Anda di halaman 1dari 24

Nama : MUHAMAD AMZAD

NIM : 10190064
KELAS : SA.C
RESUME : Kel 1 Tinjauan Umum Fiqih Muamalah.

Pengertian Fiqih Muamalah.


Fiqih secara bahasa paham, memahami, mengetahuan dan mendalami
ajaran-ajaran agama secara keseluruhan. Fiqih secara istilah adalah “ilmu yang
membahas tentang hukum-hukum syariat bidang amaliyah (pebuatan nyata) yang
diambil dari dalil-dalil rinci. Muamalah berasal dari kata yang semakna dengan
mufa'alah yaitu saling berbuat yang menggambarkan adanya suatu aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Dengan demikian, muamalah berarti
hukum syara yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang menyangkut
urusan keduniaan.
Fiqih muamalah juga didefinisikan sebagai berikut pengetahuan yng
mendalam tentang hukum-hukum berkaitan dengan pertukaran harta yang
mengungkap tujuan, illat dan sumber hukum hukum tersebut kemudian
mengaitkannya dengan maqosid syariah yang bersifat general sehingga
dikemukinkan untuk menerapkan hukum hukum tersebut pada kasus-kasus baru.
Ruang Lingkup Muamalah Berdasarkan pengertian fiqih muamalah diatas
maka ruang lingkup muamalah terbagi menjadi dua yaitu:

 Al Muamalah Adabiyah yaitu: muamalah yang bersifat adabiah


adalah ijab dan qobul. Saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan
dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran perdagangan,
penipuan, pemalsuan, penimbunan dan segala sesuatu yang
terdapat kaitanya dengan pendistribusian harta dalam hidup
bermasyarakat.
 Al Muamalah Al Madiyah yaitu: muamalah yang mengkaji objek
nya, sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah
madiyah adalah muamalah yang bersifat kebendaan, karena objek
fiqih muamalah adalah benda yang halal, haram, dan syubhat
untuk diperjualbelikan, benda-benda yang memudharatkan dan
mendatangkan kemaslahatan bagi manusia serta segi-segi yang
lainnya.
Pembagian Fiqh Muamalah secara umum dibagi menjadi dua, yaitu: Al
Muamalah Adabiyah, Al Muamalah Al Madiyah. Al-Muamalah Adabiyah yaitu
muamalah yang bersifat adabiah, ijab dan qobul. Saling meridhoi, tidak ada
keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran perdagangan,

1
penipuan, pemalsuan, penimbunan dan segala sesuatu yang terdapat kaitanya
dengan pendistribusian harta dalam hidup bermasyarakat.
Al-Muamalah Madiyah, ruang lingkupnya yaitu muamalah yang bersifat
madiyah antara lain adalah sebagai berikut: Jual-beli ( bai ), Gadai ( rahn ),
Jaminan dan tanggungan ( Kafalah dan Dhaman), Pemindahan hutang ( hiwalah ),
Pailit ( taflis ), Perseroan atau perkongsian ( syirkah ), Perseroan harta dan tenaga
( mudharabah ), Sewa menyewa tanah (mukhabarah), Upah (ujral al-amah),
Gugatan (asy syufah), Sayembara (al jialah), Batas bertindak (al hajru),
Pembagian kekayaan bersama (al qisamah), Pemberian (al hibbah), Pembebasan
(al ibra), damai (ash shulhu), Masalah-masalah seperti bunga bank, kredit,
asuransi dan masalah-masalah baru lainnya. Menurut Ibn Abidin yang dikutip
oleh Hendi Suhendi, fiqh muamalah terbagi menjadi lima bagian, yaitu:
muawadhah Maliyah (huku kebendaan), munakahat (hukum perkawinan),
mukhashamat (hukum acara), amanat dan Ariyah (pinjaman), tirkah (harta
peninggalan).
Hubungan fiqh Muamalah Dengan Fiqh Lain. Para ulama fiqh memiliki
perbedaan pendapat mengenai hubungan Muamalah dengan ilmu fiqh lain.
Diantara pembagian diatas pembagian pertama lebih banyak disepakati para
ulama. Hanya, maksud muamalah diatas adalah muamalah dalam arti luas, yang
mencangkup bidang-bidang fiqh lainnya. Dengan demikian, muamalah dalam arti
luas merupakan bagian dari fiqh secara umum. Kesepakatan tersebut diantaranya:
Ibadah, yaitu segala perbuatan yang dikerjakan bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Seperti: Shalat, zakat, puasa, haji, jihad. Muamalah, yaitu segala
perbuatan yang berkaitan dengan urusan urusan dunia dan undang undang.

2
NAMA : MUHAMAD AMZAD
NIM : 101190064
KELAS : SA.C
RESUME : Kel 2 Harta

Pengertian Harta Secara etimologis (bahasa) harta dalam bahasa arab adalah
al-mal yang artinya condong, cenderung dan miring. Sedangkan secara
terminologis (istilah) sebagaimana yang menyatakan madzab hanafi harta adalah
sesuatu yang digandrungi oleh tabiat manusia yang memungkinkan untuk
disimpan dan dibutuhkan. Sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhan manusia
hingga dapat mendatangkan kepuasan dan ketenangan atas kebutuhan tersebut
baik bersifat materi maupun bersifat inmateri. Sesuatu yang mesti dalam
genggaman pemiliknya. Konsekuensinya, bila sesuatu tersebut belum dimiliki
maka tidak bisa dikatakan sebagai harta. Misalnya: barang tambang di perut bumi,
ikan yang ada di laut dan sungai, dan lain sebagainya.
Unsur-Unsur Harta, Unsur wujud aniyah, dan Unsur kebiasaan dalam
masyarakat (‘urf). Unsur wujud ainiyah yang berarti harta ada wujudnya dalam
kenyataan (a’yan), karenanya, manfaat sebuah rumah yang dipelihara oleh
seseorang. Unsur kebiasaan dalam masyarakat (‘urf) yang berarti bahwa harta
adalah segala sesuatu yang dipandang sebagai harta oleh seluruh manusia atau
sebagian manusia. Dalam konteks ini, ketika seseorang memelihara sesuatu, ia
menginginkan manfaatnya, baik manfaat yang terlihat (madiyah) maupun manfaat
yang tak terlihat (ma’nawiyah).
Kedudukan Harta Dijelaskan dalam kehidupan bahwa harta adalah perhiasan
kehidupan dalam firman Allah dalam surah al kahfi ayat 46 yang artinya: "Harta
dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi, amalan-amalan yang 7
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan". (QS. Al-kahfi [18]:46).
Pembagian Harta • Mal mutaqawwim: harta yang dapat dimanfaatkan menurut
syara dan siapa yang merusaknya wajib menggantinya. •Ghairu mitaqawwim:
harta yang tidak boleh dimanfaatkannya menurut ketentuan syara’. Sebagai
contoh perbedaan harta mutaqawwim dan ghairu mutaqowwim, seperti babi,
khamer, dan darah yang tidak halai, tidak bisa dijadikan objek transaksi dan tidak
pula diperbolehkan untuk dimanfaatkannya oleh orang muslim, sehingga orang
muslim tidak dituntut untuk mengganti kerugian apabila merusakannya. Jumhur
ulama berpendirian bahwa dalam kasus seorang muslim yang merusak atau

