PENDAHULUAN
a. Latar Belakang masalah
Setelah wafat nya Nabi Muhammad Saw, dalam ajaran islam banyak ditemukan
aliran- aliran dan teologi-teologi. jika sebelumnya semua masalah dikembalikan pada
beliau, maka setelah Nabi wafat Al-Qurn dan hadith menjadi pegangan. Namun,
masalah semakin komplit dan Al-Qurn masih sangat universal. Interpretasipun
dilakukan dan menjadi pegangan. Sebagai hasil sebuah pemikiran, lahirlah berbagai
perbedaan dari rujukan yang sama.
Aliran murjiah merupakan salah satu aliran teologi islam yang muncul pada abad
pertama hijriah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi menurut
Syahristani dalam bukunya bahwa orang pertama yang membawa paham ini adalah
Gailan ad-Dimasyqi.1
Sebagaimana halnya dengan kaum khawarij dan syiah, murjiah pada mulanya juga
ditimbulkan oleh persoalan politik. Dalam suasana konflik yang ditimbulkan oleh
kaum khawarij dan syiah itulah muncul suatu golongan baru yang ingin bersikap
netral yang tidak mau terlibat dalam pertentangan-pertentangan yang terjadi diketika
itu dan mengambil sikap menyerahkan penentuan hukum kafir atau tidak kafirnya
orang-orang yang bertentangan itu kepada Tuhan. Bagi kaum murjiah mereka yang
bertentangan itu merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari
jalan yang benar, mereka tidak menyalahkan siapa yang benar dan siapa yang salah,
mereka lebih menyerahkan semua urusan kepada Allah Swt, untuk mengampuni atau
tidak mengampuninya pada hari kiamat kelak.2
Keberadaan murjiah banyak yang belum diketahui, tidak seperti khawarij, syiah dan
aliran lain. Keberadaanya sudah lama tenggelam seiring perkembangan Islam.
Pencetus dan pengikut murjiah ekstrim mungkin harus bertanggung jawab atas
semuanya. Karena merekalah yang membuat murjiah terkesan negatif dan
ditinggalkan pada masa-masa selanjutnya. Namun, ajaran-ajarannya yang moderat
masih banyak ditemukan walau tidak dalam murjiah formal sebagai sebuah aliran.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa pembahasan di atas, maka di dalam makalah ini ada beberapa
pertanyaan yang dapat dirumuskan:
1. Apa Pengertian murjiah dan bagaimana latar belakang sejarah timbulnya
murjiah serta siapa tokoh tokohnya
2. Apa pokok pokok pemikiran Murjiah Dan apa sekte sektenya ?
3. Bagaimana pengaruh murjiah dalam sejarah islam ?
c. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui pengertian murjiah dan latar belakang timbulnya murjiah
serta tokohnya !
1 Ensiklopedi Islam jilid 3, cet. X, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), h. 301
2 Harun Nasution, Teologi Islam,cet, V, ( Jakarta: UI-Press, 2011), h. 22
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, latar belakang timbulnya murjiah serta tokoh tokohnya
1. Pengertian
Murjiah secara etimologi memiliki arti :
1. : Mengakhirkan.3
2. : Takut.4
3. Angan-angan
4. Memberi
5. Mengharap.
Firman Allah Taala dalam surat An Nisa, ayat 104:
Sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan."
Dan firman-Nya dalam Surat Nuh, ayat 13:
hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang.
Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih di anggap
mukmin di hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu
dianggap tetap mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad
sebagai Rasulnya. Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan
dosa besar masih tetap mangucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar
utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir.9
Namun dalam sejarah perjalanannya, generasi aliran murji'ah setelah para
shahabat dan para pengikutnya mengalami perubahan teologi yang sangat jauh
berbeda dengan paham para pendahulunya. Mereka tidak hanya berpendapat
bahwa urusan dosa besar diserahkan pada AllahSWT, namun mereka juga
menyatakan bahwa "ma'shiat tidak akan membahayakan asalkan masih ada iman
di dalam hati".
Pendapat inilah yang kemudian difahami dengan keliru oleh sebagian orang,
dengan asumsi bahwa orang yang melakukan dosa besar tidak akan diadzab
asalkan masih ada iman di dalam hati. Bahkan sisi fatalitas kelompok ini adalah
pendapat mereka yang menyatakan bahwa iman adalah I'tiqad di hati saja.
Meskipun seseorang menyatakan kafir dengan lisannya atau tampak menyembah
berhala maka ia tetap dianggap sebagai orang mu'min asalkan iman masih
tertancap dalam hatinya. Paham seperti inilah yang dianggap menyimpang terlalu
jauh dari Islam, sehingga wajar sekali kalau generasi murji'ah setelah para
shahabat serta para ulama yang mengikutinya dianggap sebagai kelompok sesat.
