Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BERMADZHAB DAN SISTEM BERMADZHAB


Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Aswaja
DOSEN PENGAMPU : MIFTAHUDIN KHAIRUL, M.Pd.

DI SUSUN OLEH

BAIQ NINA SORAYA : 2302060017


NURMA LALITA : 2302060097
RIYA YANI : 2302060108
HERMAN :2302060169
AHMAD NASID NAFERI :2302060093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA MUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa‟atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Aswaja dengan judul “ BERMAZHAB DAN SISTM BERMAZHAB ”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Dosen aswaja kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Bonder, 16 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... II

DAFTAR ISI ................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1. Latar Belakang ..................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
3. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

1. Konsep Madzhab Dan Bermadzhab ..................................................... 3


2. Sistem, Fungsi Dan Kegunaan Bermadzhab ........................................ 4
3. Empat Tokoh Madzhab ....................................................................... 6
4. Contoh Sistem Bermadzhab ................................................................ 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13

1. KESIMPULAN ................................................................................... 13
2. SARAN ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri lagi, rata-rata penduduk Indonesia adalah
warga negara yang menyandang status muslim. Bahkan riset membuktikan
bahwa jumlah muslim terbanyak di seluruh dunia salah satunya adalah
negara Indonesia dan mayoritas dari mereka bermazhab pada Imam
Syafi‟i.

Namun tidak semua dari mereka yang benar-benar tahu dan


memahami islam secara hakikat. Parahnya, ada sebagian dari mereka yang
belum tahupula tentang bermazhab. Pada akhirnya mereka lebih memilih
sekedar ikut-ikutan dengan orang yang lebih pintar (menurut mereka).

Selain itu, banyak orang salah sangka bahwa adanya mazhab fiqih
itu berarti sama dengan perpecahan, sebagaimana berpecahnya umat lain
dalam sekte-sekte. Sehingga ada dari sebagian umat Islam yang
menjauhkan diri dari bermazhab, bahkan ada yang sampai anti mazhab.

Penggambaran yang absurd tentang mazhab ini terjadi karena


keawaman dan kekurangan informasi yang benar tentang hakikat mahzab
fiqih. Kenyataannya sebenarnya tidak demikian. Mazhab-mazhab fiqih itu
bukan representasi dari perpecahan atau pereseteruan, apalagi peperangan
di dalam tubuh umat Islam.

Sebaliknya, adanya mazhab itu memang merupakan kebutuhan


asasi untuk bisa kembali kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Kalau ada
seorang bernama Mas Paijo, Mas Paimin, Mas Tugirin dan Mas Wakijan
bersikap yang anti mazhab dan mengatakan hanya akan menggunakan Al-
Quran dan As-Sunnah saja, tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka
masing-masing sudah menciptakan sebuah mazhab baru, memahami teks
Al-Quran dan As-Sunnah. Setiap orang yang berupaya untuk memahami
kedua sumber ajaran Islam itu, pada hakikatnya sedang bermazhab.

1
Kalau tidak mengacu kepada mazhab orang lain yang sudah ada,
maka minimal dia mengacu kepada mazhab dirinya sendiri. Walhasil,
tidak ada di dunia ini orang yang tidak bermazhab. Semua orang
bermazhab, yaitu mazhab Al-Paijoiyah, Al-Paiminiyah, At-Tugiriniyah
dan Al-Wakijaniyah.
Sebab yang namanya mazhab itu adalah sebuah sikap dan cara
seseorang dalam baik pada orang lain maupun pada diri sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah konsep madzhab dan bermadzhab
2. Sebutkan sistem, fungsi dan kegunaan bermadzhab
3. Sebutkan empat tokoh madzhab fiqih
4. Sebutkan contoh sistem bermadzhab
C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana konsep madzhab dan bermadzhab
2. Mengetahui sistem, fungsi dan kegunaan bermadzhab
3. Mengetahui empat tokoh madzhab fiqih
4. Mengetahui contoh sistem bermadzhab

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Madzhab Dan Bermadzhab

Menurut bahasa, mazhab berarti pendirian (al-mu„taqad), jalan atau


sistem (tariqah) dan sumber atau pendapat yang kuat (al-asl). Sedangkan
menurut istilah fikih, mazhab berarti pendapat salah seorang imam tentang
hukum masalah-masalah ijtihadiah dan kaidah-kaidah istinbat (kaidah-
kaidah yang diperlukan untuk menggali hukum) yang dirumuskan oleh
seorang imam. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mazhab
berarti hasil ijtihad seorang imam (mujtahid) tentang hukum suatu
masalah, atau tentang kaidah-kaidah istinbat.