3
melenyapkan babi atau khamer milik kafir dzimmi tidak boleh dituntut ganti rugi,
karena benda itu tidak bemilai atau dimanfaatkan oleh orang muslim.
•Mitsli: Harta yang memiliki persamaan atau kesetaraan di pasar, tidak ada
perbedaan pada bagian-bagiannya atau kesatuannya,yaitu perbedaan atau
kekurangan yang blasa terjadi dalam aktivitas ekonomi. Harta mitsli terbagi atas
empat bagian, yaitu harta yang ditakar seperti gandum, harta yang ditimbang
seperti kapas dan besi. harta yang dihitung seperti telur, dan harta yang dijual
dengan meter seperti bahan pakaian, dan papan.
•Qimi: Harta yang tidak mempunyal persamaan di pasar atau mempunyai
persamaan, tetapi ada perbedaan menurut kebiasaan antara kesatuannya pada ni
lai, seperti binatang dan pohon. Dengan kata lain, harta mitsli ialah harta yang
jenisnya dapat diperoleh di pasar (secara persis), dan qimi ialah harta yang
jenisnya sulit didapatkan di pasar, bisa diperoleh tapi jenisnya berbeda. kccuali
dalam nilai harganya. ladi, harta yang ada persarnaannya disebut musli dan harta
yang tidak ada persamaannya disebut qimi. Misalnya seseorang membeli.
•Mal at-tam dan Mal ghair al-tam.
•Harta Manqul dan harta Ghair Manqul.
•Harta ‘Ain, harta Dayn dan Harta an-nafi.
•Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur.
•Harta yang tidak dapat dibagi dan Harta yang dapat dibagi. Harta
istihlak dan Harta isti’mal
Fungsi Harta amat banyak, baik kegunaan dalam hal yang baik maupun
kegunaan dalam hal yang jelek, antara lain Berfungsi untuk mwnyempurnakan
pelaksanaan ibadah yang mahdhah, sebab untuj ibadah diperlukan alat-alat untuk
menutup aurat seperti membeli kain, alat sholat (mukena, sarung, dll). Untuk
menyelarskan kehidupan di dunia dan di akhirat, Nabi SAW bersabda “Bukanlah
orang yang baik yang meninggalkan masalah dunia untuk masalah akhirat dan
yang meninggalakn masalah akhirat unyuk urusan dunia, sampai ia
menyeimbangkan diantara keduanya, karena masalah dunia adalah menyampaikan
manusia ke masalah akhirat”. (HR. Al Bukhori).
Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menuntut
ilmu kalau tanla modal akan terasa sulit. Untuk memutarkan peranan kehidupan,
yakni adanya pembantu dan majikan. Adanya orang kaya dan miskin yang saling
membutuhkan sehingga tersusunlah masyarakat yang harmonis dan
berkecukupan. Untuk menumbuhkan silaturahmi, karena adanya perbedaan dan
keperluan masing-masing orang. Dengan begitu, terjadilah interaksi dan
komunikasi silaturahmi dalam rangka saling mencukupi kebutuhan. Oleh karena
itu, perputaran harta dianjurkan oleh Allah dalam Al quran.

4
NAMA : MUHAMAD AMZAD
NIM : 101190064
KLS : SA.C
RESUME : Kel 3 Hak dan Hak Milik.

Pengertian, asal usul hak dan hak milik, Pengertian Hak Suatu ketentuan
yang digunakan oleh syara’ untuk menetapkan suatu kekuasaan atau suatu beban
hukum. Pengertian Hak Milik Kekhususan terhadap pemilik suatu barang menurut
syara’ untuk bertindak secara bebas bertujuan mengambil manfaatnya selama
tidak adalah penghalang syar’i.
Asal usul hak milik Untuk menjaga keperluan masing-masing, perlu ada
aturan-aturan yang mengatur kebutuhan manusia agar manusia itu tidak
melanggar dan mengambil hak hak orang lain. Maka timbullah hak dan kewajiban
manusia.
Pembagian hak diantaranya :
1) Ditinjau dari segi pemiliknya, hak terbagi kepada tiga macam,
yaitu:
a. Hak Allah
b. Hak manusia
c. Hak bersama
2) Ditinjau dari segi dapat tidaknya digugurkan, hak terbagi dua,
yaitu:
a. Hak yang dapat digugurkan
b. Hak yang tidak dapat digugurkan
3) Ditinjau dari segi dapat tidaknya diwariskan, hak terbagi kepada
dua, yaitu:
1. Hak yang dapat diwariskan
2. Hak yang tidak dapat diwariskan
4) Ditinjau dari segi objek hak, yaitu berkaitan dengan benda atau
tidak, dibagi pula menjadi dua, yaitu:
a. Hak Maliyah
b. Hak ghairu Maliyah
5) Ditinjau dari segi kewenangan terhadap hak, hak terbagi dua yaitu:
a. Hak diyani (hak keagamaan)
b. Hak qadha’i (hak pengadilan)

Sebab-sebab kepemilikan dan pembagian milik yaitu


 Sebab-sebab kepemilikan
a. Ikhraj al-mubahat
b. Khalafiyah

5
Khalafiyah ada dua macam yaitu:
a) Khalafiyah syakhsi ‘an syakhsi
b) Khalafiyah syai’ ‘an syai’in
c. Thawallud min mamluk
d. Karena penguasaan milik negara atas pribadi yang sudah lebih
dari tiga tahun

 Pembagian milik
Pembagian milik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Milik tam (sempurna)
b. Milik naqish
Milik naqish, terbagi menjadi 2 macam;
a) Milik manfaah syahshi (hak intifa)
b) Milik manfaah ‘aini (hak irtfah)

Konsep hak milik dalam system selain islam, Konsep hak milik dalam
pengertian hukum perdata barat sebagaimana tercantum dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Hak milik (eigendom) adalah hak yang
paling sempurna atas suatu benda. Artinya seseorang yang mempunyai hak milik
atas suatu benda dapat berbuat apa saja dengan benda tersebut (menjual,
menggadaikan, memberikan, bahkan merusak), asalkan tidak melanggar undang-
undang atau hak milik orang lain.
Pengertian yuridis yang mendefinisikan hak milik sebagai hak untuk
menikmati suatu benda dengan sepenuhnya, dan untuk menguasai benda itu
dengan sebebas-bebasnya, asal tidak dipergunakan bertentengan dengan undang-
undang atau peraturan umum yang diadakan oleh kekuasaan yang mempunyai
wewenang untuk itu.

