Anda di halaman 1dari 13

HAK, KEWAJIBAN, DAN KEUTAMAAN

Makalah ini disusun untuk memeuhi tugas mata kuliah Akhlak dan Tasawuf
Dosen Pengampu : Fauzi Annur, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Alif Rohman (183111046 / PAI 3B)


2. Nunung Agustina (183111047 / PAI 3B)
3. Ruty Ambar Fatimah (183111051 / PAI 3B)
4. Huswatul Hasanah (183111056 / PAI 3B)
5. Hanifa Auliya (183111067 / PAI 3B)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memiliki hak salah satunya hak untuk hidup. Di samping itu
manusia juga diberikan suatu kewajiban dimana dengan adanya suatu
kewajiban tersebut muncul sebuah perintah yang harus dilakukan serta diiringi
sikap untuk bertanggungjawab. Sehingga keutamaan berperan dalam
memberikan sebuah acuan seseorang agar dapat melaksanakan kewajiban dan
memenuhi haknya.
Aturan-aturan yang ada dalam kehidupan masyarakat harus di taati dan
dilakukan oleh setiap individu, sehingga dengan hal itu, setiap manusia
memperoleh suatu kewajiban yang harus dilakukan. Apabila kewajiban itu
telah dilakukan oleh seseorang, maka orang itu akan mendapatkan hak yang
diperoleh dari pihak yang telah memberikan suatu kewajiban kepadanya.
Sifat manusia yang berbeda-beda menjadikan perlu adanya sebuah
tuntutan adanya hukum dan peraturan yang menjadikan sebagai batasan hak
dan kewajiban bersama. Namun hak dan kewajiban perlu ditempatkan dalam
konteks etika keutamaan, karena sejatinya hak dan kewajiban akan rapuh kalau
tidak didasarkan pada suatu komitmen akan suatu tujuan bersama yang telah
disepakati.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan diuraikan dengan jelas mengenai
hak, kewajiban, dan keutamaan serta hubungan antara hak, kewajiban, serta
keutamaan dengan akhlak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hak, kewajiban, dan keutamaan ?
2. Bagaimana hubungan antara hak, kewajiban, keutamaan dengan akhlak ?
C. Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan tentang hak, kewajiban, dan keutamaan.
2. Untuk menjelaskan hubungan antara hak, kewajiban, serta keutamaan
dengan akhlak.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hak
1. Pengertian Hak
Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara etis
seseorang dapat mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan
atau menuntut sesuatu.
Menurut Poedjawijatna mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
hak ialah semacam milik, kepunyaan, yang tidak hanya merupakan benda
saja, melaikan pula tindakan, pikiran dan hasil pikiran itu.1
Pengertian hak dalam Al-Quran seperti yang dikemukakan al-
Raghib al-Asfahni adalah al-muthabaqah wa al-muwafaqah artinya
kecocokan, kesesuaian dan kesepakatan, seperti cocoknya kaki pintu
sebagai penyangganya.2
Hak didalam Al-Quran mengandung empat pengertian:
a. Menunjukkan terhadap pelaku yang melakukan sesuatu yang
mempunyai hikmah. Diantara contohnya yaitu Allah yang
menciptakan segala sesuatu yang mempunyai hikmah atau nilai.
Hal itu ada dalam QS. Al- An’am (6): 62 yang artinya :” Kemudian
kembalilah kamu sekalian kepada Allah, Dialah Tuhan mereka
yang haq.”
b. Menunjukkan pada objek yang diciptakan dan memuat suatu
hikmah didalamnya. Contohnya yaitu Allah menjadikan Bulan dan
Matahari yang memuat hikmah bagi kehidupan. Seperti pada QS.
Yunus (10):5 yang artinya: “Allah tidak menciptakan yang
demikian ini (matahari dan bulan) kecuali dengan haq.”

1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017),
hlm. 117.
2
Ibid., hlm. 118.