Bermadzhab bisa dikatakan sebagai kendali. Tokoh-tokoh yang


hebat sekalipun, dalam ijtihadnya masih harus di kendalikan dengan
metode tertentu, dengan kaidah-kaidah tertentu, yang disebut mazhab.
Setiap mujtahid (pelaku ijtihad) mempunyai metode sendiri-sendiri,
mempunyai mazhab sendiri-sendiri. Empat orang tokoh mahzab yang
paling tinggi nilai ijtihadnya, Maliki, Hanafi, Syafi‟i, dan Hambali paling
luas tersebar di seluruh dunia, karena paling lengkap dicatat oleh para
pengikut dari dulu sampai dulu.

Di Indonesia, yang paling banyak diikuti adalah mazhab


Syafi‟i,baik qauli maupun manhajidnya. Saking besarnya jumlah pengikut
mazhab Syafi‟i, sampai-sampai mazhab lain seakan bukan ahlusunnah
waljamaah. Padahal keempat mazhab itu tergolong Aswaja. Bahkan
beberapa mazhab lain yang kurang dikenal seperti mazhab Imam Nakhai
seolah berada diluar Aswaja.

Bagi org awam madzhab adalah semata untuk memudakan mereka


untuk mengikuti ajaran Agama, sebab mereka tidak perlu mencari setiap
ada permasalahan dari sumbar aslinya yaitu Alqur‟an dan hadis, namun
mereka cukup membaca dan memahami tatacara beribadah dari madzhab

3
madzhab tersebut. Bisa dibayangkan bagai mana sulitnya beribadah bagi
orang awam jika semua harus mencari dan mempelajari secara langsung
dari sumber aslinya. Dasar yang dipakai orang NU untuk bermadzhab ini
meliputi, Pertama :

‫ هل هى واجـب‬. ‫كاى سـيذي علي الخـىاص سحوه هللا إرا سـأله إًسـاى عي التقيـذ بوزهـب هعيـي الآلى‬
‫أو ال؟ يقىل له يجـب عليـك التقيـذ بوزهـب ها دهـت لن تصل إلً شـهىد عيي الشـشيعة األولً خىفا هي‬
‫الىقـىع فً الضـالل وعليه عوـل الٌـاس اليـىم‬

“Jika tuankuyang mulia Ali al-Khawas r.a ditanya seseorang tentang


mengikuti madzhab tertentu sekarang ini apakah wajib atau tidak ? Beliau
berkata:Anda harus mengikuti suatu madzhab selama Anda belum
mengetahui inti agama, karena khawatir terjatuh pada kesesatan. Dan ia
harus melaksanakan apa yang dilaksanakan oleh orang lain sekarang ini.”

B. Sistem, Fungsi Dan Kegunaan Bermadzhab

Dalam komunitas NU istilah madzhab sudah lama dikenal. NU


yang selalu bergulat dengan fiqh secara tegas menyatakan bahwa dirinya
berpegang pada salah satu madzhab yang empat, yakni madzhab hanafi,
maliki, syafi‟i dan hambali.

Dalam al-kamus al-mulhild, yang ditulis oleh fairuz abadi


dinyatakan bahwa madzhab menurut bahasa berarti al- thariqah (jalan).
Sedangkan pengertian istilah menurut Zainal „Abidin Dimyathi, madzhab
adalah hukum- hukum dalam berbagai masalah yang diambil, diyakini,
dan dipilih oleh para imam mujtahid.

Dalam kitab akhkam Al-fuqaha‟ dinyatakan ; wajib hukumnya bagi


umat islam mengikuti salah satu madzhab dari empat madzhab yang ada
dan tersohor berikut aliran madzhabnya telah di kodifikasikan.