NAMA : MUHAMAD AMZAD


NIM : 101190064
KLS : SA.C
RESUME : Kel 4 Akad
Akad adalah kesepakatan antara kedua belah pihak ditandai dengan
sebuah ijab dan qobul yang melahirkan akibat hukum baru. Akad memiliki
rukun dan syarat yaitu: ‘Aqid, Ma’qud ‘alaih, Maudhu’ al-‘aqd, dan Shighat
al-‘aqd. sedangkan syarat akad meliputi :syarat terbentuknya akad, syarat
keabsahan akad, dan syarat-syarat berlakunya hukum akibat.
 Pada dasarnya akad memiliki penghalang yang scara garis besar
dibagi menjadi 2 yaitu: ikrah (melalui paksaan) dan haqqul ghair (hak orang

6
lain). Akad dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya: Berdasarkan
ketentuan syara’, Berdasarkan ada dan tidak adanya qismah, Berdasarkan zat
benda yang diakadkan, Berdasarkan adanya unsur lain didalamnya,
Berdasarkan disyariatkan atau tidaknya akad, Berdasarkan sifat benda yang
menjadi objek dalam akad, Berdasarkan cara melakukannya, Berdasarkan
berlaku atau tidaknya akad, Berdasarkan luzum dan dapat
dibatalkan, Berdasarkan tukar menukar hak, Berdasarkan harus ganti
tidaknya, Berdasarkan tujuan akad, Berdasarkan faur dan istimrar,
dan Berdasarkan asliyah dan tabi’iyah.
 Secara garis besar macam-macam akad yaitu: ‘Uqudun musammatun
dan ‘Uqudun ghairu musammah. Hikmah dari mempelajari dan
mempraktekkan akad dalam kehidupan sehari-hari yaitu: Adanya ikatan yang
kuat antara dua orang atau lebih di dalam bertransaksi atau memiliki sesuatu,
Tidak dapat sembarangan dalam membatalkan suatu ikatan perjanjian, karena
telah diatur secara syar’i, Akad merupakan ”payung hukum” di dalam
kepemilikan sesuatu, sehingga pihak lain tidak dapat menggugat atau
memilikinya.
 Dasar dari hukum melakukan akad yaitu wajib hal ini terdapat dalam
Al-qur’an surah Al-Maidah ayat 1. Berakhirnya suatu akad dapat
dikarenakakan beberapa hal diantaranya ialah: Berakhirnya masa berlaku akad
itu, apabila akad itu mempunyai tenggang waktu, Dibatalkan oleh pihak-pihak
yang berakad, apabila akad itu sifatnya tidak mengikat, Salah satu pihak yang
berakad meninggal dunia.
NAMA : MUHAMAD AMZAD
NIM : 101190064
KLS : SA.C
RESUME : Kel 5 Jual Beli.
Pengertian jual beli menurut etimologi adalah pertukaran sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Jadi, jual beli bisa juga diartikan dengan akad tukar menukar
harta dengan harta yang lain melalui tata cara yang telah ditentukanoleh hukum
islam. Yang dimaksud kata “harta” adalah terdiri dari duamacam. Pertama: harta

7
yang berupa barang, misalnya buku, rumah, mobildll. Kedua; harta yang berupa
manfaat (jasa), misalnya pulsa telephone, pulsa listrik, dan lain-lain.
Adapun dasar jual beli terdapat dalam Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’
Ulama’ telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya,tanpa bantuan dari
orang lain. Sebuah transaksi jual-beli membutuhkan adanya rukun sebagai
penegaknya. Rukunnya ada tiga perkara, yaitu: adanya penjual dan pembeli,
adanya barang yang dijual/ditrasnsaksikan, dan adanya ijab kobul.
Adapun syarat-syartnya jual beli adalah Adanya keridhaan antara penjual
dan pembeli, Baligh, Berakal, merdeka, dan rasyid (cerdik bukan idiot), Penjual
adalah orang yang memiliki barang atau orang yang diwakilkan untuk menjual
barang, Barang yang dijual adalah barang yang bisa dimanfaatkan dan bukan
barang yang haram, Barang yang dijual harus bisa diserahkan, karena jika barang
tidak bisa diserahkan maka termasuk jual beli Gharar (penipuan), Barang yang
dijual harus jelas, dan Harga barangnya diketahui, dengan bilangan nominal
tertentu.
Macam-macam jual beli terbagi menjadi dua yaitu Jual beli sah adalah jual
beli yang telah memenuhi semua rukun dan syarat yang ditentukan. Beberapa
contoh jual beli sah yang sering dipraktikkan dalam lembaga keungan Syari’ah
maupun dalam dunia bisnis. Jual beli tidak sah adalah jual beli yang tidak
memenuhi salah satu atau semua rukun atau salah satu atau semua syarat jual beli.
Beberapa contoh jual beli yang tidak sah, Jual beli barang haram dan najis, Jual
beli barang sedang dalam penawaran atau sedang dibeli orang lain.
Secara bahasa, khiyar berasal dari bahasa arab khara-yakhiru-khairan wa
khiyaratan yang berarti memilih atau memberi yang terbaik. Secara istilah, khiyar
ialah hak memilih bagi ‘aqidani antara membatalkan atau meneruskan transaksi.
dasar hukumnya adalah Hadist Riwayat Muttafaqun ‘alaih. Adapun khiyar dibagi
menjadi tiga yaitu khiyar aibi, khiyar majelis, dan khiyar syarat.
Di era globalisasi, transaksi bisnis masih berlangsung secara konvensional,
namun kini banyak orang yang beralih pada perdagangan elektronik (e-commerce)
dengan peningkatan jumlah pengguna yang sangat signifikan. Internet dan e-

8
commerce telah membantu beberapa penjual mendapatkan apa yang diinginkan
dalam dunia pemasaran. Dalam pandangan Islam, e-commerce memiliki definisi
yang mirip dengan perdagangan konvensional. Secara keseluruhan, perdagangan
elektronik tidak bertentangan dengan syariat Islam, selama telah memenuhi hal-
hal yang terkandung dalam suatu akad menurut hukum akad dalam Islam.

