DI SUSUN OLEH
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa‟atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1. KESIMPULAN ................................................................................... 13
2. SARAN ................................................................................................ 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri lagi, rata-rata penduduk Indonesia adalah
warga negara yang menyandang status muslim. Bahkan riset membuktikan
bahwa jumlah muslim terbanyak di seluruh dunia salah satunya adalah
negara Indonesia dan mayoritas dari mereka bermazhab pada Imam
Syafi‟i.
Selain itu, banyak orang salah sangka bahwa adanya mazhab fiqih
itu berarti sama dengan perpecahan, sebagaimana berpecahnya umat lain
dalam sekte-sekte. Sehingga ada dari sebagian umat Islam yang
menjauhkan diri dari bermazhab, bahkan ada yang sampai anti mazhab.
1
Kalau tidak mengacu kepada mazhab orang lain yang sudah ada,
maka minimal dia mengacu kepada mazhab dirinya sendiri. Walhasil,
tidak ada di dunia ini orang yang tidak bermazhab. Semua orang
bermazhab, yaitu mazhab Al-Paijoiyah, Al-Paiminiyah, At-Tugiriniyah
dan Al-Wakijaniyah.
Sebab yang namanya mazhab itu adalah sebuah sikap dan cara
seseorang dalam baik pada orang lain maupun pada diri sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep madzhab dan bermadzhab
2. Sebutkan sistem, fungsi dan kegunaan bermadzhab
3. Sebutkan empat tokoh madzhab fiqih
4. Sebutkan contoh sistem bermadzhab
C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana konsep madzhab dan bermadzhab
2. Mengetahui sistem, fungsi dan kegunaan bermadzhab
3. Mengetahui empat tokoh madzhab fiqih
4. Mengetahui contoh sistem bermadzhab
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Madzhab Dan Bermadzhab
3
madzhab tersebut. Bisa dibayangkan bagai mana sulitnya beribadah bagi
orang awam jika semua harus mencari dan mempelajari secara langsung
dari sumber aslinya. Dasar yang dipakai orang NU untuk bermadzhab ini
meliputi, Pertama :
هل هى واجـب. كاى سـيذي علي الخـىاص سحوه هللا إرا سـأله إًسـاى عي التقيـذ بوزهـب هعيـي الآلى
أو ال؟ يقىل له يجـب عليـك التقيـذ بوزهـب ها دهـت لن تصل إلً شـهىد عيي الشـشيعة األولً خىفا هي
الىقـىع فً الضـالل وعليه عوـل الٌـاس اليـىم
4
a. Mazhab Hanafi. Yaitu mazhab imam Abu Hanifah al-Nu‟man bin
Tsabit (lahir di kufah pada tahun 80 H, dan meninggal pada tahun
150 H)
b. Mazhab Maliki. Yaitu mazhab imam malik bin anas bin malik,
(lahir di madinah tahun 90 H dan meninggal pada tahun 179 H)
c. Mazhab Syafi‟i. Yaitu mazhab imam abu abdillah bin idris bin
syafi‟i, (lahir di ghazzah pada tahun 150 H, dan meninggal pada
tahun 204 H)
d. Mazhab Hambali. Yaitu mazhab imam ahmad bin hanbal, (lahir di
marwaz padatahun 164 H, dan meninggal pada tahun 241 H)
5
هل هى واجـب. كاى سـيذي علي الخـىاص سحوه هللا إرا سـأله إًسـاى عي التقيـذ بوزهـب هعيـي الآلى
أو ال؟ يقىل له يجـب عليـك التقيـذ بوزهـب ها دهـت لن تصل إلً شـهىد عيي الشـشيعة األولً خىفا هي
الىقـىع فً الضـالل وعليه عوـل الٌـاس اليـىم
“Jika tuanku yang mulia Ali al-Khawas r.a ditanya seseorang tentang
mengikuti madzhab tertentu sekarang ini – apakah wajib atau tidak? Beliau
berkata: Anda harus mengikuti suatu madzhab selama Anda belum
mengetahui inti agama, karena khawatir terjatuh pada kesesatan. Dan ia
harus melaksanakan apa yang dilaksanakan oleh orang lain sekarang ini.”
6
b. Sumber-sumebr ijtihadiyya, yaitu dengan menggunakan qiyas
dan istihsan.
c. Al-A‟raf, yakni adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan
nas, terutama dalam masalah perdagangan. Abu hanifahbahkan
menganjurkan beramal dengan „urf.