Adapun 4 mazhab itu secara lengkap ialah :

4
a. Mazhab Hanafi. Yaitu mazhab imam Abu Hanifah al-Nu‟man bin
Tsabit (lahir di kufah pada tahun 80 H, dan meninggal pada tahun
150 H)
b. Mazhab Maliki. Yaitu mazhab imam malik bin anas bin malik,
(lahir di madinah tahun 90 H dan meninggal pada tahun 179 H)
c. Mazhab Syafi‟i. Yaitu mazhab imam abu abdillah bin idris bin
syafi‟i, (lahir di ghazzah pada tahun 150 H, dan meninggal pada
tahun 204 H)
d. Mazhab Hambali. Yaitu mazhab imam ahmad bin hanbal, (lahir di
marwaz padatahun 164 H, dan meninggal pada tahun 241 H)

Pada hakikatnya , sistem bermadzhab, tidak mempertentangkan


antara sistem ijtihad dan sistem taqlid, tetapi mengkaitkan keduanya pada
satu proposi yang serasi.

Adapun fungsi mengetahui hukum madzhab adalah agar kita


terhindar dari taqlid buta dan kita bisa mendudukan ketetapan hukum
sesuai fungsinya. Dimana terjadi perbedaan istinbath dalam hadist yang
waktu itu belum terkodifikasi secara sistematis.sehingga ada Hadist yang
diterima oleh satu madzhab, sementara madzhab yang lain belum
mendapatkannya.

Bagi org awam madzhab adalah semata untuk memudakan mereka


untuk mengikuti ajaran Agama, sebab mereka tidak perlu mencari setiap
ada permasalahan dari sumbar aslinya yaitu Alqur‟an dan hadis, namun
mereka cukup membaca dan memahami tatacara beribadah dari madzhab
madzhab tersebut. Bisa dibayangkan bagai mana sulitnya beribadah bagi
orang awam jika semua harus mencari dan mempelajari secara langsung
dari sumber aslinya. Dasar yang dipakai orang NU untuk bermadzhab ini
meliputi, Pertama :

5
‫ هل هى واجـب‬. ‫كاى سـيذي علي الخـىاص سحوه هللا إرا سـأله إًسـاى عي التقيـذ بوزهـب هعيـي الآلى‬
‫أو ال؟ يقىل له يجـب عليـك التقيـذ بوزهـب ها دهـت لن تصل إلً شـهىد عيي الشـشيعة األولً خىفا هي‬
‫الىقـىع فً الضـالل وعليه عوـل الٌـاس اليـىم‬

“Jika tuanku yang mulia Ali al-Khawas r.a ditanya seseorang tentang
mengikuti madzhab tertentu sekarang ini – apakah wajib atau tidak? Beliau
berkata: Anda harus mengikuti suatu madzhab selama Anda belum
mengetahui inti agama, karena khawatir terjatuh pada kesesatan. Dan ia
harus melaksanakan apa yang dilaksanakan oleh orang lain sekarang ini.”

C. Empat Tokoh Madzhab


1. Imam Hanafi

Imam Hanafi adalah seorang imam yang agung, yang memiliki


nama lengkap Abu Hanifah An-Nu‟man Bin Tsabit Bin Zuutha At-
Taimiy Al-Kufiy. Beliau lahir di kota Kuffah pada tahun 80H/699M
dan beliau wafat di Baghdad pada tahun 150H/767M. Beliau di gelari
Abu Hanifah (suci dan lurus) karena kesungguhannya dalam beribadah
sejak kecil. Gelar ini merupakan berkah do‟a dari doa Ali bin Abi
Thalib yang mendoakan bahwa kelak keturunan Tsabit akan menjadi
orang yang utama di zamanya. Terbukti dengan lahirnya Imam Hanafi.

Beliau memperdalam ilmunya dalam belajar Al-Qur‟an, aktif


mempelajari ilmu fiqh, dan mempelajari hadits. Imam Hanafi dikenal
sangat dalam ilmunya, ahli zuhud, sangat tawadhu dan sangat teguh
memegang ajaran agama. Beliau tidak tertarik akan jabatan rezmi
kenegaraan. Imam Hanafi meinggal saat umur 70 tahun yang
bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi‟i. Dan dimakamkan
dipemakaman Khirza. Didirikanlah sekolah yang diberi nama Jami‟
Abu Hanifah. Pokok fiqih madzhab hanafi bersumber pada tiga hal:

a. Sumber-sumber naqliyyah, yang meliputi Al-Qur‟an, Al-


Sunnah, ijma‟,dan pendapat para sahabat.