NAMA : MUHAMAD AMZAD


NIM : 101190064
KLS : SA.C
RESUME : Kel 6 ‘ARIYYAH
Menurut etimologi, ariyah adalah ‘Aara’ berarti datang dan pergi. Menurut
sebagian pendapat, ariyah berasal dari kata At-Ta’aawun yang sama artinya
dengan At-Tanaawulu au At-Tanaasubu (saling menukar dan mengganti), yakni
dalam tradisi pinjam – meminjam. Menurut terminologi syara’ ulama fiqh berbeda
pendapat dalam mendefenisikannya, Ulama As-Sarakhi dan Malikiyah yang
menyatakan ‘ariyyah adalah pemeindahan pemilikan barang tanpa adanya
konspensasi. Menurut Syafi’iyyah dan Hanabilah ‘ariyyah adalah proses untuk
menumbuhkan dan mengambil manfaat suatu barang tanpa objek manfaatnya
sedangkan hibah adalah serah terima barang.
Adapun dasar hukum dari ‘ariyyah terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-
Maidah ayat 2, Surat Al-Ma’un Ayat 7, dan dari hadist riwayat Bukhori. Menurut
mayoritas jumhur ulama ‘ariyyah rukun itu ada tiga yaitu Orang yang berakad
(Mu’ir/peminjam dan musta’ir/yang meminjamkan), Objek yang diakadkan, yaitu
barang dan manfaatnya, dan Shigat, yakni ijab dan qabul atau serah terima.
untuk keabsahan pinjam meminjam ulama menambahkan beberapa syarat
antara lain yaitu yang meminjamkan harus orang yang berakal pinjam meminjam
tidak sah apabila dilakukan oleh anak kecil atau orang gila, karena akad ‘ariyyah
adalah akad tabbaru’ sehingga akad dinyatakan tidak sah tanpa adanya serah
terima seperti halnya akad hibah, dan objek yang dipinjamkan harus bisa
dimanfaatkan tanpa harus merusak bentuk fisik yang ada.

9
Ulama fiqih menetapkan bahwa akad ‘ariyyah diperbolehkan atas barang-
barang biasa dimanfaatkan tanpa merusak zadnya atau barang yang digunakan
sperti rumah, pakaian, kendaraan, dan barang lain yang sejenis.
Hukum dalam pinjam meminjam itu bisa wajib bagi muslim yang terpaksa
harus meminajm sesuatu yang amat dibutuhkan kepada saudara seagama yang
tidak membutuhkannya. diantara hukum-hukum ‘ariyyah antara lain jika pihak
yang meminjamkan mensyaratkan bahwa peminjam berkewajiban mengganti
barang jika ia merusaknya dan peminjam wajib menggatinya. jika pihak yang
meminjamkan tidak mensyaratkan kemudian barang yang pinjaman rusak bukan
ketelodaran ia hanya disunnahkan menganttinya hal ini sesuai sabda Rosulullah
“makanan dengan makanan dan tempat dengan tempat” HR. AL-Bukhori.

NAMA : MUHAMAD AMZAD


NIM : 101190064
KLS : SA.C
RESUME : Kel 7 HIWALAH.
Hiwalah secara bahasa adalah pindah. Dan secara syara’ adalah memindah
hak dari tanggungan muhil (yang memindah hutang) kepada tanggungan muhal
‘alaih (yang menerima tanggungan peralihan hutang). Dalam bahasa Arab, yang
dimaksud dengan hiwalah ialah al-intiqal dan al-tahwil, artinya ialah
memindahkan atau mengoperkan.
Landasan hukum hiwalah terdapat dalam Al-Qur’an, As-Sunnah. dan
Ijma’. Adapaun rukun dan syarat hiwalah adalah Menurut Syafi’iyah, rukun
hiwalah itu ada lima sebagai berikut : Muhil, yaitu oran yang menghiwalahkan
atau orang yang memindahkan utang, Muhtal, yaitu orang yang dihiwalahkan,
yaitu orang yang mempunyai utang kepada muhil, Muhal ‘alaih, yaitu orang yang
menerima hiwalah, Ada piutang muhal ‘alaih kepada muhil, dan Shigat hiwalah,
yaitu ijab dari muhil dengan kata-katanya: “aku hiwalahkan utangku yang hak
bagi engkau kepada fulan” dan kabul dari muhtal dengan kata-katanya : “aku
terima hiwalah engkau.”
Adapun syarat-syarat Hiwalah ada empat, sebagai berikut: Kerelaan muhil,
Muhil adalah orang yang mempunyai tanggungan hutang, Penerimaan dari pihak

10
muhtal. Muhtal adalah orang yang mempunyai hak berupa hutang yang menjadi
tanggungan muhil, Keberadaan hutang yang dialihkan sudah berstatus menetap
pada tanggungan, Memberi qayyid “telah menetap” sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh imam ar Rafi’i. Akan tetapi imam an Nawawi menentang
pendapat tersebut di dalam kitab ar Raudlah. Kalau demikian, maka yang
dipertimbangkan di dalam hutang akad hawalah adalah harus sudah lazim
(menetap) atau hendak lazim. Cocoknya hutang yang berada pada tanggungan
muhil dan muhal ‘alaih di dalam jenis, ukuran, macam, kontan, tempo, utuh dan
pecahnya.
Ada beberapa konsekuensi dari akad Hiwalah, diantaranya sebagai berikut:
Dengan akad hiwalah, muhil sudah bebas dari tanggungan hutang kepada muhtal,
Muhal ‘alaih juga bebas dari tanggugan hutang kepada muhil, Hak milik muhtal
berpindah menjadi tanggungan muhal ‘alaih. Sehingga, seandainya sulit
mengambilnya dari muhal ‘alaih sebab bangkrut, memungkiri hutang dan
sesamanya, maka muhtal tidak boleh menagih kepada muhil, dan Seandainya
muhal ‘alaih dalam keadaan bangkrut saat terjadi akad hawalah dan muhtal tidak
mengetahuinya, maka dia juga tidak diperkenankan menagih kepada muhil.
Di dalam fiqih Islam, hutang piutang atau pinjam meminjam telah dikenal
dengan istilah Al-Qardh atau Ad-dain. Makna Al-Qardh secara etimologi (bahasa)
ialah Al-Qath’u yang berartimemotong. Harta yang diserahkan kepada orang yang
berhutang disebut Al-Qardh, karena merupakan potongan dari harta orang yang
memberikan hutang. Hukum hutang piutang bersifat fleksibel tergantung situasi
kondisi dan toleransi. Pada umumnya pinjam-meminjam hukumnya sunnah bila
dalam keadaan normal.
Hukum hutang piutang bersifat fleksibel tergantung situasi kondisi dan
toleransi. Pada umumnya pinjam-meminjam hukumnya sunnah bila dalam
keadaan normal. Adapun rukun utang piutang ada empat antara lain Mu’ir,
Musytarik’, Benda yang diutangkan, dan Ijab Kabul.

