Anda di halaman 1dari 13

“HAK”

Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur MataKuliah Fiqh Muamalah

Dosen Pengampu: Uswatun Hasanah, M.HI

Disusun Oleh Hukum IV-C

Kelompok 1 :

Edwar Nawansyah Ps (0206212140)

Maysa Alpiani (0206213070) Rafli

Khairy (0206212114)

Sabrina Putri Irawan (0206212155)

PROGRAM STUDI HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

BAB I PEMBAHASAN

1.1 Pengertian dan Asal Usul Hak .......................................................... 1

1.2 Macam – Macam Hak ........................................................................ 3

1.3 Ketentuan Terkait Hak ...................................................................... 6

1.4 Sumber dan Sebab Hak ..................................................................... 7

1.5 Penggunaan Hak ................................................................................ 7

BAB II PENUTUP

2.1 Kesimpulan .......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

i
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian dan Asal Usul Hak


Hak menurut Bahasa adalah ats-tsubut wa al-wujub artinya tetap dan wajib.
Pernyataan ini tertuang dalam firman Allah Swt dalam QS Yasin [36:7], yaitu:

“Sesungguhnya telah benar perkataan itu kepada kebanyakan sedang mereka tidak
beriman.”

Kata-kata haq pada ayat ini berarti tetap dan pasti. Sementara itu, haq dengan
pengertian wujub terdapat dalam QS Al-Baqarah [2:241].

“Dan bagi wanita-wanita yang ditalak (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut‟ah
1
menurut yang ma‟ruf sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Kata-kata haq yang secara terminologi berarti kewajiban. Sementara ini,


pengertian hak secara istilah terjadi perbedaan pendapat di kalanin ahli fiqh, yakni:

“Hukum yang telah tetap menurut syariat”

Definisi ini sangat umum dan mencakup semua kalimat yang dipakaikan untuk hak
karena hak juga dipakaikan untuk harta hak milik, seperti hak perwalian, hak hadhanah,
hak untuk lewat, hak untuk mengalirkan air, hak menerima barang bagi pembeli, dan hak
2
menerima uang bagi penjual.
Sultah pada definisi ini meliputi sulthah ala nafsi (kekuasaan terhadap jiwa/diri),
seperti hak hadanah (memelihara anak), dan sulthah ala syaiin mu‟ayanin (kekuasaan

1
Wahbah az-Zuhaili, al-fiqh al islami wa Adillatuh, Juz. 4, (Llibanon: Dar al-Fikri,1984, h 8.
2
T.M. Hasbi Ashidiqy,Pengantar Fiqh Mu‟amalah, (Jakarta: Bulan Bintang: 1974), h. 108.

1
terhadap benda) seperti hak milkiyah (hak milik). Sementara itu, taklif pada definisi ini
meliputi iltizam ala insan (tanggung jawab atas seseorang), seperti kewajiban buruh
melaksanakan tugasnya dan iltizam ala mal (tanggung jawab terhadap harta), seperti
kewajiban melunasi utang.

Menurut Mushtafa Az-Zaraqa' hak secara umum mencakup hak-hak keagamaan


(diniyah), seperti hak Allah atas hambanya berupa shalat, puasa, dan sejenisnya. Hak -
hak keduniawian (madaniyah), seperti hak kepemilikan, hak-hak adabiyah, seperti hak taat
seorang anak terhadap orang tua, serta kebendaan (maliyah), seperti hak nafkah, dan hak
bukan kebendaan (ghairu maliyah), seperti hak perwalian. Sesuai dengan konsep fikih
muamalah yang pembahasannya mencakup hak dan kebendaan maka yang dimaksud
dengan hak dalam pembahasan ini adalah kekuasaan seseorang untuk menguasai sesuatu
berupa benda atau dengan istilah lain kaidah yang mengatur tentang orang dan benda yang
harus ditaati orang lain.

Manusia adalah makhluk sosial. Ia hidup bermasyarakat dan bertolong-tolongan


dalam menghadapi berbagai macam tantangan hidup. Adakalanya sesuatu yang dibutuhkan
seseorang ada pada orang lain. Kadang-kadang seseorang mampu pada satu bidang.
Namun, ia tidak ahli pada bidang yang lain. Misalnya seorang yang ahli perabot ia tidak
mampu untuk memasarkan barang dagangannya. Untuk itu. ia membutuhkan orang yan
g ahli di bidang pemasaran. Di sinilah timbul interaksi sosial antara sesama manusia. Dari
proses interaksi sosial ini muncullah hak dan kewajiban. Jadi, hak muncul dari hubungan
interaktif manusia dengan sesama manusia.