Namun dalam perjalanan sejarahnya, kelompok ini pun tak dapat lepas dari
perdebatan dalam tubuh kelompok, sehingga kelompok ini pun pada akhirnya
terpecah kedalam beberapa aliran.
3. Tokoh-tokoh faham murjiah.
Beberapa buku dan keterangan para ulama menyatakan bahwa di antara tokohtokoh faham Murjiah adalah sebagai berikut :
1. Al Hasan bin Muhammad bin Al Hanafiyah
2. Ghiilan
9 Drs. Abuddin Nata, M.A, Ilmu kalam, Filsafat, dan taSawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995). h.
33.
(amalan dzahir), serta iman itu tidak bertambah dan tidak pula berkurang.
Sampai-sampai perbuatan kafir dan zindik pun
kelompok. Secara garis besar kelompok murji'ah dibagi menjadi dua golongan
yaitu :
1) Murji'ah Moderat
Murji'ah moderat yang juga disebut dengan murji'ah sunnah adalah
kelompok murji'ah yang berpendapat bahwa iman itu tidak hanya
terdiri dari tasdiq bi al-qalb akan tetapi juga harus dibarengi dengan
iqrar bi al-lisan. Kedua unsur ini merupakan satu kesatuan utuh yang
tidak boleh dipisahkan.Yang termasuk dalam golongan murji'ah
moderat ini antara lain Al-Hasan ibn Muhammad Ibn 'Ali Ibn Abi
Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli hadits.14
Dalam masalah iman ini Abu Hanifah mendefinisikannya sebagai
pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, tentang rasul-rasul-Nya
dan tentang segala apa yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan dan
tidak dalam perincian, iman tidak mempunyai sifat bertambah atau
berkurang dan tidak ada perbedaan antara manusia dalam hal iman. Hal
ini memberikan kesimpulan bahwa Abu Hanifah berpendapat bahwa
iman semua orang Islam itu sama tidak ada beda antara muslim yang
taat dan muslim yang berdosa besar. Atau dengan kata lain menurut
beliau dosa besar maupun kecil tidak berpengaruh pada iman
seseorang.
Golongan moderat berpendapat bahwa orang Islam yang berdosa
besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan
dihukum
dalam
neraka
sesuai
dengan
besarnya
dosa
yang
2) Murji'ah Ekstreme
Murji'ah Ekstrim disebut juga murjiah al-bidah, yaitu mereka yang
secara khusus memakai nama murjiah di kalangan mayoritas umat
Islam. Mereka mengatakan, bahwa iman hanya pengakuan atau
pembenaran dalam hati (tasdiq bi al-qalb). Artinya, mengakui dengan
hati bahwa tidak ada Tuhan selain AllahSWT dan Muhammad RasulNya. Menurut mereka, iqrar dan amal bukanlah bagian dari iman,
karena yang penting menurut mereka adalah tasdiq dalam hati.
Alasannya bahwa iman dalam bahasa adalah tasdiq, sedangkan
perbuatan dalam bahasa tidak dinamakan tasdiq. Iman letaknya dalam
hati dan apa yang ada dalam hati seseorang tidak diketahui manusia
lain. Sedangkan perbuatan seseorang tidak selamanya menggambarkan
apa yang ada dalam hatinya. Oleh karena itu ucapan-ucapan dan
perbuatan-perbuatan seseorang tidak mesti mengandung arti bahwa ia
tidak mempunyai iman.15 Dengan konsep inilah mereka berpendapat
bahwa orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian
menyatakan kekufuran secara lisan maka tidaklah kafir, karena iman
dan kufur tempatnya hanyalah dalam hati. Oleh karena itu segala
ucapan maupun perbuatan yang menyimpang dari kaidah agama tidak
berarti menggeser atau merusak keimanannya, bahkan keimanannya
masih sempurna dalam pandangan Tuhan, meskipun ia menyembah
berhala, menjalankan ajaran Yahudi / Kristen dengan menyembah salib.
Murji'ah ekstreme ini terbagi menjadi beberapa kelompok antara
lain:
a) Yunusiyyah
Mereka adalah para pengikut yunus bin Aun An-Numairy.
Golongan ini menyangka bahwasanya iman adalah marifat
pada Allah, tunduk dihadapannya, tidak menyombongkan
diri padanya serta cinta pada Allah dengan hati yang tulus.
Barang siapa memenuhi kriteria diatas maka ia dianggap
beriman.
15 Ibid, h. 147-148
Menurut
mereka
kesalahan
iblis
yang
e) Tumaniyyah
Kelompok ini dipimpin Abu Muadz Al-Tumany. Mereka
berpendapat bahwa iman adalah kebalikan kafir. Ia adalah
kriteria-kriteria yang apabila tidak dimiliki oleh seseorang
maka secara otomatis akan dihukumi kafir, baik tidak
berpendapat
iman
adalah
marifat
pada
ini
ada
penciptanya
sedangkan
kafir
adalah
runtuhnya kerajaan ini maka lambat laun aliran ini juga tidak mempunyai bentuk lagi,
bahkan beberapa ajarannya diakui oleh aliran kalam berikutnya.