NAMA : MUHAMAD AMZAD


NIM : 101190064

11
KLS : SA.C
RESUME : Kel 8 IJARAH
Sewa (ijarah) berasal dari kata al-ajru artinya ganti, upah atau menjual
manfaat. Zuhaily mengatakan bahwa transaksi sewa identik dengan jual beli tetapi
dalam sewa pemilikan dibatasi dengan waktu. Secara istilah Syariah menurut
ulama Fiqih antara lain yang disebutkan Al-Jazairi sewa dalam akad terdapat
manfaat untuk masa tertentu dengan harga tertentu. Menurut Sabiq sewa adalah
merupakan salah satu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian.
Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijarah hanyalah ijab dan qabul
sedangkan menurut para jumhur ulama, rukun ijarah terdiri atas aqid (orang yang
akad), shigat (ijab qabul), ujrah (imbalan), dan manfaat. Akan tetapi, secara umum
rukun ijarah terdiri atas mu’jir (penyewa) dan mustajir/ ajir (penerima sewa), al-
ma’qud alaih (tempat kejadian)/ mahal al-manfaat (barang sewa yang tidak
termasuk rukun, meskipun Ibn Qoyyim memasukkannya sebagai rukun), serta
kemanfaatan, ujrah, dan shigat.
Selain itu, terdapat pula syarat-syarat dalam melakukan akad ijarah
diantaranya sebagai berikut. Syarat al-Inqad merupakan syarat yang berkaitan
dengan aqid (baligh, berakal tanpa paksaan, serta tidak sedang mubadzir), zat
akad, dan tempat akad. Syarat An-Nafadz merupakan syarat kepemilikan barang
dimana aqid memiliki kekuasaan penuh untuk melakukan akad (ahliah). Syarat
sah merupakan syarat yang berkaitan dengan keridloan dan kejelasan manfaat.
Syarat lazim merupakan syarat dari sebuah barang/ jasa sewaan yang tidak
memiliki cacat dan keuzuran.
Ditinjau melalui obyek yang digunakan dalam ijarah, para ulama membagi
akad al-Ijarah menjadi dua diantaranya sebagai berikut. Al-Ijarah yang bersifat
manfaat, seperti halnya persewaan baju pernikahan. Apabila manfaat itu
merupakan manfaat yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka para ulama
fiqh sepakat menyatakan boleh dijadikan obyek ijarah.

12
Al-Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah ijarah dengan cara mempekerjakan
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan yang jelas lalu diberikan upah sesuai
pekerjaan yang dilakukannya.
Di dalam ijarah terdapat sebuah masalah utama yang menyangkut
pemenuhan hak-hak musta’fir, terutama hak untuk diperlakukan secara baik
dalam lingkungan pekerjaan, hak atas jaminan sosial, dan hak atas upah yang
layak sehingga menurut Imam Hanafi menyaratkan mempercepat upah dan
menangguhkan upah boleh dengan syarat adanya kesepakatan dan kerelaan dari
kedua belah pihak, apabila tidak ada kesepaatan antara kedua belah pihak, jika
upah tersebut bersifat dikaitkan dengan waktu tertentu, maka wajib dipenuhi
sesudah berakhirnya masa tersebut. Di samping itu pula, terdapat beberapa
perbedaan antara ijarah dengan leasing terutaman dalam hal objek, metode
pembayaran, pemindahan kepemilikan, dan jenis leasing lainnya termasuk pula
dalam mekanismenya.

NAMA : MUHAMAD AMZAD


NIM : 101190064
KLS : SA.C
RESUME : Kel 9 RAHN (JAMINAN) DAN ANSURANSI
(PENJAMINAN).
Secara etimologi, rhan berarti tetap dan lama, yakni tetap atau berarti
(pengekangan dan keharusan). Menurut terminologi rhan berarti penahanan
terhadap sutu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran
dari barang tersebut.
Asuransi disebut pula takaful, ta’min, atau tadhamun yaitu suatu usaha
saling melindungi dan saling tolong menolong diantara sejumlah orang yang
melakukan investasi dalam bentuk aset sesuai akad dengan syariah.
Rukun dan Syarat
Menurut ulama Hanafiyah rukun rhan adalah ijab dan qabul dari rahin dan
al-murtahin, sebagaimana dengan akad yang lain. Akan tetapi akad dalam rhan
tidak akan sempurna sebelum adanya penyerahan barang. Adapun menurut ulama

13
selain Hanafiyah,rukun rhan adalah shighat, aqid (orang yang akad) marhum, dan
marhum bih.
Hal-hal yang berkaitan dengan syarat rhan, Borg harus utuh , barang yang
tidak utuh seperti setengah, sepertiga dan lain-lain. Jumhur ulama membolehkan
barang dengan borg dengan barang yang tidak utuh atau sebaiannya asalkan sah
diperjual belikan, Brog yang berkaitan dengan benda lainnya, ulama hanafiyah
berpendapat tidak sah jika borg berkaitan dengan benda lainya, seperti borg buah
yang maih di pohon sedangkan pohonnya tidak di jadikan borgh. tetapi jumhur
ulama membolehkannya selagi dapat diserahkan.
Gadai utang , para uama selain malikiyah berpendapat bahwa utang tidak
boleh dijadikan borgh sebab tidak termasuk harta yang tampak. Adapun menurut
ulama malikiyah utang boleh di jadikan borgh sebab utang termasuk sesuatu yang
dapat dijual, Gadai barang yang di dagangkan atau dipinjam, para uama imam
mazab sepakat bahwa barang yang didagangkan atau sedang dipinjam boleh
dijadikan borg.
Menggadaikan barang pinjaman , pada dasarnya barang yang digadaikan
haris ilik rahin. Namun demikian para imam madzab membolehkan untuk
mrnggadaikan barang pinjaman atas seizin pemiliknya. Gadai tirkah (harta
peninggalan jenazah), ulama hanafiyah, malikiyah, hanabilah membolehkan gadai
dengan tirkah jika jenazah terbebas dari utang. Adapun menurut syafi’iyah
berpendapat tidak boleh menggadaikan sebagian dari harta tirkah.
Gadai barang yang cepat rusak , menggadaikan barang cepat rusak
diperbolehkan jika brokg tersebut di mungkinkan masih kuat, Menggadaikan
kitab, ulama hanafiyah, malikiyah dan yang paling mansyur golonfgan
syafi’yahmembolehkan untuk menggadeikan alquran dan kitab kitab hadis atau
tafsir.
Pengambilan manfaat rhan
Sebagaimana telah diketahui bahwa gadai bukan termasuk pada akad
pemindahan hak milik, tegasnya bukan pemilikan suatu benda dan bukan pula
kadar atas manfaat suatu benda (sewa menyewa), melainkan hanya sekedar
jaminan untuk suatu hutang piutang, itu sebabnya ulama sepakat bahwa hak milik