Agar tidak terjadi pertentangan-pertentangan dalam proses interaksi sosial, manusia


membutuhkan aturan yang tegas. Peraturan itu dapat mengatur hak dan kewajiban manusia
ketika mereka melakukan interaksi dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Aturan
yang berkenaan dengan hak ini adalah syariat Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan
Hadis yang padat dengan segala aturan yang mengatur kehidupan manusia baik di dunia
maupun di akhirat, dan dalam kehidupan bermasyarakat maupun untuk kepentingan
individu manusia itu sendiri.

Menurut syariat, segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia


bersumber dari Allah, termasuk masalah hak. Para ulama sepakat, sumber dari hak adalah
syarak dan karena syarak pula manusia hak, seperti perintah untuk ibadah, perintah untuk
menafkahi keluarga, dan lain sebagainya. Di samping itu, hak juga muncul karena ada

2
sebab yang melatarbelakanginya, seperti munculnya hak timbal balik antara suami istri
disebabkan karena perkawinan, yakni suami berkewajiban memberi nafkah istri punya hak
untuk dinafkahi, suami berhak untuk mendapat pelayanan yang baik dari istri, istri
berkewajiban melayani suaminya.

Atas dasar itu, sumber hak menurut para ulama ada lima, yaitu syarak, seperti
ibadah, akad, seperti jual beli, kehendak pribadi, seperti nazar, perbuatan yang bermanfaat,
seperti melunasi utang, dan perbuatan yang menimbulkan mudharat seperti kewajiban
2
mengganti rugi akibat kelalaian dalam menggunakan hak

1.2. Macam – Macam Hak


Hak ada beberapa macam yaitu :
a. Dipandang dari segi pemilik hak (shahibul haq), hak ada tiga macam yakni
1) Hak Allah, yaitu hak untuk mendekati Tuhan, memuliakan dan memenuhi
hukum-Nya atau menciptakan keuntungan bagi alam semesta, bukan untuk
orang-orang tertentu. Hak Allah meliputi (a) segala sesuatu yang bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti ibadah, termasuk shalat, puasa,
dan lain-lain. (b) segala sesuatu yang dimaksudkan untuk menciptakan
kesejahteraan umum, seperti hukum hudud, termasuk had zina, had sirkah, had
qazaf, dll.
2) Hak asasi manusia, yaitu. hak yang ditujukan untuk melindungi kepentingan
seseorang, seperti perawatan kesehatan, pengasuhan anak dan harta benda, dan
menciptakan rasa aman, serta hak-hak khusus, seperti perlindungan harta
benda, hak pemilik atas miliknya sendiri. barang, hak penjual atas uang dan
hak pembeli atas barang yang dibeli. Hukum yang terdapat dalam hak asasi
manusia adalah bahwa seseorang yang memiliki hak aborsi, pengampunan
atau perubahan dan warisannya, seperti haq qishash.
Hak manusia dapat dibagi kepada:
a) Hak yang dapat dikesampingkan seperti haq qishash, haq khiyar, haq
Suf'ah
b) Hak yang tidak dapat dikesampingkan dalam hal ini dibagi menjadi:
1) Hak yang tidak dapat diberikan ke atas diperbaiki, misal pembeli
melepaskan hak khiyar rukyah sebelum melihat barang.

