannya untuk menghabiskan, seperti akad
qardh (utang piutang). Sedangkan harta Isti'mali digunakan dalam akad
yang tujuannya bukan menghabiskan, melainkan untuk memakai atau
menggunakan harta tersebut, seperti ijarah (sewa menyewa).
4. Dintijau dari segi tetap dan tidaknya, terbagi pada dua bagian juga, yaitu:
a. Al-Mal Al-'Aqar (benda tetap)
Muhammad Yusuf Musa mendefinisikan Al-'aqar sebagai berikut:
" aqar adalah suatu benda yang tetap yang tidak mungkin dipindahkan".
Wahbah Zuhaili memberikan definisi 'aqar menurut Hanafiyah dan
Malikiyah. Menurut Hanafiyah 'aqar adalah benda (harta) yang tetap yang
tidak mungkin dipindahkan dan diubah dari satu tempat ke tempat lain,
seperti rumah dan tanah.
Sedangkan Malikiyah berpendapat bahwa 'aqar adalah segala sesuatu yang
tidak mungkin dipindahkan dan diubah sama sekali, seperti tanah, atau
mungkin diubah dan dipindahkan dengan mengubah bentuk dan kondisinya
ketika dipindahkan dan diubah, seperti bangunan dan pepohonan.
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas terlihat adanya perbedaan antara
Hanafiyah dan Malikiyah.
b. Al-Mal al-Manqul (benda bergerak)
" Segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak) dari satu tempat ke tempat
lain".
Seperti emas, perak, perunggu, pakaian, kendaraan, dan lain sebagainya.
Ke empat pembagian diatas berdasarkan pendapar Wahbah Zuhaili,
akan tetapi ada juga beberapa ulama yang berbeda pendapat dalam
pembagian harta itu sendiri. Diantara tambahan pembagian harta yang telah
disebutkan Wahbah Zuhaili adalah
1. Harta 'Ain dan harta Dayn
Harta 'ain adalah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, beras,
kendaraan, dan lain sebagainya. Harta 'ain terbagi dua, yaitu:
- Harta 'ain dzati qimah, yaitu benda yang memiliki bentuk yang
dipandang sebagai harta karena memiliki nilai.
- Harta 'ain ghayr dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang
sebagai harta karena tidak memiliki harga, misalnya sebiji beras.
Harta dayn adalah sesuatu yang berada dalam tanggung jawab. Seperti uang
yang berada dalam tanggung jawab seseorang.
2. Mal-al-'ain dan mal al-naf'I (manfaat)
Harta 'ain ialah benda yang memiliki nilai dan berbentuk (berwujud),
misalnya rumah, ternak, dan lainnya.
Sedangkan harta naf'i ialah a'radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut
perkembangan masa, oleh karena itu mal al-naf'I tidak berwujud dan tidak
mungkin disimpan.
3. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur
Harta mamluk adalah sesuatu yang masuk ke bawah milik, milik perorangan
maupun milik badan hukum, seperti pemerinyah dan yayasan. Harta mamluk
dibagi menjadi dua macam yaitu harta perorangan dan harta perkongsian
(masyarakat).
Harta Mubah adalah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang,
seperti air pada mata air, binatang buruan darat dan laut, pohon-pohon
dihutan dan buah-buahannya.
Harta mahjur adalah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiri dan
memberikan kepada orang lain menurut syari'at, adakalanya benda itu benda
wakaf ataupun benda yang dikhususkan untuk masyarakat umum, seperti
jalan raya, masjid-masjid, kuburan, dan lainnya.

4. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi.


Harta yang dapat dibagi adalah harta yang tidak menimbulkan suatu
kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi, misalnya beras,
tepung, dan sebagainya.
Harta yang tidak dapat dibagi ialah harta yang menimbulkan suatu kerugian
atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi, misalnya gelas, kursi,
meja, mesin, dan yang lainnya.
5. Harta pokok dan harta hasil
Harta pokok adalah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.
Harta hasil adalah harta yang terjadi dari harta yang lain.
Pokok harta bisa juga disebut modal, misalnya uang, emas, dan lainnya.
Contoh harta pokok dan harta hasil ialah bulu domba dihasilkan dari domba,
maka domba merupakan harta pokok dan bulunya termasuk harta hasil.
6. Harta khas dan harta 'am
Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak boleh
diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya. Sedangkan harta 'am adalah
harta milik umum yang boleh diambil manfaatnya.

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hak milik?


Hak Milik adalah keistimewaan seseorang terhadap harta benda yang di
kuasainya dan orang lain terhalang memilikinya, kemudian keistimewaan
untuk bertasharuf ( bertindak secara bebas sesuai kehendaknya terhadap
harta yang sesuai dengan syariah , atau dalam kajian ekonomi tasharuf
sering di artikan sebagai investasi ) terhadap harta yang di kuasainya kecuali
ada halangan syariah.
6. Jelaskan sebab-sebab kepemilikan menurut Wahbah Az Zauhaili?
Jelaskan bentuk-bentuk bekerja dalam memperoleh harta?

Menurut Wahbah Al-Zuhaili bahwa sebab-sebab kepemilikan itu ada 4,


yaitu :
1. Menguasai yang statusnya mubah ( tidak milik siapapun )
2. Akad
3. Al Khalafiyyah ( Pergantian kepemlikan )
4. Muncul dari sesuatu yang dimiliki
Bentuk bekerja dalam memperoleh harta menurut Wahbah Al-Zuhaili,
menggali kandungan bumi. Bekerja dengan cara menggali apa yang
terkandung didalam perut bumi yang bukan merupakan harta yang
dibutuhkan oleh suatu komunitas, atau disebut rikaz. Yang termasuk
harta yang berasal dari perut bumi adalah emas, perak, tembaga, besi,
timah dan sebagainya .

7. Jelaskan sebab kepemilikan adalah harta yang diperoleh tanpa


kompensasi harta atau tenaga?

Harta yang diperoleh tanpa kompensasi harta atau tenaga yang


melingkupi yaitu :
1. Hubungan pribadi, antara sebagian orang dengan sebagian yang lain,
baik harta yang diperoleh karena hubungan ketika masih hidup,
seperti hibbah dan hadiah, ataupun sepeninggal mereka seperti
wasiat .
2. Kepemilikan harta sebagai ganti rugi dari kemudharatan yang
menimpa seseorang, misal diyat orang yang terbunuh dan diyat luka
karena dilukai orang, sebagaimana dalam QS. An-Nisa ayat 29 .