14
dan manfaat suatu benda yang dijadikan jaminan (Marhun) berada dipihak rahin
(Yang menggadaikan).
Murtahin (yang menerima barang gadai) tidak boleh mengambil manfaat
barang gadai kecuali diizinkan oleh rahin dan barang gadai itu bukan binatang.
Ulama Syafi’I, Imam Malik dan ualam-ulama yang lain berargumen
menggunakan hadis Nabi saw. Tentang manfaat barang gadai adalah
milik rahin bukan milik murtahin. Barang gadaian dipandang sebagai amanat bagi
murtahin sama dengan amanat yang lain, dia tidak harus membayar kalau barang
itu rusak, kecuali karena tindakannya. Lebih lanjut Ibnu Qudamah dalam kiatbnya
al-Mugny menjelaskan bahwa pengambilan manfaat
Hal-hal yang berkaitan dengan asuransi syariah dan konvensional
> Asuransi Konvensional
Terdapat banyak pengertian asuransi yang dapat kita mengerti, diantaranya
menurut Undang – undang no. 2 tahun 1992, yang dimaksud dengan asuransi
adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ke tiga yang mungkin akan di derita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan. (UU No. 2, tahun 1992).
Selain pengertian tersebut masih terdapat pengertian lainnya yang pada
dasarnya menyampaikan bahwa asuransi adalah kontrak pertanggungan antara
tertanggung dengan penanggung (perusahaan asuranai) dimana pihak penanggung
memiliki kewajiban memberikan ganti rugi kepada tertanggung apabila terkena
musibah. Perjanjian ini mewajibkan tertanggung membayar premi setiap bulan
kepada penanggung.

NAMA : MUHAMAD AMZAD


NIM : 101190064

15
KLS : SA.C
RESUME : Kel 10 Riba dan Bunga Bank.
Pengertian riba secara etimologis adalah kelebihan,penambahan,
peningkatan atau surplus. 1 Kata riba dalambahasa Inggris diseb utusury,yang
diartikan bunga yangterlalu tinggi atau berlebihan. Zuhaili menyebutkan
bahwaarti riba secara etimologi adalah tambahan. 2 Imam Sarkhasi(bermazhab
Hanafi) mendefinisikanriba adalah tambahanyang disyaratkan dalam transaksi jual
beli tanpa adanya iwadh (padanan). Al-Askalani menyatakan bahwa riba
padaesensinya adalah kelebihan, apakah itu berupa barangataupun uang.
Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau tambahan untuk
penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau
prosentase modal yang berkaitan dengan itu dan biasa dinamakan suku bunga
modal. Sedangkan bank (perbankan) adalah suatu lembaga keuangan yang usaha
pokoknya adalah simpan-pinjam, memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang, dengan tujuan memenuhi kredit dengan
modal sendiri atau orang lain.
Sebab-sebab haramnya Riba menurut Hendi Suhendi (2016: 58) yaitu:
Karena Allah dan Rasul-Nya melarang. Disebutkan dalam firman Allah surat Al-
Baqarah ayat 275, yang artinya “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba”, Karena riba menghendaki pengambilan harta orang lain dengan tidak ada
imbangannya, seperti menukar uang kertas yang awalnya 10.000 dengan uang
recehan senilai 9.950, maka uang senilai 50 tidak ada imbangannya, maka itu
termasuk haram.
Dengan melakukan riba, seseorang akan menjadi malas berusaha yang sah
menurut syara’, Riba menyebabkan putusnya perbuatan baik terhadap sesama
manusia dengan cara utang-piutang atau menghilangkan faedah utang-piutang
sehingga riba lebih cenderung memeras orang miskin daripada menolong orang
miskin.
Macam-macam Riba, a. Menurut Jumhur Ulama Jumhur ulama membagi
riba dalam dua bagian, yaitu riba fadhl dan riba nasi’ah. Riba fadhl adalah jual-
beli yang mengandung unsur riba pada sejenis dengan adanya tambahan pada

16
salah satu benda tersebut. Riba nasi’ah, menurut ulama Hanafiah menjual barang
dengan sejenisnya, tetapi yang satu lebih banyak, dengan pembayaran diakhirkan,
seperti menjual satu kilogram gandum dengan satu setengah kilogram gandum,
yang dibayarkan setelah dua bulan. Contoh jual-beli yang tidak ditimbang, seperti
membeli satu buah semangka dengan dua buah semangka yang akan dibayar
setelah sebulan.
Menurut Ulama Syafi’iyah, 1) Riba Fadhl adalah jual-beli yang disertai
adanya tambahan salah satu pengganti (penukar) dari yang lainnya. 2) Riba Yad
jual-beli dengan mengakhirkan penyerahan (al-qabdu), yakni bercerai-cerai antara
dua orang yang akad sebelum timbang terima, seperti menganggap sempurna jual-
beli antara gandum dengan sya’ir tanpa harus saling menyerahkan dan menerima
di tempat akad. 3) Riba Nasi’ah yaitu jual-beli yang pembayarannya diakhirkan,
tetapi ditambahkan harganya.
Dampak yang ditimbulkan dari riba, a. Riba memberikan dampak negatif
bagi akhlak dan jiwa pelakunya, b. Memakan riba menyebabkan pelakunya
mendapat laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah, c. Setelah meninggal, pemakan
riba akan di adzab dengan berenang di sungai darah sembari mulutnya dilempari
bebatuan sehingga dirinya tidak mampu untuk keluar dari sungai tersebut, d.
Allah tidak akan menerima sedekah yang diperoleh dari riba.
Perbedaan bunga bank merupakan tanggungan pada pinjaman uang, yang
biasanya dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan. Kemudian
apakah bunga termasuk riba, ada dua pendapat; pertama, menurut ijma ulama di
kalangan semua mazhab fiqh bahwa bunga dengan segala bentuknya termasuk
kategori riba. Dan kedua, pendapat yang menyatakan bahwa bunga tidak termasuk
kategori riba.