2
c. Kata al- haq digunakan dalam menunjukkan suatu keyakinan
(I’tiqad) yang sesuai dengan dirinya. Contohnya ketika ada siksa
neraka dan ada surga. Seperti yang ada dalam QS. Al- Baqarah
(2):213 yang artinya “ Maka Allah memberi petunjuk kepada orang
orang yang beriman terhadap apa yang mereka perselisihkan dari
haq.”
d. Kata al-haq dipakai dalam menunjukkan perbuatan atau ucapan
yang dilakukan sesuai dengan ukurannya. Contoh dalam QS. Al-
Mu’minun (23):71 yang artinya “ Dan seandainya al-haaq itu
menuruti hawa nafsunya, maka terjadilah kerusakan langit dan
bumi.”
2. Macam-macam Hak
Dilihat dari segi objek dan hubungannya dengan akhlak, secara garis
besar hak terbagi menjadi :
a. Hak Hidup (Haq al- hayat)
Setiap individu memiliki hak untuk hidup. Hak hidup yaitu hak
yang tidak bisa diberikan atau diganti dengan sesuatu. Dengan adanya
hak hidup kita mempunyai kewajiban diantaranya :
1) Kewajiban untuk mempertahankan hak hidup diri sendiri dengan
berbuat kebaikan.
2) Kewajiban untuk mempertahankan hak hidup orang lain dalam
rangka menjalin hubungan untuk bersatu dalam mempertahankan
agama atau tanah air dari serangan musuh karena perlu diketahui
bahwa hidup itu bukan untuk dirinya saja.3
Sehingga, perlu diingat bahwa hak hidup merupakan hak
bersama. Karena sejatinya calon bayi yang berada di dalam perut
ibunya, sudah berhak atas kehidupan.
b. Hak Kesamaan Hukum
Setiap orang ketika melakukan suatu perbuatan itu di dalamnya ada
suatu hukum yang membatasi perbuatannya agar tidak berlebihan. Oleh

3
Buya Hamka, Lembaga Hidup,(Jakarta: Republika,2015), hlm 15.

3
karena itu, hukum diperlukan dalam rangka mengatur setiap orang agar
selalu hati-hati dalam bertindak. Hak atas perlakuan hukum ini setiap
manusia diberi perlakuan yang sama tanpa memandang bulu atau
adanya deskriminasi. Dalam UUD 1945 hak atas perlakuan hukum ada
dalam pasal 28 D: (1) hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan
4
hukum. Sedangkan dalam hadis Abu Hurairah meriwayatkan dari
Rasulullah Saw bersabda yang artinya “ Sesungguhnya Allah tidak
memandang kepada bentuk rupa kamu dan harta benda kamu, akan
tetapi Dia hanya memandang kepada hati kamu dan amal perbuatan
kamu” (HR.Muslim).
c. Hak Mengembangkan Keturunan (Hak Kawin)
Setiap individu mempunyai hak berkeluarga untuk meghasilkan
sebuah keturunan apabila telah mampu. Sehingga dalam UU No.1 Tahun
1974 Pasal 1 menegaskan bahwa membentuk keluarga yang bahagia serta
erat hubungannya apabila adanya keturunan yang menjadi tujuan
perkawinan.5 Dalam QS. an-Nur (24) : 32 yang artinya “Dan nikahlah
orang-orang yang sendirian diantara kamu,dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan karuni-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi
Maha mengetahui.”
d. Hak Memiliki (Haq Al-Malik)
Hak milik merupakan sesuatu yang menjadi miliknya baik bersifat
penuh atau ada unsur kebersamaan dengan orang lain (umum). Hak milik
dibagi menjadi dua yaitu :

4
A. Muhammad Asrun, “Hak Asasi Manusia dalam Kerangka Cita Negara Hukum”,
Jurnal Cita Hukum, Vol. 4. No. 1 (2016), hlm 136.
5
Tedy Sudrajat,” Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Sebagai HAM Dalam
Perspektif Sistem Hukum Keluarga di Indonesia, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 1. No. 54
(2011), hlm 114.