8. Apa yang anda ketahui tentang Milk Mutamayyaz dan Milk Masya’
dan berikan contoh masing-masingnya

Kepemilikan dilihat dari segi bentuknya . Hal ini ada dua yaitu :
1. Milk Mutamayyaz ( Milik Jelas ) adalah pemilikan sesuatu benda
yang mempunyai batas-batas yang jelas dan tertentu yang dapat
dipisahkan dari yang lainnya. Seperti, pemilikan terhadap seekor
binatang, sebuah kitab, sebuah rumah , dan lain-lain.
2. Milk Masya ( Milik Campuran ) ialah pemilikan atas sebagian, baik
sedikit atau banyak yang tidak tertentu dari sebuah harta benda,
seperti pemilikan atas separuh rumah, atau seperempat kebun, dan
lain sebagainya . Pemilikan campuran tidak hanya berlaku
pemilikan atas benda, tetapi bisa juga terjadi pemilikan atas hutang
( milk al Dain ). Hutang demikian dinamakan al duyun al
musytarikah ( Hutang Bersama ) , yaitu hutang atau tanggungan
yang di bebankan kepada sejumlah orang tertentu karena sebab
tertentu. Seperti ketika dua orang atau lebih membeli secara tangguh
atas suatu harta bersama, atau jika seseorang menghilangkan suatu
harta bersama. Maka harga barang yang dibeli atau nilai barang yang
dihilangkan tersebut merupakan al duyun al musytarikah ( piutang
bersama ) .

9. Jelaskan prinsip kepemilikan sempurna tidak dibatasi waktu


sedangkan kepemilikan naqish dibatasi waktu?
Dilihat dari unsur harta (benda dan manfa’at), kepemilikan dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu :
Milk al tamm (kepemilikan yang sempurna)
Milk al tamm adalah kepemilikan terhadap harta benda sekaligus
manfaatnya, pemilik memiliki hak mutlak atas kepemilikan ini tanpa
dibatasi dengan waktu. Selain itu, kepemilikan ini tidak bisa digugurkan
kecuali dengan jalan yang dibenarkan syara’, seperti jual beli, mekanisme
hukum waris ataupun wasiat.
Dalam milk al tamm, pemilik memiliki kewenangan mutlak atas harta yang
dimiliki. Ia bebas melakukan transakasi, investasi atu hal lainnya seperti,
jual beli, hibah, waqf, wasiat, I’aroh, ijaroh, dan lainnya, karena ia memiliki
dzat harta benda sekaligus manfaatnya. Jika ia merusak harta yang dimiliki,
maka tidak berkewajiban untuk menggantinya. Akan tetapi dari sisi agama,
ia bias mendapat sanksi, karena merusak harta benda, haram hukumnya.
Kepemilikaan sempurna memiliki sebab-sebab tertentu. Ulama Fiqh telah
menjelaskannya, yaitu,
a. Istila’ atau penguasaan terhadap harta tak bertuan.
b. Akad-akad yang mengalihkan kepemilikan.
c. Warisan.
Hanya saja beberapa fuqaha menambahkan satu sebab lain, yaitu dihasilkan
dari harta yang dimiliki seperti buah dari pohon dan produk hewan (seperti
telur atau anak).
Milk al naqish (kepemilikan tidak sempurna)
Milk al naqish adalah kepemilikan atas salah satu unsur harta benda saja.
bisa berupa pemilikan atas manfaat tanpa memiliki bendanya atau pemilikan
atas benda tanpa disertai pemilikan atas manfaatnya.
Contohnya :
1. Al-Milk al-‘ain, yaitu hak milik atas bendanya sedangkan
manfaatnya dimiliki orang lain. Seperti wasiat terhadap tanah
2. Al-Milk al-manfaah yaitu sebab-sebab pemilikan.
- Pinjaman
- Sewa menyewa
- Wakaf
- Wasiat
- Ibahah
3. Al-Milk al-intifaq
-Berserikat dalam sarana umum
-Karna disyaratkan dalam akad
-Warisan yang turun menurun
BAB 3
HALAMAN 51
1. Apakah yang dimaksud dengan ‘Ariyah dan berikan contohnya?
2. Jelaskan syarat-syarat ‘Ariyah?
3. Apakah yang dimaksud dengan rahn?
4. Apa saja rukun dan syarat rhn, jelaskan?
5. Jelaskan bagaimanakah hukum seorang murtahin yang memanfaatkan
barang rahn?
6. Jelaskan pengertian akad secarra Bahasa, pengerian umum maupun khusus?
7. Jelaskan rukun dan syarat dalam suatu akad menurut mayoritas ulama dan
apa peredaannya dengan pendapat guqaha hanafiah?
8. Apa yang dimaksud dengan akad maliyah, akad ghairu Maliyah, akad
tabarru, dan akad tijari?
9. Sebutkan kondisi-kondisi yang mengakibatkan suatu akad itu berakhir?
10. Jelaskan pengertian jual beli (al-ba’i) menurut Bahasa dan istila?
11. Apa saja rukun jual beli, jelaskan disertai syarat-syaratnya?
12. Apa perbedaan Antara khiyar aid an khiyar tadlis?
13. Jelaskan pengertian Al-Qardh menurut Bahasa da istilah?
14. Jelaskan secara rinci huum hutang piutang?
15. Apa saja rukun dan syarat hutang piutang?
16. Bagaimana hukumnya menambah jumlah nilai pengembalian hutang?
17. Apakah yang dimaksud dengan Ariyah dan berikan conthnya?
18. Jelaskan syarat-syarat ‘ariyah?
19. Apa yang dimaksud dengan rahn?
20. Apa saja rukun dan syarat rahn, jelaskan?
21. Jelaskan bagaimanakah hokum seorang murtahin yang memanfaatkan
baranng rahn?
22. Apakah yang dimaksud dengan ijarah?
23. Seburkan rukun dan syarat ijarah serta jelaskanlah!
24. Bagaimana sebuah akad ijarah itu menjadi batal?
25. Jelaskakan pengertian wakalah?
26. Diantara rukun wakalah adalah ijab dan qabul, terangkan ijab dan qabul
berkenaan akad wakalah?

Jawaban halaman 51:


1. Pengertian Ariyah dan Contohnya

Ariyyah atau ‘Ariyah diartikan dalam pengertian etimologi (lughat) dengan


beberapa macam makna, yaitu:

‘Ariyah adalah nama untuk barang yang dipinjam oleh umat manusia secara
bergiliran antara mereka. Perkataan itu diambil dari masdar at ta’wur dengan
memakai artinya perkataan at tadaawul. ‘Ariyah adalah nama barang yang
dituju oleh orang yang meminjam. Jadi perkataan itu diambil dari akar kata
‘arahu-ya’ruuhu-‘urwan.
‘Ariyah adalah nama barang yang pergi dan datang secara cepat. Diambil
dari akar kata ‘aara yang artinya pergi dan datang dengan secara cepat. Secara
terminologi Al Ariyah ialah adalah kebolehan memanfaatkan barang yang
masih utuh yang masih di gunakan, untuk kemudian dikembalikan pada
pemiliknya. Peminjaman barang sah dengan ungkapan atau perbuatan apapun
yang menunjukkan kepadanya peminjaman dilakukan berdasarkan alquran,
sunnah, dan ijma ulama.
Contohnya : Seorang meminjam motor kepada orang lain untuk pergi ke
suatu tempat lalu ia mengembalikannya.

2. Syarat-syarat ‘Ariyah
 Orang yang meminjamkan (Mu’ir) dan peminjam (Musta’ir) adalah
orang yang sah melakukan tindakan hokum.
 Barang yang dipinjamka (Mu’ar) itu milik pemberi pinjaman, barang
itu bermanfaat da nada hak meminjamkan dari pemilikya.
 Manfaat yang diambil oleh peminjam dibolehkan hukum (Al Fiqh Al-
Muyassar, 6: 191). Misal, tidak sah meminjamkan bejana dari emas
atau perak untuk dipakai minum.
 Kedua belah pihak melakukan serah terima baik secara lisan maupun
secara tertulis.
 Barang yang dipinjamkan harus tetap setelah dimanfaatkan , jika
berupa barang yang akan binasa seperti makanan, maka tidak sah
meminjamkannya.