2
Muhammad Usman Syabir, al-Muamalat al-Maliyah al-Mu‟ashirah, (Yordan, Dar al-Nafais, 1992),h 52.

3
2) Hak asasi manusia secara ketat didasarkan pada hukum Syariah,
misalnya seorang ayah atau seorang kakek melepaskan hak untuk
menjadi wali dari seorang anak kecil.
3) Hak itu jika dicabut mengakibatkan perubahan hukum Islam, seperti hak
pewaris untuk mencabut wasiatnya. Hak-hak yang berkaitan dengan
hakhak lain, seperti melepaskan hak asuh ibu atau hak untuk mengasuh
anak sendiri.
c) Hak waris, misalnya hak untuk menyimpan barang milik orang yang telah
meninggal sampai utangnya dilunasi.
d) Hak yang tidak dapat diwariskan, seperti hak ijarah menurut ulama
Hanafiyah, karena keistimewaan itu tidak bersifat kebendaan, sedangkan
menurut mereka hanya yang dapat diwariskan yang bersifat kebendaan. Di
sisi lain, jumhur berkeyakinan bahwa hak ijarah dapat ditegakkan karena
menurut mereka kelonggaran itu penting untuk penegakannya.
3) Hak berserikat, yaitu hak yang menyatukan dua hak, yaitu hak Tuhan dan hak
manusia. Dalam hak ini terkadang hak Allah lebih dominan, misalnya iddah
thalaq Dalam hak ini terdapat hak Allah yaitu melindungi keturunan dan
percampuran hak asasi manusia yaitu melindungi garis keturunan anak.
Terkadang hak asasi manusia lebih dominan, seperti haq qishash, yang
bertujuan untuk melindungi dan mencegah pembunuhan. Dalam hal ini, hak
asasi manusia lebih kuat, yaitu orang dapat melakukan aborsi, memaafkan dan
menggantinya dengan hukuman lain, seperti membayar hukuman mati.
b. Dipandang dari segi objek hak (mahalil haq) terbagi pada:
1) Haq al-maliyah (materi) dan haq ghairu al-maliyah (immateri) Hak
kebendaan, yaitu. hak yang berkaitan dengan benda dan manfaatnya, misalnya
hak penjual atas uang, hak pembeli atas barang. Hak yang tidak dapat
diganggu gugat, mis.
hak-hak yang berkaitan dengan hal-hal selain benda, seperti haq qisash.
2) Haq syakhsi dan haq 'aini
Haq syakhsyi adalah hak yang diberikan kepada seseorang dalam bentuk
tanggung jawab kepada orang lain, misalnya kewajiban penjual untuk
mengalihkan barang kepada pembeli dan kewajiban pembeli untuk mentransfer
uang ke penjual. Haq'aini adalah hak yang diberikan kepada seseorang oleh
syariat atas suatu benda dan isinya sekaligus, seperti harta benda. Haq
syakhsh
4
dan haq „aini memiliki karakteristik tersendiri yang menonjolkan perbedaan
antara kedua hukum tersebut.Hak syakhsi dan „aini adalah sebagai berikut: a)
Hak „aini mengikuti pemiliknya.
Hak asasi manusia adalah hak yang berkaitan langsung dengan materi.
Misalnya, properti seseorang dicuri. Kemudian pencuri menjual properti itu
kepada orang lain. Pemilik barang tetap berhak mengambil kembali
barangnya, sekalipun barang itu sudah menjadi milik orang lain.
Sebaliknya, haq syakhsyi tidak demikian karena haq syakhsyi adalah hak
yang terkait dengan kewajiban, seperti hak atas utang, meskipun materi
utang itu berada dalam penguasaan orang lain. Haq syakhsyi tidak
berpindah ke tangan orang lain karena tanggung jawabnya bersifat tetap.
Debitur tetap bertanggung jawab atas pelunasan utangnya, sekalipun materi
utang itu dialihkan kepada orang lain. Karena haq syakhsyi menyangkut
tanggung jawab, maka tidak dapat dialihkan kepada orang asing kecuali
menurut wasiat pemilik haq syakhsyi, seperti pengaturan kafalah atau
hiwalah
b) Haq „Aini jatuh dengan musnah atau musnahnya materi.
Kontrak yang berhubungan dengan Haq „Aini otomatis dibatalkan.
Misalnya, jika barang yang dijual dimusnahkan oleh penjual sebelum
diserahkan kepada pembeli, maka akad jual beli batal. Demikian pula
pemusnahan barang sewaan, pemutusan akad ijarah. Namun, hak Syakhsyi
tidak jatuh karena kehancuran materi. Misalnya utang habis atau musnah,
maka tanggung jawab debitur tidak sampai berakhirnya utang kebendaan.
Karena utang itu soal tanggung jawab, bukan soal materi.
Haq „aini terbagi pada:
a. Haq milkiyah, yaitu. hak yang memberikan kuasa kepada pemiliknya
atas wilayah (kekuasaan). Dengan hak ini, pemilik dapat memiliki,
menggunakan, atau mengalihkan kepada orang lain. Dengan kata lain,
pemilik bebas bertindak atas hartanya selama tidak merugikan dirinya
atau orang lain, seperti kepemilikan rumah pribadi.
b. Haq intifa atau hak untuk memperoleh manfaat dari sesuatu. Seperti hak
atas apartemen sewaan. Jika pemilik memiliki hak untuk menggunakan
akomodasi sewaan, tetapi ia tidak dapat, misalnya, beroperasi secara