6
b. Sumber-sumebr ijtihadiyya, yaitu dengan menggunakan qiyas
dan istihsan.
c. Al-A‟raf, yakni adat kebiasaan yang tidak bertentangan dengan
nas, terutama dalam masalah perdagangan. Abu hanifahbahkan
menganjurkan beramal dengan „urf.

Madzhab Imam Hanafi tersebar dan berkembang di Syam,


Iraq, India, Afganistan, Kaukaus, Turki, Balkan dan di sebagian
penduduk Turki Usmany dan Albania.

2. Imam Malik

Imam Malik mempunyai nama lengkap Abu Abdullah Malik


ibn Anas ibn Malik ibn Abi Amir ibn Amar ibn al-Haris ibn Gaiman
ibn Husail ibn Amr ibn al-Haris al-Ashabi al-Madani. Lahir pada 93H.
Sebagai tokoh madzhab Maliki. Madzhab ini terkenal sebagai
madrasah Ahlul-Hadist. Imam Malik sudah hafal Al-Qur‟an dalam
usia yang sangat dini, beliau juga menyusun beberapa kitab, kitab yang
terkenal adalah kitab Al-Muwatha. Imam Malik mempelajari fiqih,
teori-teori kajian hukum dan mempelajari hadis-hadis Nabi. Salah satu
dalil hukum yang sering digunakan oleh Imam Malik adalah ijma
ulama Madinah. Imam Malik lebih mengutamakan ajma dan amal
Madinah daripada qiyah, khabar ahad, dan qaul sahabat. Madzahb
Maliki mendasarkan fiqihnya pada 12 pokok:

1) Qur‟an: zdahirnya, dalilnya, mafhumnya, dan illt-nya.


2) Al-Sunnah: al-mutawatirah dan al-masyhirah. Bila zdahirnya
sunnah bertentangan al-qur‟an, di dahulukan Al- Sunnah.
3) Ijma‟ penduduk madinah ijma‟ secara naql. Ijma‟ sebelum
terbunuhnya „Ustman,ijma‟ mutakhir: masing-masing denagn
kekuatan hukum yang berbeda.
4) Fatwa sahaba
5) Khabar Ahad

7
6) Qiyas
7) Istihsan
8) Mashalih mursalah
9) Sadd Al- Dzara.i
10) Mura‟at khilaf al-mujtahid
11) Istishab
12) Syar‟uman qoblana

Imam Maliki wafat pada hari ahad tanggal 10 Rabi‟ul al-


Awwal tahun 179 H (798 M), dalam usia 87 tahun. Dimakamkan di
Baqi‟ Madinah. Madzhabnya tersebar dan berkembang di Maroko,
Algers, Tunisia, Tripoli, Libya, juga sebagian di Irak, Palestina, Hijas,
dan lain-lain.

3. Imam Syafi’i

Beliau bernama Muhammad bin Idris al-Syafi‟i gelar beliau


abu abdillah. Beliau dilahirkan di Gaza pada tahun 150 H dan wafat di
Mesir pada tahun 204 H. Imam Syafi‟i adalah orang yang cakap rupa
parasnya. Dalam riwayat hidupnya Imam Syafi‟i adalah ulama besar
yang mampu mendalami serta menggabungkan antara metode ijtihad
Imam Malik dan Abu Hanifah, beliau sangat hati-hati dalam berfatwa.
Pada masa sekarang ini, madzhab Asy-Syafi‟i berkembang di
Palestina, Yodania, Libanon, Syiria, Irak, Pakistan, India, Indonesia,
Persia, dan Yaman yang sunni. Sekitar 100 juta umat Islam menganut
madzhab Asy-Syafi‟i. Pokok-pokok fiqih Syafi‟i ada lima:

1) Al-Qur‟an dan Al-Sunnah


2) Al-Ijma‟
3) Pendapat yang tidak ada yang menentangnya
4) Ikhtilaf sahabat Nabi
5) Qiyas

8
Imam Syafi‟i wafat pada hari kamis 29 Rajab tahun 204 H
(820M). Dimakamkan dipekuburan Banu Zahrah, tepatnya di Qarafah
Shughra di bawah kaki gunung “Al-muqaththam” Mesir.