4
1) Hak milik perseorangan
Hak milik perseorangan adalah sesuatu yang dimiliki oleh
seseorang serta kepemilikannya bersifat penuh.
Contoh : pakaian, buku, rumah yang sudah menjadi milik pribadi.
2) Hak milik umum
Hak milik umum yaitu hak yang dimiliki negara serta
diserahkan kepada lembaga untuk mengaturnya.
Contoh : perusahaan air minum dan perusahaan listrik.
e. Hak Kemerdekaan atau Kebebasan (Haqq Al-Hurriyyah)
Kemerdekaan artinya terbebas dari belenggu atau tekanan. Namun
kebebasan disini dalam konteks terbatas karena jika kebebasan itu bersifat
mutlak, ditakutkan kalau sampai merugikan orang lain. Sehingga dengan
adanya kebebasan itu terdapat undang-undang yang membatasinya.
Dimana undang-undang berperan untuk mengatur dan membatasi suatu
perbuatan agar tidak berlebihan. Sehingga diperlukan suatu pemerintahan
untuk bertanggung jawab.
Kemerdekaan yang diberikan dari masyarakat kepada diri sendiri
terbagi menjadi 2 bagian:
1) Kemerdekaan Diri
Seseorang diberi kebebasan tanpa ada hambatan dari pihak
manapun selama yang dilakukannya tidak merugikan orang lain.
Namun apabila seseorang itu lalai dari kewajibannya (mengganggu
kemerdekaan orang lain) maka hukuman akan dijatuhkan padanya.
2) Kemerdekaan Berpikir
Manusia diberi kebebasan berfikir, selama apa yang difikirkan dan
diutarakan tidak menyinggung perasaan orang lain.
f. Hak Memperoleh Pendidikan (Haq Al-Tarabbi)
Hak memperoleh pendidikan merupakan suatu hak yang dimiliki oleh
semua orang untuk sama- sama belajar dalam rangka menuntut ilmu. Hak
memperoleh pendidikan memberikan kewajiban bagi negara dalam rangka
menyediakan sarana pendidikan. Jangan sampai ada warga negara yang

5
terhalang memperoleh pendidikan karena kemiskinan atau tidak tersedianya
sarana.6
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 5 ayat (1) berbunyi “ Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.”7
Di Indonesia hak juga diatur dalam undang-undang yang
berhubungan dengan hak asasi manusia, misalnya hak bernegara, hak
bersuara, berusaha, beragama, berpendidikan, perlakuan hukum dan
seterusnya.
3. Pelaksanaan HAK
Hak setiap makhluk hidup dibawa sejak lahir. Sehingga hak antara
makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya itu sama tidak ada
deskriminasi atau perbedaan. Oleh karena itu setiap makhluk hidup
mempunyai kesempatan yang sama dalam mencapai apa yang diinginkan.
Pelaksanaan hak bukan didasarkan pada suka atau tidak suka namun
didasarkan pada hak manusia sebagai makhluk Allah SWT serta pada
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.8
B. Kewajiban
1. Pengertian Kewajiban
Selanjutnya kerena hak itu merupakan wewenang dan bukan
kekuatan, maka ia merupakan tuntutan, dan terhadap orang lain hak itu
menimbulkan kewajiban, yaitu kewajiban menghormati terlaksananya hak-
hak orang lain. Kewajiban maksudnya adalah wajib yang berdasarkan
kemanusiaan, karena hak yang merupakan sebab timbulnya kewajiban itu
juga berdasarkan kemanusiaan.
Di dalam ajaran Isalm, kewajiban ditempatkan sebagai salah satu
hukum syara’, yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan

6
Buya Hamka, Lembaga Hidup,(Jakarta: Republika,2015), hlm 43.
7
Emmanuel Sujatmoko, “Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan”, Jurnal
Konstitusi, Vol. 7. No 1 (2010), hlm.188.
8
Buya Hamka, Lembaga Hidup,(Jakarta: Republika,2015), hlm 10-11.

6
mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan siksa.
Dengan kata lain kewajiban dalam agama berkaitan dengan pelaksanaan
hak yang diwajibkan oleh Allah. Misalnya, melaksanakan shalat lima
waktu, membayar zakat, berpuasa, dan seterusnya. 9
2. Macam-Macam Kewajiban
Berikut ini macam-macam kewajiban manusia diantaranya yaitu:
a. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
Manusia adalah makhluk hidup yang membutuhkan sesuatu
untuk mempertahankan hak hidupnya. Biasanya kewajiban ini bisa
dikatakan sebagai kesopanan diri. Contohnya: manusia butuh makan,
minum, berpakaian, menjaga kebersihan dan kesehatan.
b. Kewajiban Kepada Sesama makhluk
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia diciptakan oleh Allah
dengan memiliki tugas sebagai khalifah (pemimpin di bumi untuk
melestarikan bumi). Sehingga dalam tugas itu sudah sepantasnya
manusia bersikap tolong menolong dengan sesama makhluk hidup
serta peduli dengan alam.
c. Kewajiban Kepada Allah SWT
Berikut ini merupakan kewajiban manusia terhadap Allah SWT
antara lain; beriman kepada Allah SWT, beribadah dengan ikhlas,
tidak menyekutukan Allah SWT, bersyukur, meminta ampunan serta
bertaubat, bertaqwa kepada Allah SWT, dan tawakal kepada Allah
SWT.
d. Kewajiban Bertanah Air
Tanah air merupakan tempat seseorang dilahirkan. Sudah
sepantasnya sebagai warga negara memiliki kewajiban menjaga dan
membela tanah airnya.10

9
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017),
hlm. 122.
10
Buya Hamka, Lembaga Hidup,(Jakarta: Republika,2015), hlm 309.