5
bebas dengan objek sewaan, penyewa tidak dapat mengubah bentuk
akomodasi sewaan tanpa penyewa.
c. Haq irtifaq atau hak guna tanah ditentukan. Seperti hak untuk melintasi
tanah tetangga.
d. Haq irtihan, yaitu. hak yang diperoleh dari barang yang digadaikan,
misalnya hak untuk menahan barang yang digadaikan jika debitur belum
melunasi utangnya.
e. Haq ihtibas atau hak retensi benda.
f. Lugathah sebagai hak penemu barang untuk menyimpan barang itu. Jika
pemilik barang diketahui, penemu barang dapat menyimpan barang
tersebut untuk mengganti biaya yang dikeluarkan olehnya.
g. Haq Qarar, yaitu hak menetap atas tanah wakaf.

Seseorang berhak menggunakan tanah wakaf dengan izin negara.

3) Hak murni (haq mujarad) dan tidak murni (haq ghairu mujarad)
a. Haq mujarat adalah hak yang tidak meninggalkan bekas (akibat hukum)
apabila dicabut dengan jalan perdamaian atau pengampunan, misalnya
ketika kreditur melepaskan haknya atau memaafkan hutang debitur, maka
debitur terbebas dari hutangnya dan tidak meninggalkan bekas.
b. Haq gairu mujarrad adalah hak yang keluar dari wadah (akibat hukum)
dengan cara membuangnya. Seperti haq qishash, terus meninggalkan
bekas di sebelah kanan ketika jatuh, artinya hukumnya berubah dari halal
darah si pembunuh menjadi haram (tidak boleh membunuh), meskipun si
pembunuh tetap wajib membayar diyat (tebusan atau denda) kepada ahli
waris korban.”
1.3. Ketentuan Terkait Hak
A. Perlindungan Hak
Islam memberikan jaminan bahwa setiap orang itu mempunyai hak tersendiri.
Jika terjadi sebuah pelanggaran Hak maka pemilik atau penerima hak dapat
menuntut ganti rugi dan pemerintah harus bertindak tegas atas masalah tersebut
untuk memenuhi hak seseorang apabila terjadi perselisihan dalam pemenuhan hak.
Perlindungan hak dalam Islam merupakan realisasi dari prinsip keadilan. Oleh
karena itu, untuk menjamin perlindungan hak, diperlukan kekuasaan agar hak orang
lain tidak dilanggar

6
B. Penggunaan Hak
Islam memberikan kepada setiap orang kebebasan untuk menggunakan haknya
sesuai keinginannya, selama tidak bertentangan dengan syari'at. Oleh karena itu,
pemilik hak tidak boleh menggunakan haknya untuk hal-hal buruk, seperti
menghabiskan uang untuk berjudi. Selain pelaksanaan hak harus sesuai dengan
hukum syariah, tidak boleh melanggar atau mengganggu hak orang lain, oleh karena
itu perlindungan kebebasan dalam pelaksanaan hak pribadi harus sesuai dengan
3
hakhak orang. orang lain dan masyarakat umum.
1.4. Sumber dan Asal Usul Hak
Persoalan hak dalam perspektif hukum Islam berbeda dengan hukum modern. Islam
memandang hak sebagai aturan yang ditentukan oleh syara, termasuk nilai-nilai moral ,
untuk kepentingan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Sebaliknya, menurut hukum
modern, hak adalah hak yang melekat pada semua manusia dan dapat dilaksanakan
secara bebas terlepas dari hak dan kepentingan orang lain (Mujibatun, 2012).
Dalam Islam, pada hakekatnya semua hak asasi manusia berasal dari hak
Allah. Untuk itu, setiap manusia harus menggunakan haknya sesuai dengan ketentuan
syara', yaitu untuk mewujudkan kepentingan pribadi dan umum (Ali, 2003).