Madzhab Imam Syafi‟i tersebar dan berkembang di Mesir,


Palestina, Armenia, Ceylon, Persia, Tiongkok, Philipina, Indonesia,
Australia, Hijaz, Kurdi, Yaman, Hadramaut, Aden dan lain-lain.

4. Imam Ahmad Ibn Hanbal

Nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hilal bin Usd bin
Idris bin Idris bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasit bin Mazin bin
Syalban. Lahir pada 164 H Beliau adalah seorang zuhud, bersih
hatinya dari segala macam pengaruh kebendaan, berwawasan luas,
sangat dalam pemahamannya terhadap ruh syariat. Beliau menguasai
seluruh ilmu. Dalam pesantrennya, setiap selesai sholat ashar, beliau
membiasakan memberi fatwa dan bersama para peserta pesantrennya
menyebutkan diri dengan apa yang dilakukan oleh para ulama salaf
dalam pesantren mereka, yaitu pengkajian Al-Qur‟an dan tafsirnya.
Pokok-pokok fiqih madzhab Hambali:

1) Al-Nushush
2) Fatwa sahabat
3) Ikhtilaf sahabat
4) Hadis mursal dan dha‟if
5) Qiyas

Imam Hambali wafat pada hari jum‟at 12 Rai‟ul al- Awwal,


tahun 241 H (855 M). Dalam usia 77 tahun. Ia dimakamkan di
pekuburan Bab Harb di Kota Baghdad. Madzhabnya berkembang
di Mesir, Bahrain, Dailam, dan Rahab. Sedikit berkembang di
Hijaz, bahkan di Mesir pun semakin habis, ditinggalkan orang.

9
D. Contoh Sistem Bermadzhab

1. Madzhab Hanafi

Membaca surat Al Fatihah dalam madzhab Hanafi bukanlah


bagian dari rukun yang harus dikerjakan, namun ulama madzhab
Hanafi memotivasi agar pengikutnya membaca surat Al Fatihah saat
shalat jenazah. Tertulis dalam kitab fiqih Al Hanafi, Maraqi Al
Falah,”….dan boleh membaca Al Fatihah dengan tujuan memberikan
pujian, demikian hal ini telah dinashkan bagi madzhab kita, dan di Al
Bukhari dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa ia
menshalatkan janazah lalu membaca Al Fatihah dan berkata,‟Agar
mereka mengetahui bahwa hal itu sunnah.‟ Dan hadits itu dishahihkan
oleh At Tirmidzi. Dan para imam kita berkata bahwa memperhatikan
perkara khilaf mustahab, sedangkan hal itu (membaca Al Fatihah)
fardhu menurut Asy Syafi‟I Rahimahullah Ta‟ala, maka tidak mengapa
membacanya dengan tujuan membaca Al Qur`an untuk keluar dari
khilaf.” (Maraqi Al Falah, hal. 227).

Dalam madzhab Hanafi tidak diwajibkan wudhu bagi siapa


yang mengusung jenazah. Namun Imam Ahmad berpendapat wajib
berwudhu bagi siapa yang telah mengusung jenazah, maka dalam hal
ini Ath Thahthawi berkata,”Maka disunnahkan wudhu, untuk keluar
dari khilaf, juga untuk mengamalkan hadits.” (Hasyiyah ATh
Thahthawi, 1/55)

2. Madzhab Maliki

Bagi madzhab Maliki, membaca basmalah sebelum Al Fatihah


adalah perkara yang mubah, dan shalatnya sah, sedangkan bagi
madzhab Asy Syafi‟i, tidak sah shalat jika tidak membacanya, karena
itu bagian dari Al Fatihah. An Nafrawi pun berkata,”Yang disepakati
lebih baik daripada yang tidak disepakati, telah berkata Imam Al
Qarrafi (Maliki), dan Ibnu Rusyd (Maliki) dan Al Ghazali bahwa

10
bagian dari kehati-hatian keluar dari khilaf dengan membaca basmalah
dalam shalat.” (Al Fawaqih Ad Dawani, hal. 409).