NAMA : MUHAMAD AMZAD


NIM : 101190064
KLS : SA.C
RESUME : Kel 11 SYIRKAH
Syirkah yakni percampuran salah satu dari dua harta dengan harta lainnya,
tanpa dapat dibedakan antara keduanya. Adapun menurut istilah kerja sama

17
keikutsetaan dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan sejumlah
modal yang ditetetapkan berdasarkan perjanjian untuk bersama-sama menjalankan
suatu usaha dan pembagian keuntungan atau kerugian bagian yang ditentukan.
Landasan syirkah (perseroan) terdapat dalam Al-qur;an dan Al-hadis dan ijma.
Hanafiyah berpendapat bahwa hanya ada satu, yaitu shighat (ijab dan
kabul). Karena shighat lah yang mewujudkan adanya transaksi Syirkah. Mayoritas
ulama berpendapat bahwa rukun Syirkah ada empat, yaitu : shighat, dua orang
yang melakukan transaksi (;aqidain), dan objek yang ditransaksikan. Adapun yang
menjadi syarat Syirkah menurut kesepakatan ulama; yaitu :
1. Dua pihak yang melakukan transaksi mempunyai kecakapan/keahlian
(ahliyah) untuk mewakilkan dan menerima perwakilan.
2. Modal Syirkah diketahui
3. Modal Syirkah ada pada saat transaksi
4. Besarnya keuntungan diketahui dengan penjumlahan yang berlaku,
seperti setengah dan lain sebagainya.
Perkongsian terbagi atas dia macam, yaitu perkongsian Amlak
(kepemilikan) dan perkongsian uwud(kontrak). Syirkah amlak dibagi menjadi dua
yaitu Syirkah sukarela (ikhtiar) Adalah Syirkah yang muncul karena adanya
kontrak dari dua orang yang bersekutu. Contohnya : dua orang membeli atau
memberi atau berwasiat tentang sesuatu dan keduanya menerima, maka jadilah
pembeli, dan diberi wasiat bersekutu di antara keduanya, yakni Syirkah milik.
Syirkah paksaan (ijbar) Adalah Syirkah yang ditetapkan kepada dua orang atau
lebih yang bukan didasarkan atas perbuatan keduanya, seperti dua orang yang
mewariskan sesuatu, maka yang diberi waris menjadi sekutu mereka.
Syirkah Uwud dibagi menjadi lima yaitu Syirkah inan Persekutuan antara
dua orang dalam harta milik untuk berdagang secara bersama-sama, dan membagi
laba atau kerugian bersama-sama. Syirkah muwafidhah Transaksi dua orang
atau lebih untuk berserikat dengan syarat memiliki kesamaan dalam jumlah
modal, penentuan keuntungan, serta agama yang dianut.
Syirkah Abdan Persekutuan dua orang untuk menerima suatu pekerjaan
yang akan dikerjakan secara bersama-sama, kemudian keuntungan dibagi diantara

18
keduanya dengan menetapkan persyaratan tertentu. Syirkah wujuh Bersekutunya
dua pemimpin dalam pandangan masyarakat tanpa modal, untuk membeli barang
secara tidak kontan dan akan menjualnya secara kontan, kemudian keuntungan
yang diperoleh dibagi diantara mereka dengan syarat tertentu. Syirkah
mudharabah.
Musyarakah (syirkahi) di dalamnya terdapat bagi hasil di mana dua pihak
atau lebih menggabungkan modal atau tenaga dalam melakukan usaha, dengan
proporsi pembagian profit sesuai porsi tanggungjawab dan disesuaikan dengan
kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi
modal. Adapun ketentuan dalam syirkah diantaranya sebagai berikut.
1. Pernyataan ijab dan kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad) kemitraan
2. Pihak-pihak yang berkontrak harus sadar hukum, dan memperhatikan
hal-hal berikut:
a. Setiap mitra harus menyediakan dana dan atau pekerjaan.
b. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam
proses bisnis.
c. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk
mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk
melakukan aktivitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya,
tanpa melakukan kelalaian yang disengaja.
d. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan dana atau
menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri tanpa kesepakatan mitra
lain.
3. Objek akad adalah modal, kerja, keuntungan dan kerugian.
4. Tujuan akad ialah membangun usaha atau pekerjaan dengan kemitraan.

NAMA : MUHAMAD AMZAD


NIM : 101190064
KLS : SA.C
RESUME : Kel 12 MUDHARABAH, MUSAQAH, MUZARA’AH,
MUKHABARAH.

19
Istilah mudharabah berasal dari kata dharb,artinya „memukul atau
berjalan‟ Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses
seorang menggerakan kakinya dalam menjalankan usaha. Mudharabah merupakan
bahasa irak,sedangkan bahasa penduduk Hijaz menyebut dengan istilah qiradh.
Musaqah diambil dari kata as-saqa,yaitu seseorang bekerja untuk
mengelola pohon tamar,atau mengurus anggur,atau pohon-pohon yang lainnya
supaya mendatangkan kemaslahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil
yang diurus sebagai imbalan.
Menurut istilah,Muzara’ah dan Mukhabarah didefinisikan oleh para
ulama,seperti yang dikemukakan oleh Al-Jaziri (tt:2-4 juzz II) sebagai berikut
menurut Hanafiah,Muzara’ah ialah akad untuk bercocok tanam pada sebagian
yang keluar dari bumi sementara mukhabarah,menurutb Syafi‟iyah ialah akad
untuk bercocok tanam dengan sebagian apa-apa yang keluar dari bumi.
Rukun dan syarat
Rukun Mudharabah yaitu Pemilik Dana (shahibul mal), Pengelola
(Mudharib), dan Ucapan serah terima (shigat ijab wa qabul).
Syarat Mudharabah yaitu Pemilik modal dan Pengelola keduaanya harus
mampu bertindak sebagai pemilik modal (owner) dan manajer, Ucapan serah
terima (shigat ijab wa qabul) kedua belah pihak untuk menunjukkan kemauan
mereka dan terdapat kejelasan tujuan kemauan mereka dan terdapat kejelasan
tujuan mereka dalam melakukan sebuahkontrak/transaksi, Modal adalah
sejumplah uang yang diberikan oleh pemilik modal (shahibul mal), dan Kepada
pengelola (mudharib) untuk tujuan investasi dalam akan mudharabah.
Rukun dan syarat musaqoh Menurut Ulama Syafi‟iyah ada lima yaitu
Shigah yang dilakukan kadang-kadang jelas (sharih)dan dengan samar (kinayah)
diisyaratkan,shighah dengan lafads dan tidak cukup dengan perbuatan saja, Dua
orang atau pihak yang berakad (al-qidam): diisyaratkan bagi orang-orang yang
berakad dengan keahli (kemampuan) untuk mengelola akad,seperti balig,berakal
dan tidak berada dibawah pengampunan.
Kebun dan semua pohon yang berbuah: semua pohon yang berbuah boleh
diparuhkan (bagi hasil), baik yang berbuah tahunan (satu kali dalam setahun)