Sebagaimana di atas, literatur tentang Murjiah banyak yang tidak diketemukan
sebagaimana aliraan lain. Bahkan keberadaanya seakan hilang ditelan masa dan hanya
tinggal sejarah. Namun dalam prakteknya pada masa sekarang ajaran mereka masih
banyak diketemukan di kalangan masyarakat. Hanya saja tidak dalam tubuh aliran
Murjiah, tetapi melekat pada aliran lain. Walaupun hal ini tidaklah memberikan
kepastian sebagai pengaruh ajarannya, karena tidak mungkin sesuatu yang tidak
saling berinteraksi akan saling mempengaruhi. Namun, apa yang tampak tetap tidak
bisa dipungkiri sebagai bagian dari ajaran Murjiah.
Taklid
Menjadi hal yang biasa ketika ada anak yang lahir dari orang tua muslim
juga dihukumi muslim. Pada hal mereka belum tahu tentang apa itu Islam
bahkan kadang sampai masa dewasanya. Khususnya mereka yang dari kecil
sangat sedikit mengenyam pendidikan keagamaan. Mereka Islam hanya ikutikutan atau bisa dibilang turunan. Ketika ditanya tentang agama, mereka
begitu antusias menjawab Islam bahkan ada yang member embel-embel
Ahlu As-Sunnah Wa Al-Jamaah tanpa tahu lebih dulu akan semuanya. Pada
hal dalam aliran Ahlu As-Sunnah Wa Al-Jamaah sendiri tidak diperbolehkan
taklid dalam akidah.17 Kebolehan taklid dalam akidah hanya ditemukan
dalam ajaran murjiah sebagaimana sebagian pendapat di atas. Secara tidak
sadar sbenarnya mereka bukan Ahlu As-Sunnah Wa Al-Jamaah.
Penundaan atau Penangguhan
Menunda-nunda baik dalam urusan duniawi apalagi ukhrowi sudah
menjadi hal yang lumrah dalam masyarakat. Dalam dunia kerja, penundaan
pengerjaan tugas sudah biasa apa lagi terkait dengan tobat. Banyak maksiat
yang diperbuat dan menunggu masa tua untuk tobat. Pada hal semuanya
masih belum pasti dan kuburan sendiri bukan tempat orang tua tapi tempat
orang mati. Mereka tahu itu tapi tidak tahu menahu. Hal ini adalah salah
satu pengaruh murjiah disamping sudah menjadi tabiat yang diabadikan.
Mereka yang suka menunda ketika ditanya akan berdalih Jika Tuhan telah
menetapkan begini dan begitu, maka tidak akan ada yang bisa
mencegahnya.
Iman dan Kufur
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa aliran murjiah merupakan dampak
dari pemikir sebelumnya, yaitu syiah dan khawarij tentang saling kafir mengkafirkan dalam
menjalankan agama, maka murjiah lahir sebagai aliran non blok, dia tidak memihak kepada
syiah maupun khawarij, namun seiring berjalannya waktu aliran ini juga di campuri dengan
pemahaman pemahaman bidah sampai kepada penyimpangan penyimpangan yang salah
sehingga mengakibatkan perpecahan antar sesama kelompok.
Secara garis besar, murjia'h terbagi menjadi dua yakni murji'ah moderat atau murji'ah
sunnah dan murji'ah ekstreme. Murji'ah moderat merupakan kelanjutan dari murji'ah yang
muncul sebagai reaksi atas sikap umat Islam pada waktu itu yang saling mengkafirkan antara
satu golongan dengan golongan lain. Golongan pertama ini masih mengikuti manhaj
ahlussunnah wal jama'ah.
Adapun murji'ah ekstreme merupakan golongan Murji'ah yang muncul di kemudian hari
yang meninggalkan manhaj para pendahulunya. Golongan inilah yang dianggap sebagai
aliran sesat dan sangat berbahaya.
Dan pengaruh murjiah ini berkembang pesat seiring perkembangan bani umayyah karena
kalam ini tidak menetang terhadap pemerintahan yang sah.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Ilmu kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1995.
Asmuni, M. Yusran. Ilmu Tauhid. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996.
Zahrah, Imam Muhammad Abu. Tarikh al-Madzahib al-Islamiyyah. Diterjemahkan
Oleh Abd. Rahman dan Ahmad Qarib. Jakarta: Logos Publishing House, 1996.
Al-Asyari, Abu Al-Hasan bin Ismail. Maqaalaat Al-Islaamiyyiin Wa Ikhtilaafi AlMuslimiin, jilid I. Bandung: Pustaka setia, 1998.
Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisis perbandingan.
Jakarta: UI-press, 1986.
Al-Syahrastani, Muhammad ibn Abd Al-Karim Ahmad,
Al-Milal Wa Al-Nihal.