3. Madzhab Syafi’i

Dalam madzhab Syafi‟i tidak diperlukan niat bagi siapa yang


memandikan jenazah. Namun, mustahab untuk meniatkannya, dalam
rangka keluar dari khilaf, dikarenakan Imam Malik mewajibkan niat
bagi yang memandikan jenazah. (lihat, Tuhfah Al Habib, 2/516).

Meski dalam madzhab Asy Syafi‟i dinyatakan sah shalat


sendiri di belakang shaf, namun disunnahkan menarik seseorang dari
shaf depan untuk shalat bersamanya di belakang. Hal itu dikarenakan
Imam Ahmad menilai bahwa shalat sendirian di belakang shaf tidak
sah. (Hasyiyah Al Bujairimi, 1/322).

Dalam madzhab Asy Syafi‟i i‟tikaf sah dilakukan di masjid


meski bukan masjid jami‟, namun Imam Asy Syriazi berkata,”Dan
lebih utama beri‟tikaf di masjid jami‟, karena Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam tidak pernah beri‟tikaf kecuali di masjid jami‟, juga
karena di masjid jami‟ lebih banyak jama‟ah shalatnya, juga dalam
rangka keluar dari khilaf, dimana Az Zuhri menyatakan tidak boleh
i‟tikaf kecuali di masjid jami‟.” (Al Majmu‟, 6/504).

Meskipun dalam madzab Asy Syafi‟i sah melakukan i‟tikaf


kurang dari satu hari, namun Imam Asy Syafi‟i berkata,”Lebih utama,
ia tidak kurang dari satu hari, karena tidak pernah dinukil dari
Rasulullah Shallallahu Alihi Wasallam dan para sahabatnya
bahwasannya mereka beri‟tikaf kurang dari satu hari dan dalam rangka
keluar dari khilaf Abu Hanifah dan lainnya yang mensyarakan i‟tikaf
satu hari atau lebih.” (Al Majmu‟, 6/513).

11
4. Madzhab Hanbali

Takbir dalam shalat jenazah diriwayatkan dari Imam Ahmad


beberapa riwayat, yang menunjukkan jumlah takbir lebih dari empat
takbir, namun Ibnu Qudamah mengatakan,”Lebih utama tidak lebih
dari empat, karena hal itu keluar dari khilaf, dan mayoritas ahlul ilmi
berpendapat bahwa takbir empat kali.” Diantara ulama yang
berpendapat takbir empat kali adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Asy Syafi‟i (Asy Syarh Al Kabir, 2/352).

Apa yang disebutkan hanya merupakan beberapa contoh dari


upaya keluar dari khilaf, dan masih ada ratusan masalah lainnya, yang
tertulis dalam kitab-kitab fiqih empat madzhab. Tentu hal ini menjadi
bukti bahwa madzhab empat, meski berbeda pendapat namun tetap
toleransi terhadap madzhab lain. Jika demikian, klaim bahwa adanya
madzhab merupakan sumber perpecahan juga tidak benar. Wallahu
Ta’ala A’la wa A’lam.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bagi org awam madzhab adalah semata untuk memudakan mereka


untuk mengikuti ajaran Agama, sebab mereka tidak perlu mencari setiap
ada permasalahan dari sumbar aslinya yaitu Alqur‟an dan hadis, namun
mereka cukup membaca dan memahami tatacara beribadah dari madzhab
madzhab tersebut. Bisa dibayangkan bagai mana sulitnya beribadah bagi
orang awam jika semua harus mencari dan mempelajari secara langsung
dari sumber aslinya.

Adapun fungsi mengetahui hukum madzhab adalah agar kita


terhindar dari taqlid buta dan kita bisa mendudukan ketetapan hukum
sesuai fungsinya. Dimana terjadi perbedaan istinbath dalam hadist yang
waktu itu belum terkodifikasi secara sistematis.sehingga ada Hadist yang
diterima oleh satu madzhab, sementara madzhab yang lain belum
mendapatkannya.