3. Pengertian Rahn
Secara bahasa, rahn atau gadai berasal dari kata ats-tsubutu yang berarti tetap
dan ad-dawamu yang berarti terus menerus. Sehingga air yang diam tidak
mengalir dikatakan sebagai maun rahin. Dan Rahn dalam istilah positif Indonesia
disebut dengan barang jaminan, dan dalam islam rahn merupakan sarana saling
tolong menolong bagi ummat islam Pengertian secara bahasa tentang rahnini
juga terdapat dalam firman Allah SWT :
ْ ‫ َك ًّل نَ ْف ٍس ِب َما َك َس َب‬.4
‫ت َر ِه ْينَة‬
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.(QS. Al-
Muddatstsr : 38)

Ar-Rahn merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan


dari fasilitas pembayaran yang diberikan. Ada beberapa definisi yang
dikemukakan oleh ulama fiqh. Ulama Mazhab Maliki mendefinisikan rahn
sebagai harta yang bersifat mengikat.
Perjanjian gadai dalam Islam disebut rahn, yaitu perjanjian menahan
sesuatu barang sebagai tanggungan utang. Kata rahn menurut bahasa berarti
“tetap”, “berlangsung” dan “menahan”. Sedangkan menurut istilah berarti
menjadikan sesuatu benda bernilai menurut pendangan syara’ sebagai
tanggungan utang; dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau
sebagaian utang dapat diterima (Basyir, 1983: 50)
4.Rukun Rahn
Mayoritas ulama memandang rukun Ar-Rahn (gadai) ada empat, yaitu :
 Ar-Rahn atau Al Marhuun (barang yang digadaikan)
 Al Marhun bihi (hutang)
 Shighah
 Dua pihak yang bertransaksi yaitu Rahin (orang yang menggadaikan)
dan Murtahin (pemberi hutang)
Sedangkan madzhab Hanafiyah memandang Ar-Rahn (gadai) hanya memiliki satu
rukun yaitu shighah, karena ia pada hakekatnya adalah transaksi.
Sedangkan syarat dalam Ar-Rahn adalah sebagai berikut:
 Syarat yang berhubungan dengan yang melakukan transaksi, yaitu orang
yang menggadaikan barangnya adalah baligh, berakal dan rusyd (kemampuan
mengatur).[17]
 Syarat yang berhubungan dengan Al Marhun (barang gadai) ada dua,yaitu:
a. Barang gadai tersebut adalah milik orang yang manggadaikannya atau yang
dizinkan baginya untuk menjadikannya sebagai jaminan gadai
b. Barang gadai tersebut harus diketahui ukuran, jenis dan sifatnya, karena Ar-
Rahn adalah transaksi atau harta sehingga disyaratkan hal ini.
 Syarat berhubungan dengan Al-Marhun bihi (hutang) adalah hutang yang
wajib atau yang akhirnya menjadi wajib.

5. Hukum Murtahin Memanfaatkan Barang Rahn


Akad rahn adalah akad yang dimakasudkan untuk mencari kepastian
dan menjamin utang, bukanlah maksudnya untuk untuk dicari hasil dan
keuntungan. Jika seperti itu maka tidak halal bagi murtahin memanfaatan
barang gadaian meskipun diizinkan oleh raahin karena hal itu termasuk
pinjaman yang menarik manfaat dan termasuk riba. Tentunya hal ini apabila
rahn tersebut bukan berupa hewan yang bisa ditunggangi atau hewan yang
bisa diambil susunya.
Jika berupa binatang, maka murtahin berhak memanfaatkan sesuai
nafkah yang diberikan kepadanya. Jika murtahin telah menafkahinya, maka
ia berhak memanfaatkan sehingga ia boleh menungganginya jika bisa
ditunggangi seperti unta, kuda, bighal dsb.Demikian juga menaruh barang
ke atasnya atau mengambil susunya seperti sapi,kambing dsb.
Tidak halal bagi murtahin memanfaatkan barang gadaian meskipun
diizinkan oleh raahin karena hal itu termasuk pinjaman yang menarik
manfaat dan termasuk riba
6. Pengertian akad secara bahasa : Menurut aspek bahasa, akad berasal
dari bahasa Arab, yaitu `aqada – ya’qidu – ‘aqdan yang berarti persetujuan
atau perjanjian. Akad diartikan juga ar-rabthu (ikatan) dan al-ittifaq
(kesepakatan).
Pengertian akad secara umum : Segala perbuatan yang di kerjakan oleh
seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, pembebasan,
talak, sumpah, atau perbuatan yang membutuhkan keinginan dua belah
pihak seperti jual beli, perwakilan, dan gadai. (Zuhaili, 1989: 80).
Pengertian akad secara khusus : Perikatan yang ditetapkan dengan ijab
qabul berdasarkan ketentuan syara` yang berdampak pada objeknya.

7. Rukun dan Syarat Akad Menurut Mayoritas Ulama dengan


Perbedaan Pendapat Fuqaha Hnafiyah
 Menurut Jumhur Fuqaha rukun akad ( Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 2
:469 ) terdiri atas :
1. Al-Aidain yaitu para pihak yang terlibat langsung dengan akad.
Contoh : penjual dan pembeli dan disyaratkan baligh, berakal dengan
kehendak sendiri.
2. Maqud Alaih yaitu objek akad yaitu sesuatu yang diakadkan
Contoh :- Maqud Alaih harus sesuai dengan ketentuan syara’
 Barang itu dapat diserahkan waktu akad
 Maqud Alaih adalah milik sendiri orang yang berakad.

3. Sighat Akad, pernyataan kalimat akad yang lazimnya dilaksanakan melalui


pernyataan ijab dan qabul, disyaratkan :
 Keadaan ijab dan qabul berhubungan dan tidak berselang
lama
 Makna keduanya hendaklah mufakat walaupun lafadz
keduanya berlainan.
 Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu, seperti
sebulan,setahun,tidak sah.
Menurut Fuqaha Hanfiyah mempunyai pandangan berbeda dengan Jumhur
Fuqaha bagi mereka rukun akad adalah unsur-unsur pokok pembentuk akad dan
unsur tersebut hanya ada satu yakni ijb dan qabul. Al-Aqidain dan Maqud Alaih
bukan merupakan rukun akad sebab keberadaanya sudah pasti. Berdasarkan
pengertian ini, maka jika dihubungkan dengan pembhasan rukun akad dapat
dijelaskan bahwa rukun akad adalah kesepakatan dua kehendak yakni ijab dan
qabul.