7
3. Pelaksanaan Kewajiban
Perlu kita ketahui bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT
dengan membawa suatu kewajiban salah satunya kepada Allah Swt yaitu
beribadah. Oleh karena itu dengan adanya kewajiban itu menjadi
tanggungjawab manusia untuk melaksanakan perintah Allah SWT.
Sehingga dengan adanya perintah untuk beribadah yang menjadi
kewajiban serta tanggung jawab manusia tersebut, Allah SWT
menyediakan balasan bagi orang-orang yang taat dan ingkar yaitu berupa
(surga dan neraka).11
C. Keutamaan
1. Pengertian Keutamaan
Secara bahasa, Keutamaan berasal dari bahasa Inggris yaitu “virtue”
sedangkan dalam bahasa Latin “virtus”. Biasanya kata sifat Inggris
“virtuous” diartikan dengan “saleh”, serta dalam bahasa- bahasa
baratnya “virtue” dihubungkan dengan kesalehan. Kemudian, menurut
Magnis-Suseno, keutamaan merupakan terjemahan yang sesuai dengan
kata “virtue” dalam arti sebagai kekuatan dan kemampuan.
Kata “utama” tertuju kepada kemampuan manusia untuk membawa
diri sebagai manusia utuh. artinya seseorang yang membiasakan dengan
sesuatu yang baik .”Manusia utama” ialah manusia yang luhur, kuat,
kuasa untuk menjalankan apa yang baik dan tepat, untuk melakukan
tanggung jawabnya.12 Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa
keutamaan merupakan jiwa sedangkan kewajiban hanya perbuatan luar.
Keutamaan diperoleh melalui jalan membiasakan diri yang
merupakan sebuah latihan. Keutamaan tidak dimiliki manusia sejak lahir
karena belum memiliki kesadaran moral. Proses dalam memperoleh

11
Buya Hamka, Lembaga Hidup,(Jakarta: Republika,2015), hlm 129.
12
Iffan Ahmad Gufron, “Menjadi Manusia baik dalam Perspektif Etika Keutamaan”,
Jurnal Yaqzhan, Vol 2 No. 1 (2016) , hlm 101.

8
keutamaan itu didapat dari upaya dalam mengoreksi sifat awal yang tidak
baik.
2. Macam-macam Keutamaan
a. Perseorangan
1) Mengekang hawa nafsu
Yaitu mengekang nafsu dari rasa takut melalui sikap berani.
2) Mendidik nafsu
Yaitu mendorong nafsu agar berbuat sesuai akalnya yaitu
menanamkan kebijaksanaan.
b. Masyarakat
Masyarakat memberikan keadilan kepada setiap orang yang
mempunyai hak- hak dalam menyampaikan setiap hak-hak yang
dimiliki oleh seseorang serta kebaikan dalam memberi
kebutuhan kepada seseorang atas haknya.
c. Agama
1) Keutamaan agama mengandung sifat-sifat manusia yang
harus dipakai untuk Tuhannya.
2) Pandangan dalam memberi hukum kepada sesuatu akan
baik dan buruknya, ialah suara hati yang menjadi petunjuk
yang baik.
Menurut W.K.Frankena ada dua keutamaan pokok, yaitu
kebaikan hati dan keadilan. Berbeda dengan Plato dan Aristoteles
yaitu ada empat keutamaan pokok antara lain
kebijaksanaan,keberanian,pengendalian diri, dan keadilan. Serta di
abad pertengahan Thomas Aquinas menambah 3 keutamaan lagi yaitu
biasa disebut keutamaan teologis yang terdiri atas
kepercayaan,pengharapan, dan cinta kasih.13

13
Iffan Ahmad Gufron, “Menjadi Manusia baik dalam Perspektif Etika Keutamaan”,
Jurnal Yaqzhan, Vol 2 No. 1 (2016) , hlm 104.