Dalam komunitas NU istilah madzhab sudah lama dikenal. NU


yang selalu bergulat dengan fiqh secara tegas menyatakan bahwa dirinya
berpegang pada salah satu madzhab yang empat, yakni madzhab hanafi,
maliki, syafi‟i dan hambali.

Khilafiyah/ikhtilaf merupakan term yang diambil dari bahasa arab


yang berarti berselisih, tidak sepaham. Sedangkan secara terminologis
khilafiyah adalah perselisihan paham atau pendapat di kalangan para
ulama fiqih sebagai hasil ijtihad untuk mendapatkan dan menetapkan suatu
ketentuan hokum tertentu. Dengan demikian masalah khilafiyah
merupakan masalah ijtihad sebagai hasil dari pemahaman terhadap sumber
hukum islam. Diantara faktor penyebab terjadinya perbedaan pendapat itu
adalah:

1. Perbedaan mengenai sahih dan tidaknya nash

13
2. Keshahihan suatu nash kadang-kadang diperdebatkan. Ada ulama
yang mau menerima kesahihan suatu nash dan ada pula yang
menolaknya. Hal ini terjadi karena mereka berbeda pendapat
dalam menilai tsiqat ( terpercaya )tidaknya seorang perowi, lemah
tidaknya matan dan sanad suatu hadist jik dibandingkan dengan
matan dan sanad lain.
3. Perbedaan dalam memahami nash
4. Dalam suatu nash, baik Al-Qur‟an maupun hadist kadang-kadang
terdapat suatu kata yang mengandung makna ganda (musytarak)
dan kata majazi /kiasan, sehingga arti yang terkandung dalam nash
itu tidak jelas. Terhadap nash yang demikian itu, para ulama
berbeda-beda dalam memahaminya. Missal kata quru‟ dalam surah
Al-Baqoroh (2) ayat 228 mempunyai 2 arti yakni suci dan haid,
sehingga berapa lama iddah wanita yang dicerai boleh memilih
apakah 3 kali sucian atau 3 kali haid.
5. Perbedaan dalam menggabungkan dan mengunggulkan nash-nash
yang saling bertentangan.
6. Dalam suatu masalah kadang terdapat dua atau lebih nash yang
bertentangan, sehingga hokum yang sebenarnya dari masalah
tersebut sulit diputuskan.untuk memutuskannya biasanya para
ulama memilih nash yang lebih kuat atau mencari titik temu dari
nash nash tersebut. Dalam mengambil keputusn inilah biasanya
terjadi khilafiyah dari kalangan para ulama.
7. Perbedaan dalam kaidah-kaidah ushul sebagai sumber istinbath
8. Para mujtahid dalam memilih suatu hadist tau mencari suatu dalil,
mempunyai cara pandang dan metode yang berbeda-beda.
9. Perbedaan dalam perbendaharaan hadist
10. Diantara para sahabat kemngkinan besar banyak yang koleksi
hadistnya tidak sama, oleh karena itu perbedaan hadis yang
dimiliki para mujtahid kan menyebabkan mereka berbeda
pendapat.

14
11. Perselisihan tentang illah dri suatu hukum
Perselisihan para mujtahid mengenai illat dari suatu hokum juga
merupakan salah satu sebab terjadinya perbedaan pendapat dalam
fiqih.
B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami buat. semoga makalah ini


dapat bermanfaat kepada pembaca khususnya pemakalah, untuk itu kami
minta maaf jika dalam penulisan makalah ataupun penyampaian
makalah terdapat kesalahan, karena kita sama-sama dalam proses belajar.
kesempurnaan hanyalah milik Allah. Kritik dan saran akan kami tunggu
untuk memperbaiki makalah kami.

15
DAFTAR PUSTAKA
Haidir, Abdullah. 2004. Mazhab fiqh. King Fahd National Cataloging-In-
Publication Data.
Harist, B.2010. Islam NU. Surabaya:Khalista
Rakhma, J. 2002. Dahulukan Akhlak di atas Fiqih. Bandung:Mizan Media Utama
(MMU)

16

Anda mungkin juga menyukai