8. Pengertian Akad maliyah, Akan ghairu maliyah, Akad Tabarru`,


Akad Tijari
 Akad maliyah, yaitu semua akad yang melibatkan harta atau benda tertentu.
Baik untuk transaksi komersial, seperti jual-beli maupun non komersial,
seperti hibah, hadiah. Termasuk juga akad terkait dengan pekerjaan dengan
kompensasi tertentu, seperti akad mudharabah, muzara`ah atau musaqah.
 Akan ghairu maliyah, adalah akad yang hanya terkait dengan perbuatan saja
tanpa ada kompensasi tertentu. Seperti akad hudnah (perjanjian damai),
mewakilkan, wasiat, dll.
 Akad Tabarru` (akad non komersial). Contoh akad hibah, `ariyah, wadi`ah,
wakalah, rahn, wasiat, hutang-piutang, dll
 Akad Tijari (akad komersial) Contoh : jual beli,salam,ijarah,
mudharabah,musaqah,istishna dll.
9. Kondisi yang Mengakibatkan Suatu Akad Berakhir
Berakhirnya akad berbeda fasakh dan batalnya akad. Berakhirnya akad
karena fasakh adalah rusak atau putusnya akad yang mengikat
antaramuta’aqidain (kedua belah pihak yang melakukan akad) yang disebabkan
karena adanya kondisi atau sifat-sifat tertentu yang dapat merusak iradah. Akat
yang batal adalah akad yang menurut dasar dan sifatnya tidak diperbolehkan
seperti akad yang tidak terpenuhi salah satu rukun atau syaratnya. Sedangkan
berakhirnya akad adalah berakhirnya ikatan antara kedua belah pihak yang
melakukan akad (mujib dan qabil) setelah terjadinya atau berlangsungnya akad
secara sah.
Para fuqaha berpendapat bahwa suatu akad dapat berakhir apabila:
 Telah jatuh tempo atau berakhirnya masa berlaku akad yang telah
disepakati, apabila akad tersebut memiliki proses waktu. Seperti pada
akad ijarah yang telah habis masa kontraknya.
 Terealisasinya tujuan daripada akad secara sempurna. Misalnya pada
akadtamlikiyyah yang bertujuan perpindahan hak kpemilikan dengan pola
akad jual beli, maka akadnya berakhir ketika masing-masing pihak yang
telah melakukan kewajiban dan menerima haknya. Penjual telah
menyerahkan barangnya dan pembeli memberikan staman/harga yang telah
disepakati.
 Berakhirnya akad karena fasakh atau digugurkan oleh pihak-pihak yang
berakad. Prinsip umum dalam fasakh ialah masing-masing pihak kembali
kepada keadaan seperti sebelum terjadi akad atau seperti tidak pernah
berlangsung akad. Berakhirnya akad karena fasakh ada kalanya
bersifat muntanad(berlaku surut), ada kalanya bersifat mughtashar (tidak
berlaku surat). Pada kasus pencabutan pemberian kuasa. Maka
segalatasharrufnya yang telah dilakukan sebelum fasakh tetap berlaku,
karena pencabutan kuasa tidak berlaku surut tetapi berlaku
semenjak fasakh.
akad dipandang berakhir juga apabila terjadi fasakh, fasakh terjadi dengan
sebab-sebab sebagai berikut:
 Di fasakh karena adanya hal-hal yang tidk dibenarkan syara’.
 Dengan sebab adanya khiyar, baik khiyar rukyat, cacat, syarat atau majelis.
 Salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan karena merasa
menyesal atas akad yang baru saja dilakukan.
 Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Dalam hubungan ini para
ulama fiqh menyatakan bahwa tidak semua akad otomatis berakhir dengan
wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad. Akad yang bisa
berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad, di
antaranya adalah akad sewa menyewa, ar-rahn, al-kafalah, ays-syirkah, al-
wakalah, dan al-muzara’ah. Akad juga akan berakhir dalam bai’al-fudhuli
(suatu bentuk jual beli yang keabsahan akadnya tergantung pada persetujuan
orang lain) apabila tidak mendapat persetujuan dari pemilik modal.

10. Pengertian Jual Beli Menurut Bahasa dan Istilah


Jual beli dalam bahasa arab disebut Al-bai. Menurut bahasa, jual beli
artinya pertukaran secara mutlak (Sabiq, 1977: 46). Adapun menurut
istilah adalah penukaran barang dengan uang antara penjual dan pembeli
dengan cara tertentu yang telah disepakati.

11. Rukun Jual Beli Disertai Syaratnya


 Rukun Jual beli
1. Adanya ‘aqid (‫ )عاقد‬yaitu penjual dan pembeli.
2. Adanya ma’qud ‘alaih yaitu adanya harta (uang) dan barang yang dijual.
3. Adanya sighat (‫ )صيغة‬yaitu adanya ijab dan qobul. Ijab adalah penyerahan
penjual kepada pembelisedangkan qobul adalah penerimaan dari pihak
pembeli.

 Syarat jual beli

1. Adanya keridhaan antara penjual dan pembeli


2. Orang yang mengadakan transaksi jual beli seseorang yang dibolehkan
untuk menggunakan harta. Yaitu seorang yang baligh, berakal, merdeka dan
rasyiid (cerdik bukan idiot).
3. Penjual adalah seorang yang memiliki barang yang akan dijual atau yang
menduduki kedudukan kepemilikkan, seperti seorang yang diwakilkan untuk
menjual barang.
4. Barang yang di jual adalah barang yang mubah (boleh) untuk diambil
manfaatnya, seperti menjual makanan dan minuman yang halal dan bukan
barang yang haram seperti menjual khamr (minuman yang memabukkan), alat
musik, bangkai, anjing, babi dan yang lainnya.
5. Barang yang dijual/di jadikan transaksi barang yang bisa untuk diserahkan.
Dikarenakan jika barang yang dijual tidak bisa diserahkan kepada pembeli maka
tidak sah jual belinya. Seperti menjual barang yang tidak ada. Karena termasuk
jual beli gharar (penipuan). Seperti menjual ikan yang ada air, menjual burung
yang masih terbang di udara.
6. Barang yang dijual sesuatu yang diketahui penjual dan pembeli, dengan
melihatnya atau memberi tahu sifat-sifat barang tersebut sehingga membedakan
dengan yang lain. Dikarenakan ketidak tahuan barang yang ditransaksikan
adalah bentuk dari gharar.