Menurut ulama fikih, ada lima dasar hak, yaitu:

a) Syari'at itu seperti ibadah.


b) Akad seperti penjualan, sewa , dan hibah.
c) Keinginan pribadi, seperti nazar atau janji.
d) perbuatan yang menguntungkan, seperti melunasi hutang pihak lain.
e) Perbuatan yang merugikan pihak lain, seperti wajib membayar ganti rugi karena
5
kelalaian dalam menggunakan milik pihak lain.
1.5. Penggunaan Hak
Orang bebas menggunakan hak mereka dengan cara yang ditentukan. Penggunaan
hak oleh setiap orang, baik secara pribadi maupun sosial, tidak diperbolehkan dengan
cara yang dapat merugikan orang lain dengan sengaja atau tidak sengaja. Misalnya,
seseorang yang mempunyai tanah berhak mendirikan bangunan/rumah di atas tanahnya.
Namun, saat membangun rumah, tidak boleh menghalangi cahaya atau udara ke rumah
tetangga atau menghalangi jalan tetangga. Penggunaan hak yang merugikan dikenal

3 5
Prilla Kurnia Ningsih, Fiqh Muamalah , (Jakarta: Uin Press: 2021), h. 69.
Ibid.
7
dalam fikih sebagai ta'asuf fiisti'mal al-haq (penggunaan hak secara sewenang-wenang),
tetapi ta'asuf fiisti'mal al-haq dari syar'a dilarang. Prinsip ta'asuf fi isti'mal al-haq
adalah
:
1) dengan sengaja menimbulkan kerugian; Jika seseorang dengan sengaja
merugikan orang lain dalam menjalankan haknya, maka perbuatan itu dilarang,
tetapi tergolong ta'suf (perbuatan sewenang-wenang). Misalnya, takhayul bagi
seorang suami (yang bercerai) untuk menyebut mantan istrinya untuk menyakiti
mantan istrinya, tetapi praktik ini dilarang dalam Islam.
2) Perilaku yang tidak ditentukan. Ketika Anda melakukan sesuatu yang tidak
ditentukan atau tidak pantas Jika Anda menggunakan hak Anda, Anda
harus mencegah tindakan itu karena itu ilegal. Nikah Muhalil misalnya.
3) Menggunakan hak untuk mendapatkan keuntungan menyebabkan lebih
banyak kerusakan.
4) Penggunaan hak untuk menyakiti orang lain secara tidak adil; Misalnya,
nyalakan alat perekam Anda. Keras dan diam-diam mengganggu tetangga.
5) Pelaksanaan hak melalui kelalaian atau tindakan yang salah.

8
4
Wahbah az-Zuhaili, Op.cit. h. 21.

9
BAB II

PENUTUP

2.1. Kesimpulan

Muamalah adalah hubungan yang mengatur masalah ekonomi dan keluarga, tetapi
sekarang hanya bersifat ekonomi. Jual beli, hutang, perdagangan, sewa, dll.
Meskipun mengatur masalah ekonomi, hak dan kewajiban dalam muamalah saling
mendukung dan saling menguntungkan. Muamalah adalah aturan bagi umat Islam agar
bisa mengatur masalah ekonomi dengan hak dan kewajiban yang adil. Tidak hanya untuk
saling menolong untuk keharmonisan, tetapi menguntungkan. Jual-beli, hutang-piutang,
perdagangan, sewa-menyewa, dan lain sebagainya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wahbah az-Zuhairi, 1984, al-fiqh al-islami wa Adilatuh, Libanon: Dar al-fikri.

T.M Husbi Ashidiqy, 1974, Pengantar Fiqh Muamalah , Jakarta: Bulan Bintang.

Muhammad Usman Syabir, 1992, al-Muamalat al-Maliyah al-Mu‟ashirah, Yordan: Dar


al-Nafais.

Prillia Kurnia Ningsih, 2021, Fiqh Muamalah, Jakarta: Uin Press.

Ghazaly, 2008, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana

Madani, 2015, Hukum Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

11

Anda mungkin juga menyukai