2. Imam Malik
7
6) Qiyas
7) Istihsan
8) Mashalih mursalah
9) Sadd Al- Dzara.i
10) Mura‟at khilaf al-mujtahid
11) Istishab
12) Syar‟uman qoblana
3. Imam Syafi’i
8
Imam Syafi‟i wafat pada hari kamis 29 Rajab tahun 204 H
(820M). Dimakamkan dipekuburan Banu Zahrah, tepatnya di Qarafah
Shughra di bawah kaki gunung “Al-muqaththam” Mesir.
Nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hilal bin Usd bin
Idris bin Idris bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasit bin Mazin bin
Syalban. Lahir pada 164 H Beliau adalah seorang zuhud, bersih
hatinya dari segala macam pengaruh kebendaan, berwawasan luas,
sangat dalam pemahamannya terhadap ruh syariat. Beliau menguasai
seluruh ilmu. Dalam pesantrennya, setiap selesai sholat ashar, beliau
membiasakan memberi fatwa dan bersama para peserta pesantrennya
menyebutkan diri dengan apa yang dilakukan oleh para ulama salaf
dalam pesantren mereka, yaitu pengkajian Al-Qur‟an dan tafsirnya.
Pokok-pokok fiqih madzhab Hambali:
1) Al-Nushush
2) Fatwa sahabat
3) Ikhtilaf sahabat
4) Hadis mursal dan dha‟if
5) Qiyas
9
D. Contoh Sistem Bermadzhab
1. Madzhab Hanafi
2. Madzhab Maliki
10
bagian dari kehati-hatian keluar dari khilaf dengan membaca basmalah
dalam shalat.” (Al Fawaqih Ad Dawani, hal. 409).
3. Madzhab Syafi’i
11
4. Madzhab Hanbali
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
2. Keshahihan suatu nash kadang-kadang diperdebatkan. Ada ulama
yang mau menerima kesahihan suatu nash dan ada pula yang
menolaknya. Hal ini terjadi karena mereka berbeda pendapat
dalam menilai tsiqat ( terpercaya )tidaknya seorang perowi, lemah
tidaknya matan dan sanad suatu hadist jik dibandingkan dengan
matan dan sanad lain.
3. Perbedaan dalam memahami nash
4. Dalam suatu nash, baik Al-Qur‟an maupun hadist kadang-kadang
terdapat suatu kata yang mengandung makna ganda (musytarak)
dan kata majazi /kiasan, sehingga arti yang terkandung dalam nash
itu tidak jelas. Terhadap nash yang demikian itu, para ulama
berbeda-beda dalam memahaminya. Missal kata quru‟ dalam surah
Al-Baqoroh (2) ayat 228 mempunyai 2 arti yakni suci dan haid,
sehingga berapa lama iddah wanita yang dicerai boleh memilih
apakah 3 kali sucian atau 3 kali haid.
5. Perbedaan dalam menggabungkan dan mengunggulkan nash-nash
yang saling bertentangan.
6. Dalam suatu masalah kadang terdapat dua atau lebih nash yang
bertentangan, sehingga hokum yang sebenarnya dari masalah
tersebut sulit diputuskan.untuk memutuskannya biasanya para
ulama memilih nash yang lebih kuat atau mencari titik temu dari
nash nash tersebut. Dalam mengambil keputusn inilah biasanya
terjadi khilafiyah dari kalangan para ulama.
7. Perbedaan dalam kaidah-kaidah ushul sebagai sumber istinbath
8. Para mujtahid dalam memilih suatu hadist tau mencari suatu dalil,
mempunyai cara pandang dan metode yang berbeda-beda.
9. Perbedaan dalam perbendaharaan hadist
10. Diantara para sahabat kemngkinan besar banyak yang koleksi
hadistnya tidak sama, oleh karena itu perbedaan hadis yang
dimiliki para mujtahid kan menyebabkan mereka berbeda
pendapat.
14
11. Perselisihan tentang illah dri suatu hukum
Perselisihan para mujtahid mengenai illat dari suatu hokum juga
merupakan salah satu sebab terjadinya perbedaan pendapat dalam
fiqih.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Haidir, Abdullah. 2004. Mazhab fiqh. King Fahd National Cataloging-In-
Publication Data.
Harist, B.2010. Islam NU. Surabaya:Khalista
Rakhma, J. 2002. Dahulukan Akhlak di atas Fiqih. Bandung:Mizan Media Utama
(MMU)
16