12. Perbedaan Antara Khiyar Aib dan Khiyar Tadlis


Khiyar `aib(hak pilih karena cacat barang), yaitu khiyar yang berhak bagi
pembeli ketika menemukan cacat pada barang yang dibelinya yang tidak
diberitahukan penjual atau penjual tidak mengetahuinya, dan nilai barang
menjadi berkurang karena cacat tersebut . Sedangkan khiyar tadlis yaitu
seorang penjual menipu pembeli dengan melebihkan harga barang.
13. Pengertin Al-Qardh Menurut Bahasa dan Istilah
Al-Qardh (Hutang Piutang) secara estimologi (bahasa) ialah Al-Qath`u
yang berarti memotong. Dan menurut istilah, hutang piutang adalah
perjanjian akad antara dua orang, salah satunya memberikan harta kepada
orang lainnya. Lalu orang yang menerima harta itu akan
mengembalikannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
14. Jelaskan Secara Rinci Hukum Hutang Piutang
Hutang – Piutang dianggap sah secara hukum apabila dibuat suatu
perjanjian. Yakni perjanjian yang berdasarkan hukum yang diatur pada Pasal 1320
KUHPerd, meliputi antara lain :
 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya >> Bahwa semua pihak
menyetujui materi yang diperjanjikan, tidak ada paksaan atau dibawah
tekanan.
 Cakap untuk membuat perjanjian >> Kata mampu dalam hal ini adalah
bahwa para pihak telah dewasa, tidak dibawah pengawasan karena prerilaku
yang tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam undang-undang
dilarang membuat suatu perjanjian tertentu.
 Mengenai suatu hal tertentu >> Perjanjian yang dilakukan menyangkut
obyek/hal yang jelas.
 Suatu sebab yang halal >> Adalah bahwa perjanjian dilakukan dengan itikad
baik bukan ditujukan untuk suatu kejahatan. Terlepas dari 4 point itu maka
perjanjian dapat dibatalkan dan batal demi hukum. Syarat pertama dan
kedua menyangkut subyek, sedangkan syarat ketiga dan keempat mengenai
obyek. Terdapatnya cacat kehendak (keliru, paksaan, penipuan) atau tidak
cakap untuk membuat perikatan, mengenai subyek mengakibatkan
perjanjian dapat dibatalkan. Sementara apabila syarat ketiga dan keempat
mengenai obyek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.
Berangkat dari uraian pengertian singkat diatas, maka penyelesaian masalah
hukum terkait hutang – piutang yang dibuat atas dasar perjanjian yang akan
kita bahas.

15. Rukun dan Syarat Hutang Piutang


Dalam Hutang Piutang Harus Sesuai Rukun yang Ada :
1.Ada yang berhutang / peminjam / piutang / debitor
2.Ada yang memberi hutang / kreditor
3.Ada ucapan kesepakatan atau ijab qabul / qobul
4.Ada barang atau uang yang akan dihutangkan

Syarat Hutang Piutang :


1. Harta yang dihutangkan adalah jelas dan murni halal
2. Mengetahui jumlah harta yang dipinjamkan dan sifat barang yang
dipinjamkan
3. Pihak yang piutang(peminjam) niatnya adalah untuk mendapat Ridho
Allah SWT
4. Pemberi hutang tidak mengungkit-ungkit masalah hutang dan tidak
menyakiti pihak yang meminjam.

16. Hukum Menambah Jumlah Nilai Pengembalian Hutang


Melebihkan bayaran dari sebanyak hutang, kalau kelebihan itu memang
kemauan yang berhutang dan tidak atas perjanjian sebelumnya, maka kelebihan itu
boleh (halal) bagi yang menghutangkannya, dan menjadi kebaikan untuk orang
yang membayar hutang.
Sabda Rasulullah SAW :
“Maka sesungguhnya sebaik-baik kamu ialah orang yang sebaik-baiknya pada
waktu membayar hutang” (Muttafaqun ‘Alaih).
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah telah berhutang hewan,
kemudian beliau bayar dengan hewan yang lebih tua umurnya daripada hewan yang
yang beliau hutang itu”, dan Rasulullah bersabda, “Orang yang paling baik diantara
kamu ialah orang yang dapat membayar hutangnya dengan yang lebih baik”. (HR.
Ahmad & Tirmidzi).
Adapun tambahan yang dikehendaki oleh yang berpiutang atau telah
menjadi perjanjian sewaktu akad, hal itu tidak boleh. Tambahan itu tidak halal atas
yang berpiutang untuk mengambilnya.
Sabda Rasulullah SAW :
“Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat, maka itu salah satu dari beberapa
macam riba” (HR Baihaqi).

17. Pengertian Ariyah dan Contohnya

Ariyyah atau ‘Ariyah diartikan dalam pengertian etimologi (lughat) dengan


beberapa macam makna, yaitu:

‘Ariyah adalah nama untuk barang yang dipinjam oleh umat manusia secara
bergiliran antara mereka. Perkataan itu diambil dari masdar at ta’wur dengan
memakai artinya perkataan at tadaawul. ‘Ariyah adalah nama barang yang
dituju oleh orang yang meminjam. Jadi perkataan itu diambil dari akar kata
‘arahu-ya’ruuhu-‘urwan.

‘Ariyah adalah nama barang yang pergi dan datang secara cepat. Diambil
dari akar kata ‘aara yang artinya pergi dan datang dengan secara cepat. Secara
terminologi Al Ariyah ialah adalah kebolehan memanfaatkan barang yang
masih utuh yang masih di gunakan, untuk kemudian dikembalikan pada
pemiliknya. Peminjaman barang sah dengan ungkapan atau perbuatan apapun
yang menunjukkan kepadanya peminjaman dilakukan berdasarkan alquran,
sunnah, dan ijma ulama.
Contohnya : Seorang meminjam motor kepada orang lain untuk pergi ke
suatu tempat lalu ia mengembalikannya.

18. Syarat-syarat ‘Ariyah


 Orang yang meminjamkan (Mu’ir) dan peminjam (Musta’ir) adalah
orang yang sah melakukan tindakan hokum.
 Barang yang dipinjamka (Mu’ar) itu milik pemberi pinjaman, barang
itu bermanfaat da nada hak meminjamkan dari pemilikya.
 Manfaat yang diambil oleh peminjam dibolehkan hukum (Al Fiqh Al-
Muyassar, 6: 191). Misal, tidak sah meminjamkan bejana dari emas
atau perak untuk dipakai minum.
 Kedua belah pihak melakukan serah terima baik secara lisan maupun
secara tertulis.
 Barang yang dipinjamkan harus tetap setelah dimanfaatkan , jika
berupa barang yang akan binasa seperti makanan, maka tidak sah
meminjamkannya.

19. Pengertian Rahn


Secara bahasa, rahn atau gadai berasal dari kata ats-tsubutu yang berarti tetap
dan ad-dawamu yang berarti terus menerus. Sehingga air yang diam tidak
mengalir dikatakan sebagai maun rahin. Dan Rahn dalam istilah positif Indonesia
disebut dengan barang jaminan, dan dalam islam rahn merupakan sarana saling
tolong menolong bagi ummat islam Pengertian secara bahasa tentang rahnini
juga terdapat dalam firman Allah SWT :
ْ َ‫ َك ًّل نَ ْف ٍس ِب َما َك َسب‬.20
‫ت َر ِه ْينَة‬
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.(QS. Al-
Muddatstsr : 38)

Ar-Rahn merupakan perjanjian penyerahan barang untuk menjadi agunan


dari fasilitas pembayaran yang diberikan. Ada beberapa definisi yang
dikemukakan oleh ulama fiqh. Ulama Mazhab Maliki mendefinisikan rahn
sebagai harta yang bersifat mengikat.
Perjanjian gadai dalam Islam disebut rahn, yaitu perjanjian menahan
sesuatu barang sebagai tanggungan utang. Kata rahn menurut bahasa berarti
“tetap”, “berlangsung” dan “menahan”. Sedangkan menurut istilah berarti
menjadikan sesuatu benda bernilai menurut pendangan syara’ sebagai
tanggungan utang; dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau
sebagaian utang dapat diterima (Basyir, 1983: 50)