20
maupun yang buahnya hanya satu kali kemudian mati,seperti padi,jagung dan
lain-lain, Masa kerja:hendaknya ditentukan lama waktu yang akan
dikerjakan,seperti satu tahun atau sekurang-kurangnya menurut kebiasaan.
rukun muzara’ah Secara rinci,jumplah rukun muzara’ah menurut
Hanafiyah ada empat yaitu Tanah, Perbuatan pekerja, Modal, danAlat-alat untuk
menanam.
Syarat Muzara’ah yaitu Syarat yang bertalian dengan „aqidain,yaitu harus
berakal, Syarat yang berkaitan dengan tanaman,yaitu disyaratkan adanya
penentuan macamnya saja yang akan ditanam, Hal yang berkaitan dengan
perolehan hasil dari tanaman.
Rukun Mukhabarah yaitu Pemilik tanah, Petani/penggarap, Obyek
mukhabarrah, dan Ijab qabul
Syarat Mukhabarah yaitu Pemilik kebun dan penggarap harus baligh dan
berakal, Benih yang akan ditanam harus jelas dan juga menghasilkan, dan Lahan
harus yang dapat menghasilkan, jelas batas-batasannya, dan diserahkan
sepenuhnya kepada si penggarap.
Hikmah dalam kerjasama
 Mudhorobbah, Mendapatkan pahala besar dari Allah,karena ia adalah
penyebab lenyapnya kemiskinan dari orang-orang miskin. Karena, kalau
tanpa dia orang-orang miskin ersebut akan tetap dalam kemiskinan.
Tetapi, orang miskin tersebut harus pandai bekerja agar keduanya saling
bisa tukar menukar kepentingan.
 Musaqoh, Ada orang kaya yang memiliki tanah yang ditanami pohon
kurma dan pohon-pohon yang lainnya,tetapi ia tidak mampu untuk
menyirami,memelihara pohon ini karena ada suatu halangan yang
menghalanginya. Dalam hal ini ada 2 hikmah: 1. Menghilangkan
kemiskinan dari pundak orang-orang miskin sehingga dapat mencukupi
kebutuhannya. 2. Saling tukar menukar manfaat diantara manusia.
 Muzaraah dan Mukhabarah, Terwujudnya kerjasama yang saling
menguntungkan antara pemilik tanah dan petani penggarap, Meningkatnya
kesejahteraan masyarakat, Tertanggulanginya kemiskinan, Terbukanya

21
lapangan pekerjaan terutama bagi petani yang memiliki kemampuan
bertani, tetapi tidak memiliki tanah garapan.
Hal-Hal yang terkait dalam Pandangan Ulama
 Konsep akad mudharabah termaktub edalam fatwa DSN MUI No.
07/DSN-MUI/IV/2000tentang pembiayaan mudharabah. Dalam konteks
fatwa tersebut adalalah mudharabah yang di terapkan oleh lembaga
keuangan syariah.
 Musaqoh, Menurut kebanyakan ulama‟, hukum musaqah yaitu boleh atau
mubah, berdasarkan sabda Rasulullah SAW “ dari Ibn Umar,
sesungguhnya Nabi SAW telah memberikan kebun beliau kepada
penduduk khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian, mereka
akan memperoleh dari penghasilnya baik dari buah-buahan maupun hasil
tanamannya”.
 Dasar hukum yang digunakan pr ulama‟ dalam menetapkan hukum
mukhabarah dan muzaraah adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Abu Abbas ra.

NAMA : MUHAMAD AMZAD


NIM : 101190064
KLS : SA.C
RESUME : Kel 13 Hibah, Sedekah, Hadiah, dan Undian Berhadiah.
Hibah merupakan pemberian sesuatu kepada yang lain untuk dimiliki
zatnya tanpa mengharapkan penggantian atau balasan. Hadiah adalah pemberian
harta kepada seseorang untuk membuat senang tanpa adanya paksaan dari
keduannya. sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat
nonmaterial.
Hadiah dikategorikan dalam bentuk hibah. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, hadiah merupakan pemberian (kenang-kenangan,
penghargaan, penghormatan). Hadiah adalah pemberian harta kepada seseorang
untuk membuat senang tanpa adanya paksaan dari keduannya.
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminologi

22
syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hokum
dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infaq berkaitan dengan materi,
sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmaterial.
Hukum hibah bisa jadi wajib, mubah dan makruh ada ketentuan dari
masing–masing dasar hukum, hukum hadiah adalah mubah sedangkan humum
sedekah adalah sunnah muakkad.
Hukum hadiah adalah mubah. Terdapat perintah untuk menerima hadiah a
pabilatidak ada padanya sesuatu yang syubhat atau haram. Hukum sedekah adalah
sunnah muakkad (yang sangat dianjurkan). Namun begitu pada kondisi tertentu
sedekah bisa menjadi wajib. Misalnya ada seorang yang sangat membutuhkan
bantuan makanan datang kepada kita memohon sedekah.
Keadaan orang tersebut sangat kritis, jika tidak diberi maka nyawanya
menjadi terancam. Sementara pada waktu itu kita memiliki makanan yang
dibutuhkan orang tersebut, sehingga kalau kita tidak memberinya kita menjadi
berdosa.
Macam-macam hibah adalah hibah barang dan hibah manfaat. Macam –
macam hadiah adalah hadiah dari seseorang yang posisinya dibawah kepada yang
diatas, hadiah yang posisinya sama rata. Macam-macam sedekah adalah sedekah
materi, non materi dan jariyah.
Macam-Macam Hadiah misalnya Hadiah dari seseorang kepada orang lain
yang setara, misalnya antar teman, kerabat, keluarga, tetangga. Hadiah semacam
ini boleh dan dianjurkan sepanjang saling membri manfaat dan mempererat
persahabatan atau persaudaraan.
Macam-Macam Hadiah misalnya sedekah materi, yakni seseorang dapat
mendermakan barang-barang miliknya kepada orang lain. Misalnya memberi
uang, makanan, minuman, atau takjil berbuka puasa kepada orang-orang yang
berpuasa. Hal ini pun sangat dianjurkan oleh Nabi saw. dan ia akan mendapatkan
pahala puasa seperti orang yang berpuasa.
Hikmah dari hibah, hadiah dan sedekah adalah Menumbuhkan rasa kasih
sayang sesama umat manusia,  Menjadikan harta benda menjadi berlipat, Terjauh
dari murka Allah SWT , Terjaga dari siksa neraka, Tercegah dari berbagai macam

23
bencana,  Di doakan oleh malaikat setiap hari, Dapat membantu meringankan
beban orang lain, Sebagai obat penyakit, Memperoleh pahala yang mengalir terus.
Rukun hibah adalah wahib, mauhub lahu, mauhub dan ijab qabul. Rukun
hadiah adalah orang yang memberi berhak memiliki, orang yang diberi berhak
memiliki benda, ijab dan qabul, barang yang diberi harus bisa dijual belikan.
Rukun sedekah ini sama dengan rukun hadiah.
Persamaan dan Perbedaan hibah, hadiah dan sedekah adalah ketigannya
diberikan secara Cuma Cuma tanpa mengharapkan pemberian kembali dalam
bentuk dan wujud apapun. Sedangkan perbedaanya sedekah dan hibah diberikan
kepada seseorang karena rasa iba, kasih sayang, atau ingin mempererat
persaudaraan, hadiah diberikan kepada seseorang sebagai imbalan jasa atau
penghargaan atas prestasi yang dicapai.

24

Anda mungkin juga menyukai