9
D. Hubungan antara Hak, Kewajiban, dan Keutamaan dengan Akhlak
Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, mendarah
daging, tulus ikhlas karena Allah. Hubungannya dengan hak dapat dilihat pada
arti hak yaitu sebagai milik yang dapat digunakan oleh seseorang tanpa ada
yang dapat menghalanginya. Hak yang demikian itu merupakan akhlak, karena
akhlak harus dilakukan oleh seseorang sebagai haknya14.
Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari
kepribadian seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk
melaksanakannya tanpa merasa berat.15
Kewajiban yaitu sebuah perintah yang harus dilakukan serta diiringi sikap
untuk bertanggungjawab. Dengan adanya kewajiban tersebut mau ataupun
tidak mau seseorang harus menjalankan apa yang diperintahkan. Sejatinya
dalam melaksanakan suatu kewajiban seseorang harus mempunyai suatu
keutamaan yaitu berupa pedoman atau acuan yang digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan kewajiban serta dalam rangka memenuhi haknya. Oleh
karena itu, dalam kehidupan masyarakat ini terdapat suatu aturan-aturan yang
harus ditaati dan dijalankan, sehingga itu menjadikan kewajiban bagi seseorang
untuk menjalankannya dan semata-mata dengan melakukan kewajiban tersebut
seseorang dapat memenuhi dan mendapatkan haknya. Manusia yang benar dan
baik diukur menurut keutamaan yang dimiliki salah satunya kebijaksanaan
yang tertanam dalam diri dan dibentuk melalui suatu pembiasaan dalam
bertindak dan berperilaku.16

14
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017),
hlm. 123.
15
Ibid., hlm 124.
16
Johanis Ohoitimur, “ Etika Keutamaan dalam Arah Pendidikan Indonesia Kotemporer”,
Jurnal Respons, Vol 21 No. 02 (2016), hlm 166.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang
dapat mengerjakan, memiliki mempergunakan atau menuntut sesuatu. Dilihat
dari segi objek dan hubungannya dengan akhlak, secara garis besar hak terbagi
menjadi hak hidup, hak kesamaan hukum, hak perkawinan, hak milik, hak
kemerdekaan ,dan hak memperoleh pendidikan.
Kewajiban ditempatkan sebagai salah satu hukum syara’, yaitu suatu
perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika
ditinggalkan akan mendapatkan siksa.
Keutamaan merupakan kemampuan manusia untuk membawa diri sebagai
manusia utuh. artinya seseorang yang membiasakan dirinya untuk melakukan
suatu proses latihan akan sesuatu yang baik serta menjadi acuan bertindak.
Hubungannya akhlak dengan hak dapat dilihat pada arti hak yaitu sebagai
milik yang digunakan oleh seseorang tanpa ada yang dapat menghalanginya.
Akhlak yang mendarah daging kemudian menjadi bagian dari kepribadian
seseorang untuk melaksanakannya kewajiban. Sejatinya dalam melaksanakan
suatu kewajiban seseorang harus mempunyai suatu keutamaan yaitu berupa
pedoman atau acuan yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
kewajiban serta dalam rangka memenuhi haknya. Oleh karena itu, dalam
kehidupan masyarakat ini terdapat suatu aturan-aturan yang harus ditaati dan
dijalankan, dan menjadikan kewajiban bagi seseorang untuk menjalankannya
dan semata-mata dengan melakukan kewajiban tersebut seseorang dapat
memenuhi dan mendapatkan haknya.
B. Saran
Demikian makalah ini kami sampaikan,tentunya banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan, dan kurangnya sumber referensi
yang kami peroleh. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asrun A. Muhammad. 2016. “Hak Asasi Manusia dalam Kerangka Cita Negara
Hukum”. Jurnal Cita Hukum, Vol. 4. No. 1 hlm 133-154.
Gufron, Iffan Ahmad. 2016. “Menjadi Manusia baik dalam Perspektif Etika
Keutamaan”. Jurnal Yaqzhan. Vol 2 No. 1, hlm 99-112.
Hamka,Buya.2015. Lembaga Hidup. Jakarta: Republika.
Nata, Abuddin.2017. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Pers.
Ohoitimur, Johanis. 2016. “ Etika Keutamaan dalam Arah Pendidikan Indonesia
Kotemporer”. Jurnal Respons, Vol 21 No. 02, hlm 166-188.
Sudrajat, Tedy Sudrajat. 2011.”Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Sebagai
HAM Dalam Perspektif Sistem Hukum Keluarga di Indonesia”, Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 1. No. 54, hlm 112-132.
Sujatmoko,Emmanuel.2010.“Hak Warga Negara Dalam Memperoleh
Pendidikan”. Jurnal Konstitusi, Vol 7. No 1, hlm.182-211.

12

Anda mungkin juga menyukai