20.Rukun Rahn
Mayoritas ulama memandang rukun Ar-Rahn (gadai) ada empat, yaitu :
 Ar-Rahn atau Al Marhuun (barang yang digadaikan)
 Al Marhun bihi (hutang)
 Shighah
 Dua pihak yang bertransaksi yaitu Rahin (orang yang menggadaikan)
dan Murtahin (pemberi hutang)
Sedangkan madzhab Hanafiyah memandang Ar-Rahn (gadai) hanya memiliki satu
rukun yaitu shighah, karena ia pada hakekatnya adalah transaksi.
Sedangkan syarat dalam Ar-Rahn adalah sebagai berikut:
 Syarat yang berhubungan dengan yang melakukan transaksi, yaitu orang
yang menggadaikan barangnya adalah baligh, berakal dan rusyd (kemampuan
mengatur).[17]
 Syarat yang berhubungan dengan Al Marhun (barang gadai) ada dua,yaitu:
a. Barang gadai tersebut adalah milik orang yang manggadaikannya atau yang
dizinkan baginya untuk menjadikannya sebagai jaminan gadai
b. Barang gadai tersebut harus diketahui ukuran, jenis dan sifatnya, karena Ar-
Rahn adalah transaksi atau harta sehingga disyaratkan hal ini.
 Syarat berhubungan dengan Al-Marhun bihi (hutang) adalah hutang yang
wajib atau yang akhirnya menjadi wajib.

21. Hukum Murtahin Memanfaatkan Barang Rahn


Akad rahn adalah akad yang dimakasudkan untuk mencari kepastian
dan menjamin utang, bukanlah maksudnya untuk untuk dicari hasil dan
keuntungan. Jika seperti itu maka tidak halal bagi murtahin memanfaatan
barang gadaian meskipun diizinkan oleh raahin karena hal itu termasuk
pinjaman yang menarik manfaat dan termasuk riba. Tentunya hal ini apabila
rahn tersebut bukan berupa hewan yang bisa ditunggangi atau hewan yang
bisa diambil susunya.
Jika berupa binatang, maka murtahin berhak memanfaatkan sesuai
nafkah yang diberikan kepadanya. Jika murtahin telah menafkahinya, maka
ia berhak memanfaatkan sehingga ia boleh menungganginya jika bisa
ditunggangi seperti unta, kuda, bighal dsb.Demikian juga menaruh barang
ke atasnya atau mengambil susunya seperti sapi,kambing dsb.
Tidak halal bagi murtahin memanfaatkan barang gadaian meskipun
diizinkan oleh raahin karena hal itu termasuk pinjaman yang menarik
manfaat dan termasuk riba. Ijarah diambil dari kata Ajr artinya upah atau
balasan. Secara syara` ijarah adalah akad terhadap manfaat dengan adanya
upah.

22. Ijarah diambil dari kata Ajr artinya upah atau balasan. Secara syara` ijarah
adalah akad terhadap manfaat dengan adanya upah.

23. Rukun dan syarat ijarah


A. orang yang menyewakan dan penyewa,syaratnya :
Masing- masingnya disyaratkan harus berakal dan mumayyiz ( bisa
membedakan). Jika salah satunya ada yang gila atau anak-anak belum
mumayyiz, maka akad tidak sah. Ulama madzhab syafi`I dan Hanbali
menambahkan lagi syarat berikutnya yaitu baligh oleh karenanya, tidak sah
menurut mereka akad anak-anak meskipun sudah tamyiz.
B. Manfaat ijarah, syaratnya :
1. Dapat diketahui.
2. Mubah (dibolehkan) untuk dimanfaatkan.
3. Dapat diperhitungkan dengan jelas (upah berupa harta bernilai
yang ditentukan).
4. Dapat diberikan oleh pihak yang menyewakan.
5. Dibatasi sesuai dengan perjanjian (waktunya ditentukan).
6. Dapat diberikan oleh pihak yang menyewakan.
C. Akad, disyaratkan ijab dan qabul dengan lafaz ijarah, kiraa` (sewa) dan
kata-kata yang muncul dari kedua kata itu dan semua lafaz yang
menunjukkan demikian (Sabiq, 1977, 3: 180).
24. Sebuah akad ijarah itu menjadi batal
1. Batalnya Sewa Menyewa
Pada dasarnya sewa menyewa dapat batal apabila:
1. Habis waktu sewa yang telah ditentukan . meskipun salah satu pihak
meninggal dunia sebelum waktunya perjanjian, maka sewa menyewa
tidak batal, karena dapat berpindah kepada ahli waris.
2. Rusaknya barang atau benda yang disewakan sebelum diserahkan.
Apabila barang itu rusak pada penyewa, maka wajib menggantinya
sesuai dengan perjanjian (jika kerusakan itu disebabkan keteledoran
penyewa). (Sabiq, 1977, 3: 199).

25. Pengertian wakalah


Wakalah artinya penyerahan seseorang kepada orang lain agar ia
menggantikan posisinya dalam hal-hal yang bsia diwakilkan.

26. rukun Wakalah itu hanya ijab qabul. Ijab merupakan pernyataan
mewakilkan sesuatu dari pihak yang memberi kuasa dan qabul adalah
penerimaan pendelegasian itu dari pihak yang diberi kuasa tanpa harus
terkait dengan menggunakan sesuatu lafaz tertentu.

HALAMAN 68-69

Pertanyaan dan Jawaban


1. Jelaskan pengertian wakalah?
Wakalah artinya penyerahan seseorang kepada orang lain agar ia
menggantikan posisinya dalam hal-hal yang bsia diwakilkan.

Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian, atau


pemberian mandat.
Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak
pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang
diwakilkan (dalam hal ini pihak kedua) hanya melaksanakan sesuatu sebatas
kuasa atau wewenang yang diberikan oleh pihak pertama, namun apabila
kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan, maka semua resiko
dan tanggung jawab atas dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya
menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa.

2. Diantara rukun wakalah adalah ijab dan qabul, terangkan ijab dan
qabul berkenaan akad wakalah?

rukun Wakalah itu hanya ijab qabul. Ijab merupakan pernyataan


mewakilkan sesuatu dari pihak yang memberi kuasa dan qabul adalah
penerimaan pendelegasian itu dari pihak yang diberi kuasa tanpa harus
terkait dengan menggunakan sesuatu lafaz tertentu.

3. Jelaskan perbedaan Antara hibah, sedekah, infak dan hadiah?


a. Infaq

Infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan bukan zakat.
Infaq ada yang wajib dan ada yang sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat,
kafarat, nadzar, dll. Infak sunnah diantara nya, infak kepada fakir miskin
sesama muslim, infak bencana alam, infak kemanusiaan, dll. Terkait dengan
infak ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari
dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore : “Ya
Allah SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata yang lain :
“Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran”.Infaq adalah
mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Infaq ada yang
wajib dan ada yang sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar,
dll.

b. Zakat

Zakat menurut bahasa artinya adalah “berkembang” (an namaa`) atau


“pensucian” (at tath-hiir). Adapun menurut syara’, zakat adalah hak yang
telah ditentukan besarnya yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu
(haqqun muqaddarun yajibu fi amwalin mu’ayyanah) (Zallum, 1983 : 147).

Dengan perkataan “hak yang telah ditentukan besarnya” (haqqun


muqaddarun), berarti zakat tidak mencakup hak-hak –berupa pemberian
harta– yang besarnya tidak ditentukan, misalnya hibah, hadiah, wasiat, dan
wakaf. Dengan perkataan “yang wajib (dikeluarkan)” (yajibu), berarti zakat
tidak mencakup hak yang sifatnya sunnah atau tathawwu’, seperti shadaqah
tathawwu’ (sedekah sunnah). Sedangkan ungkapan “pada harta-harta
tertentu” (fi amwaalin mu’ayyanah) berarti zakat tidak mencakup segala
macam harta secara umum, melainkan hanya harta-harta tertentu yang telah
ditetapkan berdasarkan nash-nash syara’ yang khusus, seperti emas, perak,
onta, domba, dan sebagainya.

c. shadaqah
shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah,
tanpa disertai imbalan

d. hadiah
Hadiah atau hibah atau kado adalah pemberian uang, barang, jasa dll yang
dilakukan tanpa ada kompensasi balik seperti yang terjadi dalam
perdagangan, walaupun dimungkinkan pemberi hadiah mengharapkan
adanya imbal balik, ataupun dalam bentuk nama baik (prestise) atau
kekuasaan. Dalam hubungan manusia, tindakan pertukaran hadiah berperan
dalam meningkatkan kedekatan sosial.

4. Terangkan rukun dan syarat hibah?


Rukun dan syarat hibah
a. Orang yang memberi syaratnya:
1) Cakap bertindak sendiri (dewasa dan berakal)
2) Atas kehendak sendiri (tidak ada paksaan)
3) Tidak untuk maksud sia-sia atau pemborosan
b. Orang yang diberi, syaratnya:
1) Berhak memiliki
2) Tidak sah kepada anak yang masih berada dalam kandungan dan
kepada binatang karena keduanya tidak dapat memiliki
c. Ijab Qabul (serah terima)
d. Barang ang diberikan, disyaratkan hendaknya barang yang mubah

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan waqaf?


Waqaf menurut bahasa yaitu mennahan (al-habsu). Menurut istilah
menahan sesuatu benda yang kekal zatnya dan mengambil manfaatna untuk
kebaikan.

6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan mudharabah?


Mudharabah/Memberi modal, dari segi bahasa artinya memberi pinjaman,
sedangkan arti menurut syara’ adalah bentuk kerja sama dimana seorang
memberi modal kepada orang lain ntuk diniagakan dan keuntungannnya
dibagi menurut perjanjian yang telah disepakati

7. Sebutkan rukun dan syarat mudharabah?

a. Pemilik dana yaitu orang yang memberi modal. Pengusaha (Mudharib /


orang yang menerima pinjaman). Baik pemilik dan pengusaha,
eduannya disyaratkan harus berakal, baligh, dan merdeka. Dengan kata
lain, keduannya orang yang cakap melakukan perbuatan hukum.
b. Harta (modal usaha) berwujud uang atau yang lainnya dan diketahui
jumlahnya secara jelas.
c. Pekerjaan atau kegiatan usaha.
d. Keuntungan, syaratnya:bagian masing-masing dari keuntungan tersebut
telah ditentukan pada akad.

8. Jelaskan dalil-dalil yang mensyariatkan bolehnya mudharabah?


Mudharabah hukumnya boleh berdasarkan dalil-dalil berikut:

a. Al-Qur’an:

1. Firman Allah: “Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-
orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di
jalan Allah..”. (QS. al-Muzzammil: 20)

Dan firman-Nya: “Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”


(QS. al-Ma’idah: 1)

2. Firman Allah: “Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang


lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”. (QS. Al-Baqarah: 283] dan [QS.
al-Ma’idah: 1)

b. Al-Hadits:

1. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma meriwayatkan bahwa Abbas bin Abdul


Muthallib (paman Nabi) jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia
mensyaratkan kepada mudharib (pengelola)nya agar tidak mengarungi
lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika
persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib/pengelola) harus menanggung
resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar
Rasulullah, beliau membenarkannya.” (HR. Al-Baihaqi di dalam As-Sunan
Al-Kubra (6/111))

2. Shuhaib radhiyallahu anhu berkata: Rasulullahbersabda: “Ada tiga hal


yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah
(mudharabah), dan

mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan


untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)

c. Ijma:

Para ulama telah berkonsensus atas bolehnya mudharabah. (Bidayatul


Mujtahid, karya Ibnu Rusyd (2/136))

Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib)


harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari
mereka. karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’. (al-Fiqhu al-Islami wa
Adillatuhu, Wahbah Zuhaily, 4/838)

9. Qiyas. Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.

10. Kaidah fiqih: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

9. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan riba?


Riba menurut bahasa artinya tambahan atau kelebihan. Dedangkan menurut
istilah yang disebut riba adalah tambahan atau kelebihan atas modal (yang
diperoleh seorang pada saat menerima pembayaran hutang atau pada saat
tuka-menukar barang yang sejenis.

10. Termasuk macam-macam riba, yaitu riba nasiah, apakah yang


dimaksud riba nasiah ini?
Riba nasiah adalah penukaran yang disyaratkan terlambat salah satu dari
dua barang Maksudnya, tambahan yang diperoleh karena keterlambatan
membayar hutang. Karena itu riba nasiah isebut juga riba bertempo lebih
lama tempo orang yang berhutang, maka lebih besar tambahan yang harus
dibayar.

11. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan murabahah?


Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti
kelebihan dan tambahan (keuntungan). Sedangkan definisi para ulama
terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang
diketahui kedua belah transaktor (penjual dan pembeli) dengan keuntungan
yang diketahui keduannya.

12. Jelaskan apa yang dimaksud dengan akad salam?


Salam disebut juga salaf adalah jual eli barang yang ditunda yang disifati
dan masih dalam tanggungan dengan bayaran yang didahulukan para
fuqaha’ menamainya dengan nama bai’ul mahaawij, karena hal tersebut
merupakan jual beli barang yang gha’ib (belum ada) yang perlu dilakukan
oleh penjual dan pembeli dimana pemilik uang butuh membeli barang
sedangkan pemilik barang butuh memiliki uang sebelum barang itu ada
padanya untuk dipakai buat dirinya dan untuk dibelanjaka buat tanamanya
misalnya agar buahnya dpat matang dengan baik, hal ini termasuk maslahat
haajiyan (kebutuhan).

13. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan akad Istishna?

Akad Istishna’ ialah akad yang terjalin Antara pemesan sebagai pihak 1
dengan seorang prdusen suatau barang atau yang serupa sebagai pihak ke-
2, agar pihak ke-2 membuatkan suatu barang sesuai yang diinginkan
14. Jelaskan perbedaan Antara akad salam dan akad istishna?
SUBYEK SALAM ISTISHNA’ ATURAN & KET
Pokok Muslam Fiih Masnu’ Barang ditangguhkan
Kontrak dengan spesifikasi
Harga Dibayar saat Pembayaran Cara penyelesaian
kontrak diangsur pembayaran
merupakan perbedaan
utama antara salam
dan istishna’
Sifat kontrak Mengikat secara Mengikat secara Salam mengikat
asli ikutan semua pihak sejak
semula, sedangkan
istishna’ menjadi
pengikat untuk
melindungi produsen
agar tidak
ditinggalkan begitu
saja oleh konsumen
secara tidak
bertanggung jawab.
Kontrak Salam paralel Istishna’ paralel Baik salam paralel
paralel maupun istishna’
parallel sah asalkan
kedua kontrak secara
hokum adalah
terpisah.

15. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan akad hiwalah?

Hiwalah adalah memindahkan utang dari tanggungan muhiil (pengutang


pertama) kepada tanggungan muhaal ‘alaih (pengutang kedua). Dalam
hiwalah ada istilah muhiil, muhaal dan muhaal’alaih. Muhiil artinya orang
yang berhutang, sedangkan muhaal artinya pemberi utang, muhaal’alaih
adalah orang yang akan membayar utang.

16. Jelakan hikmah dan sebutkan dalil-dalil yang menyariatkan akad


hiwalah?
Imam Bukhari dan Muslim meiwayatkan dari Abu Hurairah bahwa
Raulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Menunda membayar
utang bagi orang kaya adalah kezaliman dan apabila seorang dari kalian
utangnya dialihkan kepada rang kaya hendaklah dia ikuti.”
17. Terangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad hiwalah?
Syarat sah hiwalah adalah :
1. Muhiil (pengutang) dan muhaal (pemberi utang) ridha, tanpa perlu
keridhaan si muhaal’alaihi (peminjam kedua).
2. Sama hak yang ditagihnya itu baik jenisnya, jumlah utangnya, jatuh
tempo pembayarannya, bagusnya barang ataupun tidak. Oleh karena itu,
tidak salh hiwalah apabila utangnya berupa emas lalu dihawalahkan
kepada yang lain dengan mengambil gantinya berupa perak.
3. Muhaal’alaih menanggung utang, karena konsekwnsinya adalah
membenani muhaal’alaih untuk membayar.
4. Maing-masing hak tersebut diketahui.

18. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan sharf?


Pengertian Jual Beli Al- Sharf
Al-sharf secara etimologi artinya Al-Ziyadah (penambahan), Al-‘Adl
(seimbang), penghindaran, pemalingan penukaran, atau transaksi jual beli.
Kadang-kadang Al-Sharf dipahami berasal dari kata Sharafa yang artinya
membayar dengan penambahan.
Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Atau
sharf (money changing) adalah menjual nilai sesuatu dengan nilai sesuatu
yang lain, meliputi emas dengan emas,, perak dengan perak, dan emas
dengan perak. Dalam kamus istilah fiqh disebutkan bahwa Ba'i Sharf adalah
menjual mata uang dengan mata uang (emas dengan emas). Adapun
menurut istilah adalah sebagai berikut:

a. Menurut istilah fiqh, Al-Sharf adalah jual beli antara barang sejenis atau
antara barang tidak sejenis secara tunai.
Seperti memperjualbelikan emas dengan emas atau emas dengan perak baik
berupa perhiasan maupun mata uang. Praktek jual beli antar valuta asing
(valas), atau penukaran antara mata uang sejenis.

b. Menurut Heri Sudarsono, Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta
dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli mata uang asing (valuta asing)
dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang yang sejenis, misalnya
rupiah dengan rupiah maupun yang tidak sejenis, misalnya rupiah
dengan dolar atau sebaliknya.

c. Menurut Tim Pengembangan Institut Bankir Indonesia, Sharf adalah


jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya untuk melakukan
transaksi valuta asing menurut prinsip-prinsip Sharf yang dibenarkan
secara syari'ah.

d. Adapun menurut ulama fiqh Sharf adalah sebagai memperjualbelikan


uang dengan uang yang sejenis maupun tidak sejenis.
Dalam literatur klasik, pembahasan ini ditemukan dalam bentuk jual beli
dinar dengan dinar, dirham dengan dirham, atau dinar dengan dirham. Satu
dinar menurut Syauqi Ismail Syahatah (ahli fiqh dari Mesir), bernilai 4,51
gram emas. Menurut jumhur ulama 1 dinar adalah 12 dirham dan menurut
ulama Madzhab Hanafi, 10 dirham. Perbedaan harga dinar tersebut terjadi
karena fluktuasi mata uang pada zaman mereka masing-masing.

19. Terangkan apa saja syarat-syarat sharf?


Syarat Al – Sharf
- Serah terima sebelum Iftirak (berpisah)
Maksudnya ialah transaksi tukar menukar dilakukan sebelum kedua belah
pihak berpisah. Hal ini berlaku pada penukaran mata uang yang berjenis
sama maupun berbeda. Oleh karena itu, kedua belah pihak hrus melakukan
serah terima sebelum keduanya berpisah serta tidak boleh menunda
pembayaran salah satu antara keduanya. Apabila syarat tersebut tidak
dipenuhi maka hukumnya tidak sah.
- Al – Tamaksul ( Sama rata)
Pertukaran uang yang nilainya tidak sama rata, maka hukumnya haram.
Syariat ini berlaku pada pertukarran uang yang satu atau yang sejenis.
Sedangkan pertukaran yang jenisnya berbeda, maka boleh tidak sama rata.
- Pembayaran dengan tunai
Tidak sah hukumnya apabila terdapat penundaaan pembayaran, baik
penundaan itu dari satu pihak atau dari pihak – pihak lain.
- Tidak mengandung akad khiyar syarat
Apabila terdapat khiyar syarat pada aqad Al – Sharf, baik syarat tersebut
dari satu atau kedua belah pihak, maka menurut jumhur ulama’ hukumnya
tidak sah.

20. Jeskan apakah yang dimaksud dengan kafalah?


Menurut bahasa Al-kafalah menurut bahasa berarti al-dhaman (jaminan),
hamalah (beban) dan zama’ah (tanggungan)
Menurut syara’
a. . Menurut madzhab Syafi’i
Al-Kafalah adalah “akad yang menetapkan iltizam hak yang tetap pada
tanggungan (beban) yang lain atau menghadirkan zat benda yang dibebankan atau
menghadirkan badan oleh orang yang berhak menghadirkannya.
b. Menurut madzhab Maliki
Al-Kafalah adalah “Orang yang mempunyai hak mengerjakan tanggungan
pemberi beban serta bebannya sendiri yang disatukan, baik menanggung pekerjaan
yang sesuai (sama) maupun pekerjaan yang berbeda.
c. Menurut Sayyid Sabiq,
pengertian kafalah adalah proses penggabungan tanggungan kafil menjadi
beban asjhil dalam tuntutan dengan benda (materi) yang sama, baik utang, barang,
maupun pekerjaan.

21. Jelaskan apa saja rukun-rukun pada akad kafalah?


1. Adh-Dhamin (orang yang menjamin)
2. Al-Madhmun lahu (orang yang berpiutang)
3. Al-Madhmun ‘anhu (orang yang berhutang)
4. Al-Madhmun (objek jaminan) berupa hutang, uang, barang atau orang
5. Sighah (akad/ijab)

Anda mungkin juga menyukai